Sistim Transportasi Ikan Hidup
LIuleiln
lernologl Has11 Penkanon Vol. V No. I Th 1998
SISTIRl TRANSPORTASI IKAN HIDUI'
Olelr:
Sri Purnfaningsil~'
1
i
THP-5
ini akan memberikan kemungkinan mengurangi
tingkat kematian dan tujuan dari pengangkutan
dapat dicapai dengan baik (Handisoeparjo, 1982).
Tetapi cara pengangkutan ikati dalam wadah
walaupun sudah diberi suplai oksigen masill
rnempunyai kelemahan-kelemahan antara lain:
a. I'roduk yattg dapat diangkut relatif kccill
scdikit dengan origkos angkut yang relatif
tinggi karena adanya air.
b. Kebocoran airltumpahan air akan mengganggtl
terutama untuk angkutan udara.
c. ~ e r u s a k a nfisik pada produk mungkin terjadi
sebagai akibat benturan selama pengangkutan
(Dazuli, et al., 1992).
I'ada pasaran intcrnasional saat ini terjadi suatu
kccendenlngan pergeseran suatu pcrmintaall pasar
L I I I ~ kotiioditas
~ I ~
pcrikanari yaitu dari bct~ttlkmati
(beku, olahati lain) ke bentuk hidup. Dalam ha1
ini tentu saja meninibulkan batiyak niasalah
karena petigangkutan ikan dalam kondisi hidup
disamping mempunyai resiko tinggi juga biaya
yang tinggi.
Untuk pengangkutan ikan ukuran kotisu~ilsi
niisalnya, sangat diharapkan dapat mempertahankan kualitas ikan rnelalui dari daerah penianenan
Di Indonesia teknologi penanganan ikan hidup
sampai daerali pemasaran. Ikan untuk ukuran
dalam media tanpa air belum banyak dipelajari.
konsumsi ukurannya yang biasa dipasarkan adalah
Suatu percobaan yang dilakukan oleh Research
500 s a m ~ a i1000 gram. Pada hansportasi ikan
Institute of Fish Technology (Balai Penclitian
ukuran konsumsi ini dapat dilakukan dengan dua
Perikanan Laut (terhadap 5 kg ikan jenis Cyprirt~rs
cara yaiht pengangkutan ikan dalam air daii talipa
air atau dalarn kondisi lembab (Martyshev. 1983). ' cnrpio yang dimasukkan dalam tangki air dan
ditambalikan dengan es (cs : air = 1 : 3) seliitigga
\Valaupun di lndotiesia sudah banyak
suhu
air niencapai 10-12°C dapat bertahat~hidup
niernpunyai pengalaman ~tntukcara penanganan
selama
5 jam (Djazuli dan Handayani, 1992).
ikan secara hidup utituk berbagai komoditas
perikanat~ misalll),a bibit udatig, bibit bat~deng, Sedangkan penelilian yang telali dilaksanakan
oleh Prasetyani (1994) terhadap ikan gurarne
bibit ikan guranie, bibit ikan mas, lele, belut, sidat,
liidup dengan metode pemberokan, penenangall,
kepiting dan lobster, narnun sebagian besar cara
dan peminsanan dengan pembiusan, ikan tersebut
penanganantlya rnasili dalatii media air.
dapat
tahan sampai 6 jam dengan prosentase
Penganghtan ikan hidup dala~iiair menurut
kelulusan
hidup 50 %, nilai effisiensi kemasan
Berka (1986) biasanya dilakukan dalam dua
%.
51,16
sistern.
Adapun
langkah-langkah
untuk proses
a. Sisteni Terbuka
pengangkutan ikan tersebut adalah scbagai
I'ada sistcm terbuka ini, air dalam wadah dapat
berikut:
berhubuligan langsung dengan udara luar,
a. Ikan diberok selama 24 jam pada suhu f
sistem
ini
batiyak
dilakukan
untuk
27°C/suhu kamar.
pengangkotan jarak yang relatif dckat. Wadali
b.
Kemudian ikan ditetiangkan dengan cara
dapat bcmpa plastik atau loga~ii,untuk jarak
menahan
suhu air sebagai media hidup pada
yatig agak jauli dilakukan aerasi.
20°C
dcngan cara pemberian es dan
suhu
b. Sisteln Tertutup
aerasi
selama
12 jam.
Sistem ini mempunyai tingkat efisiensi yang
c.
Setelah
ikan
teliang
ikan dibius dengan cara
relatif tinggi pada jarak dan waktu terutama
melamtkan
cairan
ethylen
glikol nlonoperenyl
Wadah dapat
dalam petiggunaan tempat.
ether
dalam
air
pada
suhu
20°C.
nienggunakan kantong plastik atau kemasan
d. Kemudian ikan disusun dalam box styrafoam
lain yang lcrlutup rapat.
yang berisi serutan kayu basah dengan suliit
Pada
dasan~ya pengangkutan ikan liidup
12°C. Dimana bagian paling bawah dan paling
adalah niemaksa menenipatkan ikan dalam suatu
atas
dilapisi senttan kayu, sedang posisi ikan
lingkungan haru yang berlainan dengan
dengan
serutan kayu di1c:akkan sccara sclanglingkur~gant~saltiya,dimana dalam ha1 i t ~ i tontu
seling.
saja terjadi petubahati sifat lingkungan yang
Menurut Huet (1970) faktor-faktor penting
sangat mendadak.
Keberliasilan mengurangi
yang mempengarulii keherliasilan pengangkutan
pet~gamlipe111haIinn lingkutigaii yang mendadak
ikan hidup adalah spesies, temperamr air, lama
pcngangkutan, lama istiraiiat, umur, ukuran ikan,
ketalianan relatirf ikan, sifat alami watlail
ISSN - 0854 - 9230
penga~igkutan, kondisi kliniatologi pada saat
pengangkutan.
Sampai saat ini masalah yang dihadapi dalam
pengangkutan ikari hidup ialah tingkat mortalitas
yang cukup tinggi, yaitu sekitar 20%-30% baltkan
&pat niencapai 50-100% (Pritchard dalam
Vama~tl~uri.1964). llal ini disebabkan oleh
tinggiiiya
kadar
C 0 2 , akumulasi
NIl3,
Iiipcroktifit;~~
ikatt, i~ircksibaktcri dan luka fisik
akibat peiianganan yang kasar (Jhingran, 1985).
Salah satu cara untuk menulunkan tingkat
metabiiismi?
ikan
adalah
dengan
cara
memberoknya scbelum diangkut (Susena, 1985).
Ikan-ikan yang diberok paling sedikit 24 jam
sehelum diangkut, akan lebih tahan hidup dan
lebili tenang dari pnda ikan yang tidak diberok
(Suhardi dan Poertiomo, 1968).
Daftar I'ustz~ltn
Berka, R. 19SG. The Transportation of Live Fish.
A Riview. EUFAC Technology Paper, 48:l52.
Djazuli, N. dan T. llandayani 1992. Transportasi
ikan Hidup dan Olahari Hasil Laut. Balai
Bimbingan dan Pengujian
Perikanan. Jakarta.
Mutu
Hasil
Dazuli, N., Widiarto dan U. Senoaji.
1992.
Laporan Penangangan Kepiting dan Udang
Hidup. Balai Bimbingan dan Pengujian
Mutu Hasil Perikanan. Jakarta 23 halamiln.
Handisoepardjo, W. 1982. Studi Pendahuluan Es
Pada
Sebagai
Bahan
Penarnbah
I'engangkutan Be~iih Ikan Mas [CJJ/>~~I>II.Y
carpio L.) Karya Ilmiah Fakultas Perikanan,
Institut Pertanian Bogor 62 ha].
I-Iuet, M. 1970.
Texbook of Fish Cu!ture,
Breeding and Cultivation of Fish. Fis1iir.g
News Ltd., London.
Jhingran, V.G. dan R.S.V. Pullin. 1985. A
Ifatcheery Manual for The Common Corp.
ICLARM Studies and Riview 11: 74-80.
Martyshev, F.G. 1983.
Pond Fisheries.
PVl'
Ameerican Publishing Company.
Limited. New Delhi.
Suhardi dan A. Poernonio. 1968. Perkembangan
Penelitian Pengangkutan Benih. Laporan No.
