PENGARUH PADAT TEBAR YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN BIAWAN (Helostoma temmincki)

JURNAL RUAYA VOL. 4. NO .1. TH 2016
FPIK UNMUH-PNK

ISSN 2541 - 3155

PENGARUH PADAT TEBAR YANG BERBEDA TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN BIAWAN
(Helostoma temmincki)
THE EFFECT OF DIFFERENT REARING DENSITY ON GROWTH AND SURVIVAL OF
FISH FRY BIAWAN (Helostoma temmincki)
Eka Indah Raharjo1, Rachimi2, Ahmad Riduan3
1. Staff Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Muhammadiyah Pontianak
2. Staff Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Muhammadiyah Pontianak
3. Alumni Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Muhammadiyah Pontianak
eka.raharjo@ymail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan padat penebaran benih ikan biawansehingga dapat menghasilkan
pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan biawan yang baik.Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) menurut Hanafiah (2012), yang terdiri dari 4 perlakuan dan 3 ulangan. Susunan perlakuan adalah Perlakuan A
pada tebar benih biawan 2 ekor/l, Perlakuan B pada tebar benih biawan 4 ekor/l, Perlakuan C pada tebar benih

biawan 6 ekor/l dan Perlakuan D pada tebar benih biawan 8 ekor/l. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan A
Pertumbuhan berat harian yang terbaik terdapat pada perlakuan A yaitu 2 ekor/liter yang rata-rata berat harianya
(3,25±0.03 g) danPertumbuhan panjang (1,33±0.15 cm).Sedangkan nilai Konversi pakan terbaik (3.1 ± 0.1) dan
kelangsungan hidup pada perlakuan A meberikan hasil terbaik adalah 84.17 %.
Kata Kunci: padat tebar, benih biawan, pertumbuhan, kelangsungan hidup

ABSTRACT
This research aims to determine the fish seed biawan promised solid so that it can generate growth and survival
of fish seed biawan. Research using Rancangan Acak Lengkap (RAL) according to Hanafiah (2012), which consists of
4 treatments and 3 replicates. The composition of treatment is Treatment A on seeding biawan 2 tail/l, Treatment B in
seeding biawan 4 tails/l, Treatment C at seeding biawan 6 tail/l and Treatment D on seeding biawan 8 tail/l. Result
showed treatment A daily weight growth is best, there is on A treatment that is 2 tail/liter average daily weight (3.25 ±
0.03 g) and growth in length (1.33 ± 0.15 cm). While the value of the best feed conversion (3.1 ± 0.1) and survival in the
treatment of A gave the best result was 84.17%.
Keywords : stocking density, biawan seed, growth, survival rate

PENDAHULUAN
Ikan Biawan disebut juga dengan nama lain
yaitu ikan tambak (Helostoma temminckii) di beberapa
daerah dikenal sebagai ikan Terbakan (Jawa Barat),

Tambakan (Jawa Tengah), Tambakalang (Jambi), ikan
Sapil (Sumsel), dan Biawan (Kalimantan) merupakan
ikan sungai atau rawa yang cocok dipelihara di kolam

yang sirkulasi airnya kurang lancar atau miskin
Oksigen.termasuk kedalam golongan black fish
(Prianto, 2006).
Di Indonesia ikan Tambakan termasuk ikan
ekonomis penting yang harganya cukup tinggi terutama
di pulau Sumatera, Jawa dan Kalimantan. Untuk
Provinsi Kalimantan Barat saja ikan tambakan masih
sedikit dibudidayakan dan dikembangkan di

45

JURNAL RUAYA VOL. 4. NO .1. TH 2016
FPIK UNMUH-PNK
penangkaran - penangkaran, karena ikan ini masih
banyak terdapat di perairan alami seperti sungai,
waduk maupun rawa-rawa. Jika ikan ini dibudidayakan

maka akan menambah komoditas ikan air tawar
kemudian peluang pasar semakin tinggi.
Ikan
Tambakan biasanya menyukai tempat yang hangat,
yang berada pada ketinggian antara 150-750 m dari
permukaan air laut. Suhu air optimum yang
memberikan hasil yang baik bagi pemeliharaan ikan ini
antara 27-300C, hal yang sangat penting yang harus
diperhatikan dalam proses budidaya padat penebaran
yaitu,menjaga suhu air, oksigen dan pakan agar ikan
tersebut tetap sehat dan cepat pertumbuhannya. Apa
bila terjadi padat penebaran yang berlebihan akan
mengakibatkan kurangnya ruang gerak dan persaingan
pakan, sehingga mengakibatkan ikan tersebut akan
lambat pertumbuhan dan mengakibatkan ikan akan
mati.
Usaha budidaya ikan biawan merupakan
budidaya yang masih sedikit dilakukan dan belum
banyak diterapkan oleh masyarakat. Padahal usaha ini
sangat memberikan keuntungan mengingat harga ikan

biawan yang cukup tinggi. Budidaya ikan dalam
waring dan kolam sering mengalami pertumbuhan
yang lambat, yang disebabkan terjadinya persaingan
dalam menguasai ruang gerak dan konsumsi pakan.
Untuk tumbuh dengan baik, ikan harus menempati luas
habitat yang sesuai dengan padat penebaran suatu
populasi padat penebaran biawan yang optimal yang di
pelihara dalam waring ataupun kolam, sampai saat ini
belum ada standar yang dapat digunakan sebagai
pegangan untuk itu, dalam penelitian ini penulis
mencoba mencari padat penebaran yang optimal untuk
ikan biawan.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
padat penebaran sehingga dapat menghasilkan
pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan
biawan yang baik.

METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium
Basah

Perikanan
Universitas
Muhammadiyah
Pontianak Provinsi Kalimantan Barat. Penelitian ini di
laksanakan 55 hari. Meliputi 10 hari persiapan dan 45
hari masa pengamatan penelitian.

Wadah penelitian
Wadah yang di pergunakan selama penelitian
12 aquarium ukuran 60 x 30 x 40 untuk penelitian
akuarium diisi air sebanyak 20 liter dan 2 bak
penampung air. Setiap wadah di lengkapi aerasi untuk
mempertahankan oksigen terlarut.

Ikan uji
Ikan uji yang akan di gunakan dalam penelitian
ini adalah benih ikan biawan ukuran 3-5 cm dengan
berat rata 14 gram yang perlukan sebanyak 540 ekor

ISSN 2541 - 3155

yang sudah diadaptasikan. Benih tersebut Didapatkan
dari Balai Budidaya Ikan Sentaral (BBIS) Anjongan
Kabupaten Mempawah.

Alat yang di gunakan
Alat yang di gunakan dalam penelitian ini
adalah thermometer, aerator, DO meter , kertas lakmus,
selang, alat-alat untuk sampling (timbangan digital,
mili meter block, serok, ember, dll).

Pelaksanaan Penelitian
Masa penelitian mulai dilaksanakan setelah
semua persiapan alat dan bahan. Wadah yang di
pergunakan selama penelitian 12 aquarium ukuran 60 x
30 x 40 untuk penelitian akuarium diisi air sebanyak 20
liter dan 2 bak penampung air. Setiap wadah di
lengkapi aerasi untuk mempertahankan oksigen
terlarut. Ikan uji yang akan di gunakan dalam
penelitian ini adalah benih ikan biawan ukuran 3-5 cm
dengan berat rata 14 gram. Kemudian ditebarkan

diakurium sesuai masing-masing perlakuan,selama
penelitian ikan uji diberi makan menggunakan pakan
komersil (buatan) kandungan protein 40%.Pemberian
pakan ikan uji sebanyak 5 % dari bobot biomassa.
Frekuensi pemberian pakan ikan uji sebanyak 2 kali
sehari yakni pagi hari pukul 08.00 dan pada sore hari
pukul 16.00. (Sidi dan Huwoyon, 2009).
Selama penelitian dilakukan pengontrolan
wadah pemeliharaan dan aerasi setiap hari, serta
dilakukan pergantian air 2 hari 1 kali dengan cara
melakukan penyimponan membuang kotoran dan sisasisa pakan yang terdapat di dasar wadah pemeliharaan,
air yang di ganti sebanyak 20-30% dari jumlah air
keseluruhan. Menurut (Effendi, et al 2007). Pada saat
melakukan pengamatan digunakan sampling sebanyak
3ekor ikan perlakuan untuk mengetahui pertumbuhan
ikan, sampling ini dilakukan setiap dua minggu sekali.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 3 ulangan.

Adapun perlakuan yang diterapkan adalah sebagai
berikut :
a. Perlakuan A : 2 ekor/liter (40)
b. Perlakuan B : 4 ekor/liter (80)
c. Perlakuan C : 6 ekor/liter (120)
d. Perlakuan D : 8 ekor/liter (160)
Menurut Karlyssa (2013), dengan menggunakan
ikan nila gesit pada perlakuan yang terbaik padat
penebaran adalah 2 ekor/liter.

Variabel Pengamatan
Laju Pertumbuhan Berat Harian
Laju pertumbuhan harian dihitung dari awal
penelitian dilanjutkan pada saat penelitian berjalan
sampai akhir penelitian. Menurut Zonnneveld at al

46

JURNAL RUAYA VOL. 4. NO .1. TH 2016
FPIK UNMUH-PNK


ISSN 2541 - 3155

(1991), laju pertumbuhan harian dapat dihitung dengan
menggunakan rumus berikut :
α=[

- 1] x 100%

(1997). Adapun cara untuk menentukan hasil dari
tingkat kelangsungan hidup ikan, yang harus diketahui
jumlah ikan awal penebaran dalam penelitian dan
jumlah ikan yang masih hidup pada akhir penelitian
kemudian dapat dimasukan dalam rumus persentase
(SR).

(1)

Keterangan: α= Laju pertumbuhan harian, t= Waktu
(Hari), Wt= Berat akhir interval (g), Wo = Berat awal

interval (g)

SR =

Laju Pertumbuhan Panjang Mutlak

100%

(4)

Untuk laju pertambahan panjang harian benih
ikan gurami, digunakan rumus De Silva dan Anderson
(1995) yaitu :

Keterangan: SR= Kelangsungan hidup ikan, Nt=
Jumlah ikan hidup pada akhir percobaan
(ekor), No= Jumlah ikan pada awal
percobaan (ekor)

Lm = Lt – Lo


Parameter kualitas air

(2)

Parameter kualitas air yang ingin diketahui
adalah suhu air, pH, DO dan Amoniak yang akan
dilakukan pengukuran pada awal dan akhir penelitian.

