BAB I PENDAHULUAN STUDIO 1 CIBITUNG KAB. SUKABUMI

(1)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Langkah awal dalam melakukan kompilasi data adalah survey lapangan. Kegiatan survey lapangan ini telah dilaksanakan pada tanggal 3 Maret hingga 9 Maret 2014 di Desa Cibodas Kecamatan Cibitung Kabupaten Sukabumi. Selanjutnya data yang telah didapatkan di lapangan akan didokumentasikan menjadi laporan hasil survey. Laporan Hasil Survey merupakan bagian dari kegiatan survey dan kompilasi data.

Laporan hasil survey dibuat dengan tujuan untuk meninjau sejauh mana data yang telah berhasil dikumpulkan berdasarkan kegiatan survey yang sudah dilakukan dan jika terdapat data yang belum berhasil didapatkan, maka akan ditindaklanjuti dengan cara tertentu. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk melancarkan langkah kompilasi data yang akan dilaksanakan setelah laporan hasil survey selesai.

1.2 Tujuan dan Manfaat

Tujuan kompilasi data ini disusun berdasarkan isu, potensi serta permasalahan yang ada. Tujuan terkait dengan kompilasi data ini adalah:

 Menyajikan data secara sistematis untuk setiap aspek kajian, mencakup aspek fisik alam, fisik binaan, kependudukan, sosial budaya, ekonomi, kelembagaan, keuangan, sarana prasarana, dan kebijakan wilayah studi yakni kabupaten Sukabumi.

 Menyajikan karakteristik kawasan baik secara tabular maupun gambar/peta dan deskriptif, sehingga dapat menggambarkan konsidi eksisting kawasan.

 Merumuskan potensi, masalah, dan isu strategis awal untuk pengembangan kawasan perdesaan Cibodas Kecamatan Cibitung Kabupaten Sukabumi dimasa yang akan datang.

 Tersusunnya rencana kerja pelaksanaan survey dan kompilasi data.

 Terlaksananya kegiatan pengumpulan dan kompilasi data, baik kegiatan survey primer maupun survey sekunder.


(2)

2

 Tersusunnya laporan hasil kegiatan studio survey pengumpulan dan kompilasi data.

 Tersajikan hasil studio survey pengumpulan dan kompilasi data dalam kelas seminar.

Manfaat dari kegiatan survey dan pengumpulan kompilasi data ini adalah sebagai berikut:

 Mahasiswa dapat memahami teknis dalam pengumpulan dan kompilasi data.

 Mahasiswa dapat memahami karakteristik dan kawasan studi, sehingga dapat merumuskan potensi, masalah dan isu strategis awal dalam pengembangan kawasan dimasa yang akan datang.

 Dapat memberikan masukan kepada pemerintah daerah setempat mengenai data terbaru di kawasan studi.

 Mahasiswa dapat merumuskan data terbaru untuk perencanaan tata ruang sehingga dapat membantu proses perencanaan yang sedang dan akan dilaksanakan oleh pemerintah.

 Melatih mahasiswa untuk dapat mengetahui arah pengumpulan, tabulasi, dan kompilasi data dengan benar sesuai dengan kebutuhan perencanaan.

 Mahasiswa dapat belajar langsung secara teknis dalam merencanakan suatu wilayah.

 Memperoleh gambaran yang tepat tentang pertumbuhan dan perkembangan kawasan perdesaan Cibodas Kecamatan Cibitung Kabupaten Sukabumi peranannya dalam lingkup yang lebih luas.

1.3

Ruang Lingkup

Ruang lingkup studi ini meliputi ruang lingkup wilayah, dan ruang lingkup materi studi.

1.3.1 Ruang Lingkup Wilayah Studi

Ruang lingkup wilayah studi adalah Desa Cibodas Kecamatan Cibitung. Secara administratif Desa Cibodas merupakan salah satu dari 6 Desa diwilayah Kecamatan Cibitung Kabupaten Sukabumi yang terletak 1,5 Km ke arah timur dari Kecamatan Cibitung, Desa Cibodas berada di ketinggian 160-200 M diatas


(3)

3

permukaan laut dengan wilayah kurang lebih 553,9 Ha (dibulatkan 554 Ha). Desa Cibodas berbatasan dengan beberapa desa yaitu:

 Sebelah utara : berbatasan dengan Desa Bojongsari Dengan Desa Bojong Genteng Kecamatan Jampangkulon

 Sebelah timur : berbatasan dengan Desa Banyuwangi Kecamatan Cibitung

 Sebelah selatan : berbatasan dengan Desa Cibitung Kecamatan Cibitung

 Sebelah barat : berbatasan dengan Desa Banyumurni Kecamatan Cibitung

Suhu didaerah Desa Cibodas adalah 200C – 320C. Iklim di Desa Cibodas sebagaimana desa-desa lain di wilayah Indonesia mempunyai iklim kemarau dan penghujan. Hal tersebut mempunyai pengaruh langsung terhadap pola tanam yang ada di Desa Cibodas Kecamatan Cibitung. Iklim suatu daerah sangat berpengaruh dalam kehidupan utamanya untuk pertumbuhan tanaman dan kelangsungan hidup binatang ternak. Selain itu, kondisi geografis Desa Cibodas umumnya merupakan dataran berbukit.

