PENINGKATAN KEMAMPUAN PESERTA DIDIK DALAM MELAKUKAN THAHARAH DENGAN METODE PEMBERIAN TUGAS PADA PELAJARAN PAI KELAS VII.2 SMP NEGERI 3 MRANGGEN TAHUN PELAJARAN 20112012 Sofwan Guru Pendidikan Agama Islam SMP Negeri 3 Mranggen , Peserta Program Peningkatan
PENINGKATAN KEMAMPUAN PESERTA DIDIK DALAM
MELAKUKAN THAHARAH DENGAN METODE PEMBERIANTUGAS PADA PELAJARAN PAI KELAS VII.2 SMP NEGERI 3
MRANGGEN TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Sofwan
Guru Pendidikan Agama Islam SMP Negeri 3 Mranggen , Peserta Program
Peningkatan Kompetensi dan Wawasan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Ditjen Pendidikan Agama Islam, yang diselenggarakan FITK UNSIQ
kerjasama dengan Kementrian Agama RI
Abstrak Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dalam bentuk penelitian tindakan kelas
Action Research) yang terdiri atas tiga siklus dengan prosedur (1) persiapan tindakan; (2)
(
implementasi tindakan; (3) pengamatan (observasi); dan (4) analisis refleksi. Melakukan
thaharah dilakukan dengan menggunakan tes prestasi dan observasi serta metode dokumentasi
untuk memperoleh data sekunder. Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VII.2
SMP Negeri 3 Mranggen Tahun Pelajaran 2011/2012 sejumlah 42 peserta didik yang digunakan
untuk penelitian tindakan kelas. Analisis data menggunakan metode deskriptif persentase. Hasil
analisis deskriptif menunjukkan bahwa hasil belajar peserta didik pada (1) siklus pertama
sebelum diberi tugas nilai rata-rata 62,98 dan setelah diberi tugas nilainya meningkat menjadi
rata-rata 68,88 atau naik 30,96%; (2) siklus kedua sebelum diberi tugas nilai rata-rata 62,98 dan
setelah diberi tugas nilainya meningkat menjadi rata-rata 72,52 atau naik 38,10%; (3) siklus
ketiga sebelum diberi tugas nilai rata-rata 62,98 dan setelah diberi tugas nilainya meningkat
menjadi rata-rata 76,89 atau naik 42,86%. Hasil pengamatan guru terhadap peserta didik selama
proses belajar mengajar terjadi peningkatan yang signifikan terutama pada keaktivan peserta
didik dalam mengikuti proses kegiatan belajar, kebiasaan membaca buku pelajaran, kebiasaan
mengajukan pertanyaan dan menjawab, membuat catatan, serta kebiasaan mengerjakan tugas.
Saran yang berkaitan dengan hasil penelitian adalah kepada guru mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI) hendaknya dapat menggunakan metode pemberian tugas dalam proses
belajar mengajar, mengingat materi pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) materinya cukup
luas dan perlu pembelajaran aplikasi di lapangan.Kata-kunci : Metode, pemberian tugas, Thaharah (bersuci).
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Membangun pribadi seseorang, masyarakat, bangsa, dan lingkungan hidup dapat berhasil dengan baik jika melalui proses pembelajaran yang baik. Proses pembelajaran yang baik adalah terciptanya suatu kegiatan agar proses belajar seseorang atau sekelompok orang dapat terjadi. Pada keperluan tersebut seorang guru sedapat mungkin diharapkan mampu menciptakan suatu sistem lingkungan sedemikian rupa sehingga proses kegiatan belajar mengajar dapat tercapai secara efektif dan efisien (Sunaryo,1989:23). Kegiatan belajar mengajar pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) sejak diberlakukan
Penelitian Tindakan Kelas Kurikulum 2006 yang dikenal dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang berbasis kontekstual, pada kenyataan di lapangan terlihat masih bersifat masih konvensional. terdapat kecenderungan menggiring peserta didik untuk mempelajari teori yang berbelit-belit untuk merangkai materi yang bermuara pada tes kognitif, namun tes tersebut tidak mengukur pencapaian proses. Pada kurikulum Pendidikan Agama Islam tahun 2006 dijelaskan bahwa tujuan pengajaran adalah (1) mengembangkan kemampuan berpikir, inquiri, pemecahan masalah, dan keterampilan yang agamis; (2) membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan; dan (3) meningkatkan kemampuan berkompetisi dan bekerja sama dalam masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasional maupun skala internasional.
Sistem penilaian yang digunakan seharusnya juga bervariatif yakni penilaian tes yang bersifat kognitif dan penilaian proses yang bersifat afektif dan psikomotorik. Dengan demikian tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di samping mengkaji teori-teori, diharapkan akan lebih memberdayakan atau membangkitkan keaktifan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran yang bersifat kontekstual. Rendahnya kemampuan peserta didik dalam melakukan thaharah dapat dimungkinkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah;
1. input kemampuan akademik yang rendah; 2. penggunaan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang tepat; dan
3. lingkungan internal dan eksternal yang kurang mendukung. Hal tersebut menunjukkan bahwa kegiatan belajar mengajar bukan semata berdasarkan kemauan guru, tetapi hendaknya didasarkan pada kebutuhan peserta didik dalam proses belajar. Disamping itu perlu juga diperhatikan bahwa semua metode yang digunakan untuk proses belajar mengajar pada hakekatnya adalah baik. Tidak ada satupun metode yang dipandang paling baik dan tepat atau sebaliknya untuk mata pelajaran tertentu termasuk mata pelajaran pendidikan Agama Islam. Dengan demikian kesesuaian metode yang telah direncanakan hendaknya dipahami dengan baik dan dicobakan berulang kali, sehingga diperoleh seperangkat data tentang kelemahan atau kelebihan metode tersebut dan kemudian dapat digunakan sebagai pedoman untuk memodifikasi dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran selanjutnya. Metode pengajaran yang dapat digunakan guru dalam kegiatan belajar mengajar secara umum terdapat beberapa macam yakni,
1. metode ceramah; 2. metode tanya jawab; 3. metode diskusi; 4. metode pemberian tugas; 5. metode karya wisata; 6. metode bermain peran; dan
7. metode sosiodrama. Melihat banyaknya metode yang ditawarkan dalam suatu interaksi belajar mengajar, maka guru dapat memilih metode yang paling efektif guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Akhmadi, 1994:25). Disamping itu, dalam memilih metode pembelajaran yang efektif untuk mencapai tujuan, hendaknya memungkinkan peserta didik dapat mencerminkan perilaku yang dirumuskan dalam tujuan, memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengalaminya, serta ada dalam batas-batas kemampuan peserta didik untuk mengerjakannya.
B. Rumusan masalah
Dari uraian di atas, maka rumusan permasalahan dalam penelitian tindakan kelas ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah metode pemberian tugas secara individual dan secara kelompok yang berhubungan dengan proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dapat meningkatan kemampuan Peserta didik terhadap pengetahuan thaharah?
2. Berapa persenkah peningkatan penguasaan peserta didik terhadap pemahaman thaharah setelah diterapkan metode pemberian tugas jika dibandingkan dengan sebelumnya? C.
Tujuan dan Manfaat 1.
Tujuan Tujuan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah :
a. Meningkatkan kemampuan peserta didik untuk pemahaman materi thaharah dengan benar, sehingga tingkat kesalahan dalam pelaksanaan thaharah dihindari b. Mengetahui besaran peningkatan penguasaan peserta didik terhadap pemahaman thaharah setelah diterapkan metode pemberian tugas jika dibandingkan dengan sebelumnya c. Memelihara aktivitas belajar peserta didik dengan segenap potensinya di luar jam pelajaran tatap muka, agar kedalaman dan keluasan bahan pelajaran dapat dikuasai dengan baik.
d. Mengatasi kesulitan belajar yang dirasa terlalu sarat sehingga tidak mungkin dapat dicapai jika hanya berdasarkan alokasi waktu yang tersedia saja. Maka dengan pemberian tugas hal tersebut dapat dicapai khususnya bahan pelajaran yang dapat dipelajari oleh peserta didik tanpa melalui jam pelajaran tatap muka.
2. Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan agama Islam. Secara terperinci hasil dari penelitian ini memiliki dua manfaat yakni manfaat secara praktis dan manfaat bagi ilmu pengetahuan.
a. Manfaat Praktis
1) Bagi guru
Penelitian Tindakan Kelas Dapat meningkatkan keterampilan menyusun strategi atau metode pembelajaran yang bervariasi Dapat memperbaiki sistem pembelajaran di kelas sehingga dapat memberikan layanan yang lebih baik kepada peserta didik. Memberi motivasi kepada guru agar terbiasa melaksanakan penelitian yang bermanfaat bagi perbaikan pembelajaran.
2) Bagi peserta didik Memberikan motivasi kepada peserta didik untuk lebih meningkatkan kemampuan dalam memahami materi thaharah
3) Bagi sekolah Hasil penelitian ini dapat memberi sumbangan pemikiran kepada sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas nilai hasil evaluasi belajar peserta didik b.
Manfaat Teoritis
1) Dapat digunakan untuk bahan pertimbangan bagi para peneliti berikutnya yang tertarik meneliti permasalahan yang terkait dengan penelitian ini
2) Dapat memberikan informasi intensif dalam mengembangkan teori-teori yang berkaitan dengan pembelajaran Pendidikan
Agama Islam. 3) Dapat mendukung perkembangan ilmu pengetahuan khususnya
Mata Pelajaran PAI, karena metode pemberian tugas merupakan bagian dari kegiatan belajar mengajar yang memiliki kadar cara belajar peserta didik aktif cukup tinggi
KAJIAN TEORI
A. Hakikat Belajar
Belajar menurut Sudjana (1989:5), adalah proses aktif terjadinya perubahan pada diri individu atau kelompok peserta didik baik berupa pengetahuan, keterampilan maupun sikap. Menurut Arikunto (1980:19), dalam belajar selalu ada usaha yang berupa latihan sehingga belajar merupakan proses yang ditandai oleh perubahan yang ada pada diri seseorang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku seseorang melalui latihan. Para ahli merumuskan pengertian belajar dengan sudut pandang dan pendekatan yang berbeda-beda. Perbedaan beberapa rumusan belajar tersebut dapat dibedakan menjadi dua yaitu pengertian belajar secara umum dan pengertian belajar secara khusus.
1. Hakikat belajar secara umum
Secara umum pengertian belajar yang dirumuskan oleh para ahli dengan masing-masing sudut pandang secara umum sehingga dapat menghasilkan rumusan yang bersifat umum. Beberapa ahli yang merumuskan pengertian belajar secara umum antara lain: a. Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar, baik secara aktual maupun secara potensial yang berlaku dalam waktu relatif lama yang terjadi karena berusaha (Sumadi, 1983:29) b. Belajar merupakan suatu tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman. (Shaffer, 1985:18) c. Belajar merupakan suatu proses yaitu suatu organisme yang berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman (Berlinger, 1988:35) d. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang ditimbulkan atau diubah melalui latihan dan pengalaman (Ismanto, 1987:21) e. Belajar merupakan aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pemahaman, pengetahuan keterampilan dan nilai sikap yang bersifat konstan (Winkel, 1989:46) f. Belajar adalah proses secara aktif yang merupakan suatu interaksi terhadap situasi yang ada di sekitar individu (Sudjana, 1989:5) g. Belajar merupakan teknologi yang digunakan untuk menjelaskan proses mencakup perubahan tingkah laku melalui pengalaman (Bropy,
1990:49) 2. Hakikat belajar secara khusus
Pengertian belajar secara khusus adalah rumusan pengertian belajar yang didasari dengan pendekatan psikologi. Beberapa aliran psikologi yang digunakan untuk merumuskan definisi belajar secara khusus adalah aliran behavioristik, kognitif, dan humanistik.
a.
