BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - DWI RANTO BAB I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakekatnya transportasi yang menyangkut pergerakan orang dan

  barang telah dikenal secara alamiah sejak peradaban manusia ada di bumi meskipun pergerakan atau perpindahan itu masih dilakukan secara sederhana.

  Manusia zaman batu berpindah dari suatu tempat ke tempat yang lain dalam mencari makanan sambil membawa barang mereka yang masih relatif sedikit (Morlok, 1995: 34). Perpindahan yang terbatas dan primitif itu merupakan suatu awal dari cara hidup yang sekarang. Sepanjang sejarah transportasi, baik volume maupun teknologinya berkembang sangat pesat, tetapi dengan perkembangan teknologi, sarana transportasi yang ada saat ini sudah jauh berbeda dengan zaman dahulu. Jumlah sarana transportasi yang ada sekarang terus meningkat setiap tahunnya, memiliki daya angkut dalam jumlah yang besar dan waktu tempuh yang lebih singkat. Namun, perkembangan sarana transportasi tersebut perlu diimbangi dengan prasarana yang memadai, seperti terminal, jalan, dan jembatan yang mampu mendukung mobilisasi perpindahan manusia, barang, dan jasa serta mampu memberikan pelayanan terhadap peningkatan jumlah sarana transportasi.

  Penyelenggaraan transportasi nasional mengarah pada penyediaan jasa transportasi terpadu antarmoda, yang efektif serta efisien yang mampu mengintegrasikan dengan moda transformasi yang ada. Transformasi antarmoda transportasi di Indonesia saat ini baru berkembang pada angkutan barang dan pada tahap konsolidasi serta belum berjalan dengan baik sebagaimana di negara-negara

  1 maju. Pelayanan angkutan penumpang umum sangat bervariasi antara daerah yang satu dengan daerah lain dan belum sepenuhnya terpadu. Moda yang digunakan adalah transportasi jalan raya, transportasi jalan rel kereta api, transportasi sungai, dan transportasi udara. Angkutan umum perkotaan masih didominasi oleh angkutan jalan raya (bus), sementara angkutan kereta api di perkotaan hanya terdapat di Jakarta (Munawar, 2011: 107).

  Moda transportasi darat di kota Purwokerto, selain kereta api adalah bus, taksi, becak, ojek, dan angkutan kota. Bus merupakan moda transportasi yang murah, relatif nyaman, dan efisien waktu. Banyak ragam bus atau perusahaan otomitif yang melayani trayek dengan tujuan ke berbagai kota di Pulau Jawa, Madura, Bali, dan sebagaian kota besar di Pulau Sumatera, yang memudahkan masyarakat Purwokerto untuk melakukan aktivitas perjalanan keluar kota Purwokerto. Transportasi darat sangat di butuhkan untuk melakukan perjalanan menuju kota di sekitar Purwokerto, bus merupakan sarana utama yang mampu menjangkau secara langsung daerah di sekitar kota Purwokerto. Di samping itu, bus merupakan moda transportasi yang menghubungkan antarkota dan antarprovinsi, misalnya, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jakarta, dan Yogyakarta.

  Bus menjadikan terminal sebagai prasarana transportasi yang utama, terminal menjadi pusat kegiatan, baik menaikkan maupun menurunkan penumpang, perpindahan, baik intra maupun antarmoda, pengaturan kedatangan, dan keberangkatan. Terminal merupakan titik penumpang dan barang, baik memasuki maupun meninggalkan suatu sistem transportasi. Sebagai tempat berpindahnya penumpang, baik intra maupun antarmoda transportasi yang terjadi sebagai akibat adanya arus pergerakan manusia dan barang serta adanya tuntutan efisien transportasi. Pada daerah yang masih sepi biasanya angkutan umum berhenti, seperti kereta api, bus, truk, dan angkutan kota serta taksi berhenti apabila ada penumpang yang mau naik. Hal di atas tidak dapat dilakukan pada setiap tempat karena mungkin dapat mengakibatkan kelambatan dan kemacetan pada titik lalu lintas tertentu dan oleh karena itu mungkin lebih ekonomis bila pada tempat tertentu disediakan fasilitas untuk berhenti sehingga keamanan dan kenyamanan penumpang terjamin (Morlok, 1995: 91)

  Awal sejarah berdirinya terminal bus di kota Purwokerto terletak di Kebondalem yang sudah ada sejak tahun 1960. Daerah ini ramai karena ada terminal bus, kurang terkontrolnya pembangunan kios-kios disekitar terminal yang mengakibatkan adanya pergeseran terminal dari Kebondalem dipindah ke daerah Karangklesem pada tahun 1982. Pemerintah kota Purwokerto pada tahun 2006 melakukan relokasi terminal dari Kelurahan Karangklesem yang berada di bunderan Jl. Gerilya yang sekarang ini menjadi Taman Rekreasi Andhang Pangrenan (TRAP) ke Jl. Suwatio Kecamatan Purwokerto Selatan, yang sekarang lebih dikenal dengan terminal Bulupitu. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kesemrawutan lalu lintas yang terjadi pada bunderan Gerilya, luas terminal Karangklesem yang terbatas dan daya tampung yang kurang memadai. Saat ini, terminal Bulupitu menjadi pusat angkutan AKAP (angkutan antarkota antarprovinsi), AKDP (angkutan antarkota dalam provinsi), angkutan perkotaan dan angkutan pedesaan.

  Transportasi dapat diartikan sebagai usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkat, atau mengalihkan suatu objek dari satu ke tempat lain, dimana ditempat lain objek tersebut lebih bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan- tujuan tertentu. Transportasi juga merupakan sebuah proses, yakni proses pindah, proses gerak, proses mengangkut dan mengalihkan dimana proses ini tidak bisa dilepaskan dari keperluan dengan adanya alat pendukung untuk menjamin lancarnya proses perpindahan sesuai dengan waktu yang diinginkan. Alat pendukung apa yang dipakai untuk melakukan proses pindah, gerak, angkut, dan alih ini, bisa bervariasi tergantung pada bentuk objek yang akan dipindahkan, jarak antara suatu tempat ketempat lain, dan maksud objek yang akan dipindahkan (Miro, 2004: 5).

  Sistem transportasi yang baik merupakan salah satu kebutuhan yang penting dalam menunjang perkembangan dan kelancaran aktivitas sosial ekonomi pada suatu kota, transportasi yang aman dan lancar, selain mencerminkan keteraturan kota juga mencerminkan kelancaran kegiatan perekonomian kota.

  Perwujudan kegiatan transportasi yang baik adalah dalam bentuk terkendalinya keseimbangan antara sistem kegiatan, sistem jaringan, dan sistem kelembangan.

  Sistem transportasi kota merupakan satu kesatuan dari pada elemen-elemen, komponen-komponen yang saling mendukung dan bekerja sama dalam pengadaan transportasi yang melayani wilayah perkotaan. Komponen-komponen transportasi kota yang pertama, langsung bersangkutan dengan gerakan suatu benda dari suatu tempat ketempat lainnya secara alami atau buatan manusia. Kedua, benda dan jalur di mana benda tadi bergerak. Benda tadi ialah suatu yang harus digerakkan penumpang atau barang dan jalur gerak ialah lokasi dalam ruang di mana gerakan terjadi (Morlok, 1995 : 87).

  Kebutuhan terminal bagi suatu kota sangat dipengaruhi oleh beberapa hal, khususnya karakteristik sistem transportasi kota yang juga dipengaruhi oleh sistem aktivitas (tata guna lahan), sistem pergerakan, dan sistem jaringan jalan. Sebagai fasilitas perpindahan (transfer) lokasi terminal harus sedemikian rupa sehingga sesuai dengan tata ruang kota untuk menjamin terciptanya struktur kota yang baik dan harus sesuai dengan keinginan pengguna untuk menjamin pemanfaatan terminal tersebut secara optimal. Selain itu, keberadaan terminal diharapkan dapat mampu memacu perkembangan dan pertumbuhan wilayah suatu kota.

  Terminal bus merupakan salah satu sarana infrastruktur yang memberikan efek pemecahan masalah transportasi angkutan darat, dalam rangka pengaturan dan pengendalian sirkulasi angkutan umum, khususnya bus. Permasalahan pada bidang transportasi pada zaman sekarang bukanlah hal yang baru karena pada zaman sebelumnya permasalahan di bidang transportasi adalah hal yang wajar terjadi. Transportasi selalu berkaitan dengan masyarakat luas sebagai peggunanya.

  Moda transportasi merupakan alat, teknik untuk mempersingkat waktu tempuh yang dipergunakan oleh manusia dalam menjalankan segala macam dan bentuk aktivitas kehidupannya. Sistem transportasi merupakan kegiatan profesional yang tidak dibatasi oleh batas geografi, kegiatan lalu lintas tertentu dan transportasi.

  Kota yang sedang berkembang menuju pembangunannya tidak lepas dari sebuah sistem transportasi massal. Sistem ini harus dapat bersinergi dengan pembangunan kota sehingga setiap tahap pembangunan menjadi efektif dan efisien, sebagai salah satu prasyarat demi terjaminnya pelaksanaan pembangunan. Transportasi memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, timbul tuntutan untuk menyediakan sarana dan prasarana transportasi agar pergerakan mereka dapat berlangsung secara aman, nyaman, teratur, dan lancar serta ekonomis dari segi waktu dan biaya. Pembangunan terminal Bulupitu yang terletak di Kelurahan Teluk, Kecamatan Purwokerto Selatan merupakan bagian dari perkembangan untuk kota Purwokerto. Pembangunan terminal sangat berpotensi untuk pengembangan bangunan kota Purwokerto.

  Terminal Bulupitu merupakan salah satu terminal bus antarkota dan antarprovinsi (AKAP) yang ada di kota Purwokerto sangat penting keberadaan serta letaknya yang strategis. Menyikapi dan mencermati terkait perkembangan akan permintaan masyarakat terhadap transportasi, baik secara kuantitas maupun kualitas saat ini, seiring dengan meningkatnya taraf hidup kehidupan masyarakat, baik pemerintah maupun pihak swasta untuk sementara ini belum mampu untuk memenuhinya. Mengingat keterbatasan yang ada dalam pertumbuhan untuk penyediaan sarana ataupun prasarananya. Lebih jauh untuk pertumbuhan sarana (khususnya angkutan umum) juga lebih besar bila dibanding dengan pertumbuhan prasarananya. Sebagai sarana dan fasilitas penunjang dibutuhkan suatu alternatif transportasi, yaitu pengembangan terminal. Pembangunan terminal di kota Purwokerto dengan konsep yang representatif, dapat mendukung tersedianya fasilitas yang memadai sehingga diharapkan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat.