Keterangan: Lm = Laju pertambahan panjang mutlak,
Lt = panjang akhir, Lo = panjang
awal

Analisa Data

Konversi Pakan

Untuk
mengetahui
pengaruhterhadap
pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan
biawan dilakukan uji nilai tengah (Uji F).Sebelum
dilakukan uji nilai tengah terlebih dahulu diuji
normalitas Lilliefors (Hanafiah, 2012).

Konversi pakan merupakan perbandingan pakan
yang diberikan terhadap bobot yang dihasilkan selama
penelitian. Tingkat konversi pakan dihitung dengan
menggunakan rumus Suhenda, (2009) yaitu:
FCR=

(

) –

(3)

HASIL DAN PEMBAHASAN
Laju Pertumbuhan Berat Harian

Keterangan : FCR= Nilai konversi pakan (%), F=
Jumlah pakan yang di berikan selama
penelitian (%), Wt= Berat akhir (g), Wo=
Berat awal (g), D= Berat ikanyang mati
selama pemeliharaan (g)

Hasil penelitian menunjukan bahwa laju
pertumbuhan berat harian benih ikan biawan paling
tinggi pada perlakuan A dengan rata-rata (3,25 %),
kemudian diikuti perlakuan B dengan rata-rata (3,13
%), perlakuan C (2,73 %), dan terendah pada perlakuan
D dengan rata-rata (2,82 %)., adapun masing-masing
perlakuan
dapat
dilihat
pada
Gambar
1

Pertumbuahan Berat harian (%)

Tingkat kelangsungan hidup (SR)
Kelangsungan hidup larva dapat dihitung dengan
menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Effendie
.

3,5
3,3

3.25±00.3
3.13±0.14

3,1
2.73±0.09

2.82±0.06

2,9
2,7
2,5
2,3
A (40 ekor) B (80 ekor) C (120 ekor) D (160 ekor)
Perlakuan

Gambar 1. Laju pertumbuhan berat harian (%) benih ikan biawanselama penelitian

47

JURNAL RUAYA VOL. 4. NO .1. TH 2016
FPIK UNMUH-PNK

ISSN 2541 - 3155

Berdasarkan
Uji
normalitas
Liliefors
pertumbuhan berat harian benih ikan biawan dapat
dilihat nilai L hitung maksimum 0,15941, pada L tabel
5% 0,242 dan L tabel 1% 0,257% maka data tersebut
berdistribusi normal. Pada hasil Uji Homogenitas
Ragam Barlet didapat χ² hitung (3,864) pada χ² tabel
5% sebesar (14,07) dan χ² tabel 1% sebesar (18,48)
berarti χ² hitung < χ² tabel, maka data dapat dikatakan
homogen sehingga data dapat dilanjutkan dianalisis
varian.
Hasil Analisis keragaman (Anova)pertumbuhan
berat harianbenih ikan biawan (lampiran 5) diketahui
bahwa F hitung sebesar 21,13> F tabel 5% (4,07) dan
tabel 1 % (7,59) ini menunjukan bahwa perlakuan
berbeda sangat nyata atau Hi diterima atau Ho ditolak.
Adapun uji lanjut yang digunakan adalah Uji
Lanjut BNJ karena berbeda sangat nyata dan Koefisien
Keragaman ( KK ) yang dihasilkan 2,77 %. Pada Uji
Lanjut BNJ diketahui bahwa perlakuan berbeda sangat
nyata (P>5% dan P>1%) antara perlakuan A dengan
perlakuan B berbeda tidak nyata sedangkan C danD
berbeda sangat nyata. perlakuan Bdengan C dan D
berbeda sangat nyata selanjutnya perlakuan C dengan
perlakuan D berbeda tidak nyata.
Berdasarkan hasil pertumbuhan berat benih ikan
biawan selama penelitian pada gambar 5 diketahui
bahwa pada perlakuan A (2 ekor/liter) memberikan
pertumbuhan berat (g) yang berbeda sangat nyata
dengan perlakuan C dan D (6-8 ekor/liter). Kondisi ini
menunjukan apabila padat penebaran meningkat makan
pertumbuhan berat akan mengalami penurunan. Hal ini
disebabkan dengan adanya kondisi wadah yang
semakin padat yang ikan stres dan nafsu makan
berkurang sehingga pertumbuhannya menjadi lambat.
Selain itu, akumulasi sisa pakan dan feses ikan
dapat juga mempengaruhi kualitas air dalam wadah.
Kualitas air yang jelek menyebabkan ikan berkurang

Panjang Mutlak (cm)

