PENGARUH SUHU YANG BERBEDA TERHADAP KECEPATAN PENYERAPAN PAKAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP SPAT KERANG MUTIARA ( Pinctada maxima)

  

PENGARUH SUHU YANG BERBEDA TERHADAP KECEPATAN PENYERAPAN

PAKAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP SPAT

KERANG MUTIARA

( Pinctada maxima)

  (1*) (1) (1)

  Sucita Rahmayanti , Nunik Cokrowati , Baiq Hilda Astriana

  1)

  Fakultas Pertanian, Universitas Mataram Jl. Pendidikan No, 37 Mataram

  • Korespondensi: Program Studi Budidaya Perairan,, Universitas Mataram Jl. Pendidikan No, 37 Mataram

  

  

ABSTRAK

  Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui laju konsumsi pakan spat kerang mutiara pada kondisi suhu yang berbeda. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April hingga Mei 2018 di Balai Pengembangan Budidaya Pantai, Sekotong Barat, Kabupaten Lombok Barat. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan empat kali ulangan sehingga diperoleh 16 unit percobaan. Adapun 16 unit percobaan tersebut terdiri dari

  o o

  perlakuan 1 (P1) dengan suhu 25

  C, perlakuan 2 (P2) dengan suhu 29

  C,, perlakuan 3 (P3)

  o o

  dengan suhu 31 C dan perlakuan 4 control (K) dengan suhu 27

  C. Parameter pengamatan yang di uji secara statistic adalah laju filtrasi (LF), tingkat kelangsungan hidup (SR), aktifitas makan, tingkat konsumsi pakan harian, dan parameter kualitas air. Data yang diperoleh dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel, untuk kemudian dianalisis secara deskriptif.

  Analisis data menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA) dengan taraf nyata 5 %. Jika di temukan perbedaan antar perlakuan, dilanjutkan dengan uji Tukey. Hasil penelitian yang didapatkan yaitu pada suhu yang lebih tinggi (hangat) yaitu suhu 31 C pada perlakuan 3, laju konsumsi pakan spat kerang mutiara memberikan hasil yang berbeda nyata dibandingkan dengan spat kerang mutiara yang dipelihara pada suhu yang rendah (dingin). Begitupun untuk Kelangsungan hidup dan Tingkat Konsumsi Pakan Harian memberikan hasil yang signifikan pada perlakuan 3 dengan suhu 31 C di bandingkan perlakuan 1, 2 dan 4.

  Kata kunci: laju penyerapan pakan, pinctada maxima.

  

Abstract

  The purpose of this study was to determine the rate of consumption of pearl shell spat feed at different temperature conditions. This research was conducted in April to May 2018 at the Beach Cultivation Development Center, West Sekotong, West Lombok Regency. The research method used was the experimental method using a completely randomized design (CRD) with four treatments and four replications to obtain 16 experimental units. The 16 experimental units consisted of treatment 1 (P1) with a temperature of 25

  C, treatment 2 (P2) with a temperature of 29 C, treatment 3 (P3) with a temperature of 31 C and treatment 4 control (K) with a temperature of 27

  C. Observation parameters tested statistically are filtration rate (LF), survival rate (SR), feeding activity, daily feed consumption level, and water quality parameters. The data obtained in this study are presented in table form, then analyzed descriptively. Data analysis using analysis of variance (ANOVA) with a real level of 5%. If differences were found between treatments, followed by the Tukey test. The results obtained were at a higher temperature (warmer) that is 31 C at treatment 3, the rate of consumption of pearl shell spat feed gave significantly different results compared to pearl shell spat which was maintained at low temperatures (cold). Likewise for Survival and Daily Feed Consumption levels gave significant results in treatment 3 with temperatures of 31 C compared to treatments 1, 2 and 4.

  Keywords: feed absorption rate, pinctada maxima.

  

Pendahuluan

  Potensi sumber daya perikanan budidaya laut diprioritaskan untuk pengembangan komoditas yang memiliki nilai ekonomis, serta peluang ketersediaan sarana produksi dan diseminasi teknologi. Beberapa komoditas yang bernilai ekonomis tinggi antara lain kerang mutiara, abalon, rumput laut, kerang darah, tiram, ikan kerapu, ikan kakap putih dan teripang. Di NTB sendiri potensi areal budidaya laut untuk komoditas kerang mutiara dan abalon seluas 17.606, ha, untuk kerang darah dan tiram seluas 13 000 ha dan untuk teripang seluas 36.000 ha (Data statistik NTB, 2017).

