S PEA 1006570 Chapter1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian
Setiap
optimal
untuk
individu
dituntut
menghadapi
mengembangkan
berbagai
tantangan
kapasitasnya
yang
secara
muncul
dan
mengadaptasikan diri ke dalam situasi yang amat bervariasi dan cepat
berubah. Selain itu juga, setiap individu dituntut memiliki daya nalar
kreatif dan ketrampilan tinggi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan
adalah melalui peningkatan kualitas pendidikan. Pendidikan merupakan
aspek
universal yang selalu ada dalam kehidupan manusia karena
pendidikan merupakan suatu tonggak peradaban. Di dalamnya terdapat
suatu ilmu pengetahuan yang sangat penting untuk dijadikan sebagai
pedoman dalam hidup manusia.
Hal ini berarti sejalan dengan apa yang menjadi harapan dari sistem
pendidikan nasional terhadap generasi-generasi penerus bangsa di masa
yang akan datang, seperti dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional dikemukakan:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan
akhlaq mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara.
Dari pengertian tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
pendidikan di Indonesia diharapkan mampu mengarahkan peserta didik
agar mampu mengembangkan potensi dirinya. Potensi diri dapat dilihat
dari segi kepribadianmaupun skill. Dalam hal ini siswa diarahkan mampu
M elly Lydea, 2014
PENGARUH PENERAPAN MODEL PARTICIPANT CENTERED LEARNING TERHADAP
PRES TAS I BELAJAR AKUNTANS I S IS WA
(S tudi Quasi Eksperimen Di Kelas XI IPS S MAN 5 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu perpustakaa..upi.edu
2
memiliki skill yang profesional sesuai dengan ilmu yang didapatnya di
sekolah.
Melihat berbagai permasalahan pendidikan di Indonesia saat ini,
kita
dihadapkan
dengan
berbagai
permasalahan
yang
kompleks
diantaranya yaitu mutu pendidikan. Dalam laporan The United Nations for
Education, Science and CultureOrganization(UNESCO) pada tahun 2012
Indonesia berada di peringkat ke-64 dari 120 berdasarkan penilaian
Education
Development
Index
(EDI)
atau
Indeks
Pembangunan
Pendidikan. Total nilai EDI itu diperoleh dari rangkuman perolehan empat
kategori penilaian, yaitu angka partisipasi pendidikan dasar, angka melek
huruf pada usia 15 tahun ke atas, angka partisipasi menurut kesetaraan
gender, angka bertahan siswa hingga kelas V Sekolah Dasar. 14 Maret
2013 dilaporkan Indonesia berada diperingkat ke-121 dari 185 negara.
Peringkat Indonesia masih dibawah Singapura, Brunei, Malaysia, Thailand
dan Filipina dimana Singapura berada diperingkat ke-18 dan Malaysia
peringkat ke-64. Thailand dan Filipina termasuk dalam peringkat medium
namun memiliki peringkat yang lebih baik dari Indonesia dimana secara
berurutan
Thailand
berada diperingkat ke-103
dan Filipina berada
diperingkat ke-114. Data ini meliputi aspek tenaga kerja, kesehatan, dan
pendidikan.
Dilihat
dari kedudukan peringkat memang menunjukkan
kenaikan, tetapi jika dilihat dari jumlah negara partisipan, hasilnya tetap
saja Indonesia tidak naik peringkat.
Indonesia
Filipina
Thailand
Malaysia
Singapura
0
50
100
150
Peringkat
Gambar 1.1 Data Indeks Peringkat Pendidikan di Dunia
(Sumber:www.edukasi.kompasiana.com)
3
Hal
ini
menunjukkan
bahwa
mutu
pendidikan
masyarakat
Indonesia masih rendah. Mutu pendidikan sering dinilai berdasarkan
kualitas prestasi keluarannya (output pendidikan) sesuai dengan tujuan
yang ditetapkan atau tidak. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
menilai kualitas outputpendidikan adalah melalui pengukuran prestasi
belajar
siswa
yang
diperoleh
setelah
melalui proses
belajar
dan
pembelajaran. Pengukuran tersebut dilakukan terhadap semua aspek yaitu
dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
Upaya
pembelajaran
yang
dilakukan
khususnya
pada
mata
pelajaran Akuntansi seharusnya mampu membantu siswa agar mampu
meningkatkan prestasi
belajarnya. Pembelajaran Akuntansi di dalamnya
lebih banyak melatih siswa untuk terampil, cermat dan teliti dalam
menghitung
angka-angka
yang
berkaitan
dengan kegiatan Akuntansi
sehingga membuat siswa merasa kesulitan dalam mempelajarinya. Seperti
halnya di SMAN 5 Bandung yang menjadi SMA negeri unggulan di kota
Bandung, serta prestasi di bidang akademik yang cukup banyak diraih.