1,60
1,40

nafsu makannya. Fujaya (2004) menyatakan bahwa
pertumbuhan dipengaruhi beberapa factor yaitu
genetic, hormone dan lingkungan jadi apabila
lingkungan, dalam hal ini kualitas yang jelek dan
kondisi kepadatan yang tinggi, maka ikan yang
dipelihara akan mengalami pertumbuhan yang lambat
dengan kondisi lingkungan yang kurang optimal untuk
pertumbuhan. Pertumbuhan pada setiap perlakuan
padat penebaran yang berbeda sangat bervariasi,
perbedaan pertumbuhan tersebut disebabkan oleh
adanya kompetisi antar individu dalam ruang gerak
yang terbatas.
Menurut Widiastuti (2009), bahwa apabila
jumlah ikan melebihi batas kemampuan suatu wadah,
maka ikan akan kehilangan berat tubuh. Selain itu
persaingan dalam hal makanan sangat penting karena
kompetisi untuk memperoleh makanan lebih tinggi
pada padat penebaran yang lebih tinggi dibandingkan
denga padat penebaran yang lebih rendah. Oleh karena
itu, pada padat penebaran yang lebih rendah relatif
seragam dan ukurannya lebih besar.
Menurut Effendie, (1997), Jika terlalu banyak
individu dalam suatu perairan maka akan terjadi
kompetisi
terhadap
pakan
dan
keberhasilan
memperoleh pakan tersebut akan menentukan
pertumbuhan ikan yang akan menghasilkan ukuran
yang bervariasi.

Pertumbuhan Panjang Mutlak
Hasil penelitian menunjukan bahwa laju
pertumbuhan panjang mutlak benih ikan biawan paling
tinggi pada perlakuan A dengan rata-rata (1,33 cm),
kemudian diikuti perlakuan B dengan rata-rata (1,17
cm), perlakuan C (1,10 cm), dan terendah pada
perlakuan D dengan rata-rata (0,97 cm). Adapun
masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Gambar 2.

1.33±0.15
1.17±0.12

1.10±0.10
0.97±0.06

1,20
1,00
0,80
0,60
0,40
0,20
0,00

A (40 eor) B (80 ekor) C (120 ekor) D (160 ekor)
Perlakuan (padat tebar)

Gambar 2. Pertumbuhan panjang mutlak (cm) benih ikan biawan selama penelitian
Berdasarkan
Uji
normalitas
Liliefors
pertumbuhan panjang mutlak benih ikan biawan dapat
dilihat nilai L hitung maksimum 0,18147, pada L tabel
5% 0,242 dan L tabel 1% 0,257% maka data tersebut

berdistribusi normal. Pada hasil Uji Homogenitas
Ragam Barlet didapat χ² hitung (2,72) pada χ² tabel 5%
sebesar (14,07) dan χ² tabel 1% sebesar (18,48) berarti
χ² hitung < χ² tabel, maka data dapat dikatakan

48

JURNAL RUAYA VOL. 4. NO .1. TH 2016
FPIK UNMUH-PNK

ISSN 2541 - 3155

homogen sehingga data dapat dilanjutkan dianalisis
varian.
Hasil Analisis keragaman (nanova)pertumbuhan
panjang mutlakbenih ikan biawan, diketahui bahwa F
hitung sebesar 5,58< F tabel 5% (4,07) dan> tabel 1 %
(7,59) ini menunjukan bahwa perlakuan berbeda sangat
nyata atau Hi diterima atau Ho ditolak. Adapun uji
lanjut yang digunakan adalah Uji Lanjut BNT karena
berbeda sangat nyata dan Koefisien Keragaman ( KK )
yang dihasilkan 9,81 %. Pada Uji Lanjut BNT
diketahui bahwa perlakuan berbeda sangat nyata
(P>5% dan P>1%) antara perlakuan A dengan
perlakuan B berbeda sangat nyata sedangkan C danD
berbeda nyata. perlakuan Bdengan C dan D berbeda
tidak nyata selanjutnya perlakuan C dengan perlakuan
D berbeda tidak nyata.
Berdasarkan hasil pertumbuhan panjang mutlak
benih ikan biawan selama penelitian ini diketahui
bahwa pada perlakuan A (2 ekor/liter) memberikan
pertumbuhan berat (g) yang berbeda sangat nyata
dengan perlakuan C dan D (6-8 ekor/liter). Kondisi ini
menunjukan bahwa semakin tinggi padat tebar ikan
maka laju pertumbuhan berat dan panjang semakin
menurun. Penurunan pertumbuhan panjang mutlak
serta laju pertumbuhan bobot harian terjadi diduga
karena ruang gerak ikan yang semakin sempit dengan
meningkatnya
padat
penebaran
sehingga
mempengaruhi kompetisi pakan dan kondisi fisiologis
ikan. Kompetisi pakan mengakibatkan peluang ikan
memperoleh makanan secara merata menjadi lebih
kecil. Peningkatan padat tebar juga akan memberikan
peningkatan stres pada ikan sehingga akan
mengganggu kondisi fisiologis ikan. Akibat lanjut dari

Konversi Pakan (%)

