Pembatasan Masalah Tujuan Penelitian Tinjauan Pustaka

xxi mempengaruhi pencapaian hasil ujian dengan metode OSCA mata kuliah asuhan kebidanan I. Penelitian yang dimaksud diberi judul “Pengaruh Metode Role Play terhadap Pencapaian Hasil Ujian Mata Kuliah Asuhan Kebidanan I dengan Metode OSCA”. B. Rumusan Masalah “Apakah ada pengaruh metode role play terhadap pencapaian hasil ujian mata kuliah asuhan kebidanan I bahasan pemeriksaan obstetrik dengan metode OSCA mahasiswa Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali tahun akademik 20082009 dengan menganalisis motivasi belajar?”.

C. Pembatasan Masalah

Permasalahan-permasalahan yang ada dibatasi penulis, agar penelitian yang dilakukan lebih terarah dan jelas rumusan masalahnya. Pembatasan masalah yang dimaksud di atas antara lain: 1. Metode yang digunakan dosen dalam penelitian tersebut adalah metode role play untuk kelas eksperimen dan metode konvensional untuk kelas kontrol. 2. Mata kuliah sebagai bahan kajian yang dipelajari oleh mahasiswa dalam penelitian ini dibatasi pada mata kuliah asuhan kebidanan I bahasan pemeriksaan obstetrik. 3. Menganalisis motivasi belajar mahasiswa yang dibatasi oleh aspek-aspek berupa kebutuhan berprestasi, kemampuan, usaha, kesulitan tugas belajar 5 xxii yang dibebankan, nasib, kebutuhan kekurangan, kebutuhan pengayaan, perhatian penuh, relevansi, kepercayaan diri dan kepuasan.

D. Tujuan Penelitian

Mengetahui pengaruh penggunaan metode role play terhadap pencapaian hasil ujian akhir semester mata kuliah asuhan kebidanan I bahasan pemeriksaan obstetrik dengan menggunakan metode OSCA mahasiswa Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali tahun akademik 20082009 dengan menganalisis motivasi belajar.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Sebagai bukti empiris mengenai teori bahwa role play dapat meningkatkan pencapaian kompetensi dalam pembelajaran. 2. Manfaat Praktis Jika memang diketemukan pengaruh metode role play terhadap pencapaian hasil ujian asuhan kebidanan I pokok bahasan pemeriksaan obstetrik dengan metode OSCA, maka hasil penelitian dapat dijadikan bukti ilmiah penggunaan metode role play dalam pembelajaran asuhan kebidanan I. 6 xxiii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Role Play

