KOMUNIKASI ANTARPRIBADI REMAJA LAPAS DENGAN PENDAMPING Komunikasi Antarpribadi Remaja Lapas Dengan Pendamping (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarpribadi Remaja di Lapas Klaten dengan pendamping Yayasan Sahabat Kapas Mencapai Keterbukaan Diri).

KOMUNIKASI ANTARPRIBADI REMAJA LAPAS DENGAN PENDAMPING

NASKAH PUBLIKASI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna mencapai gelar Sarjana S-1

Program Studi Ilmu Komunikasi

KHUSNUL CHOTIMAH
L100100126

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016

ii

iv


KOMUNIKASI ANTARPRIBADI REMAJA LAPAS DENGAN PENDAMPING
(Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarpribadi Remaja di Lapas Klaten dengan
Pendamping Yayasan Sahabat Kapas pada Kegiatan Konseling)

Khusnul Chotimah
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi dan Informatika
UniversitaMuhammadiyah Surakarta 2016

ABSTRAK
Yayasan Sahabat Kapas bekerja sama dengan lembaga permasyarakatan (lapas) klas 2B di
Klaten mempunyai banyak kegiatan yang mengarah pada pendampingan terhadap remaja
yang mempunyai masalah dengan hukum. Salah satunya adalah kegiatan konseling yang
dilakukan pendamping terhadap remaja. Dalam proses konseling pendamping melewati
beberapa tahapan untuk mendapatkan komunikasi antarpribadi yang efektif sehingga kegiatan
konseling berjalan sesuai yang diharapkan. Perkembangan remaja yang mengalami kasus
hukum secara psikologi berbeda dengan remaja pada umumnya sehingga membutuhkan
komunikasi interpersonal yang sesuai. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana tahapan hubungan dalam komunikasi antarpribadi antara remaja dengan
pendamping. Metode yang digunakan deskriptif kualitatif dengan melakukan wawancara
semistruktur, observasi serta dokumentasi. Subjek berjumlah 7 orang, 3 remaja lapas dan 4

pendamping Yayasan Sahabat Kapas. Hasil penelitian adalah komunikasi antarpribadi yang
terjalin antara remaja dengan pendamping memiliki beberapa tahapan yaitu kontak dan
perkenalan (contact), keterlibatan (involvement), keakraban (intimacy).
Kata kunci: Komunikasi antarpribadi, Remaja, Pendamping, Konseling

ABSTRACT
Yayasan Sahabat Kapas cooperate with penitentiary (prison) class 2B in Klaten have many
activities that lead to assistance to adolescents who have problems with the law. One of them
is the companion of counseling activities conducted on teenagers. In the process of counseling
companion through several stages to get effective interpersonal communication so that the
counseling work as expected. Development of adolescents experiencing psychological legal
case is different from the typical teenager and thus require appropriate interpersonal
communication. The purpose of this study was to determine how the stages of the relationship
in interpersonal communication among adolescents with a companion. The method used a
qualitative descriptive conduct semi- structured interviews, observation and documentation.
Subject amounted to 7 people, 3 juvenile prisons and four companion Yayasan Sahabat
Cotton. The results showed that interpersonal communication that exists between young
people with a companion has several stages of the contacts and introductions (contact),
engagement (involvement), intimacy (intimacy).
Keywords: Interpersonal communication, Adolescent, Companion, Counseling


berada di dalam keluarga dan lingkungan

A. PENDAHULUAN
Masa

remaja

merupakan

masa

transisi dalam rentang kehidupan manusia

yang

kira-kira usia 10 sampai 13 tahun dan
berakhir antara usia 18 dan 22 tahun.
Perubahan
emosional


biologis,

kognitif,

yang terjadi

perkembangan

fungsi

sosial-

berkisar

seksual,

dari
proses


berpikir abstrak sampai pada kemandirian
(santrock, 2003: 26).
Pada masa inilah peran keluarga
khususnya orang tua dan lingkungan
sangat berpengaruh, karena ketika remaja