54. LPPD. Bogor.
K
I;
n-
k<
P(
S,
6(
k~
te:
PI'
ko
fel
ke
Fl
deb
co:
u'lt
bee
chlr
20 :
the
in b
trea
niin
anal
2/10\
il~lll
nts
11trb
ISSN - 0854 - 9230
lernologl Has11 Penkanon Vol. V No. I Th 1998
SISTIRl TRANSPORTASI IKAN HIDUI'
Olelr:
Sri Purnfaningsil~'
1
i
THP-5
ini akan memberikan kemungkinan mengurangi
tingkat kematian dan tujuan dari pengangkutan
dapat dicapai dengan baik (Handisoeparjo, 1982).
Tetapi cara pengangkutan ikati dalam wadah
walaupun sudah diberi suplai oksigen masill
rnempunyai kelemahan-kelemahan antara lain:
a. I'roduk yattg dapat diangkut relatif kccill
scdikit dengan origkos angkut yang relatif
tinggi karena adanya air.
b. Kebocoran airltumpahan air akan mengganggtl
terutama untuk angkutan udara.
c. ~ e r u s a k a nfisik pada produk mungkin terjadi
sebagai akibat benturan selama pengangkutan
(Dazuli, et al., 1992).
I'ada pasaran intcrnasional saat ini terjadi suatu
kccendenlngan pergeseran suatu pcrmintaall pasar
L I I I ~ kotiioditas
~ I ~
pcrikanari yaitu dari bct~ttlkmati
(beku, olahati lain) ke bentuk hidup. Dalam ha1
ini tentu saja meninibulkan batiyak niasalah
karena petigangkutan ikan dalam kondisi hidup
disamping mempunyai resiko tinggi juga biaya
yang tinggi.
Untuk pengangkutan ikan ukuran kotisu~ilsi
niisalnya, sangat diharapkan dapat mempertahankan kualitas ikan rnelalui dari daerah penianenan
Di Indonesia teknologi penanganan ikan hidup
sampai daerali pemasaran. Ikan untuk ukuran
dalam media tanpa air belum banyak dipelajari.
konsumsi ukurannya yang biasa dipasarkan adalah
Suatu percobaan yang dilakukan oleh Research
500 s a m ~ a i1000 gram. Pada hansportasi ikan
Institute of Fish Technology (Balai Penclitian
ukuran konsumsi ini dapat dilakukan dengan dua
Perikanan Laut (terhadap 5 kg ikan jenis Cyprirt~rs
cara yaiht pengangkutan ikan dalam air daii talipa
air atau dalarn kondisi lembab (Martyshev. 1983). ' cnrpio yang dimasukkan dalam tangki air dan
ditambalikan dengan es (cs : air = 1 : 3) seliitigga
\Valaupun di lndotiesia sudah banyak
suhu
air niencapai 10-12°C dapat bertahat~hidup
niernpunyai pengalaman ~tntukcara penanganan
selama
5 jam (Djazuli dan Handayani, 1992).
ikan secara hidup utituk berbagai komoditas
perikanat~ misalll),a bibit udatig, bibit bat~deng, Sedangkan penelilian yang telali dilaksanakan
oleh Prasetyani (1994) terhadap ikan gurarne
bibit ikan guranie, bibit ikan mas, lele, belut, sidat,
liidup dengan metode pemberokan, penenangall,
kepiting dan lobster, narnun sebagian besar cara
dan peminsanan dengan pembiusan, ikan tersebut
penanganantlya rnasili dalatii media air.
dapat
tahan sampai 6 jam dengan prosentase
Penganghtan ikan hidup dala~iiair menurut
kelulusan
hidup 50 %, nilai effisiensi kemasan
Berka (1986) biasanya dilakukan dalam dua
%.
51,16
sistern.
Adapun
langkah-langkah
untuk proses
a. Sisteni Terbuka
pengangkutan ikan tersebut adalah scbagai
I'ada sistcm terbuka ini, air dalam wadah dapat
berikut:
berhubuligan langsung dengan udara luar,
a. Ikan diberok selama 24 jam pada suhu f
sistem
ini
batiyak
dilakukan
untuk
27°C/suhu kamar.
pengangkotan jarak yang relatif dckat. Wadali
b.
Kemudian ikan ditetiangkan dengan cara
dapat bcmpa plastik atau loga~ii,untuk jarak
menahan
suhu air sebagai media hidup pada
yatig agak jauli dilakukan aerasi.
20°C
dcngan cara pemberian es dan
suhu
b. Sisteln Tertutup
aerasi
selama
12 jam.