a. Definisi Role Play Role play adalah sejenis permainan gerak yang didalamnya ada tujuan, aturan dan sekaligus melibatkan unsur senang Hadfield, 1986. Dalam role play mahasiswa dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas, meskipun saat itu pembelajaran terjadi di dalam kelas. Selain itu, role play sering kali dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas dimana pembelajar membayangkan dirinya seolah-olah berada di luar kelas dan memainkan peran orang lain Basri, 2000:6. Mahasiswa dalam role play diperlakukan sebagai subyek pembelajaran, secara aktif melakukan praktik-praktik bersama teman- temannya pada situasi tertentu. Belajar efektif dimulai dari lingkungan yang berpusat pada diri siswa. Lebih lanjut prinsip pembelajaran ketrampilan menjelaskan bahwa dalam pembelajaran ketrampilan, mahasiswa akan lebih berhasil jika mereka diberi kesempatan menggunakan ketrampilannya dengan melakukan berbagai kegiatan. Bila mereka berpartisipasi, mereka akan lebih mudah menguasai apa yang mereka pelajari Boediono, 2001:35. Jadi, dalam pembelajaran mahasiswa harus aktif. Tanpa adanya 7 xxiv aktivitas, maka proses pembelajaran tidak mungkin terjadi Sardiman, 2001:96. Manfaat yang dapat diambil dari metode pembelajaran role play adalah: Pertama, role play dapat memberikan semacam hidden practise, dimana mahasiswa tanpa sadar menggunakan ungkapan-ungkapan terhadap materi yang telah dan sedang mereka pelajari. Kedua, role play melibatkan jumlah mahasiswa yang cukup banyak, cocok untuk kelas besar. Ketiga, role play dapat memberikan kepada mahasiswa kesenangan karena role play pada dasarnya adalah permainan. Dengan bermain mahasiswa akan merasa senang. Masuklah ke dunia pebelajar, sambil kita antarkan dunia kita DePorter, 1992:7. Di samping itu role play dapat meningkatkan partisipasi aktif siswa, kesempatan mempraktikkan keterampilannya, praktik dalam situasi yang aman, membangun kepercayaan diri, merubah perilaku, merasakan kondisi riil dalam suatu alur cerita Taufiqurrahman, 2004. Strategi role play, merupakan bagian dari metode pembelajaran inquiri yang didalamnya terdapat juga unsur kooperatif. Menurut Soekamto dan Winataputra 1996:35, agar belajar dapat bermakna secara signifikan diperlukan adanya inisiatif yang datang dari pihak mahasiswa itu sendiri, dan ia harus sepenuhnya terlibat. Hal ini akan dapat terjadi dengan apa yang disebut belajar eksperiental experiential learning, yang mengembangkan dan memperperkenalkan adanya keterlibatan pribadi, inisiatif diri, evaluasi 8 xxv diri, dan dampak langsung yang terjadi pada diri mahasiswa Asmawi, 2001:06. Berdasar teori tersebut di atas, belajar harus dilakukan oleh mahasiswa atau pebelajar, sedangkan pendidik hanya sebagai fasilitator, tugas pokok pengajar atau pendidik adalah menciptakan lingkungan belajar yang baik, membantu pebelajar merumuskan tujuan belajar, menyeimbangkan pertumbuhan intelektual dengan pertumbuhan emosional, menyediakan sumber belajar, berbagi rasa serta pemikiran dengan pebelajar tetapi tidak mendominasi Asmawi, 2001:6-7. Lebih lanjut dijelaskan pula bahwa dalam belajar ini lebih mementingkan pengembangan aspek yang multi tidak hanya mengembangkan aspek kognitif saja. Aspek tersebut didasarkan pada teori kemampuan dari Howard Gardner. Kemampuan dasar yang dikemukakan oleh Gardner mencakup tujuh kemampuan dasar yaitu: a. Visual-spatial; b. Bodily-kinesthetic; c. Musical-rhytmical; d. Interpersonal; e. Intrapersonal; f. Logical-mathematical; g. Verbal-linguistic 1983 dalam Asmawi, 2001:08. Berdasarkan pendapat di atas maka metode role play ini dapat dinyatakan bahwa pebelajar akan aktif berpartisipasi dan juga akan aktif berpikir dan mengembangkan atau mengkonstruksikan penalarannya. Selain itu metode role play merupakan teknik yang melibatkan mahasiswa untuk menghadirkan peran-peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu pertunjukkan peran di dalam kelaspertemuan, yang kemudian dijadikan 9 xxvi sebagai bahan refleksi agar peserta memberikan suatu penilaian. Misalnya : menilai keunggulan maupun kelemahan masing-masing peran dan kemudian memberikan saranalternatif pendapat bagi pengembangan peran-peran tersebut. Metode ini lebih menekankan terhadap masalah yang diangkat dalam pertunjukan dan bukan pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan peran. b. Prinsip-Prinsip Metode Pembelajaran Role Play Prinsip-prinsip metode role play ini antara lain pendidikan doktertenaga kesehatan tidak hanya mendidik pengetahuan tetapi juga keterampilan dan perilaku, bentuk klasik bermain peran di bidang kedokteran : terdiri atas orang mahasiswa yang berperan sebagai pasien dan doktertenaga kesehatan dan mahasiswa lain audience secara aktif mengamati jalanya bermain peran dengan panduan kriteria yang ditetapkan sebelumnya Taufiqurrahman, 2004. c. Proses Metode Role Play Pedoman untuk mengefektifkan role play adalah persiapan yang memadai, menyesuaikan peran dan tugas dengan tingkat praktek, penyusunan pedoman umpan balik dan pengakuan akan pentingnya interaksi sosial untuk belajar Nestel et.al., 2007, 7:3. Proses metode role play terdiri dari : penyiapan baik pemain, audien pengamat dan guru. Pemain harus menguasai naskah, belajar dari yang lain, 10 xxvii dan dapat memberikan umpan balik untuk yang lain Taufiqurrahman, 2004:5. Peserta didik harus aktif dan memiliki banyak kontrol terhadap pembelajaran mereka sendiri. Para siswa harus memilih tema dan membantu tugas-tugas guru dan memberikan informasi tentang proses belajar mereka. Siswa memiliki tanggung jawab baru dalam bermain peran bahwa mereka mungkin tidak biasa belajar berdasarkan pengalaman, disarankan bagi yang belum mempunyai pengalaman mereka harus proaktif. Mereka menyarankan instruktur memahami tingkat pengetahuan siswa, dan memperhatikan untuk pengenalan pengalaman latihan sehingga siswa tidak menjadi kecewa Tompkins PK, 1998. Disamping itu peserta didik sebagai peran pemain mengembangkan sendiri skenario sesuai dengan keinginan mereka dalam pembelajaran, sehingga ini terjadi di dramatisasi Maier HW, 2002. Peran pengajar mendefinisikan struktur umum tentang role play, tetapi umumnya tidak berpartisipasi secara aktif terhadap struktur yang dibuat. Pengajar menjadi pengawas dan mengendalikan kegiatan, membantu alur serta menghindari kemacetan alur, namun tidak memberitahu mengenai jalan yang harus dilakukan. Hal ini mengurangi kegelisahan dan memfasilitasi siswa dalam belajar. Guru harus mengambil tanggung jawab pada beberapa tambahan dalam bermain peran. Secara khusus, guru harus terus mendorong peserta didik merangsang keingintahuan mereka dan mempertahankan materi yang relevan, menciptakan suatu semangat untuk belajar Tompkins PK, 1998. Secara singkat peran pengajar adalah 11 xxviii melaksanakan penyiapan naskah role play, menjaga fokus permainan, menjaga target diskusi tercapai, obeservasi aktif, summary, menjaga bagaimana agar proses diterapkan pada kondisi riil Taufiqurrahman, 2004:5. d. Penyiapan Naskah Bermain Beberapa hal yang perlukan dalam penyiapan naskah bermain adalah menentukan ruang lingkup substansi dan tujuan instruksional kegiatan, definisi problem jalan cerita, peran masing-masing pemain: latar belakang masalah, pokok permasalahan, sumber potensial konflik, instruksi untuk para pemain ketentuan rinci untuk tiap peran, estimasi waktu, dll dan instruksi pengamat peran audien selama dan setelah role play dan penggunaan daftar cek.