akan

mengarahkan

pada

perilaku yang positif.
Sebaliknya kenakalan remaja akan

yang menghubungkan masa kanak-kanak
dan masa dewasa. Masa remaja dimulai

tepat


terjadi ketika remaja-remaja yang gagal
dalam

menjalani

proses-proses

perkembangan jiwanya, baik pada saat
remaja

maupun

pada

masa

kanak-

kanaknya. Masa kanak-kanak dan masa
remaja berlangsung begitu singkat, dengan

perkembangan fisik, psikis, dan emosi
yang begitu cepat. Secara psikologis,
kenakalan remaja merupakan wujud dari
konflik-konflik yang tidak terselesaikan
dengan baik pada masa kanak-kanak

maupun remaja para pelakunya. Seringkali

yang terdiri dari tahanan anak sebanyak

didapati bahwa ada trauma dalam masa

894 anak dan jumlah napi

lalunya,

sebanyak 2.665 anak.

perlakuan


menyenangkan
maupun

kasar

dari

trauma

dan

tidak

lingkungannya,

terhadap

kondisi

anak


Sementara itu Kepala Komisi
Nasional Perlindungan Anak (Komnas

lingkungannya, seperti kondisi ekonomi

Anak),

yang membuatnya merasa rendah diri.

mengatakan, pada tahun 2013 ada

Namun pada kenyataanya orang cenderung

sekitar 7.526 anak usia remaja yang

langsung

tercatat mendekam di dalam penjara


menyalahkan,

menghakimi,

Arist

Merdeka

Sirait

bahkan menghukum pelaku kenakalan

akibat

remaja tanpa mencari penyebab, latar

Narkoba, pencurian, perkosaan dan lain-

belakang dari perilakunya tersebut.


lain (http://www.lensaindonesia.htm).

kenakalannya

Dari

Data yang diperoleh dari Anak

mulai

fenomena

diatas

dari

peneliti

Berhadapan dengan Hukum (ABH) dari

tertarik meneliti tahapan hubungan dalam

Direktorat

komunikasi interpersonal remaja lapas

Jenderal

Pemasyarakatan,

Departemen Hukum dan Hak Asasi

dengan

Manusia (HAM) menunjukkan pada

konseling. Melihat masa remaja adalah

bulan Februari 2015 jumlah penghuni

masa yang rentan dalam berbagai hal

Lapas di Indonesia sebanyak 3.507 anak

sehingga melalui komunikasi peneliti ingin

yang terdiri dari jumlah tahanan anak

melihat

sebanyak 781 anak sedangkan jumlah

dilakukan pendamping untuk mencapai

napi

komunikasi yang baik.

anak

sebanyak

2.726

anak.

Kemudian pada bulan Maret 2015
jumlah penghuni Lapas mengalami
kenaikan menjadi sebanyak 3.559 anak

pendamping

tahapan

selama

komunikasi

proses

yang

B. TINJAUAN PUSTAKA
Manusia adalah makhluk individu dan
makhluk

sosial.

Dalam

hubungannya

dengan manusia sebagai makhluk sosial,

karena tumbuhnya suatu keakraban secara

terkandung suatu maksud bahwa manusia

bertahap. Tahapan tersebut antaralain:

tidak dapat terlepas dari individu lain.

1. Kontak dan perkenalan (contact)

Secara kodrati manusia akan selalu hidup

Pada tahap pertama merupakan tahap awal

bersama. Hidup bersama antar manusia

ketika kita bertemu dengan orang lain yang

berlangsung

dalam

berbagai

bentuk

ditandai dengan berfungsinya alat indera

komunikasi

dan

situasi

yang

kita seperti melihat, mendengar, dan

mempengaruhinya (Fajar, 2009:29).
Salah

satunya

adalah

membaui seseorang. Menurut beberapa

komunikasi

penelitian empat menit pertama suatu

interpersonal. Yang merupakan lingkup

interaksi menentukan kita memutuskan

komunikasi

atau meneruskan hubungan ke tahap

terkecil

dalam

kegiatan

komunikasi. Menurut Mulyana (2000:73)

selanjutnya.