Aliran behavioristik adalah aliran yang melaksanakan penyelidikan tingkah laku manusia berdasarkan kenyataan dan dapat diukur serta dapat disimpulkan. Pengertian belajar di sini lebih menekankan pada perubahan tingkah laku yang dapat diamati karena adanya hubungan stimulus respons (Seifart, 1983:53).
b.
Aliran kognitif menurut Barliner (1988:71) dijelaskan bahwa tingkah laku seseorang tidak semata-mata oleh stimulus yang datang dari luar dirinya tetapi faktor internal yang merupakan potensi untuk mengenal dan memberi respon terhadap stimulus, shehingga pengertian belajar menurut aliran kognitif adalah menekankan ada unsur pikiran yaitu proses pengorganisasian berpikir.
c. Aliran gestalt adalah aliran yang menyatakan bahwa keseluruhan kegiatan internal yang mengatur atau mengorganisasikan sebagian- sebagian yang mempergunakan pola struktur yang bermakna internal dalam mempersepsi serta mengorganisasikan stimulus.
d.
Aliran psikologi humanistik adalah suatu kegiatan untuk memahami sesuatu dengan persepsi dan pandangan yang akan dipelajarinya.
Aliran ini sangat menghargai kemampuan seseorang untuk mengembangkan dirinya.
Penelitian Tindakan Kelas Belajar merupakan suatu kegiatan, dimana seseorang membuat atau menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang ada pada dirinya dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Tingkah laku yang dimaksud adalah tingkah laku yang positif dalam hubungannya untuk mencapai kesempurnaan hidupnya. Proses perubahan tingkah laku dalam belajar pada umumnya dipengaruhi oleh dua faktor, yakni faktor internal dan faktor eksternal.
1. Faktor Internal
Faktor internal adalah kondisi yang berpengaruh dalam proses belajar mengajar yang berasal dari dalam diri sendiri, sehingga terjadi perubahan tingkah lakunya. Beberapa hal yang termasuk faktor internal dapat diuaraikan sebagai berikut.
a. Faktor kecerdasan (Intelegensia)
Faktor kecerdasan seseorang merupakan modal dasar yang sangat penting dalam proses belajar. Semakin tinggi tingkat kecerdasan seseorang di atas rata-rata, maka semakin besar pula kemungkinannya untuk berhasil dalam belajarnya, demikian pula sebaliknya.
b. Faktor Bakat (Aptitude)
Bakat merupakan pembawaan yang dimiliki seseorang dengan sendirinya. Manusia lahir memiliki bakat masing-masing yang berbeda antara seseorang dengan lainnya. Misalnya seseorang mempunyai bakat dibidang teknologi akan kesulitan bila belajar menari. Seorang peserta didik yang berbakat dibidang sosial akan cenderung tidak menyukai bidang-bidang eksakta, teknologi, dan sebagainya.
c. Faktor kecakapan ( Vocational)
Kecakapan adalah kemampuan seseorang untuk memahami dengan cepat sekaligus dapat bereaksi melalui tingkah laku dengan tepat dan benar. Semakin tinggi tingkat kecakapan seseorang, akan semakin tinggi pula keberhasilannya dalam belajar.
d. Faktor minat
Minat disebut pula konsentrasi atau perhatian seseorang terhadap sesuatu hal yang dipandang menarik. Konsentrasi adalah pemusatan tenaga psikis dalam menghadapi tugas-tugas (belajar). Sedangkan perhatian adalah perasaan tertarik pada suatu masalah yang sedang dipelajari. Konsentrasi belajar dipengaruhi oleh perasaan dan perhatian atau minat. Seseorang yang tidak senang menghadapi suatu pelajaran akan tidak berminat untuk mempelajari bidang keilmuan tertentu. Hal ini akan menjadi hambatan untuk mencapai hasil belajarnya dari bidang keilmuan tersebut.
e. Faktor motivasi belajar
Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri peserta didik yang menimbulkan dorongan untuk melakukan kegiatan belajar. Motivasi ini menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi tercapai tujuan pembelajaran. Motivasi menunjuk pada suatu motif atau dorongan yang sudah diaktualisasikan.
f. Faktor kondisi fisik dan mental
Kondisi fisik adalah potensi yang menunjukkan kekuatan energi seseorang dan berkaitan dengan daya hidup jasmani. Orang yang tidak memiliki vitalitas tinggi, kondisinya tampak lemah, letih, lesu dan akan kurang bergairah dalam proses belajarnya. Demikian pula ketenangan batin atau stabilitas batin seseorang memberikan sumbangan besar dalam keberhasilan belajarnya.
2. Faktor Eksternal Faktor eksternal adalah berbagai kondisi di luar individu yang dapat mempengaruhi belajarnya. Beberapa kondisi yang termasuk faktor eksternal adalah.
a. Lingkungan Sekolah
Lingkungan sekolah merupakan tempat persemaian bagi peserta didik untuk merubah dan menumbuh kembangkan perilakunya. Lokasi sekolah yang baik dan didukung oleh guru-guru yang memiliki kualifikasi yang baik merupakan faktor pendorong mantapnya proses belajar peserta didik. Sebaliknya lingkungan sekolah yang kurang baik, misalnya terlalu dekat dengan jalan raya, pasar, gedung bioskop, akan kurang memberikan iklim yang baik dalam upaya meningkatkan proses belajar peserta didik. Lingkungan sekolah yang tertib merupakan dukungan moral bagi peserta didik untuk dapat belajar lebih tertib pula.
b. Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga merupakan tempat dimana peserta didik bertempat tinggal. Keluarga dalam hal ini adalah terdapatnya anggota keluarga yang dapat bertindak sebagai orang tua. Peserta didik yang berasal dari keluarga yang harmonis akan memberikan motivasi belajar yang lebih baik, jika dibandingkan dengan mereka yang berasal dari keluarga yang berantakan. Peserta didik yang kurang mendapatkan perhatian dari orang tuanya mempunyai kecenderungan ingin diperhatikan oleh orang lain atau lingkungannya. Apabila ternyata dari mereka belum memperoleh apa yang
Penelitian Tindakan Kelas diinginkannya (perhatian) maka ia akan berbuat nekat dan lebih cenderung menunjukkan sikap kebrutalan.
c. Lingkungan Masyarakat
Peserta didik yang belum memiliki tingkat kedewasaan yang cukup mantap, pengaruh lingkungan sangat mudah merasuk ke dalam jiwanya. Pengaruh itu positif atau negatif akan ditirunya tanpa melalui proses pertimbangan berpikir. Peserta didik yang ditempatkan pada lingkungan yang baik, maka ia akan berkembang sesuai dengan perkembangan fisiknya dalam arti positif.
B. Faktor Pendukung Belajar
Prestasi belajar atau hasil belajar peserta didik yang maksimal merupakan suatu kebanggaan dan harapan oleh setiap peserta didik, orang tua dan guru. Untuk mencapai prestasi belajar yang maksimal membutuhkan penunjang belajar yang baik pula. Withering (1982:28) berpendapat bahwa keberhasilan belajar dapat didukung oleh beberapa hal berikut:
1. Situasi belajar Situasi belajar adalah suatu kondisi belajar yang mengajak peserta didik untuk menciptakan suatu keadaan yang dapat mendukung peningkatan prestasi. Beberapa indikator yang dapat mendukung situasi belajar yang baik meliputi; (1) kesehatan lingkungan yang baik; (2) tidak ada gangguan yang mendasar; (3) motivasi diri peserta didik untuk belajar secara pribadi; (4) motivasi belajar secara mandiri.
2. Penguasaan intelektual Setiap individu memiliki kemampuan penguasaan intelektual baik secara kwantitatif maupun kualitatif untuk mendukung keberhasilan belajar.
Kemampuan intelektual yang dimiliki setiap individu dapat berupa penguasaan membaca, menulis, menganalisis, memahami makna pendidikan kualitatif yang tinggi, berbahasa yang baik dan benar, menyampaikan pendapat dan menanggapi pendapat orang lain, serta mampu berpikir logis.
3. Pengetahuan
Istilah pengetahuan dapat dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata Knowledge dalam taksonomi Bloom. Sekalipun demikian pengetahuan tersebut masih harus difokuskan lebih lanjut menurut kebutuhan karena istilah knowledge menjangkau untuk pengetahuan faktual di samping pengetahuan hapalan atau untuk diingat seperti rumus, batasan, definisi, istilah, pasal dalam undang-undang, nama-nama tokoh, dan nama-nama kota. Dilihat dari segi proses belajar, istilah-istilah tersebut memang perlu dihafal dan diingat agar dapat dikuasainya sebagai dasar bagi pengetahuan atau pemahaman konsep-konsep lainnya.
C. Hakikat Prestasi Belajar
1. Pengertian prestasi belajar Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai dalam usaha seseorang untuk mendapatkan kepandaian (Depdikbud, 1995:63). Prestasi belajar jika dihubungkan dengan pertumbuhan hidup manusia yang menuju kearah kedewasaan dan selalu dapat berubah-ubah dapat dikatakan bahwa tingkah laku merupakan hakikat dari prestasi belajar seseorang (Winarno, 1986:14). Tinggi atau rendahnya prestasi belajar peserta didik dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah faktor internal dan faktor eksternal. Kedua hal tersebut dapat membentuk situasi dan kondisi lingkungan belajar yang baik jika dikemas dengan kemampuan yang maksimal dalam menerapkan metode pengajarannya.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar Menurut Karo-karo (1975:46) belajar mata pelajaran PAI yang berhubungan dengan thaharah senantiasa dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah dorongan dari dalam diri seseorang yang memiliki rasa ingin tahu. Sedangkan faktor dari luar adalah bahan-bahan yang dipelajari, alat-alat yang tersedia, banyaknya waktu yang tersedia atau yang dibutuhkan, serta cara belajar yang efektif dan efisien. Disamping itu, beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar peserta didik dapat dibedakan menjadi :
a. Kondisi fisiologis
Kondisi fisiologis meliputi kondisi umum seperti kondisi kesehatan dan kondisi panca indera terutama indera penglihatan dan pendengaran. Kondisi indera tersebut sangat penting artinya untuk mempelajari Pendidikan Agama Islam (PAI) yang sangat membutuhkan indera penglihatan dan pendengaran. Misalnya mempelajari thaharah (bersuci) harus menggunakan indera penglihatan yang cermat. Jika kondisi mata yang sedang sakit akan terganggu dalam proses kegiatan belajar mengajar. Demikian pula jika seseorang yang sedang terganggu dalam indera pendengarannya tentu tidak dapat mendengar apa yang ditugaskan oleh guru.
b. Kondisi Psikologis
Kondisi psikologis yang mempengaruhi prestasi belajar seseorang dapat dipengaruhi faktor dari dalam dan faktor dari luar. Faktor psikologis dari dalam diri seseorang meliputi; (1) kecerdasan; (2) bakat; (3) minat; (4) motivasi dan emosi; serta (5) kemampuan kognitif.
Penelitian Tindakan Kelas Sedangkan faktor psikologis yang mempengaruhi prestasi belajar berasal dari luar diri peserta didik adalah lingkungan alam dan instrument pembelajaran. 1)
Faktor lingkungan Lingkungan hidup terdiri dari lingkungan fisik atau lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan budaya. Lingkungan fisik atau lingkungan alam adalah kondisi alamiah yang dapat berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar seperti kondisi suhu udara, cuaca, dan kelembaban udara. Lingkungan sosial adalah lingkungan antar manusia atau antar kelompok mulai dari keluarga, tetangga, kampung, desa, kota, propinsi, negara dan dunia. Misalnya norma, aturan, dan adat istiadat. Sedangkan lingkungan budaya adalah lingkungan yang dipengaruhi oleh hasil ciptaan manusia yang bersifat abstrak dan konkret.
