LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERANCANGAN TATA
LAPORAN AKHIR
PRAKTIKUM PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS
PROYEK : RAK BUKU
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Kelulusan Praktikum Perancangan Tata Letak Fasilitas PTA 2013-2014
Disusun Oleh :
Hari / Shift
: Jumat / 2 (Dua)
Kelompok
: 3 (Tiga)
1. Andri Saputra
2. Ario Windarto
4. Ricky Akbar R.
5. Warda Tizinia
Asisten Pembimbing : Faried Pradhana Putra
LABORATORIUM TEKNIK INDUSTRI LANJUT JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA DEPOK 2013
LEMBAR PENGESAHAN
Setelah diperiksa dengan seksama, laporan akhir ini telah memenuhi syarat sebagai Laporan Akhir Praktikum Perancangan Tata Letak Fasilitas dengan Proyek Rak Buku. Sehingga dapat diajukan untuk mengikuti presentasi praktikum.
Mengetahui,
Kepala Laboratorium Teknik Industri Lanjut
Dr. Emirul Bahar, ACSI
Penanggung Jawab Asisten Pembimbing Praktikum PTLF
Laporan Akhir PTLF
Faried Pradhana Putra Faried Pradhana Putra
ABSTRAKSI
Hari / Shift : Jumat / 2 (Dua) Nama Anggota :
1. Andri Saputra
2. Ario Windarto
4. Ricky Akbar R. (35410889)
5. Warda Tizinia
PRAKTIKUM PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS DENGAN PROYEK : RAK BUKU. Laporan Akhir Praktikum PTLF, Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma, PTA 2013-2014.
Kata Kunci : CV. Rajawali Nusantara, Rak Buku, Jumlah Mesin, Luas Lantai, OMH, Badan Hukum, Karakteristik, Ketenagakerjaan, Finansial, Tata Letak. (xi + 89 + Lampiran)
Tata letak menentukan daya saing perusahaan dalam hal kecukupan kapasitas produksi, kelancaran proses, fleksibilitas operasi, dan ongkos penanganan material, serta untuk kenyamanan kerja. Perusahaan yang mengabaikan tata letak yang baik tentunya akan mengalami permasalahan seperti output produksi yang tidak mencapai target, sering terjadinya kemacetan dalam aliran produksi, dan beresiko bagi kesehatan dan keselamatan kerja dari operator. Permasalahan-permasalahan tersebut tentunya akan mengakibatkan perusahaan hanya akan mengalami kerugian. Maka dari itu, diperlukan suatu perancangan tata letak fasilitas yang meliputi perencanaan dan penyusunan fasilitas-fasilitas fisik baik berupa peralatan maupun bangunan untuk mengoptimalkan hubungan antara tenaga kerja, aliran material dari bagian penerimaan barang, fabrikasi, hingga pengiriman produk jadi dan aliran informasi untuk mencapai tujuan perusahaan secara efisien, ekonomis dan aman.
Perancangan tata letak fasilitas dalam laporan akhir ini diterapkan pada CV. Rajawali Nusantara. CV. Rajawali Nusantara terletak di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. CV. Rajawali Nusantara untuk memproduksi rak buku sebanyak 30 unit per hari membutuhkan 14 unit meja fabrikasi, 14 unit mesin potong, 6 unit mesin serut, 2 unit mesin bor, dan 4 meja perakitan. Total luas lantai produksi
sebesar 767,70031 m 2 . Total ongkos penanganan material (OMH) pada CV. Rajawali Nusantara adalah sebesar Rp 103.195. Aliran material yang diterapkan
pada lantai produksi adalah U-shaped. Luas lantai perkantoran sebesar 268 m 2 dan luas lantai fasilitas sebesar 764 m 2 . Total gaji tenaga kerja langsung Rp
47.150.000 per bulan, total gaji tenaga kerja langsung perkantoran Rp 12.800.000 per bulan, dan total gaji tenaga kerja tidak langsung non perkantoran Rp 5.200.000 per bulan. Harga jual rak buku per unit dengan profit 40% yaitu Rp 396.324. Berdasarkan metode payback perid (PP), net present value (NPV), dan 47.150.000 per bulan, total gaji tenaga kerja langsung perkantoran Rp 12.800.000 per bulan, dan total gaji tenaga kerja tidak langsung non perkantoran Rp 5.200.000 per bulan. Harga jual rak buku per unit dengan profit 40% yaitu Rp 396.324. Berdasarkan metode payback perid (PP), net present value (NPV), dan
2 dan lebar pada CV. Rajawali Nusantara yaitu 42,4942 m 2 dan 42,35 m .
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Akhir Praktikum Perancangan Tata Letak Fasilitas. Laporan Akhir Praktikum Perancangan Tata Letak Fasilitas ini disusun guna melengkapi sebagian syarat untuk kelulusan Praktikum Perancangan Tata Letak Fasilitas.
Laporan Akhir Praktikum Perancangan Tata Letak Fasilitas ini berisi penerapan teknik-teknik dalam perancangan tata letak fasilitas khususnya pada perusahaan manufaktur. Perancangan tata letak fasilitas pada laporan akhir ini terdiri dari identifikasi awal, aspek teknis, aspek manajemen dan organisasi, analisis aspek ekonomi dan finansial, serta analisis aktivitas dan perencanaan tata letak.
Penyusunan Laporan Akhir Praktikum Perancangan Tata Letak Fasilitas ini banyak pihak yang telah membantu, sehingga dapat menyempurnakan penyusunan laporan akhir ini. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Ir. Rakhma Oktavina, MT., selaku Ketua Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma.
2. Bapak Dr. Ir. Asep Mohamad Noor, MT., selaku Koordinator Laboratorium Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma.
3. Bapak Dr. Emirul Bahar, ACSI., selaku Kepala Laboratorium Teknik Industri Lanjut, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma.
4. Kakak Faried Pradhana Putra, selaku Penanggung Jawab Praktikum Perancangan Tata Letak Fasilitas dan asisten pembimbing yang telah membimbing dan memberikan pengarahan selama penyusunan Laporan Akhir Praktikum Perancangan Tata Letak Fasilitas.
5. Kedua Orang Tua yang telah memberikan doa dan dorongan baik materil maupun moril.
6. Seluruh kakak pembimbing dan teman-teman kelas 4ID01 maupun 4ID02 angkatan 2010 Teknik Industri, Universitas Gunadarma.
7. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penyusun sebutkan satu per satu. Penyusunan Laporan Akhir Praktikum Perancangan Tata Letak Fasilitas ini, penyusun menyadari bahwa masih memiliki kekurangan. Kritik dan saran diperlukan untuk membangun dalam penyempurnaan laporan ini.
Akhir kata penyusun berharap semoga Laporan Akhir Praktikum Perancangan Tata Letak Fasilitas ini dapat bermanfaat bagi penyusun pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Mohon maaf bila ada salah penulisan kata maupun gelar dalam Laporan Akhir Praktikum Perancangan Tata Letak Fasilitas ini.
