17
menindak pelaku kekerasan dalam rumah tangga, dan melindungi korban kekerasan dalam rumah tangga”.
Kekerasan dalam rumah tangga tidak selalu terjadinya di dalam rumah tangga, bisa saja kejadiannya di luar rumah tangga. Yang terpenting
baik pelaku maupun korbannya adalah berada dalam ikatan rumah tangga atau anggota rumah tangga.
2. Bentuk-Bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Dalam Pasal 5 UU No.23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga menyebutkan bahwa bentuk-bentuk
kekerasan dalam rumah tangga dapat berupa: 1
Kekerasan fisik Yang dimaksud dengan kekerasan fisik dalam Pasal 6 UU
No.23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit
atau luka berat.
2 Kekerasan Psikis
Pasal 7 UU No.23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga disebutkan bahwa “kekerasan psikis adalah
perbuatan yang mengakibatkan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya danpenderitaan pikis
berat pada seseorang”.
18
3 Kekerasan seksual
Kekerasan seksual dalam Pasal 8 UU No.23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga adalah “setiap
perbuatan yang berupa pemaksaan hubungan seksual, Pemaksaan hubungan seksual dengan cara tidak wajar dan atau tidak disukai,
pemaksaan hubungan seksual dengan orang lain untuk tujuan komersial danatau tujuan tertentu”.
4 Penelantaran Rumah Tangga
Dalam Pasal 9 UU No.23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga disebutkan bahwa penelantaran
rumah tangga adalah seseorang yang menelantarkan orang dalam lingkup rumah tangganya, padahal menurut hukum yang berlaku
baginya atau karena persetujuan atau perjanjian ia wajib memberikan kehidupan, perawatan atau pemeliharaan kepada orang tersebut. Selain
itu, penelantaran juga berlaku bagi setiap orang yang mengakibatkan ketergantungan ekonomi dengan cara membatasi danatau melarang
untuk bekerja yang layak di dalam atau di luar rumah sehingga korban berada di bawah kendali orang tersebut.
3. Ketentuan Pidana Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004
Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Salah satu persoalan pokok dalam hukum pidana adalah pidanapunishment. Sudarto 1990:9 mendefinisikan pidana adalah
19
“penderitaan yang sengaja dibebankan kepada orang yang melakukan perbuatan yang memenuhi syarat-syarat tertentu”.
Dalam Subondo dan Masyhar 2008:2, pidana pada intinya mengandung unsur:
1. Pengenaan penderitaan atau nestapa atau akibat lain yang tidak
menyenangkan; 2.
Diberikan secara sengaja oleh orang badan hukum yang wenang; 3.
Dijatuhkan kepada seseorang yang telah melakukan tindak pidana. “Tujuan dikenakanya pidana adalah untuk mencegah terjadinya
kejahatan atau perbuatan yang tidak dikehendaki danatau untuk mengenakan penderitaan atau pembalasan” Subondo dan Masyhar,
2008:2. Dalam KUHP jenis-jenis pidana diatur dalam Pasal 10, dimana
pidana itu dibagi dalam dua kelompok: 1.
Pidana pokok a
Pidana mati b
Pidana penjara c
Pidana kurungan d
Pidana denda e
Pidana tutupan UU No.20 Tahun 1946 2.
Pidana tambahan a
Pencabutan hak-hak tertentu b
Perampasan barang-barang tertentu c
Pengumuman putusan hakim Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, disamping sanksi
20
ancaman hukuman pidana penjara dan denda yang dapat diputuskan oleh Hakim, juga diatur pidana tambahan yang dapat dijatuhkan oleh Hakim
yang mengadili perkara KDRT. Ketentuan pidana Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga diatur dalam Bab VIII antara Pasal 44 sampai dengan Pasal 53.
Ketentuan pidana untuk kekerasan fisik dalam rumah tangga diatur dalam Pasal 44:
Pasal 44
1 Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan fisik dalam lingkup
rumah tangga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun atau denda paling
banyak Rp 15.000.000,00 lima belas juta rupiah. 2
Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 mengakibatkan korban mendapat jatuh sakit atau luka berat, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 10 sepuluh tahun atau denda paling banyak Rp 30.000.000,00 tiga puluh juta rupiah.
3 Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat 2
mengakibatkan matinya korban, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 lima belas tahun atau denda paling banyak Rp
45.000.000,00 empat puluh lima juta rupiah. 4
Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan oleh suami terhadap isteri atau sebaliknya yang tidak menimbulkan
21
penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencaharian atau kegiatan sehari-hari, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 4 empat bulan atau denda paling banyak Rp 5.000.000,00 lima juta rupiah.
Ketentuan pidana untuk untuk kekerasan psikis dalam rumah tangga diatur dalam Pasal 45:
Pasal 45
1 Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan psikis dalam
lingkup rumah tangga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 tiga tahun atau denda
paling banyak Rp 9.000.000,00 sembilan juta rupiah. 2
Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan oleh suami terhadap isteri atau sebaliknya yang tidak menimbulkan
penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencaharian atau kegiatan sehari-hari, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 4 empat bulan atau denda paling banyak Rp 3.000.000,00 tiga juta rupiah.
Ketentuan pidana untuk untuk kekerasan seksual dalam rumah tangga diatur dalam Pasal 46-48:
22
Pasal 46
Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan seksual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a dipidana dengan pidana penjara paling
lama 12 dua belas tahun atau denda paling banyak Rp 36.000.000,00 tiga puluh enam juta rupiah.
Pasal 47
Setiap orang yang memaksa orang yang menetap dalam rumah tangganya melakukan hubungan seksual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf
b dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 empat tahun dan pidana penjara paling lama 15 lima belas tahun atau denda paling sedikit
Rp 12.000.000,00 dua belas juta rupiah atau denda paling banyak Rp 300.000.000,00 tiga ratus juta rupiah.
Pasal 48
Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 dan Pasal 47 mengakibatkan korban mendapat luka yang tidak memberi harapan akan
sembuh sama sekali, mengalami gangguan daya pikir atau kejiwaan sekurangkurangnya selama 4 empat minggu terus menerus atau 1 satu
tahun tidak berturut-turut, gugur atau matinya janin dalam kandungan, atau mengakibatkan tidak berfungsinya alat reproduksi, dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 5 lima tahun dan pidana penjara paling lama 20 dua puluh tahun atau denda paling sedikit Rp 25.000.000,00
dua puluh lima juta rupiah dan denda paling banyak Rp 500.000.000,00 lima ratus juta rupiah.
23
Ketentuan pidana untuk untuk penelantaran dalam rumah tangga
diatur dalam Pasal 49: Pasal 49
Dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 tiga tahun atau denda paling banyak Rp 15.000.000,00 lima belas juta rupiah, setiap orang
yang : a.
Menelantarkan orang lain dalam lingkup rumah tangganya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat 1;
b. Menelantarkan orang lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
ayat2.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga merupakan suatu pemikiran yang
komprehensif dari negara dengan political will untuk memperhatikan dan memberikan perlindungan bagi korban kekerasan dalam rumah tangga.
Namun yang menjadi kendala adalah upaya untuk mengungkap bentuk kekerasan ini tidaklah mudah, selain karena pemahamankesadaran
masyarakat tentang kekerasan dalam rumah tangga belum sepenuhnya dipahami sebagai bentuk pelanggaran HAM, juga kekerasan dalam bentuk
ini masih dilihat dalam ranah privat.
D. Penegakan Hukum Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga