Persepsi dan Upaya Guru PAI dalam Implementasi Pendekatan Saintifik pada Kurikulum 2013 di SMA Negeri 52 Jakarta Utara

PERSEPSI DAN UPAYA GURU PAI DALAM
IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK PADA
KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI 52
JAKARTA UTARA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah
Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh
Maghfirah Ngabalin
NIM 109011000077

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014 M

ABSTRAK
Persepsi dan Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Implementasi

Pendekatan Saintifik pada Kurikulum 2013 di SMA Negeri 52 Jakarta
Utara.
Dalam penelitian ini, penulis memilih judul “Persepsi dan Upaya Guru
Pendidikan Agama Islam dalam Implementasi Pendekatan Saintifik pada
Kurikulum 2013 di SMA Negeri 52 Jakarta Utara” dikarenakan kurikulum
merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap seluruh
kegiatan pendidikan, mengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan
kehidupan manusia, agar kurikulum dapat berjalan efektif tentunya harus ditopang
oleh kesiapan sumber daya terutama sumber daya manusia yang tersedia di
sekolah.
Implementasi kurikulum seharusnya dapat mewujudkan visi, misi dan tujuan
pendidikan nasional secara bertahap, namun dalam kenyataannya seringkali
menghadapi berbagai masalah dan tantangan sehingga yang terjadi tidak sesuai
dengan yang diharapkan, bahkan mengalami kegagalan. Pada kurikulum 2013 ini
muncul berbagai pendapat atau tanggapan terjadi pro dan kontra dari berbagai
pihak.
Guru merupakan faktor penting yang besar pengaruhnya, bahkan sangat
menentukan berhasil tidaknya peserta didik dalam belajar. Salah satu kunci sukses
yang menentukan keberhasilan implementasi kurikulum 2013 adalah upaya
seorang guru atau kreativitas guru.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Persepsi dan Upaya Guru
Pendidikan Agama Islam dalam Implementasi Pendekatan Saintifik di SMA
Negeri 52 Jakarta Utara. Subjek penelitiannya adalah Guru Pendidikan Agama
Islam yang telah mengikuti pelatihan kurikulum 2013 di SMA Negeri 52 Jakarta
Utara. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan metode deskriptif
analisis dengan pendekatan kualitatif melalui penelitian kepustakaan, digunakan
untuk mengkaji buku-buku yang berkaitan dengan judul dalam rangka menyusun
landasan teori dan penelitian lapangan, dilakukan dengan terjun langsung pada
objek penelitian untuk memperoleh data-data dan fakta. Dalam pengumpulan data
digunakan teknik observasi, wawancara, dan angket.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi dan upaya-upaya yang
dilakukan Guru PAI dalam implementasi pendekatan saintifik pada kurikulum
2013 yaitu dengan mensosialisasikan tentang kurikulum 2013 dan menggunakan
berbagai media serta mengoptimalkan penggunaaan sarana dan prasarana sekolah
dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti terhadap
peserta didik.
Maghfirah Ngabalin (PAI)

i


ABSTRACT
Perception and Effort Teacher Islamic Education Scientific Approach to
the Implementation of the Curriculum 2013 in SMAN 52 of North Jakarta.
In this study, the authors chose the title "Teacher Perception and Effort
Islamic Education Scientific Approach to the Implementation of the Curriculum
2013 in SMAN 52 of North Jakarta" because the curriculum is at the core of the
field of education and have an influence on the entire educational activity, given
the importance of the educational curriculum and human life, in order to run an
effective curriculum must be supported by the readiness of resources, especially
human resources available in the school.
Curriculum implementation should be able to realize the vision, mission and
goals of national education in stages, but in reality often face many problems and
challenges that are happening are not as expected, and even failure. In this 2013
curriculum appears the opinions or responses occur pros and cons of the various
parties.
The teacher is an important factor that a great influence, even determine the
success or failure of students in learning. One key to success is determining the
successful implementation of the curriculum in 2013 was the effort of a teacher or
teacher's creativity.
This study aims to determine teacher perceptions and efforts in the

implementation of Islamic Education Scientific Approach in SMAN 52 of North
Jakarta. Subject of research is Islamic Education Teachers who have attended the
training curriculum in 2013 in SMAN 52 of North Jakarta. This research is a field
study with a descriptive method of analysis with a qualitative approach through
the research literature, is used to examine the books relating to the title in order to
construct the basic theory and field research, conducted by the research work
directly on the object to obtain data and facts . In the data collection techniques
used observation, interviews, and questionnaires.
The results of this study showed that the perception and the efforts made in
the implementation of the Master PAI scientific approach to the curriculum in
2013 is to socialize the curriculum in 2013 and uses a variety of media as well as
optimizing the use of school facilities and infrastructure in the process of learning
Islamic education and manners towards learners .
Maghfirah Ngabalin (PAI)

ii

KATA PENGANTAR

‫الرحيم‬

ّ ‫الرمن‬
ّ ‫بسم اه‬
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang
senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada
junjungan kita Nabi Muhammad saw, yang telah membawa umat ke jalan yang
benar untuk mencapai keselamatan dunia dan akhirat.
Dalam proses pembuatan skripsi ini tidak sedikit kesulitan atau hambatan
yang dialami penulis, namun berkat bantuan, motivasi dan bimbingan dari
berbagai pihak, maka segala kesulitan dan hambatan itu dapat diatasi dengan baik
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Ibu Nurlena Rifa’i, MA. Ph.D. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. H. Abd. Madjid Khon, M.A. Ketua Jurusan Pendidikan
Agama Islam
3. Ibu Marhamah Saleh, Lc, M.A. Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama
Islam
4. Penasihat Akademik Ibu Sofiah, M.Ag.
5. Siti Khadijah, MA, Dosen Pembimbing Skripsi yang telah bersedia

meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis
dalam penyusunan skripsi ini.
6. Seluruh Ibu dan Bapak dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah mendidik dan membimbing selama perkuliahan berlangsung.
Semoga ilmu yang diberikan bermanfaat bagi penulis.
7. Seluruh staf Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Tarbiyah UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan pelayanan dan
fasilitas serta buku-buku yang penulis perlukan.

iii

8. Mochamad Arif Nooryanto, S.Pd, Wakil Kepala Sekolah Bagian
Kurikulum SMA Negeri 52 Jakarta Utara yang telah memberikan
kesempatan penulis untuk melakukan penelitian.
9. Seluruh staf Tata Usaha SMA Negeri 52 Jakarta Utara yang telah
memberikan pelayanan dan fasilitas serta dokumen-dokumen sekolah
yang terkait dengan penelitian.
10. Para Siswa kelas X jurusan IPS SMA Negeri 52 Jakarta Utara yang
telah bersedia menjadi responden khususnya dan seluruh warga
sekolah pada umumnya yang telah membantu penulis demi

terselesaikannya penelitian ini.
11. Ayahanda Bapak H. Abdu Razak Ngabalin, S.Pd dan Ibunda Robiah
tercinta yang telah bersusah payah mengasuh dan mendidik penulis
hingga dapat terus berkuliah.
12. Kakak dan Adik tersayang, Taufiqurrahman Ng, S.Pi, Muttaqien Ng,
S.Sos, Fachrudin Ng, Umar Fauzan Ng, S.Pd, Rahmi Hamidah, S.Pd,
dan Hasim Difinubun, yang selalu setia memberikan dukungan kepada
penulis secara moril dan materil, serta kasih sayang yang besar
sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini dengan baik dan lancar.
13. Kawan-kawan seperjuangan di Fakultas dan Jurusan Pendidikan
Agama Islam angkatan 2009 khususnya PAI kelas B selalu memberi
dukungan kepada penulis untuk tetap semangat.
14. Sahabat yang selalu berbagi Nur Purwodiningsih, Am.Keb. , Eka Ayu
Wandini, Lia Nurul F, Pipit, Dini Agustin, S,Pd.I, Nur Faizah, S.Pd.I,
Nurdianah, S.Pd,I, Khairatul Maghfirah, S.Pd.I, Nisrina Nur Amelia,
S.Pd.I, dan Siska Mumsika Turahmah, S.Pd.I.
Penulis berharap semoga amal baik semua pihak serta jasa-jasanya
mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT dan hanya kepada-Nya
penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis
sendiri dan para pembaca umumnya.

Jakarta, 16 April 2014
Maghfirah Ngabalin

iv

DAFTAR ISI
ABSTRAK ..............................................................................................................i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI .........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... x
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................. 4
C. Pembatasan Masalah .................................................................. 4
D. Perumusan Masalah ................................................................... 4
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................... 5


BAB II

KAJIAN TEORI
A. Persepsi ..................................................................................... 6
1. Pengertian Persepsi ............................................................... 6
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi ........................ 7
B. Upaya Guru PAI dalam Implementasi Pendekatan Saintifik
.................................................................................................... 9
1. Pengertian upaya Guru PAI ................................................. 9
2. Peran Guru Pendidikan Agama Islam ................................ 12
3. Kepribadian Guru PAI ....................................................... 14
4. Syarat Menjadi Guru PAI .................................................. 15
5. Tugas dan Tanggung Jawab Guru PAI .............................. 16
C. Pendekatan Saintifik .............................................................. 17
1. Pengertian Pendekatan Saintifik ........................................ 17
2. Tujuan Pembelajaran dalam Pendekatan Saintifik ............. 19
3. Kriteria Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik .......... 20

v


4. Langkah-Langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
............................................................................................ 21
D. Kurikulum 2013 ..................................................................... 26
1. Pengertian Kurikulum ........................................................ 27
2. Karakteristik Kurikulum 2013 ........................................... 28
3. Tujuan Kurikulum 2013 .................................................... 29
4. Landasan Kurikulum 2013 ................................................. 29
E. Hasil Penelitian yang Relevan ............................................... 30
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 31
B. Metode Penelitian .................................................................... 31
C. Populasi dan Sampel ................................................................ 32
D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 32
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ..................................... 34
F. Instrumen Penelitian ................................................................ 36

BAB IV


HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ....................................... 39
B. Deskriptif Data ......................................................................... 44
C. Data Persepsi dan Upaya Guru PAI dalam Implementasi
Pendekatan Saintifik pada Kurikulum 2013 di SMA Negeri 52
Jakarta Utara ............................................................................ 44
D. Pembahasan .............................................................................. 47

BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 84
B. Saran......................................................................................... 85

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

vi

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1

Perubahan pola pikir pada Kurikulum 2013

Tabel 3.1

Kisi-kisi angket tentang upaya guru PAI dalam implementasi
pendekatan saintifik pada kurikulum 2013

Tabel 4.1

Data Guru PNS di SMA Negeri 52 Jakarta

Tabel 4.2

Data Guru Honor di SMA Negeri 52 Jakarta

Tabel 4.3

Data Tata Usaha PNS di SMA Negeri 52 Jakarta

Tabel 4.4

Data Tata Usaha Honor di SMA Negeri 52 Jakarta

Tabel 4.5

Data Siswa di SMA Negeri 52 Jakarta

Tabel 4.6

Guru Memfasilitasi Peserta Didik Untuk Melakukan Pengamatan
atau Observasi

Tabel 4.7

Guru membimbing peserta didik dalam observasi melalui kegiatan
melihat, mendengar dan membaca (gambar/tayangan video)

Tabel 4.8

Guru melatih peserta didik untuk memperhatikan hal yang penting
dari suatu objek atau materi

Tabel 4.9

Guru menyajikan media obyek secara nyata dalam pembelajaran
yang terkait dengan praktek

Tabel 4.10

Guru memberikan umpan balik kepada peserta didik atas hasil
observasi.

