KOMUNIKASI ANTARPRIBADI REMAJA LAPAS DENGAN PENDAMPING Komunikasi Antarpribadi Remaja Lapas Dengan Pendamping (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarpribadi Remaja di Lapas Klaten dengan pendamping Yayasan Sahabat Kapas Mencapai Keterbukaan Diri).
KOMUNIKASI ANTARPRIBADI REMAJA LAPAS DENGAN PENDAMPING
NASKAH PUBLIKASI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna mencapai gelar Sarjana S-1
Program Studi Ilmu Komunikasi
KHUSNUL CHOTIMAH
L100100126
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
ii
iv
KOMUNIKASI ANTARPRIBADI REMAJA LAPAS DENGAN PENDAMPING
(Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarpribadi Remaja di Lapas Klaten dengan
Pendamping Yayasan Sahabat Kapas pada Kegiatan Konseling)
Khusnul Chotimah
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi dan Informatika
UniversitaMuhammadiyah Surakarta 2016
ABSTRAK
Yayasan Sahabat Kapas bekerja sama dengan lembaga permasyarakatan (lapas) klas 2B di
Klaten mempunyai banyak kegiatan yang mengarah pada pendampingan terhadap remaja
yang mempunyai masalah dengan hukum. Salah satunya adalah kegiatan konseling yang
dilakukan pendamping terhadap remaja. Dalam proses konseling pendamping melewati
beberapa tahapan untuk mendapatkan komunikasi antarpribadi yang efektif sehingga kegiatan
konseling berjalan sesuai yang diharapkan. Perkembangan remaja yang mengalami kasus
hukum secara psikologi berbeda dengan remaja pada umumnya sehingga membutuhkan
komunikasi interpersonal yang sesuai. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana tahapan hubungan dalam komunikasi antarpribadi antara remaja dengan
pendamping. Metode yang digunakan deskriptif kualitatif dengan melakukan wawancara
semistruktur, observasi serta dokumentasi. Subjek berjumlah 7 orang, 3 remaja lapas dan 4
pendamping Yayasan Sahabat Kapas. Hasil penelitian adalah komunikasi antarpribadi yang
terjalin antara remaja dengan pendamping memiliki beberapa tahapan yaitu kontak dan
perkenalan (contact), keterlibatan (involvement), keakraban (intimacy).
Kata kunci: Komunikasi antarpribadi, Remaja, Pendamping, Konseling
ABSTRACT
Yayasan Sahabat Kapas cooperate with penitentiary (prison) class 2B in Klaten have many
activities that lead to assistance to adolescents who have problems with the law. One of them
is the companion of counseling activities conducted on teenagers. In the process of counseling
companion through several stages to get effective interpersonal communication so that the
counseling work as expected. Development of adolescents experiencing psychological legal
case is different from the typical teenager and thus require appropriate interpersonal
communication. The purpose of this study was to determine how the stages of the relationship
in interpersonal communication among adolescents with a companion. The method used a
qualitative descriptive conduct semi- structured interviews, observation and documentation.
Subject amounted to 7 people, 3 juvenile prisons and four companion Yayasan Sahabat
Cotton. The results showed that interpersonal communication that exists between young
people with a companion has several stages of the contacts and introductions (contact),
engagement (involvement), intimacy (intimacy).
Keywords: Interpersonal communication, Adolescent, Companion, Counseling
berada di dalam keluarga dan lingkungan
A. PENDAHULUAN
Masa
remaja
merupakan
masa
transisi dalam rentang kehidupan manusia
yang
kira-kira usia 10 sampai 13 tahun dan
berakhir antara usia 18 dan 22 tahun.
Perubahan
emosional
biologis,
kognitif,
yang terjadi
perkembangan
fungsi
sosial-
berkisar
seksual,
dari
proses
berpikir abstrak sampai pada kemandirian
(santrock, 2003: 26).
Pada masa inilah peran keluarga
khususnya orang tua dan lingkungan
sangat berpengaruh, karena ketika remaja
akan
mengarahkan
pada
perilaku yang positif.
Sebaliknya kenakalan remaja akan
yang menghubungkan masa kanak-kanak
dan masa dewasa. Masa remaja dimulai
tepat
terjadi ketika remaja-remaja yang gagal
dalam
menjalani
proses-proses
perkembangan jiwanya, baik pada saat
remaja
maupun
pada
masa
kanak-
kanaknya. Masa kanak-kanak dan masa
remaja berlangsung begitu singkat, dengan
perkembangan fisik, psikis, dan emosi
yang begitu cepat. Secara psikologis,
kenakalan remaja merupakan wujud dari
konflik-konflik yang tidak terselesaikan
dengan baik pada masa kanak-kanak
maupun remaja para pelakunya. Seringkali
yang terdiri dari tahanan anak sebanyak
didapati bahwa ada trauma dalam masa
894 anak dan jumlah napi
lalunya,
sebanyak 2.665 anak.
perlakuan
menyenangkan
maupun
kasar
dari
trauma
dan
tidak
lingkungannya,
terhadap
kondisi
anak
Sementara itu Kepala Komisi
Nasional Perlindungan Anak (Komnas
lingkungannya, seperti kondisi ekonomi
Anak),
yang membuatnya merasa rendah diri.
