GAMBARAN GAYA HIDUP PENDERITA HIPERTENSI DI KECAMATAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

(1)

i

GAMBARAN GAYA HIDUP PENDERITA HIPERTENSI

DI KECAMATAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan

Oleh

AHMAD HANAFI NIM 22020111130037

JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO


(2)

ii

SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Yang bertandatangan di bawah ini, saya :

Nama : Ahmad Hanafi

NIM : 22020111130037

Fakultas/Jurusan : Kedokteran/Ilmu Keperawatan

Jenis : Skripsi

Judul : Gambaran Gaya Hidup Penderita Hipertensi di Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang

Dengan ini menyatakan bahwa saya menyetujui untuk :

1. Memberikan hak bebas royalti kepada Perpustakaan Jurusan Keperawatan Undip atas penulisan skripsi saya demi pengembangan ilmu pengetahuan.

2. Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan/mengalih formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), serta menampilkan dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis kepada Perpustakaan Jurusan Keperawatan Undip, tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta. 3. Bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi tanpa

melibatkan pihak Perpustakaan Jurusan Keperawatan Undip dari semua bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran hak cipta dalam skripsi ini.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Semarang, Januari 2016 Yang menyatakan,


(3)

iii

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Yang bertandatangan di bawah ini, saya :

Nama : Ahmad Hanafi

Tempat, tanggal lahir : Semarang, 14 April 1993

Alamat : Jl. Hadiningrat 03 Candi, Bandungan, Semarang

No telp/HP : +6285742240029

Email : ahanafi.psik@gmail.com

Dengan ini menyatakan bahwa penelitian saya yang berjudul “Gambaran Gaya Hidup Penderita Hipertensi di Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang ” bebas dari plagiarisme dan bukan hasil karya dari orang lain.

Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian dari hasil penelitian skripsi saya terdapat indikasi plagiarisme, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.

Demikian pernyataan ini dibuat dalam keadaan sadar dan tanpa paksaan dari pihak manapun.

Semarang, Januari 2016 Yang menyatakan,


(4)

iv

LEMBAR PERSETUJUAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul :

GAMBARAN GAYA HIDUP PENDERITA HIPERTENSI DI KECAMATAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG

Dipersiapkan dan disusun oleh : AHMAD HANAFI NIM. 22020111130037

Telah disetujui sebagai usulan penelitian dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diseminarkan.

Pembimbing,

Ns. Ahmat Pujianto,S.Kep., M.Kep. NIK. 201310222054


(5)

v

LEMBAR PENGESAHAN Penelitian yang berjudul :

GAMBARAN GAYA HIDUP PENDERITA HIPERTENSI DI KECAMATAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG

Disusun oleh : AHMAD HANAFI NIM. 22020111130037

Telah diuji pada 27 Januari 2016 yang berhasil dipertahankan dihadapan tim penguji dan diterima sebagai bahan persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan di Program Studi Ilmu Keperawatan

Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Unversitas Diponegoro.

Penguji I, Penguji II,

Ns. Nana Rochana, S.Kep., MN Ns. Henni Kusuma, S.Kep.,M.Kep.,Sp.KMB NIP. 19830412 201404 2 001 NIP. 19851208 201404 2 001

Penguji III,

Ns. Ahmat Pujianto,S.Kep., M.Kep. NIK. 201310222054

Telah diuji, direvisi, dan disetujui

Ns. Ahmat Pujianto,S.Kep., M.Kep. NIK. 201310222054


(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME, atas limpahan rahmat dan inayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Gambaran Gaya Hidup Penderita Hipertensi di Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang” yang diajukan sebagai salah satu syarat meraih gelar Sarjana Keperawatan.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak- pihak yang telah mendukung penulis selama ini yaitu :

1. Dr. Untung Sujianto, S.Kp., M.Kes selaku Ketua Jurusan Keperawatan 2. Ns. Sarah Ulliya, S.Kep., M.kep selaku Ketua Program Studi S1

Keperawatan.

3. Ns. Ahmat Pujianto S.Kep,. M.Kep selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan banyak bimbingan dan masukan.

4. Ns. Nana Rochana, S.Kep., MNS dan Ns. Henni Kusuma S.Kep.,M.Kep., Sp.KMB selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan banyak bimbingan dan masukan.

5. Ayah, Ibu dan kakak saya tercinta yang tidak pernah lelah mendoakan dan mendukung.

6. Nur Ariffudin, Mutiana, Abdul, Thatit, Imanuel, Elmonita, Kiki, Anggi, Andrian, Fahmi, dan Siska yang sudah banyak membantu dan memberi semangat kepada saya dalam menyelesaikan proposal skripsi ini.

7. Teman-teman angkatan 2011 terkhusus Gaza dan semua pihak yang telah membantu saya dalam menyusun proposal skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya dan dunia keperawatan pada khususnya.

Semarang, Januari 2016


(7)

vii DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL... i

SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI ... SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ... LEMBAR PERSETUJUAN... ii iii iv LEMBAR PENGESAHAN... v

KATA PENGANTAR... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 9

C. Tujuan... 10

D. Manfaat... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Definisi Hipertensi... 12 2. Klasifikasi Hipertensi...……….... 3. Patofisiologi Hipertensi.……….... 4. Manifestasi Klinis Hipertensi... 5. Diagnosis Hipertensi...

13 15 20 22


(8)

viii

6. Faktor-faktor risiko Hipertensi... 7. Pengukuran tekanan darah... 8. Komplikasi Hipertensi... 9. Penatalaksanaan Hipertensi...

25 27 30 32

B. Kerangka Teori... 38

BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep... 42

B. Jenis Penelitian... 42

C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling 1. Populasi ... 43

2. Sampel dan Teknik Sampling... 43

D. Tempat dan Waktu Penelitian... 45

E. Variabel Penelitian, Definisi Operasional, dan Skala Ukur …... 45

F. Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data 1. Instrumen penelitian... 51

2. Uji Validitas Kuesioner... 53

3. Uji Reliabilitas Kuesioner... 4. Cara Pengumpulan Data... 53 54 G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 1. Teknik Pengolahan... 56

2. Analisis Data... 59

H. Etika Penelitian... 60


(9)

ix BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Penelitian ... 62 B. Hasil Peneltian ... 63 BAB V PEMBAHASAN

A. Karakteristik Data Demografi Resonden ... 81 B. Gambaran Gaya Hidup Responden ... 85 C. Keterbatasan Penelitian ... 97 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 98 B. Saran ... 99 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(10)

x

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Judul Tabel Halaman

1 Pengelompokan Tekanan Darah dan Hipertensi Berdasarkan Pedoman JNC7

15

2 Definisi Operasional 43

3 Koding 55

4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden (n=135)

63

5 Distribusi frekuensi Kategori Kebiasaan Konsumsi Makanan Responden (n=135)

64

6 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Responden (n=135)

65

7 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Responden berdasarkan Jenis Kelamin (n=135)

65

8 D Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Responden berdasarkan Kategori Usia (n=135)

66

9 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Responden berdasarkan tingkat pendidikan (n=135)

66

10 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Responden berdasarkan pekerjaan (n=135)

67

11 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Responden berdasarkan kategori hipertensi (n=135)

67

12 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Responden berdasarkan lama menderita (n=135)

68

13 Distribusi frekuensi Kategori Kebiasaan Merokok Responden (n=135)

68

14 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok Responden (n=135)


(11)

xi

15 Distribusi Frekuensi Kebiasaan merokok Responden berdasarkan Jenis Kelamin (n=135)

70

16 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok Responden berdasarkan Kategori Usia (n=135)

70

17 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok Responden berdasarkan tingkat pendidikan (n=135)

71

18 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok Responden berdasarkan pekerjaan (n=135)

71

19 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok Responden berdasarkan kategori hipertensi (n=135)

72

20 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok Responden berdasarkan lama menderita (n=135)

72

21 Distribusi Frekuensi Kategori Kebiasaan Aktifitas fisik (n=135)

73

22 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Aktifitas Fisik Responden (n=135)

73

23 Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik Responden berdasarkan Jenis Kelamin (n=135)

74

24 Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik Responden berdasarkan Kategori Usia (n=135)

74

25 Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik Responden berdasarkan tingkat pendidikan (n=135)

75

26 Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik Responden berdasarkan pekerjaan (n=135)

75

27 Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik Responden berdasarkan kategori hipertensi (n=135)

76

28 Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik Responden berdasarkan lama menderita (n=135)

76

29 Distribusi Frekuensi Kategori Stress Responden (n=135)

77


(12)

xii

Jenis Kelamin (n=135)

31 Distribusi Frekuensi Stress Responden berdasarkan Kategori Usia (n=135)

77

32 Distribusi Frekuensi Stress Responden berdasarkan tingkat pendidikan (n=135)


(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Judul Gambar Halaman

1 Kerangka Teori 38


(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran Judul

1 Surat Permohonan Ijin Penelitian

2 Informed Consent & Persetujuan Menjadi Responden 3 Instrumen Penelitian

4 Permohonan Penggunaan Kuesioner

5 Data Kuesioner Responden

6 Hasil Analisis Data

7 Uji Normalitas


(15)

xv

Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Januari 2016 ABSTRAK

Ahmad Hanafi

Gambaran Gaya Hidup Penderita Hipertensi di Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang

xvi + 99 halaman + 32 tabel + 2 gambar + 8 lampiran

Gaya hidup yang tidak sehat seperti kebiasaan makan yang tidak baik, merokok, stres dan kurangnya aktifitas fisik dapat menjadi penyebab hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan gaya hidup penderita hipertensi. Desain penelitian yang digunakan yaitu deskriptif dengan metode Cross Sectional. Sempel pada penelitian ini berjumlah 135 penderita hiertensi yang berada di Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. Data diambil dengan menggunakan kuesioner yang menilai kebiasaan makan, kebiasaan merokok, aktifitas fisik, dan stress. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 60% responden memiliki kebiasaan makan yang tidak baik, sebanyak 80% responden dalam kategori tinggi paparan asap rokok, sebanyak 70.4% responden mengalami stress dan sebanyak 50.4% responden memiliki kebiasaan aktifitas fisik yang cukup. Dengan data tersebut Puskesmas Sumowono sebagai pelayanan kesehatan terdekat bisa mengambil strategi dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang pola makan, merokok dan koping stress pada penderita hipertensi di Kecamatan Sumowono.