Tabel 4.11

Dalam pembelajaran metode observasi melatih peserta didik dalam
kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi

Tabel 4.12

Guru membimbing peserta didik dalam mengajukan pertanyaan

Tabel 4.13

Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya
tentang pembelajaran baik yang belum dipahami maupun yang
sudah dipahami oleh peserta didik

Tabel 4.14

Guru dan peserta didik mendiskusikan masalah-masalah yang telah
dipertanyakan

Tabel 4.15

Pada kurikulum 2013 ini peserta didik terlatih dalam mengajukan
pertanyaan

vii

Tabel 4.16

Guru melatih peserta didik untuk mandiri dalam mengolah suatu
informasi atau materi pembelajaran

Tabel 4.17

Guru melatih peserta didik secara individual maupun berkelompok
dalam memecahkan suatu masalah atau menjawab pertanyaan
sendiri yang sukar bagi dirinya

Tabel 4.18

Guru membimbing peserta didik dalam memahami materi
pembelajaran sehingga peserta didik dapat menarik kesimpulan
terhadap materi pembelajaran tersebut

Tabel 4.19

Guru tidak banyak menggunakan metode ceramah

Tabel 4.20

Guru menyusun bahan pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap
sesuai dengan tuntutan kurikulum

Tabel 4.21

Guru memberi kegiatan peserta didik untuk menuliskan atau
menceritakan apa yang telah di pelajari

Tabel 4.22

Guru memberi kegiatan peserta didik untuk menyampaikan hasil
pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan,
tertulis, atau media lainnya

Tabel 4.23

Guru memberi instruksi singkat tapi jelas disertai dengan contohcontoh baik dilakukan sendiri maupun dengan cara simulasi

Tabel 4.24

Guru memberi nilai presentasi peserta didik di depan kelas

Tabel 4.25

Guru merumuskan tujuan eksperimen yang akan dilaksanakan
peserta didik

Tabel 4.26

Guru

bersama

murid

mempersiapkan

perlengkapan

yang

dipergunakan dan memperhitungkan tempat dan waktu
Tabel 4.27

Guru menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan
eksperimen kepada peserta didik

Tabel 4.28

Guru membicarakan masalah yang akan dijadikan eksperimen

Tabel 4.29

Murid melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru

Tabel 4.30

Guru mengumpulkan hasil kerja murid dan mengevaluasinya, bila
dianggap perlu didiskusikan secara klasikal

Tabel 4.31

Guru

dan

peserta

didik

pembelajaran

viii

saling

berbagi

informasi

dalam

Tabel 4.32

Guru berbagi tugas dan kewenangan dengan peserta didik

Tabel 4.33

Guru sebagai mediator

Tabel 4.34

Peserta didik dapat menunjukkan kemampuan dan keterampilan,
berbagi informasi, serta mendengar atau membahas sumbangan
informasi dari peserta didik lainnya

Tabel 4.35

Peserta didik menggunakan internet dalam mencari informasi
mengenai pembelajaran

Tabel 4.36

Proses pembelajaran berpusat kepada siswa

Tabel 4.37

Dalam proses pembelajaran melibatkan keterampilan proses sains
dalam mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip

Tabel 4.38

Dalam proses belajar mengajar banyak melibatkan proses-proses
kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek,
khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa

Tabel 4.39

Pembelajaran terhindar dari verbalisme

Tabel 4.40

Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan
berpikir siswa

Tabel 4.41

Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi
mengajar guru.

Tabel 4.42

Buku pegangan siswa yang mengacu pada Kurikulum 2013 kurang
mengarahkan siswa untuk memahami kompetensi yang harus
dikuasai

Tabel 4.43

Dalam pelaksanaan pendekatan saintifik Kurikulum 2013 bahan
belajar yang utama bagi guru beragam seperti buku, brosur,
majalah, peta, bahkan lingkungan sekitar yang dipilih sesuai
dengan kompetensi yang hendak dicapai

Tabel 4.44

Dalam pelaksanaan Kurikulum 2013 media yang bervariasi (seperti
komputer, laboratorium, OHP dan lain-lain) kurang berpengaruh
dalam menunjang pencapaian kompetensi yang diharapkan

Tabel 4.45

Guru menginstruksikan siswa untuk membaca sumber lain selain
buku teks

ix

Tabel 4.46

Guru memberikan aktivitas kepada siswa untuk melakukan
wawancara nara sumber

Tabel 4.47

Saat observasi guru menilai proses dan keterampilan siswa bekerja
kelompok maupun individu

Tabel 4.48

Guru menilai siswa saat diskusi

Tabel 4.49

Guru menilai siswa saat presentasi dengan menggunakan lembar
observasi kinerja

Tabel 4.50

Guru menilai pemahaman, konsep dan prinsip dilakukan dengan tes
tertulis

Tabel 4.51

Saat observasi guru menilai sikap siswa bekerja kelompok maupun
individu

Tabel 4.52

Guru menilai sikap siswa saat diskusi

Tabel 4.53

Guru menilai sikap siswa saat presentasi dengan menggunakan
lembar observasi sikap.

x

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1

Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 2

Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 3

Surat Penelitian SMA Negeri 52 Jakarta Utara

Lampiran 4

Uji Refrensi

Lampiran 5

Angket

Lampiran 6

Uji Validitas

Lampiran 7

Berita Wawancara

xi

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Menurut Wina Sanjaya, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang sangat cepat membawa dampak terhadap berbagai aspek kehidupan,
termasuk terjadinya pergeseran fungsi sekolah sebagai suatu intitusi
pendidikan. Seiring dengan tumbuhnya berbagai macam kebutuhan dan
tuntutan kehidupan, beban sekolah semakin berat dan kompleks. Sekolah
tidak hanya dituntut untuk dapat mengembangkan minat dan bakat,
membentuk moral dan kepribadian, bahkan dituntut agar anak didik dapat
menguasai berbagai macam keterampilan yang dibutuhkan untuk
memenuhi dunia pekerjaan.1
Dapat diambil kesimpulan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang berperan sangat pesat memberi dampak terhadap sekolah.
Sebuah lembaga pendidikan ini memiliki tanggung jawab dan peran yang
penting dalam mencipta peserta didik untuk dapat mengembangkan potensi,
minat, bakat serta keterampilan peserta didik.
Seperti

yang

diketahui,

kurikulum

merupakan

salah

satu

komponenpendidikan yang memiliki peran penting, kurikulum dapat
dijadikan sebagai acuan atau pedoman kegiatan belajar mengajar. Perubahan
yang dilakukan pemerintah dalam pengembangan kurikulum bertujuan untuk
perbaikan sistem pendidikan.
Menurut Oemar Hamalik,“pengembangan kurikulum merupakan proses
dinamik sehingga dapat merespon terhadap tuntutan perubahan struktual
pemerintah perkembangan ilmu dan tekonologi maupun globalisasi.”2
Jadi, dalam menentukan sistem yang baru diharapkan para pembuat
kebijakan tidak hanya membuat keputusan satu pihak saja, tetapi harus
melihat berbagai tuntutan perubahan struktual pemerintah perkembangan
ilmu dan tekonologi maupun globalisasi. Terkait dengan pengembangan
1

Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktek Pengembangan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), ( Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2008), h. 5.
2
Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung : Sekolah Pasca Sarjana
Universitas Pendidikan Indonesia dengan PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 3.