Depok, 31 Desember 2013
Penyusun
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Praktikum PTLF
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mendorong semua perusahaan khususnya industri manufaktur saling bersaing untuk menghasilkan produk yang berkualitas. Salah satu faktor yang mempengaruhi daya saing setiap perusahaan yaitu tata letak. Tata letak menentukan daya saing perusahaan dalam hal kecukupan kapasitas produksi, kelancaran proses, fleksibilitas operasi, dan ongkos penanganan material, serta untuk kenyamanan kerja. Perusahaan yang mengabaikan tata letak yang baik tentunya akan mengalami permasalahan seperti output produksi yang tidak mencapai target, sering terjadinya kemacetan dalam aliran produksi, dan beresiko bagi kesehatan dan keselamatan kerja dari operator. Permasalahan-permasalahan tersebut tentunya akan mengakibatkan perusahaan hanya akan mengalami kerugian.
Tata letak merupakan salah satu keputusan strategis operasional yang turut menentukan efisiensi operasi perusahaan dalam jangka panjang. Selain itu, tata letak yang digunakan dalam perusahaan akan mempunyai pengaruh langsung terhadap tingkat produktivitas perusahaan yang bersangkutan. Maka dari itu, diperlukan suatu perancangan tata letak fasilitas yang meliputi perencanaan dan penyusunan fasilitas-fasilitas fisik baik berupa peralatan maupun bangunan untuk mengoptimalkan hubungan antara tenaga kerja, aliran material dari bagian penerimaan barang, fabrikasi, hingga pengiriman produk jadi dan aliran informasi untuk mencapai tujuan perusahaan secara efisien, ekonomis dan aman.
Secara garis besar, perancangan tata letak fasilitas memiliki prosedur yaitu analisa produk dan proses dengan melakukan identifikasi awal, aspek teknis, aspek manajemen dan organisasi, analisis aspek ekonomi dan finansial, serta analisis aktivitas dan perencanaan tata letak. Identifikasi awal dilakukan guna mengetahui data-data yang diperlukan untuk perancangan tata letak fasilitas, salah satunya adalah peta proses operasi. Aspek teknis menjelaskan jumlah bahan dan Secara garis besar, perancangan tata letak fasilitas memiliki prosedur yaitu analisa produk dan proses dengan melakukan identifikasi awal, aspek teknis, aspek manajemen dan organisasi, analisis aspek ekonomi dan finansial, serta analisis aktivitas dan perencanaan tata letak. Identifikasi awal dilakukan guna mengetahui data-data yang diperlukan untuk perancangan tata letak fasilitas, salah satunya adalah peta proses operasi. Aspek teknis menjelaskan jumlah bahan dan
Berdasarkan uraian di atas, maka perancangan tata letak fasilitas sangat penting untuk mengoptimalkan hubungan antara petugas pelaksana, aliran barang, aliran informasi dan tata cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan usaha secara efisien, ekonomis dan aman. Untuk mencapai tujuan tersebut, seorang mahasiswa teknik industri tentunya harus mampu memahami dan menerapkan perancangan tata letak fasilitas melalui Praktikum Perancangan Tata Letak Fasilitas, sebelum menerapkan pada dunia kerja yang sebenarnya. Penerapan perancangan tata letak fasilitas pada laporan akhir praktikum ini yaitu pada perusahaan CV. Rajawali Nusantara yang memproduksi rak buku. Penerapan ini diharapkan dapat menambah wawasan mahasiswa untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang berkaitan dengan tata letak dan sebagai bekal pada masa akan datang di dunia kerja yang sebenarnya.
1.2 Maksud dan Tujuan Praktikum PTLF
Pelaksanaan Praktikum Perancangan Tata Letak Fasilitas ini tentunya memiliki beberapa maksud dan tujuan yang ingin dicapai. Maksud dan tujuan Praktikum Perancangan Tata Letak Fasilitas adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui dan menganalisa urutan dan waktu dari proses produksi rak buku berdasarkan peta proses operasi serta mengetahui jumlah mesin secara aktual yang diperlukan dalam produksi rak buku pada CV. Rajawali Nusantara.
2. Mengetahui dan menganalisa luas lantai produksi rak buku yang terdiri dari luas lantai gudang bahan baku (receiving) baik model tumpukan maupun model rak, luas lantai mesin, dan luas lantai gudang barang jadi (shipping) pada CV. Rajawali Nusantara.
3. Mengetahui dan menganalisa alat angkut yang digunakan untuk proses pemindahan bahan serta ongkos penanganan material (OMH) pada CV. Rajawali Nusantara.
4. Mengetahui dan menganalisa alokasi layout berdasarkan from to chart (FTC), tabel skala prioritas (TSP), dan allocation relationship diagram (ARD) pada lantai produksi CV. Rajawali Nusantara.
5. Mengetahui dan menganalisa badan hukum, karakteristik, visi dan misi, serta struktur organisasi perusahaan. Selain itu, mengetahui dan menganalisa luas lantai perkantoran dan fasilitas serta ketenagakerjaan dan gajinya pada CV. Rajawali Nusantara.
6. Mengetahui dan menganalisa total biaya investasi awal dan modal kerja, harga pokok penjualan (HPP) rak buku, angsuran pokok dan bunga bank serta rugi laba. Selain itu, mengetahui aliran kas dan proyeksi penilaian investasi serta break even point pada CV. Rajawali Nusantara.
7. Mengetahui dan menganalisa perencanaan tata letak CV. Rajawali Nusantara dengan activity relationship chart (ARC), area allocation diagram (AAD), template , dan maket.
1.3 Kegunaan Praktikum PTLF
Pelaksanaan Praktikum Perancangan Tata Letak Fasilitas tentunya memiliki kegunaan khususnya bagi praktikan yang mengikuti praktikum tersebut. Kegunaan-kegunaan Praktikum Perancangan Tata Letak Fasilitas adalah sebagai berikut.
1. Memberikan pembelajaran kepada praktikan mengenai cara pembuatan routing sheet dan multi product process chart (MPPC) serta analisa mengenai penggunaan routing sheet dan multi product process chart (MPPC) sehingga dapat menentukan jumlah mesin yang akan digunakan.
2. Memberikan pembelajaran kepada praktikan untuk dapat memperkirakan kebutuhan luas lantai bagian produksi.
3. Memberikan pembelajaran kepada praktikan untuk dapat melakukan perhitungan dan analisa ongkos penanganan material.
4. Memberikan pembelajaran kepada praktikan untuk dapat merencanakan pola aliran aktivitas pada bagian departemen produksi serta membuat layout pada bagian departemen produksi.
5. Memberikan pembelajaran kepada praktikan untuk dapat menentukan bentuk struktur organisasi mencakup logo, visi dan misi perusahaan, badan hukum usaha, dan karakteristik. Selain itu, praktikan dapat menentukan total gaji tenaga kerja langsung dan tidak langsung serta luas lantai fasilitas dan perkantoran.
6. Memberikan pembelajaran kepada praktikan untuk dapat menghitung investasi awal dan modal kerja, harga pokok penjualan, angsuran pokok dan bunga bank, serta rugi laba dan aliran kas. Selain itu, praktikan dapat mengambil keputusan berdasarkan proyeksi penilaian investasi.
7. Memberikan pembelajaran kepada praktikan untuk dapat menentukan derajat kedekatan tiap-tiap aktivitas dengan alasan yang jelas serta dapat menentukan alokasi atau tata letak bagian departemen produksi dan perkantoran. Selain itu, praktikan dapat menentukan perancangan tata letak fasilitas.