Kata Kunci : Hipertensi, gaya hidup, masyarakat rural Daftar pustaka : 85


(16)

xvi

Bachelor Degree of Nursing Science Nursing Science Department Medical Faculty Diponegoro University January 2016 ABSTRACT

Ahmad Hanafi

Lifestyles of people with hypertension in Sumowono district Semarang city xvi + 99 pages + 32 tables + 2 pictures + 8 attachments

Unhealthy lifestyle such as bad dietary, smoking, stress and lack of physical activity that can be causing of hypertension. This study aims to describe the lifestyle of people with hypertension. The study design was descriptive with cross sectional method. One hundred and thirty-five patients of hypertension who live in Sumowono district, Semarang city. Data were collected by using a questionnaire that assessed of dietary, smoking habits, physical activity, and stress. The results showed about 60% of respondents have a good dietary, 80% of respondents are high exposure of smoke, as many as 70.4% of respondents experienced stress and 50.4% of respondents have enough of physical activity. Therefore, the Sumowono public health center should give health education about dietary, smoking, stress and coping to patients of hypertension in Sumowono district.

Keywords : Hypertension, Lifestyle, Rural people References : 85


(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 80 mmHg.1 Hipertensi atau penyakit darah tinggi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi.2

Ada dua macam hipertensi, yaitu hipertensi esensial (primer) dan sekunder. Hipertensi primer adalah hipertensi yang tidak diketahui etiologinya.3 Tidak ada penyebab yang jelas tentang hipertensi primer, sekalipun ada beberapa teori yang menunjukkan adanya faktor-faktor genetik, perubahan hormon, dan perubahan simpatis. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang diakibatkan dari penyakit atau gangguan tertentu. Sebanyak 90% dari semua kasus hipertensi adalah primer.4

Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan penting di seluruh dunia karena prevalensinya yang tinggi sebesar 22% pada kelompok usia ≥18 tahun ada tahun 2014 dan terus meningkat, serta hubungannya dengan penyakit kardiovaskuler, stroke, retinopati, dan penyakit ginjal. Hipertensi juga menjadi faktor risiko ketiga terbesar penyebab kematian dini. The Third National Health and Nutrition


(18)

2

Examination Survey mengungkapkan bahwa hipertensi mampu

meningkatkan risiko penyakit jantung koroner sebesar 12% dan meningkatkan risiko stroke sebesar 24%.5

Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada kelompok umur ≥18 tahun sebesar 25,8%. Prevalensi hipertensi pada setiap propinsi di Indonesia pada kelompok umur ≥18 tahun tergolong cukup tinggi. Sebagai contoh prevalensi hipertensi di beberapa propinsi antara lain Bangka Belitung, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan Jawa Barat pada tahun 2013 rata rata diatas 29,4%. Sedangkan prevalensi hipertensi pada kelompok umur ≥18 tahun di Jawa Tengah pada tahun 2013 sebesar 26,4%.6

Data Riskesdas 2013 setiap propinsi di Indonesia, di Jawa Tengah prevalensi hipertensi pada kelompok umur ≥18 tahun sebesar 26,4%. Masyarakat rural atau bisa disebut masyarakat pedesaan di Jawa Tengah pada tahun 2013 memiliki prevalensi hipertensi lebih tinggi dibandingkan masyarakat yang tinggal di perkotaan, yakni sebesar 26,5%. Pada umumnya masyarakat desa identik dengan tingkat pendidikan yang rendah, pekerjaan sebagai petani/nelayan/buruh, dan angka Kuintil Indeks Kepemilikan yang rendah. Dilihat dari prevalensi hipertensi di Jawa Tengah pada tahun 2013 karakteristik masyarakat dengan tingkat pendidikan tidak sekolah memiliki prevalensi tertinggi sebesar 48,8% dibandingkan dengan tingkat pendidikan yang lain. Prevalensi hipertensi di Jawa Tengah pada masyarakat dengan status pekerjaan sebagai petani/nelayan/buruh sebesar 26,6%, angka ini merupakan prevalensi tertinggi dibandingkan status pekerjaan yang lain.


(19)

3

Prevalensi dilihat dari Kuartil Indeks Kepemilikan, masyarakat dengan status ekonomi tingkat bawah memiliki prevalensi tertinggi sebesar 29,4%.7 Berdasarkan hasil penelitian Farida8 tahun 2009 dengan prevalensi hipertensi tertinggi di Jawa dan Sumatera secara umum prevalensi hipertensi tertinggi dialami oleh golongan umur ≥75 tahun, laki-laki, status gizi obesitas, tidak tamat sekolah, berstatus cerai hidup, dan tinggal di wilayah pedesaan.

Pada tahun 2013 angka morbiditas hipertensi di Semarang yang terdapat pada puskesmas sebesar 34.566 kasus. Kasus ini merupakan kasus terbanyak kedua setelah ISPA.9 Sedangkan jumlah laporan penyakit hipertensi di Kecamatan Sumowono pada tahun 2015 bulan Januari sampai Juni sebanyak 784 kasus dan jumlah laporan kematian akibat penyakit hipertensi sebanyak 35 kasus. Kecamatan Sumowono dikenal luas di kalangan penduduk Jawa Tengah karena merupakan kawasan pertanian, sehingga sebagian besar masyarakat bekerja sebagai petani. Lokasi Kecamatan Sumowono berada pada bagian paling barat bagian Kabupaten Semarang dimana jauh dari wilayah perkotaan, yang memungkinkan jalannya informasi serta fasilitas seperti pendidikan masih rendah.

Hipertensi dapat menyebabkan komplikasi yang menyerang beberapa organ tubuh seperti jantung, ginjal, dan otak.1 Hipertensi juga menyebabkan timbulnya penyakit jantung koroner dan penyakit stroke.10 Penyakit jantung koroner ini sering dialami penderita hipertensi sebagai akibat terjadinya pengapuran pada dinding pembuluh darah jantung. Penyempitan lubang pembuluh darah jantung menyebabkan berkurangnya aliran darah pada


(20)

4

beberapa bagian otot jantung. Hal ini menyebabkan rasa nyeri di dada dan dapat berakibat gangguan pada otot jantung. Bahkan, dapat menyebabkan timbulnya serangan jantung. Tekanan darah yang tinggi memaksa otot jantung bekerja lebih berat untuk memompa darah. Kondisi itu berakibat otot jantung akan menebal dan merenggang sehingga daya pompa otot menurun. Pada akhirnya, dapat terjadi kegagalan kerja jantung. 11

Stroke adalah manifestasi dari rusaknya struktur jaringan otak sebagai akibat rusaknya pembuluh darah yang menyuplai darah ke otak.12 Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah otak (stroke). Stroke sendiri merupakan kematian jaringan otak yang terjadi karena berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak.13 Stroke pada penderita hipertensi sering terjadi pada mereka yang tidak melakukan pengendalian tekanan darah secara teratur, baik pola hidup maupun pengobatan.14

Hasil penelitian yang dilakukan Sastri tahun 2010-2012 di RSUD Kabupaten Solok Selatan, faktor risiko stroke tertinggi pada seluruh pasien adalah hipertensi sebesar 82,30%.15 Hasil penelitian yang dilakukan Annamaria tahun 2015 tentang hubungan antara variabilitas tekanan darah dan faktor risiko kardiovaskular pada pasien dengan hipertensi primer terdapat perbedaan yang signifikan tekanan darah antara 2 kelompok responden, dengan nilai-nilai yang jauh lebih tinggi pada kelompok kedua, yang terkait diabetes atau penyakit ginjal kronis ( p = 0,012 ).16 Hasil penelitian yang dilakukan oleh Delima17 tahun 2009 tentang Prevalensi dan


(21)

5

Faktor Determinan Penyakit Jantung di Indonesia bahwa responden dengan hipertensi berisiko 1,32 kali untuk menderita penyakit jantung.

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan hipertensi, diantaranya faktor keturunan, karakteristik seseorang seperti usia, jenis kelamin, dan ras, serta gaya hidup.18 Faktor keturunan menjadi salah satu penyebab hipertensi, akan tetapi tidak setiap penderita hipertensi didapat dari garis keturunan. Jika orang tuanya adalah penderita hipertensi maka potensi seseorang memiliki hipertensi akan lebih tinggi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sugiharto19 tahun 2007 pada masyarakat di Kabupaten Karanganyar, riwayat keluarga dengan hipertensi atau keturunan terbukti sebagai faktor risiko terjadinya hipertensi. Risiko terjadinya hipertensi sebesar 4,04 kali dibandingkan orang yang orang tuanya tidak menderita hipertensi.

Karakteristik seseorang yang mempengaruhi terjadinya hipertensi adalah usia, jenis kelamin, serta ras. Semakin bertambah usia, kemungkinan terjadinya hipertensi semakin besar.18 Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sigarlaki20 tahun 2006 di Kecamatan Bulus, Kabupaten Kebumen pada kelompok umur 56-77 tahun memiliki distribusi hipertensi terbanyak sebesar 55,88%. Hal ini terjadi karena pada usia tersebut arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku karena itu darah pada setiap pompa darah jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya. Bustan menyatakan bahwa wanita lebih banyak yang menderita hipertensi dibanding pria, hal ini disebabkan karena terdapatnya hormon estrogen pada wanita.21 Hormon estrogen berperan dalam regulasi tekanan darah, berhentinya produksi estrogen akibat proses penuaan berdampak


(22)

6

pada peningkatan tekanan darah pada wanita.22 Pada penelitian yang dilakukan oleh Sugiri di Jawa Tengah menyebutkan prevalensi hipertensi pada wanita lebih tinggi dibandingkan pria dimana didapatkan angka prevalensi 6% pada pria dan 11% pada wanita. Gen dari ras tertentu memiliki kecenderungan yang tinggi untuk menjadi penderita hipertensi. Ras yang membawa gen resesif kuat terkait hipertensi adalah ras Afrika dan Afrika-Amerika. Di Amerika Serikat, prevalensi hipertensi pada orang kulit hitam hampir dua kali lebih banyak dibandingkan dengan kulit putih.

