Tata, 2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMODELAN DAN ABSTRAKSI MATEMATIS SERTA MOTIVASI
BELAJAR SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL KOLABORATIF
Universitas Pendidikan Indonesia |
\.upi.edu perpustakaan.upi.edu
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil temuan yang telah dikemukakan pada bagian terdahulu dapat diambil beberapa kesimpulan yang berkaitan dengan faktor pembelajaran,
kemampuan pemodelan matematis, kemampuan abstraksi matematis, dan motivasi belajar siswa. Kesimpulan-kesimpulan tersebut adalah:
1. Terdapat perbedaan pencapaian dan peningkatan kemampuan pemodelan
matematis siswa antara yang memperoleh pembelajaran kontekstual kolaboratif PKK, pembelajaran kontekstual PK, dan pembelajaran biasa
PB. Pencapaian dan peningkatan kemampuan pemodelan matematis siswa yang memperoleh PKK secara signifikan lebih baik daripada yang
memperoleh PK dan PB. Pencapaian kemampuan pemodelan matematis siswa yang memperoleh PKK berada pada kualifikasi sedang, sedangkan yang
memperoleh PK dan PB berada pada kualifikasi rendah. Peningkatan kemampuan pemodelan matematis siswa yang memperoleh PKK dan PK
berada pada kualifikasi sedang, sedangkan yang memperoleh PB berada pada kualifikasi rendah.
a. Ditinjau dari level sekolah sedang, pencapaian dan peningkatan
kemampuan pemodelan matematis siswa yang memperoleh PKK lebih baik daripada siswa yang memperoleh PK dan PB. Pencapaian
kemampuan pemodelan matematis siswa yang berpengetahuan awal tinggi yang memperoleh PKK berada pada kualifikasi tinggi, sedangkan
pencapaian dan peningkatan kemampuan pemodelan matematis siswa yang berpengetahuan awal sedang dan rendah berada pada kualifikasi
sedang. b.
Ditinjau dari level sekolah tinggi, pencapaian dan peningkatan kemampuan pemodelan matematis siswa yang memperoleh PKK lebih
Tata, 2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMODELAN DAN ABSTRAKSI MATEMATIS SERTA MOTIVASI
BELAJAR SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL KOLABORATIF
Universitas Pendidikan Indonesia |
\.upi.edu perpustakaan.upi.edu
baik daripada siswa yang memperoleh PK dan PB. Pencapaian kemampuan pemodelan matematis siswa berpengetahuan tinggi yang
memperoleh PKK berada pada kualifikasi tinggi dan peningkatannya berada pada kualifikasi sedang, sedangkan pencapaian kemampuan
pemodelan matematis siswa berpengetahuan awal sedang dan rendah yang memperoleh PKK berada pada kualifikasi tinggi dan peningkatannya
berada pada kualifikasi sedang. 2.
Tidak terdapat interaksi antara kelompok pembelajaran PKK, PK, PB dan level sekolah tinggi, sedang dalam pencapaian dan peningkatan kemampuan
pemodelan matematis siswa. Berarti secara bersamaan faktor kelompok pembelajaran dan level sekolah tidak memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap pencapaian dan peningkatan kemampuan pemodelan matematis siswa. Pencapaian dan peningkatan kemampuan pemodelan matematis siswa
pada sekolah level tinggi dan sedang yang memperoleh PKK lebih baik dari pada yang memperoleh PK dan PB. Pencapaian kemampuan pemodelan
matematis siswa pada sekolah level tinggi yang memperoleh PKK tergolong kualifikasi tinggi dan peningkatannya tergolong kualifikasi sedang. Demikian
pula, siswa level sekolah sedang yang memperoleh PKK pencapaian dan peningkatannya tergolong kualifikasi sedang. Pada siswa level sekolah tinggi
dan sedang, PKK lebih berpengaruh terhadap kemampuan pemodelan matematis dibandingkan dengan PK dan PB.