  Kerang mutiara (Pinctada maxima) merupakan komoditas sektor perikanan yang bernilai ekonomis dan memiliki prospek pengembangan dimasa datang. Usaha untuk memperoleh mutiara dapat di lakukan dengan dua cara yaitu memperoleh dari alam dan melalui hatchery. Namun, kerang yang semula diperoleh dari hasil penyelaman di laut, sekarang sudah dilakukan dalam bentuk kegiatan budidaya. Hal ini disebabkan penyediaan kerang mutiara dari hasil tangkapan di laut bebas mengalami penurunan sehingga tidak dapat memenuhi permintaan pasar yang tiap tahun terus meningkat (Awaluddin et al., 2013).

  Kegiatan budidaya kerang mutiara P. maxima dapat dilakukan melalui beberapa fase atau tahapan, yaitu fase pembenihan, fase pemeliharaan larva, fase pemeliharaan spat, fase pendederan, dan fase pembesaran (Winanto, 2009). Kendala utama dalam pembenihan kerang mutiara saat ini adalah pertumbuhan yang lambat dan kelangsungan hidupnya yang rendah terutama pada fase pemeliharaan spat dan pendederan. Menurut Taufiq (2009), sintasan spat umur 30 hari pemeliharaan mencapai 6-7 %. Mortalitas ini kemungkinan di karenakan oleh rendahnya konsumsi pakan dapat di lihat dari banyaknya pakan yang tak termakan. Perubahan suhu memegang peranan penting dalam aktivitas biofisiologi serta laju konsumsi pakan kerang di dalam air. Suhu yang baik untuk pemeliharaan larva sampai spat umur 30 hari mengalami mortalitas mencapai 97,23 individu/produksi. Terkait masalah tersebut, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh suhu yang berbeda terhadap laju konsumsi pakan yang mempengaruhi kelangsungan hidup, pertumbuhan kerang mutiara (P. maxima). Luaran hasil penelitian ini diharapkan menjadi informasi bagi penelitian maupun pembenihan kerang mutiara (P. maxima) di Indonesia.

  

Metode Penelitian

  Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April hingga Mei 2018 di Balai Pengembangan Budidaya Pantai, Sekotong Barat, Kabupaten Lombok Barat. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Toples plastik vol. 20 liter, Heater, aerasi, pH meter, DO meter, thermometer, Handcounter, Mikroskop, Haemocytometer, gelas ukur, dan pipet tetes. Spat kerang mutiara, pakan alami jenis caetoceros, KW21, HCL, dan cover glass.

  Penelitian ini dilakukan selama 30 hari yang di mulai dari persiapan media pemeliharaan, di ikuti dengan kultur pakan dengan mengkultur pakan 4 hari sebelumnya, kemudian dengan persiapan spat berumur 30 hari dengan ukuran 5 mm sebanyak 10 ekor per kolektor dan Pemberian pakan dilakukan sebanyak satu kali sehari yaitu pada pagi hari dengan konsentrasi pakan dengan densitas sebanyak 90.000 sel/ml yang di berikan setiap hari pada 10 ekor spat.

  Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan empat kali ulangan sehingga diperoleh 16 unit percobaan. Adapun 16 unit percobaan tersebut terdiri dari perlakuan 1 (P1) dengan suhu

  o o o

  25 C, perlakuan 2 (P2) dengan suhu 29

  C,, perlakuan 3 (P3) dengan suhu 31 C dan

  o

  perlakuan 4 control (K) dengan suhu 27

  C, dimana setiap perlakuan didasari oleh penelitian sebelumnya yang di lakukan oleh Hamzah et al. (2017) dengan menggunakan suhu berkisar

  o o

  25 C hingga 31 C.

  Analisis Data

  SR=No/Nt, aktifitas makan, tingkat konsumsi pakan harian, dan parameter kualitas air. FR = Kecepatan filtrasi (ml/jam), M= Volume suspense fitoplankton (ml), n = Jumlah kerang, Co = Konsentrasi awal (sel/ml), Ct = Konsentrasi akhir (sel/ml), t = Waktu (jam), SR = Kelangsungan hidup (%), N1 = Jumlah benih awal pengamatan (individu), N0 = Jumlah benih akhir pengamatan (individu). Data yang diperoleh dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel, untuk kemudian dianalisis secara deskriptif. Analisis data menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA) dengan taraf nyata 5 %. Jika di temukan perbedaan antar perlakuan, dilanjutkan dengan uji Tukey.