Berikut ini adalah peta administrasi Desa Cibodas dan peta administrasi Dusun-Dusun Di Desa Cibodas pada peta 1.1 dan peta 1.2


(4)

4

Gambar 1.1


(5)

5

Gambar 1.2

Peta Batas Administrasi Dusun-dusun Cibodas

Gambar 1.2

Peta Batas Administrasi Dusun-dusun Cibodas


(6)

1.3.2 Ruang Lingkup Materi Studi

Ruang lingkup materi ini meliputi :

a. Pengumpulan / Kompilasi Data mengenai Desa Cibodas Kecamatan Cibitung dengan data yang diperlukan adalah sebagai berikut :

 Data kebijakan dengan cakupan sebagai berikut :

 RTRW Kabupaten

 RDTR Kecamatan

 RTBL

 RPJM

 Peraturan bangunan

 Investasi dan penanaman modal

 Data Fisik Alamiah dengan cakupan sebagai berikut :

 Topografi (kemiringan dan ketinggian),

 Letak geografis, batas administrasi dan luas wilayah (per RW/dusun/kampung)

 Hidrologi dan hidrogeologi, sumber-sumber air:sebaran mata air dan sungai, kedalaman muka air tanah: sumur dan sungai, daerah aliran sungai, pola aliran air/sungagi, debit sungai

 Geologi (struktur dan jenis batuan),

 Keadaan dan jenis tanah, kelas butir

 Mitigasi (bencana alam, gerakan tanah, aliran, jatuhan, amblasan, tsunami, banjir, dll)

 Klimatologi (curah hujan, suhu udara dan, kelembaban udara)

 Pola vegetasi (jenis vegetasi, pola penyebaran)

 Data Fisik Binaan (Tata Guna Lahan) dengan cakupan sebagai berikut :

 Luas perjenis penggunaan lahan

 Pola penyebaran

 Data Kependudukan dengan cakupan sebagai berikut :

 Angka kelahiran

 Angka kematian


(7)

 Berdasarkan jenis kelamin

 Berdasarkan kelompok umur

 Berdasarkan tingkat pendidikan

 Berdasarkan agama / kepercayaan

 Berdasarkan mata pencaharian

 Berdasarkan sosial budaya

 Berdasarkan jumlah kepala keluarga

 Kelompok/ organisasi kemasyarakatan, seperti: Kelompok pengajian, Kelompok musyawarah, Kelompok kerja bakti, Kelompok pengelola sumberdaya alam, Kelompok adat, dsb

 Data Perekonomian dengan cakupan sebagai berikut :

 Inventaris jenis sektor perekonomian (per RW/Dusun/kampung), meliputi: Sektor perikanan, Pertanian, Perkebunan, Hutan produksi, Industri (kecil, menengah, sedang), Perdagangan & jasa, Pariwisata, pertambangan, berdasarkan:

 Proses koleksi

 Proses distribusi

 Jumlah produksi

 Harga berlaku

 Tenaga kerja

 Sumber modal

 Pariwisata :

 Jenis wisata

 Sarana wisata

 Prasarana dan aksesbilitas

 Retribusi

 Jumlah pengunjung

 Tingkat pendapatan per kepala keluarga

 PDRB Kab dan Kec

 Sarana dan Prasarana

 Jumlah per jenis sarana (per RW/dusun/kampung)

 Kondisi bangunan dan lingkungan perjenis sarana


(8)

 Inventaris sarana meliputi:

 Sarana Perekonomian/ Perdagangan (warung, pasar, bank, KUD, dll)

 Sarana Pendidikan (TK, SD, SMP, dll)

 Sarana Peribadatan (mushola, masjid, gereja, dll)

 Sarana Pemerintahan & Kebudayaan (kantor pemerintahan, aula desa, dll)

 Sarana Olah raga & Rekreasi (lapangan, GOR, dll)

 Sarana Perumahan (rumah permanen, semi permanen, rumah adat, dll)

 Sarana Pemakaman & RTH

 Air Bersih (per RW/dusun/kampung)

 Sistem Individu: Sebaran daerah-daerah yg menggunakan fasilitas: Sumur Gali, Sumur Bor Mata Air, Sungai, dll

 Sistem terpusat : sejarah singkat pengembangan PDAM, cakupan pelayanan, tingkat pelayanan

 Unit-unit sistem penyediaan dan pelayanan air bersih:

 Sistem produksi, meliputi: sumber air yang digunakan, instalasi pengolahan air

 Sistem transmisi

 Sistem penampungan (reservior)

 Sistem distribusi

 Standar pemakaian air sehari-hari

 Air limbah

Onsite sistem: septik tank, cubluk, IPLT Offsite system: sistem jaringan, IPAL

Saluran/sungai/drainase, pekarangan/kebun

 Persampahan

 Sistem perwadahan (tong, bin)

 Sistem pengumpulan (gerobak, TPS)

 Sistem pengangkutan (truk, kuda)


(9)

 Sistem pengolahan (open dumping, sanitari landfill)

 Dibuang ke pekarangan, saluran, dibakar

 Drainase

 Sistem jaringan (primer, sekunder, tersier

 Kontruksi (tanah, plester, beton)

 Listrik

 Cakupan pelayanan PLN

 Tingkat pelayanan PLN

 Unit-unit sistem: sistem produksi (sumber/jenis PLTA, PLTU dsb), sistem gardu (jenis), sistem transmisi (SUT, SUTT, SUTET), sistem distribusi, trafo: kabel (jenis), pelayanan (daya terpasang)

 Telepon

 Cakupan pelayanan

 Tingkat pelayanan

 Unit-unit sistem: telefon pribadi, telefon umum

 Transportasi

 Inventaris prasarana transportasi (jaringan jalan & jembatan, pelabuhan, terminal, jalur KA, bandara, dll).