1.4 Diagram Pemecahan Masalah
Pelaksanaan Praktikum Perancangan Tata Letak Fasilitas memiliki prosedur yang saling berintegrasi. Pengumpulan data-data penunjang dan pembatasan masalah dilakukan untuk penyelesaian tidak keluar dari pembahasan yang akan dilakukan. Prosedur Praktikum Perancangan Tata Letak Fasilitas digambarkan dalam diagram alir (flowchart) seperti pada Gambar 1.1 berikut ini.
Inisialisasi
Data Permintaan, Peramalan, dan Kebutuhan Produksi
Data Komponen Utama, Tambahan, dan Mesin-mesin
Peta Proses Operasi
Aspek Teknis
Aspek Manajemen dan
Aspek Finansial dan
Organisasi
Ekonomi
- Waktu Produksi
- Perhitungan Biaya Investasi Awal Kerja - Reabilitas Sistem - Efisiensi Mesin
Routing Sheet
Karakteristik Perusahaan
-Kebutuhan Bahan
- Nama dan Badan Hukum
- Perhitungan Modal Kerja - Perhitungan Harga Pokok Penjualan
Kerja per Bulan - Produktivitas
-Kebutuhan Mesin Teoritis
- Logo Perusahaan - Visi dan Misi Perusahaan
- Perhitungan Angsuran Pokok
- Struktur Organisasi
- Perhitungan Bunga Bank - Perhitungan Rugi Laba - Perhitungan Aliran Kas
* Initial Cash Flow (ICF) - Kebutuhan Mesin Aktual
MPPC
Luas Tanah
* Process Operational Cash Flow (OCF)
-Luas Lantai Perkantoran
* Terminal Cash Flow (TCF)
-Luas Lantai Fasilitas
Model Tumpukan - Tinggi Maksimal
Luas Lantai Produksi Proyeksi Penilaian Investasi
- Tinggi Maksimal - Gudang Bahan Baku - Payback Period (PP) Model Rak
- Allowance - Toleransi Bahan
- Net Present Value (NPV) - Gudang Barang Jadi
- Mesin
Ketenagakerjaan
- Tenaga Kerja Langsung
* Departemen Fabrikasi
- Internal Rate Of Return (IRR)
* Departemen Assembling * Departemen Material Handling
- Tenaga Kerja Tidak Langsung
Proyek Layak? Angkut - Layout
- Alat dan Ongkos Angkut
Analisis Pemindahan Bahan,
* Perkantoran
- Spesifikasi Alat
Ongkos, dan Alokasi Layout
* Bukan Perkantoran
Tidak Sementara
- Proses Pemindahan Bahan
- Aspek Sosial Ekonomi
- Ongkos Penanganan Material - Jarak Angkut
(OMH) Ya Perhitungan Break Even Point (BEP)
Alokasi Layout
Analisis Aktivitas dan Perencanaan
- From To Chart (FTC)
- In Flow – Out Flow (IF – OF)
Tata Letak
- Activity Relationship Chart (ARC)
- Tabel Skala Prioritas (TSP)
- Area Allocation Diagram (AAD)
- Activity Relationship Diagram
Gambar 1.1 Diagram Alir Pemecahan Masalah
Berdasarkan Gambar 1.1, maka langkah awal dalam pemecahan masalah mengenai perancangan tata letak fasilitas yaitu inisialisasi. Inisialisasi yaitu menentukan produk yang akan diproduksi. Produk yang dipilih yaitu rak buku. Rak buku dipilih karena memiliki proses produksi yang tidak terlalu rumit selain itu memiliki pangsa pasar yang cukup luas karena dapat digunakan untuk segala bidang seperti bidang pendidikan, kesehatan, rumah tangga, maupun perkantoran. Setelah menentukan produk, selanjutnya yaitu mengumpulkan data-data penunjang yang diperlukan untuk perancangan tata letak fasilitas. Data penunjang yang pertama yaitu data permintaan, peramalan, dan kebutuhan produksi. Data penunjang pada bagian ini yaitu waktu produksi dalam 1 bulan adalah 4 minggu, Berdasarkan Gambar 1.1, maka langkah awal dalam pemecahan masalah mengenai perancangan tata letak fasilitas yaitu inisialisasi. Inisialisasi yaitu menentukan produk yang akan diproduksi. Produk yang dipilih yaitu rak buku. Rak buku dipilih karena memiliki proses produksi yang tidak terlalu rumit selain itu memiliki pangsa pasar yang cukup luas karena dapat digunakan untuk segala bidang seperti bidang pendidikan, kesehatan, rumah tangga, maupun perkantoran. Setelah menentukan produk, selanjutnya yaitu mengumpulkan data-data penunjang yang diperlukan untuk perancangan tata letak fasilitas. Data penunjang yang pertama yaitu data permintaan, peramalan, dan kebutuhan produksi. Data penunjang pada bagian ini yaitu waktu produksi dalam 1 bulan adalah 4 minggu,
30 produk/hari. Setelah mengumpulkan data-data tersebut, maka selanjutnya adalah mengumpulkan data komponen-komponen utama, komponen tambahan, dan mesin-mesin yang akan digunakan dalam proses produksi rak buku. Komponen utama pada produk rak buku yaitu kaki 1, kaki 2, kaki 3, lingkaran 1, lingkaran 2, lingkaran 3, lingkaran 4, lingkaran 5, lingkaran 6, dan lingkaran 7. Komponen utama tentunya membutuhkan komponen tambahan sebagai pendukung dalam membuat suatu produk. Komponen tambahan yang digunakan dalam proses produksi rak buku yaitu sekat, sekrup, dan engsel. Sedangkan mesin-mesin yang digunakan untuk proses produksi rak buku yaitu meja fabrikasi, mesin potong, mesin serut, mesin bor, dan meja perakitan.
Data penunjang selanjutnya yaitu peta proses operasi. Peta proses operasi merupakan peta yang menggambarkan langkah-langkah proses produksi yang dialami oleh setiap bahan baku hingga menjadi produk jadi. Informasi yang dapat diperoleh dari peta proses operasi yaitu produk yang akan dibuat, komponen utama meliputi nama komponen utama, ukuran terima dan ukuran pakai serta kuantitas, komponen tambahan, mesin yang digunakan, waktu setiap proses, persentase scrap, dan urutan proses.
Data-data penunjang yang telah terkumpul selanjutnya digunakan dalam aspek teknis. Aspek teknis terdiri dari beberapa tahapan yang sangat berpengaruh dengan jalannya proses produksi. Tahapan yang pertama adalah routing sheet. Routing sheet atau lembar pengurutan merupakan langkah-langkah yang dicakup dalam memproduksi komponen tertentu dan rincian yang perlu diketahui dari hal- hal yang saling berkaitan satu sama lain. Informasi yang diperoleh berdasarkan routing sheet yaitu jumlah kebutuhan bahan yang perlu disiapkan dan jumlah mesin teoritis urutan proses secara keseluruhan untuk setiap proses per komponen.
Jumlah mesin teoritis pada routing sheet tidak dapat diterapkan secara langsung pada lantai produksi. Maka dari itu, selanjutnya perlu dibuat multi product process chart (MPPC) untuk mengelompokkan jumlah mesin teoritis yang diperoleh dari routing sheet untuk mesin yang sama. Setelah dilakukan penjumlahan dan pembulatan, maka dapat diperoleh jumlah mesin aktual yang akan digunakan pada lantai produksi.