mengatakan, pada tahun 2013 ada
Namun pada kenyataanya orang cenderung
sekitar 7.526 anak usia remaja yang
langsung
tercatat mendekam di dalam penjara
menyalahkan,
menghakimi,
Arist
Merdeka
Sirait
bahkan menghukum pelaku kenakalan
akibat
remaja tanpa mencari penyebab, latar
Narkoba, pencurian, perkosaan dan lain-
belakang dari perilakunya tersebut.
lain (http://www.lensaindonesia.htm).
kenakalannya
Dari
Data yang diperoleh dari Anak
mulai
fenomena
diatas
dari
peneliti
Berhadapan dengan Hukum (ABH) dari
tertarik meneliti tahapan hubungan dalam
Direktorat
komunikasi interpersonal remaja lapas
Jenderal
Pemasyarakatan,
Departemen Hukum dan Hak Asasi
dengan
Manusia (HAM) menunjukkan pada
konseling. Melihat masa remaja adalah
bulan Februari 2015 jumlah penghuni
masa yang rentan dalam berbagai hal
Lapas di Indonesia sebanyak 3.507 anak
sehingga melalui komunikasi peneliti ingin
yang terdiri dari jumlah tahanan anak
melihat
sebanyak 781 anak sedangkan jumlah
dilakukan pendamping untuk mencapai
napi
komunikasi yang baik.
anak
sebanyak
2.726
anak.
Kemudian pada bulan Maret 2015
jumlah penghuni Lapas mengalami
kenaikan menjadi sebanyak 3.559 anak
pendamping
tahapan
selama
komunikasi
proses
yang
B. TINJAUAN PUSTAKA
Manusia adalah makhluk individu dan
makhluk
sosial.
Dalam
hubungannya
dengan manusia sebagai makhluk sosial,
karena tumbuhnya suatu keakraban secara
terkandung suatu maksud bahwa manusia
bertahap. Tahapan tersebut antaralain:
tidak dapat terlepas dari individu lain.
1. Kontak dan perkenalan (contact)
Secara kodrati manusia akan selalu hidup
Pada tahap pertama merupakan tahap awal
bersama. Hidup bersama antar manusia
ketika kita bertemu dengan orang lain yang
berlangsung
dalam
berbagai
bentuk
ditandai dengan berfungsinya alat indera
komunikasi
dan
situasi
yang
kita seperti melihat, mendengar, dan
mempengaruhinya (Fajar, 2009:29).
Salah
satunya
adalah
membaui seseorang. Menurut beberapa
komunikasi
penelitian empat menit pertama suatu
interpersonal. Yang merupakan lingkup
interaksi menentukan kita memutuskan
komunikasi
atau meneruskan hubungan ke tahap
terkecil
dalam
kegiatan
komunikasi. Menurut Mulyana (2000:73)
selanjutnya.
komunikasi
2. Keterlibatan (involvement)
interpersonal
adalah
komunikasi antara orang-orang secara
Tahap
tatap muka, yang memungkinkan setiap
pengenalan lebih jauh, dimana tahap ini
pesertanya menangkap reaksi orang lain
biasanya satu sama lain mulai mengenal
secara langsung, baik secara verbal atau
dan mengungkapkan informasi mengenai
nonverbal. Komunikasi interpersonal ini
dirinya.
adalah komunikasi yang hanya dua orang,
3. Keakraban (intimacy)
seperti suami dan istri, dua sejawat, dua
Tahap keakraban merupakan tahap kita
sahabat dekat, guru dan murid dan
mengikatkan diri lebih jauh pada orang
sebagainya.
lain. Dimana hubungan primer (primary
keterlibatan
adalah
tahap
Menurut Joseph Devito, kebanyakan
relationship) terbentuk ditandai dengan
hubungan interpersonal terbentuk melalui
dimana seseorang menjadi sahabat baik
tahapan-tahapan
atau kekasih.
yang
harus
dilewati
4. Perusakan (deterioration)
bergantung pada telinga, pikiran, dan hati.
Pada tahap ini dan tahap pemutusan
Mendengarkan itu sendiri dapat diartikan
merupakan
suatu
sebagai proses yang jauh lebih kompleks
hubungan. Dimana seseorang merasa paa
daripada mendengar karena melibatkan
tahap perusakan mulai merasa bahwa
dimensi psikologis dan kognitif.
Dalam
hubungan ini tidak sepenting sebelumnya
mendengarkan
Enjang
5. Perbaikan (repair)
(2009:158-161) memiliki beberapa tahapan
Dalam suatu hubungan tidak terhindar dari
yang ideal untuk mendapatkan hasil yang
suatu masalah atau hambatan. Pada tahap
maksimal antaralain:
perbaikan
1. Kesadaran
tahap
melemahnya
merupakan
tahap
dimana
aktif
menurut
seseorang mampu mencari solusi sehingga
Tahap
hubungan
mendengarkan adalah penuh kesadaran.
yang
awalnya
memburuk
pertama
dalam
proses
menjadi baik.
Kesadaran
6. Pemutusan (dissolution)
seseorang benar-benar hadir dalam situasi
Tahap
pemutusan
adalah
pemutusan
hubungan kedua pihak. Misalnya jika
dalam
suatu
pernikahan
tahap
ini
merupakan tahap perceraian.
adalah
kondisi
dimana
tertentu.
2. Proses
penerimaan
pesan
secara
fisiologis
Proses kedua adalah menerima pesan
Selain itu proses mendengarkan
secara fisiologis dimana proses ini yng
yang baik merupakan salah satu yang
terjadi ketika gelombang sura sampai
menentukan
keberhasilan
dalam
digendang telinga manusia. Akibatnya kita
komunikasi
interpersonal
dimana
dapat merespon bunyi musik, suara lalu
melibatkan situasi yang kompleks dengan
lintas, dan suara manusia
membutuhkan lebih dari sekedar telinga
3. Memilih dan menyusun materi
kita.
Pendengar
yang
baik
selalu
Pemilihan pesan tergantung pada berbagai
sebagai
faktor,
mendengarkan yang baik.
minat,
struktur
kognitif
dan
ekspektasi.
komunikator
dan
proses
Selain itu proses mendengarkan yang
4. Menafsirkan komunikasi
baik
Ketika
menerjemahkan
menentukan
keberhasilan
dalam
kehendak orang lain sesuai dengan apa
komunikasi
interpersonal
dimana
yang mereka inginkan hal tersebut adalah
melibatkan situasi yang kompleks dengan
salah satu penyebab lancarnya suatu
membutuhkan lebih dari sekedar telinga
komunikasi.
kita.
5. Menanggapi
bergantung pada telinga, pikiran, dan hati.
kita
mampu
Kemampuan
menanggapi
merupakan
Pendengar
salah
yang
satu
baik
yang
selalu
dilakukan
Mendengarkan itu sendiri dapat diartikan
dengan cara memberikan perhatian dan
sebagai proses yang jauh lebih kompleks
ketertarikan pada lawan bicara.
daripada mendengar karena melibatkan
6. Mengingat
dimensi psikologis dan kognitif
Merupakan proses penyimpanan apa-apa
C. METODE PENELITIAN
yang telah kita dengar. Secara selektif
Penelitian ini merupakan penelitian
memperhatikan hal-hal penting ketika
kualitatif deskriptif dimana peneliti lebih
sedang mendengarkan pembicaraan public,
menekankan pada persoalan kontekstual
yang sering
dan tidak terikat dengan angka-angka,
menyajikan informasi yang
banyak dalam jangka waktu singkat
Selain
itu
dipengaruhi
hubungan
oleh
ukuran yang bersifat empiris serta data
interpersonal
dan
gambar. Subjek penelitian terdiri dari 7
komunikan selama penerimaan pesan.
orang. Dimana terdapat 3 remaja dari lapas
Proses
Klaten
penerimaan
komunikator
yang disampaikan dalam bentuk narasi dan
pesan
selama
komunikasi dipengaruhi oleh kopetensi
dan
Sahabat Kapas.
4
pendamping
Yayasan
Dalam penelitian ini menggunakan 3
penelitian. Sedangkan, dokumen privat
teknik pengumpulan data antara lain
dengan mengambil gambar atau foto
wawancara, observasi dan dokumentasi.
selama penelitian untuk menggambarkan
Pertama, wawancara dilakukan dengan
keadaanyang terjadi ditempat penelitian
wawancara terarah atau wawancara bebas
terjadi.
terpimpin dimana wawancara dilakukan
secara bebas tetapi terarah dengan berada
pada pokok permasalahan sehingga tidak
keluar dari topik penelitian. Selain itu,
wawancara dilakukan secara non-formal
dengan melontarkan setiap pertanyaan
disetiap kesempatandalam keadaan santai
dan akrab.
penelitian ini adalah menggunakan teknik
analisis dari Miles dan Huberman yaitu
peneliti menggunakan analisis interaktif.
Dimana model
analisis
interaktif ini
berbentuk seperti siklus yang artinya
peneliti bergerak diantara tiga komponen
analisis dengan proses pengumpulan data
Kedua, observasi dengan menggunakan
observasi
Teknik analisis yang digunakan dalam
jenis
overt-participant
atau
selama
kegiatan
berlangsung.
pengumpulan
Kemudian
partisipan yang tampak. Dimana subjek
pengumpulan
yang diteliti mengetahui kehadiran peniliti,
bergerak diantara tiga komponen analisa
namun dalam situasi ini peneliti seakan-
yaitu data reduction (reduksi data), data
akan tidak melakukan observasi melainkan
display (penyajian data), dan conclusion
berperan sebagai partisipan.
drawing atau verification.
Ketiga, dokumentasi pada penelitian ini
Penelitian
data
kali
berakhir,
setelah
ini
peneliti
menggunakan
berbentuk dokumen publik atau dokumen
validitas yang berupa triangulasi. Dimana
privat.
triangulasi
Dokumen
publik
peneliti
menurut
Sugiyono
adalah
menggunakan youtube dan website untuk
mengecek data yang sudah didapatkan dari
mendukung data yang diperoleh selama
berbagai sumber dengan berbagai cara, dan
Kedua,
berbagai waktu (Sugiyono, 2006:273).
keterlibatan
triangulasi sumber adalah membandingkan
Dengan
informasi yang telah diperoleh selama
kenalan dalam suatu hubungan akan
dilapangan
dideskripsikan,
berkembang dalam keterlibatan atau biasa
dikategorisasikan sehingga menghasilkan
disebut teman. Pada penelitian ini terlihat
kesimpulan.
dari remaja mulai merasa nyaman ketika
kemudian
Setelah melakukan analisis data yang
selama
dilapangan
terlihat
hubungan antarpribadi remaja dimulai
dengan pertama kontak dan perkenalan
(contact) dimana kontak fisik seperti tatap
muka ketika proses konseling antara ketiga
semua
pendamping
ketika
bertemu dengan remaja baru pertama
masuk lapas. Dan setiap melakukan proses
pendampingan
pendamping
selalu
mengajak berinteraksi remaja dengan cara
menyapa, menanyakan kabar. Begitu pula
yang dilakukan ketiga remaja pada saat
bertemu pertama kali dengan pendamping
atau
orang
beberapa
konseling. Remaja mulai memberikan
feedback kepada pendamping. Ditandai
dengan remaja mulai bercerita mengenai
hal
baru
yaitu
dengan
memperkenalkan diri seperti menyebutkan
nama, daerah asal diawal kegiatan.
yang
bersifat
umum,
misalnya
menceritakan megenai minat dan hobi
mereka.
Ketiga, kearaban (intimacy) dengan
remaja dan pendamping. Tahap perkenalan
dilakukan
waktu,
berkomunikasi dengan pendamping saat
D. PEMBAHASAN
diperoleh
berjalannya
(involvement)
berjalannya
waktu,
beberapa
kenalan
dalam suatu hubungan akan berkembang
dalam keterlibatan atau biasa disebut
teman. Pada penelitian ini terlihat dari
remaja mulai merasa nyaman ketika
berkomunikasi dengan pendamping saat
konseling. Remaja mulai memberikan
feedback kepada pendamping. Ditandai
dengan remaja mulai bercerita mengenai
hal
yang
bersifat
umum,
misalnya
menceritakan megenai minat dan hobi
eksternal, hambatan yang ditimbulkan dari
mereka
luar ruangan pendampingan seperti musik
Keempat, keakrapan
Sahabat
atau
teman
(intimacy)
yang terlalu keras, suara gaduh dari
menurut
narapidana lain. Karena waktu melakukan
akrab
Budyatna & Leila, 2011 adalah mereka
kegiatan
yang jumlahnya sedikit dengan siapa
narapidana dewasa mendapatkan waktu
seseorang
untuk keluar dari sel dan berada dihalaman
secara
mempunyai
saling
komitmen
bersama-sama
tingkat
ketergantungan,
pengungkapan,
kesenangan
konseling
bertepatan
dengan
tinggi,
lapas. Sehingga kegiatan yang dilakukan
kepercayaan,
biasanya mandi, sekedar berkomunikasi
di
dalam
persahabatan.
dengan narapidana lain dan bernyanyi
sebagai hiburan mereka.
Proses komunikasi tidak lepas dari
Upaya yang dilakukan pendamping
suatu hambatan. Hambatan yang terjadi
untuk mengurangi hambatan komunikasi
pada
adalah
komunikasi
interpersonal
dengan
menyesuaikan
jenis
pendamping terhadap remaja terdapat dua
kegiatan dengan keadaan yang ada. Karena
faktor. Pertama faktor internal, faktor
ketika
internal meliputi faktor psikologi remaja
mendominasi akan menjadikan komunikasi
dimana pada keadaan ini remaja terlihat
yang
murung dan kurang bersemangat untuk
Kegiatan tersebut seperti memberikan
mengikuti kegiatan konseling. Hal ini
game kepada remaja untuk meningkatkan
dirasakan oleh pendamping selama proses
semangat mereka, memberikan materi
konseling berjalan bahwa remaja terkadang
ketrampilan untuk mengasah kreativitas
mengalami masa dimana mereka terlihat
remaja.
murung dan tidak ada semangat untuk
melakukan
kegiatan.
Kedua
faktor
suara
yang
disampaikan
timbul
kurang
dari
luar
maksimal.
hubungan
E. PENUTUP
Masa remaja merupakan masa rentan
dimana
peran
sekolah
dan
keluarga,
baik
dengan
demikian
kepercayaan dan motivasi remaja akan
lingkungan
muncul kembali sehingga mampu kembali
sangat
ke lingkungan masyarakat dengan baik.
mempengaruhi tumbuh kembang menuju
Dari hasil penelitian menyebutkan untuk
masa dewasa. Remaja yang berhadapan
menjalin hubungan baik dengan remaja
dengan hukum secara psikologi memiliki
melewati beberapa tahapan komunikasi
tingkat kepercayaan diri lebih rendah
antara
daripada remaja pada umumnya. Melalui
(contact), Keterlibatan (involvement) dan
komunikasi yang baik akan menciptakan
Keakraban
masyarakat
lain:
Kontak
dan
Perkenalan
(intimacy)
.
DAFTAR PUSTAKA
Budyatna, Muhammad & Leila Mona Ganiem. 2011. Teori Komunikasi Antarpribadi. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Devito, A. Joseph. 2013. The Interpersonal Communication Book, Thirteenth th Ed.
Enjang. 2009. Komunikasi Konseling. Bandung:Nuansa
Mulyana,Deddy. 2000. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya
Santrock, John W. 2003. Adolescence Perkembangan Remaja. Penerjemah. Shinto. B Adelar
& Sherly Saragih. Jakarta: Erlangga
Sudarsyah, Asep. April 2013. Kerangka Analisis Data Fenomenologi. Jurnal Penelitian
Pendidikan. Volume 14 Nomor 1
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
NASKAH PUBLIKASI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna mencapai gelar Sarjana S-1
Program Studi Ilmu Komunikasi
KHUSNUL CHOTIMAH
L100100126
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
ii
iv
KOMUNIKASI ANTARPRIBADI REMAJA LAPAS DENGAN PENDAMPING
(Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarpribadi Remaja di Lapas Klaten dengan
Pendamping Yayasan Sahabat Kapas pada Kegiatan Konseling)
Khusnul Chotimah
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi dan Informatika
UniversitaMuhammadiyah Surakarta 2016
ABSTRAK
Yayasan Sahabat Kapas bekerja sama dengan lembaga permasyarakatan (lapas) klas 2B di
Klaten mempunyai banyak kegiatan yang mengarah pada pendampingan terhadap remaja
yang mempunyai masalah dengan hukum. Salah satunya adalah kegiatan konseling yang
dilakukan pendamping terhadap remaja. Dalam proses konseling pendamping melewati
beberapa tahapan untuk mendapatkan komunikasi antarpribadi yang efektif sehingga kegiatan
konseling berjalan sesuai yang diharapkan. Perkembangan remaja yang mengalami kasus
hukum secara psikologi berbeda dengan remaja pada umumnya sehingga membutuhkan
komunikasi interpersonal yang sesuai. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana tahapan hubungan dalam komunikasi antarpribadi antara remaja dengan
pendamping. Metode yang digunakan deskriptif kualitatif dengan melakukan wawancara
semistruktur, observasi serta dokumentasi. Subjek berjumlah 7 orang, 3 remaja lapas dan 4
pendamping Yayasan Sahabat Kapas. Hasil penelitian adalah komunikasi antarpribadi yang
terjalin antara remaja dengan pendamping memiliki beberapa tahapan yaitu kontak dan
perkenalan (contact), keterlibatan (involvement), keakraban (intimacy).
Kata kunci: Komunikasi antarpribadi, Remaja, Pendamping, Konseling
ABSTRACT
Yayasan Sahabat Kapas cooperate with penitentiary (prison) class 2B in Klaten have many
activities that lead to assistance to adolescents who have problems with the law. One of them
is the companion of counseling activities conducted on teenagers. In the process of counseling
companion through several stages to get effective interpersonal communication so that the
counseling work as expected. Development of adolescents experiencing psychological legal
case is different from the typical teenager and thus require appropriate interpersonal
communication. The purpose of this study was to determine how the stages of the relationship
in interpersonal communication among adolescents with a companion. The method used a
qualitative descriptive conduct semi- structured interviews, observation and documentation.
Subject amounted to 7 people, 3 juvenile prisons and four companion Yayasan Sahabat
Cotton. The results showed that interpersonal communication that exists between young
people with a companion has several stages of the contacts and introductions (contact),
engagement (involvement), intimacy (intimacy).
Keywords: Interpersonal communication, Adolescent, Companion, Counseling
berada di dalam keluarga dan lingkungan
A. PENDAHULUAN
Masa
remaja
merupakan
masa
transisi dalam rentang kehidupan manusia
yang
kira-kira usia 10 sampai 13 tahun dan
berakhir antara usia 18 dan 22 tahun.
Perubahan
emosional
biologis,
kognitif,
yang terjadi
perkembangan
fungsi
sosial-
berkisar
seksual,
dari
proses
berpikir abstrak sampai pada kemandirian
(santrock, 2003: 26).
Pada masa inilah peran keluarga
khususnya orang tua dan lingkungan
sangat berpengaruh, karena ketika remaja
akan
mengarahkan
pada
perilaku yang positif.
Sebaliknya kenakalan remaja akan
yang menghubungkan masa kanak-kanak
dan masa dewasa. Masa remaja dimulai
tepat
terjadi ketika remaja-remaja yang gagal
dalam
menjalani
proses-proses
perkembangan jiwanya, baik pada saat
remaja
maupun
pada
masa
kanak-
kanaknya. Masa kanak-kanak dan masa
remaja berlangsung begitu singkat, dengan
perkembangan fisik, psikis, dan emosi
yang begitu cepat. Secara psikologis,
kenakalan remaja merupakan wujud dari
konflik-konflik yang tidak terselesaikan
dengan baik pada masa kanak-kanak
maupun remaja para pelakunya. Seringkali
yang terdiri dari tahanan anak sebanyak
didapati bahwa ada trauma dalam masa
894 anak dan jumlah napi
lalunya,
sebanyak 2.665 anak.
perlakuan
menyenangkan
maupun
kasar
dari
trauma
dan
tidak
lingkungannya,
terhadap
kondisi
anak
Sementara itu Kepala Komisi
Nasional Perlindungan Anak (Komnas
lingkungannya, seperti kondisi ekonomi
Anak),
yang membuatnya merasa rendah diri.
mengatakan, pada tahun 2013 ada
Namun pada kenyataanya orang cenderung
sekitar 7.526 anak usia remaja yang
langsung
tercatat mendekam di dalam penjara
menyalahkan,
menghakimi,
Arist
Merdeka
Sirait
bahkan menghukum pelaku kenakalan
akibat
remaja tanpa mencari penyebab, latar
Narkoba, pencurian, perkosaan dan lain-
belakang dari perilakunya tersebut.
lain (http://www.lensaindonesia.htm).
kenakalannya
Dari
Data yang diperoleh dari Anak
mulai
fenomena
diatas
dari
peneliti
Berhadapan dengan Hukum (ABH) dari
tertarik meneliti tahapan hubungan dalam
Direktorat
komunikasi interpersonal remaja lapas
Jenderal
Pemasyarakatan,
Departemen Hukum dan Hak Asasi
dengan
Manusia (HAM) menunjukkan pada
konseling. Melihat masa remaja adalah
bulan Februari 2015 jumlah penghuni
masa yang rentan dalam berbagai hal
Lapas di Indonesia sebanyak 3.507 anak
sehingga melalui komunikasi peneliti ingin
yang terdiri dari jumlah tahanan anak
melihat
sebanyak 781 anak sedangkan jumlah
dilakukan pendamping untuk mencapai
napi
komunikasi yang baik.
anak
sebanyak
2.726
anak.
Kemudian pada bulan Maret 2015
jumlah penghuni Lapas mengalami
kenaikan menjadi sebanyak 3.559 anak
pendamping
tahapan
selama
komunikasi
proses
yang
B. TINJAUAN PUSTAKA
Manusia adalah makhluk individu dan
makhluk
sosial.
Dalam
hubungannya
dengan manusia sebagai makhluk sosial,
karena tumbuhnya suatu keakraban secara
terkandung suatu maksud bahwa manusia
bertahap. Tahapan tersebut antaralain:
tidak dapat terlepas dari individu lain.
1. Kontak dan perkenalan (contact)
Secara kodrati manusia akan selalu hidup
Pada tahap pertama merupakan tahap awal
bersama. Hidup bersama antar manusia
ketika kita bertemu dengan orang lain yang
berlangsung
dalam
berbagai
bentuk
ditandai dengan berfungsinya alat indera
komunikasi
dan
situasi
yang
kita seperti melihat, mendengar, dan
mempengaruhinya (Fajar, 2009:29).
Salah
satunya
adalah
membaui seseorang. Menurut beberapa
komunikasi
penelitian empat menit pertama suatu
interpersonal. Yang merupakan lingkup
interaksi menentukan kita memutuskan
komunikasi
atau meneruskan hubungan ke tahap
terkecil
dalam
kegiatan
komunikasi. Menurut Mulyana (2000:73)
selanjutnya.
komunikasi
2. Keterlibatan (involvement)
interpersonal
adalah
komunikasi antara orang-orang secara
Tahap
tatap muka, yang memungkinkan setiap
pengenalan lebih jauh, dimana tahap ini
pesertanya menangkap reaksi orang lain
biasanya satu sama lain mulai mengenal
secara langsung, baik secara verbal atau
dan mengungkapkan informasi mengenai
nonverbal. Komunikasi interpersonal ini
dirinya.
adalah komunikasi yang hanya dua orang,
3. Keakraban (intimacy)
seperti suami dan istri, dua sejawat, dua
Tahap keakraban merupakan tahap kita
sahabat dekat, guru dan murid dan
mengikatkan diri lebih jauh pada orang
sebagainya.
lain. Dimana hubungan primer (primary
keterlibatan
adalah
tahap
Menurut Joseph Devito, kebanyakan
relationship) terbentuk ditandai dengan
hubungan interpersonal terbentuk melalui
dimana seseorang menjadi sahabat baik
tahapan-tahapan
atau kekasih.
yang
harus
dilewati
4. Perusakan (deterioration)
bergantung pada telinga, pikiran, dan hati.
Pada tahap ini dan tahap pemutusan
Mendengarkan itu sendiri dapat diartikan
merupakan
suatu
sebagai proses yang jauh lebih kompleks
hubungan. Dimana seseorang merasa paa
daripada mendengar karena melibatkan
tahap perusakan mulai merasa bahwa
dimensi psikologis dan kognitif.
Dalam
hubungan ini tidak sepenting sebelumnya
mendengarkan
Enjang
5. Perbaikan (repair)
(2009:158-161) memiliki beberapa tahapan
Dalam suatu hubungan tidak terhindar dari
yang ideal untuk mendapatkan hasil yang
suatu masalah atau hambatan. Pada tahap
maksimal antaralain:
perbaikan
1. Kesadaran
tahap
melemahnya
merupakan
tahap
dimana
aktif
menurut
seseorang mampu mencari solusi sehingga
Tahap
hubungan
mendengarkan adalah penuh kesadaran.
yang
awalnya
memburuk
pertama
dalam
proses
menjadi baik.
Kesadaran
6. Pemutusan (dissolution)
seseorang benar-benar hadir dalam situasi
Tahap
pemutusan
adalah
pemutusan
hubungan kedua pihak. Misalnya jika
dalam
suatu
pernikahan
tahap
ini
merupakan tahap perceraian.
adalah
kondisi
dimana
tertentu.
2. Proses
penerimaan
pesan
secara
fisiologis
Proses kedua adalah menerima pesan
Selain itu proses mendengarkan
secara fisiologis dimana proses ini yng
yang baik merupakan salah satu yang
terjadi ketika gelombang sura sampai
menentukan
keberhasilan
dalam
digendang telinga manusia. Akibatnya kita
komunikasi
interpersonal
dimana
dapat merespon bunyi musik, suara lalu
melibatkan situasi yang kompleks dengan
lintas, dan suara manusia
membutuhkan lebih dari sekedar telinga
3. Memilih dan menyusun materi
kita.
Pendengar
yang
baik
selalu
Pemilihan pesan tergantung pada berbagai
sebagai
faktor,
mendengarkan yang baik.
minat,
struktur
kognitif
dan
ekspektasi.
komunikator
dan
proses
Selain itu proses mendengarkan yang
4. Menafsirkan komunikasi
baik
Ketika
menerjemahkan
menentukan
keberhasilan
dalam
kehendak orang lain sesuai dengan apa
komunikasi
interpersonal
dimana
yang mereka inginkan hal tersebut adalah
melibatkan situasi yang kompleks dengan
salah satu penyebab lancarnya suatu
membutuhkan lebih dari sekedar telinga
komunikasi.
kita.
5. Menanggapi
bergantung pada telinga, pikiran, dan hati.
kita
mampu
Kemampuan
menanggapi
merupakan
Pendengar
salah
yang
satu
baik
yang
selalu
dilakukan
Mendengarkan itu sendiri dapat diartikan
dengan cara memberikan perhatian dan
sebagai proses yang jauh lebih kompleks
ketertarikan pada lawan bicara.
daripada mendengar karena melibatkan
6. Mengingat
dimensi psikologis dan kognitif
Merupakan proses penyimpanan apa-apa
C. METODE PENELITIAN
yang telah kita dengar. Secara selektif
Penelitian ini merupakan penelitian
memperhatikan hal-hal penting ketika
kualitatif deskriptif dimana peneliti lebih
sedang mendengarkan pembicaraan public,
menekankan pada persoalan kontekstual
yang sering
dan tidak terikat dengan angka-angka,
menyajikan informasi yang
banyak dalam jangka waktu singkat
Selain
itu
dipengaruhi
hubungan
oleh
ukuran yang bersifat empiris serta data
interpersonal
dan
gambar. Subjek penelitian terdiri dari 7
komunikan selama penerimaan pesan.
orang. Dimana terdapat 3 remaja dari lapas
Proses
Klaten
penerimaan
komunikator
yang disampaikan dalam bentuk narasi dan
pesan
selama
komunikasi dipengaruhi oleh kopetensi
dan
Sahabat Kapas.
4
pendamping
Yayasan
Dalam penelitian ini menggunakan 3
penelitian. Sedangkan, dokumen privat
teknik pengumpulan data antara lain
dengan mengambil gambar atau foto
wawancara, observasi dan dokumentasi.
selama penelitian untuk menggambarkan
Pertama, wawancara dilakukan dengan
keadaanyang terjadi ditempat penelitian
wawancara terarah atau wawancara bebas
terjadi.
terpimpin dimana wawancara dilakukan
secara bebas tetapi terarah dengan berada
pada pokok permasalahan sehingga tidak
keluar dari topik penelitian. Selain itu,
wawancara dilakukan secara non-formal
dengan melontarkan setiap pertanyaan
disetiap kesempatandalam keadaan santai
dan akrab.
penelitian ini adalah menggunakan teknik
analisis dari Miles dan Huberman yaitu
peneliti menggunakan analisis interaktif.
Dimana model
analisis
interaktif ini
berbentuk seperti siklus yang artinya
peneliti bergerak diantara tiga komponen
analisis dengan proses pengumpulan data
Kedua, observasi dengan menggunakan
observasi
Teknik analisis yang digunakan dalam
jenis
overt-participant
atau
selama
kegiatan
berlangsung.
pengumpulan
Kemudian
partisipan yang tampak. Dimana subjek
pengumpulan
yang diteliti mengetahui kehadiran peniliti,
bergerak diantara tiga komponen analisa
namun dalam situasi ini peneliti seakan-
yaitu data reduction (reduksi data), data
akan tidak melakukan observasi melainkan
display (penyajian data), dan conclusion
berperan sebagai partisipan.
drawing atau verification.
Ketiga, dokumentasi pada penelitian ini
Penelitian
data
kali
berakhir,
setelah
ini
peneliti
menggunakan
berbentuk dokumen publik atau dokumen
validitas yang berupa triangulasi. Dimana
privat.
triangulasi
Dokumen
publik
peneliti
menurut
Sugiyono
adalah
menggunakan youtube dan website untuk
mengecek data yang sudah didapatkan dari
mendukung data yang diperoleh selama
berbagai sumber dengan berbagai cara, dan
Kedua,
berbagai waktu (Sugiyono, 2006:273).
keterlibatan
triangulasi sumber adalah membandingkan
Dengan
informasi yang telah diperoleh selama
kenalan dalam suatu hubungan akan
dilapangan
dideskripsikan,
berkembang dalam keterlibatan atau biasa
dikategorisasikan sehingga menghasilkan
disebut teman. Pada penelitian ini terlihat
kesimpulan.
dari remaja mulai merasa nyaman ketika
kemudian
Setelah melakukan analisis data yang
selama
dilapangan
terlihat
hubungan antarpribadi remaja dimulai
dengan pertama kontak dan perkenalan
(contact) dimana kontak fisik seperti tatap
muka ketika proses konseling antara ketiga
semua
pendamping
ketika
bertemu dengan remaja baru pertama
masuk lapas. Dan setiap melakukan proses
pendampingan
pendamping
selalu
mengajak berinteraksi remaja dengan cara
menyapa, menanyakan kabar. Begitu pula
yang dilakukan ketiga remaja pada saat
bertemu pertama kali dengan pendamping
atau
orang
beberapa
konseling. Remaja mulai memberikan
feedback kepada pendamping. Ditandai
dengan remaja mulai bercerita mengenai
hal
baru
yaitu
dengan
memperkenalkan diri seperti menyebutkan
nama, daerah asal diawal kegiatan.
yang
bersifat
umum,
misalnya
menceritakan megenai minat dan hobi
mereka.
Ketiga, kearaban (intimacy) dengan
remaja dan pendamping. Tahap perkenalan
dilakukan
waktu,
berkomunikasi dengan pendamping saat
D. PEMBAHASAN
diperoleh
berjalannya
(involvement)
berjalannya
waktu,
beberapa
kenalan
dalam suatu hubungan akan berkembang
dalam keterlibatan atau biasa disebut
teman. Pada penelitian ini terlihat dari
remaja mulai merasa nyaman ketika
berkomunikasi dengan pendamping saat
konseling. Remaja mulai memberikan
feedback kepada pendamping. Ditandai
dengan remaja mulai bercerita mengenai
hal
yang
bersifat
umum,
misalnya
menceritakan megenai minat dan hobi
eksternal, hambatan yang ditimbulkan dari
mereka
luar ruangan pendampingan seperti musik
Keempat, keakrapan
Sahabat
atau
teman
(intimacy)
yang terlalu keras, suara gaduh dari
menurut
narapidana lain. Karena waktu melakukan
akrab
Budyatna & Leila, 2011 adalah mereka
kegiatan
yang jumlahnya sedikit dengan siapa
narapidana dewasa mendapatkan waktu
seseorang
untuk keluar dari sel dan berada dihalaman
secara
mempunyai
saling
komitmen
bersama-sama
tingkat
ketergantungan,
pengungkapan,
kesenangan
konseling
bertepatan
dengan
tinggi,
lapas. Sehingga kegiatan yang dilakukan
kepercayaan,
biasanya mandi, sekedar berkomunikasi
di
dalam
persahabatan.
dengan narapidana lain dan bernyanyi
sebagai hiburan mereka.
Proses komunikasi tidak lepas dari
Upaya yang dilakukan pendamping
suatu hambatan. Hambatan yang terjadi
untuk mengurangi hambatan komunikasi
pada
adalah
komunikasi
interpersonal
dengan
menyesuaikan
jenis
pendamping terhadap remaja terdapat dua
kegiatan dengan keadaan yang ada. Karena
faktor. Pertama faktor internal, faktor
ketika
internal meliputi faktor psikologi remaja
mendominasi akan menjadikan komunikasi
dimana pada keadaan ini remaja terlihat
yang
murung dan kurang bersemangat untuk
Kegiatan tersebut seperti memberikan
mengikuti kegiatan konseling. Hal ini
game kepada remaja untuk meningkatkan
dirasakan oleh pendamping selama proses
semangat mereka, memberikan materi
konseling berjalan bahwa remaja terkadang
ketrampilan untuk mengasah kreativitas
mengalami masa dimana mereka terlihat
remaja.
murung dan tidak ada semangat untuk
melakukan
kegiatan.
Kedua
faktor
suara
yang
disampaikan
timbul
kurang
dari
luar
maksimal.
hubungan
E. PENUTUP
Masa remaja merupakan masa rentan
dimana
peran
sekolah
dan
keluarga,
baik
dengan
demikian
kepercayaan dan motivasi remaja akan
lingkungan
muncul kembali sehingga mampu kembali
sangat
ke lingkungan masyarakat dengan baik.
mempengaruhi tumbuh kembang menuju
Dari hasil penelitian menyebutkan untuk
masa dewasa. Remaja yang berhadapan
menjalin hubungan baik dengan remaja
dengan hukum secara psikologi memiliki
melewati beberapa tahapan komunikasi
tingkat kepercayaan diri lebih rendah
antara
daripada remaja pada umumnya. Melalui
(contact), Keterlibatan (involvement) dan
komunikasi yang baik akan menciptakan
Keakraban
masyarakat
lain:
Kontak
dan
Perkenalan
(intimacy)
.
DAFTAR PUSTAKA
Budyatna, Muhammad & Leila Mona Ganiem. 2011. Teori Komunikasi Antarpribadi. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Devito, A. Joseph. 2013. The Interpersonal Communication Book, Thirteenth th Ed.
Enjang. 2009. Komunikasi Konseling. Bandung:Nuansa
Mulyana,Deddy. 2000. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya
Santrock, John W. 2003. Adolescence Perkembangan Remaja. Penerjemah. Shinto. B Adelar
& Sherly Saragih. Jakarta: Erlangga
Sudarsyah, Asep. April 2013. Kerangka Analisis Data Fenomenologi. Jurnal Penelitian
Pendidikan. Volume 14 Nomor 1
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta