STUDI DESKRIPTIF SELF ESTEEM REMAJA DELINKUEN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS IIA ANAK BLITAR SKRIPSI

STUDI DESKRIPTIF SELF ESTEEM REMAJA DELINKUEN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS IIA ANAK BLITAR SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

  Program Studi Psikologi

  Disusun oleh : Rr. Lita Ratna Yustiasari NIM : 049114110 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

  HALAMAN MOTTO

  

Kesuksesan adalah milik orang yang amat gigih

mengubah dirinya dan tidak akan terjadi perubahan

kecuali pada orang yang berani melihat

kekurangannya sendiri..

  

Kegagalan biasanya disebabkan oleh satu kelemahan

manusia,

yaitu tidak adanya keseimbangan antara keinginan

dan

kesungguhan dalam menyempurnakan ikhtiar..

HALAMAN PERSEMBAHAN

  Karya ini kupersembahkan untuk : Allah SWT yang selalu mendampingiku, Keluargaku yang selalu memberiku semangat dan dukungan, Sahabat-sahabatku yang senantiasa membantu dan menyemangatiku, My spirit “Ayah”,

  Dan semua orang yang selalu berperan dalam hidupku..

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 9 April 2010 Penulis, Rr. Lita Ratna Yustiasari

STUDI DESKRIPTIF SELF-ESTEEM REMAJA DELINKUEN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS IIA ANAK BLITAR

  Rr. Lita Ratna Yustiasari ABSTRAK

  Self-esteem adalah salah satu faktor psikologis yang ikut mempengaruhi kepribadian dan perilaku individu dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini dilakukan di Lapas Klas IIA Anak Blitar karena di sana merupakan wadah bagi anak yang melakukan suatu pelanggaran norma-norma sosial, agama, dan hukum yang telah ditetapkan oleh pengadilan. Selama berada di Lapas remaja delinkuen mendapatkan berbagai macam pembinaan yang bermanfaat dan yang nantinya diharapkan dapat menjadi manusia yang seutuhnya, menyadari kesalahannya dan tidak akan mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat serta pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan self- esteem remaja delinkuen tersebut. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mendeskrisikan self-esteem pada remaja delinkuen di Lapas Klas

  IIA Anak Blitar. Subjek penelitian dipilih dengan menyesuaikan kriteria subjek penelitian yaitu remaja delinkuen yang berada di Lapas Anak dan berusia antara 13

  • – 18 tahun berjumlah 3 orang. Metode yang digunakan adalah wawancara semi terstruktur dan pertanyaannya merupakan pertanyaan terbuka. Analisis data dilakukan dengan tahap menulis transkrip hasil wawancara, membaca transkrip hasil wawancara, mengkoding setiap indikator self-esteem yang terpenuhi, membuat tabel analisis data dan menginterpretasikan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

  self-esteem remaja delinkuen di Lapas Klas IIA Anak Blitar adalah rendah. Secara umum self-esteem yang rendah dikarenakan keadaan keluarga dan pengaruh lingkungan yang memiliki peran yang sangat besar dalam pembentukan self-esteem remaja delinkuen. Walaupun sudah ada pembinaan untuk meningkatkan self-eteem, ternyata pembinaan yang diberikan belum memadai dan adanya stigma negatif dari masyarakat membuat self-esteem remaja delinkuen masih rendah.

  Kata kunci : self-esteem, remaja delinkuen.

DESCRIPTIVE STUDY ON THE SELF-ESTEEM OF DELINQUENT JUVENILE IN BLITAR CLASS IIA JUVENILE PRISON

  Rr. Lita Ratna Yustiasari ABSTRACT Self-esteem is a psychological factor which has influence upon individual personality and behaviour. The higher a person perceive his or her self-esteem, the better he or she has personality and behaviour. Self-esteem needs to be built through education and supervision. This research explores the self-esteem amongst the delinquent juvenile in prison. This research is done in Blitar Class IIA Juvenile Prison as this prison can be a treatment place for juvenile who commit crime by breaking the rule, religious norms and social code of conduct. During their staying at this prison, they get various useful treatment and education. This treatment and education will make them aware of their mistake. Hopefully, they do not break the law and rules anymore, and they can be accepted by the society. Finally the treatment and education in prison can increase their self-esteem. This descriptive research is aimed at describing the self-esteem of delinquent juvenile in Blitar Class

  IIA Juvenile Prison. The subject of the research is three delinquent juvenile of 13-18 years of age. The method used in this research is semi-structured interview and using open question. The data analysis is done by these following steps : writing the interview transcript, reading the interview transcript, coding the indicators of self- esteem, and interpreting the data. The result of these research shows that the delinquent juvenile’s self-esteem at this prison is low. This is because of the situation of the family, their environmental influence, and the social stigma. Although the treatment and education have been given to this juvenile, still they have low self-esteem.

  Key Words: self-esteem, delinquent juvenile.

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Rr. Lita Ratna Yustiasari NIM : 049114110

  Demi pengembangan ilmu pengetahuan, say amemberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta karya ilmiah saya yang berjudul :

  

STUDI DESKRIPTIF SELF-ESTEEM REMAJA DELINKUEN DI

LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS IIA ANAK BLITAR

  beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Universitas Sanata Dharma Yogyakarta hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

  Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 9 April 2010 Yang menyatakan, Rr. Lita Ratna Yustiasari

KATA PENGANTAR

  Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas perlindungan dan karunia yang telah diberikan selama proses penyusunan skripsi ini hingga dapat menyelesaikan dengan baik.

  Skripsi dengan judul “ Studi Deskriptif Self-Esteem Remaja Delinkuen di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Anak Blitar ” ini disusun untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Psikologi. Dalam proses penyusunan skripsi ini telah banyak pihak yang berperan secara aktif dan pasif untuk membantu penulis. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada : 1.

  Allah Subhanallahu Wata’Ala yang telah mendampingi perjalananku, mendengarkan doaku dan membantu menunjukkan serta mewujudkan apa yang menjadi cita-citaku dengan segala karunia dan hidayahnya.

  2. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani Selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi.

  3. Ibu Dra. Lusia Pratidarmanastiti, MS. sebagai dosen pembimbing skripsi dan Ibu yang telah membimbing dan memberi masukan dengan sabar dan bijak baik selama dalam proses penyusun skripsi maupun proses perkembangan psikologis penulis hingga penulis dapat lebih memahami kedisiplinan, kesabaran dan kejujuran. Tanpa omelan Ibu saya tidak akan bisa kuat dan memahami sesuatu.

  4. Ibu Aquilina Tanti Arini, S.Psi., M.Si. selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan dan kritik kepada penulis.

  5. Ibu Agnes Indar Etikawati, S.Psi., Psi., M.Si. selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan dan kritik kepada penulis.

  6. Ibu P. Henrietta P. D. A. D. S., S.Psi. selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing dan memberi masukan selama masa studi.

  7. Bapak Y. Heri Widodo, M. Psi. yang pernah menjadi dosen pembimbing akademik selama 2 semester yang telah membimbing dan memberi masukan yang sangat berarti bagi penyusunan skripsi dan kehidupan penulis.

  8. Ibu ML. Anantasari, S. Psi., M. Si. yang selalu mendukung dan memberi semangat untuk menyelesaikan kuliah dan masalah yang sedang dan selalu penulis hadapi. Love you, Bunda..

  9. Mba Nanik, Mas Gandung, Pak Gi, Mas Doni dan Mas Muji yang telah banyak membantu kegiatan akademik penulis dengan senyuman ramah.

  10. Bunda Budi Andayani yang telah membantu, memberi semangat dalam proses penyusunan skripsi dan bersedia mendengarkan curhat penulis. Thanx Bunda..

  11. Segenap pegawai Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Jawa Timur atas perijinan melakukan penelitian.

  12. Segenap pegawai Balai Pemasyarakatan Klas I Surabaya atas masukan dan pengarahannya sebelum penelitian dimulai.

  13. Segenap pegawai Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Anak Blitar yang telah

  14. Ketiga subjek penelitianku, Ssn, Ars dan Erv, Jnr, Ald, Mhs dan teman-teman lainnya yang telah bersedia meluangkan waktu membantu penulis mengumpulkan data dan berbagi cerita serta pengalaman hidup. Jangan pernah menyerah dan putus asa dalam menjalani hidup! Raihlah semua mimpi dan cita-cita kalian! 15. Keluarga R. Nohantoro, S.H., Papa Nohan, Mama Tatik, Mba Lisa dan Mas

  Fredy serta malaikat kecilnya Aurel, Mas Mada, Yuk Yem yang sangat sabar, tak bosan dan tak henti-hentinya selalu memberiku doa, semangat, masukan dan omelan yang membangun. Walaupun kita jarang bertemu dan berkumpul, kalian selalu aku rindukan, sayangi dan selalu ada di hatiku. I love you all…

  16. Kekasihku, Agung Andwiyono yang selalu menyayangi, melindungi, memberi semangat, mengajari aku banyak hal dan bersabar menghadapi aku yang sering bad mood. Maci ya yah dah jadi air disaat aku jadi api. You are my best…

  17. Mba Wiwit yang telah membantu mengurus dan memperlancar proses perijinan penelitian di Kanwil Hukum dan HAM Jawa Timur dan pelaksanaan penelitian di Lapas Klas IIA Anak Blitar. Tak lupa untuk Mba Wit sekeluarga, Mas Anang, Puput dan Ivy, yang bersedia memberi tumpangan selama penulis berada di Surabaya. Dari kalian aku banyak belajar tentang arti keluarga bahagia dan seutuhnya.

18. Mas Iwan dan Mba Dita yang bersedia menampungku selama penulis di Blitar. Maaf, belimbingnya aku habisin..

  19. My sista Fenny, Dani n Dini alias Dinso dan adikku Rama yang selalu memberiku semangat dan banyak membantu dalam proses penyusunan dan menyelesaikan skripsi. I miss you all… 20. Keluarga Besar Humas Sanata Dharma, Bapak Tatang Iskarna, S.S., M.Hum.

  (my grand pa), Mas Tjahjo, Mbak Atik dan teman-teman seperjuanganku Bunga, Dicky, Yosef, Yosi, Ratih, Putu, Kadek, Intan, Bertha, Theo, Rakhma, Albert, Yunika, Sheila, Shasha, Fhery, Ivana, dan Melani yang telah menjadi rekan kerja, teman, sahabat, saudara, keluarga yang sangat harmonis. Aku selalu ingat dan merindukan saat-saat kita Expo bersama kalian.

  21. Keluarga Besar BAA, Bu Asih, Mas Kris, Mas Heru, Pak Pri, Mas Devi, Mbak Ruth dan Mbak Wira serta Bapak Drs. L. Bambang Harnoto, M.Si.

  (Kepala BAA periode 2004–2009) yang telah menjadi rekan selama proses penerimaan mahasiswa baru angkatan 2008 dan 2009 dan telah memberikan pelajaran dan pengetahuan baru.

  22. Keluarga besar Adi Wibowo, Dady Boy, Mama Lisa, Gery, Kis-kis, Opa Poeng, Oma Evie, Eyang Tun (Alm), Aunty Diaz, Uncle Ampi, Uncle Pipas, Uncle Avied ‘n Aunty Lia dan Aunty Dewi yang pernah mengisi hari-hariku penuh warna. Terimakasih atas dukungan dan kasih sayang kalian.

  23. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah terlibat secara aktif maupun pasif dalam proses penyusunan skripsi ini hingga selesai.

  Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan, sehingga skripsi ini pun menjadi kurang sempurna. Akan tetapi penulis berharap skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembacanya.

  Penulis, Rr. Lita Ratna Yustiasari

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................... iii HALAMAN MOTTO ................................................................................................. iv HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................. v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................................................... vi ABSTRAK .................................................................................................................. vii ABSTRACT ................................................................................................................ viii LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ...................... ix KATA PENGANTAR ................................................................................................ x DAFTAR ISI ............................................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... xviii

  BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................... 4 C. TujuanPenelitian .................................................................................. 4 D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 5 1. Secara Teoritis ................................................................................ 5 2. Secara Praktis ................................................................................. 5 BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................ 6

  1. Definisi Self-Esteem ........................................................................ 6 2.

  Aspek-aspek Self-Esteem ................................................................ 8 3. Faktor Yang Mempengaruhi Self-Esteem ....................................... 10

  B. Remaja Delinkuen ............................................................................... 14

  1. Remaja ............................................................................................ 14

  2. Delinkuen ....................................................................................... 18

  3. Remaja Delinkuen .......................................................................... 19

  C. Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Anak Blitar ................................. 34

  1. Sejarah Berdirinya Lapas Klas IIA Anak Blitar ............................. 34

  2. Gambaran Umum Lapas Klas IIA Anak Blitar ............................... 35

  3. Pembinaan Anak di Lapas Klas IIA Anak Blitar ............................ 37

  4. Bentuk-Bentuk Pembinaan ............................................................. 38

  5. Tujuan Pembinaan .......................................................................... 41

  D. Self-Esteem Remaja Delinkuen Di Lapas Klas IIA Anak Blitar ......... 42

  E. Alur Pemikiran Psikologis ................................................................... 45

  BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................................ 46 A. Jenis Penelitian .................................................................................... 46 B. Variabel Penelitian .............................................................................. 46 C. Definisi Operasional ............................................................................ 46 D. Subjek Penelitian ................................................................................. 48 E. Metode Pengumpulan Data ................................................................. 48 F. Metode Analisis Data .......................................................................... 52

  BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................................... 54 A. Pelaksanaan Pengambilan Data ........................................................... 54 B. Deskripsi Subjek Penelitian ................................................................. 55 C. Pembahasan ......................................................................................... 71 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 81 A. Kesimpulan .......................................................................................... 81 B. Saran .................................................................................................... 83 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 84 LAMPIRAN ................................................................................................................ 86

  DAFTAR LAMPIRAN

  A. Tabel Coding ......................................................................................................... 87 1.

  Subjek 1 (Ssn) ............................................................................................... 87 2. Subjek 2 (Ars) ............................................................................................... 101 3. Subjek 3 (Erv) ............................................................................................... 114

  B. Transkrip Wawancara (Verbatim) .......................................................................... 131 1.

  Subjek 1 (Ssn) ............................................................................................... 131 2. Subjek 2 (Ars) ............................................................................................... 141 3. Subjek 3 (Erv) ............................................................................................... 149 C. Cross Check Data ................................................................................................... 159 D.

  Surat Permohonan Pengambilan Data .................................................................... 161 E. Surat Ijin Penelitian ................................................................................................ 162 F. Surat Keterangan Penelitian ................................................................................... 163

  1 BAB I

PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

  Self-esteem merupakan salah satu aspek kepribadian yang mempunyai peran penting dan berpengaruh besar terhadap sikap dan perilaku individu.

  Sesuai dengan pendapat Branden (1987) yang menyatakan bahwa self-esteem merupakan aspek kepribadian yang paling penting dalam proses berpikir, tingkat emosi, keputusan yang diambil, nilai-nilai yang dianut serta penentuan tujuan hidup. Pentingnya self-esteem bagi remaja salah satunya adalah untuk meyakinkan diri sendiri akan kelebihan yang dimilikinya sehingga dapat menentukan pencapaian prestasi yang dia dan orang lain harapkan. Pada gilirannya, keyakinan itu akan memotivasi remaja tersebut untuk sungguh- sungguh mencapai apa yang diinginkan.

  Berbagai macam alasan atau pengalaman yang membuat remaja beresiko memiliki self-esteem yang rendah. Misalnya keadaan keluarga dimana orangtua melakukan praktik pola asuh yang salah seperti perlindungan yang berlebihan, penolakan terhadap anak, perfeksionis dan terlalu menuntut anaknya untuk tampil sempurna dan terlalu otoriter terhadap anaknya. Adanya pengalaman menyakitkan dimana remaja menerima pesan-pesan negatif dari apa yang mereka lakukan dan lihat pada masa kanak-kanak maupun remaja. Selain itu, lingkungan sekitar yang kurang memperhatikan keberadaan remaja bahkan

  2 perekonomian keluarga yang membuat mereka kurang mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan ketrampilan yang dapat diterima oleh masyarakat. Beberapa hal tersebut mempengaruhi self-esteem remaja menjadi rendah sehingga mereka berusaha mengkompensasikannya dengan tindakan atau perilaku yang salah atau kenakalan yang seolah-olah dapat meningkatkan

  self-esteem mereka.

  Perilaku negatif yang dimunculkan remaja dengan self-esteem rendah ini berbagai macam, salah satunya adalah kenakalan remaja atau juvenile

  

delinquency . Perilaku kenakalan remaja itu misalnya perkelahian,

  pengeroyokan antar remaja yang mengakibatkan orang lain yang tidak berdosa menjadi korban, perampasan, pencurian, mabuk-mabukan, perampokan, penganiayaan dan penyalahgunaan obat-obatan seperti psikotropika, yang dapat berujung kematian (Amna, 2004). Secara psikologis, juvenile

  

delinquency merupakan wujud dari konflik-konflik yang tidak terselesaikan

  dengan baik pada masa kanak-kanak maupun remaja para pelakunya seperti trauma masa lalu karena perlakuan kasar dan kondisi ekonomi yang rendah.

  Pada awal masa kanak-kanak kita mulai menciptakan internal image dimana dalam masa pembentukan ini bila kita menerima sinyal-sinyal dan pesan-pesan negatif kita akan mengalami low self-esteem pada masa dewasa (Valencia, 2006).

  Bagi remaja yang telah melakukan tindakan kenakalan (remaja delinkuen) yang diketahui oleh penegak hukum, dapat diproses sesuai dengan

  3 melakukan tindak pidana (Anak Pidana), anak yang diserahkan kepada Negara untuk dididik (Anak Negara) dan anak atas permintaan dari orangtua atau walinya (Anak Sipil) yang telah memperoleh penetapan dari pengadilan ditempatkan di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Lapas Anak) dan akan mendapatkan pembinaan, misalnya seperti di Lapas Klas IIA Anak Blitar.

  Lapas Klas IIA Anak Blitar merupakan satu-satunya Lapas khusus anak yang ada di Jawa Timur. Beberapa kegiatan yang ada di Lapas Klas IIA Anak Blitar adalah memberikan berbagai macam pembinaan yang bermanfaat dan kesempatan untuk meningkatkan self-esteem mereka. Diharapkan dalam pembinaan tersebut nantinya dapat menjadikan remaja delinkuen menjadi manusia yang seutuhnya, menyadari kesalahannya dan tidak akan mengulangi kenakalan yang pernah diperbuat sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat. Harapan lainnya adalah dapat secara mandiri melakukan atau melanjutkan kehidupan mereka sesuai dengan norma sosial yang berlaku secara normal.

  Namun, keadaan bahwa pembinaan di Lapas Klas IIA Anak Blitar yang memberikan kesempatan bagi remaja delinkuen untuk meningkatkan self-

  

esteem mendapatkan stigma atau pandangan negatif dari mayarakat.

  Masyarakat memiliki stigma negatif bahwa remaja yang berada di Lapas adalah pelaku kriminal yang berbahaya dan pandangan negatif lainnya. Hal tersebut membuat remaja delinkuen ini merasa bahwa dirinya kurang berharga dan berarti. Seperti pendapat Tjahjono (1998) dan Page dan Page (2000) yang

  4 dari orang lain atau lingkungan terhadap apa yang terjadi pada remaja mengakibatkan remaja merasa tidak berarti. Adanya perfeksionisme, kekerasan, menerima kritik yang terlalu tajam, ditertawakan, diabaikan, atau dibodoh-bodohi oleh orang lain juga dapat mempengaruhi self-esteem-nya menjadi rendah (Valencia, 2006). Oleh karena itu, stigma negatif masyarakat tersebut dapat mempengaruhi self-esteem remaja delinkuen ini menjadi rendah.

  Kondisi bahwa remaja delinkuen yang tinggal di Lapas Klas IIA Anak Blitar memperoleh stigma negatif dari masyarakat dan memperoleh pembinaan dari Lapas Klas IIA Anak Blitar sehingga mereka mempunyai kemampuan yang bermanfaat untuk menghadapi kehidupan yang lebih baik di luar Lapas Klas IIA Anak Blitar, menarik peneliti untuk melihat atau mendeskripsikan self-esteem para remaja yang berada di Lapas Klas IIA Anak Blitar.

  B. RUMUSAN MASALAH

  Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, penelitian ini ingin mengetahui bagaimana self-esteem remaja delinkuen yang berada di Lapas Klas IIA Anak Blitar.

  C. TUJUAN PENELITIAN

  Penelitian ini akan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui self- esteem remaja delinkuen dalam Lapas Klas IIA Anak Blitar.

  5 D.

MANFAAT PENELITIAN 1.

  Secara Teoritis : Penelitian ini dapat menyumbangkan suatu pengetahuan baru mengenai bagaimana self-esteem remaja delinkuen dalam Lapas Klas IIA

  Anak Blitar, terutama dalam bidang psikologi perkembangan.

2. Secara Praktis :

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan sumbangan informasi pada Lapas Klas IIA Anak Blitar mengenai kondisi psikologis terutama yang berkaitan dengan self-esteem Anak Didik Pemasyarakatan mereka, sehingga pembinaan terhadap Anak Didik menjadi lebih efektif.

  6 BAB II

  LANDASAN TEORI A. SELF-ESTEEM 1. Definisi Self-Esteem Self-esteem merupakan salah satu aspek kepribadian yang mempunyai peran penting dan berpengaruh besar terhadap sikap dan perilaku individu.

  Menurut Branden (1987) self-esteem merupakan aspek kepribadian yang paling penting dalam proses berpikir, tingkat emosi, keputusan yang diambil, nilai-nilai yang dianut serta penentuan tujuan hidup. Self-esteem mencakup dua komponen yaitu perasaan akan kompetisi pribadi dan perasaan akan penghargaan diri pribadi. Seseorang akan menyadari dan menghargai dirinya jika ia mampu menerima diri pribadinya.

  Self-esteem adalah penilaian individu terhadap hasil yang dicapai

  dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal dirinya atau yang dicita-citakannya. Dapat disimpulkan bahwa self-esteem menggambarkan sejauhmana individu tersebut menilai dirinya sebagai orang yang memiliki kemampuan, keberartian, berharga, dan kompeten (Calhoun, 1990; Stuart dan Sundeen, 1991). Sama halnya dengan pendapat Coopersmith (1976) dan Walgito (1991) yang mengatakan bahwa self-

  esteem merupakan suatu proses penilaian yang dilakukan oleh seseorang

  terhadap dirinya sendiri. Karena berkaitan dengan dirinya sendiri, penilaian

  7 dirinya, menunjukkan seberapa jauh individu percaya bahwa dirinya mampu, penting, berhasil serta berharga. Bagaimana seseorang menilai tentang dirinya akan mempengaruhi perilaku dalam kehidupannya sehari– hari.

  Self-esteem adalah sesuatu yang dimiliki oleh seseorang tetapi tidak

  dibagikan pada orang lain, kecuali bila orang tersebut merupakan orang yang merasa bahwa self-esteem mereka sangat tinggi. Seseorang tidak dapat menentukan self-esteem orang lain, tetapi bagaimana seseorang menerima orang lain dapat mempengaruhi self-esteem (Webster’s New World Dictionary, 1982).

  Berne dan Savary (1988) mendefinisikan self-esteem sebagai penopang rasa percaya diri sehingga seseorang dapat membina hubungan yang sehat dengan orang lain, melihat diri mereka sebagai orang yang berhasil dan memperlakukan orang lain tanpa kekerasan. Sejalan dengan pendapat Berne dan Savary, Hurlock (1999) berpendapat bahwa self-esteem merupakan evaluasi diri yang dibuat dan dipertahankan oleh seseorang yang berasal dari interaksi sosial dalam keluarga serta penghargaan, perlakuan dan penerimaannya dari orang lain.

  Dari beberapa sumber di atas dapat disimpulkan bahwa self-esteem merupakan evaluasi atau penilaian terhadap dirinya sendiri sebagai orang yang memiliki kepercayaan terhadap diri sendiri, kemampuan, keberartian, berharga, dan kompeten dan menganalisa seberapa jauh perilakunya

  8 mempengaruhi perilaku sehari-harinya dan pada akhirnya juga dapat membina hubungan yang sehat, mendapatkan penghargaan, pelakuan, dan penerimaan dari orang lain.

2. Aspek-Aspek Self-Esteem

  Coopersmith (1976) membagi self-esteem ke dalam empat aspek, yaitu : a.

  Kekuasaan (power) Aspek ini meliputi kemampuan untuk mengontrol diri sendiri, mengendalikan dan mempengaruhi orang lain, mengorganisasi suatu kelompok dengan maksud untuk mencapai tujuan. Adanya pengaruh dan wibawa juga merupakan hal-hal yang menunjukkan adanya aspek ini pada orang lain. Bila memiliki kemampuan ini biasanya akan menunjukkan sifat-sifat asertif dan explanatory actions yang tinggi.

  Kemampuan ini ditandai adanya pengakuan dan rasa hormat yang diterima individu dari orang lain. Namun bila tidak memiliki kemampuan ini kemungkinan akan merasa tidak berdaya karena berada di bawah pengaruh orang lain yang dianggap lebih berkuasa.

  b.

  Keberartian (significance) Aspek ini merupakan penilaian individu terhadap keberartiannya, keberhargaannya termasuk penerimaan dan rasa berarti yang didapatkan dari lingkungan. Dengan kata lain dapat ditandai dengan adanya kepedulian, penilaian, dan afeksi yang diterima individu dari keluarga

  9 individu dari orang lain atau lingkungannya maka individu tersebut merasa semakin berarti. Namun bila keberartian ini tidak atau jarang mendapatkan stimulus positif dari orang lain, kemungkinan besar akan merasa ditolak dan kemudian akan mengisolasikan diri dari pergaulan.

  c.

  Kebajikan (virtue) Aspek ini merupakan ketaatan mengikuti standar moral dan etika, ditandai oleh ketaatan untuk menjauhi tingkah laku yang tidak diperbolehkan, kesesuaian diri dan kecemasan dalam mengemukakan tentang dirinya. Kesesuaian diri dengan moral dan standar etika diadaptasi individu dari nilai-nilai yang ditanamkan orangtua. Permasalahan nilai ini pada dasarnya berkisar pada persoalan benar dan salah. Batasan tentang kebajikan juga tidak akan lepas dari segala pembicaraan mengenai peraturan dan norma di dalam masyarakat, juga hal-hal yang berkaitan dengan nilai-nilai kemanusiaan, serta ketaatan dalam beragama. Namun bila kebajikan ini negatif maka kemungkinan akan lebih senang menghadapi hal-hal yang sudah dikenal dengan baik serta menyenangi hal-hal yang tidak penuh dengan tuntutan.

  d.