Tahapan selanjutnya adalah menghitung luas lantai produksi. Selain data- data penunjang yang telah dikumpulkan sebelumnya, data penunjang tambahan yang digunakan dalam menghitung luas lantai yaitu jumlah mesin aktual dari multi product process chart (MPPC), tinggi maksimal model tumpukan dan rak, toleransi bahan dan kelonggaran (allowance). Perhitungan luas lantai terdiri dari tiga bagian yaitu luas lantai gudang bahan baku (receiving) model tumpukan dan rak, luas lantai mesin, dan luas lantai gudang bahan baku. Luas lantai gudang bahan baku model tumpukan diperuntukkan untuk menyimpan komponen utama sedangkan luas lantai gudang bahan baku model rak diperuntukkan untuk menyimpan komponen tambahan.
Tahapan selanjutnya dalam aspek teknis yaitu analisis pemindahan bahan dan ongkos. Komponen utama dan komponen tambahan yang dibutuhkan dalam proses produksi tentunya membutuhkan suatu alat angkut untuk memindahkan komponen tersebut dari suatu tempat ke tempat lain khususnya pada lantai produksi. Analisis pemindahan bahan dan ongkos ini membutuhkan data penunjang tamabahan seperti luas lantai, layout sementara, jarak angkut, alat angkut dan ongkos serta spesifikasinya. Analisis ini digunakan untuk menentukan alat angkut yang tepat digunakan untuk pemindahan bahan dengan ongkos penanganan bahan (OMH) yang paling minimum.
Tahapan selanjutnya dalam aspek teknis yaitu alokasi layout. Tahapan ini terdiri dari 4 bagian yaitu pembuatan from to chart (FTC), in flow (IF) dan out flow (OF), tabel skala prioritas (TSP), dan acitivity relationship diagram (ARD). Secara umum tahapan ini digunakan untuk menentukan letak lokasi departemen yang satu dengan departemen yang lain dalam lantai produksi dengan mempertimbangkan ongkos penanganan bahan (OMH) dan skala prioritas.
Sebelum masuk dalam tahap akhir, maka terdapat hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam mendirikan suatu perusahaan, yaitu aspek manajemen dan organisasi. Tanpa adanya suatu manajemen dan organisasi, perusahaan tentunya tidak akan berjalan. Aspek manajemen dan organisasi terdiri dari beberapa tahapan. Tahapan pertama yaitu pembentukan karakteristik perusahaan yang meliputi nama dan badan hukum perusahaan, logo perusahaan, visi dan misi perusahaan, serta struktur organisasi. Struktur organisasi perlu dibentuk untuk mengetahui pembagian tugas dan wewenang pada setiap bagian. Perusahaan yang dibentuk bernama CV. Rajawali Nusantara. CV adalah suatu bentuk badan hukum dalam usaha bisnis yang didirikan dan dimiliki oleh dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan bersama dengan tingkat keterlibatan yang berbeda-beda di antara anggotanya.
Tahapan selanjutnya menentukan luas tanah yang dibutuhkan untuk mendirikan CV. Rajawali Nusantara. Perhitungan luas tanah terdiri dari luas lantai perkantoran dan luas lantai fasilitas. Selain itu, luas lantai produksi yang telah ditentukan sebelumnya perlu dipertimbangkan dalam perhitungan luas tanah. Lokasi tanah yang akan dibeli untuk mendirikan CV. Rajawali Nusantara tentunya mempertimbangkan beberapa hal di antaranya yaitu ketersediaan bahan baku, tenaga kerja, pasar, dan faktor-faktor lain dalam aspek sosial dan ekonomi.
Berdasarkan informasi lokasi tanah yang akan didirikan CV. Rajawali Nusantara, maka dapat diketahui upah minimum regional (UMR) atau upah minimum kabupaten atau kota (UMK). Berdasarkan informasi tersebut, maka dapat ditentukan gaji tenaga kerja langsung dan tidak langsung pada CV. Rajawali Nusantara. Tenaga kerja langsung merupakan tenaga kerja yang terlibat langsung dalam proses produksi seperti tenaga kerja fabrikasi, tenaga kerja assembling, dan tenaga kerja penanganan bahan (material handling). Sedangkan tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja yang tidak terlibat langsung dalam proses produksi seperti tenaga kerja perkantoran dan non perkantoran.
Perusahaan yang akan didirikan tentunya membutuhkan investasi awal dan modal kerja dalam pelaksanaan seluruh kegiatannya. Maka dari itu perlu direncanakan pula dalam aspek ekonomi dan finansial. Aspek ekonomi dan Perusahaan yang akan didirikan tentunya membutuhkan investasi awal dan modal kerja dalam pelaksanaan seluruh kegiatannya. Maka dari itu perlu direncanakan pula dalam aspek ekonomi dan finansial. Aspek ekonomi dan
Proyeksi penilaian investasi dilakukan dengan menggunakan tiga teknik yaitu payback period (PP), net present value (NPV), dan internal rate of return (IRR). Apabila salah satu teknik tersebut menyatakan proyek tidak layak, maka perlu dilakukan revisi atau perbaikan. Perbaikan yang dapat dilakukan yaitu mengurangi biaya investasi awal maupun meningkatkan profit yang diinginkan. Apabila telah dilakukan proyek penilaian investasi kembali dan ketiga teknik menyatakan bahwa proyek layak, maka langkah selanjutnya dalam aspek ekonomi dan finansial yaitu perhitungan break even point (BEP).
Tahapan terakhir dalam perancangan tata letak fasilitas adalah analisis aktivitas dan perencanaan tata letak. Tahapan ini terdiri dari beberapa bagian yaitu pembuatan activity relationship chart (ARC), area allocation diagram (AAD), template , dan maket. Activity relationship chart (ARC) merupakan teknik yang digunakan sebagai alat untuk menganalisa hubungan antar aktivitas yang ada dalam pembuatan rak buku di CV. Rajawali Nusantara. Aktivitas-aktivitas yang ada dalam pembuatan rak buku ini saling berhubungan antara satu aktivitas dengan aktivitas lainnya, hal ini ditinjau dari beberapa kriteria yang ada, maka dapat dikatakan bahwa dalam perencanaan tata letak fasilitas harus dilakukan penganalisaan yang optimal.
Area Allocation Diagram (AAD) dalam produksi rak buku di CV. Rajawali Nusantara ini merupakan penggambaran dari penempatan area-area produksi, perkantoran, dan fasilitas pada CV. Rajawali Nusantara. AAD ini dibuat berdasarkan tata letak produksi yang sebenarnya dan memuat alokasi dari mesin dan produksi, beserta receiving, shipping, dan lain-lain. Template CV. Rajawali
Nusantara ini merupakan suatu gambaran yang lebih jelas dari tata letak fasilitas yang akan dibuat terkait dengan segala aktivitas produksi rak buku di CV. Rajawali Nusantara tersebut dan merupakan gambaran detail dari Area Allocation Diagram (AAD) pembuatan produk rak buku CV. Rajawali Nusantara. Maket merupakan gambaran template dalam bentuk tiga dimensi (3D) yang memiliki skala.