Gaya hidup sering menjadi faktor risiko penting bagi timbulnya hipertensi pada seseorang. Beberapa diantaranya adalah faktor kebiasaan makan seperti konsumsi lemak dan garam tinggi, kegemukan atau makan secara berlebihan. Gaya hidup yang tidak sehat seperti minum-minuman mengandung alkohol, merokok, stres emosional dan kurangnya aktifitas fisik yang dapat meningkatkan risiko kelebihan berat badan juga menjadi penyebab hipertensi yang lebih banyak kasus terjadinya. 18,19,23,24

Perilaku makan yang tidak sehat, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, stres, serta minimnya aktivitas fisik merupakan faktor-faktor risiko penyakit degeneratif, disamping faktor-faktor risiko lain seperti usia, jenis kelamin dan keturunan. Tentang perilaku makan, penduduk terutama pedesaan telah berubah dari pola tradisional ke pola modern dengan kebiasaan mengkonsumsi makanan dan minuman berisiko seperti makanan dengan kandungan lemak, gula, garam yang tinggi.25 Laporan Hasil Riskesdas menggambarkan bahwa hampir di semua propinsi di Indonesia, konsumsi sayuran dan buah-buahan tergolong rendah (tidak cukup).26


(23)

7

Para pakar juga menemukan faktor makanan modern sebagai penyumbang utama terjadinya hipertensi. Makanan yang diawetkan dan garam dapur serta bumbu penyedap dalam jumlah tinggi, misalnya monosodium glutamat (MSG), dapat menaikkan tekanan darah karena mengandung natrium dalam jumlah yang berlebihan.2 Makanan yang berlemak akan meningkatkan resiko tingginya kolesterol. Kolesterol ini akan menempel pada permukaan sebelah dalam dinding pembuluh darah yang dapat menyebabkan hipertensi.27 Hasil penelitian yang dilakukan Arsyad28 terdapat 37 responden (82.3%) yang berpola makan tidak sehat diantaranya terdapat 29 responden (46.8%) yang hipertensi dan 8 responden (12.9%), yang tidak hipertensi. Setelah dilakukan uji statistik dengan chi-square diperoleh nilai p = 0,000 < α (0,05) yang artinya terdapat hubungan antara pola makan dengan kejadian hipertensi. Penelitian lainnya yang dilakukan Sugiharto19 menyimpulkan bahwa sering mengkonsumsi lemak jenuh mempunyai risiko untuk terserang hipertensi sebasar 7,72 kali, sering mengkonsumsi jelantah sebesar 5,34 kali, dan sering mengkonsumsi asinan sebesar 3,95 kali dibandingkan orang yang tidak biasa mengkonsumsinya.

Gaya hidup berikutnya yang merupakan faktor penyebab hipertensi adalah merokok. Merokok diketahui memberi efek perubahan metabolik berupa pelepasan hormon pertumbuhan, ACTH, dan cortisol, serta meningkatkan asam lemak bebas, gliserol, dan laktat, menyebabkan penurunan HDL kolesterol, meningkatkan LDL kolesterol dan trigliserida, serta meningkatkan kadar fibrinogen plasma dan jumlah sel darah putih.27 Hasil penelitian yang dilakukan Arsyad28 tahun 2014 tentang Hubungan


(24)

8

Gaya Hidup Dengan Kejadian Hipertensi, terdapat 12 responden (19,4%) yang perokok, dari 12 responden tersebut 11 responden (17.7%) yang hipertensi dan 1 responden (1.6%) yang tidak hipertensi. Setelah dilakukan uji statistik dengan chi-square diperoleh nilai p = 0,008 < α (0,05) yang artinya terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi.28 Hasil penelitian lainnya yang dilakukan oleh Agnesia29, didapatkan hasil bahwa kebiasaan merokok terbukti sebagai faktor risiko hipertensi dengan nilai nilai p = 0,010; OR = 9,537 dan 95% CI = 1,728 – 52,634. Hal ini menunjukkan orang dengan kebiasaan merokok memiliki risiko terserang hipertensi 9,537 kali lebih besar dibandingkan orang yang tidak merokok.

Gaya hidup dengan aktifitas fisik yang cukup dan teratur dapat mengurangi risiko terhadap penyakit-penyakit jantung dan pembuluh darah selain dapat mengurangi berat badan pada penderita obesitas. Bagi yang tidak hipertensi, aktifitas fisik akan menjauhkan dari risiko terkena hipertensi di kemudian hari karena dapat mengoptimalkan kerja jantung dan pembuluh darah.14 Penelitian yang dilakukan Sugiharto19 menyimpulkan bahwa tidak biasa melakukan olah raga mempunyai risiko menderita hipertensi sebesar 4,73 kali dan olah raga tidak ideal mempunyai risiko sebesar 3,46 kali dibandingkan orang yang mempunyai kebiasaan olah raga ideal. Hernelahti19 juga menyatakan bahwa tidak biasa melakukan olahraga akan meningkatkan risiko terkena hipertensi sebesar 2,33 kali dibanding dengan yang biasa berolahraga.


(25)

9

Gaya hidup dengan tingkat stres tinggi merupakan salah satu faktor penyebab utama timbulnya hipertensi setelah kebiasaan makan yang buruk, merokok, dan kebiasaan mengkonsumsi alkohol yang terjadi di Indonesia.11 Stres dapat meningkatkan tekanan darah yang bersifat sementara, tetapi apabila terjadi berkepanjangan, peningkatan tekanan darah pun dapat menetap.14 Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hu30, stres secara signifikan berhubungan dengan hipertensi dengan nilai rasio odds (OR) = 1,247 , 95 % CI (1,076 , 1,446).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Suoth31 pada tahun 2014 di puskesmas Kolongan, kecamatan Kalawat, kabupaten Minahasa Utara tentang hubungan gaya hidup dengan kejadian hipertensi mendapatkan hasil adanya hubungan yang bermakna antara tingkat gaya hidup : aktifitas fisik berat seperti angkat beban, olahraga berat, mencangkul, Aktifitas fisik sedang seperti berjalan kaki, kegiatan dirumah, menaiki tangga, dengan kejadian hipertensi, nilai koefisien korelasi Spearman rho (r) sebesar 0,584 menunjukkan bahwa kekuatan korelasi yaitu kuat. Adanya hubungan yang bermakna antara tingkat gaya hidup : stres yang sesuai Self Reporting Questionnaire (SRQ) dengan kejadian hipertensi, nilai koefisien korelasi Spearman rho (r) sebesar 0,537 menunjukkan bahwa kekuatan korelasi yaitu kuat. Adanya hubungan yang bermakna antara tingkat gaya hidup : konsumsi makanan seperti buah-buahan, sayuran, asinan, awetan, jeroan, dan minuman berkafein dengan kejadian hipertensi, nilai koefisien korelasi Spearman rho (r) sebesar 0,495 menunjukkan bahwa kekuatan korelasi yaitu cukup. Tidak ada hubungan yang bermakna antara gaya hidup :


(26)

10

merokok dalam waktu sebulan terakhir dengan kejadian hipertensi dengan nilai koefisien korelasi Spearman rho (r) sebesar 0,139 menunjukkan bahwa kekuatan korelasi sangat lemah.

Sundari32 melakukan penelitian di wilayah desa pegunungan menunjukkan adanya pengaruh faktor aktifitas fisik terhadap hipertensi essensial. Hasil ini mendukung bahwa aktifitas fisik yang berat pada umumnya cenderung mengalami kenaikan tekanan darah. Karena makin keras dan makin sering otot jantung harus memompa, maka makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri sehingga tekanan darah semakin meningkat.33 Hasil penelitian lain oleh Ariani34 dalam penelitiannya didapatkan tekanan darah diastolik anak yang tinggal di daerah pesisir pantai Kecamatan pantai Cermin lebih tinggi daripada anak yang tinggal di daerah pegunungan Kecamatan Brastagi. Tapi seperti yang dilaporkan meskipun berbeda tapi secara statistik tidak terdapat perbedaan yang bermakna.

Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan di kecamatan Sumowono tepatnya di puskesmas Sumowono, didapatkan hasil bahwa jumlah laporan penyakit Hipertensi di kecamatan Sumowono pada kelompok umur ≥18 tahun terhitung bulan Juni tahun 2015 sebanyak 109 Jiwa. Dengan kategori hipertensi essensial sebanyak 44 jiwa, dan kategori hipertensi lainnya sebanyak 65 jiwa. Tidak ada registrasi kematian akibat penyakit Hipertensi di Kecamatan Sumowono pada kelompok umur ≥18 tahun terhitung bulan Juni 2015.


(27)

11

Dari hasil kuesioner tentang gaya hidup penderita hipertensi yang diambil dari beberapa pertanyaan yang dibagikan kepada 5 penderita hipertensi di Kecamatan Sumowono, pada poin aktifitas fisik 4 dari 5 resonden memiliki total aktifitas fisik kumulatif yang kurang, yakni dibawah 150 menit dalam seminggu. Sebanyak 2 dari 5 responden merokok selama 1 bulan terakhir. Pada poin tentang kebiasaan makan, 5 responden dikategorikan baik pada konsumsi sayuran segar dan tidak mengkonsumsi alkohol. Semua responden dikategorikan kurang baik kebiasaan makanan dalam mengkonsumsi buah, konsumsi jeroan dan konsumsi makanan asin dalam frekuensi lebih. Semua responden memiliki gejala-gejala yang menunjukkan stress seperti merasa cemas, tegang, atau kuatir, merasa lelah sepanjang waktu, merasa tidak bahagia, merasa sulit untuk menikmati kegiatan sehari hari, dan merasa sering sakit kepala. Dapat disimpulkan bahwa dari 5 responden mempunyai gaya hidup yang kurang baik, seperti aktifitas fisik yang kurang, pola makan yang tidak baik (konsumsi makanan asin, lemak dan jeroan dalam frekuensi yang sering), merokok dalam waktu sebulan terakhir dan menunjukkan gejala stres.

Dari studi pendahuluan yang dilakukan, serta gaya hidup yang berperan sebagai faktor risiko hipertensi yang masih dapat dimodifikasi, maka penting untuk dilakukan penelitian tentang gambaran gaya hidup penderita hipertensi.

