LATAR BELAKANG PERMASALAHAN PENDAHULUAN LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PENGEMBANGAN STASIUN KERETA API TANJUNG KARANG DI LAMPUNG.

11 Sebagai bagian dari mega proyek pembangunan provinsi Lampung, pengembangan Stasiun Tanjung Karang bukan saja sekedar perluasan bangunan semata, namun dari tampilan dan fungsi bangunan, Stasiun Tanjung Karang harus dirancang memiliki daya tarik yang dapat menjadi ciri khas baru Provinsi Lampung, yakni sebuah bangunan ikonik masa kini dengan tetap menonjolkan khazanah tradisi dan budaya Lampung. Sehingga kelak bentuk bangunan stasiun yang baru dapat tetap mengedepankan identitas Provinsi Lampung.

1.2. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

Sebagai salah satu kawasan dengan transportasi darat terpadat di Sumatera, Pengembangan Stasiun Tanjung Karang dituntut dapat memberi rasa aman dan nyaman bagi pengguna kereta api sehingga secara tidak langsung dapat mendorong masyarakat untuk beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi umum massal seperti kereta api. Stasiun Tanjung Karang merupakan pintu masuk darat utama bagi pengunjung Lampung selain terminal bus dan kendaraan pribadi. Sebagai prasarana transportasi yang penting, stasiun dianggap sebagai suatu ikon yang representatif untuk menggambarkan suatu wilayah sehingga akan memberikan gambaran pertama wilayah bagi orang yang baru saja berkunjung ke daerah tersebut. Oleh karena itu, Stasiun Tanjung Karang dirancang agar memiliki “sense of place” yang dapat menimbulkan suatu ketertarikan orang akan wilayah Gambar 1.9 Kondisi Jalan Depan Stasiun Menuju Pasar Bawah Sumber: lampung.tribunnews.com, 2011 12 Lampung. Sense of place dapat diperoleh dari adanya suatu keterkaitan antara elemen bangunan dengan lingkungan sekitar ataupun wilayah tersebut secara keseluruhan. Salah satu faktor lingkungan yang penting diangkat adalah keberadaan arsitektur tradisional Lampung. Rumah adat pribumi Lampung secara umum bernama Sessat. Bentuk bangunan dimaksud berdasarkan keasliannya mempunyai ciri-ciri fisik atap terbuat dari anyaman ilalang, berbentuk panggung bertiang yang bahan bangunannya sebagian besar terbuat dari kayu untuk menghindari serangan hewan dan lebih kokoh bila terjadi gempa bumi. Sebagai bangunan ikonik baru, Stasiun Tanjung Karang harus memiliki ciri khas bentuk yang tetap memperhatikan konteks lingkungan dalam hal ini kebudayaan. Salah satu ciri khas budaya yang sudah sangat melekat erat dengan masyarakat Lampung adalah “Siger” dan “Tapis”. Siger merupakan mahkota pengantin wanita Lampung yang berbentuk segitiga, berwarna emas dan biasanya memiliki cabang atau lekuk berjumlah sembilan atau tujuh. Gambar 1.10 Rumah Sessat Sumber: baltyra.comwp-contentuploads2012, 2014 13 Tapis merupakan kain tenun indah khas Lampung biasa digunakan oleh wanita suku Lampung. Kain Tapis berbentuk kain sarung terbuat dari tenun benang kapas dengan motif atau hiasan bahan sugi, benang perak atau benang emas dengan sistem sulam. Lampung juga terkenal dengan kekayaan flora dan faunanya, beberapa diantaranya merupakan flora dan fauna langka yang hampir punah. Keanekaragaman flora dan fauna Lampung tersebut juga dapat menjadi suatu ide desain menarik yang bila dikembangkan dapat menjadi daya tarik masyarakat untuk mengenal Lampung lebih dekat lagi. Gambar 1.12 Berbagai Motif Tapis Sumber: www.indonesia.travelpublicmediaimagesuploadarticleTapis, 2014 Gambar 1.11 Siger Sebagai Mahkota Pengantin Wanita Lampung Sumber: saliwanovanadiputra.blogspot.com, 2014 14 Dengan beragamnya keistimewaan dari faktor lingkungan dan budaya Lampung ini memungkinkan untuk dilakukannya pengkombinasian bentuk melalui metode analogi maupun transformasi sehingga terciptanya sebuah bangunan ikonik berciri khas Lampung. Permasalahan timbul ketika bentuk bangunan yang dibangun tidak simetris. Masalah konstruksi membatasi kreativitas pengembangan ide desain sehingga diperlukan sebuah konsep arsitektur yang mampu menjadi jembatan antara ide desain dengan kemampuan konstruksi bangunan. Seiring dengan perkembangan zaman, arsitektur dunia juga mengalami perkembangan. Perkembangan arsitektur sejalan dengan kebudayaan manusia baik pola pikir maupun pola hidupnya Lloyd Scott, 1997. Hal inilah yang mendasari lahirnya langgam arsitektur baru dunia yang disebut dengan arsitektur Dekonstruksi yang muncul sekitar tahun 1970 dan menggantikan tren Post- Modern pada saat itu. Melalui arsitektur dekonstruksi para arsitek dapat lebih luas mengembangkan gagasan, pemikiran, dan konsepnya pada bangunan. Dekonstruksi berarti membongkar, pembongkaran disini berarti menata ulang desain lama dengan konsep dasar yang sama sekali baru. Arsitektur dekonstruksi merupakan suatu pendekatan desain bangunan yang merupakan usaha-usaha percobaan untuk melihat arsitektur dari sisi yang lain sehingga produk yang dihasilkan tidak monoton dan terkesan eksklusif. Konsep arsitektur Dekonstruksi sangat mendukung ide desain pengembangan Stasiun Tanjung Gambar 1.13 Flora dan Fauna Lampung Sumber: www.indonesia-tourism.com, 2014 15 Karang yang banyak mengambil bentuk-bentuk dasar benda yang kemudian di kembangkan menjadi bentuk baru yang lebih atraktif dan modern namun tetap bercirikan pada khazanah arsitektur, lingkungan, dan budaya Lampung.

1.3. RUMUSAN MASALAH