GURU DAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

GURU DAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
Sebuah pertemuan menarik dilaksanakan di kantor Wakil Presiden Republik Indonesia,
bersama Komite Pendidikan Nasional, Rabo, 23 Januari 2013. Pertemuan ini menarik karena
dihadiri oleh Wapres, Prof. Dr. Boediono, menteri Dalam Negeri, Gamawan Fauzi, Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan, Mohammad Nuh, menteri Agama, Suryadharma Ali, Menteri
Pemuda dan Olah raga, Roy Suryo, ketua UKP4, Kuntoro dan para pejabat eselon I dari
beberapa kementerian.
Pertemuan ini menarik tentu saja karena membahas isu terakhir terkait dengan perubahan
kurikulum 2013. Pertemuan untuk membahas tentang kurikulum selalu menarik sebab selalu
terjadi perdebatan yang hangat tentang bagaimana implementasi kurikulum ini di tahun 2013.
Adakah kemungkinan kurikulum ini diberlakukan tahun ini atau harus tahun Depan.
Perbincangan itu tentu terkait dengan kesiapan anggaran pada tahun berjalan, sebab anggaran
tahun ini tentu saja sudah direncanakan setahun sebelumnya sebagai konsekuensi anggaran
berbasis kinerja.
Pertemuan yang dipimpin langsung oleh Wapres ini menjadi menarik sebab membahas
Tentang isu bagi bangsa Indonesia ke Depan terutama terkait dengan pendidikan yang tetap
dianggap sebagai instrumen penting dan esensial bagi pengembangan manusia Indonesia di
dalam menghadapi globalisasi dan juga tahun emas Indonesia tahun 2045.
Isu anggaran tentu saja sudah merupakan isu klasik di dalam konteks pembangunannya
nasional. Anggaran selalu menjadi hambatan bagi pengembangan program. Selalu saja bahwa
untuk melakukan perubahan yang mendesak pastilah terhambat karena program harus

didukung oleh anggaran yang cukup, sementara anggaran sudah sulit diubah karena sesuatu
dan lain hal.
Makanya, perjalanan perubahan kurikulum 2013 juga tampak tertatih-tatih terkait dengan
penganggarannya. Biaya perubahan kurikulum ini tentu tidak sedikit sebab terkait dengan
anggaran untuk penggandaan buku bagi seluruh siswa dari SD/MI sampai SMA/MA. Secara
khusus kementerian agama tentu mengalami kesulitan yang lebih besar sebab ketersediaan
anggaran yang sangat terbatas. Tentu berbeda dengan kementerian pendidikan dan
kebudayaan yang memiliki anggaran cukup, baik anggaran kementerian sendiri maupun
anggaran DAU dan DAK yang sudah digulirkan di daerah-daerah. Karena itu Mendikbud
sangat optimis bahwa kurikulum 2013 akan bisa dilaksanakan meskipun akan mengalami
kesulitan yang cukup berarti. Misalnya kendala revisi anggaran yang biasanya juga memakan
waktu yang tidak pendek.
Tetapi problem yang tidak kalah penting adalah mengenai guru. Semua masih sependapat
bahwa kunci keberhasilan pendidikan terletak pada kualitas guru dan profesionalitas guru. D
negara manapun, meskipun teknologi sudah menjadi bagian tidak terpisahkan bagi dunia
pendidikan, akan tetapi peran guru di dalam proses pembelajaran tetaplah menjadi kata kunci
sukses pendidikan.
Makanya di dalam diskusi di Komite Pendidikan Nasional ini, juga mempertanyakan
bagaimana penyiapan guru di dalam menghadapi perubahan kurikulum ini. Apakah guru
sudah siap menghadapi perubahan kurikulum. Jangan sampai kurikulumnya berubah tetapi

mindset guru tidak berubah. Sama saja antara kurikulum yang sebelumnya dengan kurikulum
yang baru. Karena menyangkut perubahan mindset guru, maka tentunya harus disiapkan
secara memadai tentang kesiapan guru ini.
Guru tidak boleh berubah di dalam fungsinya sebagai transformer ilmu dan pamong bagi para
siswa. Selain itu juga contoh di dalam kehidupan masyarakat. Sebagai transformer ilmu
pengetahuan maka di dalam dirinya harus ada mindset untuk melakukan yang terbaik bagi
profesinya sebagai guru dan sebagai pamong maka dia akan membimbing ara siswanya di
dalam proses pencarian kebenaran yang berbasis pada ilmu pengetahuan. Demikian pula guru
adalah contoh bagi para siswa di dalam karakter dan tindakan. Di dalam konteks Jawa, guru

disebut kependekan dari kata digugu lan ditiru atau yang diikuti kata-katanya dan diikuti
tindakannya.
Guru merupakan Garda Depan bagi proses pembelajaran dan pendidikan. Dialah yang akan
menentukan apakah pendidikan Indonesia berhasil atau tidak. Sebagai Garda Depan,
sesungguhnya para guru telah memperoleh penghargaan sebagai guru profesional, yaitu guru
yang telah memperoleh pengakuan sebagai pekerja profesional, sebagaimana dokter, ahli
teknik, ahli hukum dan sebagainya. Sebagai pekerja profesional yang diakui oleh undangundang, maka status guru tentu sangat dihormati. Tidak hanya dari segi pendapatannya, akan
tetapi juga dari sisi penghargaan yang layak. Jika dulu para guru disebut sebagai pahlawan
tanpa tanda jasa disebabkan oleh kurangnya penghargaan terhadapnya, maka sekarang tentu
tidak bisa lagi disebut dengan sebutan tersebut.

Kurikulum bagaimanapun baiknya tentu masih sangat tergantung kepada para guru. Oleh
karena itu perubahan mindset para guru tentu menjadi sangat penting sebagai prasyarat
keberhasilan implementasi kurikulum. Dengan demikian, keberhasilan penerapan kurikulum
2013 juga sangat tergantung kepada perubahan mindset para guru di dalam mendidik para
siswa.
Kurikulum sebagai dokumen adalah variabel instrumen keberhasilan pendidikan. Akan tetapi
yang menjadi variabel substansialnya adalah para guru. Instrumen musik adalah kumpulan
bunyi-bunyian yang akan bisa dinikmati dengan menyenangkan jika dimainkan oleh para
pemain musik profesional. Jadi pemain musik yang ahlilah yang akan menentukan apakah
sebuah sajian instrumen musik bisa dinikmati atau tidak. Demikian pula guru yang
berkualitas lah yang akan menentukan apakah pendidikan akan bisa menjadi wahana bagi
pengembangan kapasitas manusia atau tidak.
Dengan demikian, pelatihan yang dikemas untuk mengembangkan profesionalitas guru
adalah jalan terbaik agar kurikulum 2013 akan bisa mengantarkan anak Indonesia ke Depan
lebih baik atau tidak. Jadi, fungsi guru di dalam diskusi apapun tentang peningkatan
pendidikan tetaplah menempati posisi yang sangat penting.
Tanpa guru yang baik dan berkualitas rasanya jangan pernah bermimpi bahwa pendidikan
Indonesia akan naik peringkat di dalam ranking kualitas pendidikan di dunia.
Wallahu a’lam bialshawab.