B. Rumusan Masalah

Prevalensi hipertensi di Indonesia tergolong cukup tinggi. Faktor perubahan gaya hidup diduga telah menyebabkan peningkatan besar


(28)

kasus-12

kasus penyakit tidak menular di Indonesia, termasuk dalam hal ini adalah hipertensi. Penyebab terbesar hipertensi salah satunya adalah gaya hidup.35 Gaya hidup seperti faktor makanan, aktifitas fisik, stres dan merokok juga menjadi penyebab hipertensi yang lebih banyak kasus terjadinya.24 Berdasarkan laporan hasil Riskesdas menggambarkan bahwa hampir di semua propinsi di Indonesia, konsumsi sayuran dan buah-buahan tergolong rendah. Serta secara nasional konsumsi masyarakat seperti makanan asinan, kebiasaan merokok, serta aktifitas fisik yang kurang masih cukup tinggi prevalensinya.26 Di propinsi Jawa Tengah pada data riset kesehatan terbaru tahun 2013 prevalensi hipertensi pada masyarakat pedesaan lebih tinggi dari masyarakat perkotaan. Angka morbiditas hipertensi di Kecamatan Sumowono juga terhitung cukup tinggi. Dengan demikian penting untuk dilakukan penelitian tentang gambaran gaya hidup penderita hipertensi di Kecamatan Sumowono.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran gaya hidup penderita hipertensi di Kecamatan Sumowono. 2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini antara lain untuk :

a. Mendeskripsikan karakteristik, demografi (jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, derajat hipertensi, lama menderita, dan komplikasi) penderita hipertensi pada masyarakat di Kecamatan Sumowono.


(29)

13

b. Mendeskripsikan gaya hidup (aktifitas fisik, kebiasaan makan, merokok, dan stress) penderita hipertensi pada masyarakat di Kecamatan Sumowono.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan membuka wawasan baru peneliti mengenai gambaran gaya hidup masyarakat pada kejadian hipertensi di Kecamatan Sumowono.

2. Bagi Responden

Menjadi masukan bagi pelayanan kesehatan di sekitar subjek penelitian untuk menyusun program promosi atau pelayanan kesehatan yang lebih sesuai dan tepat untuk mengatasi kejadian hipertensi. Kemudian dapat digunakan sebagai strategi meningkatkan kesadaran subjek penelitian untuk meningkatkan gaya hidup yang lebih baik bagi penderita hipertensi.

3. Bagi Institusi Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar pertimbangan institusi pendidikan untuk mengembangkan strategi pembelajaran atau kurikulum tentang gaya hidup hipertensi.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dijadikan sebagai acuan melakukan penelitian selanjutnya tentang faktor risiko hipertensi dan memudahkan dalam mendapat informasi terkait gambaran gaya hidup masyarakat rural terhadap kejadian hipertensi.


(30)

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas tentang teori penelitian yang digunakan. Penulis melakukan pencarian beberapa buku-buku literatur, jurnal, e-book, dan internet dengan menggunakan kata kunci hipertensi, gaya hidup, serta menggunakan kombinasi kata masyarakat rural, aktifitas fisik, kebiasaan makan, stress, dan merokok sehingga menghasilkan 57 literatur yang dipakai. Teori dan konsep yang tertera pada bab ini merupakan teori yang bersumber dari pustaka.

A. Tinjauan Teori 1. Definisi Hipertensi

Tekanan darah merupakan gaya yang diberikan darah terhadap dinding pembuluh darah dan ditimbulkan oleh desakan darah terhadap dinding arteri ketika darah tersebut dipompa dari jantung ke jaringan. Besar tekanan bervariasi tergantung pada pembuluh darah dan denyut jantung. Tekanan darah paling tinggi terjadi ketika ventrikel berkontraksi (tekanan sistolik) dan paling rendah ketika ventrikel berelaksasi (tekanan diastolik). Pada keadaan hipertensi, tekanan darah meningkat yang ditimbulkan karena darah dipompakan melalui pembuluh darah dengan kekuatan berlebih.36

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dengan tekanan sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg.37 Penderita hipertensi mengalami peningkatan tekanan darah melebihi batas normal, di mana tekanan darah normal sebesar 110/90 mmHg. Tekanan darah


(31)

15

dipengaruhi oleh curah jantung, tahanan perifer pada pembuluh darah, dan volume atau isi darah yang bersirkulasi.38 Hipertensi dapat menyebabkan komplikasi seperti penyakit jantung koroner, left ventricle hypertrophy, dan stroke yang merupakan pembawa kematian tinggi.39

Hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi berbagai faktor risiko yang dimiliki seseorang. Faktor pemicu hipertensi dibedakan menjadi yang tidak dapat dikontrol seperti riwayat keluarga, jenis kelamin, dan umur, serta faktor yang dapat dikontrol seperti obesitas, kurangnya aktivitas fisik, perilaku merokok, pola konsumsi makanan yang mengandung natrium dan lemak jenuh.40 Hipertensi yang tidak terkontrol akan meningkatkan angka mortalitas dan menimbulkan komplikasi ke beberapa organ vital seperti jantung (infark miokard, jantung koroner, gagal jantung kongestif), otak (stroke, enselopati hipertensif), ginjal (gagal ginjal kronis), mata (retinopati hipertensif).41

2. Klasifikasi Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibedakan menjadi dua golongan yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer atau hipertensi esensial terjadi karena peningkatan persisten tekanan arteri akibat ketidakteraturan mekanisme kontrol homeostatik normal, dapat juga disebut hipertensi idiopatik. Hipertensi ini mencakup sekitar 95% kasus.40

Hipertensi sekunder atau hipertensi renal merupakan hipertensi yang penyebabnya diketahui dan terjadi sekitar 10% dari kasus-kasus hipertensi. Hampir semua hipertensi sekunder berhubungan dengan ganggaun sekresi hormon dan fungsi ginjal. Penyebab spesifik hipertensi sekunder antara lain


(32)

16

penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal, hiperaldesteronisme primer, sindroma Cushing, feokromositoma, dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan. Umumnya hipertensi sekunder dapat disembuhkan dengan penatalaksanaan penyebabnya secara tepat. 37

Klasifikasi hipertensi menurut perjalanan penyakitnya dibagi menjadi hipertensi benigna dan maligna. Bila timbulnya berangsur disebut benigna, dan bila tekanannya naik secara progresif dan cepat disebut hipertensi maligna dengan banyak komplikasi seperti gagal ginjal, CVA, hemoragi retina, dan ensefalopati.42 Hipertensi benigna merupakan keadaan hipertensi yang tidak menimbulkan gejala-gejala, biasanya ditemukan saat penderita cek up. Hipertensi maligna merupakan keadaan hipertensi yang membahayakan biasanya disertai keadaan kegawatan sebagai akibat komplikasi pada organ-organ seperti otak, jantung dan ginjal.43

Hipertensi juga sering digolongkan sebagai ringan, sedang, atau berat, berdasarkan tekanan diastole. Hipertensi ringan bila tekanan darah diastole 95-104, hipertensi sedang tekanan diastolenya 105-114, sedangkan hipertensi berat tekanan diastolenya >115.42 Berdasarkan pedoman The Seventh Joint National Comittee (JNC7), tekanan darah dan hipertensi dikelompokkan sesuai tabel dibawah ini44 :


(33)

17

Tabel 1. Pengelompokan tekanan darah dan hipertensi berdasarkan pedoman JNC7

Kategori Sistolik Diastolik

Optimal 115 atau kurang 75 atau kurang

Normal Kurang dari 120 Kurang dari 80

Prehipertensi 120-139 80-89

Hipertensi tahap 1 140-159 90-99

Hipertensi tahap 2 Lebih dari 160 Lebih dari 100

3. Patofisiologi Hipertensi

Tekanan darah adalah tekanan yang diberikan oleh darah pada dinding pembuluh darah. Pengaturan tekanan darah adalah proses yang kompleks menyangkut pengendalian ginjal terhadap natrium dan retensi air, serta pengendalian sistem saraf terhadap tonus pembuluh darah. Ada duafaktor utama yang mengatur tekanan dara, yaitu darah yang mengalir dan tahanan pembuluh darah perifer.45 Tekanan darah dipengaruhi volume sekuncup dan Total Peripheral Resistance. Apabila terjadi peningkatan salah satu dari variabel tersebut yang tidak terkompensasi maka dapat menyebabkan timbulnya hipertensi.46

Tubuh memiliki 3 metode pengendalian tekanan darah. Pertama adalah reseptor tekanan di berbagai organ yang dapat mendeteksi perubahan kekuatan maupun kecepatan kontraksi jantung, serta resistensi total terhadap tekanan tersebut. Kedua adalah ginjal yang bertanggung jawab atas penyesuaian tekanan darah dalam jangka panjang melalui sistem


(34)

renin-18

angiotensin yang melibatkan banyak senyawa kimia. Kemudian sebagai respons terhadap tingginya kadar kalium atau angiotensin, steroid aldosteron dilepaskan dari kelenjar adrenal, yang salah satunya berada dipuncak setiap ginjal, dan meningkatkan retensi (penahanan) natrium dalam tubuh.44

Darah yang mengalir ditentukan oleh volume darah yang dipompakan oleh ventrikel kiri setiap kontraksi dan kecepatan denyut jantung. Tahanan vaskuler perifer berkaitan dengan besarnya lumen pembuluh darah perifer. Makin sempit pembuluh darah, makin tinggi tahanan terhadap aliran darah, makin besar dilatasinya makin tinggi kurang tahanan terhadap aliran darah. Jadi, semakin menyempit pembuluh darah, semakin meningkat tekanan darah. Dilatasi dan konstriksi pembuluh-pembuluh darah dikendalikan oleh sistem saraf simpatis dan sistem renin-angiotensin. Apabila sistem saraf simpatis dirangsang, katekolamin, seperti epinefrin dan norepinefrin akan dikeluarkan. Kedua zat kimia ini menyebabkan kontriksi pembuluh darah, meningkatnya curah jantung, dan kekuatan kontraksi ventrikel. Sama halnya pada sistem renin-angiotensin, yang apabila distimulasi juga menyebabkan vasokontriksi pada pembuluh-pembuluh darah.45

Tubuh memiliki sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi dan mempertahankan stabilitas tekanan darah dalam jangka panjang. Sistem pengendalian tekanan darah sangat kompleks. Pengendalian dimulai dari sistem reaksi cepat seperti refleks kardiovaskuler melalui sistem saraf, refleks kemoreseptor, respon iskemia, susunan saraf pusat yang berasal dari atrium, dan arteri pulmonalis otot polos. Sedangkan sistem pengendalian reaksi


(35)

19

lambat melalui perpindahan cairan antara sirkulasi kapiler dan rongga intertisial yang dikontrol oleh hormon angiotensin dan vasopresin. Kemudian dilanjutkan sistem poten dan berlangsung dalam jangka panjang yang dipertahankan oleh sistem pengaturan jumlah cairan tubuh yang melibatkan berbagai organ.47

Jantung secara terus menerus bekerja memompakan darah ke seluruh organ tubuh. Jika tanpa gangguan, porsi tekanan yang dibutuhkan sesuai dengan mekanisme tubuh. Namun, akan meningkat begitu ada hambatan. Inilah yang menyebabkan tekanandarah meninggi. Semakin besar hambatanya, tekanan darah akan semakin tinggi.13