  Hasil Laju Penyerapan Pakan

  Berdasarkan hasil pengamatan laju penyerapan pakan pada spat kerang mutiara dapat di lihat pada tabel 3 dimana dapat di ketahui bahwa hasil dari perlakuan 1, 2, dan 4 memberikan hasil yang tidak berbeda nyata. Sedangkan untuk perlakuan 3 memberikan hasil yang signifikan atau berbeda nyata dengan perlakuan 1, 2 dan 4.

  Tingkat Kelangsungan Hidup

  Berdasarkan hasil tabel uji lanjut untuk parameter kelangsungan hidup pada spat kerang mutiara dapat dilihat pada tabel 3 dimana dapat di ketahui bahwa kelangsungan hidup spat pada perlakuan 1memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap perlakuan 2, 3 dan 4 sedangkan pada perlakuan 2 dan 3 memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata namun perlakuan 4 memberikan pengaruh yang berbeda nyata dengan perakuan 1,2 dan 3.

  Aktivitas Makan

  Aktivitas makan dapat dilihat dari perubahan warna yang terjadi pada bak pemeliharaan pada saat pakan diberikan dan dibandingkan dengan warna pada 24 jam selanjutnya. Adapun perubahan warna diamati dengan keadaan air pada saat bening,keruh, dan sedang pada setiap perlakuan

  Tingkat Konsumsi Pakan Harian

  Berdasarkan hasil pengamatan tingkat konsumsi pakan harian pada spat kerang mutiara dapat dilihat pada tabel 3 dimana dapat diketahui bahwa perlakuan 3 memberikan hasil yang berbeda nyata dengan perlakuan 1, 2 dan 4. Sedangkan untuk perlakuan 2 dan 4 memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata.

  Parameter Kualitas Air

  Pengukuran kualitas air dilakukan selama satu kali dalam seminggu selama penelitian. Adapun parameter kualitas air yang diamati selama penelitian adalah Suhu, Do, Salinitas, dan pH. Berikut adalah hasil pengukuran kualitas air.

  Pembahasan Laju Penyerapan Pakan

  Adapun hasil pada pengamatan mengenai pengaruh suhu yang berbeda terhadap laju filtrasi (penyerapan pakan) pada spat kerang mutiara Pinctada maxima ini didapatkan hasil sesuai dengan yang disajikan pada (Tabel 2) yaitu pada perlakuan 3 yaitu dengan suhu 31 C memberikan hasil laju filtrasi tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Hal ini di duga karena suhu pada perlakuan 3 memiliki suhu tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya sehingga mendorong laju metabolisme pada kerang lebih cepat dibandingkan kerang pada perlakuan suhu yang lebih rendah. Sedangkan pada perlakuan 1 dengan suhu

  25 C di lihat nilai laju filtrasi terendah hal ini kemungkinan di karenakan suhu yang rendah menyebabkan laju metabolisme menjadi rendah dan kerang lebih tidak memiliki nafsu makan.

  Adapun kerang sendiri bersifat poikilotermik, yaitu laju metabolisme tubuh meningkat seiring dengan meningkatnya suhu. Suhu juga mempunyai peranan penting pada pertumbuhannya, yakni dalam aktivitas makan (Ningsih, 2017). Kerang mutiara P.

  maxima mempunyai toleransi terhadap suhu antara 25-31

  C. Respon yang cepat terhadap penurunan suhu adalah menurunnya laju filtrasi. Laju filtrasi meningkat berangsur - angsur

  Tingkat Kelangsungan Hidup

  Berdasarkan hasil tingkat kelangsungan hidup selama masa pemeliharaan di dapatkan hasil yang berbeda nyata pada setiap perlakuannya dimana didapatkan nilai tingkat kelangsungan hidup tertinggi terdapat pada perlakuan 2 dan 3 dengan suhu 29 C dan 31 C sedangkan nilai tingkat kelangsungan hidup terendah di dapatkan pada perlakuan 1 dengan suhu 25

  C. Hal ini kemungkinan berkaitan dengan laju penyerapan pakan yang terjadi selama pemeliharaan dimana pada suhu yang tinggi laju penyerapan pakan tinggi sehingga metabolisme lancar dan energy tetap terpenuhi sehingga dapat menunjang kehidupan kerang sedangkan pada suhu yang rendah kerang lebih sedikit makan dan mempengaruhi kelangsungan hidup kerang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Effendi (1997) yang menyatakan bahwa pertumbuhan dan kelangsungan hidup dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor dari dalam yang meliputi keturunan, jenis kelamin, umur, dan penyakit sedangkan faktor dari luar dipengaruhi oleh lingkungan serta jumlah makanan yang di konsumsi sehingga dapat mendukung kelangsungan hidup spat kerang mutiara.