SMAN 5 Bandung juga mendapatkan nilai akreditasi yang tinggi termasuk
pada mata pelajaran Akuntansi. Namun, pada kenyataannya masih terdapat
rendahnya prestasi belajar khususnya mata pelajaran Akuntansi. Seperti
data yang diperoleh peneliti pada saat melakukan pra penelitian berikut ini:
Tabel 1.1
Persentase Siswa yang Belum MemenuhiKKMPada Nilai UTS
Mata Pelajaran AkuntansiKelas XI A & XI B SMAN 5 Bandung 2014
Jumlah Persentase (%) siswa yang
siswa
belum memenuhi KKM
XI A
40
34/40x100%= 85%
XI B
40
32/40x100%= 80%
(Sumber: SMAN 5 Bandung (diolah))
Kelas
Berdasarkan tabel 1.1 dapat disimpulkan bahwa dari keseluruhan
siswa XI IPS yang berjumlah 74, siswa masih belum memenuhi KKM
yang ditentukan yaitu 75.Kasus rendahnya prestasi belajar siswa ini sangat
penting untuk diperhatikan khususnya oleh guru sebagai bahan evaluasi
4
karena akan berakibat pada tidak tercapainya tujuan–tujuan pendidikan
yang ditetapkan serta pada penilaian terhadap mutu pendidikan. Hal ini
merupakan
tantangan
bagi pihak
sekolah dan juga peneliti untuk
mengetahui faktor apa yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa
khususnya pada mata pelajaran Akuntansi di sekolah tersebut.
Tujuan pembelajaran akan tercapai dengan baik jika adanya
interaksi dalam proses belajar mengajar. Interaksi selama proses belajar
mengajar terjadi antara kedua belah pihak, yaitu antara guru dan siswa.
Guru dituntut untuk menciptakan suasana belajar yang efektif. Mengacu
juga kepada anjuran agar guru berpegang pada empat pilar pendidikan
universal seperti yang dirumuskan UNESCO (United Nations Educational,
Scientific and Cultural Organization), yaitu (1) learning to know yang
berarti learning to learn; (2) learning to do; (3) learning to be; (4)
learning to live together.
Gambar 1.2 4 Pilar Pendidikan UNESCO
(Sumber:www.unescobkk.org)
Salah satu pendekatan pembelajaran yang mencakup keempat pilar
tersebut dan sekaligus dapat digunakan untuk mengembangkan suasana
pembelajaran yangefektif adalah pendekatan pembelajaran menggunakan
modelParticipantCentered
Learning,
yaitu
pembelajaran
melalui
5
pendekatan
yang
lebih
Learning).Participant
berpusat
Centered
pada
siswa
Learning
(PCL)
(Student
Centered
sangat
membantu
terjadinya perubahan terhadap peningkatan kemampuan siswa. Dalam
sistem ini, siswa dituntut untuk lebih proaktif dalam proses belajar dan
menjadikan kebiasaan membaca sebagai sesuatu yang esensial.
Model PCL ini sebagai upaya meningkatkan suasana belajar yang
kondusif
dan
aplikatif,
menyelenggarakan
program
membangun
mentoring.
budaya
Dengan
membaca,
model
PCL,
dan
siswa
menjadi pusat pembelajaran, sedangkan tugas utama guru adalah sebagai
fasilitator
diskusi dalam kelas,
menyimpulkan
prestasi diskusi,
dan
mengaitkannya dengan teori-teori yang relevan.
Selama ini akademisi Asia cenderung membiarkan siswa larut
dalam obrolan tidak terarah, pasif tanpa kesiapan membaca, bahkan
cenderung teoretik-complicated hafalan. Dengan model PCL, gairah
mengeksplorasi pengetahuan di negara-negara yang siswanya cenderung
pasif
dapat
ditingkatkan
sehingga
memicu
kegembiraan
dalam
berpartisipasi dan menumbuhkan kecerdasan sosial-emosional.
ModelParticipant Centered Learningini dapat digunakan dalam
pembelajaran Akuntansi karena di dalamnya terdapat beberapa bahasan
pokok yang relevan yang dapat mendukung pelaksanaan dan penerapan
modelParticipant Centered Learningini. Bahasan-bahasan pokok tersebut
diantaranya harus memiliki karakteristik yang dapat dibagi ke dalam sub
bab terkecil sehingga sesuai dengan karakteristik Participant Centered
Learning.
Beberapa
para
pengajar
Indonesia
yang
telah
menerapkan
Participant Centered Learning adalahRhenald Kasali danSumardianta.
Rhenald Kasalimenerapkan model PCL di Kampus UI dan akhirnya pada
tahun 2013, UI menerima akreditasi internasional dari ABEST 21
(Alliance on Business Education and Scholarship for Tomorrow) di
Tokyo, Jepang. Satu pesan untuk guru Indonesia dalam tulisan Guru dan
PerubahanRhenald Kasali (2013):
6
Guru berpikir jauh ke depan, bukan terbelenggu ilmu masa lalu.
Sebab tak banyak orang yang melihat anak-anak telah hidup di
sebuah peradaban yang berbeda dengannya. Sementara kurikulum
baru yang belum tentu sempurna sudah dihujat, kaum muda
mengatakan kurikulum lama sudah tidak relevan mengisi masa
depan mereka.
Sama halnya dengan Sumardianta seorang guru SMA Kolese De
Britto Yogyakarta yang telah menerapkan modelParticipant Centered
Learning (PCL) beberapa tahun silam sebelum kurikulum 2013 terbentuk.
Menurut Sumardianta(2013:96):
Pembelajaran Participant Centered Learning (PCL) berpusat pada
peserta didik. Bukan lagi Fasilitator Centered Learning (FCL).
Konsekuensinya gurusedikit mengalokasikan waktu buat mengajar.
Siswa yang lebih banyak belajar. Jika guru terlalu banyak
memboroskan waktu untuk mengajar, belum tentu murid mau
belajar. Bisa jadi murid hanya melamun, mengantuk, dan ribut.
Beberapa penelitian mengenai penerapan PCL (Carlos, 2006)
menemukan bahwa “PCL berpengaruh terhadap pengalaman belajar siswa
di bidang
simulasi bisnis (manajemen dan Akuntansi)”.
Sedangkan
penelitian lainnya Lyu, Shieh dan Cheng (2007) menunjukkan bahwa
“penerapan modelParticipant Centered Learning memiliki dampak positif
terhadap peningkatan keaktifan belajar siswa di Taiwan”.
Berdasarkan
pendapat
peneliti
terdahulu
diatas,
peneliti
menyimpulkan penelitian ini merupakan penelitian yang sejalan dengan
hasil-prestasi penelitian di atas dengan mencoba pada objek dan materi
yang berbeda dan membandingkannya dengan model pembelajaran yang
sudah digunakan oleh sekolah tersebut untuk
penerapan
model
yang
dilakukan.
Adapun
mengetahui pengaruh
peneliti memberi judul
penelitian adalah “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Participant
Centered Learning terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran
Akuntansi (Studi Quasi Eksperimendi Kelas XI IPS SMAN 5 Bandung)”.
1.2
Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan pada latar belakang diatas, peneliti merumuskan
masalah penelitian sebagai berikut:bagaimana pengaruh penerapan model
7
pembelajaran ParticipantCentered Learning terhadap prestasi belajar
siswa pada mata pelajaran Akuntansi (studi quasi eksperimen di kelas XI
IPS SMAN 5 Bandung)?
1.3
Maksud dan Tujuan Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis secara mendalam
mengenai prestasi belajar siswa. Penelitian ini juga dimaksudkan untuk
mengumpulkan data mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar siswa terkait dengan masalah rendahnya aktivitas belajar yang
diduga menjadi faktor penyebab terkait dengan model yang digunakan
guru dalam pembelajaran.