1

2

kurikulum 2013 sebaiknya proses pengembangan kurikulum 2013 tidak
hanya menuntut keterampilan teknik dari pihak pengembang terhadap
pengembangan berbagai komponen kurikulum, tetapi harus pula dipahami
berbagai

komponen

yang

mempengaruhinya,

karena

pengembangan

kurikulum merupakan suatu proses yang kompleks, dan melibatkan berbagai
komponen yang saling terkait.
Menurut Imas Kurniah dan Berlin Sani, “kurikulum 2013 merupakan
langkah lanjutan pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah
dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu”.3
Dalam

buku

E.

Mulyasa

yang

berjudul

Pengembangan

dan

Implementasi Kurikulum 2013, menjelaskan tentang perlunya perubahan
kurikulum juga karena adanya beberapa kelemahan yang ditemukan dalam
KTSP 2006 sebagai berikut:
1. Isi dan pesan-pesan kurikulum masih terlalu padat yang ditunjukkan
dengan banyaknya mata pelajaran dan banyak materi yang keluasan
dan tingkat kesukarannya melampaui tingkat perkembangan usia
anak.
2. Kurikulum belum mengembangkan kompetensi secara utuh sesuai
dengan visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional.
3. Kompetensi yang dikembangkan lebih didominasi oleh aspek
pengetahuan belum sepenuhnya menggambarkan pribadi peserta didik
(pengetahuan, keterampilan, dan sikap).
4. Beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan
masyarakat (misalnya pendidikan karakter, metodologi pembelajaran
aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills, kewirausahaan) belum
terakomodasi di dalam kurikulum.
5. Kurikulum belum peka dan tanggap terhadap perubahan sosial yang
terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global.
6. Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan
pembelajaran yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang
beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada
guru.

3

Imas Kurniasih dan Berlin Sani, Implementasi Kurikulum 2013: Konsep dan Penerapan,
(Surabaya: Kata Pena, 2014), h. 32

3

7. Penilaian belum menggunakan standar penilaian berbasis kompetensi
(proses dan hasil) serta belum secara tegas memberikan layanan
remediasi secara berkala.4
Jadi, perubahan dan pengembangan kurikulum diperlukan karena adanya
kelemahan yang ditemukan dalam KTSP 2006, seperti isi, kompetensi
standar proses pembelajaran, penilaian dianggap belum terakomodasi di
dalam kurikulum dan belum peka terhadap perubahan sosial yang terjadi pada
tingkat lokal, nasional, maupun global.
Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan
Dasar dan Menengah telah mengisyaratkan tentang perlunya proses
pembelajaran yang dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan saintifik
atau ilmiah. Upaya penerapan Pendekatan saintifik atau ilmiah dalam
proses pembelajaran ini sering disebut-sebut sebagai ciri khas dan
menjadi kekuatan tersendiri dari keberadaan kurikulum 2013, yang
tentunya menarik untuk dipelajari dan dielaborasi lebih lanjut.5
Beberapa langkah yang perlu dipahami oleh Guru Pendidikan Agama
Islam (Guru PAI) dalam membelajarkan peserta didik, yaitu: (1) Siswa
harus dihadapkan pada fenomena konkret baik fenomena alam, sosial,
maupun budaya dengan harapan mereka benar-benar dihadapkan pada
kondisi nyata dan otentik. (2) dari fenomena tersebut akan tumbuh inkuiri
siswa dengan melakukan pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana hal
itu bisa terjadi. (3) untuk memperoleh jawab pertanyaan tersebut peserta
didik difasilitasi untuk menggali, mengkaji, memahami permasalahan
melalui serangkaian kegiatan seperti mengeksplor perpustakaan (study
library), mencari nara sumber langsung (study lapangan) ataupun
melakukan percobaan (study experiment) yang pada intinya mereka
memperoleh jawab dari pertanyaan mereka. (4) yang merupakan langkah
terakhir - setelah mendapatkan data yang valid dari berbagai sumber,
maka peserta didik harus mampu mengkomunikasikan hasil mereka
dalam forum diskusi kelas untuk mendapatkan penguatan baik dari
peserta didik lain maupun Guru PAI.6
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis tertarik untuk
mengetahui persepsi dan upaya guru PAI dalam Implementasi pendekatan
saintifik pada kurikulum 2013 dan ingin meneliti lebih lanjut untuk dijadikan
4

E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya, 2013), h. 60
5
Imas Kurniasih dan Berlin Sani, op.cit.,h. 141
6
Trianto,Mempersiapkan “Guru PAI dalam Mengimplementasikan Kurikulum 2013”, MPA
320, Jawa Timur, Mei 2013, h. 37.

4

karya ilmiah berupa skripsi yang berjudul

“PERSEPSI DAN UPAYA

GURU PAI DALAM IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK
PADA KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI 52 JAKARTA UTARA”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan judul penelitian “Persepsi dan Upaya Guru PAI dalam
Implementasi Pendekatan Saintifik di SMA Negeri 52 Jakarta Utara, maka
penulis mengidentifikasi masalahyaitu:
1. Persepsi guru PAI tentang pemahaman pendekatan saintifik pada
kurikulum 2013 masih kurang.
2. Persepsi sebagian masyarakat termasuk guru PAI mengenai kurikulum
2013 masih kontroversi.
3. Ketidaksiapan guru PAI dalam menerima perkembangan kurikulum 2013.
4. Persepsi guru PAI tentang pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 di
SMA Negeri 52 Jakarta Utara.
5. Upaya guru PAI dalam implementasi pendekatan saintifik pada kurikulum
2013 di SMA Negeri 52 Jakarta Utara.
C. Pembatasan Masalah
Memperhatikan beberapa masalah yang teridentifikasi maka penulis
membatasi masalah agar pembahasan dalam penelitian ini lebih terarah dan
operasional. Pembatasan masalah tersebut sebagai berikut:
1. Persepsi guru PAI tentang pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 di
SMA Negeri 52 Jakarta Utara.
2. Upaya guru PAI dalam implementasi pendekatan saintifik pada kurikulum
2013 di SMA Negeri 52 Jakarta Utara.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah “Bagaimana persepsi dan upaya guru PAI dalam
implementasi pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 di SMA Negeri 52
Jakarta Utara?”