4

proses tersebut adalah penurunan nafsu makan ikan
yang berdampak pada penurunan pemanfaatan
makanan dan pertumbuhan.
Wedemeyer
(1996)
menyatakan
bahwa
peningkatan padat penebaran akan mengganggu proses
fisiologi dan tingkah laku ikan terhadap ruang gerak
yang pada akhirnya dapat menurunkan kondisi
kesehatan dan fisiologis ikan. Hasil penelitaian Bugri
(2006) padat penebaran terbaik 6 dan 10 ekor/l pada
ikan gurame, Darmawangsa, (2008) dengan padat tebar
10 ekor/liter memberikan pertumbuhan panjang mutlak
sebesar 2.89 cm pada ikan gurame, dan Halim (2015)
padat tebar ikan jelawat 3 ekor/liter memberikan hasil
laju pertumbuhan terbaik.
Menurut Islami et al., (2013) menyatakan
bahwa kompetisi kepadatan yang lebih rendah akan
memberikan pertumbuhan yang lebih baik karena
kompetisi pakan yang lebih rendah memberi peluang
untuk memperoleh energi lebih banyak yang akan
dimanfaatkan untuk pertumbuhan. Dapat disimpulkan
bahwapadat penebaran dengan 2 ekor/liter memberikan
pengaruh nyata terhadap pertumbuhan berat yang
terdapat pada perlakuan A.

Konversi Pakan
Konversi pakn adalah perbandingan jumlah pakan
yang diberikan dengan bobot yang dihasilkan, semakin
tinggi nilai konversi pakan yang didapat maka pakan
yang diberikan semakin kurang baik dan sebaliknya
jika nilai konversi pakan rendah maka nilai konversi
pakan tersebut tinggi. Adapun rata-rata konversi pakan
benih ikan biawan pada Gambar 3.

2.9±0.25

3.1±0.26

C) 120
ekor
Perlakuan padat tebar

D) 160
ekor

3,5
3
2,5

1.8±0.15
1.4±0.04

2
1,5
1
0,5
0
A) 40 ekor B) 80 ekor

Gambar 3 . Grafik Konversi Pakan Benih Ikan Biawan Selama Penelitian
Pada gambar 3 rata-rata konversi pakan benih
ikan biawan pada perlakuan A (1.4± 0.04). Perlakuan B
(1.8± 0.15) sedangkan perlakuan C dan D (2.9± 0.25)
dan 3.1± 0.26).

Berdasarkan hasil uji normalitas Lilliefors
konversi pakan didapatkan nilai L hitung maks 0.15595
lebih kecil dari L tabel 5% (0,242 dan L tabel 1%
(0,275), maka data tersebut dapat dikatakan
berdistribusi normal kemudian dilanjutkan dengan uji

49

JURNAL RUAYA VOL. 4. NO .1. TH 2016
FPIK UNMUH-PNK

ISSN 2541 - 3155

homogenitas Ragam Bartlet didapatkan nilai x2 hitung
5.35lebih kecil dari x2 tabel 5% (14,07)dan x2 tabel 1%
(18,48) maka data tersebut berdistribusi homogen
kemudian dilanjutkan dengan analisis variansi.
Hasil analisis variansi (Anava) konversi pakan
didapatkan F hitung sebesar 51.24lebih besar dari F
tabel 5% (4,07) dan F tabel 1% (7,59). Yang berarti
antara perlakuan yang menunjkan bahwa hasil uji
anava berbeda sangat nyata.
Adapun uji lanjut yang digunakan adalah Uji
Lanjut Bedan Nyata Jujur (BNJ) karena berbeda sangat
nyata dan Koefisien Keragaman ( KK ) yang dihasilkan
8.70%. Pada Uji Lanjut BNJ diketahui bahwa
perlakuan berbeda sangat nyata (P>5% dan P>1 antara
perlakuan A dengan B berbeda nyata, perlakuan A
dengan C dan Dberbeda sangat nyata. Perlakuan B
dengan C dan D Berbeda sangat nyata. Perlakuan C
dengan D berbeda tidak nyata.
Berdasarkan hasil konversi pakan benih ikan
biawan selama penelitian ini diketahui bahwa pada
perlakuan A (2 ekor/liter)memberikan konversi pakan
yang berbeda sangat nyata dengan perlakuan B dan C
dan D (4, 6 dan 8 ekor/liter). Pada penelitian ini pakan
yang diberikan berupa pelet komersil yang diberikan
sebanyak 3% dari bobot tubuh ikan dengan frekuensi
pemberian 2 kali/hari. Selama penelitian menunjukan
bahwa konversi pakan meningkat seiring dengan
meningkatnya padat tebar.
Menurut Ihsanudin et al, (2014), Semakin
rendah nilai rasio pakan, maka kualitas pakan yang

Kelangsungan hidup (%)

100,00
90,00
80,00
70,00
60,00
50,00
40,00
30,00
20,00
10,00
0,00

84.17±3.8
2

78.75±3.3
1

diberikan semakin baik, hal tersebut diperkuat dengan
pernyataan Menurut DKPD, (2010), Nilai Food
Convertion Ratio (FCR) cukup baik, berkisar 0.8-1.6.
Artinya, 1 kilogram Nila konsumsi dihasilkan dari 0.81.6 kg pakan.
Menurut Susanti (2004), menyatakan bahwa
Nilai konversi pakan yang rendah berarti kualitas
pakan yang diberikan baik. Sedangkan bila nilai
konversi pakan tinggi berarti kualitas pakan yang
diberikan kurang baik. Diperkuat Keputusan Menteri
Perikanan dan Kelautan (2009), nilai FCR ikan nila
larasati ukuran 3-12 cm memiliki standar FCR 1,21,38. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
dengan pada penebaran dengan 2 ekor/liter
memberikan pengaruh nyata terhadap konversi pakan
benih ikan biawan yang terdapat pada perlakuan A.