2. Metode Pembelajaran Konvensional

a. Pengertian Model Pembelajaran Konvensional Ausubel dalam Woolfolk dan Nicolich 1984: 240 menyatakan bahwa model pembelajaran konvensional merupakan metode mengajar. Dosen menyampaikan materi pembelajaran kepada mahasiswa dengan mengorganisasikan, mengurutkan, dan menyelesaikan materi yang ada secara cermat. Mahasiswa menerima materi-materi yang paling mudah. Pendekatan konvensional sesuai untuk mengajarkan konsep, masalah yang timbul. Model pembelajaran konvensional adalah metode pembelajaran 12 xxix yang banyak dilaksanakan di sekolah saat ini, yang menggunakan urutan kegiatan pembelajaran uraian, contoh, dan latihan. Wibawa, 1999: 5. Dosen memberi tugas disertai dengan penjelasan tentang langkah-langkah yang dilakukan. Mahasiswa mendengar, mencatat, kemudian mengerjakan tugas. b. Prinsip-Prinsip Metode Pembelajaran Konvensional Prinsip-prinsip metode pembelajaran konvensional diantaranya adalah 1 Dosen menganggap kemampuan mahasiswa sama, 2 Menggunakan kelas sebagai satu-satunya tempat belajar, 3 Mengajar lebih banyak menggunakan metode ceramah, 4 Pemisahan antar bidang studi nampak jelas, 5 Memberikan kegiatan yang tidak bervariasi, 6 Berkomunikasi satu arah, 7 Iklim belajar menekankan kegiatan yang tidak bervariasi, 8 Mengajar hanya menggunakan buku sebagai sumber belajar dan informasi dari dosen, 9 Hanya menilai hasil belajar. c. Proses Pembelajaran Metode Konvensional Model pembelajaran konvensional menggunakan metode pembelajaran yang berpusat pada dosen. Model pembelajaran konvensional merupakan metode pembelajaran yang digunakan dosen untuk memindahkan pengalaman dan informasi kepada mahasiswa dengan memberikan keterangan terlebih dahulu definisi, prinsip dan konsep materi pembelajaran serta memberikan contoh-contoh, latihan pemecahan 13 xxx masalah dalam bentuk ceramah, demonstrasi, penugasan dan tanya jawab, sedangkan mahasiswa mengikuti pola yang ditetapkan oleh dosen secara cermat. Dalam pembelajaran yang berpusat pada dosen, hampir seluruh kegiatan pembelajaran dikendalikan secara penuh oleh dosen. Dosen menggunakan kelas sebagai satu-satunya tempat belajar mahasiswa, sedangkan metode pembelajaran yang digunakan tidak beragam bentuknya, metode yang banyak digunakan adalah metode ceramah dengan tatap muka. Percival dan Elington dalam Indrastoeti 1999: 43 menamakan strategi konvensional ini dengan strategi yang berpusat pada guru the teacher centered approach. Dalam strategi yang berpusat pada dosen, hampir seluruh kegiatan pembelajaran dikendalikan penuh oleh dosen. Seluruh sistem diarahkan kepada rangkaian kejadian yang rapi dalam lembaga pendidikan, tanpa ada usaha untuk mencari dan menerapkan strategi belajar yang berbeda sesuai tema dan kesulitan belajar setiap individu. Model pembelajaran konvensional merupakan metode yang dilakukan dengan komunikasi satu arah, sehingga situasi pembelajaran dengan menggunakan metode ini disebut sebagai bentuk kegiatan instruksional yang menempatkan guru sebagai sumber tunggal Suparman, 1997:198. Kegiatan ini berlangsung dengan menggunakan dosen sebagai satu-satunya sumber belajar dan sekaligus bertindak sebagai penyaji isi mata pelajaran. Menurut Sudjana 1996: 58, metode pembelajaran yang 14 xxxi sering digunakan adalah metode ceramah, tanya jawab, dan penugasan. Ceramah dimaksudkan untuk memberikan penjelasan informasi mengenai bahan yang akan dibahas dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Model pembelajaran konvensional menempatkan dosen pada peran yang sangat dominan dalam proses pembelajaran. Dosen memberi tugas disertai dengan penjelasan tentang langkah-langkah yang dilakukan. Mahasiswa mendengar, mencatat, kemudian mengerjakan tugas. Peranan dosen dirancang, memprogram, melaksanakan dan mengevaluasi. Mahasiswa mengikuti rancangan yang telah disusun oleh dosen. Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan dosen aktif, mahasiswa pasif. Dosen menyampaikan informasi, mahasiswa mencatat, menyimpan dan mengungkapkan kembali pada saat evaluasi.

3. Motivasi Belajar

Dalam motivasi belajar ini secara berturut-turut akan dijelaskan: pengertian motivasi belajar, jenis-jenis motivasi belajar dan pentingnya motivasi dalam belajar serta indikator motivasi belajar. a. Pengertian Motivasi Belajar Banyak ahli pendidikan yang memberikan batasan tentang motivasi. Menurut Weiner dalam Reigeluth 1983:389, motivasi diartikan sebagai kerseriusan dan pengarahan tingkah laku. Dengan kata lain berarti 15 xxxii pilihan seseorang atau pengalamantujuan yang ingin dicapai serta derajat usaha yang dilakukan dalam respek tersebut. Menurut Houston 1985:5, motives usually involve statements such as, “something that causes a person to act”. Motif biasanya meliputi pernyataan sebagai sesuatu yang menyebabkan seseorang melakukan tindakan. Motivasi merupakan suatu proses psikologis yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang Wahjosumidjo, 1994:174. Motivasi sebagai proses psikologis timbul karena faktor di dalam diri seseorang itu sendiri yang disebut faktor intrinsik atau faktor di luar diri yang disebut faktor ekstrinsik. Menurut Mc. Donald dalam Sardiman 2004:73-74 motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya perasaan dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Pengertian yang dikemukakan Mc. Donald ini mengandung tiga elemen penting 1 Motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam sistem neurofisiologi yang ada pada organisme