3. Tidak terdapat interaksi antara kelompok pembelajaran PKK, PK, PB dan
pengetahuan awal matematika bawah, tengah, atas dalam pencapaian dan peningkatan kemampuan pemodelan matematis siswa. Berarti secara
bersamaan faktor kelompok pembelajaran dan pengetahuan awal matematika tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pencapaian dan
peningkatan kemampuan pemodelan matematis siswa. Pencapaian dan peningkatan kemampuan pemodelan matematis siswa kelompok atas, tengah,
dan bawah yang memperoleh PKK lebih baik daripada yang memperoleh PK dan PB. Pencapaian kemampuan pemodelan matematis siswa kelompok atas
Tata, 2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMODELAN DAN ABSTRAKSI MATEMATIS SERTA MOTIVASI
BELAJAR SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL KOLABORATIF
Universitas Pendidikan Indonesia |
\.upi.edu perpustakaan.upi.edu
yang memperoleh PKK tergolong kualifikasi tinggi dan peningkatannya tergolong kualifikasi sedang. Siswa kelompok tengah dan bawah yang
memperoleh PKK pencapaian dan peningkatannya tergolong kualifikasi sedang. Pada semua kelompok siswa, PKK lebih berpengaruh terhadap
pencapaian dan peningkatan kemampuan pemodelan matematis siswa dibandingkan dengan dua pembelajaran lainnya. Sehingga pembelajaran
kontekstual kolaboratif cocok diterapkan pada setiap level pengetahuan awal matematika.
4. Terdapat perbedaan pencapaian dan peningkatan kemampuan abstraksi
matematis siswa antara yang memperoleh pembelajaran kontekstual kolaboratif PKK, pendekatan kontekstual PK, dan pembelajaran biasa
PB. Ditinjau dari siswa secara keseluruhan, pencapaian dan peningkatan kemampuan abstraksi matematis siswa yang memperoleh PKK secara
signifikan lebih baik daripada yang memperoleh PK dan PB. Kualitas pencapaian dan peningkatan kemampuan abstraksi matematis siswa yang
memperoleh PKK berada pada kategori sedang, sedangkan yang memperoleh PK pencapaiannya berada pada kualitas rendah dan peningkatannya berada
pada kualitas sedang, dan yang memperoleh PB pencapaian dan peningkatannya berada pada kualitas rendah.
a. Ditinjau dari level sekolah sedang, pencapaian dan peningkatan
kemampuan abstraksi matematis siswa yang memperoleh PKK lebih baik daripada siswa yang memperoleh PK dan PB. Selanjutnya berdasarkan
pengetahuan awal siswa diperoleh: 1 siswa yang berpengetahuan awal tinggi yang menggunakan PKK memperoleh pencapaian dan peningkatan
kemampuan abstraksi matematis yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang menggunakan PK dan PB. Kualitas pencapaian dan
peningkatan kemampuan abstraksi matematis siswa berpengetahuan tinggi yang memperoleh PKK berada pada kategori tinggi; 2 siswa
yang berpengetahuan awal sedang yang menggunakan PKK memperoleh pencapaian dan peningkatan kemampuan abstraksi matematis yang lebih
Tata, 2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMODELAN DAN ABSTRAKSI MATEMATIS SERTA MOTIVASI
BELAJAR SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL KOLABORATIF
Universitas Pendidikan Indonesia |
\.upi.edu perpustakaan.upi.edu
baik dibandingkan dengan siswa yang menggunakan PK dan PB. Kualitas pencapaian dan peningkatan kemampuan abstraksi matematis
siswa berpengetahuan awal sedang yang memperoleh PKK berada pada kategori sedang; 3 siswa yang berpengetahuan awal rendah yang
menggunakan PKK
memperoleh pencapaian
dan peningkatan
kemampuan abstraksi matematis yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang menggunakan PK dan PB. Kualitas pencapaian kemampuan
abstraksi matematis siswa berkemampuan awal rendah yang memperoleh PKK berada pada kategori rendah dan peningkatannya berada pada
kategori sedang. PKK dan PK belum optimal meningkatkan kemampuan abstraksi matematis siswa berkemampuan rendah pada sekolah level
sedang. b.