  Secara fisik kawasan perencanaan terminal Bulupitu memiliki lingkungan yang dapat menunjang perkembangan kota Purwokerto. Terminal Bulupitu mempunyai posisi yang strategis dilalui oleh sirkulasi transportasi, baik skala lokal maupun regional letaknya berada di jalan arteri. Faktor yang paling berpengaruh terhadap perubahan komposisi penggunaan lahan adalah adanya fasilitas terminal yang ditunjang dengan jalur penghubung antara terminal sebagai simpul pergerakan orang dan barang dengan kawasan, baik di dalam maupun di luar kota Purwokerto. Hal demikian dapat memicu tumbuh dan berkembangnya bangunan-bangunan disekitarnya, terutama sarana perdagangan dan jasa.

  Hal yang menarik dari keberadaan terminal Bulupitu di kota Purwokerto adalah konsep ramah lingkungan serta menciptakan rasa aman dan nyaman bagi pengguna terminal Bulupitu. Konsep ramah lingkungan terus dikembangkan dalam proses pembenahan terminal yang dilakukan oleh pihak terminal tentunya dengan dukungan dari pihak pemerintah dan masyarakat. Terminal Bulupitu beberapa tahun belakangan ini sempat diapresiasi oleh pemerintah pusat, bahwa terminal Bulupitu menjadi terminal terbaik dan percontohan di Indonesia. Hal yang berbeda dari terminal lainnya adanya sebuah taman dan wahana permainan anak ini yang jarang dijumpai di terminal lainnya. Taman yang ada di terminal Bulupitu salah satu program jangka panjang terminal Bulupitu di kota Purwokerto. Adanya taman di kawasan terminal juga menjadi keuntungan, baik untuk pihak terminal maupun pengguna terminal. Taman di kawasan terminal Bulupitu juga menjadi salah satu tempat bagi masyarakat sekitar untuk sekadar bermain di kawasan terminal.

  B. Rumusan Masalah

  Penelitian ini ditinjau dari permasalahan secara umum berdasarkan latar belakang adalah perkembangan terminal Bulupitu sebagai terminal utama di kota Purwokerto. Pertanyaan yang menjadi fokus penelitian adalah sebagai berikut:

  1. Sejarah ringkas keberadaan terminal di kota Purwokerto?

  2. Perkembangan Terminal Bulupitu di kota Purwokerto?

  3. Kendala-kendala apa saja yang menghambat perkembangan terminal Bulupitu di kota Purwokerto?

  C. Tujuan Penelitian

  Secara umum tujuan penelitian mengenai sejarah perkembangan Terminal Bulupitu di kota Purwokerto pertama menjelaskan keberadaan terminal di kota Purwokerto, kedua untuk menjelaskan Terminal Bulupitu di kota Purwokerto, dan ketiga menjelaskan kendala-kendala yang menghambat perkembangan terminal Bulupitu di kota Purwokerto. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan hal baru dalam penulisan sejarah Indonesia dan mampu melengkapi khasanah sejarah transportasi di kota Purwokerto.

  D. Manfaat Penelitian

  Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dibidang kajian mengenai terminal sekaligus menjadi referensi dan informasi untuk pembaca khususnya yang akan melakukan penelitian selanjutnya mengenai perkembangan terminal Bulupitu. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam penulisan sejarah nasional.

  Secara praktis, sumbangan lain dari penelitian ini sebagai bahan acuan untuk lebih mengoptimalkan fungsi terminal sehingga dapat meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat. Masyarakat dan pemerintah juga ikut berperan serta meningkatkan kepedulian terhadap terminal untuk menciptakan terminal yang aman, nyaman, dan bersih.

E. Tinjauan Pustaka

  Keputusan Menteri Perhubungan No 31, Tahun 1995 tentang terminal transportasi jalan terminal penumpang adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan, baik menurunkan maupun menaikkan penumpang, perpindahan intra atau antarmoda transportasi serta mengatur, baik kedatangan maupun pemberangkatan kendaraan umum. Jalur pemberangkatan kendaraan umum adalah pelataran di dalam terminal penumpang yang disediakan bagi kendaraan umum untuk menaikkan penumpang. Jalur kedatangan kendaraan umum adalah pelataran di dalam terminal penumpang yang disediakan bagi kendaraan umum untuk menurunkan penumpang. Tempat tunggu kendaraan umum adalah pelataran di dalam terminal penumpang yang telah disediakan bagi kendaraan umum untuk menunggu dan siap menuju jalur pemberangkatan. Tempat istirahat kendaraan adalah pelataran di dalam terminal yang disediakan bagi mobil bus dan mobil barang untuk beristirahat sementara dan membersihkan kendaraan sebelum melakukan perjalanan. Tempat tunggu penumpang adalah bangunan berupa ruang tunggu di dalam terminal penumpang yang disediakan bagi penumpang yang akan melakukan perjalanan.

  Terminal transportasi merupakan titik simpul dalam satu jaringan transportasi jalan yang berfungsi sebagai pelayanan umum. Selain itu, terminal juga merupakan tempat pengendalian, pengawasan, pengaturan dan pengoperasian lalu lintas dan juga merupakan prasarana angkutan yang merupakan bagian dari sistem transportasi untuk melancarkan arus penumpang dan barang serta merupakan unsur tata ruang yang mempunyai peranan penting bagi efisien kehidupan dalam struktur wilayah (Munawar, 2011: 68). Dapat ditarik kesimpulan bahwa terminal berarti suatu stasiun (station) tempat pemberangkatan, pemberhentian terakhir atau persinggahan angkutan kereta api, bus, dan penerbangan.

  Transportasi di Indonesia memiliki perkembangan yang sangat pesat hal itu dapat di lihat dari sejarah transportasi di Indonesia. Kegiatan transportasi sudah dilakukan sejak zaman dahulu, bahkan dapat dikatakan bahwa kegiatan transportasi merupakan aktivitas yang sama tuanya dengan peradaban manusia itu sendiri. Keterbatasan manusia dalam menjangkau jarak perjalanan yang ditempuh, yang dahulu hanya dilakukan dengan berjalan kaki, dan keterbatasan dalam membawa muatan yang dilakukan hanya dengan menjinjing, menjunjung di atas kepala, ataupun dengan cara memikul telah mendorong manusia untuk membuat penemuan baru di bidang transportasi, yang lebih maju. Kemajuan-kemajuan baru tersebut telah dikembangkan dalam hal prasarana dan sarana transportasi (ways

  

and means of transportation ). Usaha-usaha terus dilakukan, baik kendaraan

  maupun sarana sesuai dengan pertumbuhan penduduk dan kemajuan peradaban (Adisasmita, 2014: 5).

  Hasil dari perkembangan dengan adanya penemuan baru khususnya di bidang transportasi, baik transportasi darat, udara maupun laut, seperti kendaraan bermotor, kereta api, kapal laut, dan pesawat telah mempermudah manusia dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Kemajuan di bidang transportasi merupakan hal yang nyata untuk menikmati hasil dari kemajuan-kemajuan di bidang transportasi. Kemajuan-kemajuan tersebut terlihat jelas dalam perubahan dari yang awalnya sederhana sampai yang canggih. Kemajuan tersebut telah berdampak terhadap taraf hidup seseorang dan telah membantu manusia dalam segala bidang kehidupan.

  Terminal bus adalah tempat sekumpulan bus mengakhiri dan mengawali lintasan operasi pada trayeknya sesuai jadwal kedatangan dan keberangkatan.

  Mengacu kepada definisi tersebut, maka pada bangunan terminal, penumpang dapat mengakhiri perjalanannya dengan mengganti lintasan bus lainnya. Di terminal bus selalu bergantian, baik dalam menurunkan penumpang maupun menaikkan hal tersebut bertujuan untuk menertibkan peraturan yang ada. Di lain pihak, bagi pengemudi bus, bangunan terminal adalah tempat kendaraan- kendaraan dapat beristirahat sejenak, yang selanjutnya dapat digunakan juga kesempatan tersebut untuk perawatan ringan ataupun pengecekan mesin karena mau tidak mau kendaraan tersebut tetap harus berhenti disana. Pada kasus transportasi darat, terminal mungkin berada pada lokasi yang ramai dengan harga tanah yang cukup tinggi, fasilitas untuk pemeliharaan biasanya cukup dekat dengan terminal utama sehingga tidak terlalu banyak terjadi operasi kendaraan dalam keadaan kosong (Morlok, 1995: 271).

  Terminal dapat dianggap sebagai alat pemproses, di mana suatu urutan kegiatan tertentu harus dilakukan untuk memungkinkan suatu lalu lintas (kendaraan, barang, dan orang) diproses penuh sehingga dapat meneruskan perjalanan. Terminal adalah suatu fasilitas yang sangat kompleks. Banyak kegiatan tertentu yang dilakukan di sana, terkadang secara bersamaan secara paralel sering terjadi kemacetan yang cukup mengganggu. Terminal adalah titik pertemuan antara penumpang dan barang yang memasuki serta meninggalkan suatu sistem transportasi. Terminal bukan saja merupakan komponen fungsional utama dari sistem transportasi, tetapi juga merupakan prasarana yang memerlukan biaya yang besar dan titik kemacetan yang terjadi.

  Di dalam peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 1993 tentang prasarana dan sarana lalu lintas jalan, terminal diklasifikasikan menjadi 3 bagian, diantaranya terminal penumpang tipe A, berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antarkota antarprovinsi (AKAP), angkutan antarkota dalam provinsi (AKDP), angkutan kota (AK), dan angkutan pedesaan (ADES), Terminal penumpang tipe

  B, berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antarkota dalam provinsi (AKDP), angkutan kota (AK), dan angkutan pedesaan (ADES), dan penumpang tipe C Berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan pedesaan (ADES).

  Di antara ketiganya memiliki persamaan sebagai fasilitas umum yang melayani, baik kedatangan maupun keberangkatan dan ketiganya juga memiliki perbedaan dalam hal daya tampung angkutan umum dan trayek (Munawar, 2011: 68).

  Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31, Tahun 1995 menyatakan bahwa terminal angkutan umum merupakan titik simpul dalam sistem jaringan transportasi jalan tempat terjadinya putus arus yang merupakan prasarana angkutan yang berfungsi pokok sebagai pelayanan umum, berupa tempat kendaraan umum, baik menaikkan maupun menurunkan penumpang dan barang, bongkar muat barang, sebagai tempat berpindahnya penumpang, baik intra maupun antarmoda transportasi yang terjadi sebagai akibat adanya arus pergerakan manusia dan barang serta adanya tuntutan efisien transportasi.

  Secara umum, terminal (penumpang) mempunyai fungsi sebagai penampung dan pendukung keberlangsungan aktivitas, baik pengakhiran maupun pengawalan lintasan operasional bagi angkutan umum kota, berbagai aktivitas yang terjadi di terminal seperti bongkar atau muat, serta transfer penumpang dan barang, menampung penumpang dari waktu tiba sampai waktu pemberangkatan sesuai tujuan dari penumpang yang ingin dituju. Terminal juga sebagai bagian dari sistem transportasi dengan tujuan untuk melancarkan arus pergerkan penumpang dan barang, serta tata ruang yang mempunyai peranan penting dalam sebuah kehidupan wilayah dan kota .