manusia, karena menyangkut perubahan energi manusia walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia, penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia. 2 Motivasi ditandai dengan munculnya rasa, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan 16 xxxiii persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia. 3 Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena tersangsangterdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan. Motivasi dapat dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh dalam diri seseorang. Motivasi dalam kegiatan belajar dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang dapat menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberi arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Dikatakan “keseluruhan”, karena pada umumnya ada beberapa motif yang bersama- sama menggerakkan siswa untuk belajar. Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Mahasiswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. 17 xxxiv Seseorang tidak memiliki motivasi, kecuali karena paksaan atau sekedar seremonial. Seorang mahasiswa yang memiliki intelegensia cukup tinggi, boleh jadi gagal karena kekurangan motivasi. Hasil belajar akan optimal kalau ada motivasi yang tepat.. Jadi tugas dosen adalah bagaimana mendorong para mahasiswa agar pada dirinya tumbuh motivasi Sardiman, 2004:75-76. b. Arti Penting Motivasi dalam Belajar Dalam kegiatan belajar di sekolah maupun di rumah motivasi merupakan hal yang penting. Motivasi merupakan suatu tenaga atau faktor yang terdapat di dalam diri manusia, yang menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasikan tingkah laku Handoko, 1992:9. Pernyataan ini menunjukkan bahwa faktor motivasi inilah yang mendorong mengapa seseorang itu melakukan suatu perbuatan. Motivasi dapat mempengaruhi adanya kegiatan yang dilakukan, sehubungan dengan hal itu motivasi dapat berfungsi sebagai 1 Mendorong manusia berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan tenaga. 2 Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. 3 Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuata apa yang harus dikerjakan yang secara guna mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatan yang tidak bermanfaat Sardiman, 2004:85. Menurut Worell Stilwell dalam Teoti Soekamto dan Udin Saripudin Winataputra 1996:39, bahwa adanya motivasi dapat 18 xxxv disimpulkan dari observasi tingkah laku. Apabila siswa mempunyai motivasi positif mana ia akan 1 memperlihatkan minat, mempunyai perhatian, dan ingin ikut serta, 2 bekerja keras, serta memberikan waktu kepada usaha tersebut, dan 3 terus bekerja sampai tugas terselesaikan. Di samping itu yang tidak bisa diabaikan adalah bahwa belajar itu perlu adanya aktivitas. Tidak ada belajar kaau tidak ada aktivitas. Frobel mengatakan bahwa “manusia sebagai pencipta”. Dalam ajaran agamapun diakui manusia adalah sebagai pencipta kedua setelah Tuhan. Secara alami anak didik memang ada dorongan untuk mencipta. Anak adalah suatu organisme yang berkembang dari dalam. Prinsip utama yang dikemukakan Frobel bahwa anak itu harus bekerja sendiri. Untuk memberikan motivasi, maka dipopulerkan suatu semboyan “berpikir dan berbuat”. Dalam dinamika kehidupan manusia, berpikir dan berbuat sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Begitu juga dalam belajar sudah barang tentu tidak mungkin meninggalkan dua kegiatan itu, berpikir dan berbuat. Seseorang yang telah berhenti dalam berbuat perlu diragukan eksistensi kemanusiaannya. Hal ini sekaligus juga merupakan hambatan bagi proses pendidikan yang bertujuan ingin memanusiakan manusia. Ilustrasi ini menunjukkan penegasan bahwa dalam belajar sangat memerlukan kegiatan berpikir dan berbuat Sardiman, 2004:96. c. Indikator Motivasi Belajar 19 xxxvi Peningkatan motivasi belajar dapat meningkatkan prestasi belajar. Untuk itu, dosen harus mampu mengelola pembelajaran dengan lebih baik, yang pada akhirnya dapat meningkatkan motivasi belajar mahasiswa disamping untuk menghilangkan kebosanan dalam belajar dari mahasiswa. Pemahaman ini akan mengantarkan mahasiswa pada tingkat kepuasan, karena apa yang dipelajari akan menemukan relevansinya dalam realitas hidup. Keinginan, berprestasi yang tinggi, menurut Mc. Clelaland dalam Wahjosumidjo 1994 : 191 – 1992 berarti adanya n-ach need of achiefment. Keinginan berprestasi yang tinggi ini kemudian akan berfungsi sebagai energi besar dalam memperoleh prestasi seperti yang diharapkan. Faktor usaha dan kemampuan akhirnya sangat mendominasi dalam pencapaian prestasi ini. Dalam pandangan Weiner, akhirnya segala prestasi yang diperoleh bukan karena faktor nasib maupun kemudahan tugas. Prestasi yang diperoleh karena faktor usaha belajar yang ditekuni, yang dengan belajar itu seseorang memperoleh kemampuan untuk menyelesaikan tugas-tugas belajarnya. Oleh karena itu, dalam pembelajaran dosen harus dapat memberikan keyakinan pada mahasiswa akan arti penting materi yang diajarkan. Dengan keyakinan tersebut dapat menyebabkan peningkatan motivasi yang tinggi pada mahasiswa. Motivasi belajar mahasiswa dapat dilihat dari beberapa indikator, yaitu 1 Adanya needs achievment; 2 Kemampuan ability; 3 Usaha 20 xxxvii effort; 4 Kesulitan tugas belajar yang dibebankan task difficulty; 5 Nasib luck; 6 Kebutuhan kekurangan deficiency needs; 7 Kebutuhan pengayaan growth needs; 8 Perhatian penuh attention; 9 Relevansi relevance; 10 Kepercayaan diri confidence; 11 Kepuasan satisfaction.