4. Manifestasi Klinis Hipertensi

Pemeriksaan fisik dapat pula tidak dijumpai kelainan apapun selain peninggian tekanan darah yang merupakan satu-satunya gejala. Individu penderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala sampai bertahun-tahun. Apabila terdapat gejala, maka gejala tersebut menunjukkan adanya kerusakan vaskuler, dengan manifestasi khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan.40

Bila timbul gejala, penyakit hipertensi ini sudah lanjut. Gejala klasik yaitu sakit kepala, epistaksis, pusing, dan tinitus yang diduga berhubungan dengan naiknya tekanan darah, ternyata sama seringnya dengan yang terdapat pada yang tidak dengan tekanan darah tinggi. Namun gejala sakit kepala sewaktu bangun tidur, mata kabur, depresi, dan nokturia, ternyata meningkat pada hipertensi yang tidak diobati.42 fase hipertensi yang berbahaya bisa ditandai oleh nyeri kepala dan hilangnya penglihatan (papiledema).48


(36)

20

Corwin menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun. Manifestasi klinis yang timbul dapat berupa nyeri kepala saat terjaga yang kadang-kadang disertai mual dan muntah akibat peningkatan tekanan darah intrakranium, penglihatan kabur akibat kerusakan retina, ayunan langkah tidak mantap karena kerusakan susunan saraf, nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus, edema dependen akibat peningkatan tekanan kapiler.46 Gejala lain yang sering ditemukan adalah epistaksis, mudah marah, telinga berdengung, rasa berat di tengkuk, sukar tidur, dan mata berkunang-kunang.40 Terkadang hipertensi essensial berjalan tanpa gejala dan baru timbul gejala setelah terjadi komplikasi pada organ sasaran seperti pada ginjal, mata, otak, dan jantung.11

5. Diagnosis Hipertensi

Menurut Suyono, evaluasi pasien hipertensi mempunyai tiga tujuan :49

a. Mengidentifikasi penyebab hipertensi.

b. Menilai adanya kerusakan organ target dan penyakit kardiovaskuler, beratnya penyakit, serta respon terhadap pengobatan.

c. Mengidentifikasi adanya faktor risiko kardiovaskuler yang lain atau penyakit penyerta, yang ikut menentukan prognosis dan ikut menentukan panduan pengobatan.

Data yang diperlukan untuk evaluasi tersebut diperoleh dengan cara anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan


(37)

21

pemeriksaan penunjang. Peninggian tekanan darah kadang sering merupakan satu-satunya tanda klinis hipertensi sehingga diperlukan pengukuran tekanan darah yang akurat. Berbagai faktor yang mempengaruhi hasil pengukuran seperti faktor pasien, faktor alat dan tempat pengukuran.49

6. Faktor-faktor risiko Hipertensi

a. Faktor Risiko yang Tidak Dapat Dikontrol 1) Usia

Semakin bertambahnya usia, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian sekitar 50% di atas umur 60 tahun. Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan serta tekanan darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Peningkatan kasus hipertensi akan berkembang pada umur lima puluhan dan enam puluhan.50

Dengan bertambahnya umur, risiko terjadinya hipertensi meningkat. Meskipun hipertensi bisa terjadi pada segala usia, namun paling sering dijumpai pada orang berusia 35 tahun atau lebih. Sebenarnya wajar bila tekanan darah sedikit meningkat dengan bertambahnya umur. Hal ini disebabkan oleh perubahan alami pada jantung, pembuluh darah dan hormon. Tetapi bila perubahan tersebut disertai faktor-faktor lain maka bisa memicu terjadinya hipertensi. 51,52


(38)

22

Faktor jenis kelamin berpengaruh pada terjadinya penyakit tidak menular tertentu seperti hipertensi, di mana pria lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan wanita dengan rasio sekitar 2,29 mmHg untuk peningkatan darah sistolik.50 Sedangkan menurut Arif53 pria dan wanita menapouse mempunyai pengaruh yang sama untuk terjadinya hipertensi. Menurut Bustan bahwa wanita lebih banyak yang menderita hipertensi dibanding pria, hal ini disebabkan karena terdapatnya hormon estrogen pada wanita.21

Bustan menyatakan bahwa wanita lebih banyak yang menderita hipertensi dibanding pria, hal ini disebabkan karena terdapatnya hormon estrogen pada wanita.21 Hormon estrogen berperan dalam regulasi tekanan darah, berhentinya produksi estrogen akibat proses penuaan berdampak pada peningkatan tekanan darah pada wanita.22 Pada penelitian yang dilakukan oleh Sugiri58 di Jawa Tengah menyebutkan prevalensi hipertensi pada wanita lebih tinggi dibandingkan pria dimana didapatkan angka prevalensi 6% pada pria dan 11% pada wanita.

3) Riwayat keluarga

Menurut Nurkhalida, orang-orang dengan sejarah keluarga yang mempunyai hipertensi lebih sering menderita hipertensi.50 Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan) juga mempertinggi risiko terkena hipertensi terutama pada hipertensi primer.50 Keluarga yang memiliki hipertensi dan penyakit jantung meningkatkan risiko hipertensi 2-5 kali lipat.54


(39)

23

Individu dengan riwayat keluarga memiliki penyakit tidak menular lebih sering menderita penyakit yang sama. Jika ada riwayat keluarga dekat yang memiliki faktor keturunan hipertensi, akan mempertinggi risiko terkena hipertensi pada keturunannya. Keluarga dengan riwayat hipertensi akan meningkatkan risiko hipertensi sebesar empat kali lipat. Data statistik membuktikan jika seseorang memiliki riwayat salah satu orang tuanya menderita penyakit tidak menular, maka dimungkinkan sepanjang hidup keturunannya memiliki peluang 25% terserang penyakit tersebut. Jika kedua orang tua memiliki penyakit tidak menular maka kemungkinan mendapatkan penyakit tersebut sebesar 60%.37

b. Faktor Risiko yang Dapat Dikontrol

Modifikasi gaya hidup merupakan hal yang penting diperhatikan, karena berperan dalam keberhasilan penanganan hipertensi. Pasien hipertensi yang terkontrol, pendekatan modifikasi gaya hidup ini dapat membantu pengurangan dosis obat pada sebagian penderita.50 Gaya hidup yang berhubungan dengan kejadian hipertensi antara lain meliputi aktivitas fisik, kebiasaan makan, kebiasaan merokok, dan stress.8,23,24 Kebiasaan makan yang diamati adalah kebiasaan konsumsi buah dan sayur; makanan manis, asin, berlemak, jeroan, makanan yang diawetkan dan minuman berkafein.8

Menurut Mulyono, gaya hidup merupakan ciri pribadi yang dimiliki oleh setiap orang. Sebagai ciri atau karakteristik, gaya hidup banyak berpengaruh terhadap tingkah laku dalam kehidupan individu. Dengan kata lain, gaya hidup merupakan disposisi atau watak yang melatarbelakangi perilaku, reaksi atau respon seseorang terhadap diri dan lingkungan yang


(40)

24

mempengaruhinya. Sedangkan, menurut Sanjur, gaya hidup adalah hasil pengaruh beragam peubah bebas yang terjadi di dalam individu atau keluarga. Perubah yang membentuk gaya hidup termasuk penyediaan materi, sifat situasi, kerangka ide budaya, dan sifat-sifat psikologis serta kesehatan. Menurut Suhardjo8 gaya hidup merupakan hasil penyaringan dari sejumlah interaksi sosial, budaya, keadaan dan hasil pengaruh beragam variabel bebas yang terjadi di dalam keluarga atau rumah tangga. Gaya hidup dapat diartikan sebagai cara hidup masyarakat.

Gaya hidup yang berhubungan dengan terjadinya hipertensi antara lain :

1)Konsumsi garam dan makanan awetan

Makanan asin dan makanan yang diawetkan adalah makanan dengan kadar natrium tinggi. Natrium adalah mineral yang sangat berpengaruh pada mekanisme timbulnya hipertensi. Makanan asin dan awetan biasanya memiliki rasa gurih (umami), sehingga dapat meningkatkan nafsu makan. Pengaruh asupan natrium terhadap hipertensi terjadi melalui peningkatan volume plasma (cairan tubuh) dan tekanan darah.8

Garam merupakan hal yang sangat penting pada mekanisme timbulnya hipertensi. Pengaruh asupan garam terhadap hipertensi melalui peningkatan volume plasma (cairan tubuh) dan tekanan darah. Keadaan ini akan diikuti oleh peningkatan ekskresi kelebihan garam sehingga kembali pada keadaan hemodinamik (sistem pendarahan) yang normal. Pada


(41)

25

hipertensi esensial mekanisme ini terganggu, di samping ada faktor lain yang berpengaruh.55

Orang-orang peka natrium akan lebih mudah mengikat natrium sehingga menimbulkan retensi cairan dan peningkatan tekanan darah.37 Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh, karena menarik cairan diluar sel agar tidak keluar, sehingga akan meningkatkan volume dan tekanan darah. Pada manusia yang mengkonsumsi garam 3 gram atau kurang ditemukan tekanan darah rata-rata rendah, sedangkan asupan garam sekitar 7-8 gram tekanan darahnya rata-rata lebih tinggi. Konsumsi garam yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram/hari setara dengan 110 mmol natrium atau 2400 mg/hari.50,55,56

Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada kelompok dengan asupan garam minimal. Konsumsi natrium kurang dari 3 gram perhari prevalensi hipertensi presentasinya masih rendah, namun jika konsumsi natrium meningkat antara 5-15 gram perhari, prevalensi hipertensi akan meningkat menjadi 15-20%. Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya hipertensi terjadai melalui peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah.55,51

2) Konsumsi makanan manis dan tinggi energi

Makanan atau minuman manis mengandung unsur karbohidrat sederhana yang menghasilkan energi tinggi. Kelebihan konsumsi energi dan aktivitas fisik yang rendah merupakan faktor penting yang menyebabkan epidemik obesitas. Menurut penelitian Johnson, dosis fruktosa yang tinggi (10% air menghasilkan ½ asupan energi,


(42)

