Firman Bagus Kusuma Wardana Bab I

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Pada era modern tahun 2014 ini, teknologi telah berkembang dengan pesat diseluruh dunia. Hal ini banyak menyebabkan sisi baik diberbagai negara belahan dunia tidak terkecuali Indonesia, yang sekarang kondisi perekonomiannya menunjukan indikasi yang makin membaik. Oleh karena itu banyak kesempatan bisnis yang diperoleh produsen dalam bidang teknologi, fashion, hingga bahan makanan.

  Berbagai strategi pemasaran banyak diterapkan baik oleh para produsen maupun pemasar untuk menarik minat konsumen agar mereka melakukan pembelian terhadap produk mereka. Salah satu faktor penting dalam strategi pemasaran adalah promosi. Istilah promosi dapat diartikan sebagai arus informasi atau persuasi satu arah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan yang menciptakan pertukaran (Basu Swastha dan Irawan, 1999).

  Promosi memiliki peran penting, dikarenakan kegiatan ini dapat mempengaruhi pola pikir konsumen untuk menggunakan produk yang ditawarkan perusahaan maupun dalam hal mengantisipasi adanya persaingan dari usaha lain yang sejenis. Iklan komersial contohnya, yang merupakan salah satu media promosi yang merupakan sarana paling efektif dalam menginformasikan benefit (keuntungan) yang bisa diperoleh dengan tingkatan jumlah penjualan akibat pengarahan pola pikir konsumen untuk membeli produk tersebut.

  Dalam proses pembelian yang sifatnya rasional, konsumen melakukan pertimbangan yang cermat dan mengevaluasi sifat produk secara fungsional.

  

1 Namun, tidak selamanya konsumen melakukan pembelian yang berdasarkan rasional, terkadang muncul pembelian yang lebih didasari oleh faktor emosi.

  Pembelian ini bersifat hedonik, objek konsumsi dipandang secara simbolis dan berhubungan dengan respon emosi (Hirachman & Holbrook dalam Engel dkk, 1995). Tidak sedikit konsumen yang berbelanja menggunakan emosinya, mereka yang begitu menyukai shopping akan selalu melihat trend yang terbaru pada masa kini. Hal itu dilakukan oleh mereka yang menyukai berbelanja adalah semata- mata hanya karena untuk memenuhi sebagian besar keinginan mereka.

  Mal adalah jenis dari pusat perbelanjaan yang secara arsitektur berupa bangunan tertutup dengan suhu yang diatur dan memiliki jalur untuk berjalan jalan yang teratur sehingga berada di antara antar toko-toko kecil yang saling berhadapan. Karena bentuk arsitektur bangunannya yang melebar (luas), umumnya sebuah mal memiliki tinggi tiga lantai. Di dalam sebuah mal, penyewa besar (anchor tenant) lebih dari satu (banyak). Seperti jenis pusat perbelanjaan lain seperti toko serba ada untuk masuk di dalamnya. Contoh dari sebuah standar mal adalah Cinere Mal dan Blok M Mal, sedangkan shopping centre adalah suatu kumpulan toko-toko eceran dalam suatu kelompok yang sedikit banyak ada hubungannya satu sama lain disuatu tempat yang kemudian menyewakan toko- toko itu kepada orang lain, seringkali persetujuan sewa menyewa itu menetapkan bahwa hanya terdapat satu toko dari jenis dalam pusat perbelanjaan tersebut.

  Dalam hal ini, tidak mengejutkan jika banyak terjadi penggunaan stimulus pada suatu mall, seperti tampilan (display), posisi rak, jarak antar rak, informasi pada kemasan produk, contoh gratis (free sample), demonstrasi produk, promosi harga serta iklan akan mempengaruhi pembuatan keputusan pembelian, termasuk pembelian yang impulsif. Pembelian impulsif atau pembelian tidak terencana (unplanned purchase) itu sendiri adalah pembelian yang terjadi secara spontan yang terjadi karena munculnya dorongan yang kuat untuk membeli dengan segera (Assael, 1998).

