BAB I PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI MATA KULIAH UMUM DI PERGURUAN TINGGI

BAB I
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI MATA KULIAH UMUM DI
PERGURUAN TINGGI
A. Pengertian Dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
1. Sejarah Singkat Pendidikan Kewarganegaraan Di Indonesia
Pendidikan kewarganegaraan secara historis erat kaitannya dengan istilah “civics”. Di
Yunani “civics” mengandung pengertian penduduk sipil yang mempratekkan demokrasi langsung
dalam negara kota atau polis. Pelajaran civics mulai diperkenalkan pada tahun 1790 di Amerika
Serikat dalam rangka “mengamerikakan” bangsa Amerika atau terkenal dengan Theory Of
Americanazition.
Di Indonesia secara historis, dalam tatanan Kurikulum pendidikan Nasional terdapat mata
pelajaran yang secara khusus mengemban demokrasi di Indonesia, yakni civics (1957-1962),
pendidikan kewarganegaraan yang merupakan integrasi ilmu Negara, ilmu bumi, dan
kewarganegaraan
(1954),
pendidikan
kewarganegaraan
(1986-1989),
pendidikan
kewarganegaraan civics dan hokum (1973), pendidikan moral pancasila atau PMP (1975-1984),
dan PPK-n (1994). Di tingkat perguruan tinggi pernah ada mata kuliah Manipol dan USDEK,

pancasila dan UUD 1945 (1960-an), filsafat pancasila (1970-sampai sekarang), pendidikan
kewiraan (1989-1990-an), dan pendidikan kewarganegaraan (2000-sekarang).
2. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Pada dasarnya pendidikan kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang
inovatif untuk membuka jalan kea rah penyiapan warga Negara yang cerdas, kritis, kreatif dan
rasional. Pendidikan kewarganegaraan bertujuan mendidik peserta didik agar menjadi warga
Negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan Negara dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Sebagai
mata
kuliah
wajib,
pendidikan
kewarganegaraan
(citizenship)
mengakomodasikan isu-isu sentral kewarganegaraan yang telah menjadi wacan dalam kehidupan
bermasyarakat, bangsa dn bernegara sekarang ini serta nilai-nilai budaya bangsa dan budi
pekerti.
3. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
Matakuliah pendidikan kewarganegaraan bertujuan untuk membentuk warga Negara yang

cerdas, terampil dan berkarakter serta setia kepada bangsa dan Negara Indonesia yang
berdasarkan pada pancasila dan UUD 1945. Matakuliah pendidikan kewarganegaraan diharapkan
mampu menjadi pengikat untuk menyatukan peserta didik yang beragam dari segi agama, sosio-

kultural, bahasa, usia, profesidan suku bangsa sekaligus membangun budaya kebersamaan atau
persatuan yang dapat menopang tetap berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia.
B. Landasan Pendidikan Kewarganegaraan
1. Landasan Ilmiah
Cita-cita kemerdekaan adalah sebuah komitmen abadi bangsa Indonesia yang harus
tercermin dalam pikiran, perasaan, sikap, dan harapan yang mewujud nyata dalam pembangunan,
pengembangan, dan pembelaan Negara Republik Indonesia.
Sesuai dengan tujuan utama pendidikan kewarganegaraan, yaitu menumbuhkan wawasan
dan kesadaran bernegara, serta membentuk sikap dan perilaku cinta tanah air yang bersendikan
kebudayaan dan filsafat bangsa pancasila, maka nilai-nilai dasar agama, moral kemanusiaan dan
budaya bangsa Indonesia nerperan sebagai panduan dan pegangan hidup setiap warga Negara
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
2. Objek Pembahasan Pendidikan Kewarganegaraan
Secara umum pembahasan pendidikan kewarganegaraan di Indonesia lebih diarahkan
pada warga Negara Indonesia dalam hubungannya dengan Negara republic Indonesia dan pada
upaya pembelaan Negara kesatuan repu blic Indonesia. Sehubungan dengan itu keputusan dirjen

pendidikan tinggi No.43/DIKTI?Kep/2006, menetapkan objek bahasan yang mengkaji (1)
filsafat pancasila, (2) identitas nasional, (3) Negara dan konstitusi, (4) demokrasi Indonesia, (5)
rule of law dan hak asasi manusia, (6) hak dan kewajiban warga Negara, (7) geopolitik
Indonesia/ wawasan nusantara (8) geostrategi Indonesia/ketahanan nasioanal.
3. Landasan Hukum
a. UUD 1945
b. Ketetapan MPR No.II/MPR/1999 tentang garis-garis besar haluan Negara
c. Undang-undang No.20 tahun 1982 tentang ketentuan-ketentuan pokok pertahanan
keamanan Negara republic Indonesia
d. Undang-undang No.20 2003 tentang system pendidikan nasional dan berdasarkan
keputusan menteri pendidikan nasional nomor 232/U/2000 tentang pedoman penyusunan
kurikulum pendidikan tinggi dan penilaian hasil belajar mahasiswa dan nomor 45/U/2002
tentng kurikulum inti pendidikan tinggi telah ditetapkan bahwa pendidikan agama,
pendidikan bahasa dan pendidikankewarganegaraan merupakan kelompok matakuliah
pengembangan kepribadian, yang wajib diberikan dalam kurikulum setiap program studi/
kelompok program studi
e. Adapun pelaksaannya berdasarkan surat keputusan direktur jendral pendidikan tinggi
departemen pendidikan nasional nomor 43/DIKTI/Kep/2006, yang memuat rambu-rambu
pelaksanaan kelompok matakuliah pengembangan kepribadian di perguruan tinggi.