Sistem ini mempunyai tingkat efisiensi yang
c.
Setelah
ikan
teliang
ikan dibius dengan cara
relatif tinggi pada jarak dan waktu terutama
melamtkan
cairan
ethylen
glikol nlonoperenyl
Wadah dapat
dalam petiggunaan tempat.
ether
dalam
air
pada
suhu
20°C.
nienggunakan kantong plastik atau kemasan
d. Kemudian ikan disusun dalam box styrafoam
lain yang lcrlutup rapat.
yang berisi serutan kayu basah dengan suliit
Pada
dasan~ya pengangkutan ikan liidup
12°C. Dimana bagian paling bawah dan paling
adalah niemaksa menenipatkan ikan dalam suatu
atas
dilapisi senttan kayu, sedang posisi ikan
lingkungan haru yang berlainan dengan
dengan
serutan kayu di1c:akkan sccara sclanglingkur~gant~saltiya,dimana dalam ha1 i t ~ i tontu
seling.
saja terjadi petubahati sifat lingkungan yang
Menurut Huet (1970) faktor-faktor penting
sangat mendadak.
Keberliasilan mengurangi
yang mempengarulii keherliasilan pengangkutan
pet~gamlipe111haIinn lingkutigaii yang mendadak
ikan hidup adalah spesies, temperamr air, lama
pcngangkutan, lama istiraiiat, umur, ukuran ikan,
ketalianan relatirf ikan, sifat alami watlail
ISSN - 0854 - 9230
penga~igkutan, kondisi kliniatologi pada saat
pengangkutan.
Sampai saat ini masalah yang dihadapi dalam
pengangkutan ikari hidup ialah tingkat mortalitas
yang cukup tinggi, yaitu sekitar 20%-30% baltkan
&pat niencapai 50-100% (Pritchard dalam
Vama~tl~uri.1964). llal ini disebabkan oleh
tinggiiiya
kadar
C 0 2 , akumulasi
NIl3,
Iiipcroktifit;~~
ikatt, i~ircksibaktcri dan luka fisik
akibat peiianganan yang kasar (Jhingran, 1985).
Salah satu cara untuk menulunkan tingkat
metabiiismi?
ikan
adalah
dengan
cara
memberoknya scbelum diangkut (Susena, 1985).
Ikan-ikan yang diberok paling sedikit 24 jam
sehelum diangkut, akan lebih tahan hidup dan
lebili tenang dari pnda ikan yang tidak diberok
(Suhardi dan Poertiomo, 1968).
Daftar I'ustz~ltn
Berka, R. 19SG. The Transportation of Live Fish.
A Riview. EUFAC Technology Paper, 48:l52.
Djazuli, N. dan T. llandayani 1992. Transportasi
ikan Hidup dan Olahari Hasil Laut. Balai
Bimbingan dan Pengujian
Perikanan. Jakarta.
Mutu
Hasil
Dazuli, N., Widiarto dan U. Senoaji.
1992.
Laporan Penangangan Kepiting dan Udang
Hidup. Balai Bimbingan dan Pengujian
Mutu Hasil Perikanan. Jakarta 23 halamiln.
Handisoepardjo, W. 1982. Studi Pendahuluan Es
Pada
Sebagai
Bahan
Penarnbah
I'engangkutan Be~iih Ikan Mas [CJJ/>~~I>II.Y
carpio L.) Karya Ilmiah Fakultas Perikanan,
Institut Pertanian Bogor 62 ha].
I-Iuet, M. 1970.
Texbook of Fish Cu!ture,
Breeding and Cultivation of Fish. Fis1iir.g
News Ltd., London.
Jhingran, V.G. dan R.S.V. Pullin. 1985. A
Ifatcheery Manual for The Common Corp.
ICLARM Studies and Riview 11: 74-80.
Martyshev, F.G. 1983.
Pond Fisheries.
PVl'
Ameerican Publishing Company.
Limited. New Delhi.
Suhardi dan A. Poernonio. 1968. Perkembangan
Penelitian Pengangkutan Benih. Laporan No.
54. LPPD. Bogor.
K
I;
n-
k<
P(
S,
6(
k~
te:
PI'
ko
fel
ke
Fl
deb
co:
u'lt
bee
chlr
20 :
the
in b
trea
niin
anal
2/10\
il~lll
nts
11trb
ISSN - 0854 - 9230