  Aktivitas Makan

  Aktivitas makan diketahui melalui pengamatan perubahan kepadatan pakan dalam media percobaan. Penurunan kepadatan pakan dalam media percobaan menggambarkan adanya konsumsi pakan. Untuk melihat aktivitas makan spat, diketahui dengan menghitung selisih kepadatan pakan awal yang diberikan dan kepadatan akhir pakan yang diberikan ke air media percobaan (Winanto, 2004). Selain pengamatan perubahan kepadatan, terjadinya aktivitas makan juga dapat dilihat berdasarkan penampakan fisik media percobaan dalam penelitian. Salah satunya dengan melihat warna air media percobaan. Berdasarkan penampakan fisik, warna air media percobaan dari awal pengamatan sampai akhir menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan pada perlakuan 3 dan 2 sedangkan pada perlakuan 1 dan 4 warna air media percobaan dari awal pengamatan sampai akhir menunjukkan perbedaan warna yang tidak begitu signifikan. Perubahan berhubungan dengan aktivitas makan terhadap pakan di dalam media percobaan. Pertama, dengan adanya perubahan warna dari keruh ke lebih jernih, berarti hewan uji (spat) melakukan aktivitas makan (mengkonsumsi makanan) terhadap partikel pakan yang ada dalam media percobaan (Effendi, 1997)..

  Tingkat Konsumsi Pakan Harian

  Adapun hasil tingkat konsumsi pakan harian pada pengamatan mengenai pengaruh suhu yang berbeda terhadap laju filtrasi (penyerapan pakan) pada spat kerang mutiara

  Pinctada maxima ini didapatkan hasil sesuai pada tabel 2 yaitu pada perlakuan 3 yaitu

  dengan suhu 31 C memberikan hasil tingkat konsumsi pakan harian paing baik dibandingkan perlakuan lainnya. Hal ini diduga berkaitan dengan suhu pada perlakuan 3 memiliki suhu tinggi sehingga keadaan media lebih hangat dan mendorong konsumsi pakan pada perlakuan ini. Sedangkan jika dibandingkan perlakuan lainnya pada perlakuan 1 dengan suhu 25 C di lihat nilai tingkat konsumsi pakan harian terendah hal ini kemungkinan di karenakan suhu yang rendah menyebabkan laju metabolisme menjadi rendah dan kerang lebih tidak memiliki nafsu makan (Ningsih, 2017)

  Parameter Kualitas Air

  Hasil pengukuran parameter kualitas air pada setiap perlakuan dapat dilihat pada (Table 5). Pengukuran suhu pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan thermometer dan diupayakan suhu pada proses pemeliharaan tetap stabil yaitu dari suhu

  25 C hingga suhu 31 C pada setiap perlakuan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Jamilah (2015) suhu yang didapatkan merupakan suhu dengan kisaran suhu yang dapat ditoleransi oleh spat kerang mutiara yaitu 25 C-31

  C. Untuk pengukuran salinitas selama masa pemeliharaan dilakukan pada setiap minggunya menggunakan refraktometer dan didapatkan hasil kisaran salinitas selama pemeliharaan berkisar antara 33-34 ppt. Adapun kisaran salinitas yang didapatkan selama penelitian masih berkisar pada batas toleransi berkisar antara 32-35 ppt (Jamilah, 2015). Pengukuran oksigen terlarut pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan DO meter dan didapatkan hasil kisaran oksigen terlarut selama pemeliharaan berkisar antara 5,5-6 mg/l. Pengukuran derajat keasaman pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pH meter dan didapatkan hasil kisaran derajat keasaman (pH) selama pemeliharaan berkisar antara 7.8-7.9. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Jamilah, 2015) bahwa kisaran derajat keasaman (pH) yang dapat di toleransi oleh spat kerang mutiara yaitu berkisar antara 7.8-8.6. Adapun jika pH yang didapatkan pada media pemeliharaan kurang atau lebih dari batas kisaran pH optimal maka akan menyebabkan kematian pada spat kerang mutiara.