Misalnya ide, gagasan, bahasa, perilaku, pakaian, bangunan rumah, radio, audio visual, dan media komunikasi. 2) Faktor instrumen pembelajaran
Faktor instrumen pembelajaran adalah faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar Geografi antara lain kurikulum, program, sarana dan prasarana serta guru atau tenaga pengajar. Pembagian faktor eksternal dipengaruhi oleh lingkungan sekolah, masyarakat, dan keluarga (Roestijah, 1986:145).
D. Metode Pemberian Tugas
Menurut Dhari (1997:75) metode pemberian tugas adalah suatu penyajian bahan pelajaran dengan menugaskan peserta didik untuk melakukan serangkaian kegiatan di luar jam pelajaran tatap muka. Sedangkan Depdikbud (1994:14), dijelaskan bahwa metode pemberian tugas adalah cara mengajar atau menyajikan materi melalui penugasan peserta didik untuk melakukan suatu pekerjaan. Serangkaian kegiatan yang ditugaskan dapat berbentuk; 1. membuat kliping; 2. majalah diding; 3. ikhtisar atau ringkasan dari buku; 4. mengerjakan soal-soal; 5. membuat peta; 6. mencari data statistik dan sebagainya.
Pelaksanaan tugas dilakukan secara individu atau kelompok, dengan pemberian tugas dalam diri peserta didik akan tumbuh kreativitas dan kebiasaan untuk melakukan serangkaian latihan dan kegiatan belajar di luar tatap muka di samping memperoleh serangkaian pengetahuan atau keterampilan. Metode pemberian tugas diterapkan dalam bagian kegiatan belajar mengajar bertujuan untuk :
1. Memelihara aktivitas belajar peserta didik dengan segenap potensinya di luar jam pelajar tatap muka, agar kedalaman dan keluasan bahan pelajaran dapat dikuasai dengan lebih baik.
2. Mengatasi bahan pelajaran yang dirasa terlalu sarat sehingga tidak mungkin dapat dicapai jika hanya berdasarkan alokasi waktu yang tersedia saja. Maka dengan pemberian tugas hal tersebut dapat dicapai khususnya bahan pelajaran yang dapat dipelajari oleh peserta didik tanpa melalui jam pelajaran tatap muka.
3. Meninjau kembali pelajaran yang sudah diajarkan, untuk latihan dengan tugas dengan mengumpulkan bahan, dan untuk memecahkan suatu masalah. Manfaat atau keunggulan penggunaan metode pemberian tugas dalam bagian kegiatan belajar mengajar adalah dapat : a.
Melatih peserta didik melaksanakan serangkaian kegiatan agar menemukan sendiri pengalaman belajarnya dan selanjutnya akan mendorong tumbuhnya sikap tekun, teliti dan kreatif
b. Mendorong perkembangan sikap dan kemampuan peserta didik dalam memikirkan dan melakukan sesuatu yang dianggap sulit, tanpa campur tangan pihak lain.
c. Mendorong peserta didik untuk menilai sendiri seberapa jauh kelebihan dan kekurangan kemampuannya dalam mengerjakan tugas. Dhari (1997:76) menjelaskan bahwa metode pemberian tugas yang menjadi bagian dari kegiatan belajar mengajar agar memiliki generalisasi yang baik perlu disusun langkah-langkah penggunaannya. Lebih lanjut dijelaskan bahwa langkah-langkah penggunaan metode pemberian tugas dapat disusun sebagai berikut : 1.
Membuat persiapan meliputi : a.
Merumuskan tujuan pembelajaran
b. Menetapkan topik. Ketika menentukan topik dapat diutamakan topik- topik yang diangkat dari kompetensi dasar yang diperkirakan dapat dipelajari sendiri oleh peserta didik tanpa melalui jam pelajaran tatap muka di kelas c.
Menetapkan prosedur penyajian bahan pelajaran untuk mendukung tercapainya kompetensi dasar dengan metode pemberian tugas d.
Menetapkan waktu untuk menyelsaikan tugas.
2. Pelaksanaan metode meliputi : a.
Menginformasikan kompetensi dasar yang hendak dicapai selama proses pembelajaran b. Menjelaskan topik yang menjadi tugas peserta didik termasuk ruang lingkupnya.
c. Menginformasikan prosedur penyelesaian tugas.
E. Thaharah
Thaharah merupakan syarat wajib bagi seseorang yang akan menunaikan ibadah shalat, sehingga thaharah perlu diajarkan dan dilatihkan kepada anak-
Penelitian Tindakan Kelas anak sejak usia dini. Ulama fiqih sendiri berpendapat bahwa thaharah adalah salah satu syarat pokok sahnya ibadah. Dalam hal ini Rasulullah Saw, menegaskan: “Kunci salat adalah bersuci, salat tanpa wudu tidak diterima, dan kesucian adalah setengah iman.” (HR Muslim).