4. Tinjauan Mata Kuliah Asuhan Kebidanan I

a. Deskripsi Mata Kuliah Mata kuliah ini memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil normal dengan bantuan, didasari konsep-konsep, sikap dan keterampilan serta hasil evidence based dalam praktik antenatal yang menggunakan pendekatan manajemen kebidanan dengan pokok-pokok bahasan : konsep dasar asuhan kehamilaan, proses adaptasi, fisiologi dan psikologi dalam kehamilan, faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan, kebutuhan dasar ibu hamil sesuai dengan tahap perkembangannya, asuhan kehamilan, deteksi dini terhadap komplikasi ibu dan janin serta dokumentasi asuhan kehamilan. b. Tujuan Pembelajaran 1 Konsep dasar asuhan kehamilaan. 2 Menjelaskan proses adaptasi, fisiologi dan psikologi dalam kehamilan. 3 Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan. 21 xxxviii 4 Mengidentifikasi kebutuhan dasar ibu hamil sesuai dengan tahap perkembangannya. 5 Melaksanakan asuhan kehamilan. 6 Melaksanakan deteksi dini terhadap komplikasi ibu dan janin. 7 Melakukan dokumentasi asuhan kehamilan. c. Pokok-Pokok Bahasan 1 Konsep dasar asuhan kehamilan 2 Anatomi fisiologi organ reproduksi wanita 3 Konsepsi 4 Pertumbuhan dan perkembangan hasil konsepsi 5 Perubahan anatomi dan adaptasi fisiologis psikologis pada ibu hamil trimester I, II, dan III 6 Tanda-tanda kehamilan 7 Pemeriksaan diagnostik kehamilan 8 Faktor-faktor fisik, psikologis, lingkungan, sosial, budaya dan ekonomi 9 Kebutuhan fisik ibu hamil trimester I, II, dan III 10 Kebutuhan psikologi ibu hamil trimester I, II, dan III 11 Asuhan kehamilan kunjungan awal 12 Asuhan kehamilan kunjungan ulang 13 Tanda-tanda dini bahayakomplikasi ibu dan janin masa kehamilan muda 14 Tanda-tanda dini bahayakomplikasi ibu dan janin masa kehamilan lanjut 15 Dokumentasi asuhan kehamilan d. Pemeriksaan Obstetrik 22 xxxix Pemeriksaan obstetrik merupakan salah satu sub pokok bahasan pemeriksaan fisik atau pemeriksaan data objektif. Pemeriksaan fisik berdasarkan aspek yang dinilai dapat dikelompokkan menjadi pemeriksaan umum dan pemeriksaan obstetrik. Pemeriksaan dilakukan mulai dari ujung kepala sampai ke ujung kaki dengan cara melihat inspeksi, perabaan palpasi, mengetuk memukul perkusi, dan mendengar auskultasi. Pada pemeriksaan umum keadaan atau kondisi seseorang dapat dilihat secara umum tanpa melihat dari keadaan kebidananya atau kehamilannya. Data yang diperoleh pada pemeriksaan status presen dapat diperoleh dengan cara : 1 keadaan umum, 2 kesadaran, 3 status emosional, 4 tanda-tanda vital yang terdiri dari tensi, nadi, pernapasan, dan suhu, 5 berat badan, 6 tinggi badan, 7 status presen terdiri dari kepala rambut, muka, mata bagian konjungtiva dan sclera, hidung, telinga dan mulut, 8 leher, 9 dada, 10 mammae, 11 perut, 12 genetalia, 13 ekstremitas yang terdiri dari ekstremitas atas dan bawah. Cara-cara pemeriksaan obstetrik meliputi inspeksi wajah, mammae, abdomen, genitalia, palpasi Leopold, Mc Donald, auskultasi DJJ, perkusi refleks patela dan pemeriksaan dalam apabila diperlukan. Pemeriksaan wajah dengan inspeksi, yang dilihat adalah adanya kloasma gravidarum. Mamae dengan pemeriksaan inspeksi dan palpasi, yang dilihat adalah adanya hiperpigmentasi pada areola mamae atau dilakukan palpasi untuk mengetahui pengeluaran kolostrum. Abdomen dengan pemeriksaan inspeksi, palpasi, dan auskultasi; pada abdomen dapat 23 xl diinspeksi tanda linia nigra, strie gravidarum atau linia alba, atau dilakukan pemeriksaan palpasi dengan Leopold I, II, III, dan IV untuk mengetahui tinggi fundus uteri, letak dan posisi janin. Dan pemeriksaan Mc. Donald untuk menentukan tafsiran berat janin TBJ. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan auskultasi untuk mengetahui denyut jantung janin. Genetalia dengan pemeriksaan inspeksi dan palpasi atau pemeriksaan dalam apabila terdapat indikasi saja dimana ada keluhan keputihan yang berbau, berwarna dan terasa perih. Ekstremitas dengan pemeriksaan perkusi, yaitu melakukan pemeriksaan reflek patela pada kedua kaki kanan dan kiri. Langkah-langkah pemeriksaan obstetrik pada ibu hamil dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan umum. Adapun langkah-langkah dalam melakukan pemeriksaan yaitu : 1 Persiapan alat dan persiapan ibu dilaksanakan bersamaan. 2 Menyiapkan peralatan : untuk pengukuran tinggi badan, timbangan berat badan, tensi, termometer, jam tangan, pita ukur khusus untuk LILA, metlin, lampu senter, botol berisi air klorin, air sabun dan air bersih, sarung tangan dalam tempatnya, kapas dengan desinfektan tingkat tinggi, bengkok, ember waskom plastik berisi larutan klorin 0,5, tempat sampah, celemek, tempat cuci tangan, sabun cuci tangan, dan handuk serta alat tulis. 3 Menyiapkan lingkungan yaitu ruangan untuk tempat pemeriksaan yang tertutup dan nyaman, berisi sebuah tempat tidur lengkap dengan kasur, bantal, dan selimut. Satu buah meja pemeriksaan buat tempat peralatan. Satu buah kursi yang diatur sedemikian hingga meja dan alat-alat disebelah kanan tempat tidur dan kursi terletak di 24 xli depan meja. 4 Pemeriksa menyiapkan diri dengan mencuci tangan dengan air yang mengalir dengan sabun kemusian dan mengeringkan dengan handuk. 5 Menyiapkan ibu yaitu dengan memberi informasi kepada ibu tujuan pemeriksaan, bagian-bagian tubuh ibu yang akan diperiksa dan mempersilahkan ibu untuk berkemih terlebih dahulu dan pakaian ibu dilonggarkan dan mempersilahkan ibu untuk masuk ke ruangan pemeriksaan. Melaksanakan pemeriksaan berat badan yaitu 1 Beritahu ibu untuk ditimbang BB-nya; 2 Sepatusandal dilepas; 3 Barang bawaan di letakkan; 4 Jarum timbangan pada titik nol; 5 Bila menggunakan timbangan kamar mandi, ibu menghadap ke pemeriksa, ukuran timbangan dilihat dari depan tidak dari samping; 6 Tentukan hasilnya, catat di buku KIA; 7 Beri tahu ibu berat badannya normal, naik atau turun dari sebelumnya. Melakukan pemeriksaan tinggi badan yaitu 1 Beritahu ibu untuk mengukur TB; 2 Sepatusandal dilepas; 3 Ibu diberi tahu tinggi badannya; 4 Catat di buku KIA; 5 Pengukuran LILA; 6 Beritahu ibu untuk diukur lengan atasnya; 7 Lengan baju kiri di buka, siku di lipat; 8 Pita LILA di letakkan pada puncak bahu di rentangkan sampai ke ujung siku, tentukan bagian tengah pita; 9 Buatlah lingkar lengan di batas bagian tengah legan; 10 Tentukan besar lingkar lengan; 11 Beritahu ibu hasilnya : normalkurang; 12 Catat di buku KIA. Melaksanakan pengukuran tekanan darah yaitu 1 Beritahu ibu untuk pemeriksaan tekanan darah; 2 Ibu dalam posisi duduk, tensimeter 25 xlii diletakkan setinggi jantung bila posisi berbaring, posisi ibu miring; 3 Lengan baju kiri di bukadi sinsing sampai batas bahu, tidak boleh menekan lengan, harus longgar; 4 Manset dipasang 3 jari di atas lipatan siku manset tidak dipasang terlalu longgar atau terlalu kencang; 5 Kedua pipa karet persis berada pada arteri brachialis dan tidak menutup siku; 6 Air raksajarum pengukur berada pada angka nol; 7 Air raksa di pompa perlahan-lahan sampai terdengar bunyi denyut nadi, teruskan pompa sampai 10 mmHg; 8 Turunkan air raksa perlahan-lahan sampai terdengar bunyi pertama systole, teruskan turunkan air raksa; 9 Tentukan tekanan darah ibu, catat di buu KIA; 10 Beritahu ibu hasilnya. Melaksanakan pengukuran suhu tubuh, yaitu 1 Beritahu ibu untuk pemeriksaaan suhu tubuh; 2 Ibu dalam posisi berbaring; 3 Pasang termometer aksila di ketiak ibu; 4 Jepit thermometer; 5 Membaca hasil termometer ± 3 menit; 6 Memasukkan kelarutan klorin, kemudian sabun , kemudian ke air bersih. Melaksanakan pemeriksaan daerah muka, yaitu 1 Beritahu ibu untuk pemeriksaan muka; 2 Kulit muka odema, pucat; 3 Selaput lendir kelopak mata conjungtiva anemis, sklera ikterik; 4 Bibir kepucatan; 5 Pemeriksaan gigi gigi berlubang, caries. Melaksanakan pemeriksaan leher yaitu 1 Beritahu ibu untuk pemeriksaan leher; 2 Ibu dalam posisi berbaring; 3 Pembesaran vena leher; 4 Pemeriksa berada di depan ibu, kemudian perhatikan apakah terdapat pembesaran pada leher bagian depan ketika kepala dalam posisi biasa, dan 26 xliii ketika kepala pada posisi tengadah; 5 Pemeriksa berada di belakang ibu, raba leher bagian depan pada kelenjar tyroid, kemudian ibu diminta menelan, tentukan apakah kelenjar tyroid teraba atau tidak. Melaksanakan pemeriksaan nadi dan respirasi yaitu 1 Beritahu ibu untuk pemeriksaan Nadi; 2 Ibu dalam posisi berbaring; 3 Periksa arteri radialis, dan periksa sekaligus respirasi ibu; 4 Menghitung nadi dan respirasi dalam 1 menit. Melaksanakan pemeriksaan payudara yaitu 1 Beritahu ibu untuk pemeriksaan payudara; 2 Ibu dalam posisi berbaring; 3 Palpasi untuk menemukan benjolan dengan: a Tekankan telapak tangan pada sisi luar payudara kiri dan bergeser secara perlahan menuju putting; b Ulangi dari sisi bagian dalam ke arah puting payudara kiri; c Lakukan yang sama pada payudara kiri; d Beritahu ibu hasilnya; 4 Periksa puting susu melalui a Tertarik ke dalam; b Retak-retak regaden; c Perhatikan cairan yang keluar dari puting susu Melaksanakan pengukuran tinggi fundus uteri pada abdomen yaitu 1 Beritahu ibu untuk pemeriksaan tinggi fundus uteri; 2 Beritahu ibu gunanya pemeriksaan; 3 Anjurkan ibu untuk menekuk bagian kakinya; 4 Tentukan batas atas sympisis pubis dengan ujung jari tangan kanan; 5 Tanpa merubah posisi ujung jari tangan kanan di sympisis pubis letakkan titik nol ujung pita pengukur pada batas atas sympisis pubis, di tahan dengan ujung jari tangan kanan; 6 Tarik pita pengukur dengan tangan kanan kiri sampai batas atas fundus uteri pastikan fundus uteri tidak; 7 Tentukan 27 xliv tinggi fundus uteri; 8 Tentukan pertumbuhan janin; 9 Beritahu ibu tentang pertumbuhan janinnya. Menentukan letak janin pada kehamilan 4 bulan pada abdomen dengan: 1 Leopold I: a Beritahu ibu untuk pemeriksaan letak janin; b Pemeriksa menghadap ibu; c Letakkan kedua telapak tangan pada kedua sisi fundus uteri; d Tentukan tinggi fundus uteri; e Tentukan bagian janin yang ada dalam fundus uteri; 2 Leopold II: a Kedua telapak tangan meraba sisi rahim; b Rahim di dorong ke satu sisi sambil meraba bagian janin yang berada di sisi tersebut; c Lakukan ke sisi lain; d Tentukan letak punggung janin; 3 Leopold III: a Tangan kanan diletakkan di atas sympisis dengan ibu jari di sebelah kanan ibu jari dan empat jari di sebelah kiri sambil menggoyang bagian bawah janin ke kiri dan ke kanan; b Tentukan letak bagian bawah janin; 4 Leopold IV: a Pemeriksa membelakangi ibu; b Kedua telapak tangan meraba bagian janin yang terletak di sebelah bawah dan seberapa jauh bagian; c Tentukan bagian janin yang berada di bawah; d Perkirakan apakah ada disproporsi kepala janin dengan panggul; e Tentukan seberapa jauh bagian bawah janin tersebut telah masuk pintu atas panggul; f Beritahu ibu hasilnya. Melaksanakan pemeriksaan denyut jantung janin pada abdomen yaitu 1 Beritahu ibu untuk pemeriksaan denyut jantung janin; 2 Posisi pemeriksa menghadap ke kepala ibu; 3 Phonendoskop diletakkan tegak lurus pada dinding perut di bagian punggung janin sambil meraba denyut; 4 Bedakan denyut jantung dengan denyut nadi ibu; 5 Hitung denyut jantung 28 xlv janin selang 5 detik sebanyak 3 kali atau selama 15 detik dikalikan 4; 6 Tentukan apakah normal atau tidak lambat cepat; 7 Beritahu ibu hasilnya. Melaksanakan pemeriksaan daerah perut yaitu 1 Beritahu ibu untuk pemeriksaan daerah perut; 2 Perabaan pada daerah hati; 3 Perabaan pada daerah limpa; 4 Beritahu ibu hasilnya. Melaksanakan pemeriksaan daerah genetalia atas indikasi jika ditemukan adanya keluhan gatal, panas pada daerah genetalia serta pengeluaran keputihan yang berbau. Melaksanakan pemeriksaan oedema pada tungkai yaitu 1 Beritahu ibu untuk pemeriksaan oedema; 2 Ibu jari menekan tulang kering sesaat; 3 Tentukan apakah ada oedema atau tidak; 4 Beritahu ibu hasilnya. Melaksanakan pemeriksaan CVAT CostoVertebral Angle Tenderness yaitu 1 Beritahu ibu pemeriksaan CVAT; 2 Ibu dalam posisi duduk dengan punggung terbuka; 3 Letakkan telapak tangan pada CVA pada satu sisi; 4 Kepal tangan pemeriksa, gunakan sisi luar sisi dimana jari kelingking berada untuk memukul dengan lembut punggung ibu, dengan lembut tumbuk ke bawah satu sisi dari punggung ibu dari bagian tengah daerah skapular ke bagian tengah daerah pantat tepatnya; 5 Catat apakah ibu mengeryit atau bahkan merasakan sakit. Melaksanakan pemeriksaan refleks lutut ibu yaitu 1 Beritahu ibu tentang proses dan maksud pemeriksaan untuk mengukur reflek; 2 Ibu dianjurkan duduk dengan kaki tergantung dan santai; 3 Alihkan perhatian 29 xlvi ibu agar tidak berkonsentrasi pada lutut; 4 Ketok bawah lutut yaitu pada bagian bawah tendon di bawah tempurung lutut dengan reflek hammer; 5 Tentukan reflek positif negatif kuat dan cepat; 6 Beritahu ibu hasilnya.