5

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
a) Untuk mengetahui persepsi guru PAI tentang pendekatan saintifik pada
kurikulum 2013 di SMA Negeri 52 Jakarta Utara.
b) Untuk mengetahui upaya guru PAI dalam implementasi pendekatan
saintifik pada kurikulum 2013 di SMA Negeri 52 Jakarta Utara.
2. Kegunaan Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis berharap dapat memberikan hasil
yang bermanfaat dengan kegunaan sebagai berikut:
a. SecaraTeoritis.
1) Sebagai tambahan pengetahuan dan memperkaya khazanah
kelimuan

tentang

persepsi

dan

upaya

guru

PAI

dalam

implementasi pendekatan Saintifik pada kurikulum 2013.
2) Sebagai rujukan bagi peneliti lain dan masyarakat luas dalam
mengembangkan kajian sejenis.
b. Secara Praktis
1) Peneliti memperoleh pengalaman mengenai persepsi dan upaya
guru PAI dalam implementasi pendekatan saintifik pada
kurikulum 2013.
2) Sebagai masukan bagi kepala sekolah dan para guru PAI terkait
persepsi dan upaya guru PAI dalam implementasi pendekatan
saintifik pada kurikulum 2013 di SMA Negeri 52 Jakarta Utara.
3) Memberikan wawasan atau informasi kepada para pembaca
tentang persepsi dan upaya guru PAI dalam implementasi
pendekatan saintifik pada kurikulum 2013.

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Persepsi
1. Pengertian Persepsi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “persepsi memiliki arti
tanggapan langsung dari sesuatu proses seseorang mengetahui beberapa
melalui panca inderanya”.1
Dengan demikian menurut Alisuf Sabri, “persepsi adalah proses dimana
individu dapat mengenali objek, dan fakta-fakta objektif dengan
menggunakan alat indera”.2
Dalam Kamus Inggris-Indonesia, “kata persepsi berasal dari kata

“perception” yang berarti penglihatan, tanggapan, daya memahami, atau
menanggapi sesuatu yang diawali dengan penginderaan kemudian
ditransfer ke otak”.3
Pengertian persepsi menurut para ahli adalah sebagai berikut:
Menurut Alex Sobur, “persepsi dalam arti sempit adalah penglihatan,

bagaimana cara seseorang melihat sesuatu sedangkan dalam arti luas
adalah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang
atau mengartikan sesuatu”.4
Menurut Jalaludin Rahmat, “persepsi adalah pengalaman tentang objek,

peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan
informasi dan menafsirkan pesan”.5
Sedangkan menurut Abdul Rachman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab,

persepsi adalah proses yang menggabungkan dan mengorganisasikan
data-data indera seseorang (penginderaan) untuk dikembangkan
1

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2007), Cet. 2, h. 863
2
Alisuf Sabri, Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1999), h.
46.
3
John M Echals dan Hasan Sadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1995), h.
105.
4
Alex Sobur, Psikologi Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2003), h. 445.
5
Jalaludin Rahmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT. Rosdakarya, 1998), h. 51.

6

7

sedemikian rupa sehingga dapat menyadari di sekelilingnya termasuk
sadar akan dirinya sendiri. Definisi lain menyebutkan bahwa persepsi
adalah kemampuan membedakan, mengelompokkan, memfokuskan
perhatian terhadap satu objek rangsang, dalam proses
pengelompokkan dan membedakan ini persepsi melibatkan
interpretasi berdasarkan pengalaman terhadap satu peristiwa atau
objek.6
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah
tanggapan seseorang mengenai suatu kejadian atau pengalaman yang
dialaminya dan juga dilihatnya.Berkenaan dengan persepsi guru PAI
mengenai pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 maka yang dimaksud
dengan hal tersebut adalah tanggapan guru PAI mengenai pendekatan
saintifik pada kurikulum 2013.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Menurut Jalaludin Rahmat, persepsi yang dilakukan masing-masing
individu tentunya berbeda-beda, hal itu di pengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu:
a. Kebutuhan
Merupakan salah satu dorongan kejiwaan yang mendorong manusia
untuk melakukan suatu tindakan, misalnya rangsangan, keinginan,
tuntutan dan cita-cita.
b. Kesiapan mental
Kesanggupan penyesuaian atau penyesuaian sosial atau keduanya
sekaligus untuk menciptakan hubungan-hubungan sosial yang berhasil.
c. Suasana emosional
Kondisi perasaan yang berkesinambungan, dicirikan dengan selalu
timbulnya perasaan-perasaan yang senang atau tidak senang latar
belakang atau tata nilai yang dianut oleh seseorang.
d. Latar belakang budaya
Merupakan disiplin tersendiri dalam psikologi antar budaya.7
Demikian

dapat

disimpulkan

bahwa

faktor-faktor

yang

mempengaruhi persepsi adalah kebutuhan, kesiapan mental, suasana
emosional dan latar belakang budaya, merupakan pendorong kejiwaan,
6

Abdul Rachman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar Dalam
Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana, 2004), cet. Ke 1, Ed, Ke-1, h. 88-89.
7
Jalaludin Rahmat, Op. Cit., h. 55-56.

8

penyesuaian sosial, dan latar belakang atau tata nilai yang dianut oleh
seseorang sehingga menciptakan hubungan sosial.
Sedangkan menurut Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul
Wahab, karena persepsi lebih bersifat psikologis daripada merupakan
proses penginderaan saja maka ada beberapa faktor yang mempengaruhi
diantaranya adalah:
a. Perhatian yang selektif
Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali
rangsangan dari lingkungannya. Meskipun demikian ia tidak harus
menanggapi semua rangsangan yang diterimanya untuk itu individunya
memusatkan perhatiannya pada rangsangan-rangsangan tertentu.
b. Ciri-ciri rangsangan
Rangsangan yang bergerak diantara rangsangan yang diam akan lebih
menarik perhatian. Demikian juga rangsangan yang paling besar
diantara yang paling kecil, yang kontras dengan latar belakangnya dan
intensitas rangsangannya yang paling kuat.
c. Nilai dan kebutuhan individu
Seseorang seniman pasti punya pola dan cita rasa yang berbeda dalam
pengamatannya dibanding seorang yang bukan seniman.
d. Pengalaman dahulu
Pengalaman-pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi bagaimana
seseorang menggambarkan dunianya.8
Dapat disimpulkan bahwa satu objek yang sama dapat di persepsikan
oleh dua orang atau lebih. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diatas.
Persepsi merupakan proses untuk membedakan rangsangan yang masuk
dan kemudian diberikan maknanya dengan bantuan beberapa faktor
seperti, perhatian yang selektif, ciri-ciri rangsangan, nilai dan kebutuhan
individu, serta pengalaman dahulu.

8

Abdul Rahman Shaleh, Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif
Islam, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 118-119.

9

B. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Implementasi Pendekatan
Saintifik
1.

Pengertian Upaya Guru Pendidikan Agama Islam
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “upaya adalah usaha, akal,
ikhtiar, (untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari
jalan keluar, dsb), atau syarat untuk menyampaikan suatu maksud atau
upaya juga diartikan sebagai usaha untuk melakukan suatu hal atau
kegiatan yang bertujuan”.9
Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
dijelaskan bahwa “guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar dan pendidikan menengah”.10
Menurut Syaiful Bahri Djamarah,“dalam setiap melakukan pekerjaan
yang tentunya dengan kesadaran bahwa yang dilakukan atau yang
dikerjakan

merupakan

profesi

bagi

setiap

individu

yang akan

menghasilkan sesuatu dari pekerjaannya. Guru dalam arti yang sederhana
adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik”.11
Zakiah Daradjat dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam menguraikan,
“bahwa seorang guru adalah pendidik Profesional, karenanya secara
implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian
tanggung jawab pendidikan”.12
Menurut Zuhairini dkk, “guru agama adalah orang yang mempunyai
tanggung jawab terhadap pembentukan pribadi anak yang sesuai dengan
ajaran Islam, ia juga bertanggung jawab kepada Allah SWT”.13
Menurut Muhaimin dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar
menguraikan, bahwa guru adalah orang yang berwenang dan
9

Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), cet. 1, h. 995.
Undang-Undang Guru dan Dosen (UU RI No. 14 Th. 2005), (Jakarta: Redaksi Sinar Grafika,
2006), cet. 1, h. 2
11
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2000), h. 31.
12
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Bumi Angkasa, 1984), h. 39.
13
Zuhairini dkk, Metode Khusus Guru Agama, (Jakarta: Usaha Nasional, 2004), h. 54
10

10

bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid, baik secara
individual ataupun klasikal.Baik disekolah maupun diluar
sekolah.Dalam pandangan Islam secara umum guru adalah
mengupayakan perkembangan seluruh potensi/aspek anak didik, baik
aspek kognitif, efektif dan psikomotorik.14
Guru Pendidikan Agama Islam tersebut berbeda dengan guru-guru
bidang studi lainnya, guru pendidikan agama Islam di samping
melaksanakan tugas dan pembinaan bagi peserta didik ia juga
membantu dalam pembentukan akhlak dan mental anak didik tersebut
sehingga anak didik tersebut dapat meningkatkan dan mengembangkan
potensi keimanan dan ketaqwaannya kepada Sang Pencipta, karena itu
guru pendidikan agama masuk ke dalam kelas dengan apa yang ada
padanya sangat menunjang keberhasilan dalam melaksanakan tugas
pendidikan agama bagi peserta didik, misalnya caranya berpakaian,
berbicara, bergaul, makan, minum, serta diamnyapun sangat
mempunyai arti yang sangat penting karena paling tidak segala
perilaku aktifitasnya disoroti oleh lingkungan terutama tauladan bagi
peserta didik.15
Agama Islam mengajarkan bahwa setiap umat Islam wajib
mendakwahkan menyampaikan dan memberikan pendidikan agama Islam
kepada yang lain sebagaimana dipahami dari firman Allah dalam surat AnNahl ayat 125 :

          
             



“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang
yang mendapat petunjuk.16
Berdasarkan ayat tersebut dapat dipahami bahwa siapapun dapat
menjadi pendidik agama Islam atau disebut guru agama asalkan dia
memiliki kemampuan, pengetahuan serta mampu mengimplikasikan nilai
14

Muhaimin dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Surabaya: Citra Media, 1996), h. 70.
Zakiyah Darajat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga, (Jakarta: Ruhama, 1995), h. 99.
16
Depag, Al-Qur’an dan Terjemah ( Jakarta: CV. Pustaka Al-Kautsar, 2009), h. 281
15

11

yang relevan dalam pengetahuan itu yakni sebagai penganut agama yang
patut dicontoh dalam agama yang diajarkan dan bersedia berbagi
pengetahuan agama serta nilainya kepada orang lain.
Dalam kegiatan pembelajaran pendidikan agama akan dihadapkan
dengan permasalahan yang kompleks misalnya masalah peserta didik
dengan berbagai macam latar belakangnya, sarana apa saja yang
diperlukan untuk mencapai keberhasilan pendidikan agama, cara atau
pendekatan
apa
yang
digunakan
dalam
pembelajaran,
mengorganisasikan dan mengelola isi pembelajaran agama tersebut
dan seberapa jauh tingkat efektifitas dalam kegiatan tersebut serta
usaha apa yang dilakukan untuk menimbulkan daya tarik siswa
demikian seterusnya.17
Dari rumusan pengertian guru diatas dapat disimpulkan bahwa guru
adalah orang yang memberikan pendidikan atau ilmu pengetahuan kepada
peserta didik dengan tujuan agar peserta didik mampu memahami dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan pengertian guru pendidikan agama Islam, adalah seorang
pendidik yang mengajarkan ajaran Islam dan membimbing anak didik ke
arah pencapaian kedewasaan serta membentuk kepribadian muslim yang
berakhlak, sehingga terjadi keseimbangan kebahagiaan di dunia dan
akhirat.
Berdasarkan keterangan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
upaya guru adalah suatu aktivitas guru yang dilakukan dalam rangka
membimbing, mendidik, mengajar dan melakukan transfer knowledge
kepada anak didik sesuai dengan kemampuan dan keprofesionalan yang
dimiliki sehingga mencapai sesuatu yang diinginkan atau hendak
dicapai.Dalam hal ini tentunya terkait usaha atau cara yang dilakukan
dalam implementasi pendekatan saintifik/ilmiah dalam proses kegiatan
belajar mengajar pada kurikulum 2013.