1. Pengertian Thaharah
Thaharah secara etimologi artinya bersih. Menurut fuqaha thaharah berarti membersihkan hadas atau menghilangkan najis jasmani seperti darah, air kencing, dan tinja. Seseorang yang terkena hadas ini dilarang untuk menunaikan shalat, dan untuk menyucikannya diwajibkan wudhu, mandi, dan/atau tayammum. Dalam literature Arab, thaharah artinya bersuci. Bersuci berdasarkan hukum Islam termasuk bagian ilmu dan amalan yang sangat penting. Bersuci dari hal-hal yang bersifat bathiniah merupakan upaya membersihkan diri dari noda kemusyrikan, kedengkian, takabur, riya’ dan berbagai bentuk dosa dan maksiat lainnya, yang dapat dilakukan dengan bertaubat secara sungguh-sungguh, penuh keikhlasan, tawadhu dan mendedikasikan seluruh aktivitas hidupnya hanya kepada Allah SWT. Sementara bersuci dari hal-hal yang bersifat lahir adalah menghilangkan segala kotoran (najis) dan hadas yang melekat pada diri, tempat dan pakaian yang dikenakan oleh seseorang. Dasar diperintahkanya untuk thaharah adalah firman Allah Surat Al Maidah ayat 6, yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kalian hendak mengerjakan salat, maka basuhlah muka kalian dan tangan kalian sampai dengan siku, dan sapulah kepala kalian, dan (basuh) kaki kalian sampai dengan kedua mata kaki” (QS. Al- Maidah : 6).
Secara umum, thaharah dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu thaharah lahir dan thaharah batin.
a. Thaharah lahir Thaharah lahir adalah bersuci dari najis dan dari hadats terhadap kotoran yang dapat dihilangkan dengan cara berwudu, mandi, atau tayammum. Thaharah terhadap najis dan hadast menggunakan air yang suci terhadap pakaian, badan, dan tempat salat bagi seseorang yang hendak menunaikan salat.
b.
Thaharah batin Thaharah batin adalah membersihkan jiwa dari pengaruh-pengaruh dosa dan maksiat dengan cara bertobat dengan sebenar-benarnya dari semua dosa dan maksiat, dan membersihkan hati dari kotoran syirik, ragu-ragu, dengki, khianat, sombong, ujub, riya, dan sum'ah dengan ikhlas, yakin, cinta kebaikan, lemah lembut, benar, tawadu, dan mengharapkan keridaan Allah SWT dengan semua niat dan amal saleh. Sarana yang digunakan dalam berthaharah dapat menggunakan dua macam cara yaitu: a. Air mutlak
Air mutlak adalah air asli yang tidak tercampuri oleh sesuatu apa pun dari najis, seperti air sumur, air dari mata air, air lembah, air sungai, air salju, dan air laut, berdasarkan dalil-dalil sebagai berikut.
“Dan Kami turunkan dari langit air yang amat suci.” (Al-Furqan: 48). Rasulullah Muhammad SAW. bersabda,“Air itu suci, kecuali bila sudah berubah aromanya, rasanya, atau warnanya karena kotoran yang masuk padanya.” (HR Al-Baihaqi).
b. Tanah yang suci, pasir, batu, atau tanah berair.
Rasulullah Muhammad SAW. bersabda, “Dijadikan bumi itu sabagai masjid dan suci bagiku.” (HR Ahmad:288). Tanah dijadikan sebagai alat thaharah jika tidak ada air, atau tidak bisa menggunakan air karena sakit, dan karena sebab lain. Allah SWT. berfirman,
”…kemudian kalian tidak mendapatkan air, maka bertayammumlah kalian dengan tanah yang suci.” (An-Nisa: 43). Rasulullah SAW. bersabda,
“Sesungguhnya tanah yang baik (bersih) adalah alat bersuci seorang muslim, kendati ia tidak mendapatkan air selama sepuluh tahun. Jika ia mendapatkan air, maka hendaklah ia menyentuhkannya ke kulitnya.” (HR Tirmizi:251).
2. Najis
Najis adalah sesuatu benda yang keluar dari organ manusia, berupa tinja dan air kencing, atau mazi (lendir yang keluar dari kemaluan karena syahwat), atau wadi (cairan putih yang keluar selepas kencing), air mani, air kencing, dan kotoran hewan yang dagingnya tidak boleh dimakan, darah, nanah, air muntahan yang telah berubah, bangkai dan organ tubuhnya kecuali kulitnya, karena jika disamak kulitnya menjadi suci. Rasulullah SAW. bersabda,
“Setiap kulit yang sudah disamak, maka menjadi suci.” (HR Muslim). Najis berupa kotoran yang wajib dibersihkan oleh setiap muslim, dengan mencuci benda yang terkena. Najis dapat dibedakan menjadi beberapa macam yaitu:
1) Air kencing, tinja manusia, dan hewan yang tidak halal dagingnya dan telah disepakati oleh para ulama. Sedangkan kotoran hewan yang halal dimakan dagingnya, hukumnya najis menurut madzhab Hanafi dan Syafi’i; dan suci menurut madzhab Maliki dan Hanbali.
2) Madzyi, yaitu cairan putih lengket yang keluar ketika seseorang sedang berpikir tentang seks dan sejenisnya.
3) Wadi, yaitu air putih yang keluar setelah buang air kecil.
Penelitian Tindakan Kelas 4) Darah yang mengalir, sedangkan yang sedikit di- ma’fu. Menurut madzhab Syafi’i darah nyamuk, kutu, dan sejenisnya dima’fu jika secara umum dianggap sedikit. 5)
Anjing dan babi
6) Muntahan.
7) Bangkai, kecuali mayat manusia, ikan dan belalang, dan hewan yang tidak berdarah mengalir.
Najis yang mengenai badan, pakaian manusia, atau benda lainnya wajib dibersihkan. Jika najis tidak terlihat, maka wajib dibersihkan di tempatnya sehingga dugaan kuat najis telah dibersihkan. Demikian pula untuk pembersihan bejana yang pernah dijilat anjing, wajib dibasuh dengan tujuh kali dan salah satunya dengan debu. Sentuhan anjing dengan fisik manusia, tidak membutuhkan pembersihan melebihi cara pembersihan yang biasa. Najis sedikit yang tidak memungkinkan dihindari hukumnya dapat dimaafkan.