komunikasi

2. Keterlibatan (involvement)

interpersonal

adalah

komunikasi antara orang-orang secara

Tahap

tatap muka, yang memungkinkan setiap

pengenalan lebih jauh, dimana tahap ini

pesertanya menangkap reaksi orang lain

biasanya satu sama lain mulai mengenal

secara langsung, baik secara verbal atau

dan mengungkapkan informasi mengenai

nonverbal. Komunikasi interpersonal ini

dirinya.

adalah komunikasi yang hanya dua orang,

3. Keakraban (intimacy)

seperti suami dan istri, dua sejawat, dua

Tahap keakraban merupakan tahap kita

sahabat dekat, guru dan murid dan

mengikatkan diri lebih jauh pada orang

sebagainya.

lain. Dimana hubungan primer (primary

keterlibatan

adalah

tahap

Menurut Joseph Devito, kebanyakan

relationship) terbentuk ditandai dengan

hubungan interpersonal terbentuk melalui

dimana seseorang menjadi sahabat baik

tahapan-tahapan

atau kekasih.

yang

harus

dilewati

4. Perusakan (deterioration)

bergantung pada telinga, pikiran, dan hati.

Pada tahap ini dan tahap pemutusan

Mendengarkan itu sendiri dapat diartikan

merupakan

suatu

sebagai proses yang jauh lebih kompleks

hubungan. Dimana seseorang merasa paa

daripada mendengar karena melibatkan

tahap perusakan mulai merasa bahwa

dimensi psikologis dan kognitif.

Dalam

hubungan ini tidak sepenting sebelumnya

mendengarkan

Enjang

5. Perbaikan (repair)

(2009:158-161) memiliki beberapa tahapan

Dalam suatu hubungan tidak terhindar dari

yang ideal untuk mendapatkan hasil yang

suatu masalah atau hambatan. Pada tahap

maksimal antaralain:

perbaikan

1. Kesadaran

tahap

melemahnya

merupakan

tahap

dimana

aktif

menurut

seseorang mampu mencari solusi sehingga

Tahap

hubungan

mendengarkan adalah penuh kesadaran.

yang

awalnya

memburuk

pertama

dalam

proses

menjadi baik.

Kesadaran

6. Pemutusan (dissolution)

seseorang benar-benar hadir dalam situasi

Tahap

pemutusan

adalah

pemutusan

hubungan kedua pihak. Misalnya jika
dalam

suatu

pernikahan

tahap

ini

merupakan tahap perceraian.

adalah

kondisi

dimana

tertentu.
2. Proses

penerimaan

pesan

secara

fisiologis
Proses kedua adalah menerima pesan

Selain itu proses mendengarkan

secara fisiologis dimana proses ini yng

yang baik merupakan salah satu yang

terjadi ketika gelombang sura sampai

menentukan

keberhasilan

dalam

digendang telinga manusia. Akibatnya kita

komunikasi

interpersonal

dimana

dapat merespon bunyi musik, suara lalu

melibatkan situasi yang kompleks dengan

lintas, dan suara manusia

membutuhkan lebih dari sekedar telinga

3. Memilih dan menyusun materi

kita.

Pendengar

yang

baik

selalu

Pemilihan pesan tergantung pada berbagai

sebagai

faktor,

mendengarkan yang baik.

minat,

struktur

kognitif

dan

ekspektasi.

komunikator

dan

proses

Selain itu proses mendengarkan yang

4. Menafsirkan komunikasi

baik

Ketika

menerjemahkan

menentukan

keberhasilan

dalam

kehendak orang lain sesuai dengan apa

komunikasi

interpersonal

dimana

yang mereka inginkan hal tersebut adalah

melibatkan situasi yang kompleks dengan

salah satu penyebab lancarnya suatu

membutuhkan lebih dari sekedar telinga

komunikasi.

kita.