Adapun
tujuan
dari penelitian
ini adalah
untuk
mengetahui
pengaruh penerapan model pembelajaran Participant Centered Learning
terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi (studi quasi
eksperimen di kelas XI IPS SMAN 5 Bandung).
1.4
Kegunaan Penelitian
Peneliti mengungkapkan dua manfaat dari prestasi penelitian,
yaitu teoritis (akademik) dan empiris (praktis).
1. Manfaat Teoritis
- Prestasi penelitian ini dapat dipergunakan untuk referensi
penelitianselanjutnya yang relevan.
- Prestasi penelitian ini diharapkan dapat menambah dan
mengembangkan pengetahuan dalam bidang pendidikan,
khususnya dalam pemilihan model pembelajaran yang
tepat.
2. Manfaat Praktis
- Bagi Siswa
8
Model
pembelajaran
PCL
dapat
mengembangkan
kepercayaan diri siswa dalam mengemukakan pendapat di
depan kelas sehingga siswa terbiasa aktif berbicara dimana
mampu berkomunikasi dengan bahasa yang ilmiah karena
semua aktivitas dilakukan oleh siswa-siswa yang bekerja
dalam kelompok secara kooperatif.
- Bagi Guru
Sebagai
motivasi
keterampilan
untuk
proses
menerapkan
dalam
pendekatan
pembelajaran
untuk
menghasilkan output yang berkualitas. Selain itu sebagai
media alternatif dalam mengajarkan materi yang lebih
menyenangkan dan mudah dipahami oleh siswa.
- Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan pengalaman sebagai calon
guru
dapat
berusaha
sejak
sekarang
untuk
belajar
menerapkan model pembelajaran yang tepat.
- Bagi Universitas Pendidikan Indonesia
Prestasi
penelitian
ini
sebagai
bahan
referensi
dan
sumbangan koleksi berupa bahan pustaka dan bacaan bagi
siswa Pendidikan Akuntansi pada khususnya dan siswa
Universitas Pendidikan Indonesia pada umumnya.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian
Setiap
optimal
untuk
individu
dituntut
menghadapi
mengembangkan
berbagai
tantangan
kapasitasnya
yang
secara
muncul
dan
mengadaptasikan diri ke dalam situasi yang amat bervariasi dan cepat
berubah. Selain itu juga, setiap individu dituntut memiliki daya nalar
kreatif dan ketrampilan tinggi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan
adalah melalui peningkatan kualitas pendidikan. Pendidikan merupakan
aspek
universal yang selalu ada dalam kehidupan manusia karena
pendidikan merupakan suatu tonggak peradaban. Di dalamnya terdapat
suatu ilmu pengetahuan yang sangat penting untuk dijadikan sebagai
pedoman dalam hidup manusia.
Hal ini berarti sejalan dengan apa yang menjadi harapan dari sistem
pendidikan nasional terhadap generasi-generasi penerus bangsa di masa
yang akan datang, seperti dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional dikemukakan:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan
akhlaq mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara.
Dari pengertian tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
pendidikan di Indonesia diharapkan mampu mengarahkan peserta didik
agar mampu mengembangkan potensi dirinya. Potensi diri dapat dilihat
dari segi kepribadianmaupun skill. Dalam hal ini siswa diarahkan mampu
M elly Lydea, 2014
PENGARUH PENERAPAN MODEL PARTICIPANT CENTERED LEARNING TERHADAP
PRES TAS I BELAJAR AKUNTANS I S IS WA
(S tudi Quasi Eksperimen Di Kelas XI IPS S MAN 5 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu perpustakaa..upi.edu
2
memiliki skill yang profesional sesuai dengan ilmu yang didapatnya di
sekolah.
Melihat berbagai permasalahan pendidikan di Indonesia saat ini,
kita
dihadapkan
dengan
berbagai
permasalahan
yang
kompleks
diantaranya yaitu mutu pendidikan. Dalam laporan The United Nations for
Education, Science and CultureOrganization(UNESCO) pada tahun 2012
Indonesia berada di peringkat ke-64 dari 120 berdasarkan penilaian
Education
Development
Index
(EDI)
atau
Indeks
Pembangunan
Pendidikan. Total nilai EDI itu diperoleh dari rangkuman perolehan empat
kategori penilaian, yaitu angka partisipasi pendidikan dasar, angka melek
huruf pada usia 15 tahun ke atas, angka partisipasi menurut kesetaraan
gender, angka bertahan siswa hingga kelas V Sekolah Dasar. 14 Maret
2013 dilaporkan Indonesia berada diperingkat ke-121 dari 185 negara.
Peringkat Indonesia masih dibawah Singapura, Brunei, Malaysia, Thailand
dan Filipina dimana Singapura berada diperingkat ke-18 dan Malaysia
peringkat ke-64. Thailand dan Filipina termasuk dalam peringkat medium
namun memiliki peringkat yang lebih baik dari Indonesia dimana secara
berurutan
Thailand
berada diperingkat ke-103
dan Filipina berada
diperingkat ke-114. Data ini meliputi aspek tenaga kerja, kesehatan, dan
pendidikan.
Dilihat
dari kedudukan peringkat memang menunjukkan
kenaikan, tetapi jika dilihat dari jumlah negara partisipan, hasilnya tetap
saja Indonesia tidak naik peringkat.
Indonesia
Filipina
Thailand
Malaysia
Singapura
0
50
100
150
Peringkat
Gambar 1.1 Data Indeks Peringkat Pendidikan di Dunia
(Sumber:www.edukasi.kompasiana.com)
3
Hal
ini
menunjukkan
bahwa
mutu
pendidikan
masyarakat
Indonesia masih rendah. Mutu pendidikan sering dinilai berdasarkan
kualitas prestasi keluarannya (output pendidikan) sesuai dengan tujuan
yang ditetapkan atau tidak. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
menilai kualitas outputpendidikan adalah melalui pengukuran prestasi
belajar
siswa
yang
diperoleh
setelah
melalui proses
belajar
dan
pembelajaran. Pengukuran tersebut dilakukan terhadap semua aspek yaitu
dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
Upaya
pembelajaran
yang
dilakukan
khususnya
pada
mata
pelajaran Akuntansi seharusnya mampu membantu siswa agar mampu
meningkatkan prestasi
belajarnya. Pembelajaran Akuntansi di dalamnya
lebih banyak melatih siswa untuk terampil, cermat dan teliti dalam
menghitung
angka-angka
yang
berkaitan
dengan kegiatan Akuntansi
sehingga membuat siswa merasa kesulitan dalam mempelajarinya. Seperti
halnya di SMAN 5 Bandung yang menjadi SMA negeri unggulan di kota
Bandung, serta prestasi di bidang akademik yang cukup banyak diraih.
SMAN 5 Bandung juga mendapatkan nilai akreditasi yang tinggi termasuk
pada mata pelajaran Akuntansi. Namun, pada kenyataannya masih terdapat
rendahnya prestasi belajar khususnya mata pelajaran Akuntansi. Seperti
data yang diperoleh peneliti pada saat melakukan pra penelitian berikut ini:
Tabel 1.1
Persentase Siswa yang Belum MemenuhiKKMPada Nilai UTS
Mata Pelajaran AkuntansiKelas XI A & XI B SMAN 5 Bandung 2014
Jumlah Persentase (%) siswa yang
siswa
belum memenuhi KKM
XI A
40
34/40x100%= 85%
XI B
40
32/40x100%= 80%
(Sumber: SMAN 5 Bandung (diolah))
Kelas
Berdasarkan tabel 1.1 dapat disimpulkan bahwa dari keseluruhan
siswa XI IPS yang berjumlah 74, siswa masih belum memenuhi KKM
yang ditentukan yaitu 75.Kasus rendahnya prestasi belajar siswa ini sangat
penting untuk diperhatikan khususnya oleh guru sebagai bahan evaluasi
4
karena akan berakibat pada tidak tercapainya tujuan–tujuan pendidikan
yang ditetapkan serta pada penilaian terhadap mutu pendidikan. Hal ini
merupakan
tantangan
bagi pihak
sekolah dan juga peneliti untuk
mengetahui faktor apa yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa
khususnya pada mata pelajaran Akuntansi di sekolah tersebut.
Tujuan pembelajaran akan tercapai dengan baik jika adanya
interaksi dalam proses belajar mengajar. Interaksi selama proses belajar
mengajar terjadi antara kedua belah pihak, yaitu antara guru dan siswa.
Guru dituntut untuk menciptakan suasana belajar yang efektif. Mengacu
juga kepada anjuran agar guru berpegang pada empat pilar pendidikan
universal seperti yang dirumuskan UNESCO (United Nations Educational,
Scientific and Cultural Organization), yaitu (1) learning to know yang
berarti learning to learn; (2) learning to do; (3) learning to be; (4)
learning to live together.
Gambar 1.2 4 Pilar Pendidikan UNESCO
(Sumber:www.unescobkk.org)
Salah satu pendekatan pembelajaran yang mencakup keempat pilar
tersebut dan sekaligus dapat digunakan untuk mengembangkan suasana
pembelajaran yangefektif adalah pendekatan pembelajaran menggunakan
modelParticipantCentered
Learning,
yaitu
pembelajaran
melalui
5
pendekatan
yang
lebih
Learning).Participant
berpusat
Centered
pada
siswa
Learning
(PCL)
(Student
Centered
sangat
membantu
terjadinya perubahan terhadap peningkatan kemampuan siswa. Dalam
sistem ini, siswa dituntut untuk lebih proaktif dalam proses belajar dan
menjadikan kebiasaan membaca sebagai sesuatu yang esensial.
Model PCL ini sebagai upaya meningkatkan suasana belajar yang
kondusif
dan
aplikatif,
menyelenggarakan
program
membangun
mentoring.
budaya
Dengan
membaca,
model
PCL,
dan
siswa
menjadi pusat pembelajaran, sedangkan tugas utama guru adalah sebagai
fasilitator
diskusi dalam kelas,
menyimpulkan
prestasi diskusi,
dan
mengaitkannya dengan teori-teori yang relevan.
Selama ini akademisi Asia cenderung membiarkan siswa larut
dalam obrolan tidak terarah, pasif tanpa kesiapan membaca, bahkan
cenderung teoretik-complicated hafalan. Dengan model PCL, gairah
mengeksplorasi pengetahuan di negara-negara yang siswanya cenderung
pasif
dapat
ditingkatkan
sehingga
memicu
kegembiraan
dalam
berpartisipasi dan menumbuhkan kecerdasan sosial-emosional.
ModelParticipant Centered Learningini dapat digunakan dalam
pembelajaran Akuntansi karena di dalamnya terdapat beberapa bahasan
pokok yang relevan yang dapat mendukung pelaksanaan dan penerapan
modelParticipant Centered Learningini. Bahasan-bahasan pokok tersebut
diantaranya harus memiliki karakteristik yang dapat dibagi ke dalam sub
bab terkecil sehingga sesuai dengan karakteristik Participant Centered
Learning.
Beberapa
para
pengajar
Indonesia
yang
telah
menerapkan
Participant Centered Learning adalahRhenald Kasali danSumardianta.
Rhenald Kasalimenerapkan model PCL di Kampus UI dan akhirnya pada
tahun 2013, UI menerima akreditasi internasional dari ABEST 21
(Alliance on Business Education and Scholarship for Tomorrow) di
Tokyo, Jepang. Satu pesan untuk guru Indonesia dalam tulisan Guru dan
PerubahanRhenald Kasali (2013):
6
Guru berpikir jauh ke depan, bukan terbelenggu ilmu masa lalu.
Sebab tak banyak orang yang melihat anak-anak telah hidup di
sebuah peradaban yang berbeda dengannya. Sementara kurikulum
baru yang belum tentu sempurna sudah dihujat, kaum muda
mengatakan kurikulum lama sudah tidak relevan mengisi masa
depan mereka.
Sama halnya dengan Sumardianta seorang guru SMA Kolese De
Britto Yogyakarta yang telah menerapkan modelParticipant Centered
Learning (PCL) beberapa tahun silam sebelum kurikulum 2013 terbentuk.
Menurut Sumardianta(2013:96):
Pembelajaran Participant Centered Learning (PCL) berpusat pada
peserta didik. Bukan lagi Fasilitator Centered Learning (FCL).