3. Wudlu
Wudhu adalah thaharah yang wajib dilaksanakan oleh karena hadats kecil, seperti buang air kecil, buang air besar, keluar angin dari dubur (kentut), tidur nyenyak, dan memakan daging onta. Cara berwudhu adalah sebagai berikut: a. Niat wudhu di dalam hati, tanpa diucapkan, karena Nabi
Muhammad SAW tidak pernah melafadhkan niat dengan lisan dalam berwudhu, shalat, dan ibadah apapun. Allah SWT mengetahui apa yang ada di dalam hati tanpa pemberitaan kita.
b.
Membaca “ Basmallah”.
c.
Membasuh kedua telapak tangan sebamyak 3 (tiga) kali d.
Berkumur serta menghirup air ke hidung sebanyak 3 (tiga) kali.
e.
Membasuh seluruh muka sampai batasan muka dengan telinga dan dari tempat pertumbuhan rambut kepala sampai jenggot bagian bawah sebanyak 3 (tiga) kali.
f. Membasuh kedua tangan, dari ujung jari sampai siku-siku. Di awali dengan tangan kanan, kemudian tangan kiri sebanyak 3 (tiga) kali.
g.
Mengusap kepala, yaitu dengan membasahi tangan kemudian menjalankannya dari kepala bagian depan sampai bagian belakang, kemudian mengembalikannya ( mengembalikan tangan tersebut dari belakang sampai ke depan lagi) sebanyak 1 (satu) kali.
h.
Mengusap kedua telinga dengan memasukkan jari telunjuk dalam lubang telinga, dan mengusap bagian luar (belakang) dengan jempol sebanyak 3 (tiga) kali. i. Membasuh kedua kaki, yaitu dari ujung jari sampai mata kaki, diawali kaki kanan, kemudian kaki kiri sebanyak 3 (tiga) kali.
4. Tayamum Tayammum adalah thaharah (sesuci) yang wajib dilakukan dengan menggunakan tanah (debu) sebagai pengganti wudhu dan mandi bagi orang yang memang tidak memperoleh air atau sedang dalam kondisi berbahaya bila menggunakan air. Cara bertayammum adalah sebagai berikut: Niat bertayammum sebagai pengganti wudhu atau mandi. Kemudian menepukkan kedua telapak tangan pada tanah atau yang berhubungan dengannya seperti tembok, lalu mengusap wajah dan kedua telapak tangannya.
Dalam riwayat lain disebutkan dengan lafadz, tayammum itu satu tepukan, untuk wajah dan kedua telapak tangan (HR. Abu Dawud : 327). Dishahihkan pula oleh Al-Albani dalam Irwa'ul Ghalil : 161, bahwa anggota tayammum hanya wajah dan telapak tangan.
5. Mandi Wajib Mandi wajib adalah thaharah (bersuci) yang wajib dilakukan dari hadats besar, seperti janabat dan haidh. Cara melaksanakan mandi wajib adalah sebagai berikut: a.
Niat mandi tanpa diucapkan.
b.
Membaca “ Basmalah”.
c.
Melaksanakan wudhu dengan sempurna.
d. Menciduk air untuk kepala, dan bila sudah merata, maka barulah mengguyurkannya sebanyak 3 (tiga) kali.
e. Membasuh seluruh badan.
METODE PENELITIAN A. Seting penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan, dengan lokasi penelitian di SMP Negeri 3 Mranggen Kabupaten Demak, dengan subjek penelitian adalah peserta didik kelas VII.2 SMP Negeri 3 Mranggen Tahun Pelajaran 2011/2012.
B. Gambaran umum penelitian (siklus tindakan)
Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik terhadap pemahaman thaharah dengan menggunakan metode pemberian tugas yang terdiri atas pemberian tugas kelompok dan pemberian tugas individu. Penelitian ini dilaksanakan dengan tiga siklus, tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Sesuai dengan rencana variabel-variabel yang diselidiki masing-masing siklus terdiri atas empat tahap, yaitu : 1.
Persiapan Tindakan a. membuat skenario dengan metode pemberian tugas;
Penelitian Tindakan Kelas
b. membuat lembar kerja peserta didik yang berfungsi untuk pedoman peserta didik; c. membuat lembar observasi untuk mengamati keterampilan proses yang dilaksanakan setiap peserta didik pada saat pembelajaran berlangsung; 2. Implementasi Tindakan
Pada tahap ini dilaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM) berdasarkan skenario yang telah disusun. Pada setiap konsep, sebagian sub konsep disampaikan melalui penugasan dan presentase hasilnya, namun sebagian yang lain menggunakan metode lainnya yang dipilih. Untuk sub konsep yang pembelajarannya dilengkapi dengan penugasan dan presentase hasil dilaksanakan dengan urutan sebagai berikut : a. Pada waktu jam terjadwal menjelang pemberian tugas peserta didik dibagi menjadi (6) enam kelompok, kepada semua kelompok dibagikan atlas. Kemudian peserta didik diberi kesempatan untuk membaca, bila terdapat hal-hal yang belum dipahami diberi kesempatan untuk bertanya jawab dengan guru, selain itu peserta didik dibimbing cara melakukan thaharah.
b. Pada waktu di luar jam pelajaran setiap kelompok menyelesaikan tugas c. Pada waktu jam terjadwal berikutnya melalui diskusi hasil tugas dari salah satu kelompok untuk dibahas di depan kelas, kelompok lain memberi tanggapan terhadap kelompok penyaji sehingga terjadi diskusi, guru berperan sebagai pengarah.
d.
Berdasarkan hasil diskusi guru membimbing peserta didik untuk memahami thaharah yang telah dipelajari
3. Pemantauan dan Evaluasi
Pada tahap ini dilaksanakan pemantauan dan evaluasi terhadap :
a. Tingkat keterlaksanaan rencana pembelajaran melalui observasi dan rencana yang dibuat oleh guru. Hal yang dipantau meliputi bagian rencana yang belum dapat dilaksanakan, yang perlu ditambah, dan hambatan-hambatan yang dihadapi.
b.