5. Menanggapi

bergantung pada telinga, pikiran, dan hati.

kita

mampu

Kemampuan

menanggapi

merupakan

Pendengar

salah

yang

satu

baik

yang

selalu

dilakukan

Mendengarkan itu sendiri dapat diartikan

dengan cara memberikan perhatian dan

sebagai proses yang jauh lebih kompleks

ketertarikan pada lawan bicara.

daripada mendengar karena melibatkan

6. Mengingat

dimensi psikologis dan kognitif

Merupakan proses penyimpanan apa-apa

C. METODE PENELITIAN

yang telah kita dengar. Secara selektif

Penelitian ini merupakan penelitian

memperhatikan hal-hal penting ketika

kualitatif deskriptif dimana peneliti lebih

sedang mendengarkan pembicaraan public,

menekankan pada persoalan kontekstual

yang sering

dan tidak terikat dengan angka-angka,

menyajikan informasi yang

banyak dalam jangka waktu singkat
Selain

itu

dipengaruhi

hubungan
oleh

ukuran yang bersifat empiris serta data

interpersonal
dan

gambar. Subjek penelitian terdiri dari 7

komunikan selama penerimaan pesan.

orang. Dimana terdapat 3 remaja dari lapas

Proses

Klaten

penerimaan

komunikator

yang disampaikan dalam bentuk narasi dan

pesan

selama

komunikasi dipengaruhi oleh kopetensi

dan

Sahabat Kapas.

4

pendamping

Yayasan

Dalam penelitian ini menggunakan 3

penelitian. Sedangkan, dokumen privat

teknik pengumpulan data antara lain

dengan mengambil gambar atau foto

wawancara, observasi dan dokumentasi.

selama penelitian untuk menggambarkan

Pertama, wawancara dilakukan dengan

keadaanyang terjadi ditempat penelitian

wawancara terarah atau wawancara bebas

terjadi.

terpimpin dimana wawancara dilakukan
secara bebas tetapi terarah dengan berada
pada pokok permasalahan sehingga tidak
keluar dari topik penelitian. Selain itu,
wawancara dilakukan secara non-formal
dengan melontarkan setiap pertanyaan
disetiap kesempatandalam keadaan santai
dan akrab.

penelitian ini adalah menggunakan teknik
analisis dari Miles dan Huberman yaitu
peneliti menggunakan analisis interaktif.
Dimana model

analisis

interaktif ini

berbentuk seperti siklus yang artinya
peneliti bergerak diantara tiga komponen
analisis dengan proses pengumpulan data

Kedua, observasi dengan menggunakan
observasi

Teknik analisis yang digunakan dalam

jenis

overt-participant

atau

selama

kegiatan

berlangsung.

pengumpulan

Kemudian

partisipan yang tampak. Dimana subjek

pengumpulan

yang diteliti mengetahui kehadiran peniliti,

bergerak diantara tiga komponen analisa

namun dalam situasi ini peneliti seakan-

yaitu data reduction (reduksi data), data

akan tidak melakukan observasi melainkan

display (penyajian data), dan conclusion

berperan sebagai partisipan.

drawing atau verification.

Ketiga, dokumentasi pada penelitian ini

Penelitian

data

kali

berakhir,

setelah

ini

peneliti

menggunakan

berbentuk dokumen publik atau dokumen

validitas yang berupa triangulasi. Dimana

privat.

triangulasi

Dokumen

publik

peneliti

menurut

Sugiyono

adalah

menggunakan youtube dan website untuk

mengecek data yang sudah didapatkan dari

mendukung data yang diperoleh selama

berbagai sumber dengan berbagai cara, dan

Kedua,

berbagai waktu (Sugiyono, 2006:273).

keterlibatan

triangulasi sumber adalah membandingkan

Dengan

informasi yang telah diperoleh selama

kenalan dalam suatu hubungan akan

dilapangan

dideskripsikan,

berkembang dalam keterlibatan atau biasa

dikategorisasikan sehingga menghasilkan

disebut teman. Pada penelitian ini terlihat

kesimpulan.