Ditinjau dari level sekolah tinggi, pencapaian dan peningkatan kemampuan abstraksi matematis siswa yang memperoleh PKK lebih baik
daripada siswa yang memperoleh PK dan PB. Selanjutnya berdasarkan pengetahuan awal siswa diperoleh: 1 siswa yang berpengetahuan awal
tinggi yang menggunakan PKK memperoleh pencapaian dan peningkatan kemampuan abstraksi matematis yang lebih baik dibandingkan dengan
siswa yang menggunakan PK dan PB. Kualitas pencapaian kemampuan abstraksi matematis siswa berpengetahuan tinggi yang memperoleh PKK
berada pada kategori tinggi dan peningkatannya berada pada kategori sedang; 2 siswa yang berpengetahuan awal sedang yang menggunakan
PKK memperoleh pencapaian dan peningkatan kemampuan abstraksi matematis yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang
menggunakan PK dan PB. Kualitas pencapaian dan peningkatan kemampuan abstraksi matematis siswa berpengetahuan awal sedang yang
memperoleh PKK berada pada kategori sedang; 3 siswa yang berpengetahuan awal rendah yang menggunakan PKK memperoleh
pencapaian dan peningkatan kemampuan abstraksi matematis yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang menggunakan PK dan PB.
Tata, 2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMODELAN DAN ABSTRAKSI MATEMATIS SERTA MOTIVASI
BELAJAR SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL KOLABORATIF
Universitas Pendidikan Indonesia |
\.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Kualitas pencapaian
kemampuan abstraksi
matematis siswa
berkemampuan awal rendah yang memperoleh PKK berada pada kategori rendah dan peningkatannya berada pada kategori sedang.
5. Terdapat interaksi antara kelompok pembelajaran PKK, PK, PB dan level
sekolah tinggi, sedang dalam pencapaian dan peningkatan kemampuan abstraksi matematis siswa. Berarti terdapat perbedaan yang signifikan
pencapaian dan peningkatan kemampuan abstraksi matematis siswa berdasarkan kelompok pembelajaran dan level sekolah. Secara rinci, ada
interaksi antara pembelajaran PK dan PB dengan level sekolah tinggi dan sedang terhadap pencapaian dan peningkatan kemampuan abstraksi
matematis siswa. Pada level sekolah tinggi maupun level sekolah sedang, pencapaian dan peningkatan kemampuan abstraksi matematis siswa yang
memperoleh PKK lebih baik daripada dua pembelajaran lainnya. Siswa level sekolah tinggi dan sedang yang memperoleh PKK pencapaiannya tergolong
kualifikasi tinggi, sedangkan peningkatannya tergolong kualifikasi sedang. Pada semua level sekolah, PKK lebih berpengaruh terhadap pencapaian dan
peningkatan kemampuan abstraksi matematis siswa dibandingkan dengan dua pembelajaran lainnya.
6. Terdapat interaksi antara kelompok model pembelajaran PKK, PK, PB dan
pengetahuan awal matematika bawah, tengah, atas dalam pencapaian dan peningkatan kemampuan abstraksi matematis siswa. Berarti terdapat
perbedaan yang signifikan pencapaian dan peningkatan abstraksi matematis siswa berdasarkan kelompok pembelajaran dan pengetahuan awal matematika.