BAB II IDENTIFIKASI AWAL
2.1 Inisialisasi
Tahap awal yang dilakukan dalam perancangan tata letak fasilitas adalah menentukan produk yang akan dibuat. Produk yang akan dibuat yaitu rak buku. Pemilihan produk tersebut dikarenakan karena rak buku memiliki pangsa pasar yang cukup luas. Produk rak buku ini memiliki kelebihan yaitu memiliki desain yang menarik dan inovatif sehingga dapat menarik minat konsumen. Selain itu rak buku ini mampu ditempatkan di mana saja karena ukurannya yang tidak terlalu besar. Meskipun produk rak buku dirancang semenarik mungkin, namun tidak menghilangkan fungsi utamanya yaitu untuk menyimpan buku-buku. Gambar 2.1 berikut ini merupakan gambar produk rak buku.
Gambar 2.1 Rak Buku
Berdasarkan Gambar 2.1 di atas, dapat diketahui bahwa rak buku yang akan diproduksi memiliki bahan dasar kayu. Komponen utama yang diperlukan untuk memproduksi rak buku yaitu kaki 1, kaki 2, kaki 3, lingkaran 1, lingkaran 2, Berdasarkan Gambar 2.1 di atas, dapat diketahui bahwa rak buku yang akan diproduksi memiliki bahan dasar kayu. Komponen utama yang diperlukan untuk memproduksi rak buku yaitu kaki 1, kaki 2, kaki 3, lingkaran 1, lingkaran 2,
Target pasar untuk produk rak buku ini yaitu sekolah, instansi pemerintahan, rumah tangga, perkantoran, dan lain sebagainya. Karena produk ini memiliki peluang yang besar untuk dipasarkan, maka dibutuhkan suatu tata letak yang baik agar dapat mengoptimalkan hubungan antara tenaga kerja, aliran material dari bagian penerimaan barang, fabrikasi, hingga pengiriman produk jadi dan aliran informasi untuk mencapai tujuan perusahaan secara efisien, ekonomis dan aman.
2.2 Data Permintaan, Peramalan, dan Kebutuhan Produksi
Perancangan tata letak fasilitas membutuhkan beberapa data penunjang di antaranya yaitu data permintaan, peramalan, dan kebutuhan produksi. Sehingga nantinya tata letak fasilitas yang akan dibentuk mampu memproduksi rak buku yang mampu memenuhi permintaan. Data permintaan, peramalan, dan kebutuhan produksi rak buku adalah sebagai berikut.
1. Waktu produksi rak buku dalam 1 bulan adalah 4 minggu.
2. Waktu produksi rak buku dalam 1 minggu adalah 5 hari.
3. Waktu produksi rak buku dalam 1 hari adalah 8 jam.
4. Produk rak buku yang diproduksi berdasarkan peramalan adalah 30 produk/hari.
5. Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah produk adalah 174,583 menit.
6. Efisiensi mesin sebesar 95%.
7. Reliabilitas mesin sebesar 80%.
8. Produktivitas kerja per bulan 600 produk.
9. Kapasitas produksi rak buku adalah 30 produk/hari.
2.3 Data Komponen Utama, Tambahan, dan Mesin-Mesin
Produk rak buku memiliki beberapa komponen utama, komponen tambahan, dan mesin-mesin dalam proses produksinya. Data komponen utama, tambahan, dan mesin-mesin sangat penting dalam perancangan tata letak fasilitas terutama dalam aspek teknis maupun aspek ekonomi dan finansial. Tabel 2.1 berikut ini merupakan data komponen utama dalam proses produksi rak buku.
Tabel 2.1 Komponen Utama Rak Buku
No. Nama Unit/
Tipe
Ukuran Pakai
Ukuran Terima
Berat/Unit Harga/Unit
Assy. Bahan
(cm) (pxlxt)
(cm) (pxlxt)
(kg) (Rp)
90x30x1
91x31x1
0,5 11.000 3 Kaki 3
1 Kayu
90x30x1
91x31x1
0,5 11.000 4 Lingkaran 1
1 Kayu
90x30x1
91x31x1
0,5 12.000 5 Lingkaran 2
2 Kayu
65x65x1
66x66x1
0,45 11.500 6 Lingkaran 3
2 Kayu
55x55x1
56x56x1
0,4 10.000 7 Lingkaran 4
2 Kayu
48,5x48,5x1
49,5x49,5x1
0,1 3.000 8 Lingkaran 5
1 Kayu
1/3(38,5x38,5x1)
1/3(39,5x39,5x1)
0,25 6.000 9 Lingkaran 6
1 Kayu
2/3(38,5x38,5x1)
2/3(39,5x39,5x1)
0,2 4.000 10 Lingkaran 7
2 Kayu
32,5x32,5x1
33,5x33,5x1
2 Kayu
22,5x22,5x1
23,5x23,5x1
Selain membutuhkan komponen utama dalam proses produksi rak buku, komponen tambahan juga perlu dipertimbangkan dalam perancangan tata letak fasilitas. Komponen tambahan digunakan untuk menunjang beberapa komponen utama agar dapat menjadi produk jadi. Tabel 2.2 berikut ini merupakan data komponen tambahan produk rak buku.
Tabel 2.2 Komponen Tambahan Rak Buku
No. Nama Vol.
Berat/ Harga/ Unit Assy
Tipe
Ukuran Kemasan (cm)
Assy. (kg) (Rp)
5x5x1
50 0,5 200 3 Engsel
14 Besi
7x5x3
4 Besi
3x5x0,1
Mesin merupakan salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan pula dalam perancangan tata letak fasilitas. Penempatan mesin yang tidak tepat menyebabkan proses produksi menjadi terhambat dan dapat mengakibatkan operator bekerja menjadi tidak nyaman. Proses produksi rak buku tentunya membutuhkan beberapa mesin. Tabel 2.3 berikut ini merupakan data mesin-mesin yang digunakan untuk proses produksi rak buku.
Tabel 2.3 Kebutuhan Mesin-Mesin
No. Mesin Nama Mesin/Alat
Proses
Tipe Bahan Ukuran (m)
F001 Meja Fabrikasi
Kayu 2,5 x 2 F002
Mengukur
Kayu 2x1 F003
Mesin Potong
Memotong
Kayu 2x1 F004
Mesin Serut
Meratakan
Kayu 2x1 A001
Mesin Bor
Membuat Lubang
Meja Assembling
Memasang/Merakit
Kayu 2,5 x 2,5
2.4 Peta Proses Operasi
Peta proses operasi sering kali disingkat dengan kata operasi. Pengertian dari peta proses operasi adalah peta kerja yang mencoba menggambarkan urutan kerja dengan jalan membagi pekerjaan tersebut dan elemen-elemen operasi secara detail. Banyak manfaat yang bisa diperoleh dari informasi-informasi yang dicatat peta operasi, yaitu antara lain seperti berikut (Wignjosoebroto, 2008):
1. Data kebutuhan jenis proses atau mesin yang diperlukan dalam pelaksanaan operasi kerja dan penganggarannya.
2. Data kebutuhan bahan baku dengan memperhitungkan efisiensi pada setiap elemen opersi kerja atau pemeriksaan.
3. Pola tata letak fasilitas kerja dan aliran pemindahan materialnya.
4. Alternatif-alternatif perbaikan prosedur dan tata cara kerja yang sedang dipakai.
Berdasarkan manfaat-manfaat dari peta proses operasi di atas, dapat dilihat bahwa salah satunya adalah pola tata letak fasilitas kerja dan aliran pemindahan materialnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa peta proses operasi merupakan data penunjang yang sangat penting dalam perancangan tata letak fasilitas. Gambar 2.2 berikut ini merupakan peta proses operasi dari produk rak buku.