Kelangsungan Hidup
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa
rata-rata perlakuan yang didapatkan selama penelitian
pada perlakuan A (84,17±3,82 %) diikuti perlakuan B
(80,56±2,55), perlakuan C (77,08±1,91) dan perlakuan
D (67,50±3,00). Kelangsungan hidup benih ikan
biawan selama penelitian perlakuan yang tertinggi
terdapat pada perlakuan A dengan nilai 84,17 % dan
perlakuan yang terendah ada pada perlakuan D dengan
nilai 67,50 %. Adapun rata-rata tingkat kelangsungan
hidup ada pada Gambar 4.

66.67±1.6
7

60.42±1.3
0

A (40 ekor) B (80 ekor) C (120 ekor) D (160 ekor)
Perlakuan (padat tebar)

Gambar 4. Kelangsungan hidup benih ikan biawan selama Penelitian
Berdasarkan hasil uji normalitas Lilliefors
konversi pakan didapatkan nilai L hitung maks 0.15979
lebih kecil dari L tabel 5% (0,242 dan L tabel 1%
(0,275), maka data tersebut dapat dikatakan
berdistribusinormal kemudian dilanjutkan dengan uji
homogenitas Ragam Bartlet didapatkan nilai x2 hitung
2,88 lebih kecil dari x2 tabel 5% (14,07)dan x2 tabel
1% (18,48) maka data tersebut berdistribusi homogen
kemudian dilanjutkan dengan analisis variansi (Anava).
Hasil analisis variansi (Anava) konversi pakan
didapatkan F hitung sebesar 47,37 lebih besar dari F

tabel 5% (4,07) dan F tabel 1% (7,59). Yang berarti
antara perlakuan yang menunjkan bahwa hasil uji
anava berbeda sangat nyata.
Adapun uji lanjut yang digunakan adalah Uji
Lanjut BNJ (Beda Nyata Jujur) karena berbeda sangat
nyata dan Koefisien Keragaman ( KK ) yang dihasilkan
3,78 %. Pada Uji Lanjut BNJ diketahui bahwa
perlakuan berbeda sangat nyata (P>5% dan P>1%)
antara perlakuan A dengan perlakuan B berbeda tidak
nyata sedangkanB dengan C dan D berbeda sangat
nyata. perlakuan Bdengan C dan D berbeda sangat

50

JURNAL RUAYA VOL. 4. NO .1. TH 2016
FPIK UNMUH-PNK
nyata selanjutnya perlakuan C dengan perlakuan D
berbeda tidak nyata.
Berdasarkan hasil Kelangsungan hidup benih
ikan biawan selama penelitian ini diketahui bahwa
pada perlakuan A (2 ekor/liter) memberikan tingkat
kelangsungan hidup (g) yang berbeda sangat nyata
dengan perlakuan C dan D. hal ini dikarenakan pada
perlakuan C dan D dengan kepadatan tinggi membuat
ruang gerak ikan tersebut semakin sempit sehingga
memberikan tekanan pada ikan. Dampak dari stres
mengakibatkan daya tubuh ikan menurun bahkan
terjadi kematian.
Berdasarkan hasil pengamatan, terjadi kematian
pada setiap perlakuan. Hal ini disebabkan karena ruang
gerak yang semakin sempit dan persaingan pakan yang
semakin besar dengan meningkatnya padat penebaran
sehingga ikan mengalami stres. Dampak dari stres ini
antara lain daya tahan tubuh ikan menurun yang pada
akhirnya dapat menyebabkan kematian. Selain itu,
peningkatan padat tebar juga diikuti dengan
peningkatan biomassa ikan yang selanjutnya akan
menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air dengan
meningkatnya padat penebaran ikan. Peningkatan
biomassa berdampak pada peningkatan konsumsi
oksigen ikan dan berakibat konsentrasi oksigen terlarut
pada media pemeliharaan mengalami penurunan dan
selanjutnya akan mempengaruhi kelangsungan hidup
benih ikan biawan.
Selain
itu
kondisi
lingkungan
juga
mempengaruhi kelangsungan hidup ikan, dikarenakan
ikan termasuk hewan berdarah dingin (poikilothermal)
yaitu suhu tubuh dipengaruhi oleh suhu lingkungan

ISSN 2541 - 3155
habitatnya sehingga metabolism maupun kekebalan
tubuhnya juga sangat tergantung dari suhu
lingkungannya (Karlyssa, 2013). Setiawan, (2009)
menyatakan bahwapeningkatan kepadatan akan
berakibat terganggunya proses fisiologis dan tingkah
laku ikan terhadap ruang gerak yang pada akhirnya
dapat menurunkan kondisi kesehatan dan fisiologis
ikan akibatnya pemanfaatan makanan, pertumbuhan,
dan kelangsungan hidup mengalami penurunan. Stress
akan meningkat cepat ketika batas daya tahan ikan
telah tercapai atau terlewati. Dampak stress ini
mengakibatkan daya tahan tubuh ikan menurun dan
selanjutnya terjadikematian.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
dengan pada penebaran dengan 2 ekor/liter
memberikan pengaruh nyata terhadap kelangsungan
hidup benih ikan biaawan yang terdapat pada
perlakuan A.