Ada interaksi antara pembelajaran PK dan PB dengan pengetahuan awal matematika atas dan tengah terhadap pencapaian dan peningkatan
kemampuan abstraksi matematis siswa. Pencapaian dan peningkatan kemampuan abstraksi matematis siswa yang memperoleh PKK pada
kelompok atas, tengah dan bawah lebih baik dibandingkan dengan dua pembelajaran lainnya. Pencapaian kemampuan abstraksi matematis siswa
yang memperoleh PKK pada kelompok atas tergolong kualifikasi tinggi, pada
Tata, 2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMODELAN DAN ABSTRAKSI MATEMATIS SERTA MOTIVASI
BELAJAR SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL KOLABORATIF
Universitas Pendidikan Indonesia |
\.upi.edu perpustakaan.upi.edu
kelompok tengah tergolong kualifikasi sedang, dan kelompok bawah tergolong kualifikasi rendah. Begitu juga peningkatan kemampuan abstraksi
matematis siswa yang memperoleh PKK pada kelompok atas tergolong kualifikasi tinggi, pada kelompok tengah dan bawah tergolong kualifikasi
sedang. PKK berpengaruh terhadap pencapaian dan peningkatan kemampuan abstraksi matematis siswa pada setiap level pengetahuan awal matematika.
7. Terdapat perbedaan pencapaian dan peningkatan motivasi belajar siswa dalam
matematika antara yang memperoleh pembelajaran kontekstual kolaboratif PKK, pendekatan kontekstual PK, dan pembelajaran biasa PB. Ditinjau
dari siswa secara keseluruhan, pencapaian dan peningkatan motivasi belajar siswa yang memperoleh PKK dan PK secara signifikan lebih baik daripada
yang memperoleh PB. Pencapaian motivasi belajar siswa yang memperoleh PKK dan PK serta PB berada pada kualifikasi tinggi dan peningkatannya
berada pada kualifikasi rendah. a.
Ditinjau dari level sekolah sedang, pencapaian dan peningkatan motivasi belajar siswa yang memperoleh PKK lebih baik daripada siswa yang
memperoleh PK dan PB. Selanjutnya berdasarkan pengetahuan awal siswa diperoleh: 1 Pencapaian motivasi belajar siswa kelompok atas
pada sekolah level sedang yang memperoleh PKK, PK, dan PB berada pada kualifikasi tinggi, sedangkan peningkatanya berada pada kualifikasi
rendah; 2 Pencapaian motivasi belajar siswa kelompok tengah pada sekolah level sedang yang memperoleh PKK dan PK berada pada
kualifikasi tinggi, namun peningkatannya berada pada kualifikasi rendah; 3 siswa yang kelompok bawah pada sekolah level sedang yang
menggunakan PKK memperoleh pencapaian dan peningkatan motivasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang menggunakan
PK dan PB. Pencapaian motivasi belajar siswa kelompok bawah pada sekolah level sedang yang memperoleh PKK berada pada kualifikasi
tinggi dan peningkatannya berada pada kualifikasi rendah.
Tata, 2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMODELAN DAN ABSTRAKSI MATEMATIS SERTA MOTIVASI
BELAJAR SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL KOLABORATIF
Universitas Pendidikan Indonesia |
\.upi.edu perpustakaan.upi.edu
b. Ditinjau dari level sekolah tinggi, pencapaian dan peningkatan motivasi
belajar siswa yang memperoleh PKK lebih baik daripada siswa yang memperoleh PK dan PB. Selanjutnya berdasarkan pengetahuan awal
siswa diperoleh: 1 siswa kelompok atas yang menggunakan PKK memperoleh pencapaian dan peningkatan motivasi belajar yang lebih
baik dibandingkan dengan siswa yang menggunakan PK dan PB. Pencapaian motivasi belajar siswa kelompok atas yang memperoleh
ketiga model pembelajaran berada pada kualifikasi tinggi, sedangkan peningkatannya dari ketiga model pembelajaran berada pada kualifikasi
sedang; 2 siswa kelompok sedang yang menggunakan PKK memperoleh pencapaian dan peningkatan motivasi belajar siswa yang
lebih baik dibandingkan dengan siswa yang menggunakan PK dan PB. Pencapaian motivasi belajar siswa kelompok tengah yang memperoleh
ketiga model pembelajaran berada pada kualifikasi tinggi, sedangkan peningkatannya dari ketiga model pembelajaran berada pada kualifikasi
rendah; 3 siswa kelompok bawah yang menggunakan PKK memperoleh pencapaian dan peningkatan motivasi belajar yang lebih
baik dibandingkan dengan siswa yang menggunakan PK dan PB. Pencapaian motivasi belajar siswa kelompok bawah yang memperoleh
ketiga model pembelajaran berada pada kualifikasi sedang, sedangkan peningkatannya dari ketiga model pembelajaran berada pada kualifikasi
rendah. 8.