 Penampang melintang per ruas jalan, sketsa site terminal, pelabuhan, dll.

 Inventaris sarana transportasi (angkutan orang & barang): Jenis angkutan, Kondisi, Rute, Tarif/ Biaya, Jam operasional

 Pola pergerakan orang & barang

 Traffic counting (pencacahan/penghitungan lalulintas)

 Kelembagaan dan keuangan daerah

 Jenis-jenis lembaga (pemerintah dan non pemerintah): struktur kelembagaan, fungsi dan wewenang, kinerja, keterkaitan antar lembaga

 Sumber penerimaan (PAD): APBD, jenis-jenis pengeluaran, pengeluaran pembangunan, pengeluaran rutin.


(10)

Pengumpulan data dan informasi Kompilasi data Survey primer dan

survey sekunder

Fisik Alam

Topografi, jenis dan tekstur tanah, geologi, hidrologi, hidrogeologi,

klimatologi, rawan bencana Fisik Binaan

Sarana pendidikan, kesehatan, perumahan, prasarana listrik, jaringan

jalan, transportasi, air bersih, air limbah, drainease, irigasi

Fisik Alam

Klasifikasi Topografi, jenis dan tekstur tanah, geologi, hidrologi, hidrogeologi, klimatologi, rawan bencana, kriteria

jenis tanah dan batuan Fisik Binaan

KDB, KLB KDH, kesesuaian lahan dan presentase kesesuaian lahan, jaringan

listrik, jalan dan transportasi.

Sosial Budaya Jenis sosial budaya.

Kependudukan Grafik dan presentase jumlah penduduk, laju pertumbuhan penduduk,

kepadatan penduduk, kelompok umur, mata pencaharian, tingkat pendidikan,

agama, pekerjaan, perubahan penduduk, sex ratio, piramida

penduduk. Kependudukan

Jumlah penduduk, jumlah penduduk berdasarkan umur, jumlah penduduk,

jenis kelamin, mata pencaharian, tingkat pendidikan, agama, pekerjaan,

perubahan penduduk.

Sosial Budaya

Kegiatan dan organisasi kelembagaan masyarakat.

Perekonomian

Produksi, luas lahan dan kegiatan sektor pertanian, perkebunan dan perikanan, PDRB kabupaten Sukabumi,

pemasaran hasil panen

Perekonomian

Produktivitas dan PDRB desa sektor pertanian, pola aliran barang. Keuangan

Target dan realisasi penerimaan PBB, wajib pajak dan wajib pajak prabayar,

APBD, PAD

Keuangan

sumber-sumber pembiayaan pembangunan serta alokasi dan realisasi anggaran pembangunan Kelembagaan

Lembaga pemerintah dan jenis lembaga non pemerintah, struktur organisasi lembaga pemerintah, tingkat

pendidikan lembaga pemerintah, keaktifan lembaga pemerintah

Kelembagaan

Peran lembaga pemerintah dan non pemerintah terhadap sistem pemerintahan dan masyarakat. Kebijakan

RTRWN, RTRWP, RTRWK, RPJM, RPJP

Kebijakan

Kawasan desa Cibodas dalam RTRWN, RTRWP, RTRWK, RDTR WP Barat, struktur dan pola ruang kawasan Aspek Yang

Dibutuhkan

Pra-analisis Yang Dilakukan

Pendefinisian persoalan: Perumusan sasaran dan tujuan

Objek kajian Desa cibodas, kecamatan cibitung, kabupaten sukabumi. ANALISI S

ARAHAN PENGEMBANGAN DESA CIBODAS KECAMATAN CIBITIUNG KABUPATEN SUKABUMI SEBAGAI WILAYAH AGROPOLITAN

1.4

Metodologi Perencanaan

1.4.1 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir yang digunakan dalam pengumpulan dan

kompilasi data ini adalah sebagai berikut.


(11)

Gambar 1.3 Kerangka berpikir

(Sumber: Diskusi Dan Pengkajian Data 2014)

1.4.2 Metodologi Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik pengumpulan data sekunder dan teknik pengumpulan data primer.

A. Metodologi Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari penelitian orang lain atau sumber yang telah dipublikasikan sehingga data tersebut telah tersedia. Keuntungan yang sangat tampak dari penggunaan data sekunder adalah efisiensi cara mendapatkannya, kita bisa menggali informasi sebanyak yang kita mau dengan biaya yang lebih murah dan waktu yang lebih singkat ketimbang mengumpulkan data primer. Kekurangan dalam menggunakan data sekunder adalah kejelian dalam pengumpulan, serta evaluasi dari informasi yang akan kita gunakan pada penelitian kita. Karena data sekunder banyak mengandung informasi yang bersifat subjektif sehingga harus benar-benar dibutuhkan kejelian dalam mengevaluasi data mana yang cocok dan sesuai dengan latar belakang masalah yang kita angkat dalam penelitian kita. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan dua cara yaitu: Studi literatur dan Survey instansional.