17

Zakiyah Darajat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga, (Jakarta: Ruhama, 1995), h. 99.

12

2. Peran Guru Pendidikan Agama Islam
Pada dasarnya peran guru pendidikan agama Islam dan guru umum itu
sama, yaitu sama-sama berusaha untuk menyampaikan ilmu pengetahuan
yang ia miliki kepada anak didiknya, akan tetapi peranan guru agama
Islam selain berusaha menyampaikan ilmu pengetahuan (transfer of
knowledge), ia juga harus menanamkan nilai-nilai agama Islam kepada
anak didiknya agar mereka bisa menyelaraskan antara ajaran agama dan
ilmu pengetahuan.
Dalam peraturan pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan (SNP) pasal 28, dikemukakan bahwa: “pendidik
harus memiliki kualifikasi dan kompetensi sebagai agen pembelajaran,
sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional”.18
Selanjutnya dalam penjelasannya dikemukakan bahwa yang dimaksud
dengan “pendidik sebagai agen pembelajaran (learning agent) adalah
peran pendidikan antara lain sebagai fasilitator, motivator, pemacu, dan
pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik”.19
Menurut Syaiful Bahri Djamarah mengatakan,“bahwa sehubungan
dengan peranan guru sebagai pengajar, pendidik dan pembimbing, juga
masih ada berbagai peranan guru agama Islam lainnya, yaitu peranan guru
sebagai korektor, inspirator, informator, organisator, motivator, inisiator,
fasilitator, pembimbing, pengelola kelas, evaluator”.20
Penjelasan mengenai peran guru sebagai korektor, inspirator,
informator, dan organisator menurut Syaiful Djamarah dapat disimpulkan
bahwa Korektor, sebagai korektor guru harus bisa membedakan mana nilai
yang baik dan mana nilai yang buruk. Kedua nilai yang berbeda itu harus
betul-betul dipahami dalam kehidupan di masyarakat. Kedua nilai ini

18

UU RI No. 14 th. 2005 tetang Guru dan Dosen Serta UU RI No. 20 Th. 2003 tentang
SISDIKNAS (Bandung Citra Umbara,, 2006), h. 185
19
UU RI No. 14 th. 2005 tetang Guru dan Dosen Serta UU RI No. 20 Th. 2003 tentang
SISDIKNAS (Bandung Citra Umbara, 2006), h. 251
20
Syaiful Bahri Djamarah, op.cit. h. 37.

13

mungkin

telah

anak

didik

miliki

dan

mungkin

pula

telah

mempengaruhinya sebelum anak didik masuk sekolah. Latar belakang
kehidupan anak didik yang berbeda-beda sesuai dengan sosio-kultural
masyarakat dimana anak didik akan mewarnai kehidupannya.
Inspirator, sebagai inspirator guru harus dapat memberikan ilham yang
baik bagi kemajuan belajar anak didik. Persoalan belajar adalah masalah
utama anak didik. Guru harus dapat memberikan petunjuk bagaimana cara
belajar yang baik.
Informator, sebagai informator guru harus bisa memberikan informasi
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, selain sejumlah bahan
pelajaran untuk setiap mata pelajaran yang telah diprogramkan dalam
kurikulum. Informasi yang baik dan efektif diperlukan dari guru.
Kesalahan informasi adalah racun bagi anak didik. Organisator, sebagai
organisator adalah sisi lain dari peranan yang diperlukan dari guru. Dalam
bidang ini guru memiliki kegiatan pengelolaan kegiatan akademik,
menyusun tata tertib sekolah, menyusun kalender akademik, dan
sebagainya. Semua diorganisasikan sehingga dapat mencapai efektivitas
dan efisiensi dalam belajar pada diri anak didik.
Sedangkan penjelasan mengenai guru sebagai motivator, inisiator,
pengelola kelas, dan evaluator adalah sebagai berikut:
Motivator, guru sebagai motivator hendaknya dapat mendorong agar
siswa mau melakukan kegiatan belajar, guru harus menciptakan kondisi
kelas yang merangsang siswa melakukan kegiatan belajar, baik kegiatan
individual maupun kelompok. Stimulasi atau rangsangan belajar para
siswa bisa ditumbuhkan dari dalam diri siswa dan bisa ditumbuhkan dari
luar diri siswa.
Inisiator, dalam peranannya sebagai inisiator guru harus dapat menjadi
pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan pengajaran. Proses
interaksi

edukatif

yang

ada

sekarang

harus

diperbaiki

sesuai

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pendidikan.
Kompetensi guru harus diperbaiki, keterampilan penggunaan media

14

pendidikan dan pengajaran harus diperbaharui sesuai kemajuan media
komunikasi dan informasi abad ini. Guru harus menjadikan dunia
pendidikan, khususnya interaksi edukatif agar lebih baik dari dulu. Bukan
mengikuti terus tanpa mencetuskan ide-ide inovasi bagi kemajuan
pendidikan dan pengajaran. Fasilitator, sebagai fasilitator guru hendaknya
dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan kemudahan kegiatan
belajar anak didik.
Pengelola Kelas, sebagai pengelola kelas guru hendaknya dapat
mengelola kelas dengan baik, karena kelas adalah tempat berhimpun
semua anak didik dan guru dalam rangka menerima bahan pelajaran dari
guru.
Evaluator, sebagai evaluator guru tidak hanya menilai produk (hasil
pengajaran), tetapi juga menilai proses (jalannya pengajaran). Dari kedua
kegiatan ini akan mendapatkan umpan balik (feedback) tentang
pelaksanaan interaksi edukatif yang telah dilakukan.21
3. Kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam
Dalam Islam guru merupakan orang yang menjadi panutan dan
tauladan bagi anak didiknya.Oleh karena itu guru agama Islam hendaknya
mempunyai kepribadian yang baik dan juga mempunyai kemampuan yang
baik pula.
Dalam hal ini ada beberapa kemampuan atau kompetensi yang harus
dimiliki oleh setiap guru agama Islam yaitu:
a. Penguasaan materi Islam yang komprohensif serta wawasan dan bahan
pengayaan, terutama dalam bidang-bidang yang menjadi tugasnya.
b. Penguasaan

strategi

(mencakup

pendekatan

metode,

pendidikan Islam, termasuk kemampuan evaluasinya.
c. Penguasaan ilmu dan wawasan pendidikan.