  Purwokerto, daerah yang terletak di Kabupaten Banyumas dan bertempat di Provinsi Jawa Tengah ini tergolong memiliki perkembangan bisnis yang cukup baik, dilihat dari banyaknya shopping mall yang ada di Purwokerto. Terdapat 12 tempat shopping mall di Purwokerto mulai dari tempat perbelanjaan yang kecil hingga mall yang besar seperti: Rita Pasaraya, Moro, dan bahkan Matahari. Keberadaan pusat perbelanjaan yang cukup banyak di Purwokerto, telah menjadikan sebuah peluang bagi para pelaku bisnis terutama di bidang fashion untuk melakukan bisnis di bidang tersebut. Tidak hanya para pebisnis besar, para pebisnis kecil seperti pertokoan hingga perorangan pun juga memilih untuk memiliki usaha di bidang fashion ini. Banyak tempat fashion yang dapat dijumpai di Purwokerto yang memiliki kualitas dan model yang berbeda- beda disetiap tempat yang pada akhirnya menyebabkan banyak persaingan bisnis di bidang fashion ini, sebab peluang bisnis pada bidang ini sangatlah besar. Pada dasarnya bidang fashion ini banyak diminati oleh konsumen yang berkunjung ke

  

mall dengan tujuan untuk berbelanja produk pakaian. Hal ini menyebabkan

  banyak dari mall yang ada menjual produk-produk fashion, mulai dari fashion pria, wanita, maupun fashion anak-anak baik yang berada di boutique, factory

  

outlet , maupun department store yang memiliki kualitas dan mutu standar yang

telah diterapkan masing-masing toko.

  Fashion adalah jenis produk utama dari sebuah mall, berupa toko baju

  anak, pria dan wanita yang berbentuk butik atau ready

  • –to–wear, termasuk

  toko aksesoris dan kosmetika (Indonesia Shopping Centers, 30 Januari 2009). Ketika seorang pengunjung melihat pakaian yang menarik menurutnya saat dipajang di pertokoan, maka pengunjung itu pun akan berjalan dan menghampiri toko tersebut untuk mengetahui lebih jelas tentang pakaian tersebut. Pada umumnya, pengunjung tersebut melakukan pembelian karena merasa bahwa apa yang dilihatnya cocok dan menarik, meskipun si pengunjung harus mengeluarkan uang lebih demi memperoleh pakaian yang diinginkannya.

  Bagi masyarakat berbelanja merupakan hal yang sudah biasa, mereka yang menyukai shopping atau berbelanja tidak akan ragu untuk melakukan pembelian dan mengeluarkan biaya yang lebih untuk membeli apa yang mereka inginkan. Hal ini di dukung dengan pernyataan Leon Tan yang mengatakan bahwa “bayang- bayang resesi global, baik secara langsung maupun tidak langsung, ikut mempengaruhi pola berpikir dan life style kita, termasuk dalam cara berbelanja. Bagaimanapun, krisis tak harus menghentikan aktivitas shopping life style kita”. (Tan, 2009, p.iii). Kecenderungan perilaku yang menunjukkan ketika mereka melakukan pembelian tak terduga adalah suatu peluang yang tersedia bagi para pemilik tenant untuk dapat menjual produk pakaian yang disenangi oleh sebagian masyarakat yang mementingkan kenyamanan, model, dan brand dari pada harga yang terdaftar adalah fashion involvement yang terjadi.

  Untuk mendapatkan jenis fashion yang sesuai dengan keinginan mereka membutuhkan faktor pendukung lain yaitu, seperti merek dari suatu produk. Merek/brand merupakan salah satu hal terpenting bagi konsumen dalam memilih suatu jenis produk. Ketika konsumen tersebut menyukai suatu merek tertentu, maka secara emosional mereka memilih untuk melakukan impulse buying. Karena apa yang mereka suka, apa yang mereka inginkan ada dihadapan mereka, sehingga tanpa berfikir panjang mereka yang begitu menyukai fashion, shopping, dan bahkan menganggap bahwa life style adalah suatu kebutuhan, maka mereka tidak akan ragu untuk mengeluarkan biaya yang bahkan sampai melebihi pengeluaran dari biasanya.

  Penelitian ini merupakan penelitian replikasi dari penelitian Japarianto dan Sugiharto (2008) tentang

  “Pengaruh Shopping Life Style dan Fashion

Involvement Terhadap Impulse Buying Behavior Masyarakat High Income

Surabaya”. Perbedaan penelitian ini dengan sebelumnya yaitu terdapat pada,

objek penelitian, populasi penelitian dan penambahan satu variabel (Brand).