  Terminal bus Bulupitu Purwokerto. Bulupitu adalah nama yang diambil dari nama grumbul lokasi terminal tersebut yang berada di Jl. Suwatio, Kelurahan Teluk, Kecamatan Purwokerto Selatan, merupakan salah satu terminal tipe A yang ada di Jawa Tengah. Dibangun di atas tanah kurang lebih 10 hektar, yang diresmikan pada 6 April 2006 oleh Gubernur Jawa Tengah, Mardiyanto, bertepatan dengan hari jadi Kabupaten Banyumas ke 424. Terminal tidak hanya sebagai pusat pemberhentian bus antarkota, di terminal bus Bulupitu juga bisa berekreasi sambil belajar. Terminal Bulupitu memiliki konsep bangunan yang modern, luas, nyaman, bersih, dan ada beberapa wahana rekreasi edukasi di sana. Tersedianya taman di kawasan terminal Bulupitu merupakan salah satu yang membedakan dengan terminal lainnya.

  Purwokerto adalah ibu kota Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Indonesia. Berbagai julukan di sandang kota di jalur selatan Jawa Tengah ini dari kota wisata, kota kripik, kota translit, dan kota pendidikan. Purwokerto dikenal sebagai salah satu kota pelajar di Pulau Jawa, ini karenakan banyaknya jumlah sekolah dan perguruan tinggi di kota ini. Sebuah hal wajar jika Purwokerto predikat sebagai kota pelajar karena memang Purwokerto merupakan kota yang strategis untuk menimba ilmu. Selain itu, letak geografis yang mudah dijangkau dari beberapa kota, khususnya Pulau Jawa. Pertumbuhan kota Purwokerto sangat pesat disegala bidang, seperti pusat pendidikan, pusat kesehatan, perdagangan, pusat perbelanjaan, perbankan, dan jasa. Meskipun belum terdapat spesifikasi arah kebijakan pengembangan kawasan pertumbuhan tersebut secara khusus (Wibowo, dkk, 2015: 224).

  Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan perkembangan terminal bus, antara lain yang pertama, Dadi Muradi (2005) dalam tesisnya yang berjudul Pemanfaatan Terminal Angkutan Umum Regional Terkait dengan

  

Kebijakan Pengembangan Wilayah Kota Pangkalpinang . Penelitian untuk

  mengetahui apakah penyebab kurang maksimalnya pemanfaatan fungsi terminal serta bagaimana arahan pemanfaatan terminal terkait dengan kebijakan pengembangan wilayah yang sudah dilakukan oleh pemeritah kota Pangkalpinang. Selain tujuan tersebut diatas penelitian ini mempunyai sasaran untuk mengindentifikasi sistem aktivitas, pola pergerakan, sistem jaringan, pemanfaatan fungsi terminal dan kebijakan serta arah perkembangan kota Pangkalpinang.

  Kedua, Risa Amelia (2011) dalam skripsinya yang berjudul Dimamika

  Keberadaan Terminal Bareh Solok (1994-2014). Penulisan skripsi ini

  mengungkapkan tentang keberadaan sebuah terminal angkutan dalam pertumbuhan dan perkembangan kota Solok. Pertumbuhan dan perkembangan sebuah kota itu dapat dilihat dari berbagai sektor, salah satu di antaranya bidang transportasi, yang berkaitan erat dengan aktivitas lalu lintas, sosial, dan perekonomian.

  Ketiga, Sudarsono (2015) dalam skripsinya yang berjudul Efektivitas

  

Pemungutan Retribusi Terminal di Terminal Regional Daya (Trd) Kota

Makassar. Penulisan skripsi ini mengungkapkan tentang pendapatan daerah

  adalah retribusi terminal yang dilakukan oleh perusahaan daerah terminal regional daya (TRD) kota Makassar tidak mengherankan apabila efektivitas dalam pemungutan retribusi terminal harus dibenahi agar bisa memberikan pemasukan bagi pendapatan asli daerah. Retribusi terminal yang dimaksud tentunya adalah pemungutan yang cepat, tepat, dan sesuai dengan target yang direncanakan.

  Keempat, Mujoko Raharjo (2005) dalam tesisnya yang berjudul Analisis

  Variabel yang Mempengaruhi Kinerja Terminal Terboyo . Dalam penulisan

  tesisnya mengungkapkan variabel-variabel yang mempengaruhi kinerja terminal terboyo dengan melalui beberapa sarana penelitian yang mengidentifikasi fungsi serta peran karakteristik fisik, pengelolaan, ketersediaan fasilitas, dan kinerja terminal terboyo.

  Kelima, Galih Ragil Triatmojo (2016) dalam skripsinya yang berjudul

  

Analisis Kebutuhan Luas Parkir AKAP dan AKDP Terminal Purwokerto Sebagai

Terminal Tipe A. Penulisan skripsi ini mengungkapkan tentang perkembangan

  kegiatan perekonomian merupakan faktor tarikan yang membuat tingkat mobilitas penduduk yang memakai transportasi darat, khususnya bus juga mengalami peningkatan. Penelitian ini menggunakan metode survai lapangan dengan melakukan pengamataan secara langsung di terminal Purwokerto dengan menempatkan surveyor pada titik-titik tertentu guna memudahkan dala pencatatan sehingga diperoleh data yang valid.

  Keenam, Anandha Pramuditha (2015) Kajian Kondisi Sosial Ekonomi

  

Pedagang Partisi di Terminal Bus Purwokerto Kabupaten Banyumas . Penulisan

  skripsi ini bertujuan untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi pedagang partisi di terminal bus Purwokerto Kabupaten Banyumas. Penelitian ini menggunakan metode survai, populasi dalam penelitian ini adalah pedagang partisi yang berjualan di terminal bus Purwokerto sebanyak 73 pedagang.