Tingkat pelaksanaan keterampilan proses melalui observasi menggunakan lembar observasi pada saat diskusi, penilaian, pemberian tugas, dan tes tertulis. Observasi dilakukan oleh dua tim (selain guru pengajar), pada setiap pertemuan tatap muka atau jam pelajaran terjadwal dengan mengisi skor pada keterampilan-keterampilan yang teramati pada kelompok atau peserta didik sesuai dengan identitasnya, sedangkan tes tertulis digunakan pada akhir seluruh siklus.
4. Analisis dan Refleksi Hasil yang didapatkan dalam tahap pemantauan dan evaluasi dikumpulkan kemudian dianalisis melalui diskusi. Peneliti berdasarkan hasil analisis dapat merefleksi untuk melihat apakah kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik dapat mewujudkan tujuan yang direncanakan. Hasil refleksi yang direncanakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus berikutnya.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Perolehan Nilai Sebelum Siklus (Kondisi Awal)
Sebelum tindakan siklus I dimulai, telah dilaksanakan ulangan harian dengan hasil nilai yang diperoleh peserta didik sebagai berikut: nilai terendah 60, nilai tertinggi 70, nilai rata-rata 62,98, ketuntasan klasikal 57,14%. Nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 65,00. Dengan demikian nilai yang diperoleh peserta didik masih relatif rendah dan perlu pemecahan lebih lanjut. Solusi yang digunakan dalam penelitian ini untuk meningkatkan pemahaman peserta didik berdasarkan rendahnya rata-rata nilai hasil evaluasi belajar peserta didik adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan model pembelajaran kontekstual ( Contextual Teaching and Learning/CTL) dilaksanakan dengan tiga siklus dan masing-masing siklus terdiri atas empat tahap meliputi persiapan tindakan, implementasi tindakan, pemantauan dan evaluasi serta analisis refleksi.
B. Deskripsi Data Hasil Penelitian
1. Hasil Siklus Pertama Siklus pertama dilaksanakan dengan standar kompetensi mengidentifikasi informasi macam-macam najis dan cara menyucikannya. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut telah di persiapkan skenario pembelajaran sebagaimana yang terlampir pada daftar lampiran 1. Skenario pembelajaran ini dilaksanakan selama dua jam pelajaran atau 80 menit.
a. Persiapan tindakan
1) Menyusun rencana pengajaran untuk standar kompetensi mengidentifikasi macam-macam najis dan cara menyucikannya, tentang najis mukhoffafah (ringan) najis mutawasithoh (sedang), najis mugholadhoh (berat)
2) Membuat alat tes diagnosa evaluasi awal
3) Menyusun lembar observasi untuk mengamati pelaksanaan tugas secara berkelompok
4) Guru menjelaskan materi/kegiatan yang akan disajikan kepada peserta didik 5) Sejumlah peserta didik dibagi menjadi tujuh kelompok dan masing-masing kelompok terdiri atas enam peserta didik.
Pemilihan anggota kelompok dibentuk berdasarkan pertimbangan jenis kelamin dan kemampuan belajar, dalam arti setiap kelompok terdiri atas putra dan putri dengan kemampuan yang bervariasi.
b. Implementasi tindakan
Pada skenario pembelajaran ini setiap kelompok mendapat kesempatan untuk berdiskusi dengan materi hadast kecil dan cara
Penelitian Tindakan Kelas mensucikannya, tentang hal yang menyebabkan hadast kecil dengan cara wudlu dan tayamum. Setelah diskusi kelompok selesai, masing- masing kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil kerjanya dan kelompok lainnya siap untuk memberikan tanggapan. Pada akhir presentase kelompok, Guru memberikan penekanan terhadap hasil yang diharapkan dan memberikan motivasi kepada peserta didik untuk meningkatkan kemampuan dengan cara memberikan tugas.
c. Pemantauan Pelaksanaan
Pelaksanaan skenario pembelajaran berdasarkan pemantauan melalui observasi langsung pada proses belajar mengajar sesuai dengan rencana yang dibuat guru, dapat diketahui bahwa sebagian besar kegiatan yang direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik. Pada saat peserta didik melaksanakan proses diskusi kelompok dapat diuraikan sebagai berikut : 1) Belum semua peserta didik berperan aktif dalam kegiatan tugas kelompok 2)
Kelompok yang mendapat kesempatan untuk mempresentasikan hasil kerjanya tampak belum terbiasa menyajikan materi diskusi yang diharapkan, sehingga memerlukan waktu persiapan yang cukup lama
3) Aktivitas pada saat penyajian materi oleh kelompok penyaji yang dilanjutkan dengan tanya jawab, masih didominasi oleh peserta didik tertentu dengan penampilan yang masih canggung dan menggunaan bahasa pengantar yang kurang lancar
4) Pada saat proses kegiatan belajar mengajar terdapat beberapa peserta didik yang pasif, bahkan terkesan acuh tak acuh untuk mengikuti proses diskusi.
Pada akhir presentase penyajian hasil diskusi, guru menyampaikan tagihan atas pemberian tugas kepada peserta didik saat kegiatan belajar mengajar sebelumnya. Tagihan atas pemberian tugas pada siklus pertama terdapat sebagian besar peserta didik yang mengerjakan dan menyerahkan hasil kerjanya, namun terdapat beberapa peserta didik yang belum melaksanakan.
Hasil evaluasi proses belajar mengajar pada siklus pertama dengan diskusi kelompok untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dengan metode pemberian tugas dapat diuraikan sebagai berikut : a.
Aktivitas peserta didik yang mengerjakan tugas sebanyak 37 peserta didik dari sejumlah 42 peserta didik atau telah mencapai 88%. Dengan demikian peserta didik yang belum mengerjakan tugas sebanyak 5% b.
Peserta didik yang antusias untuk menjawab pertanyaan sesama peserta didik sebanyak 31 peserta didik dari sejumlah 42 peserta didik atau rata-rata 73,81%. Peserta didik yang belum dapat menjawab pertanyaan sesama peserta didik sebanyak 26,19% c.