21

Ibid, h. 37.

teknik)

15

d. Memahami

prinsip-prinsip

dan

menafsirkan

hasil

penelitian

pendidikan pada umumnya guna keperluan pengembangan pendidikan
Islam.
e. Memiliki kepekaan terhadap informasi secara langsung atau tidak
langsung yang mendukung kepentingan tugasnya.22
Kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik
dan pembina yang baik bagi anak didiknya. Ataukah akan menjadi perusak
atau penghancur bagi hari depan anak didik yang masih kecil (Tingkat
Sekolah Dasar) dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa
(Tingkat menengah)”.23
Jadi, kepribadian guru agama Islam adalah keseluruhan dari individu
yang terdiri dari unsur psikis dan fisik.Dalam makna demikian, seluruh
penghayatan nilai-nilai kehidupan, motivasi kerja, sifat dan sikap serta
perbuatan seseorang merupakan suatu gambaran dari kepribadian orang
itu, asal dilakukan secara sadar. Kepribadian guru akan tercermin dalam
sikap dan perbuatan dalam membina akhlakul karimah dan membimbing
anak didik.
4. Persyaratan Menjadi Guru Pendidikan Agama Islam
Menjadi guru tidak sembarangan tetapi harus memenuhi beberapa
persyaratan.Persyaratan tersebut diantaranya adalah Takwa kepada Allah
SWT, berilmu, sehat jasmani, dan berkelakuan baik.
Penjelasan mengenai takwa kepada Allah SWT dan berilmu sebagai
persyaratan menjadi guru pendidikan agama Islam adalah sebagai berikut:
a. Takwa kepada Allah SWT, guru sesuai tujuan ilmu pendidikan
Islam, tidak mungkin mendidik anak didik agar bertakwa kepada
Allah, jika ia sendiri tidak bertakwa kepada-Nya. Sejauh mana
seorang guru mampu memberi teladan yang baik kepada semua
anak didiknya, sejauh itu pulalah ia diperkirakan akan berhasil
mendidik mereka agar menjadi generasi penerus bangsa yang baik
dan mulia.
22

Muhaimin, op.cit, h. 172
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 1995), h. 226
23

16

b. Berilmu, seorang guru harus memiliki pengetahuan yang luas
dimana pengetahuan itu nantinya dapat diajarkan kepada muridnya.
Makin tinggi pendidikan atau ilmu yang guru punya, maka makin
baik dan tinggi pula tingkat keberhasilan dalam memberikan
pelajaran.
c. Sehat Jasmani, kesehatan jasmani sering kali dijadikan salah satu
syarat bagi mereka yang melamar untuk menjadi guru. Guru yang
mengidap penyakit menular, umpamanya, sangat membahayakan
kesehatan anak didiknya.
d. Berkelakuan Baik, diantara tujuan pendidikan yaitu membentuk
akhlak yang mulia pada diri pribadi anak didik dan ini hanya
mungkin bisa dilakukan jika pribadi guru berakhlak mulia pula.
Guru yang tidak berakhlak mulia tidak mungkin dipercaya untuk
mendidik.24
Dapat diketahui berdasarkan uraian diatas bahwa persyaratan menjadi
guru pendidikan agama Islam adalah takwa kepada Allah SWT sebagai
guru hendaknya memberi keteladanan terlebih dahulu dengan taat kepada
Allah dan menjauhi segala larangan-Nya, berilmu seorang guru hendaknya
memiliki pengetahuan yang luas, sehat jasmani, dan berkelakuan baik.
5. Tugas dan Tanggung Jawab Guru Pendidikan Agama Islam
a. Tugas Guru Pendidikan Agama Islam
Menurut Zuhairini, secara umum tugas guru pendidikan agama
Islam ialah mendidik, yaitu mengupayakan perkembangan seluruh
potensi anak didik, baik potensi psikomotorik, kognitif maupun
potensi afektif. Potensi ini harus dikembangkan secara seimbang
sampai ketingkat tinggi.Tugas guru pendidikan agama Islam
sebagai pendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilainilai hidup kepada anak didik.Tugas sebagai pengajar berarti
meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi
kepada anak didik. Oleh karena itu jika dilihat lebih rinci lagi maka
tugas guru pendidikan agama Islam adalah: 1) Mengajarkan ilmu
pengetahuan Islam, 2) Menanamkan keimanan dalam jiwa anak, 3)
Mendidik anak agar taat menjalankan agama, 4) Mendidik anak
agar berbudi pekerti yang mulia. 25

24
25

Syaiful Bahri Djamarah, op.cit h. 32-34.
Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), h. 35

17

b. Tanggung Jawab Guru Pendidikan Agama Islam
Menurut Nana Sudjana, tanggung jawab guru pendidikan agama
Islam adalah untuk membentuk anak didik agar menjadi orang
yang bersusila yang cakap, berguna bagi agama, nusa dan bangsa
dimasa yang akan datang. Dengan begitu guru pendidikan agama
Islam harus bertanggung jawab atas segala sikap, tingkah laku, dan
perbuatannya dalam rangka membina jiwa dan watak anak didik.26
Dengan demikian tugas guru pendidikan agama Islam ialah
menjadi pendidik yang diserahi tugas untuk mendidik baik dari segi
jasmani maupun rohani (akal dan akhlak) anak didik. Tugas guru
bukan hanya menyampaikan ilmu pengetahuan dan mengisi penuh
pikiran mereka dengan ilmu pengetahuan itu, akan tetapi bertugas
membina murid menjadi orang dewasa, maka dia bertanggung jawab
untuk menguatkan jasmani murid, menumbuhkan pengertian mereka
terhadap apa

yang diajarkan kepadanya

dari berbagai