BAB II
FILSAFAT PANCASILA
A. Filsafat Sebagai Produk Dan Proses
1. Pengertian Filsafat
Pada dasarnya filsafat adalah suatu bidang ilmu yang senantiasa ada dan menyertai
kehidupan manusia. Menurut pengertian umum, filsafat adalah ilmu pengetahuan yang
menyelidiki hakekat segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran. Filsafat adalah ilmu
pengetahuan tentang hakikat yang menanyakaan apa hakikat atau sari atau inti atau esensi segala
sesuatu (Soetriono & Hanafie, 2007: 20). Dapat dikatakan bahwa setiap manusia dalam
kehidupannya tidak pernah luput dari kegiatan berfilsafat.
2. Filsafat Sebagai Produk
Setelah membahas pengertian filsafat dalam uraian di atas kiranya perlu dilanjutkan dengan
pembahasan tentang objek dari filsafat. Filsafat dapat dipahami dengan meneliti objeknya. Para
ahli menerangkan bahwa objek filsafat dapat dibedakan atas:
a. Objek material atau objek materill filsafat: yaitu segala sesuatu yang ada dan mungkin
ada, baik materill kongkret, phisikis, maupun nonmaterial abstrak, phisikis.
b. Objek formal filsafat : yaitu menyelididki segala sesuatu itu guna mengerti hakikatnya
sedalam-dalamnya.
3. Filsafat Sebagai Suatu Proses
Filsafat sebagai suatu proses diartikan sebagai bentuk suatu aktifitas berfilsafat, dalam proses

pemecahan suatu permasalahan dengan menggunakan suatu cara dan metode tertentu yang sesuai
dengan objek. Dalam pengertian ini filsafat adalah suatu siste pengetahuan yang bersifat dinamis.
Filsafat dalam pengertian ini tidak lagi hanya merupakan sekumpulan dogma yang hanya
diyakini, ditekuni dan dipahami sebagai suatu system nilai tertentu, tetapi lebi merupakan suatu
aktivitas berfilsafat, suatu proses yang dinamis dengan menggunakan suatu cara dan metode
tersendiri.

B. Pancasila Sebagai System Filsafat, Ideology Bangsa Dan Negara Republik Indonesia
1. Pancasila Sebagai Sistem
Pancasila sebagai suatu system dapat dipahami sebagai pemikiran dasar yang terkandung
dalam pancasila, yaitu pemikiran tentang manusia dalam hubungannya dengan Tuhan Yang

Maha Esa, dengan dirinya sendiri, dengan sesame manusia dengan masyarakat bangsa dan
negaranya.
Dalam pengertian kefilsafatan pancasila merupakn suatu system filsafat. Tetapi sebagai
system filsafat pancasila memiliki sifatnya yang khas yang berbeda dengan system filsafat
lainnya, misalnya liberalism, materialism, komunisme dan lain-lainnya. Secara objektif pancasila
memiliki kebenarannya sendiri yang terlepas dari kebenaran filsafat yang lain.
2. Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu System Filsafat
Pancasila sebagai dasar Negara republic Indonesia tercantum dalam pembukuaan undang

undang dasar 1945 pada alinea keempat, merupakan kesatuan yang utuh secara sistematis.
Pancasila merupakan lima dasar yang merupakan kesatuan, satu totalitas, dan tersusun secara
hierarkis berbentuk pyramidal. Demikian pancasila merupakan satu kebudayaan yang tunggal,
yang tiap-tiap sila harus mengandung keempat sila yang lain.
3. Pancasila Sebagai Nilai Dasar Fundamental Bagi Bangsa Dan Negara RI
Nilai-nilai pancasila, yaitu nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai
kerakyatan dan nilai keadilan sesungguhnya adalah nilai dasar fundamental yang bersifat
objektif, positif, instrinsik dan transeden. Nilai-nilai pancasila berisfat objektif karena semua
cirri-ciri objektivitas nilai-nilai pancasila itu terpenuhi, seperti abstrak, umum, universal, dan
abadi.
4. Pancasila Sebagai Ideology Bangsa Dan Negara Indoensia
Berdasarkan asal usulnya, ideology pancasila lahir dan terdiri dari suatu perjuangan yang
mencita-citakan kemerdekaan, persatuan, solidaritas, kemajuan yang kesemuanya itu telah
dituangkan dalam pembukaan UUD 1945 sebagai piagam dasar perjuangan kebangsaan
Indonesia, piagam konstitusional Negara Indonesia serta piagam kulkural masyarakat dan bangsa
indoensia.
5. Makna Nilai-Nilai Setiap Sila Pancasila
Nilai-nilai yang dikandung pancasila dapat dibagi menjadi lima sesuai dengan jumlah silanya,
yaitu: Nilai dan jiwa religius (nilai ketuhanan), nilai dan jiwa kemanusiaan, nilai dan jiwa
persatuan, nilai dan jiwa kerakyatan, nilai dan jiwa yang berkeadilan sosial.


BAB III
IDENTITAS NASIONAL