PETA PROSES OPERASI
NAMA OBYEK : RAK BUKU NOMOR PETA
:1 DIPETAKAN OLEH
: KELOMPOK 3 TANGGAL DIPETAKAN : 8 OKTOBER 2013
Lingkaran 7 (2 unit) (23,5 x 23,5 x 1 cm) Lingkaran 6 (2 unit) (33,5 x 33,5 x 1 cm) 2/3(39,5 x 39,5 x 1 cm) Lingkaran 5 (1 unit)
(91 x 31 x 1 cm) (22,5 x 22,5 x 1 cm)
Lingkaran 4 (1 unit) 1/3(39,5 x 39,5 x 1 cm)
Lingkaran 3 (2 unit) (49,5 x 49,5 x 1 cm)
Lingkaran 2 (2 unit) (56 x 56 x 1 cm)
(66 x 66 x 1 cm)
(91 x 31 x 1 cm) Kaki 3 (1 unit)
Lingkaran 1 (2 unit)
(90 x 30 x 1 cm) Kaki 2 (1 unit)
(90 x 30 x 1 cm) Kaki 1 (1 unit)
(91 x 31 x 1 cm)
(32,5 x 32,5 x 1 cm) 2/3(38,5 x 38,5 x 1 cm)
1/3(38,5 x 38,5 x 1 cm)
(48,5 x 48,5 x 1 cm)
0% (Mj.Fabrikasi) Mengukur 0% 4,18'
O-35
O-32 Mengukur (Mj.Fabrikasi)
4,8' 0%
O-28
(Mj.Fabrikasi) Mengukur
4,21' 0%
O-25
(Mj.Fabrikasi)
(Mj.Fabrikasi) 0%
(Mj.Fabrikasi)
(Mj.Fabrikasi)
(Mj.Fabrikasi)
4,89'
O-5 (Mj.Fabrikasi)
O-1 (Mj.Fabrikasi)
Mengukur
45,55% 0,67'
0-21 O-36
(Mesin Potong) Memotong 57,54% 0,88' O-33 (Mesin Potong) Memotong 71,58% 4,2'
O-29
(Mesin Potong) Memotong 85,79% 3,56'
O-26 (Mesin Potong) Memotong 69,21% 3,57' O-22 0-21 (Mesin Potong) Memotong 5,7' 65% O-18
(Mesin Potong) Memotong 63,2% 5,33' O-14
(Mesin Potong) Memotong 47,85% 5,7' O-10
(Mesin Potong) Memotong 47,85% 5,42'
O-6
(Mesin Potong) Memotong 47,32% 6.02'
O-2 0-21 (Mesin Potong) Memotong
2,36% (Mesin Serut) Meratakan 2,15% 3,4'
2,56'
O-37
O-34 (Mesin Serut) Meratakan 1,82% 1' O-30
(Mesin Serut) Meratakan 1,82% 3,14'
O-27
(Mesin Serut) Meratakan 1,35% 3,3' O-23
(Mesin Serut) Meratakan 1,31% O-19
5,27'
(Mesin Serut) 1,28% O-15
Meratakan
7,49'
(Mesin Serut) Meratakan 0,76%
5,42'
O-11
(Mesin Serut) Meratakan 0,76% 5,35'
O-7 (Mesin Serut)
O-3 (Mesin Serut)
Meratakan
(Mesin bor) Melubangi 0,06% 1,23' 0,07%
0,48'
O-31
0,02% (Mesin bor) 0,51' O-20 (Mesin bor) Melubangi O-16
(Mesin bor) Melubangi 0,02% 1,58'
O-12
(Mesin bor) Melubangi
0,02% 2,03'
O-8 (Mesin bor) Melubangi
0,02% 2'
O-4 Melubangi (Mesin bor)
Engsel (2)
10,33' 0%
O-38 (Mj. Assembling + Perakitan 1 Obeng)
Engsel (2)
10,18'
O-39 (Mj. Assembling + 0% Perakitan 2 Obeng)
Sekrup 2 cm (2)
0% 2,59'
O-40 (Mj. Assembling + Obeng)
Perakitan 3
Sekrup 2 cm (5) + Sekat (2)
11,54'
O-41 (Mj. Assembling + 0% Perakitan 4 Obeng)
Sekrup 2 cm (5) + Sekat (2)
0% 3,52'
O-42 (Mj. Assembling + Obeng)
Perakitan 5
0,083' 0%
O-43 (Mj. Assembling) Perakitan 6
Sekrup 2 cm (2) + Sekat (1)
0% 3,27'
O-44 (Mj. Assembling + Perakitan 7 Obeng)
0% 1'
O-45 (Mj. Assembling) Perakitan 8
0% 0,5'
O-46 (Mj. Assembling) Perakitan 9
1'
I-1 Pemeriksaan
Ringkasan Kegiatan
Jumlah (Menit) Waktu
Operasi 46 173,583 Pemeriksaan
Total 47 174,583
Gambar 2.2 Peta Proses Operasi Pembuatan Rak Buku
BAB III ASPEK TEKNIS
3.1 Routing Sheet
Routing sheet atau lembar pengurutan merupakan lembar kerja yang digunakan untuk mengidentifikasi efisiensi kebutuhan mesin berdasarkan urutan mesin yang digunakan selama proses operasi tiap komponen. Routing sheet digunakan untuk menghitung jumlah mesin teoritis yang diperlukan dan menghitung jumlah bahan yang harus disiapkan dalam usaha memperoleh sejumlah produk jadi yang diinginkan. Tabel 3.1 berikut ini merupakan hasil perhitungan routing sheet untuk produk rak buku.
Tabel 3.1 Routing Sheet Rak Buku
Efisiensi Kebutuhan Mesin Operasi
No. Deskripsi Nama Mesin
Mesin Teoritis Aktual 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 001 Kaki 1 (1)
Mesin/Jam
O-1 Mengukur Meja Fabrikasi
Memotong Mesin Potong
Meratakan Mesin Serut
Melubangi Mesin Bor
O-5 Mengukur Meja Fabrikasi
Memotong Mesin Potong
Meratakan Mesin Serut
Melubangi Mesin Bor
O-9 Mengukur Meja Fabrikasi
Memotong Mesin Potong
Meratakan Mesin Serut
Melubangi Mesin Bor
O-13 Mengukur Meja Fabrikasi
Memotong Mesin Potong
Meratakan Mesin Serut
Melubangi Mesin Bor
Tabel 3.1 Routing Sheet Rak Buku (Lanjutan)
Efisiensi Kebutuhan Mesin Operasi
No.