dari remaja mulai merasa nyaman ketika

kemudian

Setelah melakukan analisis data yang
selama

dilapangan

terlihat

hubungan antarpribadi remaja dimulai
dengan pertama kontak dan perkenalan
(contact) dimana kontak fisik seperti tatap
muka ketika proses konseling antara ketiga

semua

pendamping

ketika

bertemu dengan remaja baru pertama
masuk lapas. Dan setiap melakukan proses
pendampingan

pendamping

selalu

mengajak berinteraksi remaja dengan cara
menyapa, menanyakan kabar. Begitu pula
yang dilakukan ketiga remaja pada saat
bertemu pertama kali dengan pendamping
atau

orang

beberapa

konseling. Remaja mulai memberikan
feedback kepada pendamping. Ditandai
dengan remaja mulai bercerita mengenai
hal

baru

yaitu

dengan

memperkenalkan diri seperti menyebutkan
nama, daerah asal diawal kegiatan.

yang

bersifat

umum,

misalnya

menceritakan megenai minat dan hobi
mereka.
Ketiga, kearaban (intimacy) dengan

remaja dan pendamping. Tahap perkenalan
dilakukan

waktu,

berkomunikasi dengan pendamping saat

D. PEMBAHASAN

diperoleh

berjalannya

(involvement)

berjalannya

waktu,

beberapa

kenalan

dalam suatu hubungan akan berkembang
dalam keterlibatan atau biasa disebut
teman. Pada penelitian ini terlihat dari
remaja mulai merasa nyaman ketika
berkomunikasi dengan pendamping saat
konseling. Remaja mulai memberikan
feedback kepada pendamping. Ditandai
dengan remaja mulai bercerita mengenai
hal

yang

bersifat

umum,

misalnya

menceritakan megenai minat dan hobi

eksternal, hambatan yang ditimbulkan dari

mereka

luar ruangan pendampingan seperti musik

Keempat, keakrapan
Sahabat

atau

teman

(intimacy)

yang terlalu keras, suara gaduh dari

menurut

narapidana lain. Karena waktu melakukan

akrab

Budyatna & Leila, 2011 adalah mereka

kegiatan

yang jumlahnya sedikit dengan siapa

narapidana dewasa mendapatkan waktu

seseorang

untuk keluar dari sel dan berada dihalaman

secara

mempunyai
saling

komitmen

bersama-sama
tingkat

ketergantungan,

pengungkapan,

kesenangan

konseling

bertepatan

dengan

tinggi,

lapas. Sehingga kegiatan yang dilakukan

kepercayaan,

biasanya mandi, sekedar berkomunikasi

di

dalam

persahabatan.

dengan narapidana lain dan bernyanyi
sebagai hiburan mereka.

Proses komunikasi tidak lepas dari

Upaya yang dilakukan pendamping

suatu hambatan. Hambatan yang terjadi

untuk mengurangi hambatan komunikasi

pada

adalah

komunikasi

interpersonal

dengan

menyesuaikan

jenis

pendamping terhadap remaja terdapat dua

kegiatan dengan keadaan yang ada. Karena

faktor. Pertama faktor internal, faktor

ketika

internal meliputi faktor psikologi remaja

mendominasi akan menjadikan komunikasi

dimana pada keadaan ini remaja terlihat

yang

murung dan kurang bersemangat untuk

Kegiatan tersebut seperti memberikan

mengikuti kegiatan konseling. Hal ini

game kepada remaja untuk meningkatkan

dirasakan oleh pendamping selama proses

semangat mereka, memberikan materi

konseling berjalan bahwa remaja terkadang

ketrampilan untuk mengasah kreativitas

mengalami masa dimana mereka terlihat

remaja.

murung dan tidak ada semangat untuk
melakukan

kegiatan.