Kualitas Air
Kualitas air adalah variabel yang sangat penting
dalam memelihara ikan, karena dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. Kualitas
air merupakan faktor penting dan pembatas bagi
mahluk hidup yang hidup dalam perairan baik faktor
kimia, biologi dan fisika. Kualitas yang buruk dapat
menghambat pertumbuhan ikan bahkan menimbulkan
kematian. Faktor yang perlu diperhatikan dan sangat
penting bagi pertumbuhan dan kelangsungan hidup
ikan adalah derajat keasaman (pH), suhu dan oksigen
terlarut (DO). Hasil pengamatan kualitas air selama
penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Parameter Kualitas Air Selama Penelitian.
Parameter
Perlakuan
pH
Suhu (°C)
DO (Mg/L)
A
7-7,5
27-28
6,0-7,0
B
6-7,5
27-28
5,0-,5.5
C
6-7,0
27-28
4,5-5,0
D
6-6,5
27-28
4,0-5,0

Derajat keasamam (pH)

Suhu

Hasil pengukuran pH selama penelitian didapat
pH terendah dan tertinggi berkisar antara 6.0-6.5
hingga 7.0-7,5. pH tersebut sangat .baik untuk
kelangsungan benih ikan biawan, menurut Effendi
(2003) menyatakan bahwa air yang baik untuk
budidaya ikan adalah kisaran netral dengan pH 7,0-8,0.
Hal ini sama dengan pendapat yang dikemukakan oleh
Boyd, (1998) yang menerangkan bahwa air yang baik
untuk budidaya ikan adalah netral dan sedikit alkalis
dengan pH 7,0-8,0. Sedangkan menurut Cholik et al.
(2005) mengatan bahwa bila pH air didalam kolam
sekitar 6,5-9,0 adalah kondisi yang baik untuk produksi
ikan.

Berdasarkan hasil pengukuran suhu air media
pemeliharaan benih ikan biawan selama penelitian
diperoleh suhu 27-28°C. Suhu ini sangat sesuai untuk
kelangsungan hidup benih ikan biawan, menurut
Effendie, (1997), menyatakan suhu optimum untuk
selera makan ikan adalah 25-27ºC sedangkan untuk
kelangsungan hidup ikan berkisar antara 25-31°C.
Suhu mempunyai pengaruh penting bagi
kelangsungan hidup ikan menurut Effendie (2003)
menerangkan bahwa suhu air mempunyai pengaruh
besar pertukaran zat atau metabolisme mahluk hidup
diperairan. Selain mempunyai pengaruh pertukaran zat,
suhu berpengaruh terhadap kadar oksigen terlarut
dalam air, semkin tinggi suhu suatu perairan maka

51

JURNAL RUAYA VOL. 4. NO .1. TH 2016
FPIK UNMUH-PNK
akan semakin cepat perairan tersebut mengalami
kejenuhan akan oksigen.

ISSN 2541 - 3155
biawan dengan 2 ekor/liter memberikan hasil yang
terbaik dan perlu diteliti lebih lanjut dengan padat
penebaran dengan suhu yang berbeda.

Oksigen Terlarut
Berdasarkan hasil pengukuran, kandungan
oksigen terlarut pada perlakuan A cukup baik bagi ikan
yaitu berkisar antara 6,0-7,0 mg/l. Hal ini sesuai
dengan pendapat yang dikemukakan oleh Boyd, (1998)
menyatakan pada umumnya ikan hidup normal pada
konsentrasi 4,0mg/l, jika persediaan oksigen dibawah
20% dari kebutuhan normal, ikan akan lemah dan
menyebabkan kematian. Sedangkan Oksigen terlarut
pada perlakuan B, C dan D terjadi penurunan oksigen
telarut hal ini dikarenakan semakin padat jumlah ikan
pada media akuarium sehingga menyebabkan
terjadinya persaingan oksigen. Wedemeyer (1996)
menyatakan bahwa peningkatan padat penebaran akan
mengganggu proses fisiologi dan tingkah laku ikan
terhadap ruang gerak yang pada akhirnya dapat
menurunkan kondisi kesehatan dan fisiologis ikan.
Oksigen terlarut merupakan salah satu faktor
pembatas dalam budidaya ikan, namun beberapa jenis
ikan masih bisa bertahan hidup dalam perairan dengan
konsentrasi dibawah maupun diatas normal. Namun
konsentrasi minimum yang masih bisa diterima oleh
sebagian spesies untuk hidup yaitu 5 ppm. Menurut
Lingga (1999) menyatakan bahwa oksigen terlarut
sangat penting bagi kehidupan ikan dan hewan lainnya
untuk bernapas dan proses metabolisme. Selanjutnya
menurut Effendie et al (2007) menyakan bahwa
konsentrasi oksigen diperairan dipengaruhi oleh difusi
dari udara, aliran-aliran air masuk, hujan, proses
asimilasi tumbuhana hijau dan adanya oksidasi
kimiawi didalam perairan.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pengaruh padat tebar
yang berbeda terhadap pertumbuhan dan kelangsungan
hidup benih ikan biawan yang telah dilakukan, maka
dapat disimpulkan sebagai berikut:
Pertumbuhan berat harian pada perlakuan A
yaitu 2 ekor/liter yang rata-rata berat harianya (3,25%),
Pertumbuhan panjang mutlak yang terbaik terdapat
pada perlakuan A yaitu 2 ekor/liter yang selisihnya
(1,33±0.15 cm), Konversi pakan pada perlakuan A
yaitu 2 ekor/liter dengan nilai (1.4) dan Kelangsungan
hidup benih ikan biawan menghasilkan persentase yang
baik, berdasarkan hasil penelitian kelangsungan hidup
benih ikan biawan yang tinggi terdapat pada perlakuan
A yaitu dengan padat penebaran 2 ekor/liter sebesar
84,17%.

