Perkembangan Ekspor Indonesia GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

kuat, tujuan ekspor yang tidak lagi bergantung pada Negara-negara tujuan tertentu dan harga komoditas global yang meningkat. Kenaikan ekspor didorong oleh meningkatnya permintaan global seiring dengan pemulihan ekonomi global, terutama dari Negara-negar emerging market. Pertumbuhan volume ekspor tahun 2011 terutama disumbang oleh ekspor ke Cina, Singapura dan India, sementara volume ekspor ke Negara tujuan utama tradisional seperti Amerika Serikat dan Jepang tumbuh jauh lebih rendah dan bahkan ekspor ke Eropa menurun dibandingkan dengan tahun -tahun sebelumnya. Sumber: BPS,2016 Gambar 4.4 Ekspor Indonesia tahun 2008-2015 Dalam miliar rupiah Peningkatan ekspor tahun 2011 tidak berlanjut ke tahun berikutnya, tahun 2012 -2015 ekspor Indonesia mengalami penurunan. Pada tahun 2012 ekspor menurun menjadi 2.644.207 miliar rupiah. Sedangkan pada tahun 2015 ekspor Indonesia lebih besar penurunannya menjadi 2.075.514 miliar rupiah. 1906547 1621159 2195390 2831518 2644207 2540086 2448655 2075514 500000 1000000 1500000 2000000 2500000 3000000 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 EKSPOR 56

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Uji Akar Unit Unit Root Test Kestasioneran data merupakan hal yang sangat penting dalam analisis data time series. Hal ini karena penggunaan data yang tidak stasioner dalam model dapat menyebabkan regresi lancing spurious regression . Pengujian stasioneritas data akan dilakukan dengan menggunakan uji akar unit Augmented Dickey-Fuller ADF. Suatu variabel dikatakan stasioner apabila nilai t-statistik nya lebih kecil secara aktual dari nilai kritis MacKinnon, atau nilai probabilitasnya kurang dari nilai selang kepercayaan yang dipakai dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikansi 5 atau 0,05. Hasil uji stasioneritas dari variabel-variabel yang akan dianalisis terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 5.1 Hasil Uji Akar Unit Tingkat Level dengan Metode Augmented Dickey Fuller Test Variabel Nilai Hitung ADF Nilai Kritis Mutlak Mc Kinnon Prob. Keterangan 1 5 10 PMDN -0.225706 -3.711457 -2.981038 -2.629906 0.9233 Tidak Stasioner INF -5.233343 -3.670170 -2.963972 -2.621007 0.0002 Stasioner KURS 0.342712 -3.670170 -2.963972 -2.621007 0.9767 Tidak Stasioner EKSP -1.526465 -3.670170 -2.963972 -2.621007 0.5068 Tidak Stasioner Sumber: Data diolah Tabel 5.1 menunjukkan hasil pengujian stasioneritas untuk semua variabel pada tingkat level menghasilkan nilai absolute statistic Augmented Dickey-Fuller lebih besar dari nilai kritis MacKinnon yang berarti seluruh data tidak stasioner. Konsekuensi tidak terpenuhinya asumsi stasioneritas pada derajat nol, maka seluruh variabel akan diuji dengan pengujian derajat integrasi pada tingkat first difference. 2. Uji Derajat Integrasi Uji derajat integrasi dilakukan untuk mengetahui berapa derajat integrasi data-data tersebut perlu dilakukan sampai menemukan data yang stasioner pada tingkat diferensi yang sama. Jika salah satu variabel stasioner pada tingkat first difference, maka semua variabel harus stasioner di tingkat first differrence. Data dikatakan stasioner jika nilai absolut dari statistik Augmented Dickey-Fuller lebih kecil secara aktual lebih negatif dari nilai kritisnya. Tabel 5.2 Hasil Uji Akar Unit Tingkat First Difference dengan Metode Augmented Dickey Fuller Test Variabel Nilai Hitung ADF Nilai Kritis Mutlak Mc Kinnon Prob. Keterangan 1 5 10 PMDN -4.874955 -3.699871 -2.976263 -2.627420 0.0006 Stasioner INF -4.387574 -3.752946 -2.998064 -2.638752 0.0024 Stasioner KURS -3.994447 -3.679322 -2.967767 -2.622989 0.0046 Stasioner EKSP -3.392843 -3.689194 -2.971853 -2.625121 0.0199 Stasioner Sumber: Data diolah Tabel 5.2 di atas menunjukkan semua variabel mempunyai nilai absolute statistic Augmented Dickey-Fuller yang lebih kecil dari nilai kritis MacKinnon pada tingkat signifikansi 5 dan 10.