 Survei instansional

Survei Instansional dilakukan untuk mendapatkan data: kependudukan, pemerintahan, fisik dasar, sosial budaya, saran dan prasarana. Instansi-instansi yang dituju :

- Bappeda TK I dan TK II

- Biro Pusat Statistik (BPS)

- Dinas PU

- Bangdes Kabupaten Sukabumi

- Kantor Kecamatan

- Kantor Desa


(12)

- Dinas Tata Ruang dan Pertamanan

- DLLAJ

 Studi Literatur

Studi Literatur dilakukan untuk mendapatakan data: Fisik dasar, kependudukan, pemerintahan. Keterangan mengenai metode pengumpulan data primer dan data sekunder dapat dilihat pada Tabel 1.1

Tabel 1.1

Metode Pengumpulan Data

No. Metode Alat Pengumpul

Data Data yang Didapatkan Sumber

1. Primer  Wawancara

 Lembar Observasi

 Kuesioner

 Foto

 Check List Lembar observasi

 Sosial Budaya

 Sarana Prasarana

 Isu Pokok, Potensi dan Masalah

 Gambar Dua Dimensi

 Daftar Periksa Keadaan Wilayah Studi

 Tokoh Masyarakat, Pemuka Agama, Kepala Desa

 Kantor Kabupaten, Kecamatan, Desa

 Pertanian yang ada di Desa Cibodas

2. Sekunder  Instansional

 Studi Literatur

 RUTR

 Teori

BAPPEDA, BPN,

BPS, Buku,

Majalah, Album Peta, Data Digital.

B. Metodologi Pengumpulan Data Primer

Data primer adalah data yang diambil langsung dari subjek penelitian. Data primer menjadi sumber data yang harus ada dalam kajian ilmiah, karena berhubungan langsung dengan objek yang diteliti. Teknik pengumpulan data primer melalui observasi, kuesioner, checklist panduan, kuesioner, checklist isian, transek dan wawancara langsung dengan narasumber yang berkaitan dengan kajian penelitian.


(13)

 Wawancara

Wawancara atau tanya jawab dilakukan untuk mendapatkan data ekonomi, sosial dan pemerintahan.

 Observasi

Observasi dilakukan untuk mendapatkan data sarana dan prasarana di daerah studi.

 Kuesioner

Kuesioner dilakukan untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam serangkaian kegiatan survei dan kompilasi data.

 Check List

Chek List Panduan digunakan untuk mendapatkan data, fisik dasar dan sosial ekonomi.

 Foto

Daftar foto yang berisi foto-foto keadaan fisik eksisting di Wilayah Kabupaten Sukabumi.

1.4.3 Metodologi Analisis Data

Teknik pengolahan data yang digunakan adalah teknik pengolahan data kualitatif, teknik pengolahan data kuantitatif dan RRA.

A. Analisis Kesesuaian Lahan

Penggunaan lahan untuk pertanian secara umum dapat dibedakan atas: penggunaan lahar semusim, tahunan, dan permanen. Penggunaan lahan tanaman semusim diutamakan untuk tanaman musiman yang dalam polanya dapat dengan rotasi atau tumpang sari dan panen dilakukan setiap musim dengan periode biasanya kurang dari setahun. Penggunaan lahan tanaman tahunan merupakan penggunaan tanaman jangka panjang yang pergilirannya dilakukan setelah hasil tanaman tersebut secara ekonomi tidak produktif lagi, seperti pada tanaman perkebunan. Penggunaan lahan permanen diarahkan pada lahan yang tidak diusahakan untuk pertanian, seperti hutan, daerah konservasi, perkotaan, desa dan sarananya, lapangan terbang, dan pelabuhan.

Semua jenis komoditas pertanian termasuk tanaman pertanian, peternakan, perkebunan dan perikanan yang berbasis lahan untuk dapat tumbuh atau hidup dan berproduksi optimal memerlukan persyaratan-persyaratan tertentu. Untuk memudahkan dalam pelaksanaan evaluasi, persyaratan


(14)

penggunaan lahan dikaitkan dengan kualitas lahan dan karakteristik lahan yang telah dibahas. Persyaratan karakteristik lahan untuk masingmasing komoditas pertanian umumnya berbeda, tetapi ada sebagian yang sama sesuai dengan persyaratan tumbuh komoditas pertanian tersebut.

Persyaratan tersebut terutama terdiri atas energi radiasi, temperatur, kelembaban, oksigen, dan hara. Persyaratan temperatur dan kelembaban umumnya digabungkan, dan selanjutnya disebut sebagai periode pertumbuhan (FAO, 1983). Persyaratan lain berupa media perakaran, ditentukan oleh drainase, tekstur, struktur dan konsistensi tanah, serta kedalaman efektif (tempat perakaran berkembang). Ada tanaman yang memerlukan drainase terhambat seperti padi sawah. Tetapi pada umumnya tanaman menghendaki drainase yang baik, dimana pada kondisi demikian aerasi tanah cukup baik, sehingga di dalam tanah cukup tersedia oksigen, dengan demikian akar tanaman dapat berkembang dengan baik, dan mampu menyerap unsur hara secara optimal.