26

dibandingkan dengan jumlah fruktosa yang biasa dikonsumsi 60%) dapat meningkatkan tekanan darah dan perubahan mikrovaskular. Fruktosa (gula sederhana yang menghasilkan rasa manis), tidak memberikan efek

kepuasan setelah makan. Seseorang yang mengkonsumsi

makanan/minuman manis tidak akan merasa puas dan akan makan terus menerus. Konsumsi yang berlebihan akan meningkatkan asupan energi yang selanjutnya disimpan tubuh sebagai cadangan lemak. Penumpukan lemak tubuh pada perut akan menyebabkan obesitas sentral, sedangkan penumpukan pada pembuluh darah akan menyumbat peredaran darah dan membentuk plak (aterosklerosis) yang berdampak pada hipertensi dan jantung koroner.8

3) Konsumsi Lemak dan jeroan

Kebiasaan mengkonsumsi lemak jenuh erat kaitannya dengan peningkatan berat badan yang berisiko terjadinya hipertensi. Konsumsi lemak jenuh juga meningkatkan risiko aterosklerosis yang berkaitan dengan kenaikan tekanan darah.19

Konsumsi lemak jenuh juga meningkatkan risiko aterosklerosis yang berkaitan dengan kenaikan tekanan darah.37,57 Penurunan konsumsi lemak jenuh, terutama lemak dalam makanan yang bersumber dari hewan dan peningkatan konsumsi lemak tidak jenuh secukupnya yang berasal dari minyak sayuran, biji-bijian dan makanan lain yang bersumber dari tanaman dapat menurunkan tekanan darah.57

Jeroan (usus, hati, babat, lidah, jantung, dan otak, paru) banyak mengandung asam lemak jenuh (saturated fatty acid/ SFA). Jeroan


(43)

27

mengandung kolesterol 4-15 kali lebih tinggi dibandingkan dengan daging. Secara umum, asam lemak jenuh cenderung meningkatkan kolesterol darah, 25-60% lemak yang berasal dari hewani dan produknya merupakan asam lemak jenuh. Setiap peningkatan 1% energi dari asam lemak jenuh, diperkirakan akan meningkatkan 2.7 mg/dL kolesterol darah, akan tetapi hal ini tidak terjadi pada semua orang. Lemak jenuh terutama berasal dari minyak kelapa, santan dan semua minyak lain seperti minyak jagung, minyak kedelai yang mendapat pemanasan tinggi atau dipanaskan berulang-ulang. Kelebihan lemak jenuh akan menyebabkan peningkatan kadar LDL kolesterol (Almatsier 2003).8

4) Merokok

Merokok merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan hipertensi, sebab rokok mengandung nikotin. Menghisap rokok menyebabkan nikotin terserap oleh pembuluh darah kecil dalam paru-paru dan kemudian akan diedarkan hingga ke otak. Di otak, nikotin akan memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin atau adrenalin yang akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan darah yang lebih tinggi.58

Tembakau memiliki efek cukup besar dalam peningkatan tekanan darah karena dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Kandungan bahan kimia dalam tembakau juga dapat merusak dinding pembuluh darah.55

Karbon monoksida dalam asap rokok akan menggantikan ikatan oksigen dalam darah. Hal tersebut mengakibatkan tekanan darah


(44)

28

meningkat karena jantung dipaksa memompa untuk memasukkan oksigen yang cukup ke dalam organ dan jaringan tubuh lainnya.58

Berdasarkan hasil Penelitian yang dilakukan oleh Anggara tahun 2012 uji statistik antara kebiasaan merokok dengan tekanan darah didapat ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan tekanan darah (p = 0,000) dan sebeser 52,9% responden yang hipertensi merokok.59

5) Aktifitas fisik

Aktivitas fisik sangat mempengaruhi stabilitas tekanan darah. Pada orang yang tidak aktif melakukan kegiatan fisik cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi. Hal tersebut mengakibatkan otot jantung bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras usaha otot jantung dalam memompa darah, makin besar pula tekanan yang dibebankan pada dinding arteri sehingga meningkatkan tahanan perifer yang menyebabkan kenaikkan tekanan darah.37 Kurangnya aktifitas fisik juga dapat meningkatkan risiko kelebihan berat badan yang akan menyebabkan risiko hipertensi meningkat.19

Studi epidemiologi membuktikan bahwa olahraga secara teratur memiliki efek antihipertensi dengan menurunkan tekanan darah sekitar 6-15 mmHg pada penderita hipertensi.60 Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi, karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah. Olahraga juga dikaitkan dengan peran obesitas pada hipertensi.37


(45)

29

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Anggara tahun 2012 uji statistik kebiasaan olahraga dengan hipertensi, tidak teratur olah raga terbukti adanya hubungan yang bermakna denganhipertensi, dengan (p=0,000) ; OR = 44,1; 95% CI = 8,85 – 219,74).Artinya, orang yang tidak teratur berolah raga memiliki risiko terkenahipertensi sebesar 44,1 kali dibandingkan dengan orang yangmemiliki kebiasaan olah raga teratur.59 6) Stress

Menurut Sarafindo yang dikutip oleh Bart Smet, stres adalah suatu kondisi disebabkan oleh transaksi antara individu dengan lingkungan yang menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan-tuntutan yang berasal dari situasi dengan sumber daya sistem biologis, psikologis dan sosial dari seseorang.61

Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis, yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Apabila stress menjadi berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah menjadi tetap tinggi. Hal ini secara pasti belum terbukti, akan tetapi pada binatang percobaan yang diberikan pemaparan tehadap stress ternyata membuat binatang tersebut menjadi hipertensi.62

Stres atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, bingung, cemas, berdebar-debar, rasa marah, dendam, rasa takut, rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat. Jika stres berlangsung cukup lama, tubuh berusaha mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau


(46)

30

perubahan patologis. Gejala yang muncul dapat berupa hipertensi atau penyakit maag.51,62

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Herke tentang Karakteristik Dan Faktor Berhubungan Dengan Hipertensi, didapatkan bahwa terdapat hubungan antara faktor stres terhadap hipertensi, responden yang menderita prehipertensi yang mengaku tidak mengalami stres ( 6,86 % ), sementara yang menderita hipertensi grade I (37,25 %), dan yang menderita hipertensi grade II (22,57 %).20

7) Konsumsi kafein

Penelitian mengenai pengaruh kafein terhadap kejadian hipertensi belum menunjukkan hasil yang konsisten. Beberapa penelitian menunjukkan adanya pengaruh negatif antara konsumsi kafein dengan kejadian hipertensi. Dua studi kohort yang dilakukan selama 15 tahun pada 155 594 wanita berusia 30-55 tahun dari Nurses Health Studies (NHSs), keduanya tidak menunjukkan hubungan linear antara konsumsi kafein dengan risiko kejadian hipertensi. Namun ditemukan adanya hubungan dengan pola invers U antara konsumsi kopi dengan kejadian hipertensi.8

7. Komplikasi Hipertensi

a. Otak

Stroke merupakan kerusakan target organ pada otak yang diakibatkan oleh hipertensi. Stroke timbul karena perdarahan, tekanan intra kranial yang meninggi, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada


(47)

31

hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang mendarahi otak mengalami hipertropi atau penebalan, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya akan berkurang. Arteri-arteri di otak yang mengalami arterosklerosis melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma.58

Hasil penelitian yang dilakukan Sastri tahun 2010-2012 di RSUD kabupaten Solok Selatan, faktor risiko stroke tertinggi pada seluruh pasien adalah hipertensi sebesar 82,30%.15

b. Kardiovaskular

Beban kerja jantung akan meningkat pada hipertensi. Jantung yang terus-menerus memompa darah dengan tekanan tinggi dapat menyebabkan pembesaran ventrikel kiri sehingga darah yang dipompa oleh jantung akan berkurang. Apabila pengobatan yang dilakukan tidak tepat atau tidak adekuat pada tahap ini, maka dapat menimbulkan komplikasi gagal jantung kongestif. Demikian juga hipertropi ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran listrik saat melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan risiko pembentukan bekuan.58

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Delima tentang Prevalensi dan Faktor Determinan Penyakit Jantung di Indonesia bahwa responden dengan hipertensi berisiko 1,32 kali untuk menderita penyakit jantung.17 c. Ginjal


(48)

32

Penyakit ginjal kronik dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler-kepiler ginjal dan glomerolus. Kerusakan glomerulus akan mengakibatkan darah mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, sehingga nefron akan terganggu dan berlanjut menjadi hipoksia dan kematian ginjal. Kerusakan membran glomerulus juga akan menyebabkan protein keluar melalui urin sehingga sering dijumpai edema sebagai akibat dari tekanan osmotik koloid plasma yang berkurang. Hal tersebut terutama terjadi pada hipertensi kronik.46

Hasil penelitian yang dilakukan Annamaria tentang Hubungan antara variabilitas tekanan darah dan faktor risiko kardiovaskular pada pasien dengan hipertensi primer terdapat perbedaan yang signifikan tekanan darah antara kelompok 2 kelompok responden, dengan nilai-nilai yang jauh lebih tinggi pada kelompok kedua, yang terkait diabetes atau penyakit ginjal kronis ( p = 0,012 ).16

d. Retinopati

Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah pada retina. Makin tinggi tekanan darah dan makin lama hipertensi tersebut berlangsung, maka makin berat pula kerusakan yang dapat ditimbulkan. Kelainan lain pada retina yang terjadi akibat tekanan darah yang tinggi adalah iskemik optik neuropati atau kerusakan pada saraf mata akibat aliran darah yang buruk, oklusi arteri dan vena retina akibat penyumbatan aliran darah pada arteri dan vena retina. Penderita


(49)

33

hypertensive retinopathy pada awalnya tidak menunjukkan gejala, yang pada akhirnya dapat menjadi kebutaan pada stadium akhir.63

Berdasar hasil penelitian yang dilakukan oleh Antika tahun 2013 mendapatkan hasil kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat retinopati hipertensif (p=0,005) dan hipertensi tidak terkontrol merupakan faktor resiko menderita retinopati hipertensif derajat sedang-berat. (RP 5,25 IK 95% 1,9-46,9). Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat retinopati hipertensif dan hipertensi tidak terkontrol merupakan faktor resiko menderita retinopati hipertensif derajat sedang-berat.

8. Penatalaksanaan a. Nonfarmakologis

Pendekatan nonfarmakologis merupakan penanganan awal sebelum penambahan obat-obatan hipertensi, disamping perlu diperhatikan oleh seorang yang sedang dalam terapi obat. Sedangkan pasien hipertensi yang terkontrol, pendekatan nonfarmakologis ini dapat membantu pengurangan dosis obat pada sebagian penderita. Oleh karena itu, modifikasi gaya hidup merupakan hal yang penting diperhatikan, karena berperan dalam keberhasilan penanganan hipertensi.50

Pendekatan nonfarmakologis dibedakan menjadi beberapa hal: 1) Menurunkan faktor risiko yang menyebabkan aterosklerosis.

Menurut Corwin berhenti merokok penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok diketahui menurunkan aliran


(50)

34

darah ke berbagai organ dan dapat meningkatkan beban kerja jantung. Selain itu pengurangan makanan berlemak dapat menurunkan risiko aterosklerosis.46

Penderita hipertensi dianjurkan untuk berhenti merokok dan mengurangi asupan alkohol. Berdasarkan hasil penelitian eksperimental, sampai pengurangan sekitar 10 kg berat badan berhubungan langsung dengan penurunan tekanan darah rata-rata 2-3 mmHg per kg berat badan.50

2) Olahraga dan aktifitas fisik

Selain untuk menjaga berat badan tetap normal, olahraga dan aktifitas fisik teratur bermanfaat untuk mengatur tekanan darah, dan menjaga kebugaran tubuh. Olahraga seperti jogging, berenang baik dilakukan untuk penderita hipertensi. Dianjurkan untuk olahraga teratur, minimal 3 kali seminggu, dengan demikian dapat menurunkan tekanan darah walaupun berat badan belum tentu turun.50

Olahraga yang teratur dibuktikan dapat menurunkan tekanan perifer sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Olahraga dapat menimbulkan perasaan santai dan mengurangi berat badan sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Yang perlu diingatkan kepada kita adalah bahwa olahraga saja tidak dapat digunakan sebagai pengobatan hipertensi.51,61

3) Perubahan pola makan a) Mengurangi asupan garam


(51)

35

Pada hipertensi derajat I, pengurangan asupan garam dan upaya penurunan berat badan dapat digunakan sebagai langkah awal pengobatan hipertensi. Nasihat pengurangan asupan garam harus memperhatikan kebiasaan makan pasien, dengan memperhitungkan jenis makanan tertentu yang banyak mengandung garam. Pembatasan asupan garam sampai 60 mmol per hari, berarti tidak menambahkan garam pada waktu makan, memasak tanpa garam, menghindari makanan yang sudah diasinkan, dan menggunakan mentega yang bebas garam. Cara tersebut diatas akan sulit dilaksanakan karena akan mengurangi asupan garam secara ketat dan akan mengurangi kebiasaan makan pasien secara drastis.51,64

b) Diet rendah lemak jenuh

Lemak dalam diet meningkatkan risiko terjadinya aterosklerosis yang berkaitan dengan kenaikan tekanan darah. Penurunan konsumsi lemak jenuh, terutama lemak dalam makanan yang bersumber dari hewan dan peningkatan konsumsi lemak tidak jenuh secukupnya yang berasal dari minyak sayuran, biji-bijian dan makanan lain yang bersumber dari tanaman dapat menurunkan tekanan darah.57

c) Memperbanyak konsumsi sayuran, buah buahan dan susu rendah lemak

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa beberapa mineral bermanfaat mengatasi hipertensi. Kalium dibuktikan erat kaitannya dengan penurunan tekanan darah arteri dan mengurangi risiko terjadinya stroke. Selain itu, mengkonsumsi kalsium dan magnesium bermanfaat dalam penurunan tekanan darah. Banyak konsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan mengandung banyak mineral, seperti seledri, kol, jamur (banyak mengandung kalium),


(52)

kacang-36

kacangan (banyak mengandung magnesium). Sedangkan susu dan produk susu mengandung banyak kalsium.50,64

4) Tidak merokok

Merokok sangat besar perananya dalam meningkatkan tekanan darah, hal tersebut disebabkan oleh nikotin yang terdapat didalam rokok yang memicu hormon adrenalin yang menyebabkan tekanan darah meningkat. Tekanan darah akan turun secara perlahan dengan berhenti merokok. Selain itu merokok dapat menyebabkan obat yang dikonsumsi tidak bekerja secara optimal.58

5) Menghilangkan stress

Stres menjadi masalah bila tuntutan dari lingkungan hampir atau bahkan sudah melebihi kemampuan kita untuk mengatasinya. Cara untuk menghilangkan stres yaitu perubahan pola hidup dengan membuat perubahan dalam kehidupan rutin sehari-hari dapat meringankan beban stres. Perubahan-perubahan itu ialah: 37

a) Rencanakan semua dengan baik. Buatlah jadwal tertulis untuk kegiatan setiap hari sehingga tidak akan terjadi bentrokan acara atau kita terpaksa harus terburu-buru untuk tepat waktu memenuhi suatu janji atau aktifitas.

b) Sederhanakan jadwal. Cobalah bekerja dengan lebih santai. c) Bebaskan diri dari stres yang berhubungan dengan pekerjaan. d) Siapkan cadangan untuk keuangan

e) Berolahraga.


(53)

37

g) Tidur yang cukup.

h) Ubahlah gaya. Amati sikap tubuh dan perilaku saat sedang dilanda stres. i) Sediakan waktu untuk keluar dari kegiatan rutin.

j) Binalah hubungan sosial yang baik.

k) Ubalah pola pikir. Perhatikan pola pikir agar dapat menekan perasaan kritis atau negatif terhadap diri sendiri.

l) Sediakan waktu untuk hal-hal yang memerlukan perhatian khusus. m) Carilah humor.

n) Berserah diri pada Yang Maha Kuasa. b. Farmakologis

Selain cara pengobatan nonfarmakologis, penatalaksanaan utama hipertensi primer alah dengan obat. Keputusan untuk mulai memberikan obat antihipertensi berdasarkan beberapa faktor seperti derajat peninggian tekanan darah, terdapatnya kerusakan organ target dan terdapatnya manifestasi klinis penyakit kardiovaskuler atau faktor risiko lain.6 Terapi dengan pemberian obat antihipertensi terbukti dapat menurunkan sistole dan mencegah terjadinya stroke pada pasien usia 70 tahun atau lebih.52

Menurut Arif Mansjoer, penatalaksanaan dengan obat antihipertensi bagi sebagian besar pasien dimulai dengan dosis rendah kemudian ditingkatkan secara titrasi sesuai umur dan kebutuhan. Terapi yang optimal harus efektif selama 24 jam dan lebih disukai dalam dosis tunggal karena kepatuhan lebih baik, lebih murah dan dapat mengontrol hipertensi terus menerus dan lancar, dan melindungi pasien terhadap risiko dari kematian mendadak, serangan jantung, atau stroke akibat peningkatan tekanan darah


(54)

38

mendadak saat bangun tidur. Sekarang terdapat pula obat yang berisi kombinasi dosis rendah 2 obat dari golongan yang berbeda. Kombinasi ini terbukti memberikan efektifitas tambahan dan mengurangi efek samping. Setelah diputuskan untuk untuk memakai obat antihipertensi dan bila tidak terdapat indikasi untuk memilih golongan obat tertentu, diberikan diuretik atau beta bloker. Jika respon tidak baik dengan dosis penuh, dilanjutkan sesuai dengan algoritma. Diuretik biasanya menjadi tambahan karena dapat meningkatkan efek obat yang lain. Jika tambahan obat yang kedua dapat mengontrol tekanan darah dengan baik minimal setelah 1 tahun, dapat dicoba menghentikan obat pertama melalui penurunan dosis secara perlahan dan progresif.40


(55)

39 B. Kerangka Teori

Faktor resiko hipertensi

Dapat dikontrol Gaya Hidup : 1. Kebiasaan makan

2. Aktifitas fisik 3. Stress 4. Kebiasaan merokok

Tidak dapat dikontrol 1. Umur

2. Jenis Kelamin 3. Riwayat Keluarga

Hipertensi

Penatalaksanaan

Farmakologis Nonfarmakologis

Perubahan gaya hidup : 1. Kurangi faktor penyebab ateroskelrosis 2. Olahraga dan aktifitas fisik 3. Tidak merokok 4. Menghilangkan stress


(56)

40 BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini membahas tentang metodologi penelitian yang digunakan. Penulis melakukan pembelajaran dari beberapa buku-buku literatur yang membahas tentang jenis, rancangan, dan desain penelitian. Formula yang tertera pada bab ini merupakan formula baku bersumber dari pustaka.

A. Kerangka Konsep

Gambar 2 Kerangka Konsep B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mendeskripsikan mengenai suatu fenomena yang ditemukan.65 Metode cross sectional yaitu penelitian yang dilakukan hanya pada satu waktu.66 Penelitian ini digunakan untuk mengetahui gambaran gaya hidup penderita hipertensi di Kecamatan Sumowono.

Gambaran gaya hidup penderita hipertensi


(57)

41 C. Populasi dan Rancangan Penelitian

1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan subyek penelitian yang diteliti.67 Populasi dalam penelitian ini terdiri dari objek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulan.68 Populasi terdapat dua populasi target dan populasi terjangkau.69 Populasi target adalah populasi yang memenuhi sampling kriteria dan menjadi sasaran akhir penelitian. Populasi terjangkau adalah populasi yang memenuhi kriteria dalam penelitian dan dapat dijangkau oleh peneliti dari kelompoknya.69

Populasi pada penelitian ini adalah penderita hipertensi di Kecamatan Sumowono karena angka morbiditas hipertensi yang cukup tinggi, serta Kecamatan Sumowono memenuhi kriteria sebagai daerah rural. Data yang diambil adalah penderita hipertensi dalam 3 bulan terakhir sebanyak 404 orang.

2. Sampel

Sampel merupakan sebagian dari populasi yang ciri-cirinya diteliti.70 Dalam penelitian ini kriteria sampel yang digunakan adalah kriteria inklusi dan ekslusi, yang menentukan dapat dan tidaknya sampel tersebut digunakan dalam penelitian. Sampling merupakan proses menyeleksi populasi yang dapat mewakili populasi yang ada.69

Adapun sampel penelitian ini yaitu sebagian responden yang mempunyai penyakit hipertensi dan tercatat dalam register laporan


(58)

42

penyakit tidak menular di Puskesmas kecamatan Sumowono bulan September sampai November 2015.

a. Teknik Sampling

Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam mengambil sampel, untuk memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian.69 Teknik pengambilan data yang digunakan pada penelitian ini yaitu Simple Random Sampling, yaitu pengambilan sampel dari populiasi secara acak berdasarkan frekuensi probabilitas semua anggota populasi.66

b. Besar Sampling

Besarnya sampel dalam penelitian ini semua penderita hipertensi di Kecamatan Sumowono yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi yang jumlahnya 135 responden.

c. Kriteria Inklusi dan Ekslusi 1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria subyek penelitian mewakili sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel.68 Adapun kriteria inklusi pada penelitian ini adalah sebagai berikut : a) Berusia ≥18 tahun.

b) Bisa membaca dan menulis.


(59)

43

Kriteria ekslusi adalah menghilangkan subyek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi namun karena berbagai sebab.67 Dalam penelitian ini kriteria ekslusi adalah sebagai berikut : a) Penderita hipertensi mengalami komplikasi yang menyebabkan

proses penelitian terganggu.

b) Responden tidak ada ditempat selama penelitian. c) Menderita gangguan jiwa.

d) Hipertensi gravidarum. D. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sumowono dan bekerjasama dengan puskesmas Sumowono sebagai sumber data kesehatan masyarakat. Pemilihan Kecamatan Sumowono dikarenakan angka morbiditas hipertensi yang cukup tinggi, serta Kecamatan Sumowono memenuhi kriteria sebagai daerah rural atau pedesaan.

2. Waktu Penelitian

Pengambilan data dilakukan pada bulan Desember 2015. E. Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran

1. Variabel Penelitian

Variabel merupakan karakteristik subyek penelitian yang berubah dari satu subjek ke subjek lainnya.68 Adapun variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu gaya hidup penderita hipertensi.


(60)

44

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga peneliti dapat melakukan pengukuran yang tepat terhadap suatu fenomena yang ada.68

Tabel 2 Definisi Operasional

Variabel

Penelitian Definisi Operasional Cara Ukur Hasil Ukur Skala 1.Gaya hidup kebiasaan hidup

individu yang terdiri dari aktivitas fisik, kebiasaan makan, kebiasaan merokok dan pengendalian stress.

a.Aktifitas fisik Kebiasaan olah raga yang biasa dilakukan oleh subjek penelitian secara rutin yaitu 2-3 kali setiap minggu. Serta durasi ideal yang dilakukan oleh subjek penelitian pada setiap kali berolah raga.

Kuesioner terdiri dari 2 pertanyaan. Subjek penelitian diminta mengisi kuesioner yang berisi pernyataan tentang kebiasaan olah raga rutin yang dilakukan. Hasil ukur dikelompokkan menjadi: 1. Iya, jika melakukan olah raga rutin setiap minggu. Skor = 0 2. Tidak, jika tidak melakukan olah raga rutin setiap minggu. Skor = 1

Subjek penelitian diminta mengisi kuesioner yang berisi pernyataan tentang durasi olah raga ideal yang dilakukan. Hasil ukur dikelompokkan menjadi:

1. Iya, jika subjek penelitian menyatakan berolahraga dengan durasi waktu yang ideal. Skor = 0

Telah dilakukan uji normalitas dengan hasil data

terdistribusi normal, sehingga cut of point pengkategorian menggunakan nilai mean (0.99). Responden dikategorikan tidak cukup aktifitas fisik

jika nilai ≥ mean,

dan dikategorikan cukup aktifitas fisik jika nilai < mean.


(61)

45

2. Tidak, jika subjek penelitian menyatakan tidak berolah raga dengan durasi waktu yang ideal. Skor = 1

b.Kebiasaan makan Kebiasaan makan kelompok dewasa dalam mengonsumsi makanan, yang meliputi jenis makanan rata-rata setiap hari, khususnya makanan asin. Kebiasaan makan dalam mengonsumsi makanan, yang meliputi jenis makanan rata-rata setiap hari, khususnya makanan lemak jenuh.

Kuesioner terdiri dari 2 pertanyaan. Jenis makanan diukur dengan melakukan pengisian kuesioner dengan pernyataan tentang sering atau tidaknya konsumsi makanan asin. Hasil ukur dikelompokkan menjadi: 1.Iya, jika mengonsumsi makanan asin 3x seminggu atau lebih. Skor = 1 2.Tidak, jika mengonsumsi makanan asin kurang dari 3x seminggu. Skor = 0

Jenis makanan diukur dengan melakukan pengisian kuesioner dengan pernyataan tentang sering atau tidaknya konsumsi makanan lemak jenuh. Hasil ukur dikelompokkan menjadi: 1.Iya, jika mengonsumsi makanan lemak jenuh 3x seminggu atau lebih. Skor = 1 2.Tidak, jika mengonsumsi makanan lemak jenuh kurang dari 3x seminggu. Skor = 0

Telah dilakukan uji normalitas dengan hasil data

terdistribusi tidak normal, sehingga cut of point pengkategorian menggunakan nilai median (2). Responden dikategorikan baik jika nilai < median, dan dikategorikan tidak

baik jika nilai ≥

median.

Nominal

c.Stress segala situasi di mana tuntunan non-spesifik

Pengkajian dengan menggunakan

1. Stress: nilai hasil pengkajian pada


(62)

46 mengharuskan

seorang individu untuk merespon atau melakukan tindakan. kuesioner khusus yang mengkaji tingkat stress responden, dengan jumlah pertanyaan 10. Kuesioner dibagi menjadi 2, bagian pertama terdiri dari 5 pertanyaan favorable. Dan bagian kedua terdiri dari pertanyaan unfavorable.

perempuan > 14 atau pada laki-laki > 12.

2. Tidak stress: nilai hasil pengkajian pada

perempuan ≤ 14 atau pada lakilaki ≤

12.

d.Merokok : Kebiasaan Merokok

Kebiasaan/perilaku menghisap rokok dan atau pernah merokok dalam sehari-hari

Kuesioner terdiri dari 4 pertanyaan. Subjek penelitian diminta mengisi kuesioner yang berisi pernyataan tentang pernah atau tidaknya merokok Hasil ukur dikelompokkan menjadi:

1. Iya, jika subjek penelitian menyatakan merokok. Skor = 1 2. Tidak, jika subjek penelitian menyatakan tidak merokok. Skor = 0

Subjek penelitian diminta mengisi kuesioner yang berisi pernyataan tentang pernah atau tidaknya merokok sejumlah dua bungkus rokok per hari.

Hasil ukur dikelompokkan menjadi:

1. Iya, jika subjek penelitian menyatakan terbiasa merokok sejumlah lebih dari dua bungkus rokok per hari. Skor = 1 2. Tidak, jika subjek penelitian menyatakan tidak terbiasa merokok

Telah dilakukan uji normalitas dengan hasil data

terdistribusi normal, sehingga cut of point pengkategorian menggunakan nilai mean (2.07). Responden dikategorikan rendah paparan asap rokok jika nilai < mean, dan dikategorikan tinggi paparan asap

rokok jika nilai ≥

mean.


(63)

47

sejumlah lebih dari dua bungkus rokok per hari. Skor = 0

Subjek penelitian diminta mengisi kuesioner yang berisi pernyataan tentang ada tidaknya anggota keluarga yang merokok. Hasil ukur dikelompokkan menjadi:

1. Iya, jika subjek penelitian menyatakan mempunyai anggota keluarga yang merokok. Skor = 1 2. Tidak, jika subjek penelitian menyatakan tidak mempunyai anggota keluarga yang merokok. Skor = 0

Subjek penelitian diminta mengisi kuesioner yang berisi pernyataan tentang frekuensi terpapar asap rokok. Hasil ukur dikelompokkan menjadi:

1. Iya, jika subjek penelitian

menyatakan sering terpapar asap rokok. Skor = 1 2. Tidak, jika subjek penelitian menyatakan tidak sering terpapar asap rokok. Skor = 0

2.Karakteristik

a.Jenis Kelamin Penggolongan jenis kelamin responden.

Subjek penelitian diminta untuk memberikan tanda check list (v) pada pilihan jenis kelamin yang telah

1. Laki laki 2. Perempuan


(1)

17

Gaya Hidup Makanan

B1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 31 23.0 23.0 23.0

1 104 77.0 77.0 100.0

Total 135 100.0 100.0

B2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 48 35.6 35.6 35.6

1 87 64.4 64.4 100.0

Total 135 100.0 100.0

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Baik 54 40.0 40.0 40.0

Buruk 81 60.0 60.0 100.0

Total 135 100.0 100.0

Gaya Hidup Merokok

B3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 69 51.1 51.1 51.1

1 66 48.9 48.9 100.0

Total 135 100.0 100.0

B4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 103 76.3 76.3 76.3

1 32 23.7 23.7 100.0


(2)

18

B5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 35 25.9 25.9 25.9

1 100 74.1 74.1 100.0

Total 135 100.0 100.0

B6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 54 40.0 40.0 40.0

1 81 60.0 60.0 100.0

Total 135 100.0 100.0

Gaya Hidup Aktifitas Fisik

B7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 68 50.4 50.4 50.4

1 67 49.6 49.6 100.0

Total 135 100.0 100.0

B8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 68 50.4 50.4 50.4

1 67 49.6 49.6 100.0

Total 135 100.0 100.0

Gaya Hidup Stress

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Stress 95 70.4 70.4 70.4

Tidak Stress 40 29.6 29.6 100.0


(3)

19

Uji normalitas

1.

Kebiasaan makan

Descriptives

Statistic Std. Error

MAKAN Mean 1.41 .068

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 1.28

Upper Bound 1.55

5% Trimmed Mean 1.46

Median 2.00

Variance .618

Std. Deviation .786

Minimum 0

Maximum 2

Range 2

Interquartile Range 1

Skewness -.884 .209

Kurtosis -.808 .414

Nilai : -4.23, hasil tidak normal, maka menggunakan nilai median.


(4)

20

2.

Kebiasaan merokok

Descriptives

Statistic Std. Error

MEROKOK Mean 2.07 .121

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 1.83

Upper Bound 2.31

5% Trimmed Mean 2.07

Median 2.00

Variance 1.973

Std. Deviation 1.405

Minimum 0

Maximum 4

Range 4

Interquartile Range 2

Skewness -.136 .209

Kurtosis -1.250 .414


(5)

21

3.

Aktifitas fisik

Descriptives

Statistic Std. Error

AKTIFTAS Mean .99 .086

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound .82

Upper Bound 1.16

5% Trimmed Mean .99

Median .00

Variance 1.007

Std. Deviation 1.004

Minimum 0

Maximum 2

Range 2

Interquartile Range 2

Skewness .015 .209

Kurtosis -2.030 .414


(6)

22