a. Tidak terdapat interaksi antara faktor pembelajaran PKK, PK, PB dengan faktor level sekolah tinggi, sedang terhadap pencapaian
motivasi belajar siswa. Berarti secara bersamaan faktor kelompok pembelajaran dan level sekolah tidak memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap pencapaian motivasi belajar siswa. Siswa level sekolah tinggi dan sedang, pencapaian motivasi belajar dengan PKK
lebih baik daripada PK dan PB. Siswa level sekolah tinggi pada ketiga pembelajaran tergolong kualifikasi tinggi. Demikian pula, siswa level
Tata, 2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMODELAN DAN ABSTRAKSI MATEMATIS SERTA MOTIVASI
BELAJAR SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL KOLABORATIF
Universitas Pendidikan Indonesia |
\.upi.edu perpustakaan.upi.edu
sekolah sedang pada PKK dan PK, pencapaian motivasi belajar siswanya tergolong kualifikasi tinggi, sedangkan pada PB tergolong kualifikasi
sedang. Pada siswa level sekolah tinggi dan sedang, PKK lebih berpengaruh terhadap pencapaian motivasi belajar siswa dalam
matematika dibandingkan dengan PK dan PB. b. Terdapat interaksi antara faktor pembelajaran PKK, PK, PB dan level
sekolah tinggi, sedang dalam peningkatan motivasi belajar siswa. Berarti terdapat perbedaan yang signifikan peningkatan motivasi belajar
siswa berdasarkan kelompok pembelajaran dan level sekolah. Secara rinci, ada interaksi antara pembelajaran PKK dan PB, PK dan PB
dengan level sekolah tinggi dan sedang. Tetapi, tidak ada interaksi antara pembelajaran PKK dan PK dengan level sekolah tinggi dan
sedang. Pada level sekolah sedang, peningkatan motivasi belajar siswa dengan PKK lebih baik daripada dua pembelajaran lainnya, sedangkan
pada level sekolah tinggi PB lebih baik daripada dua pembelajaran lainya berarti PKK dan PK belum optimal meningkatkan motivasi belajar siswa
pada sekolah level tinggi. Peningkatan motivasi belajar siswa pada level sekolah tinggi dan sedang yang memperoleh ketiga model pembelajaran
tergolong kualifikasi rendah. Pada level sekolah sedang, PKK lebih berpengaruh terhadap peningkatan motivasi belajar siswa dibandingkan
dengan dua pembelajaran lainnya. 9.
a. Tidak terdapat interaksi antara faktor pembelajaran PKK, PK, PB dan pengetahuan awal matematika tinggi, sedang, rendah dalam pencapaian
motivasi belajar siswa. Berarti secara bersamaan faktor kelompok pembelajaran dan pengetahuan awal matematika tidak memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap pencapaian motivasi belajar siswa dalam matematika. Siswa kelompok atas, tengah, dan bawah pada PKK
motivasi belajarnya lebih baik daripada PK dan PB. Siswa kelompok atas pada ketiga model pembelajaran motivasi belajarnya tergolong
kualifikasi tinggi. Siswa kelompok tengah pada PKK dan PK motivasi
Tata, 2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMODELAN DAN ABSTRAKSI MATEMATIS SERTA MOTIVASI
BELAJAR SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL KOLABORATIF
Universitas Pendidikan Indonesia |
\.upi.edu perpustakaan.upi.edu
belajarnya tergolong kualifikasi tinggi, sedangkan pada PB tergolong kualifikasi sedang. Siswa kelompok bawah pada ketiga model
pembelajaran motivasi belajarnya tergolong kualifikasi sedang. Pada semua kelompok siswa, PKK lebih berpengaruh terhadap pencapaian
motivasi belajar siswa dalam matematika dibandingkan dengan dua pembelajaran lainnya.