Deskripsi Nama Mesin
Mesin/Jam
Mesin Teoritis Aktual
005 Lingkaran 2 (2) O-17
183,02 0,95 1 O-18
Mengukur Meja Fabrikasi
Memotong Mesin Potong
Meratakan Mesin Serut
Melubangi Mesin Bor
O-21 Mengukur Meja Fabrikasi
Memotong Mesin Potong
Meratakan Mesin Serut
Melubangi Mesin Bor
O-25 Mengukur Meja Fabrikasi
Memotong Mesin Potong
Meratakan Mesin Serut
O-28 Mengukur Meja Fabrikasi
Memotong Mesin Potong
Meratakan Mesin Serut
Melubangi Mesin Bor
O-32 Mengukur Meja Fabrikasi
Memotong Mesin Potong
Meratakan Mesin Serut
O-35 Mengukur Meja Fabrikasi
Memotong Mesin Potong
Meratakan Mesin Serut
O-38 Merakit Meja Perakitan
O-39 Merakit Meja Perakitan
O-40 Merakit Meja Perakitan
O-41 Merakit Meja Perakitan
Tabel 3.1 Routing Sheet Rak Buku (Lanjutan)
No. Operasi
Mesin Teoritis Aktual 015 Perakitan 5
Deskripsi Nama Mesin
Efisiensi Kebutuhan Mesin
Mesin/Jam
O-42 Merakit Meja Perakitan
O-43 Merakit Meja Perakitan
O-44 Merakit Meja Perakitan
O-45 Merakit Meja Perakitan 60 0 30 30 31,58 0,09 1
019 Perakitan 9
O-46 Merakit Meja Perakitan
I-1 Pemeriksaan Meja Perakitan 60 0 30 30 31,58 0,09 1
Perhitungan untuk tabel routing sheet sebaiknya dilakukan untuk proses terakhir sebelum perakitan untuk semua komponen. Hal tersebut dilakukan karena jumlah yang diminta adalah 30 unit untuk setiap komponen dan karena proses merakit tidak menghasilkan scrap. Berikut ini merupakan contoh perhitungan routing sheet komponen kaki 1 proses melubangi.
1. Kolom 1 : Nomor Operasi Karena proses melubangi memiliki nomor urut 4 maka dapat ditulis dengan O-4.
2. Kolom 2 : Deskripsi Berisi nama operasi yang dilakukan yaitu melubangi.
3. Kolom 3 : Nama Mesin Berisi nama mesin yang digunakan pada operasi melubangi yaitu mesin bor.
4. Kolom 4 : Produksi Mesin/Jam Berisi banyak unit produk yang dihasilkan dalam waktu 1 jam atau 60 menit.
60 menit Produksi Mesin/Jam = Waktu Operasi
60 menit
Produksi Mesin/Jam 30 unit
2 menit
5. Kolom 5 : Scrap Jumlah buangan bahan baku atau persentase kerusakan yang diperkirakan, yang dilakukan dalam satu operasi (dalam %). Scrap diperoleh dari peta proses operasi. Untuk proses melubangi scrap yang dihasilkan adalah 0,2%, maka dapat ditulis 0,002.
6. Kolom 6 : Bahan diminta Bahan diminta merupakan jumlah bahan yang diharapkan setelah melalui suatu proses. Karena komponen kaki 1 terdiri dari 1 unit untuk 1 produk maka jumlah bahan diminta dapat ditulis 30 unit. Jika terdiri dari 2 unit untuk
1 produk dapat ditulis sebesar 60 unit. Untuk jumlah bahan yang diminta pada proses mengukur, memotong, dan meratakan dapat ditulis sesuai dengan jumlah bahan yang disiapkan pada proses selanjutnya.
7. Kolom 7 : Bahan Disiapkan Kolom jumlah bahan yang harus disiapkan, berisi jumlah bahan yang harus tersedia dengan mempertimbangkan persen scrap sebelum melakukan proses operasi tertentu.
Bahan yang diminta Bahan yang disiapkan =
1 - % scrap
Bahan yang disiapkan
8. Kolom 8 : Efisiensi Mesin Kolom efisiensi mesin merupakan tingkat pemanfaatan mesin.
Bahan yang disiapkan
Efisiensi Mesin =
Efisiensi
Efisiensi Mesin
9. Kolom 9 : Jumlah Mesin Teoritis (JMT) Berisi tentang jumlah mesin secara teoritis untuk setiap operasi jumlah ini diperoleh dengan menggunakan persamaan :
Efisiensi M esin
Jumlah M esin Teoritis =
× Reabilitas × Jam
jam
hari
31,59
Jumlah Mesin Teoritis 0 , 17 unit
30 80% 8
10. Kolom 10 : Jumlah Mesin Aktual Berisi tentang jumlah mesin yang akan digunakan pada proses produksi, di mana diperoleh dari pembulatan hasil pada jumlah mesin teoritis. Maka untuk proses melubangi komponen kaki 1 dapat ditulis dengan 1 unit.
Berdasarkan hasil perhitungan routing sheet pada Tabel 3.1 dapat dilihat bahwa jumlah mesin yang digunakan setiap komponen berbeda-beda, hal tersebut dikarenakan dipengaruhi oleh produksi mesin per jam dan persentase scrap. Semakin besar jumlah produksi mesin per jam maka jumlah mesin yang dibutuhkan cenderung kecil dan sebaliknya. Perhitungan jumlah mesin yang digunakan juga dipengaruhi oleh efisiensi mesin dan reabilitas. Efisiensi mesin merupakan tingkat pemanfaatan mesin dalam melakukan suatu proses produksi. Nilai efisiensi mesin sebesar 95% menunjukkan mesin dapat digunakan selama 95% dari waktu bekerja sedangkan sisanya sebesat 5% dari waktu bekerja digunakan untuk waktu set up mesin maupun maintenance. Sedangkan reabilitas merupakan peluang sebuah komponen (mesin), melakukan fungsinya dengan baik, dalam kurun waktu dan operasi tertentu. Jumlah mesin aktual pada routing sheet tidak dapat digunakan secara langsung dalam perancangan tata letak fasilitas mesin dikarenakan jumlah-jumlah tersebut masih dalam setiap komponen dan belum dikelompokkan dalam mesin yang sama. Maka dari itu diperlukan multi product process chart (MPPC).
3.2 Multi Product Process Chart (MPPC)
Multi product process chart (MPPC) merupakan suatu diagram yang menggambarkan langkah-langkah proses yang akan dialami oleh bahan, baik komponen utama maupun komponen tambahan, seperti urutan-urutan operasi, pemeriksaan, dan penyimpanan. Multi product process chart (MPPC) digunakan untuk mengetahui jumlah pemakaian kebutuhan mesin aktual dari routing sheet. Gambar 3.1 berikut ini merupakan multi product process chart (MPPC) untuk proses produksi rak buku.
Gambar 3.1 Multi Product Process Chart (MPPC) Rak Buku
Pembuatan multi product process chart (MPPC) seperti pada Gambar 3.1 perlu memperhatikan beberapa hal yaitu urutan proses operasi pada multi product process chart (MPPC) harus sama dengan yang diinformasikan pada peta proses operasi. Contoh yaitu pada peta proses operasi untuk proses pengukuran komponen utama kaki 1 memiliki nomor urut O-1, maka pada multi product process chart (MPPC) juga memiliki nomor urut O-1. Simbol-simbol yang digunakan pada peta proses operasi dan multi product process chart (MPPC) antara lain operasi, pemeriksaan, dan penyimpanan. Cara penomoran dilakukan berdasarkan urutan-urutan proses operasi per komponen. Hal terakhir yang perlu diperhatikan dalam pembuatan multi product process chart (MPPC) yaitu kebutuhan mesin teoritis pada multi product process chart (MPPC) harus sama dengan jumlah kebutuhan setiap mesin (misal meja fabrikasi, mesin potong) dalam satu kegiatan, bukan sama dengan jumlah kebutuhan mesin seluruh mesin untuk satu komponen.
