IDENTIFIKASI DAN INTERVENSI DINI ANAK DO

IDENTIFIKASI DAN INTERVENSI DINI ANAK DOWN SYNDROME

Konsep Dasar Intelektual Disabilities (Down Syndrome)
Terminologi hambatan mental-intelektual (tunagrahita) secara lazim memiliki beberapa
istilah seperti anak berkelainan hambatan mental-intelektual, terbelakang mental, lemah
ingatan, feebleminded, retardasi mental, cacat mental.

Apapun terminology atau sebutan

untuk mereka, pada hakekatnya semua makna dari istilah tersebut sama, yakni menunjuk
kepada seseorang yang memiliki tingkat kecerdasan di bawah normal. Batasan tentang
seseorang dikagorikan memiliki hambatan mental-intelektual atau tunagrahita, yaitu jika ia
memiliki tingkat kecerdasan secara signifikan rendahnya (di bawah normal), sehingga untuk
meniti tugas perkembangannya memerlukan bantuan atau layanan secara spesifik, termasuk
dalam program pendidikannya. Tingkat kecerdasan yang rendah tersebut merujuk pula pada
kemampuan kognitif, bahasa, motorik, dan sosial yang dimanifestasikan selama periode
perkembangan (Pawlyn dan Carnaby, 2009:4).
Definisi dan asumsi otoritatif saat ini, yang berasal dari AAIDD (sebelumnya
dikenal sebagai AAMR) menggantikan istilah mental retardation menjadi intellectual
disability atau hambatan intelektual. Istilah ID lebih disukai karena istilah tersebut
(a) mencerminkan konsep perubahan hambatan dengan lebih baik, (b) selaras

dengan praktik profesional saat ini yang berfokus pada perilaku fungsional dan
faktor kontekstual, (c) memberikan dasar logis untuk memahami penyediaan
dukungan karena berbasis pada kerangka sosial-ekologi, (d) tidak menyinggung
orang-orang dengan hambatan intelektual, (e) lebih sesuai dengan terminologi
internasional. Hal ini sesuai dengan pernyataan Prabhala (2007).
key professional organization in this fi eld, the American Association on Mental
Retardation,changed its name to the American Association on Intellectual and
Developmental Disabilities (AAIDD). It also changed the title of one of its key
journals; now the names refer to the basic condition as “intellectual and
developmental disabilities” rather than “mental retardation,” thus trying to eliminate
the negative connotationsthat had been attached to the previous term
Meskipun istilah atau nama telah berubah dari waktu ke waktu (lihat, misalnya,
Bach, 2007; I. Brown, 2007; Wright & Digby, 1996), sebuah analisis tentang definisi

berbasis Amerika Serikat yang digunakan selama 50 tahun terakhir atau lebih
menunjukkan bahwa tiga elemen penting dari ID adalah keterbatasan dalam fungsi
intelektual, keterbatasan perilaku dalam menyesuaikan tuntutan lingkungan, dan
bermula pada usia dini tidak berubah secara substansial (Schalock, Luckasson, &
Shogren, 2007). Ringkasan analisis ini disajikan pada Tabel 1.1 (sejarah definisi)
dan Tabel 1.2 (kriteria usia awal).


Tabel 1.1
Definisi Historis Retardasi Mental sebagaimana Dirumuskan oleh Amerikan
Association on Mental Retardation (AAMR) dan American Psychiatric Association
(APA)
Amerikan Association on Mental Retardation
1959 (Heber): Retardasi mental merujuk pada keadaan dengan fungsi
intelektual umum secara signifikan berada di bawah rata-rata yang
terjadi selama periode perkembangan dan dikaitkan dengan gangguan
dalam satu atau lebih aspek berikut: (1) kematangan, (2) pembelajaran,
dan (3) penyesuaian sosial. (Hal. 3)
1961 (Heber): Retardasi mental merujuk pada keadaan dengan fungsi
intelektual umum secara signifikan berada di bawah rata-rata yang
terjadi selama periode perkembangan dan dikaitkan dengan gangguan
dalam kematangan, pembelajaran, dan penyesuaian sosial. (Hal. 3)
1973 (Grossman): Retardasi mental merujuk pada keadaan dengan fungsi
intelektual umum secara signifikan berada di bawah rata-rata yang
terjadi bersamaan dengan defisit dalam perilaku adaptif, dan
ditunjukkan selama periode perkembangan. (Hal. 1)
1983 (Grossman): Sama dengan 1973. (Hal. 1)


