fermentasi ransum di dalam rumen, tingkat kelarutan ransum maupun daya tampung rumen. Hasil tersebut juga diperkuat dengan pendapat Parakkasi, 1999
yang menyatakan konsumsi kambing dipengaruhi oleh beberapa faktor yang kompleks meliputi faktor hewannya sendiri, pakan yang diberikan dan lingkungan
tempat ternak dipelihara sehingga jika kondisi fisik dan fisiologis ternak, lingkungan tempat ternak dipelihara dan kualitas pakan yang diberikan seragam
akan menyebabkan tingkat konsumsi yang sama pula.
4.2. Produksi Susu
Berdasarkan hasil penelitian rata-rata produksi susu pada kambing PE yang telah mendapat perlakuan lama
massage
dan pakan dengan imbangan hijauan- konsentrat yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 5. berikut ini :
Tabel 5. Rata-rata Produksi Susu Kambing Percobaan setelah Mendapatkan Perlakuan Perbedaan Lama M
assage
dan Pakan
Massage Produksi Susuml
Hasil Uji Statistik Taraf 5
P1 P2
P3 M0
343,75 268,75
287,50 M1
362,50 287,50
312,50
TB
M2 322,50
250,00 293,75
Keterangan : TB = Tidak Berbeda Nyata Berdasarkan data di atas dapat dilihat pada Ilustrasi grafik diagram batang
sebagai berikut :
Ilustrasi 3. Grafik Diagram Batang Produksi Susu Kambing Percobaan setelah Mendapatkan Perlakuan Perbedaan Lama
Massage
dan Pakan
Berdasarkan data dalam Tabel 5. di atas produksi susu kambing perah setelah mendapatkan perlakuan lama
massage
dan pakan dengan pemberian Imbangan hijauan-konsentrat yang berbeda menunjukkan hasil tidak berbeda nyata. Hal ini
dikarenakan bahwa perbedaan lama
massage
tidak memberikan respon peningkatan produksi susu. Dapat dilihat dari data produksi susu di atas Tabel
5.. Hasil produksi susu yang dihasilkan pada penelitian ini yaitu produksi susu yang paling tinggi pada perlakuan M1 sedangkan hasil produksi susu yang paling
rendah pada perlakuan M2. Perlakuan M2 dengan lama
massage
selama 5 menit menunjukkan dampak negatif terhadap produksi susu karena, terlalu lamanya
perlakuan
massage
dapat mengakibatkan tingkat stress yang tinggi sehingga menyebabkan rangsangan menjadi tidak sempurna akibatnya produksi susunya
menurun. Produksi susu tidak maksimal dikarenakan aktifitas hormon oksitosin yang menurun. Hormon oksitosin dalam darah tidak akan bertahan lama sehingga
100 150
200 250
300 350
400
M0 Tanpa massage M1 3 menit
M2 5 menit
p ro
d u
ks i s
u su
ml
Lama massage
Produksi Susu
P1 80:20
P2 70:30
P3 60:40
Pakan
jika perlakuan
massage
terlalu lama hormon oksitosin tidak akan bekerja secara optimal dan akan berpengaruh terhadap kerja sel
myoepithel
yang akan mengakibatkan susu yang dihasilkan tidak maksimal dan akan mengalami
penurunan. Hasil penelitian Prihadi 1996, yang menyatakan kontraksi sel
myoepithel
terjadi 20-60 detik setelah adanya stimulasi pada puting aktifitas hormon oksitosin dalam darah hanya bertahan sampai 6-8 menit pada sapi karena
itu sangat penting menyelesaikan proses pemerahan dengan cepat selama hormon oksitosin masih aktif yang dapat menyebabkan
myoepithel
berkontraksi. Soetarno 1999 menambahkan apabila setelah dilakukan perangsangan tidak segera
dilakukan pemerahan maka pengaruh hormon oksitosin akan segera hilang. Keadaan ini akan menyebabkan kontraksi sel-sel
myoepithel
juga akan segera berhenti, sebagai akibatnya
milk ejection
juga akan berhenti. Pada perlakuan M0 yaitu tidak dilakukan perangsangan
massage
didapatkan hasil yang lebih rendah dibandingkan dengan M1 dan lebih tinggi dibandingkan
M2 yaitu dengan rata-rata 343,70ml. Perlakuan M0 hormon oksitosin tidak bekerja dengan sempurna karena tidak dilakukannya perangsangan pada ambing
sebelum pemerahan. Susu tidak akan dihasilkan jika tidak ada rangsangan saraf yang melewati
hypothalamus
yang menyebabkan dikeluarkannya oksitosin. Rata- rata produksi susu yang dihasilkan pada penelitian ini masih kurang dari standart.
Sesuai dengan hasil penelitian Triwulaningsih 1986, yang berpendapat bahwa produksi susu kambing perah PE yaitu 0,498-0,692 liter per ekor per hari dengan
produksi tertinggi dicapai 0,868 liter. Sodiq dan Abidin 2002 menambahkan,
produksi susu kambing perah PE yaitu 0,45-2,2 liter per hari.
Pemberian Imbangan Pakan yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang nyata, hal ini dikarenakan kapasitas rumen yang hampir sama, sehingga
kemampuan dalam mengkonsumsi ransum juga hampir sama. Jumlah produksi susu yang tidak berbeda nyata dapat dipengaruhi oleh kualitas dan komposisi
ransum yang terkandung di dalamnya. Ensminger 2001, menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya produksi susu adalah dari
segi pemberian pakan dan minum. Pakan yang diberikan untuk ternak harus dapat memenuhi kebutuhannya untuk hidup pokok dan reproduksi.
4.3. Lemak Susu