PENGARUH KOMPOSISI BEESWAX DAN CARNAUBA WAX SEBAGAI BASIS TERHADAP KEKERASAN DAN DAYA LEKAT SEDIAAN LIPSTIK DENGAN PELEMBAB MINYAK BUAH ALPUKAT (Persea americana Mill.)

  PENGARUH KOMPOSISI BEESWAX DAN CARNAUBA WAX SEBAGAI BASIS TERHADAP KEKERASAN DAN DAYA LEKAT SEDIAAN LIPSTIK DENGAN PELEMBAB MINYAK BUAH ALPUKAT (Persea americana Mill.) SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

  Program Studi Farmasi Oleh:

  Ranindya Siska Pramitasari NIM : 078114054

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2011

  PENGARUH KOMPOSISI BEESWAX DAN CARNAUBA WAX SEBAGAI BASIS TERHADAP KEKERASAN DAN DAYA LEKAT SEDIAAN LIPSTIK DENGAN PELEMBAB MINYAK BUAH ALPUKAT (Persea americana Mill.) SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

  Program Studi Farmasi Oleh:

  Ranindya Siska Pramitasari NIM : 078114054

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2011

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Ranindya Siska Pramitasari Nomor Mahasiswa : 07 8114 054

  Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: PENGARUH KOMPOSISI BEESWAX DAN CARNAUBA WAX SEBAGAI BASIS TERHADAP KEKERASAN DAN DAYA LEKAT SEDIAAN LIPSTIK DENGAN PELEMBAB MINYAK BUAH ALPUKAT (Persea americana Mill.) beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya ataupun memberi royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

  Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 22 Maret 2011 Yang menyatakan (Ranindya Siska Pramitasari)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesunguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarism dalam naskah ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang- undangan yang berlaku.

  Yogyakarta, 25 Februari 2011 Penulis Ranindya Siska Pramitasari

  

PRAKATA

  Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih atas segala kasih karunia dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Pengaruh Komposisi Beeswax Dan Carnauba Wax Sebagai Basis Terhadap Kekerasan Dan Daya Lekat Sediaan Lipstik Dengan Pelembab Minyak Buah Alpukat (Persea Americana Mill.)” dengan baik. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) pada Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Penulis banyak mengalami kesulitan selama penyelesaian skripsi ini. Tetapi dengan adanya bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

  1. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

  2. Rini Dwiastuti, M.Sc., Apt. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak meluangkan waktu, membimbing, dan memberi masukan, solusi, nasehat serta semangat kepada penulis selama penyusunan skripsi.

  3. Dewi Setyaningsih, M.Sc., Apt. selaku Dosen Penguji yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menguji, memberikan kritik dan saran yang membangun bagi penulis.

  4. Dr. C. J. Soegihardjo, Apt. selaku Dosen Penguji yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menguji, memberikan kritik dan saran yang membangun bagi penulis.

  5. Segenap dosen Fakultas Farmasi Sanata Dharma atas segala pengajaran dan bimbingannya selama perkuliahan.

  6. Om dan Tante Djati Waluyo Djoar atas segala bantuan, dukungan, kasih sayang dan doa selama penyusunan skripsi ini.

  7. Keluarga Om Herman Agus atas bantuan selama melakukan penulis studi pustaka di Jakarta.

  8. Agata Novie Anindita, Zeili Prameswari, Sheila Puspita Wulandari, dan Anugrah Nurradita atas bantuan selama penulis melakukan studi pustaka di Bandung.

  9. Dhimas Satriyo Utomo dan Melisa atas bantuan penelurusan pustaka di Institut Petanian Bogor.

  10. PT. Tirta Buana Kemindo Cosmetic, PT. Baktijala Kencana Citra, PT.

  Menjangan Sakti, PT. EAC Indonesia, PT. Mandom dan PT. Garlic Bina Mada atas bantuan penyediaan bahan baku selama penelitian.

  11. Teman – teman pelayanan : KOREM 2006 – 2008, KOREM 2008 – 2010 dan Sinta Kristiana Sari atas indahnya persaudaraan, doa dan semangat yang diberikan kepada penulis.

  12. Cinthya Wijayani dan Dinar Catur Mardianti, teman seperjuangan selama penyusunan skripsi hingga penelitian selesai, sekaligus selama masa kuliah.

  13. Teman-teman FST dan FKK angkatan 2007 atas semangat yang selalu ada untuk penulis.

  14. Semua pihak yang tidak dapt disebutkan satu per satu yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

  Penulis menyadari penelitian ini masih belum sempurna mengingat keterbatasan pengethauan dan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang dapat berguna bagi penyempurnaan skripsi ini. Semoga penelitian dan penulisan skripsi ini dapat bermafaat bagi perkembangan ilmu kefarmasiaan.