b. Terdapat interaksi antara faktor pembelajaran PKK, PK, PB dan pengetahuan awal matematika tinggi, sedang, rendah dalam
peningkatan motivasi belajar siswa. Berarti terdapat perbedaan yang signifikan peningkatan motivasi belajar siswa berdasarkan kelompok
pembelajaran dan pengetahuan awal matematika. Secara rinci, ada interaksi antara pembelajaran PKK dan PB, PK dan PB dengan
pengetahuan awal matematika bawah dan tengah, tengah dan atas. Pada siswa kelompok atas, tengah dan bawah, peningkatan motivasi
belajar siswa dengan PKK lebih baik daripada PK dan PB. Peningkatan motivasi belajar siswa kelompok atas, tengah dan bawah yang
memperoleh ketiga model pembelajaran tergolong kualifikasi rendah. PKK dibandingkan dengan dua pembelajaran lainnya, lebih berpengaruh
terhadap peningkatan motivasi belajar siswa dalam matematika pada semua kelompok siswa.
10. Terdapat korelasi antara kemampuan pemodelan matematis dan kemampuan
abstraksi matematis. Terdapat korelasi antara kemampuan pemodelan matematis dan motivasi belajar siswa. Terdapat korelasi antara kemampuan
abstraksi matematis dan motivasi belajar siswa. 11.
Gambaran kinerja siswa secara umum dalam menyelesaikan soal adalah: kurang memperhatikan pertanyaan dalam soal atau kurang teliti dalam
memahami soal sehingga jawaban siswa kurang lengkap; masih lemah dalam mengubah soal cerita ke dalam model matematis; menjawab soal kurang hati-
hati sehingga bentuk aljabar yang dibuat kurang tepat; dan tidak memeriksa kembali apa yang telah dikerjakan. Pada kemampuan pemodelan matematis,
Tata, 2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMODELAN DAN ABSTRAKSI MATEMATIS SERTA MOTIVASI
BELAJAR SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL KOLABORATIF
Universitas Pendidikan Indonesia |
\.upi.edu perpustakaan.upi.edu
siswa yang memperoleh PKK lemah pada aspek menyelesaikan masalah matematis serta interpretasinya, sedangkan pada PK dan PB, siswa lemah pada
dua aspek tersebut dan mevalidasi model matematis dalam hal memeriksa kebenaran model matematis yang dibuat. Kekeliruan siswa pada masing-
masing aspek seragam, secara umum berturut-turut seperti: masih keliru dalam membuat bentuk aljabar sesuai dengan permasalahan; belum mampu
membuat simbol terhadap informasi yang diketahui walaupun sudah mampu membuat asumsi-asumsi terhadap peristiwa yang terjadi; siswa belum dapat
membuat persamaan yang menghubungkan antara variabel x dan y; kurang memahami penggunaan konsep persamaan. Pada kemampuan abstraksi
matematis, siswa yang memperoleh PKK lemah pada aspek membuat generalisasi dan membentuk konsep matematika terkait konsep yang lain,
sedangkan pada pembelajaran PK dan PB, siswa lemah pada dua aspek tersebut serta aspek mengekstraksi situasi masalah terhadap matematika dan
pembentukan objek matematika lebih lanjut. Kekeliruan siswa pada masing- masing aspek seragam, secara umum berturut-turut seperti: siswa belum dapat
membuat kalimat matematika sesuai dengan masalah kontekstual yang diberikan; keliru dalam membuat bentuk aljabar; keliru dalam membuat
persamaan yang ekuivalen; dan kurang memahami konsep persamaan.
B. Implikasi