  Penelitian ini dilakukan pada tiga shopping center di kota Purwokerto dengan menggunakan metode analisis regresi linier berganda. Sampel pada penelitian sebelumnya adalah responden yang pernah berbelanja di tiga mall besar di Surabaya, sedangkan pada penelitian sekarang sampel yang digunakan adalah responden yang pernah berbelanja di tiga mall di Purwokerto, yaitu: Rita, Moro, dan Matahari. Adapun alasan penelitian Japarianto di replikasi adalah karena penelitian ini masih dapat dipengaruhi oleh banyaknya faktor-faktor yang lain seperti faktor merek (Brand) dan untuk membandingkan perbedaan antara perilaku konsumen di Surabaya dengan perilaku konsumen di Purwokerto.

  Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan riset dengan judul

  “Pengaruh Shopping Life Style, Fashion Involvement, dan Brand Terhadap Impulse Buying Behavior Masyarakat Purwokerto .

  1.2 RUMUSAN MASALAH

  Dari pembahasan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah dalam penelitian. Berikut merupakan rumusan masalah yang dapat diambil, yaitu:

  a) Apakah Shopping Life Style berpengaruh terhadap Impulse Buying Behavior Masyarakat di Purwokerto?

  b) Apakah Fashion Involvement berpengaruh terhadap Impulse Buying Behavior Masyarakat di Purwokerto?

  c) Apakah Brand berpengaruh terhadap Impulse Buying Behavior Masyarakat di Purwokerto?

  d) Apakah Shopping Life style, Fashion Involvement, dan Brand berpengaruh terhadap Impulse Buying Behavior Masyarakat di Purwokerto?

  1.3 BATASAN MASALAH

  Dibuatnya batasan masalah dikarenakan agar peneliti terfokuskan pada permasalahan yang diteliti dan mencapai tujuan dari pada penelitian itu sendiri.

  Oleh karena itu adapum batasan masalah yang dibuat, yaitu:

  a) Penelitian ini dibatasi pada shopping life style, fashion involvement, dan brand pada masyarakat di Purwokerto. b) Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah responden yang pernah berbelanja di Rita, Moro, dan Matahari mall.

  c) Responden memiliki pengeluaran untuk produk fashion

  d) Responden memiliki pendapatan

  1.4 TUJUAN PENELITIAN

  Adapun dilakukannya penelitian dengan tujuan sebagai berikut:

  a) Untuk menganalisis pengaruh shopping life style terhadap Impulse Buying Behavior Masyarakat di Purwokerto.

  b) Untuk menganalisis pengaruh fashion involvement terhadap Impulse Buying Behavior Masyarakat di Purwokerto.

  c) Untuk menganalisis pengaruh brand terhadap Impulse Buying Behavior Masyarakat di Purwokerto.

  d) Untuk menganalisis pengaruh antara Shopping Life style, Fashion

  

Involvement, dan Brand terhadap Impulse Buying Behavior Masyarakat di

Purwokerto.

  1.5 MANFAAT PENELITIAN

  Adapun hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: a) Bagi Peneliti

  Sebagai sarana pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan memecahkan masalah yang sedang diteliti dan penelitian ini merupakan suatu syarat yang harus dicapai dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Fakultas Ekonomi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

  b) Bagi Akademik Penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai rujukan/wacana dalam bidang pemasaran, khususnya mengenai study tentang shopping life style,

  

fashion involvement , dan brand terhadap impulse buying behavior. Karena

  dalam bidang ini kita dapat mengetahui seberapa besar ketertarikan seseorang akan berbelanja yang didasarkan pada model, mutu, kualitas, dan harga.

  c) Bagi Perusahaan Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi informasi mengenai bagaimana agar perusahaan dapat memaksimalkan penjualannya dengan mengetahui kelebihan yang dimiliki oleh metode impulse buying behavior. Karena metode penjualan ini lebih didasarkan pada bagaimana cara agar para konsumen membeli produk perusahaan dengan merangsang emosi mereka atau memberikan stimulus kepada mereka