1. Tumpang tindih perkalian 1-0 (boolen)  Sesuai (1) atau tidak sesuai (0)

 1x1=1, 1x0=0, 0x0=0 2.Tumpang-tindih dengan Pengharkatan (Penambahan – Pembobotan):

 Kelas kesesuaian lahan untuk budidaya, penyangga, atau lindung.

 Gradasi kesesuaian lahan bagi peruntukan tertentu (misal pertanian, permukiman):

Sangat Sesuai (S1): Lahan tidak mempunyai pembatas yag berat atau pembatas kurang berarti dan tak berpengaruh secara nyata untuk penggunaan tertentu secara lestari

Cukup Sesuai (S2): Lahan mempunyai pembatas agak berat yang mengurangi produktivitas dan keuntungan yang diperoleh pada penggunaan tertentu secara lestari

Sesuai Marginal/Hampir Sesuai (S3): Lahan mempunyai pembatas sangat berat untuk penggunaan tertentu secara lestari Tidak sesuai saat ini (N1): lahan mempunyai pembatas sangat berat yang belum dapat diiatasi saat ini dengan biaya yang rasional. Tidak sesuai permanen (N2): lahan mempunyai pembatas sangat berat dan tidak mungkin untuk penggunaan tertentu secara lestari.


(15)

Tidak Sesuai (N):Lahan yang tidak sesuai (N) karena mempunyai faktor pembatas yang sangat berat dan/atau sulit diatasi.

B. Analisis Prediksi Penduduk

Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk

Prosentase rata-rata laju pertumbuhan penduduk adalah prioritas pertambahan penduduk rata-rata tiap tahun. Pertumbuhan penduduk wilayah perencanaan dihasilkan oleh berubahnya jumlah secara alamiah yaitu kelahiran dan kematian serta perubahan jumlah penduduk akibat migrasi (penduduk datang dan pergi). Dalam memperkirakan jumlah penduduk wilayah perencanaan selama 10 tahun yang akan datang akan digunakan komparasi terhadap 3 metode proyeksi penduduk, yaitu:

a. Metode Bunga Berganda

Dalam metode ini diperkirakan jumlah didasarkan atas adanya tingkat pertambahan penduduk pada tahun sebelumnya yang relatif berganda dengan sendirinya. Perhitungan proyeksi penduduk menurut metode bunga berganda dengan rumus sebagai berikut :

Dimana :

Pt : Jumlah penduduk di daerah yang diselisiki pada tahun t.

Pt + U : Jumlah Penduduk di daerah yang diselidiki pada tahun t+U R : Tingkat (prosentase) pertambahan penduduk rata-rata setiap tahun (diperoleh dari data masa lalu)

b. Metode Kurva Polinomial

Asumsi dalam metode ini adalah kecenderungan dalam laju pertumbuhan penduduk dianggap tetap atau dengan kata lain hubungan masa lampau digunakan untuk memperkirakan perkembangan yang akan datang. Rumus Kurva Polinomial adalah sebagai berikut :

Dimana : Pt : Jumlah penduduk pada tahun dasar. Pt – Q : Jumlah penduduk pada tahun (t – Q)


(16)

Q : Selang waktu pada tahun dasar ke tahun (t – Q) Dimana : b nq -1 = b/ Q-1

b : Rata-rata pertambahan jumlah penduduk tiap tahun bn : Tambahan penduduk n tahun

c. Metode Regresi Linear

Metode ini merupakan penghalusan metode polinomial, karena akan memberikan penyimpangan minimum atas data masa lampau dengan rumus:

Dimana :

Pt : Jumlah penduduk daerah yang diselidiki pada tahun t. X : Nilai yang diambil dari variabel bebas

a,b : Konstanta


(17)

Keterangan :

N : Jumlah tahun data pengamatan

Sehingga untuk kepentingan proyeksi rumus matematis regresi linier atau ektrapolasi, menjadi :

Kepadatan dan Penyebaran Penduduk

Pada dasarnya kepadatan penduduk adalah jumlah penduduk dibagi luas daerahnya, sedangkan kepadatan bruto (gross density) adalah jumlah penduduk didalam suatu daerah dibagi luas daerah tersebut lepas dari pada peruntukan tanah tersebut.

 Kepadatan penduduk : Jumlah penduduk (jiwa)/luas wilayah (Ha)

 Kepadatan penduduk tinggi : >1000 jiwa/Ha

 Kepadatan penduduk menengah : 500 jiwa/Ha - 1000 jiwa Ha

 Kepadatan penduduk rendah : <100 Jiwa / Ha

C. Analisis Kebutuhan Sarana Dan Prasarana

Analisis struktur pelayanan sarana dan prasarana Desa ini meliputi analisis penentuan pusat pertumbuhan, analisa kapasitas pelayanan.

a. Analisis Kebutuhan Sarana

Untuk analisis kebutuhan sarana ditentukan dengan struktur kegiatan yang ada dan kecenderungan penyebarannya. Untuk itu struktur kegiatan desa dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu :

1. Kegiatan fungsi primer

Kegiatan ini penekannya lebih banyak ditujukan untuk memberikan pelayanan pada skala regional antara lain :

 Perdagangan

 Pasar regional (wilayah)

 Industri dan pergudangan


(18)

Kegiatan ini penekannya lebih diarahkan untuk memberikan pelayanan yang berskala kota. Kegiatannya meliputi :

 Pemerintahan dan pelayanan umum

 Pendidikan

 Peribadatan

 Perdagangan lokal dan jasa

 Kesehatan

3. Kegiatan fungsi lokal

Kegiatan yang berskala unit lingkungan antara lain :

 Pendidikan dasar

 Peribadatan dan musholla

 Pos kesehatan

 Warung dan toko

b. Analisis Kebutuhan Prasarana

Analisis kebutuhan prasarana yang dimaksud adalah untuk melakukan prediksi kebutuhan prasarana sekarang dan di masa yang akan datang, seperti kebutuhan prasarana air bersih , drainase , listirik dan tempat pembuangan sampah.

1. Pelayanan Air Bersih

 Pelayanan air bersih menggunakan system individu , yaitu system penyediaan air bersih dengan cara pengambilan langsung dari sumbernya seperti mata air , maka diperlukan adanya peraturan bahwa kawasan ini merupakan kawasan lindung setempat berdasarkan Kepres 32 tahun 1990 Tentang pengelolaan kawasan lindung Pasal 5.

 Pelayanan air bersih menggunakan system komunal , yaitu melalui system perpiaan dimana masyarakat ini sangat jauh untuk memperoleh air bersih menggunakan konsep Gravitasi.


(19)

2. Drainase

Mengunakan Sitem Terpadu dengan Pola Drainase menyebar , yaitu pola drainase dengan proses pembuangan tidak berurutan, kebanyakan terpisah sendiri – sendiri menuju satu saluran primer / saluran pembuangan menggunakan prinsif Gravitasi.

3. Saluran Pembuangan

Untuk selanjutnya dapat ditentukan saluran-saluran pembuangannya, yang kriterianya disesuaikan dengan volume air buangan dan keadaan topografi. Sistem saluran drainase ada 2 macam yaitu :

 Sistem Saluran Terpisah: Saluran antara air hujan dan air buangan terpisah

 Sistem Saluran Tercampur: Saluran antara air buangan dan air hujan menjadi satu.

Sedangkan metode yang digunakan untuk memperkirakan air larian adalah:

Dimana :

Q = Volume air maksimum C = KDB/Koefisien Air Limpasan

I = Intensitas hujan rata-rata pada suatu periode (mm/hari) A = Luas permukaan yang dapat menampung saluran air hujan.

4. Sistem Pembuangan Air Kotor dan Limbah

 Sistem pembuangan air Limbah Grey water, pengelolaan air limbah terpusat , yaitu limbah dari masing – masing rumah tangga dibuatkan saluran dan dialirkan secara bersamaan ke suatu tempat untuk diolah menggunakan system offsite system dengan memperhatikan Topografi dan Gravitasi.

 Sitem pembuangan Limbah black water, dengan mengunakan sitem cubluk. Cubluk adalah suatu lubang pada tanah , baik dibuat dengan cara digali, maupun dibor pada kedalaman tertentu , berdinding


(20)

tanah/batu/bata yang tidak kedap air dan berfungsi menampung dan mengolah tinja ( kotoran manusia ). Cubluk yang digunakan di Indonesia ada 2 :

1. Cubluk Tunggal, jamban yang dilengkapi satu cubluk.

2. Cubluk Kembar, yaitu jamban yang dilengkapi dengan 2 cubluk yang pengoprasiannya dilakukan secara bergantian.

Tabel 1.2

Standar-Standar Desain Cubluk

Jumlah Pemakai

(Jiwa)

Cubluk Bulat Cubluk Bujur

Sangkar Cubluk Persegi Panjang Diameter (m) Dalam (m) Diameter (m) Dalam (m) Lebar (m) Panjang (m) Dalam (m)

5 1 1.5 0.9 1.5 0.8 1 1.5

10 1 1.5 0.9 1.5 0.8 1 1.5

15 1.25 1.65 1.0 1.65 1.0 1.2 1.65

20 1.4 1.65 1.25 1.65 1.0 1.5 1.65

25 1.75 1.75 1.5 1.75 1.2 2 0.75

30 2 1.75 2.7 1.75 1.2 2 1.75

40 2 1.75 1.75 2.0 1.5 2 2.0

50 2 2.15 2..23 2.0 1.8 2.5 2.0

5. Pelayanan Listrik

Sistem pelayanan listrik secara garis besar dibagi atas tiga jenis jaringan, yaitu :

 Jaringan listrik tegangan tinggi (SUTT 70/150 KV)

 Jaringan listrik tegangan menengah (SUTM 6/20 KV)

 Jaringan listrik tegangan rendah (SUTR 110/220 KV) Dengan daya rata-rata:

 Rumah : 0,540 KVA – 0,900 KVA

 Fasilitas umum & fas. Sosial : 0,900 KVA

 Industri : 0,2200KVA

6. Sanitasi dan Sampah

Untuk menghitung volume sampah kota pertahun yang digunakan sebagai standar bagi perhitungan kebutuhan Transfer depo/TPS, Tempat pembuangan akhir (TPA) dan kebutuhan prasarana penunjang lainnya digunakan rumus-rumus berikut ini :


(21)

1). Volume sampah kota pertahun (Qk)

Qk = q . P

Dimana : P = Jumlah penduduk

q = Standar kuantitas timbunan sampah, l/org/hari Berdasarkan tingkat ekonomi dengan patokan :

a. Ekonomi rendah, q = 1,686 l/org/hari b. Ekonomi sedang, q = 1,803 l/org/hari c. Ekonomi tinggi, q = 1,873 l/org/hari

2).Volume sampah yang masuk TPA

Qtpa = K P . Qk + sampah jalan + sampah pasar

Dimana ; Kp = Faktor Kompaksi (0,7-0,8), Sampah jalan = 5 % . Qk, Sampah pasar = 10 % . Qk

3). Volume sampah tahun ke-n

Qn = 365 . 10. Qtpa

4) Volume sampah terpadatkan

Vp = Km . Qn

5. Beban TPA

Vtpa = Vp + Vtp

6) Luas tumpukan sampah

A = Vtpa / Hs

Dimana ; Hs = tinggi sampah, maks. 10 m. Sedangkan untuk menentukan TPS dapat ditentukan dengan penduduk pendukung 2.500 jiwa dan dengan daya tampung 10 m3, yang dapat berupa kontainer-kontainer atau bak-bak sampah.

1.5

Sistematika Penyajian

Adapun sistematika penyajian proposal ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini membahas mengenai latar belakang, tujuan, sasaran dan manfaat, ruang lingkup, metodologi, sistematika penyajian laporan hasil survey.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bab ini menjelaskan tentang kebijakan-kebijakan, peraturan-peraturan dan teori-teori yang menyangkut dengan perencanaan desa dan wilayah yang di kaji.


(22)

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

Bab ini membahas tentang gambaran umum wilayah studi yang meliputi kondisi fisik alam, kependudukan dan sosial budaya, ekonomi, transportasi, sarana dan prasarana, kelembagaan dan keuangan serta kebijakan di Desa Cibodas Kecamatan Cibitung Kabupaten Sukabumi.


(1)

Keterangan :

N : Jumlah tahun data pengamatan

Sehingga untuk kepentingan proyeksi rumus matematis regresi linier atau ektrapolasi, menjadi :

Kepadatan dan Penyebaran Penduduk

Pada dasarnya kepadatan penduduk adalah jumlah penduduk dibagi luas daerahnya, sedangkan kepadatan bruto (gross density) adalah jumlah penduduk didalam suatu daerah dibagi luas daerah tersebut lepas dari pada peruntukan tanah tersebut.

 Kepadatan penduduk : Jumlah penduduk (jiwa)/luas wilayah (Ha)  Kepadatan penduduk tinggi : >1000 jiwa/Ha

 Kepadatan penduduk menengah : 500 jiwa/Ha - 1000 jiwa Ha  Kepadatan penduduk rendah : <100 Jiwa / Ha

C. Analisis Kebutuhan Sarana Dan Prasarana

Analisis struktur pelayanan sarana dan prasarana Desa ini meliputi analisis penentuan pusat pertumbuhan, analisa kapasitas pelayanan.

a. Analisis Kebutuhan Sarana

Untuk analisis kebutuhan sarana ditentukan dengan struktur kegiatan yang ada dan kecenderungan penyebarannya. Untuk itu struktur kegiatan desa dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu :

1. Kegiatan fungsi primer

Kegiatan ini penekannya lebih banyak ditujukan untuk memberikan pelayanan pada skala regional antara lain :

 Perdagangan

 Pasar regional (wilayah)  Industri dan pergudangan 2. Kegiatan fungsi sekunder


(2)

Kegiatan ini penekannya lebih diarahkan untuk memberikan pelayanan yang berskala kota. Kegiatannya meliputi :

 Pemerintahan dan pelayanan umum  Pendidikan

 Peribadatan

 Perdagangan lokal dan jasa  Kesehatan

3. Kegiatan fungsi lokal

Kegiatan yang berskala unit lingkungan antara lain :  Pendidikan dasar

 Peribadatan dan musholla  Pos kesehatan

 Warung dan toko

b. Analisis Kebutuhan Prasarana

Analisis kebutuhan prasarana yang dimaksud adalah untuk melakukan prediksi kebutuhan prasarana sekarang dan di masa yang akan datang, seperti kebutuhan prasarana air bersih , drainase , listirik dan tempat pembuangan sampah.

1. Pelayanan Air Bersih

 Pelayanan air bersih menggunakan system individu , yaitu system penyediaan air bersih dengan cara pengambilan langsung dari sumbernya seperti mata air , maka diperlukan adanya peraturan bahwa kawasan ini merupakan kawasan lindung setempat berdasarkan Kepres 32 tahun 1990 Tentang pengelolaan kawasan lindung Pasal 5.

 Pelayanan air bersih menggunakan system komunal , yaitu melalui system perpiaan dimana masyarakat ini sangat jauh untuk memperoleh air bersih menggunakan konsep Gravitasi.


(3)

2. Drainase

Mengunakan Sitem Terpadu dengan Pola Drainase menyebar , yaitu pola drainase dengan proses pembuangan tidak berurutan, kebanyakan terpisah sendiri – sendiri menuju satu saluran primer / saluran pembuangan menggunakan prinsif Gravitasi.

3. Saluran Pembuangan

Untuk selanjutnya dapat ditentukan saluran-saluran pembuangannya, yang kriterianya disesuaikan dengan volume air buangan dan keadaan topografi. Sistem saluran drainase ada 2 macam yaitu :

 Sistem Saluran Terpisah: Saluran antara air hujan dan air buangan terpisah

 Sistem Saluran Tercampur: Saluran antara air buangan dan air hujan menjadi satu.

Sedangkan metode yang digunakan untuk memperkirakan air larian adalah:

Dimana :

Q = Volume air maksimum C = KDB/Koefisien Air Limpasan

I = Intensitas hujan rata-rata pada suatu periode (mm/hari) A = Luas permukaan yang dapat menampung saluran air hujan. 4. Sistem Pembuangan Air Kotor dan Limbah

 Sistem pembuangan air Limbah Grey water, pengelolaan air limbah terpusat , yaitu limbah dari masing – masing rumah tangga dibuatkan saluran dan dialirkan secara bersamaan ke suatu tempat untuk diolah menggunakan system offsite system dengan memperhatikan Topografi dan Gravitasi.

 Sitem pembuangan Limbah black water, dengan mengunakan sitem cubluk. Cubluk adalah suatu lubang pada tanah , baik dibuat dengan cara digali, maupun dibor pada kedalaman tertentu , berdinding


(4)

tanah/batu/bata yang tidak kedap air dan berfungsi menampung dan mengolah tinja ( kotoran manusia ). Cubluk yang digunakan di Indonesia ada 2 :

1. Cubluk Tunggal, jamban yang dilengkapi satu cubluk.

2. Cubluk Kembar, yaitu jamban yang dilengkapi dengan 2 cubluk yang pengoprasiannya dilakukan secara bergantian.

Tabel 1.2

Standar-Standar Desain Cubluk Jumlah

Pemakai (Jiwa)

Cubluk Bulat Cubluk Bujur

Sangkar Cubluk Persegi Panjang Diameter (m) Dalam (m) Diameter (m) Dalam (m) Lebar (m) Panjang (m) Dalam (m)

5 1 1.5 0.9 1.5 0.8 1 1.5

10 1 1.5 0.9 1.5 0.8 1 1.5

15 1.25 1.65 1.0 1.65 1.0 1.2 1.65

20 1.4 1.65 1.25 1.65 1.0 1.5 1.65

25 1.75 1.75 1.5 1.75 1.2 2 0.75

30 2 1.75 2.7 1.75 1.2 2 1.75

40 2 1.75 1.75 2.0 1.5 2 2.0

50 2 2.15 2..23 2.0 1.8 2.5 2.0

5. Pelayanan Listrik

Sistem pelayanan listrik secara garis besar dibagi atas tiga jenis jaringan, yaitu :

 Jaringan listrik tegangan tinggi (SUTT 70/150 KV)  Jaringan listrik tegangan menengah (SUTM 6/20 KV)  Jaringan listrik tegangan rendah (SUTR 110/220 KV) Dengan daya rata-rata:

 Rumah : 0,540 KVA – 0,900 KVA

 Fasilitas umum & fas. Sosial : 0,900 KVA  Industri : 0,2200KVA

6. Sanitasi dan Sampah

Untuk menghitung volume sampah kota pertahun yang digunakan sebagai standar bagi perhitungan kebutuhan Transfer depo/TPS, Tempat pembuangan akhir (TPA) dan kebutuhan prasarana penunjang lainnya digunakan rumus-rumus berikut ini :


(5)

1). Volume sampah kota pertahun (Qk) Qk = q . P

Dimana : P = Jumlah penduduk

q = Standar kuantitas timbunan sampah, l/org/hari Berdasarkan tingkat ekonomi dengan patokan :

a. Ekonomi rendah, q = 1,686 l/org/hari b. Ekonomi sedang, q = 1,803 l/org/hari c. Ekonomi tinggi, q = 1,873 l/org/hari 2).Volume sampah yang masuk TPA

Qtpa = K P . Qk + sampah jalan + sampah pasar

Dimana ; Kp = Faktor Kompaksi (0,7-0,8), Sampah jalan = 5 % . Qk, Sampah pasar = 10 % . Qk

3). Volume sampah tahun ke-n Qn = 365 . 10. Qtpa

4) Volume sampah terpadatkan Vp = Km . Qn

5. Beban TPA

Vtpa = Vp + Vtp 6) Luas tumpukan sampah

A = Vtpa / Hs

Dimana ; Hs = tinggi sampah, maks. 10 m. Sedangkan untuk menentukan TPS dapat ditentukan dengan penduduk pendukung 2.500 jiwa dan dengan daya tampung 10 m3, yang dapat berupa kontainer-kontainer atau bak-bak sampah.

1.5

Sistematika Penyajian

Adapun sistematika penyajian proposal ini adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini membahas mengenai latar belakang, tujuan, sasaran dan manfaat, ruang lingkup, metodologi, sistematika penyajian laporan hasil survey.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bab ini menjelaskan tentang kebijakan-kebijakan, peraturan-peraturan dan teori-teori yang menyangkut dengan perencanaan desa dan wilayah yang di kaji.


(6)

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

Bab ini membahas tentang gambaran umum wilayah studi yang meliputi kondisi fisik alam, kependudukan dan sosial budaya, ekonomi, transportasi, sarana dan prasarana, kelembagaan dan keuangan serta kebijakan di Desa Cibodas Kecamatan Cibitung Kabupaten Sukabumi.