12
2015 yang menyatakan bahwa ada hubungan asupan protein dan zat besi terhadap kejadian anemia pada remaja putri. Kurangnya konsumsi protein dapat
meningkatkan seseorang mengalami anemia. Tabel 11. Distribusi Kadar hemoglobin berdasarkan Asupan Protein
Asupan protein Kadar Hemoglobin
Total Anemia
Tidak anemia n
n n
Kurang 4
66,7 2
33,3 6
100 Baik
5 31,2
11 68,8
16 100
Lebih 4
11,4 31
88,6 35
100
Tabel 11 menunjukkan bahwa responden anemia memiliki asupan protein kurang sebesar 66,7, asupan protein baik sebesar 31,2 dan asupan protein
lebih sebesar 11,4. Responden tidak anemia memiliki asupan protein kurang sebesar 33,3, asupan protein baik sebesar 68,8 dan asupan protein lebih
sebesar 88,6. Secara normal produksi sel darah merah membutuhkan zat gizi, seperti
zat besi, vitamin B
12
, asam folat, vitamin B
6,
dan protein. Kekurangan salah satu unsur zat gizi akan menghambat pembentukan sel darah merah sehingga
menyebabkan terjadinya anemia Tarwoto Wartonah, 2008. Peran protein dalam pembentukan sel darah merah adalah sebagai alat angkut zat besi. Zat besi
tidak terdapat bebas di dalam tubuh. Zat besi akan bergabung dengan protein membentuk transferin. Transferin akan membawa zat besi ke sumsum tulang
untuk bergabung membentuk hemoglobin Andarina Sumarmi, 2006. Seseorang yang kekurangan transferin di dalam tubuhnya menyebabkan gagalnya
zat besi untuk diangkut menuju eritroblas yang ada di sumsum tulang. Akibatnya, pembentukan hemoglobin terganggu dan dapat menyebabkan terjadinya anemia
Guyton Hall, 2007
3.3.2. Hubungan asupan zat besi terhadap kadar hemoglobin
Asupan zat besi responden dalam penelitian ini diambil menggunakan metode Semi Quantitative Food Frequency dalam 3 bulan terakhir. Analisis uji hubungan
asupan zat besi terhadap kadar hemoglobin dapat dilihat pada tabel 12.
13
Tabel 12. Analisis Uji Hubungan Asupan Zat Besi terhadap Kadar Hemoglobin
Variabel Mean
Min Max
Standar deviasi
p
Asupan zat besi 62,43
26,21 130,92
23,52 Kadar Hb gdl
12,67 9,60
14,30 1,05
0,002
Uji Pearson Product Moment
Tabel 12 menunjukkan bahwa nilai rata-rata asupan zat besi dalam penelitian ini 62,43 termasuk dalam kategori asupan zat besi kurang sedangkan
nilai rata-rata kadar hemoglobin dalam penelitian ini 12,67 gdl termasuk dalam kategori tidak anemia. Hasil uji statistik dengan Pearson Product Moment
didapatkan nilai p=0,002 p0,05 maka H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan ada hubungan asupan zat besi terhadap kadar hemoglobin pada remaja putri di
MAN 1 Surakarta .
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Tadete, et al 2013 yang menyatakan bahwa ada hubungan antara asupan zat besi dengan
kejadian anemia. Asupan zat besi yang kurang dapat menyebabkan terjadinya anemia. Hasil penelitian Nelima 2015 juga menyatakan ada hubungan asupan
zat besi dengan kejadian anemia pada remaja putri. Remaja putri yang memiliki asupan zat besi rendah akan berisiko 9 kali lebih besar untuk menderita anemia
dibandingkan remaja putri yang memiliki asupan zat besi yang cukup. Tabel 13. Distribusi Kadar Hemoglobin berdasarkan Asupan Zat Besi
Asupan zat besi Kadar Hemoglobin
Total Anemia
Tidak anemia n
n n
Kurang 11
36,7 19
63,3 30
100 Cukup
2 7,4
25 92,6
27 100
Tabel 13 menunjukkan bahwa responden anemia memiliki asupan zat besi kurang sebesar 36,7 dan asupan zat besi cukup sebesar 7,4. Responden tidak
anemia memiliki asupan zat besi kurang sebesar 63,3 dan asupan zat besi cukup sebesar 92,6.
Zat besi memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan hemoglobin. Keterkaitan zat besi dalam proses pembentukan hemoglobin ialah
ketika zat besi berikatan dengan protoporfirin untuk membentuk heme. Selanjutnya, heme akan berikatan dengan rantai polipeptida yang nantinya akan
14
membentuk satu rantai hemoglobin. Masing-masing rantai akan berikatan menjadi empat rantai yang disebut dengan hemoglobin lengkap Guyton Hall, 2007
Hemoglobin dapat mengikat dan membawa oksigen dari paru-paru untuk diedarkan keseluruh tubuh. Kurangnya hemoglobin di dalam tubuh menyebabkan
sel darah merah tidak mampu membawa oksigen ke jaringan sehingga menyebabkan seseorang menjadi cepat lelah Briawan, 2013. Kondisi cepat lelah
menurut Werner, et al 2010 merupakan tanda dari seseorang menderita anemia. Hasil penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar asupan zat besi
responden berada dalam kategori kurang, namun tidak mengalami anemia. Hasil yang sama ditemukan pada penelitian Cendani Murbawani 2011 yang
menyatakan bahwa seluruh responden dalam penelitiannya memiliki asupan zat besi dalam kategori kurang, namun sebagian besar tidak mengalami anemia dan
ada hubungan antara asupan zat besi dengan kadar hemoglobin pada remaja putri. Penelitian Supardin, et al 2013 menyatakan bahwa jika responden memiliki
asupan zat besi yang kurang, tetapi tidak mengalami anemia berarti responden masih memiliki cadangan zat besi di dalam tubuhnya. Penelitian Argana
Kusharisupeni 2004 mengatakan bahwa zat besi di dalam tubuh terdiri dari dua bagian, yaitu cadangan dan fungsional. Zat besi yang berbentuk cadangan tidak
mempunyai fungsi fisiologi selain sebagai buffer, yaitu menyediakan zat besi kalau dibutuhkan untuk berperan dalam fungsi fisiologi, sedangkan zat besi yang
bersifat fungsional berbentuk hemoglobin dan sebagian kecil dalam bentuk myoglobin. Apabila tubuh kekurangan masukan zat besi maka tubuh akan
mengaktifkan zat besi cadangan untuk mencukupi jumlah zat besi fungsional.
3.3.3. Hubungan pengetahuan terhadap kadar hemoglobin