Kedua

faktor

suara

yang

disampaikan

timbul

kurang

dari

luar

maksimal.

hubungan

E. PENUTUP
Masa remaja merupakan masa rentan
dimana

peran

sekolah

dan

keluarga,

baik

dengan

demikian

kepercayaan dan motivasi remaja akan

lingkungan

muncul kembali sehingga mampu kembali

sangat

ke lingkungan masyarakat dengan baik.

mempengaruhi tumbuh kembang menuju

Dari hasil penelitian menyebutkan untuk

masa dewasa. Remaja yang berhadapan

menjalin hubungan baik dengan remaja

dengan hukum secara psikologi memiliki

melewati beberapa tahapan komunikasi

tingkat kepercayaan diri lebih rendah

antara

daripada remaja pada umumnya. Melalui

(contact), Keterlibatan (involvement) dan

komunikasi yang baik akan menciptakan

Keakraban

masyarakat

lain:

Kontak

dan

Perkenalan

(intimacy)

.

DAFTAR PUSTAKA
Budyatna, Muhammad & Leila Mona Ganiem. 2011. Teori Komunikasi Antarpribadi. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Devito, A. Joseph. 2013. The Interpersonal Communication Book, Thirteenth th Ed.
Enjang. 2009. Komunikasi Konseling. Bandung:Nuansa
Mulyana,Deddy. 2000. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya
Santrock, John W. 2003. Adolescence Perkembangan Remaja. Penerjemah. Shinto. B Adelar
& Sherly Saragih. Jakarta: Erlangga
Sudarsyah, Asep. April 2013. Kerangka Analisis Data Fenomenologi. Jurnal Penelitian
Pendidikan. Volume 14 Nomor 1
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Dokumen yang terkait

Komunikasi Antarpribadi Penarik Becak Wanita (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarpribadi Penarik Becak Wanita Di Kampus Universitas Sumatera Utara)

0 52 117

Peranan Komunikasi Antarpribadi Guru Dan Kepribadian Sosial Anak Usia Remaja (Studi Kualitatif Tentang Komunikasi Antarpribadi Guru Dalam Membentuk Kepribadian Sosial Remaja SantriPutri di Pesantren Darularafah Raya Lau Bakeri)

2 55 139

Konsep Diri Mahasiswa Indekos Dalam Konteks Komunikasi Antarpribadi

2 65 115

Komunikasi Antarpribadi dan Pembentukan Konsep Diri (Studi Korelasional tentang Pengaruh Komunikasi Antarpribadi terhadap Pembentukan Konsep Diri Remaja di Yayasan SOS Desa Taruna Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan, Medan).

1 25 142

Hubungan Antara Efektifitas Komunikasi Antarpribadi Dengan Pembentukan Konsep Diri Melalui Penyesuaian Diri Pada Penyandang Cacat Fisik Bukan Bawaan Usia Dewasa Awal Correlation Between The Effectiveness of Interpersonal Communication With The Formation

0 35 424

KOMUNIKASI ANTARPRIBADI REMAJA LAPAS DENGAN PENDAMPING Komunikasi Antarpribadi Remaja Lapas Dengan Pendamping (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarpribadi Remaja di Lapas Klaten dengan pendamping Yayasan Sahabat Kapas Mencapai Keterbukaan Diri).

0 4 15

BAB 1 PENDAHULUAN Komunikasi Antarpribadi Remaja Lapas Dengan Pendamping (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarpribadi Remaja di Lapas Klaten dengan pendamping Yayasan Sahabat Kapas Mencapai Keterbukaan Diri).

0 6 30

KOMUNIKASI ANTARPRIBADI ANTARA FISIOTERAPIS DAN PASIEN (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarpribadi Fisioterapis untuk Memotivasi Komunikasi Antarpribadi Antara Fisioterapis Dan Pasien (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarpribadi Fisioter

5 10 13

KOMUNIKASI ANTARPRIBADI KONSELOR TERHADAP ODHA (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarpribadi Konselor terhadap KOMUNIKASI ANTARPRIBADI KONSELOR TERHADAP ODHA (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarpribadi Konselor terhadap ODHA di Klinik Vol

0 2 14

POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM PEMBENTUKAN KEMBALI KONSEP DIRI (Studi Kualitatif Pola Komunikasi Pendamping Yayasan Sahabat Kapas dan Klien Anak di Lapas Klas IIB Klaten dalam Pembentukan Kembali Konsep Diri) - UNS Institutional Repository

1 0 14