  Perbedaan dari penelitian-penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang jelas memiliki perbedaan baik dari segi kajian yang di teliti. Penelitian sekarang memfokuskan pada perkembangan terminal Bulupitu, penelitian dengan lokasi yang sama di terminal Bulupitu membahas kondisi sosial ekonomi pedagang di terminal Bulupitu dan membahas kebutuhan parkir di dalam kawasaan terminal Bulupitu. Tentunya dengan lokasi yang sama namun dengan judul yang berbeda.

F. Landasan Teori dan Pendekatan

  Sosiologi menyoroti hubungan timbal balik antara unsur-unsur masyarakat seperti pengaruh norma-norma atas kehidupan keluarga, hubungan antara lembaga politik dengan lembaga keagamaan. Unsur-unsur masyarakat tadi mempunyai hubungan yang tetap dan harmonis, serta merupakan unsur integrasi (Soekanto, 1982: 350). Di dalam tingkat perkembangan sosiologi yang demikian itu, di mana teori yang diutamakan, sedangkan ilmunya belum dianggap untuk dipelajari sendiri. Tidak dapat diharapkan perkembangaan penelitian sosiologis yang mencoba menemukan kenyataan-kenyataan sosiologis dalam masyarakat Indonesia.

  Sejarah perkotaan saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat, perkembangan tidak lepas dari pengaruh perkembangan masalah sosial, ekonomi, politik, dan kebudayaan yang mulai bergeser ke wilayah perkotaan. Wilayah perkotaan mempunyai keunikan dan karakteristik masing-masing, berbagai aktivitas masyarakat telah membentuk sebuah pola kehidupan yang dinamis. Daerah kota bisa sederhana dan juga bisa kompleks, daerah perkotaan dapat mempunyai suasana pedesaan atau suasana perbengkelan industri, dapat bersuasana damai atau penuh dengan segala macam pertentangan. Daerah perkotaan bisa berukuran kecil dan mudah dipelihara ataupun sangat besar dan dipenuhi dengan masalah-masalah ekonomi dan pertentangan.

  Di masa depan, transportasi perkotaan dikembangkan dalam koridor pelayanan yang cepat, andal, efisien, nyaman, ekonomis, dan aman. Seluruh transportasi terpadu (integred) terkoneksi dengan sistem informasi dan data base yang akurat dan reliable. Sistem mass rapid translit menghubungkan kawasan sub

  urban dan rural urban kekawasan urban dan CBD (Central Business District) dan

  juga terpadu dengan angkutan lain seperti bus dengan jadwal yang rapi dan

  headway yang diatur ketat. Tidak terdapat bus yang berhenti di sembarang tempat karena bus hanya berhenti di tempat pemberhentian bus seperti halte dan shelter.

  Halte yang disediakan pun bersih, aman, dan nyaman. Sistem ticketing juga berjalan baik, dengan cara manual ataupun otomatis (Munawar, 2011: 43).

  Pengembangan wilayah (regional development) terjadi karena urbanisasi atau arus perpindahan penduduk dari daerah pedalaman ke kota-kota. Banyaknya gejala dalam perkembangan kota telah membawa perubahan pada tingkat produktivitas wilayah, yang diukur melalui populasi, kesempatan kerja, pendapatan dan nilai tambah industri. Selain itu, pengembangan wilayah juga mencakup pengembangan sosial, seperti perbaikan derajat kesehatan dan kesejahteraan, kualitas lingkungan, dan fasilitas umum (Muradi, 2005: 40). Pembangunan terminal di wilayah pinggiran kota akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan wilayah disekitarnya. Keberadaan terminal dapat menambah aktivitas, seperti perdagangan, jasa, dan transportasi di wilayah tersebut sehingga mampu meningkatkan aksesbilitas serta dapat menyerap tenaga kerja, ini dapat memberikan nilai tambah yang mampu menarik sumberdaya ke sekitar lokasi tersebut. Apabila hal ini terus berkembang dapat menyebabkan peningkatan kondisi wilayah tersebut.

  Pengembangan pada wilayah baru akan mendorong perkembangan- perkembangan baru dalam kehidupan manusia. Salah satu dengan adanya dampak pengembangan wilayah adalah perkembangan transportasi, baik darat, udara, maupun laut. Pada dasarnya perkembangan dalam bidang transportasi, baik sarana maupun prasarana akan sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat, baik dalam bidang ekonomi maupun jasa. Perkembangan transpotasi itu seperti magnet akan selalu menarik perhatian massyarakat dari yang tadinya sepi menjadi ramai setelah adanya jalur transportasi. Perkembangan di bidang transportasi semakin lama akan semakin meninggat hal demikian karena bertambah banyak pengguna jasa transportasi yang membutuhkan.

  Selain itu, peningkatan perdagangan dan transportasi yang ada pada wilayah itu akan mempengaruhi hampir seluruh sektor. Perubahan ini menyebabkan perkembangan wilayah kota secara keseluruhan. Di samping itu karena terminal sebagai tempai transit, baik untuk angkutan umum penumpang antarkota maupun antarwilayah, mempunyai peran yang penting. Terminal sebagai simpul pertemuan angkutan umum penumpang menjadi titik potensial pengembangan kawasan, pusat kegiatan, pertumbuhan, dan perkembangan wilayah.