5. Evaluasi dengan Metode OSCA

a. Tes atau Uji Kompetensi Kompetensi adalah kewenangan dan hak yang bertanggungjawab atas dasar kemampuan yang dilandasi oleh ilmu pengetahuan, ketrampilan, sikap dan tingkah laku Riwanto, 2005:11. Pengertian yang sama juga dikemukakan oleh Sotedjo Soetedjo, 2006:11. Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggungjawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu Atanasia, 2007:1. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka pengertian tes uji kompetensi adalah suatu pertanyaan atau tugas yang terencana untuk memperoleh informasi tentang kemampuan ilmu pengetahuan, ketrampilan, sikap dan tingkah laku peserta didik yang dipergunakan sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu. Jenis tes uji kompetensi yang sering digunakan terdiri dari objective structured clinical assessment OSCA, merupakan uji kompetensi yang terbagi dalam stasi-stasi yang menilai kemampuan kognitif, ketrampilan dan 30 xlvii perilaku peserta ujian. Computer base case simulation, merupakan uji kompetensi untuk menilai manajemen yang mencakup permasalahan dan pemecahannya. Clinical skill assessment, merupakan pengembangan lebih lanjut dari ujian model OSCA yang menilai kompetensi profesional komprehensif pengetahuan, ketrampilan dan perilaku yang dilakukan serentak lewat keadaan yang telah dikondisikan. Medical problem solving, uji kompetensi dalam bidang medik dengan bentuk simulasi tertulis yang tujuannya memecahkan masalah pasien yang dimulai dari menegakkan diagnosa, memilih strategi dalam pengelolaan dan memodifikasi tindakan. Patient management problems, uji kompetensi yang berupa simulasi situasi klinis tertulis atau kompeten yang merupakan analisis dan keputusan proses ujinya melalui identifikasi problem, pengumpulan data, interpretasi data dan manajemen pasien yang dinilai tidak hanya pengetahuan tetapi juga kemampuan dalam memecahkan masalah Riwanto, 2005:4. b. Tes atau Uji Kompetensi Model OSCA Tes uji kompetensi model OSCA di institusi pendidikan tenaga kesehatan dilaksanakan berdasarkan surat edaran Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah nomor 089157832 tanggal 19 Oktober 2004 tentang himbauan uji kompetensi model OSCA pada ujian akhir program. Pengertian tes uji kompetensi model OSCA adalah salah satu model uji kompetensi yang dilakukan untuk mengukur kompetensi peserta uji. Dilakukan uji pengamatan dan penilaian dalam rangkaian stasi dengan 31 xlviii metode : wawancara, pemeriksaan, dan perawatan pada pasien yang mencerminkan beberapa kondisi gangguan kesehatan Riwanto, 2005:16. Objective structured clinical assessment dapat diberikan pengertian: objective, jawaban sudah tersedia baku dalam bentuk check list, MCQ, BS, butir-butir soal singkat dalam jumlah tertentu dan soal sesuai dengan kondisi nyata dalam praktik. Structured, terdapat struktur tertentu yang secara konsisten harus diikuti dalam menyusun soal OSCA. Clinical assessment, tes yang dilakukan adalah ketrampilan yang terkait dengan pasien. Kelebihan uji tes model OSCA adalah model ujian OSCA lebih mencerminkan mengukur kompetensi, memiliki dan memenuhi persyaratan tes profesional yang baik meliputi valid, reliabel, objectif, relevan, fokus, mendorong proses belajar, mampu membedakan mahasiswa pintar dan bodoh menekankan umpan balik dan diselenggarakan dalam atmosfir rileks Riwanto, 2005:3, lebih valid, yaitu mampu mengevaluasi kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor, secara serentak reliabel dan objektif, dapat mengevaluasi banyak serentak dengan bahan uji lisan kasus dan dapat digunakan untuk menilai semua kompetensi klinik, penilaian sumatif, formatif, uji seleksi dan pelengkap metode lain Riwanto, 2005:12. Namun model ujian OSCA memiliki beberapa kekurangan diantaranya bersifat kompartemental mengulang bagian yang tidak perlu dan membutuhkan waktu dan tenaga yang banyak untuk persiapan. 32 xlix Tahap-tahap uji kompetensi model OSCA terdiri dari : tahap persiapan, pelaksanaan dan penilaian. Tahap persiapan menururt Titin 2007:5 meliputi persiapan tempat, ruangan dan peralatan. Persiapan tempat ujian harus memenuhi syarat kompetensi dan diatur jarak antar stasi agar mudah dicapai oleh peserta ujian dan tidak saling komunikasi. Persiapan ruangan yang akan dipergunakan untuk uji OSCA diatur dengan tujuan agar peserta ujian tidak saling mempengaruhi dan memudahkan dalam perpindahan antar stasi. Ruangan dapat berbentuk kamar atau bilik yang diberi sekat sketsel sejumlah 19 stasi dengan jarak antar stasi kurang lebih 2 meter Dinkesprop Jateng, 2008:11. Persiapan alat meliputi a menyiapkan pasien, pasien simulasi, phantom, data hasil wawancara, data pemeriksaan fisik. b menyiapkan nomor stasi dan nomor dadapunggung. c Menyiapkan alat-alat yang digunakan baik logam maupun habis pakai yang dilakukan untuk melakukan tindakan. d Menyiapkan cairan-cairan yang digunakan untuk tindakan sesuai perintah soal. e Menyiapkan dokumen-dokumen meliputi : instruksi untuk peserta ujian, instruksi untuk penguji observer dosen, instruksi untuk pasien simulasi, pertanyaan soal yang akan diberikan, lembar jawab soal kognitif, check list tool untuk penguji. Persiapan alat bantu uji lainnya yaitu timer atau pemberi tanda waktu ujian dimulai maupun diakhiri dengan bel dan satu orang pembantu umum yang bertugas untuk menyetting temapt dan tanda-tanda ujian, 33 l membuat nomor ujian, melakukan kontrol terhadap bahan-bahan ujian sekaligus membantu pengelolaan hasil ujian yang berupa kertas jawaban dan koordinasi dalam penilaian. Tata ruang dalam uji model OSCA Dinkesprop Jateng, 2008:11 Diploma