  Penulis

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................ ii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................ iv LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

  ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................... vi PRAKATA ............................................................................................... vii DAFTAR ISI ............................................................................................ x DAFTAR TABEL .................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xiv DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xv

  INTISARI ................................................................................................. xvi

  ABSTRACT

  ............................................................................................... xvii

  BAB I PENGANTAR ............................................................................... 1 A. . Latar Belakang .................................................................................... 1

  1. Perumusan masalah ....................................................................... 6

  2. Keaslian penelitian ........................................................................ 6

  3. Manfaat penelitian ......................................................................... 6

  B. Tujuan Penelitian ................................................................................ 7

  BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 8 A. Anatomi Bibir ..................................................................................... 8 B. Lipstik ................................................................................................ 9

  1. Definisi ......................................................................................... 9

  2. Persyaratan lipstik ......................................................................... 10

  3. Bahan pembawa lipstik ................................................................. 10

  4. Zat warna ...................................................................................... 12

  C. Tanaman Alpukat ................................................................................ 16

  1. Morfologi tanaman ........................................................................ 16

  2. Kandungan kimia tanaman ............................................................ 16

  3. Avocado oil ................................................................................... 17

  D. Beeswax .............................................................................................. 18

  E. Carnauba Wax .................................................................................... 19

  F. Metode Desain Faktorial ..................................................................... 20

  G. Landasan Teori ................................................................................... 22

  H. Hipotesis ............................................................................................. 23

  BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 24 A. Jenis Rancangan Penelitian ................................................................. 24 B. Variabel Penelitian .............................................................................. 24 C. Definisi Operasional ........................................................................... 25 D. Alat dan Bahan Penelitian ................................................................... 27 E. Tata Cara Penelitian ............................................................................ 27

  1. Pembuatan lipstik .......................................................................... 27

  2. Uji kekerasan lipstik ...................................................................... 30

  3. Uji daya lekat lipstik ..................................................................... 30

  F. Analisis Hasil ...................................................................................... 31

  BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 32 A. Pembuatan Minyak Alpukat (Persea americana Mill.) ........................ 32 B. Formulasi Sediaan Lipstik ................................................................... 35 C. Uji Sifat Fisik dan Stabilitas Sediaan Lipstik ....................................... 44

  1. Kekerasan lipstik ........................................................................... 46

  2. Pergeseran kekerasan lipstik .......................................................... 52

  3. Daya lekat lipstik .......................................................................... 56

  4. Prediksi area komposisi optimum .................................................. 61

  BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 62 A. Kesimpulan ................................................................................... 62 B. Saran ............................................................................................. 62

  LAMPIRAN ............................................................................................. 67 BIOGRAFI PENULIS .............................................................................. 95

  DAFTAR TABEL Tabel I. Jenis asam lemak yang terkandung dalam buah alpukat .........

  17 Tabel II. Rancangan percobaan desain faktorial dengan dua faktor dan dua level ....................................................................

  21 Tabel III. Formula lipstik dari Pabrik M ...............................................

  27 Tabel IV. Formula base lipstik menurut Harry (1982) ..........................

  28 Tabel V. Formula hasil modifikasi ......................................................

  28 Tabel VI. Hasil pengukuran sifat fisik kekerasan lipstik ....................... 47 Tabel VII. Perhitungan nilai efek dalam menentukan kekerasan lipstik ....................................................................................

  48 Tabel VIII. Hasil perhitungan anova untuk respon kekerasan lipstik berdasarkan Design Expert ..........................................

  49 Tabel IX. Hasil pengukuran sifat fisik pergeseran kekerasan lipstik ...................................................................................

  52 Tabel X. Perhitungan nilai efek dalam menentukan pergeseran kekerasan lipstik ...................................................................

  53 Tabel XI. Hasil perhitungan Anova untuk respon pergeseran kekerasan lipstik berdasarkan Design Expert .........................

  54 Tabel XII. Hasil pengukuran sifat fisik daya lekat lipstik ....................... 56 Tabel XIII. Perhitungan nilai efek dalam menentukan daya lekat lipstik .................................................................................... 57 Tabel XIV. Hasil perhitungan Anova untuk respon daya lekat lipstik berdasarkan Design Expert .........................................

  58 Tabel XV. Prediksi area komposisi optimum .........................................

  61

  

DAFTAR GAMBAR

  Gambar 1. (a) Penampang melintang kulit (b) Penampang melintang kulit bibir (Anonim d, 2009) ...................................................... 9 Gambar 2. Anatomi bibir (Anonim a, 2009) ................................................ 9 Gambar 3. Struktur caprylic / capric triglyceride (Anonim c, 2009) ............ 39 Gambar 4. Struktur phenyl trimethicone (Henning et al., 2004).................... 42 Gambar 5. Struktur propil paraben (Anonim c, 2008) .................................. 43 Gambar 6. Grafik hubungan antara interaksi carnauba wax dengan

  beeswax level rendah dan level tinggi terhadap kekerasan

  lipstik ........................................................................................ 49 Gambar 7. Grafik hubungan antara interaksi beeswax dengan carnauba

  wax level rendah dan level tinggi terhadap kekerasan lipstik ...... 50

  Gambar 8. Countour plot kekerasan lipstik ................................................. 51 Gambar 9. Profil periodik kekerasan (X) dari 4 replikasi selama

  penyimpanan 1 bulan

  .................................................................... 55 Gambar 10. Grafik hubungan antara interaksi carnauba wax dengan

  beeswax

  level rendah dan level tinggi terhadap pergeseran kekerasan lipstik ........................................................................ 59 Gambar 11. Grafik hubungan antara interaksi beeswax dengan carnauba

  

wax level rendah dan level tinggi terhadap pergeseran

  kekerasan lipstik ........................................................................ 59 Gambar 12. Countour plot daya lekat lipstik ................................................. 60

  DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Determinasi buah alpukat ....................................................

  68 Lampiran 2. Prosedur ekstraksi daging buah alpukat ...............................

  69 Lampiran 3. Data ekstraksi daging buah alpukat .....................................

  70 Lampiran 4. Keterangan melakukan ekstraksi daging buah alpukat ................................................................................

  71 Lampiran 5. Perhitungan minyak buah alpukat .........................................

  72 Lampiran 6. Notasi desain faktorial dan percobaan desain faktorial ......... 73 Lampiran 7. Data hasil pengujian kekerasan lipstik .................................

  74 Lampiran 8. Data hasil pengujian pergeseran lipstik ................................

  75 Lampiran 9. Data hasil pengujian daya lekat lipstik .................................

  77 Lampiran 10. Grafik effects ......................................................................

  78 Lampiran 11. Grafik normalitas ................................................................

  81 Lampiran 12. Uji ANOVA two ways dengan Design Expert 7.0.0 .............

  84 Lampiran 13. Dokumentasi ........................................................................

  90

  

INTISARI

  Tujuan penelitian mengenai pengaruh komposisi beeswax dan carnauba

  wax

  sebagai basis terhadap kekerasan dan daya lekat sediaan lipstik dengan pelembab minyak alpukat adalah untuk mengetahui pengaruh komposisi dari

  beeswax

  dan carnauba wax pada sediaan lipstik minyak buah alpukat yang akan menghasilkan respon sesuai dengan parameter. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimental, dimana penelitian dilakukan tanpa adanya kontrol atau pembanding. Penelitian ini menggunakan metode desain faktorial dua dengan faktor dan dua level. Sifat fisis lipstik yang diteliti meliputi kekerasan, daya lekat dan stabilitas fisis yang meliputi pergeseran kekerasan setelah penyimpanan satu bulan. Dalam menganalisa data yang diperoleh digunakan program Desain Expert 7.0.0, sedangkan tingkat kepercayaan yang digunakan untuk analisis statistik ini adalah 95%.

  Penelitian ini menunjukkan bahwa komposisi beeswax dan carnauba wax memberikan pengaruh terhadap kekerasan dan daya lekat pada sediaan lipstik dengan pelembab minyak buah alpukat, dimana carnauba wax mempunyai kontribusi yang besar dalam meningkatkan kekerasan dan daya lekat pada sediaan lipstik. Kata Kunci : lipstik, minyak alpukat, beeswax, carnauba wax, kekerasan, daya lekat, dan desain faktorial

  

ABSTRACT

  The purpose of the research about the composition effect of beeswax and carnauba wax as a base toward hardness and adhesiveness of moisturizing avocado oil lipstick is to find out the composition effect from beeswax and carnauba wax in to avocado oil lipstick which will result response due to the parameter.

  This research is a quasi experimental research which the research is executed without any control and standard of comparison. This research it self uses factorial desogn method with two factors and two levels. Then the observed lipstick physical characteristic covers hardness, adhesiveness and physical stability which also includes the hardness shifting after being storaged for a month. To analyzed the data is by apllying the Desain Expert 7.0.0 program, then the level of trust to used is reading 95%.

  This research shows that composition of beeswax and carnauba wax gives the influence toward hardness and adhesiveness of lipstick with avocado oil moisturizing where carnauba wax has high contribution in increasing hardness and adhesiveness of the lipstick.

  Keywords: lipstick, avocado oil, beeswax, carnauba wax, lipstick hardness, adhesiveness, and factorial design.

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Penampilan yang sehat dan indah sangat didambakan oleh setiap wanita,

  terutama bagi mereka yang sering berhadapan dengan orang lain. Setiap wanita dimanapun berada mempunyai kecenderungan serupa, yaitu ingin terlihat cantik dan menyenangkan untuk dipandang, sehingga produk perawatan dan kosmetik merupakan kebutuhan yang mutlak bagi wanita. Salah satu penunjang penampilan tersebut adalah penggunaan sediaan kosmetik khususnya kosmetika perawatan dan dekoratif.

  Lipstik merupakan pewarna bibir yang pada umumnya dikemas dalam bentuk batang (roll up) yang terdiri dari minyak, malam, lemak dan zat warna (Harry, 1982). Lipstik merupakan salah satu bentuk sediaan kosmetik yang memegang peranan penting dalam menunjang penampilan seseorang. Hal ini dikarenakan lipstik dapat digunakan untuk mewarnai dan membentuk bibir agar terlihat lebih artistik dan menarik, sehingga dapat meningkatkan estetika dalam tata rias wajah.

  Selain sebagai pewarna bibir, lipstik dapat berfungsi sebagai pelembab atau pelindung bibir dan sebagai perawatan untuk mengurangi kerutan pada bibir.

  Bibir secara anatomis dan fisiologisnya agak berbeda dari kulit bagian badan lainnya. Bibir terdiri dari lapisan kulit yang sangat tipis, yaitu sekitar 3 sampai 5 tidak mengandung kelenjar keringat maupun kelenjar minyak. Pada lapisan kulit bibir juga tidak terdapat folikel rambut. Hal ini menunjukkan bahwa bibir tidak memiliki lapisan perlindungan seperti kulit lainnya sehingga bibir menjadi sangat mudah sekali kehilangan kelembaban dan menjadi kering bahkan pecah-pecah terutama jika dalam udara yang dingin dan kering. Akan tetapi bibir memiliki perlindungan alami berupa lapisan film berminyak yang sangat tipis yang dapat membuatnya tetap basah. Dalam beberapa kasus, lapisan film ini dapat hilang dan membuat bibir menjadi kering. Hanya air liur yang merupakan pembasah alami untuk bibir (Tranggono R. I. dan Latifah F., 2007).

  Oleh karena itu, pada beberapa formula lipstik tertentu mempunyai bahan khusus yang dapat menjaga bibir agar tidak kering dan tidak kehilangan kelembaban, yaitu pelembab (moisturizer). Pada penelitian ini digunakan bahan pelembab yang berasal dari alam, misalnya minyak alpukat atau yang sering dikenal dengan nama avocado oil.

  Alpukat (Persea americana Mill.) merupakan satu-satunya buah yang kaya lemak. Kadar lemaknya dua kali lebih banyak dari kandungan lemak durian.

  Walaupun demikian, lemak alpukat termasuk lemak sehat, karena didominasi oleh asam lemak tak jenuh tunggal oleat yang bersifat antioksidan kuat (Anonim a, 2007). Kandungan utama minyak lemak yang terdapat dalam buah alpukat, biasanya asam oleat, asam palmitat dan asam linoleat. Selain itu, sejumlah minyak lemak lain juga terkandung di dalamnya, antara lain : asam miristat, asam stearat, dan asam arakhidonat (Kadam and Salunkhe, 1995). Minyak alpukat juga besar saat diaplikasikan pada kulit. Efek pelembab yang ditimbulkan dapat mengurangi adanya iritasi kulit dan kulit kering (Anonim a, 2008). Dengan digunakannya minyak alpukat sebagai pelembab alami, diharapkan dapat mengurangi permasalahan pada bibir dan memberikan hasil yang lebih aman apabila dibandingkan dengan penggunaan pelembab sintetik. Minyak buah alpukat dalam penelitian ini diperoleh melalui proses ekstraksi dari daging buah alpukat (Persea americana Mill.) dengan menggunakan pelarut n-hexane. Metode yang digunakan secara perkolasi.

  Kualitas fisik sediaan lipstik merupakan faktor yang harus dipenuhi sebelum sediaan lipstik dipasarkan ke konsumen. Kualitas sediaan lipstik dipengaruhi oleh komposisi bahan – bahan yang digunakan. Malam (wax) merupakan bahan yang penting dalam menentukan sifat fisis sediaan lipstik. Wax dalam sediaan lipstik berfungsi memberikan bentuk dan menjaga bentuk lipstik agar tetap dalam keadaan padat meskipun berada dalam temperature tinggi.

  Menurut Howard (1974), wax berperan untuk mendapatkan permukaan lipstik yang halus dan memberikan kekerasan pada sediaan. Komposisi campuran wax merupakan hal yang sangat penting. Hasil formulasi yang baik ditentukan oleh penggunaan campuran wax yang mempunyai titik lebur yang berbeda.

  Pada penelitian ini penulis melakukan kombinasi wax dalam pembuatan lipstik dengan pelembab minyak buah alpukat. Kombinasi wax yang dilakukan yaitu beeswax dan carnauba wax. Carnauba wax merupakan jenis lilin yang bersifat keras, mempunyai titik leleh tinggi dan diperlukan adanya kombinasi dari formula lipstik yang hanya mengandung satu jenis wax dengan titik leleh yang tinggi dalam jumlah yang besar akan didapat hasil lipstik yang kurang baik.

  Lipstik yang dihasilkan cenderung rapuh dan hal ini akan berpengaruh terhadap sifat fisik yang akan dihasilkan serta acceptability dari konsumen. Oleh karena itu, diperlukan adanya kombinasi dengan wax lain supaya dapat menghasilkan sifat fisik lipstik yang baik. Beeswax merupakan jenis lilin yang baik untuk dikombinasikan dengan carnauba wax karena akan memberikan sifat yang lebih lembut. Di samping itu, beeswax juga memiliki aroma yang menyenangkan (Bodine, 2007). Beeswax juga mempunyai sifat retensi minyak yang baik dimana berperan sebagai pengikat untuk bergabung bersama komponen yang berbeda dalam formulasi dan dapat memperbaiki struktur lipstik. Peran kedua wax yang digunakan dalam formulasi sediaan lipstik ini bertujuan untuk memperoleh dan membentuk struktur atau badan lipstik. Badan lipstik yang dihasilkan akan berpengaruh terhadap sifat fisik lipstik yang dihasilkan.

  Seperti diketahui bahwa sediaan lipstik yang acceptable adalah sediaan lipstik yang memenuhi kualitas sifat fisik dan stabilitas sediaan, yaitu tidak terlalu keras ataupun tidak terlalu lunak, tidak mudah patah, dapat bertahan lama di bibir dan tetap stabil berada dalam bentuknya selama masa penyimpanan, distribusi hingga digunakan oleh konsumen. Oleh karena itu, digunakan kombinasi beeswax dan carnauba wax sebagai basis lipstik supaya sediaan lipstik yang dihasilkan memiliki kekerasan dan daya lekat yang diharapkan. Kekerasan lipstik merupakan parameter yang menggambarkan ketahanan sediaan lipstik dalam melawan konsumen, sedangkan daya lekat lipstik merupakan parameter yang menggambarkan waktu yang dibutuhkan lipstik untuk dapat melekat pada bibir.

  Lipstik yang dihasilkan selanjutnya dilakukan uji sifat fisik meliputi kekerasan dan daya lekat.

  Rancangan percobaan yang dapat digunakan untuk menentukan komposisi beeswax dan carnauba wax, yaitu metode desain faktorial. Pada penelitian ini digunakan metode desain faktorial dengan dua faktor yaitu beeswax dan carnauba wax, serta dua level yaitu level rendah dan level tinggi. Metode desain faktorial ini berfungsi untuk menentukan komposisi beeswax dan carnauba

  

wax , menentukan efek yang dominan antara beeswax, carnauba wax serta

  interaksi keduanya dalam mempengaruhi respon yang diharapkan. Selain untuk menentukan efek yang dominan, metode ini juga dapat digunakan untuk memperoleh suatu sediaan dengan komposisi formula yang optimum.

  Dari uraian di atas, diharapkan pada penelitian ini dapat diperoleh komposisi beeswax dan carnauba wax yang sesuai, sehingga menghasilkan sediaan lipstik dengan pelembab minyak buah alpukat (Persea americana Mill.) yang memenuhi respon kekerasan dan daya lekat. Hingga pada akhirnya dapat diperoleh kesimpulan bahwa adanya faktor beeswax dan carnauba wax serta interaksi dari beeswax dan carnauba wax sebagai basis lipstik berpengaruh signifikan terhadap respon kekerasan dan daya lekat sediaan lipstik.

  1. Perumusan Masalah

  Bagaimana pengaruh yang dihasilkan dari komposisi beeswax dan

  carnauba wax

  terhadap kekerasan dan daya lekat pada sediaan lipstik dengan pelembab minyak buah alpukat ?

  2. Keaslian Penelitian

  Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan oleh penulis, penelitian tentang optimasi komposisi beeswax dan carnauba wax sebagai basis terhadap kekerasan dan daya lekat sediaan lipstik dengan pelembab minyak buah alpukat (Persea americana Mill.) belum pernah dilakukan.

  3. Manfaat Penelitian a.

   Manfaat teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan

  pengetahuan mengenai perkembangan formulasi sediaan lipstik dengan komposisi basis beeswax dan carnauba wax.

  b.

   Manfaat metodologis. Penelitian ini diharapkan dapat menambah

  informasi mengenai penggunaan desain faktorial dalam mengamati pengaruh komposisi beeswax dan carnauba wax terhadap kekerasan dan daya lekat pada sediaan lipstik.

  c.

   Manfaat praktis. Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui pengaruh

  komposisi beeswax dan carnauba wax sebagai basis lipstik dalam menentukan kekerasan dan daya lekat sediaan lipstik dengan pelembab minyak buah alpukat

B. Tujuan Penelitian

  Mengetahui pengaruh yang dihasilkan dari komposisi beeswax dan

  carnauba wax

  terhadap kekerasan dan daya lekat pada sediaan lipstik dengan pelembab minyak buah alpukat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anatomi Bibir Bibir merupakan kulit yang memiliki ciri tersendiri karena lapisan

  jangatnya sangat tipis. Stratum germinativum tumbuh dengan kuat dan korium mendorong papila dengan aliran darah yang banyak tepat di bawah permukaan kulit. Pada kulit bibir tidak terdapat kelenjar keringat, tetapi pada permukaan kulit bibir sebelah dalam terdapat kelenjar ludah, sehingga bibir akan nampak selalu basah. Sangat jarangnya kelenjar lemak yang terdapat pada bibir menyebabkan bibir hampir bebas dari lemak, sehingga dalam cuaca yang dingin dan kering, lapisan jangat akan cenderung mengering, pecah-pecah, dan memungkinkan zat yang melekat padanya mudah penetrasi ke stratum germinativum (Depkes RI, 1985).

  Karena ketipisan lapisan jangat, lebih menonjolnya stratum

  

germinativum , dan aliran darah lebih banyak mengalir di daerah permukaan kulit

  bibir, maka bibir menunjukkan sifat lebih peka dibandingkan dengan kulit lainnya. Karena itu, hendaknya berhati-hati dalam memilih bahan yang digunakan untuk sediaan cat bibir, terutama dalam hal memilih lemak, pigmen dan zat pengawet yang digunakan untuk maksud pembuatan sediaan itu (Depkes RI, 1985).

  

Gambar 1. (a) Penampang melintang kulit (b) Penampang melintang kulit bibir

(Anonim d, 2009)

Gambar 2. Anatomi bibir (Anonim a, 2009) B. Lipstik 1. Definisi

  Lipstik (pewarna bibir) merupakan sediaan kosmetik yang digunakan pada bibir, berbentuk batang, biasanya merupakan campuran zat warna dalam minyak, lemak dan malam. Lipstik biasanya digunakan untuk mewarnai bibir agar terlihat sehat dan indah, serta dapat pula untuk mengubah bentuk bibir hingga

2. Persyaratan lipstik

  Sediaan lipstik yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut : a. Tidak mengandung zat warna beracun yang dapat menyebabkan iritasi atau kelainan dermatologis selama dan sesudah pemakaian.

  b. Mempunyai penampilan yang menarik seperti permukaan yang halus dan warna yang menarik.

  c. Tidak boleh memberikan rasa dan bau yang tidak enak.

  d. Tidak boleh terlalu keras atau terlalu rapuh, serta mengeras dan melunak karena pengaruh suhu.

  e. Bebas dari cacat seperti goresan, kerutan, serta permukaan kasar karena berkristal dan keluarnya minyak.

  f. Mudah dioleskan dan dapat memberikan lapisan tipis pada bibir yang tidak terlalu kering atau berminyak.

  g. Memberikan warna yang homogen dan cukup permanen tetapi tetap dapat dihilangkan dengan penghapusan yang disengaja.

  h. Tidak menghalangi keluarnya keringat dari kulit bibir. (Balsam 1972 ; Harry,1982 ; Poucher, 1976) 3.

   Bahan pembawa lipstik

  Sediaan lipstik umumnya mengandung campuran malam, lemak dan minyak-minyak sebagai pembawa. Perbandingan jumlah lemak, minyak, dan malam dalam suatu formula lipstik sangat menentukan kualitas dari sediaan lipstik yang dibuat. Beberapa contoh bahan pembawa sebagai berikut :

  a. Lemak

  Lemak merupakan suatu trigliserida ester dari gliserol dan asam lemak rantai panjang. Kebanyakan asam bentuknya merupakan asam lemak jenuh yang memiliki titik leleh tinggi, sehingga pada suhu kamar umumnya berbentuk padat. Beberapa contoh dari lemak adalah lemak coklat (cocoa butter) dan lanolin (Harry, 1982; Balsam, 1972).

  b. Minyak

  Seperti halnya lemak, minyak juga merupakan trigliserida suatu ester dari gliserol dengan asam lemak rantai panjang. Pada malam, asam lemaknya kebanyakan berupa asam lemak tak jenuh yang mempunyai titik leleh rendah. Hal ini menyebabkan minyak pada suhu kamar umumnya berbentuk cair. Salah satu minyak yang sering digunakan dalam formulasi lipstik adalah minyak jarak (castor oil) yang berfungsi untuk melarutkan zat warna. Minyak jarak merupakan minyak alami yang mempunyai viskositas tinggi (kental), sehingga dapat memperlambat pengendapan zat warna pada proses pencampuran dan juga dapat memberikan efek lunak serta mengkilat pada lipstik (Harry, 1982).

  c. Malam Malam merupakan ester dari alkohol dan asam lemak rantai panjang.

  Jenis alkohol yang digunakan adalah senyawa hidrokarbon rantai panjang (Ketaren,1986). Malam berfungsi untuk membentuk struktur lipstik, menaikkan diperoleh dari tumbuh – tumbuhan, serangga, maupun mineral. Beberapa contoh malam adalah malam carnauba, malam candelila, beeswax (malam lebah),

  ozokerit dan paraffin (Harry, 1982 ; Balsam, 1972).

4. Zat warna

  Zat warna adalah senyawa kimia yang dapat memberikan warna pada benda lain. Zat warna dapat berasal dari tumbuh – tumbuhan, hewan, mineral atau dapat dibuat secara sintetik (Balsam, 1972). Warna merupakan salah satu faktor penting yang dapat menentukan nilai jual suatu lipstik. Zat warna yang digunakan dalam pembuatan sediaan kosmetika khususnya sediaan lipstik harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan, antara lain adalah : a. Harus mudah larut dalam air atau dalam minyak.

  b. Tahan terhadap oksidasi atau reduksi.

  c. Stabil terhadap cahaya selama waktu tetentu.

  d. Stabil pada daerah pH 2 – 9.

  o o

  e. Tahan atau stabil terhadap suhu antara 10 C – 110 C.

  f. Dapat bercampur dengan zat-zat tambahan yang lain.

  g. Tidak mempunyai efek karsinogenik (Balsam, 1972).

  Zat warna yang digunakan dalam sediaan kosmetika dapat diklarifikasikan menjadi tiga, yaitu zat warna alam, pigmen anorganik, dan zat warna sintetik :

a. Zat warna anorganik

  Pigmen adalah senyawa anorganik berwarna yang diperoleh dari alam sehingga warna pigmen dapat berubah. Contoh pigmen anorganik yang biasa digunakan dalam bidang kosmetika adalah red oclure, yellow oclure, green

  oclure

  , besi oksida, titan dioksida (pigmen putih), dan ultramarine. Pigmen anorganik tidak dapat larut dalam air maupun dalam pelarut organik (Mitsui, 1997).

  b. Zat warna alam

  Zat warna alam merupakan zat warna yang berasal dari tumbuhan, hewan ataupun mineral. Jika dibandingkan dengan zat warna sintetik, kebanyakan zat warna alam memiliki daya mewarnai yang lebih rendah dan memiliki warna yang kurang stabil. Oleh sebab itu, sebagian besar zat warna alam telah digantikan oleh zat warna sintetik, tetapi beberapa diantaranya masih digunakan karena merupakan zat warna yang aman secara dermatologis maupun farmakologis.

  Contoh zat warna alam yang sering digunakan diantaranya adalah karotenoid, bixin, alkanet, carthamin, dan cochineal.

  c. Zat warna sintetik

  Merupakan zat warna yang diperoleh melalui reaksi kimia. Zat warna sintetik ini lebih sering digunakan sebagai zat warna dalam sediaan kosmetika karena lebih mudah mendapatkannya, lebih murah harganya dibandingkan dengan zat warna alam, memberikan rentang warna yang lebih lebar, daya mewarnai lebih kuat, penggunaannya lebih praktis dan sederhana, selain itu zat warna sintetik juga mempunyai kestabilan yang baik. Tetapi dalam penggunaannya zat warna sintetik dapat menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan, misalnya eosin menyebabkan bengkak – bengkak (Haynes A, 1994). Contoh zat warna sintetik adalah dye dan lakes.

  1) Dye, merupakan zat warna yang dapat larut dalam air, minyak dan alkohol. Dye yang dapat larut dalam air memiliki gugus hidrofilik, yaitu gugus sulfonat dalam molekulnya dan biasanya digunakan sebagai pewarna untuk sediaan kosmetika seperti lotion, milky lotion, lipstik dan shampoo. Contoh dye yang larut dalam air adalah eosin dan ponceau, sedangkan dye yang larut dalam minyak biasanya digunakan untuk minyak rambut dan lipstik. Contoh dye yang larut dalam minyak antara lain adalah tetraklorofluorosein, tetrabromofluorosein dan dibromofluorosein.

  2) Lakes, merupakan zat warna yang dibuat dari reaksi garam logam dengan dye. Sebagai contoh misalnya Lithol rubine BCA yang terdiri atas garam kalsium dan Lithol rubine B, FD&C merah No. 3, dan D&C merah No. 21, serta D&C Merah No. 19 (Rhodamin) yang mengandung garam aluminium.

5. Bahan tambahan lipstik

  Bahan tambahan dalam pembuatan lipstik berguna untuk membantu terbentuknya sediaan yang baik, stabil, aman dan menarik. Sebagai contoh pada pembuatan sediaan lipstik yang mengandung campuran malam, lemak, dan minyak – minyak yang mudah teroksidasi, sehingga pada penyimpanannya akan cepat rusak dan tengik. Untuk itu perlu ditambahkan suatu antioksidan atau zat pengawet. Untuk menutupi bau lemak yang kurang enak, dapat ditambahkan zat menyebabkan iritasi pada kulit bibir yang peka, harus stabil, serta harus dapat bercampur baik dengan komponen lain penyusun sediaan lipstik.

  a. Antioksidan

  Antioksidan adalah zat yang berguna untuk menghindari adanya reaksi oksidasi dari castor oil, basis lemak atau bahan tak jenuh lainnya, sehingga akan mencegah terjadinya ketengikan pada sediaan. Antioksidan yang biasa dipakai adalah BHA (Butil Hidroksi Anisol), BHT (Butil Hidroksi Toluen), vitamin E, propil galat, dan asam sitrat. Penggunaan antioksidan diperlukan dalam jumlah kecil, biasanya 0,01 – 0,05% (Howard, 1974).

  b. Pengawet

  Karena lemak merupakan media yang baik dan mudah untuk ditumbuhi jamur, maka ke dalam sediaan lipstik yang hampir selalu mengandung lemak, harus ditambahkan suatu zat antijamur atau zat pengawet, seperti nipagin, nipasol, atau bronidoks dengan jumlah 0,05 – 0,20% (Howard, 1974).

  c. Pewangi

  Selain warna dan penampilan fisik yang baik, bau juga memiliki peranan dalam menarik minat seseorang untuk membeli suatu sediaan kosmetika.

  Penggunaan zat pewangi pada lipstik haruslah selektif dan sesedikit mungkin (tidak boleh lebih dari 2%) untuk mencegah iritasi. Selain harus dapat menutupi bau lemak, zat pewangi, juga harus stabil, tidak menyebabkan iritasi, tidak menimbulkan rasa kurang menyenangkan dan harus bercampur dengan komponen-komponen lipstik lainnya. Zat pewangi yang sering digunakan dalam rempah-rempah seperti mawar (oleum rosae), jeruk (oleum citri), cengkeh (oleum caryophylli ) dan lain sebagainya (Elsner, 2000 ; Balsam, 1972).

C. Tanaman Alpukat 1. Morfologi tanaman

  Alpukat (Persea americana Mill.) berupa pohon tinggi ± 10 m. Batang berkayu, bulat, bercabang, coklat kotor. Alpukat mempunyai daun tunggal, bulat telur atau bentuk jorong, bertangkai, letak tersebar, ujung dan pangkal runcing, berbulu, mula-mula berambut pada kedua belah permukaan, lama-lama menjadi licin, panjang 10 – 20 cm, lebar 3 – 10cm, berwarna hijau, daun berdesakan di ujung ranting. Bunga alpukat merupakan bunga mejemuk, bentuk malai, berkelamin dua, tumbuh di ujung ranting. Jumlah benang sari dua belas, ruang kepala sari empat, berwarna putih kotor. Mahkota berambut, diameter 1 – 1,5 cm, berwarna putih kekuningan. Buah alpukat adalah buni, bulat telur, panjang 5 – 20 cm, lebar 5 cm sampai 10 cm, berbintik-bintik atau gudul, berwarna hijau atau kuning, keunguan, harum, daging buah jika sudah masak lunak. Biji alpukat berbentuk bulat, diameter 2,5 – 5 cm, keping biji putih kemerahan. Alpukat mempunyai akar tunggang, bulat, berwarna coklat (Depkes RI, 1978 dan Hutapea, 2001).

2. Kandungan kimia tanaman

  Buah dan daun mengandung saponin, alkaloid dan flavonoid. Buah juga Daging buah tanaman Persea americana Mill. biasanya digunakan untuk mengobati sariawan (Hutapea, 2001) dan untuk melembabkan kulit kering (Anonim, 2006).

3. Avocado oil

  Minyak alpukat (avocado oil) sangat dihargai dalam bidang kosmetik untuk tingginya kandungan asam lemak, vitamin A, D dan E. Karena komposisi kimia yang dimilikinya, minyak alpukat sangat berguna untuk memelihara, meratakan epidermis dan mencegah terjadinya skin desquamation. Minyak alpukat mudah diserap oleh kulit, dimana hal ini membantu untuk mempertahankan fungsi sebagai barier yang dapat melembabkan kulit (Anonim a, 2007).

  Kandungan utama minyak lemak yang terdapat dalam buah alpukat adalah asam oleat, asam palmitat dan asam linoleat. Asam oleat terkandung paling banyak dalam buah alpukat. Selain itu, sejumlah minyak lemak lain juga terkandung di dalamnya, antara lain : asam miristat, asam stearat, dan asam arakhidonat (Kadam and Salunkhe, 1995).

  Tabel I. Jenis asam lemak yang terkandung dalam buah alpukat Jenis asam Asam lemak Jumlah Struktur lemak atom C

  Asam lemak Asam miristat

  14 CH

  3 (CH 2 )

  12 COOH

  jenuh Asam palmitat

  16 CH

  3 (CH 2 )

  14 COOH

  Asam stearat

  18 CH

  3 (CH 2 )

  16 COOH

  Asam lemak Asam oleat

  18 CH

  3 (CH 2 )

  7 C=C(CH 2 )

  7 COOH

  tak jenuh Asam linoleat

  18 CH (CH ) C=CCH C=C(CH ) COOH

  3

  2

  4

  2

  2

  7 Asam arakhidonat

  20 CH

  3 (CH 2 ) 3 (CH

  2 C=C) 4 (CH 2 )

  3 COOH Penggolongan asam lemak menurut jumlah atom C ada tiga, yaitu asam lemak rantai pendek, asam lemak rantai sedang dan asam lemak rantai panjang.

  Asam lemak rantai pendek adalah asam lemak yang memiliki atom C sebanyak <

  6. Asam lemak rantai sedang adalah asam lemak yang memiliki atom C sebanyak 6 – 12. Asam lemak rantai panjang adalah asam lemak yang memiliki atom C sebanyak

  ≥ 16. Dari Tabel I di atas dapat dilihat bahwa asam lemak yang terkandung di dalam buah alpukat merupakan asam lemak rantai panjang (Anonim b, 2009).

  Asam lemak rantai panjang biasanya digunakan dalam formulasi sediaan obat topikal dan sediaan kosmetik. Asam lemak ini bertindak sebagai emollient yang memberikan kelembaban, kelembutan (smoothness) dan fleksibilitas pada kulit. Asam lemak ini mempunyai keuntungan memperbaiki kulit, mempengaruhi permeabilitas kulit dan meningkatkan fungsi sebagai skin barrier. Salah satu contoh senyawa emollient yang biasa digunakan dalam kosmetik adalah asam stearat, asam linoleat, asam oleat, asam linolenat dan asam laurat (Kraft, J.N. and Lynde C.W., 2005).

D. Beeswax

   Beeswax atau Cera alba berasal dari sarang lebah madu Apis melliferus o

  (Familia Apidae), memiliki titik leleh 61-65