Konsekuensinya gurusedikit mengalokasikan waktu buat mengajar.
Siswa yang lebih banyak belajar. Jika guru terlalu banyak
memboroskan waktu untuk mengajar, belum tentu murid mau
belajar. Bisa jadi murid hanya melamun, mengantuk, dan ribut.
Beberapa penelitian mengenai penerapan PCL (Carlos, 2006)
menemukan bahwa “PCL berpengaruh terhadap pengalaman belajar siswa
di bidang
simulasi bisnis (manajemen dan Akuntansi)”.
Sedangkan
penelitian lainnya Lyu, Shieh dan Cheng (2007) menunjukkan bahwa
“penerapan modelParticipant Centered Learning memiliki dampak positif
terhadap peningkatan keaktifan belajar siswa di Taiwan”.
Berdasarkan
pendapat
peneliti
terdahulu
diatas,
peneliti
menyimpulkan penelitian ini merupakan penelitian yang sejalan dengan
hasil-prestasi penelitian di atas dengan mencoba pada objek dan materi
yang berbeda dan membandingkannya dengan model pembelajaran yang
sudah digunakan oleh sekolah tersebut untuk
penerapan
model
yang
dilakukan.
Adapun
mengetahui pengaruh
peneliti memberi judul
penelitian adalah “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Participant
Centered Learning terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran
Akuntansi (Studi Quasi Eksperimendi Kelas XI IPS SMAN 5 Bandung)”.
1.2
Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan pada latar belakang diatas, peneliti merumuskan
masalah penelitian sebagai berikut:bagaimana pengaruh penerapan model
7
pembelajaran ParticipantCentered Learning terhadap prestasi belajar
siswa pada mata pelajaran Akuntansi (studi quasi eksperimen di kelas XI
IPS SMAN 5 Bandung)?
1.3
Maksud dan Tujuan Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis secara mendalam
mengenai prestasi belajar siswa. Penelitian ini juga dimaksudkan untuk
mengumpulkan data mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar siswa terkait dengan masalah rendahnya aktivitas belajar yang
diduga menjadi faktor penyebab terkait dengan model yang digunakan
guru dalam pembelajaran.
Adapun
tujuan
dari penelitian
ini adalah
untuk
mengetahui
pengaruh penerapan model pembelajaran Participant Centered Learning
terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi (studi quasi
eksperimen di kelas XI IPS SMAN 5 Bandung).
1.4
Kegunaan Penelitian
Peneliti mengungkapkan dua manfaat dari prestasi penelitian,
yaitu teoritis (akademik) dan empiris (praktis).
1. Manfaat Teoritis
- Prestasi penelitian ini dapat dipergunakan untuk referensi
penelitianselanjutnya yang relevan.
- Prestasi penelitian ini diharapkan dapat menambah dan
mengembangkan pengetahuan dalam bidang pendidikan,
khususnya dalam pemilihan model pembelajaran yang
tepat.
2. Manfaat Praktis
- Bagi Siswa
8
Model
pembelajaran
PCL
dapat
mengembangkan
kepercayaan diri siswa dalam mengemukakan pendapat di
depan kelas sehingga siswa terbiasa aktif berbicara dimana
mampu berkomunikasi dengan bahasa yang ilmiah karena
semua aktivitas dilakukan oleh siswa-siswa yang bekerja
dalam kelompok secara kooperatif.
- Bagi Guru
Sebagai
motivasi
keterampilan
untuk
proses
menerapkan
dalam
pendekatan
pembelajaran
untuk
menghasilkan output yang berkualitas. Selain itu sebagai
media alternatif dalam mengajarkan materi yang lebih
menyenangkan dan mudah dipahami oleh siswa.
- Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan pengalaman sebagai calon
guru
dapat
berusaha
sejak
sekarang
untuk
belajar
menerapkan model pembelajaran yang tepat.
- Bagi Universitas Pendidikan Indonesia
Prestasi
penelitian
ini
sebagai
bahan
referensi
dan
sumbangan koleksi berupa bahan pustaka dan bacaan bagi
siswa Pendidikan Akuntansi pada khususnya dan siswa
Universitas Pendidikan Indonesia pada umumnya.