III Kebidanan Jawa Tengah adalah: Gambar 2.1 Tata ruang ujian model OSCA Pembagian stasi pada tempat ujian. Jumlah stasi pada uji kompetensi model OSCA terdiri atas bagian meliputi : 11 sebelas stasi untuk uji tulis, 4 empat stasi untuk uji ketrampilan skill dan 4 empat stasi untuk istirahat. Setiap perpindahan stasi diberikan waktu selama 10 sepuluh menit tiap stasinya Dinkesprop Jateng, 2008:11. Pada stasi kognitif akan dituliskan sebuah kasus klinik kemudian terdapat 10 butir soal, tiap butir soal terdapat 4 pilihan jawaban A, B, C, Stasi 1 Kognitif Stasi 2 Kognitif Stasi 3 Tindakan Stasi Istirahat Stasi 4 Kognitif Stasi 12 Kognitif Stasi 11 Kognitif Stasi 10 Kognitif Stasi Istirahat Stasi 9 Tindakan Stasi 8 Kognitif Stasi 7 Kognitif Stasi Istirahat Stasi 6 Tindakan Stasi 5 Kognitif Stasi 13 Kognitif Stasi 14 Tindakan Stasi Istirahat Stasi 15 Kognitif Meja + Kursi Koordinator Meja tempat alat 34 li dan D. Peserta ujian harus menjawab kesepuluh butir soal pada lembar jawaban yang telah disediakan. Pada stasi tindakan akan dituliskan soal dengan kasus kemudian peserta ujian bertugas melakukan tindakan sesuai dengan permintaan soal. Stasi tindakan disediakan lembar penilaian tool, panduan untuk pasien simulasi, panduan untuk penguji observer dan alat-alat yang akan digunakan untuk tindakan. Pada stasi tindakan penguji hanya menilai apa yang dikerjakan oleh peserta ujian dengan menggunakan lembar penilaian yang telah disediakan. Diharapkan penguji diam tidak berkomunikasi dengan teruji. Posisi jangan terlalu dekat dengan teruji, setiap peserta ujian diamati oleh penguji yang sama sehingga terstandar. Materi ujian kompetensi dengan model OSCA pada mata kuliah asuhan kebidanan I di Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali sebagaimana tabel berikut: Tabel 2.1 Materi uji kompetensi model OSCA mata kuliah Asuhan Kebidanan I Akbid EUB, 2008. Stasi Sub Pokok Bahasan Prose dur Tindak an Penkes Anam nesa Soal Tulis Know ledge I Proses kehamilan dan faktor – faktor yang √ 35 lii mempengaruhinya II Perubahan fisiologis ibu hamil √ III Perubahan fisiologis ibu hamil √ IV Perubahan psikologi √ V Anamnesa √ VI Anamnesa √ VII Pemeriksaan fisik obstetrik √ VIII Pemeriksaan fisik obstetrik √ IX Pemeriksaan fisik obstetrik √ XII Diagnosa kehamilan √ XIII Pemeriksaan penunjang √ XI Pemeriksaan penunjang √ XII Perencanaan dan Implementasi √ XIII Perencanaan dan Implementasi √ XIV Perencanaan dan Implementasi √ XV Perencanaan dan Implementasi √ Kisi-kisi soal uji kompetensi model OSCA dibuat sebelum membuat soal terutama pada soal kognitif. Bentuk soal uji kompetensi model OSCA. Bentuk soal ujian kompetensi dengan model OSCA terdiri dari 2 dua macam, yaitu kognitifknowledge dan skilltindakan. Bentuk soal kognitif knowledge berisi tentang kasus-kasus di klinikrumah sakit puskesmaslahan praktik lainnya, peserta ujian harus memilih dari pilihan jawaban yang telah disediakan baik MCQ. Pelaksanaan ujian model OSCA mengacu pada petunjuk pelaksanaan uji OSCA dari Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah tahun 2008 yang disesuaikan dengan petunjuk teknis pelaksanaan uji OSCA semester Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali. Adapun pelaksanaan ujian meliputi menyediakan tempat ujian yang berkapasitas 15 stasi, menyediakan peralatan yang digunakan untuk tindakan medis, bahan habis pakai, kursi-meja, bel, nomor stasi, daftar hadir, berita acara, komputer dan printer, alat tulis kantor dan berkas-berkas lain yang terkait, pasien simulasi sesuai dengan kebutuhan, fasilitator minimal 2 orang. 36 liii Pembagian tugas dan tanggungjawab pelaksanaan uji kompetensi ini adalah : koordinator ujian, yaitu a membawa soal ujian baik soal tulis maupun soal ketrampilan. b mengatur tempat dan peralatan sesuai dengan materi ujian sehari sebelum pelaksanaan ujian. c melakukan koreksi uji tulis dan menjumlahkan seluruh nilai. d mengendalikan pelaksanaan ujian. e memberikan arahan kepada pasien simulasi, peserta ujian, observer dan fasilitator. Penguji atau observer bertugas: a menilai sesuai format tool yang disediakan tanpa memberi komentar observer hanya diam. b menyerahkan hasil penilaian kepada koordinator ujian. Penilain hasil ujian terdapat dua pendekatan yaitu penilaian acuan norma PAN merupakan penentuan nilai mahasiswa dalam suatu proses pembelajaran yang didasarkan pada tingkat penguasaan kelompok tersebut. Pendekatan yang kedua adalah penilaian acuan patokan PAP merupakan suatu cara menentukan nilai seseorang didasarkan pencapaian tujuan pembelajaran. Penilaian hasil ujian tidak dapat secara murni menggunakan salah satu pendekatan, perlu adanya penyesuaian yang kadang-kadang merupakan kombinasi dari kedua pendekatan tersebut Asmawi, 2001:154. Penilaian pada ujian model OSCA menggunakan pendekatan penilaian acuan patokan PAP. Ruang lingkup penilaian meliputi unsur pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Kelulusan ujian kompetensi model OSCA berdasarkan ketentuan : setiap stasi harus lulus, nilai batas lulus NBL uji tulis atau kognitif 60 36 37 liv enam puluh, nilai batas lulus NBL uji tindakan atau ketrampilan 70 tujuh puluh. Nilai diperoleh dengan nilai uji tulis UT seluruh stasi 11 stasi, nilai uji tindakan atau ketrampilan UK seluruh stasi 4 stasi, bobot seluruh stasi 15 stasi Dinkes Prop Jateng, 2008:11. Nilai UT + Nilai UK Rumus Nilai Akhir NA = 15 Uji ulang dilakukan bagi peserta yang nilai tiap stasinya tidak mencapai nilai batas lulus NBL. Uji ulang hanya dilakukan pada stasi yang tidak lulus, tidak seluruh stasi dalam ujian model OSCA Dinkes Prop Jateng, 2008:11.

B. Kerangka Pemikiran