  

Kesimpulan

  Adapun kesimpulan yang didapatkan dari hasil penelitian ini yaitu dari semua parameter yang di amati mulai yaitu Laju Penyerapan Pakan, di dapatkan nilai tertinggi pada perlakuan 3 dengan suhu 31 C dan terndah pada perlakuan 1 dengan suhu 25 C. Tingkat Kelangsungan Hidup di dapatkan nilai tertinggi pada perlakuan 2 dan perlakuan 3 pada suhu 29 C dan 31 C dan terndah pada perlakuan 1 dengan suhu 25

  C. Tingkat Konsumsi Pakan Harian, di dapatkan nilai tertinggi pada perlakuan 3 dengan suhu 31 C dan terndah pada perlakuan 1 dengan suhu 25 C sedangkan untuk pengamatan aktivitas makan di dapatkan hasil perubahan warna yang signifikan terjadi pada perlakuan 3 dengan suhu 31

  C.

   Ucapan Terima Kasih

  Penulis menyampain banyak terima kasih kepada semua pihak terkait dalam penelitian ini mulai dari pihak program studi budidaya perairan, pihak Balai Pengembangan Budidaya Pantai, Sekotong Barat, Kabupaten Lombok Barat, serta keluarga dan teman-teman yang selalu memberi dukungan.

  Daftar Pustaka

  Awaluddin, M., S, Y, Indriati., A, Muhlis., 2013. Tingkat Penetasan telur dan kelangsungan hidup larva Kerang mutiara (pinctada maxima) pada salinitas yang berbeda., Jurnal

  Kelautan Volume 6., No. 2.

  Antoro dan Ernawati., 2001. Pertumbuhan dan Tingkat Kelulushidupan Larva Tiram Mutiara

  (Pinctada fucata) dengan Pemberian Kombinasi Pakan Alami Pavlova lutheri dan Chaetoceros sp. Skripsi. FPIK Universitas Diponegoro, Semarang.

  Data Statistik Ntb, 2017. Sumberdaya Perikanan Budidaya Laut. Statistik Perikanan Budidaya Dinas Kelautan Dan Perikanan Ntb. Hamzah, M, S., N, Laili., A, Wirasatriya, 2017. Studi pertumbuhan dan kelangsungan hidup anakan kerang mutiara (Pinctada maxima) dengan menggunakan keranjang tento pada kedalaman yang berbeda di teluk kodek, lombok barat. Jurnal

  KelautanVolume. Vol. 2

  Hadinata, 2012. Rancangan percobaan teori dan aplikasi edisi ketiga. Fakultas Pertanian

  Universitas Sriwijaya Palembang . Divisi Buku Perguruan Tinggi PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

  Jamilah, 2015. Analisis Hidro-Oseanografi Untuk Budidaya Tiram Mutiara Di Perairan

  Baubau. Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Awaluddin Makassar.

  Kordi, K., M, Gufran, H., 2011. Prinsip dan Praktik Budidaya Laut. Buku : Marikultur : Ed.1.-Yogyakarta: ANDI. Perikanan, K, K., 2017. Indonesia Pearl Festival Pemerintah Dorong Industri Mutiara Indonesia, www.kkp.go.id, 2017-april-20. Kordi, K., M, Gufran. H., 2011. Proses Produksi Tiram Mutiara. Buku Ekosistem Terumbu Karang. PT Rineka Cipta, Jakarta xvi. Kordi, K., M. Gufran. H., 2011. Proses Produksi Tiram Mutiara. Buku Budi Daya 22 Komoditas Laut untuk Konsumsi Lokal dan Ekspor. Ed.1.-Yogyakarta: ANDI. Sudarmo, M dan Wulani., 1990. Pengaruh level kedalaman terhadap daya tempel larva kerang mabe (Pteria penguin) dengan jaring sebagai kolektor spat di teluk kapontori, pulau buton-sulawesi tenggara. Dalam: Prosiding Seminar Nasional Moluska dalam

  Penelitian, Konservasi dan Ekonomi . BRKP DKP RI Bekerja Sama dengan Jurnal Ilmu Kelautan , FPIK Undip, Semarang. Hal.: 134-141.

  Nancy dan John., 1990. Comparative effect of temperature on suspension feeding and energy budgets of the pearl oyster Pinctada margaritifera and P. maxima. Marine Ecology

  Progress Series , hal: 179-188

  Ningsih, 2017. Rekayasa Teknik Pembenihan Tiram Mutiara (Pinctada maxima,

   Jameson) di Laboratorium: Laporan Tahunan BBL Lampung . DKP, Dirjen Perikanan Budidaya, BBL Lampung. Hal: 72-81.