1992 (Luckasson, dkk.): Keterbelakangan mental mengacu pada
keterbatasan substansial dalam fungsi. Hal ini ditandai dengan fungsi
intelektual secara signifikan berada di bawah rata-rata, yang ada
bersamaan dengan keterbatasan yang terkait dalam dua atau lebih
bidang keterampilan adaptif berikut: komunikasi, perawatan diri, hidup
di rumah, keterampilan sosial, penggunaan masyarakat, mengarahkan
diri, kesehatan dan keamanan, fungsi akademik, waktu luang, dan
bekerja. Retardasi mental terjadi sebelum usia 18 tahun. (Hal. 1)
2002 (Luckasson, dkk.): Retardasi mental adalah ketidakmampuan yang
ditandai dengan hambatan pada fungsi intelektual dan perilaku adaptif
yang ditunjukkan dalam kemampuan konseptual, sosial, dan adaptif
praktis. Ketidakmampuan ini terjadi sebelum usia 18 tahun. (Hal. 1)
American Psychiatric Association (Diagnoctic and Statistical
Manuals)
1968 (DSM-II): Retardasi mental mengacu pada fungsi intelektual umum
subnormal yang bermula pada masa perkembangan dan dikaitkan
dengan penurunan baik dalam pembelajaran dan penyesuaian sosial
maupaun kematangan. (Kelainan ini dikelompokkan dalam "sindrom
otak kronis dengan defisiensi mental" dan "defisiensi mental" pada

DSM-I ([American Psychiatric Association, 1952, hal. 14] .)
1980 (DSM-III): Fitur dasarnya adalah: (1) fungsi intelektual secara
signifikan di bawah rata-rata, (2) mengakibatkan, atau terkait dengan,
defisit atau gangguan pada perilaku adaptif, (3) dan terjadinya
permulaan sebelum usia 18 tahun. (Hal. 36)
1987 (DSM-III-R): Fitur dasar gangguan ini adalah: (1) fungsi intelektual
secara signifikan di bawah rata-rata, disertai dengan (2) defisit atau
gangguan dalam fungsi adaptif, dan (3) terjadinya sebelum usia 18
tahun. (Hal. 28)

1994 (DSM-IV): Fitur dasar retardasi mental adalah fungsi intelektual
secara signifikan di bawah rata-rata (Kriteria A) yang disertai dengan
hambatan dalam fungsi adaptif dalam sekurangnya dua dari area
kemampuan berikut: komunikasi, perawatan diri, hidup di rumah,
keterampilan sosial/interpersonal, penggunaan sumber daya
masyarakat, mengarahkan diri, fungsi akademik, bekerja,
memanfaatkan waktu luang, kesehatan, dan keamanan (Kriteria B).
Terjadi sebelum usia 18 tahun (Kriteria C). Retardasi mental memiliki
banyak etilogi yang berbeda dan bisa dilihat sebagai sebuah
kesimpulan dari berbagai proses patologis yang mempengaruhi fungsi

sistem saraf pusat. (Hal. 39)
2000 (DSM-TR): Sama dengan 1994. (Hal. 41)

Tabel 1.2
Kriteria Usia Awal
Tredgold (1908): Keadaan hambatan mental sejak lahir, atau sejak usia
dini, karena perkembangan otak yang tidak sempurna.
Tredgold (1937): Keadaan tidak sempurnanya perkembangan mental.
Doll (1941): Keadaan ketidakmampuan sosial, diperoleh pada saat
dewasa, atau kemungkinan diperoleh ketika dewasa, disebabkan oleh
pertumbuhan yang tertahan sejak usia awal.
Heber (1959, 1961): ... yang mana terjadi selama periode development
(misalnya, mulai lahir sampai usia 16 tahun).
Grossman (1973): ... terjadi selama periode perkembangan (usia
maksimal 18 tahun).
Grossman (1983): ... terjadi selama periode perkembangan (periode
waktu mulai masa pembuahan sampai usia 18 tahun).
Luckasson, dkk. (1992): Retardasi mental terjadi sebelum usia 18 tahun.
Luckasson, dkk. (2002): Hambatan yang terjadi sebelum usia 18 tahun.