  Hubungan antara transportasi dan pembangunan adalah sangat erat dan sangat penting, baik dilihat dari segi teori maupun dari segi praktek. Hal ini telah menarik perhatian para ahli peencana pembangunan semenjak beberapa tahun yang lalu, baik di negara-negara yang telah maju maupun di negara-negara yang sedang berkembang. Interaksi antara tingkat dan pola sumber daya transportasi dengan tingkat rata-rata kehidupan penduduk suatu daerah merupakan faktor penting yang mempengaruhi kemajuan ekonomi dan sosial, hal ini harus senantiasa diperhatikan dalam setiap perencanaan pembangunan, baik secara nasional maupun regional (Adisasmita, 2014: 6) Untuk mengembangkan sebuah wilayah secara optimal, dibutuhkan intervensi dan kebijakan pemerintah agar mekanisme pasar tidak menimbulkan dampak-dampak negatif terhadap lingkungan. Kebijakan tersebut meliputi upaya- upaya pengembangan kegiatan-kegiatan sosial ekonomi di kawasan-kawasan yang terdapat di dalam wilayah tersebut agar kegiatan-kegiatan tersebut tersebar sesuai dengan potensi kawasan dan infrastruktur pendukungnya. Kebijakan pengembangan wilayah adalah berupa arahan-arahan pengembangan kawasan- kawasan produksi, pusat permukiman, simpul-simpul transportasi (laut, darat, dan udara), serta jaringan infrastruktur pendukungnya sesuai dengan tujuan sosial ekonomi yang diharapkan. Perumusan kebijakan ini biasanya didasarkan pada kondisi fisik dan sosial ekonomi wilayah.

  Transportasi dapat digunakan sebagai suatu sarana untuk memperbaiki lokasi sumberdaya-sumberdaya ekonomi secara optimal, disamping untuk melancarkan arus barang dan mobilitas manusia. Kontribusinya sangat penting untuk menunjang pembangunan dan kesejahteraan. Fungsi transportasi sebagai sektor pemberi jasa (the servicing sector) dan sebagai sektor penunjang pembangunan (the promoting sector). Terdapat masalah dalam transportasi untuk kota-kota besar, yang pertama, perlu mengintroduksikan lingkungan strategisnya, sasaran dasar perencanaan pembangunan perkotaan secara luas, kemudian diikuti oleh perangkat strategi umum (general). Sasaran strategi umum untuk seluruh sektor kebijaksanaan dan perencanaan pembangunan perkotaan, meliputi arahan pembangunan fisik perkotaan, mengembangkan kaitan produktif antara kegiatan- kegiatan ekonomi perkotaan, memperbaiki program tarif pelayanan perkotaan, dan struktur pemerintah kota (Adisasmita, 2014: 106).

  Pendekatan yang akan digunakan dalam menjawab berbagai masalah dalam skripsi ini adalah menggunakan pendekatan sosiologi. Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat, dan menyelidiki ikatan- ikatan antarmanusia yang menguasi kehidupan ini (Shadily,1993: 1). Sosiologi mempelajarai manusia sebagai anggota masyarakat, maka dengan sendirinya ia meliputi atau sedikitnya erat bertalian dengan ilmu-ilmu lain, seperti hukum, ekonomi, ilmu-jiwa, antropologi, dan lainnya sehingga pendekatan sosiologis akan memberikan gambaran secara sistematis perkembangan Terminal Bulupitu di kota Purwokerto (2006-2016). Pendekatan sistem memusatkan memperhatikan pada suatu kesatuaan yang mencakup unsur-unsur serta hubungan berpengaruh- mempengaruhi. Sejarah struktural dengan pendekatan rangkap dapat melakukan analisis dan mengungkapkan perubahan sosialnya (Kartodirdjo, 1992: 57).

G. Metode Penelitian

  Dalam sebuah penelitian pasti memerlukan suatu metode tertentu untuk membantu penulis dalam melakukan penelitian yang bertujuan hasil yang didapatkan sesuai dengan tujuan penelitian. Di dalam penelitian ini menggunakan metode sejarah karena berkaitan dengan masa lampau yang sudah terjadi.

  Pengertian metode sejarah disini, yaitu suatu proses menguji menganalisis secara kritik rekaman dan peninggalan masa lampau. Ada empat tahapan dalam penelitian sejarah yang meliputi heuristik, verifikasi, interpretasi sejarah lisan, dan historiografi (penulisan). Tahapan tersebut saling berkaitan, bersamaan waktu, dan sekaligus tidak terpisahkan yang satu dengan lainnya (Daliman, 2012: 29).

  Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode sejarah yang terdiri dari empat langkah, sebagai berikut:

1. Heuristik

  Sebagai langkah awal atau dalam bahasa Jerman quellenjunde, sebuah kegiatan mencari sumber-sumber untuk mendapatkan data atau materi sejarah.

  Tahap heuristik ini banyak menyita waktu, biaya, tenaga, pikiran, dan juga perasaan (Sjamsuddin, 2007: 86). Penulis harus mencari sebanyak-banyaknya pelaku sejarah yang terlibat. Pencarian ini melibatkan seorang pelaku atau beberapa pelaku yang mengetahui ada pelaku lain yang perlu diwawancarai.

  Informan kunci melalui mulutnya dapat memberikan data atau sumber sejarah lisan melalui wawancara (Priyadi, 2014: 12). Sumber sejarah lisan yang difokuskan kepada informan kunci, yaitu pelaku sejarah dan penyaksi. Data sejarah tidak selalu tersedia dengan mudah sehingga untuk memperolehnya harus mencari data lapangan, khususnya artifact, baik pada situs sejarah maupun lembaga museum (milik pemerintah atau pribadi) atau mencari data sejarah lisan yang menyangkut para pelaku dan penyaksi sejarah atau dokumen yang tersimpan pada lembaga, dan perpustakaan (Priyadi, 2013: 112).