Saran
Dalam penelitian ini bahwa padat penebaran
pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan

DAFTAR PUSTAKA
Boyd, C. E. 1998. Water Quality in Ponds for
Aquaculture. Alabama, USA : Agricultural
Experiment Station,Auburn University.
Chalik, F., A.G. Jagatraya,Poernomo dan A. Jauzi.
2005. Akuakultur: Tumpuan Harapan Masa
Depan Bangsa. Penerbit Masyarakat Perikanan
Nusantara dengan Taman Akuarium Air
Tawar, TMII. Jakarta.
Darmawangsa, G.M. 2008. Pengaruh Padat Penebaran
10, 15 Dan 20 Ekor/L Terhadap Kelangsungan
Hidup Dan Pertumbuhan Benih Ikan Gurami
(Osphronemus goramy lac) Ukuran 2 cm.
[skripsi]. Program Studi Teknologi dan
Manajemen Akuakultur. Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.
Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah (DKPD), 2010.
Petunjuk Teknis Pembenihan dan Pembesaran
IkanNila. Dinas Kelautan dan Perikanan.
Sulawesi Tengah. 2 hlm
Effendie, I. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi
Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan
Perairan. Kansius. Yogyakarta.
Effendi,I. T. D. Ratih dan T. Kadarini. 2007.
Pengaruh
Padat
Penebaran
Terhadap
Pertumbuhan Dan Kelangsungan Benih Ikan
Balashark (Balantiocheilus melanopterus Blkr)
Di Dalam Sistem Resilkulasi. Jurnal
Akuakultur Indonesia.
Fujaya, 2004. Fisiologi Ikan. Reneke Cipta. Jakarta.
Karlyssa, F. J., Irawanmy dan Rusdi L.2013.
Pengaruh
Padat
Penebaran
Terhadap
Kelangungan Hidup Dan Pertumbuhan Ikan
Gesit
(Oreochromis
niloticus).
Jurnal
Manajemen Sumber Daya Perairan Fakultas
Pertanian. Universita sumatra Utara. hlm 7685.
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).2009.
Pelepasan Varietas Ikan Nila Larasati sebagai
Benih Bermutu. Kementerian Kelautan dan
Perikanan. Jakarta
Prianto, E., Husnah,. S, Nurdawaty dan Asyari2006.
Kebiasaan Makan Ikan Biawan (Helostoma
teminckii) di Danau Sababila DAS Barito
Kalimantan Tengah. Balai Riset Perikanan
Perairan Umum Palembang
Setiawan, B. 2009. Pengaruh Padat Penebaran 1, 2,
dan 3 Ekor/L Terhadap Kelansungan Hidup
Dan Pertumbuhan Benih Ikan Maanvis
(Pterophyllum scalare). [Skripsi]. Program
Studi Teknologi dan Manajemen Akuakultur.
Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Institut
Pertanian Bogor.

52

JURNAL RUAYA VOL. 4. NO .1. TH 2016
FPIK UNMUH-PNK
Sidi Asih, dan G.H. Huwoyon. 2009. Domestifikasi
Ikan Lokal Kalimantan Barat. Proseding
Seminar Hasil Penelitiann Perikanan Air
Tawar 2010. Balai Penelitian Perikanan Air
Tawar. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perinakan.
Badan
Penelitian
dan
Pengembangan Perikanan. Bogor.
Wedemeyer GA. 1996. Physiology of Fish in Intensive
Culture Systems. Northwest Biological Science

ISSN 2541 - 3155
Center National Biological Service U. S
Departement of the Interior. Chapman ang Hall.
hlm 232.
Widiastuti,I.M.2009. Pertumbuhan dan Kelangsungan
Hidup (Survival rate) Ikan Mas (Cyprinus
Carpio) Yang Dipelihara dalam Wadah
Terkontrol dengan Padat Penebaran Yang
Berbeda. Media Litbang Sulteng 2(2): 126-130
hal.

53

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

EFEKTIFITAS BERBAGAI KONSENTRASI DEKOK DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Colletotrichum capsici SECARA IN-VITRO

4 157 1

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

PENGARUH GLOBAL WAR ON TERRORISM TERHADAP KEBIJAKAN INDONESIA DALAM MEMBERANTAS TERORISME

57 269 37

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENGARUH DIMENSI KUALITAS LAYANAN TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN DI CAFE MADAM WANG SECRET GARDEN MALANG

18 115 26