  Sando, A., H. M, Hamzah., Sardi., 2010. Perkembangan dan Kelangsungan

  Hidup Larva Kerang Mutiara (Pinctada maxima) pada Kondisi Suhu yang Berbeda. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Halu Oleo.

  .

  Supriyantini, 2012. Teknik Budidaya dan Proses Pembuatan Mutiara. Kanisius. Yogyakarta Supriharyono., 2004. Pengelolaan ekosistem terumbu karang. Djambatan, Surakarta.

  Sutaman, 2000. Teknik Budidaya & Proses Pembuatan Mutiara.Buku Tiram Mutiara:Cetakan kedua.Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Sujoko, 2010. Teknik Budidaya dan Proses Pembuatan Tiram Mutiara. Buku Tiram MutiaraPenerbit Kanisius, Yogyakarta. Tomatala, P., 2014. Efektifitas penggunaan bingkai jaring pada penjarangan benih kerang mutiara, Pinctada maxima. Politeknik Perikanan Negeri

  Tual Teknologi Budidaya Perikanan. Vol. 2 No. 1: 1 – 6.

  Taufiq, N., R, Hartati., J, Cullen., J. M, Masjhoer., 2009. Pertumbuhan Tiram Mutiara

  (Pinctada maxima) Pada Kepadatan Berbeda . Skripsi.Fakultas Perikanan dan Ilmu

  Kelautan, Universitas Diponegoro . Taufiq, N., D, Rachmawati., J, Cullen., Yuwono., 2010. Aplikasi Isochrysis Galbana dan Chaetoceros amami serta Kombinasinya Terhadap

  Pertumbuhan dan Kelulushidupan Veliger

  • –Spat Tiram Mutiara (Pinctada maxima), Ilmu Kelautan. vol. 15 hal.119-125.

  Taufiq, N., R, Hartati., J. Cullen dan J.M. Masyhur, 2007. Pertumbuhan Tiram Mutiara (Pinctada maxima) pada Kepadatan Berbeda. Ilmu Kelautan, hal : 31 –38.

  Tjahjo, W., 2009. Kajian Perkembangan Larva Dan Pertumbuhan Spat

  Tiram Mutiara Pinctada Maxima (Jameson) Pada Kondisi Lingkungan Pemeliharaan Berbeda . Institut Pertanian Bogor, Bogor.

  Winanto, 2004. Memproduksi Benih Tiram Mutiara. Buku Tiram Mutiara. Penebar Swadaya, Jakarta. Hal.87-9

  13 Tabel 3. Hasil Pengamatan Parameter Perlakuan P1 P2 P3 P4 a a b a

  Laju filtrasi (ml/jam) 0.21 ± 0.02 0.28 ± 0.08 0.46 ± 0.05 0.22 ± 0.05 a c c b

  30.00 ± 0.08 82.50 ± 0.1 92.50 ± 0.1 52.50 ± 0.1 Kelangsungan hidup (%) a b c b

  Tingkat konsumsi 4.8 ± 0.04 5.9 ± 0.w208 6.9 ± 0.08 5.7 ± 0.05 pakan harian (ml/hari)

  14 Tabel 4. Aktivitas Makan Spat Kerang Mutiara No Perlakuan Gambar Keterangan

  1. P1U1 sedang

  2. P1U2 sedang

  3. P1U3 keruh

  4. P1U4 keruh

  15

  5. P2U1 bening

  6. P2U2 keruh

  7. P2U3 bening

  8. P2U4 sedang

  9. P3U1 sedang

  16

  10. P3U2 bening

  11. P3U3 bening

  12. P3U4 bening

  13. K.1 sedang

  17

  14. K.2 sedang

  15. K.3 keruh

  16. K.4 keruh

  18

  ‘Tabel 5. Hasil Parameter Kualitas Air Spat Kerang Mutiara P. maxima Selama Pemeliharaan.

  Perlakuan P1 P2 P3 P4 Kisaran Parameter

  Suhu (

  C)

  25 C 29 C 31 C 27 C

  25 C -31 C DO (mg/l)

  6.1

  6

  5.5 5.8 5.2-6.6 Salinitas (ppt)

  33

  33

  34 33 32-35 Ph

  7.8 7.8 7.8 7.9 7.8-8.6 (Jamilah, 2015)