Berdasarkan multi product process chart (MPPC) pada Gambar 3.1, jumlah total mesin yang digunakan adalah 40 unit dengan rincian 14 meja fabrikasi, 14 mesin potong, 6 mesin serut, 2 mesin bor, dan 4 meja fabrikasi. Mesin potong memiliki kuantitas paling besar dibandingkan dengan mesin yang lain, hal tersebut disebabkan karena pada routing sheet jumlah produksi mesin tidak cukup banyak dan scrap yang dihasilkan cukup banyak sehingga akan mempengaruhi jumlah mesin teoritisnya. Berdasarkan multi product process chart , dapat dilihat pula bahwa aliran proses produk rak buku berbentuk intermittent ¸ dimana proses setiap komponen dilakukan berulang-ulang sebelum perakitan. Perbedaan yang jelas antara routing sheet dan multi product process chart (MPPC) yaitu penentuan jumlah mesin aktual. Pada multi product process chart (MPPC) penentuan jumlah mesin dikelompokkan berdasarkan kesamaan dalam mesin yang digunakan. Sehingga teknik yang digunakan dalam perancangan tata letak fasilitas adalah process layout.
3.3. Luas Lantai
Luas lantai adalah luas suatu tempat atau area yang akan digunakan dalam mengolah suatu bahan atau dalam mengerjakan suatu proses produksi. Perhitungan luas lantai terdiri dari tiga bagian yaitu perhitungan luas lantai gudang bahan baku (receiving), luas lantai mesin, dan luas lantai gudang barang jadi (shipping). Perhitungan luas lantai dilakukan untuk memperkirakan kebutuhan luas lantai bagian produksi.
3.3.1. Luas Lantai Bahan
Perhitungan luas lantai bahan terdiri dari dua bagian yaitu perhitungan luas lantai gudang bahan baku model tumpukan dan perhitungan luas lantai gudang bahan baku model rak. Gudang bahan baku model tumpukan digunakan untuk menyimpan komponen utama yang memiliki dimensi yang relatif lebih besar. Sedangkan gudang bahan baku model rak digunakan untuk menyimpan komponen tambahan yang memiliki dimensi yang relatif lebih kecil.
3.3.1.1 Gudang Bahan Baku Model Tumpukan
Perhitungan luas lantai gudang bahan baku model tumpukan dilakukan untuk memperkirakan area yang dibutuhkan untuk menyimpan komponen utama yang memiliki dimensi atau ukuran relatif lebih besar. Data-data yang diperlukan untuk perhitungan luas lantai gudang bahan baku model tumpukan yaitu nomor komponen, nama komponen, jumlah komponen, tipe material, dan ukuran per potong. Data-data tersebut dapat diperoleh dari data komponen utama, peta proses operasi, dan routing sheet. Tabel 3.2 berikut ini merupakan hasil perhitungan luas lantai gudang bahan baku model tumpukan.
Tabel 3.2 Luas Lantai Model Tumpukan
Luas Allowance Total Komp
No. Nama
Ukuran (cm)
Komponen Tipe
Lantai Luas P
D (m )
3 Bahan/Minggu
Total (m )
3 Tumpukan
(m)
(m 2 ) (200%) (m 2 )
1 Kaki 1 Kayu
2 Kaki 2 Kayu
3 Kaki 3 Kayu
4 Lingkaran 1 Kayu
Tabel 3.2 Luas Lantai Model Tumpukan (Lanjutan)
Luas Total Komp
No. Nama
Ukuran (cm)
Volume 3 Volume
Tinggi
Komponen Tipe
(m )
Bahan/Minggu
Total
(m 3 Tumpukan
Allowance
(m)
Lantai (m2) (200%) Luas (m 2 )
5 Lingkaran 2 Kayu
6 Lingkaran 3 Kayu 49,5
7 Lingkaran 4 Kayu 39,5
8 Lingkaran 5 Kayu 39,5
9 Lingkaran 6 Kayu 33,5
10 Lingkaran 7 Kayu 23,5
Total Luas Lantai Gudang Bahan Baku Model Tumpukan
Contoh perhitungan dan analisis mengenai luas lantai model tumpukan untuk komponen kaki 1 dapat dilihat sebagai berikut:
1. Data pada kolom 1, 2, 3, dan 4 dapat diketahui dari data penunjang.
2. 3 Kolom 5 berisi volume (m ) dari komponen utama kaki 1.
3 3 Volume kaki 1 (m 3 ) = p x l x t = 91 x 31 x 1 = 2,821 cm = 0,002821 m
3. Kolom 6 berisi jumlah bahan yang disiapkan dalam 1 minggu, data ini diperoleh dari routing sheet dan merupakan hasil pembulatan. Pembulatan dilakukan karena dalam pemesanan bahan baku komponen utama tidak memungkinkan untuk pembelian dalam jumlah desimal. Selain itu, komponen utama merupakan bahan baku yang akan diproses sendiri dan memiliki ukuran yang relatif besar sehingga periode yang digunakan dalam jangka waktu 1 minggu. Sehingga tidak terlalu banyak tumpukan dibandingkan dalam jangka waktu 1 bulan. Bahan/Minggu = Bahan yang disiapkan x Jumlah hari kerja/Minggu Bahan/Minggu = 58 x 5 = 290
4. Kolom 7 berisi volume total bahan baku dalam 1 minggu Volume Total = Volume x Bahan/Minggu = 0,002821 x 290
Volume Total = 0,82 m 3
5. Kolom 8 berisi tinggi tumpukan yaitu sebesar 1 meter. Penentuan tinggi maksimal tumpukan dimaksudkan agar komponen yang letaknya di bawah tumpukan tidak mengalami kerusakan. Komponen utama merupakan salah satu elemen yang penting dalam proses produksi, sehingga apabila 5. Kolom 8 berisi tinggi tumpukan yaitu sebesar 1 meter. Penentuan tinggi maksimal tumpukan dimaksudkan agar komponen yang letaknya di bawah tumpukan tidak mengalami kerusakan. Komponen utama merupakan salah satu elemen yang penting dalam proses produksi, sehingga apabila
6. Kolom 9 berisi luas lantai yang diperoleh dengan persamaan:
Luas Lantai (m 2 ) = Volume Total : Tinggi Tumpukan = 0,82 : 1 = 0,82 m
7. Kolom 10 berisi kelonggaran atau toleransi yang diberikan agar proses produksi berjalan dengan lancar. Kelonggaran ditentukan dengan mempertimbangkan faktor operator, mesin, dan bahan baku. Sehingga dalam pemindahan bahan baku, operator tidak akan mengalami kesulitan dan kualitas bahan baku tetap terjamin.
Allowance 2 = Luas Lantai x allowance 200% = 0,82 x 200% = 1,64 m
8. Kolom 11 berisi total luas lantai yang diperlukan untuk komponen utama.