Rendahnya kapabilitas mental-intelektual pada anak tunagrahita akan berpengaruh
terhadap kemampuannya untuk menjalankan fungsi-fungsi sosialnya. Hendeschee
memberikan batasan bahwa anak tunagrahita adalah anak yang tidak cukup daya pikirnya,
tidak dapat hidup dengan kekuatan sendiri di tempat sederhana dalam masyarakat. Jika ia
dapat hidup hanyalah dalam keadaan yang sangat baik (Efendi, 2008). Selain itu, potensi
yang dimiliki untuk berkembang pun hanya dalam taraf kecepatan yang lebih rendah
(daripada anak-anak normal) dan dalam mencapainya sangat membutuhkan dukungan khusus
(Pawlyn dan Carnaby, 2009:4). Uraian tersebut memberikan implikasi bahwa ketergantungan
anak dengan hambatan mental-intelektual atau tunagrahita terhadap orang lain pada dasarnya
tetap ada, meskipun untuk masing-masing jenjang anak tunagrahita kualitasnya berbeda,
tergantung pada berat-ringannya ketunagrahitaan yang diderita.

Edgar Doll berpendapat

seseorang dikatakan tunagrahita jika : (1) secara sosial tidak cakap, (2) secara mental
dibawah normal, (3) kecerdasannya terhambat sejak lahir atau pada usia muda, (4)
kematangannya terhambat (Kirk,1970; Efendi, 2008). Sedangkan The American Assocation
on Mental Deficiency (AAMD). seseorang dikategorikan tunagrahita bila

kecerdasannya


secara umum dibawah rata-rata dan mengalami kesulitan penyesuaian sosial dalam setiap
fase perkembangannya (Hallahan dan Kauffman, 1986).
Dalam prspektif yang lain, istilah tunagrahita yang biasa disebut dengan retardasi
mental dicirikan dengan keterbatasan inteligensi dan kemampuan beradaptasi secara
signifikan, yang terjadi sebelum usia 18 tahun (American Association on Mental Retardation
sekarang AAIDD tahun 2002 dalam Kirk et.al., 2009). Kemampuan beradaptasi yang
dimaksud meliputi kemampuan berkomunikasi (communication), merawat diri (self-care),
kehidupan di rumah (homeliving), sosial (social), pengarahan diri (self-direction), kesehatan
dan keamanan (health and safety), akademik (functional academic, memanfaatkan waktu
luang (leisure), dan bekerja (work). Apabila individu mengalami keterbatasan dalam dua atau
lebih dari kemampuan beradaptasi tersebut, maka ia dikatakan sebagai tunagrahita
(Luckasson et al.,1992,p.5 dalam Emerson, 2001:2).
Seorang pekerja sosial dalam mengklasifikasikan anak- tunagrahita didasarkan pada
derajat kemampuan penyesuaian diri atau ketidak-tergantungan pada orang Iain, sehingga
untuk menentukan berat-ringannya ketunagrahitaan

dilihat dari tingkat penyesuaiannya,

seperti tidak tergantung, semi tergantung atau sama sekali tergantung pada orang lain.


Seorang psikolog dalam mengklasifikasikan anak tunagrahita mengarah kepada aspek indeks
mental-intelegensinya, indikasinya dapat dlihat pada tabel berikut:
Tabel 5.1. Kategori Tunagrahita
ICD code

Level of cognitive impairment

IQ

F70

Mild

50-69

F71

Moderate


35-49

F72

Severe

20-34

F73

Profound