  2. Kritik (verifikasi)

  Setelah sumber dokumen dan sejarah lisan diperoleh, peneliti harus melakukan langkah kritik atau verifikasi. Verifikasi berusaha menilai apakah sumber ini asli selanjutnya bisa dipercaya. Di sini, ada dua hal yang dituntut, yaitu keotentikan melalui kritik ekstern dan kekredibilitasan dengan cara kritik intern.

  Keotentikan melihat dari sisi luar data, kekredibilitas mengkritisi hal-hal berkaitan dengan isi data (Priyadi, 2013: 118). Dilakukan untuk mendapatkan keotentikan sumber lisan, maka pelaku dan penyaksi harus diperhatikan apakah ia buta atau tidak, tuli atau tidak, bisu atau tidak, dan pikun atau tidak cacat dan mundurnya fisik seseorang berpengaruh dalam memberikan kesaksian. Masalah fisik tidak menjadi masalah, maka mereka adalah sumber yang otentik (Priyadi, 2011: 75).

  Mencari kekredibilitasan dengan cara kritik intern apakah data yang diperoleh dapat dipercaya. Penulis mengumpulkan hasil dari wawancara kemudian dinilai, diseleksi, dan diuji kebenarannya agar mendapat data yang valid mengenai sejarah perkembangan terminal Bulupitu kota Purwokerto (2006-2016).

  Keotentikan melihat dari sisi luar sumber, kekredibilitasan mengkritisi hal-hal berkaitan dengan isi sumber. Keotentikan ini menyangkut data yang berupa sumber tertulis dan sumber sejarah lisan.

  3. Interpretasi (Penafsiran)

  Penafsiran dalam pengelompokan fakta-fakta dalam berbagai hubungan mereka yang dalam bahasa Jerman disebut Auffassung, formulasi dan prestsi hasil-hasilnya dalam bahasa Jerman disebut Darstellung. Ketika sejarawan memasuki tahapan menulis, maka ia mengerahkan segala daya pikirannya, bukan saja keterampilan teknis penggunaan kutipan-kutipan dan catatan-catatan, tetapi yang utama penggunaan pikiran-pikiraan kritis dan analisisnya karena ia pada akhirnya harus menghasilkan penelitiannya dan penemuannya dalam suatu penulisan utuh yang disebut historiografi (Sjamsuddin, 2007: 156). Dalam penulisan sejarah diperlukan dua komponen, yaitu fakta sejarah dan interpretasi (penafsiran). Dalam menginterpretasikan fakta sejarah, peneliti berusaha mendeskripsikan secara detail. Deskripsi ini dilakukan agar fakta-fakta yang sudah diperoleh akan menampilkan jaringan antara fakta sehingga fakta-fakta itu saling bersinergi. Fakta yang satu akan menjelaskan fakta yang lain. Setelah dianalisis, peneliti akan mensintetiskan deskripsi dari hasil analisis. Sintetis berarti merangkai hasil-hasil analisis fakta yang berdiri sendiri-sendiri sehingga fakta-fakta itu saling bertautan, saling menyulam, dan saling membentuk jaring, atau teks sejarah yang menguatkan (Priyadi, 2013: 122).

4. Penulisan (Historiografi)

  Menulis penelitian sejarah tidak sekadar meringkas hasil-hasil penelitian, menuliskan simpulan-simpulan tanpa memperhatikan gaya, strategi bagaimana dapat menampilkan kemampuan penulisannya secara efektif sehingga pembaca dapat diyakinkan dan mau menerima hasil pemahamannya melalui interpretasi mengenai peristiwa, periode, individu, dan proses sejarah (Daliman, 2012: 100). Pada tahap penulisan peneliti menyajikan laporan hasil penelitian dari awal sampai akhir, yang meliputi masalah-masalah yang harus dijawab. Tujuan penelitian adalah menjawab masalah-masalah yang telah diajukan. Pada hakikatnya, penyajian historigrafi meliputi pengantar, hasil penelitian, dan simpulan (Priyadi, 2011 : 92). Pada tahap ini peneliti berusaha menulis tentang Perkembangan Terminal Bulupitu kota Purwokerto (2006-2012).

H. Sistematika Penyajian

  Agar penulisan skripsi ini tersusun secara sistematika, maka penulisan skripsi ini disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut: Bab pertama berisi tentang pendahuluan, meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitin, kajian pustaka, penelitian relevan, kajian teori, metodelogi penelitian, serta sistematika penyajian. Bab ini yang menjadi kerangka dasar pemikiran dan kemungkinan menjadi pijakan penulis untuk memulai penelitian dengan objek terminal Bulupitu di kota Purwokerto.

  Bab kedua, merupakan awal bagi penulis untuk memulai mendiskripsikan dan menganalisis hasil penelitian yang telah diperoleh. Pada bagian akan membahas mengenai sejarah ringkas keberadaan terminal di kota Purwokerto, yaitu, selayang pandang kota Purwokerto, terminal bus Kebondalem, dan terminal bus Karangklesem.

  Bab ketiga berisi tentang perkembangan terminal Bulupitu kota Purwokerto, yaitu, Proses berdirinya terminal Bulupitu di kota Purwokerto. dan perkembangan terminal Bulupitu 2006-2016. Bab keempat, Kendala-kendala yang menghambat perkembangan terminal Bulupitu di kota Purwokerto, meliputi perizinan, pendanaan dan pembebasan lahan. Bab kelima, berisi penutup yang membahas simpulan dan saran.