  Kemampuan (competence) Aspek ini merupakan kesuksesan memenuhi tuntutan prestasi, kemampuan untuk menyatakan keinginan, perasaan dan keyakinan secara langsung, jujur, dan dengan cara yang tepat tanpa mengabaikan orang lain atau kemampuan untuk mempertahankan hak-hak individu tanpa

  10 beradaptasi dengan lingkungan secara baik. Kemampuan ini juga meliputi tentang bagaimana individu melakukan inisiatif dengan baik dan kemampuan atau performansi untuk mencapai prestasi. Aspek ini dapat dipengaruhi oleh penampilan yang prima dalam upaya meraih kesuksesan dan keberhasilan. Dalam hal ini penampilan yang prima ditunjukkan dengan adanya skill atau kemampuan yang merata untuk semua usia. Dengan kemampuan yang cukup akan merasa yakin untuk mencapai apa yang dicita-citakan. Dengan kompetensi yang bagus akan membuat individu merasa bahwa setiap orang memberi dukungan padanya dan merasa mampu mengatasi setiap masalah yang dihadapinya serta mampu menghadapi lingkungannya. Namun bila tidak maka akan cenderung tidak merasa yakin akan pemikiran-pemikiran serta perasaan yang dimilikinya, cenderung takut menghadapi respon dari orang lain, tidak mampu membina komunikasi yang baik dan cenderung merasa hidupnya tidak bahagia.

3. Faktor Yang Mempengaruhi Self-Esteem

  Self-esteem seseorang tidak terbentuk begitu saja melainkan ada beberapa faktor yang mempengaruhinya.

  Menurut Coopersmith, (1976) faktor-faktor yang melatarbelakangi

  self-esteem yaitu : a.

  Pengalaman Pengalaman merupakan suatu bentuk emosi, perasaan, tindakan, dan

  11 meninggalkan kesan dalam hidup individu. (Yusuf, 2000). Seperti halnya kita mulai menciptakan internal image pada awal masa kanak-kanak dimana dalam masa pembentukan ini bila kita menerima sinyal-sinyal dan pesan-pesan negatif kita akan mengalami low self-esteem pada masa dewasa (Valencia, 2006). Pengalaman negatif seperti kelainan atau kecacatan yang tampak berbeda dari remaja lainnya membuat mereka merasa terlalu bodoh, terlalu jelek, terlalu pendek, dan lain-lain.

  Pengalaman negatif lain terjadi jika upaya agar diterima secara total dan kekaguman dari orang lain yang tidak diperoleh (Tjahjono, 1998; Page dan Page, 2000).

  b.

  Pola asuh Pola asuh merupakan sikap orangtua dalam berinteraksi dengan anak- anaknya yang meliputi cara orangtua memberikan aturan-aturan, hadiah maupun hukuman, cara orangtua menunjukkan otoritasnya, dan cara orangtua memberikan perhatiannya serta tanggapan terhadap anaknya (Shochih, 1998). Praktik pola asuh yang salah seperti perlindungan yang berlebihan, penolakan orangtua terhadap anaknya secara fisik dan psikis, orangtua yang terlalu perfeksionis mengharapkan anaknya terlampau tinggi dan terlalu menuntut anaknya untuk tampil sempurna, orangtua yang bersikap otoriter dengan menerapkan aturan yang sewenang- wenang dan menghukum secara berlebihan, serta penolakan dan kritik terhadap kegagalan-kegagalan yang selalu disoroti, serta jarangnya

  12 mendapat feedback positif akan mengembangkan self-esteem yang rendah (Tjahjono, 1998; Page dan Page, 2000).

  c.

  Lingkungan Lingkungan memberikan dampak besar kepada remaja melalui hubungan yang baik antara remaja dengan orangtua, teman sebaya, dan lingkungan sekitar sehingga menumbuhkan rasa aman dan nyaman dalam penerimaan sosial dan self-esteem-nya (Yusuf, 2000). Menurut Robert Weiss (1974), self-esteem diperoleh jika orang di sekitar kita atau lingkungan mendukung perasaan kita bahwa kita adalah orang yang berharga dan berkemampuan. Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Robinson (1995) menunjukkan bahwa dukungan orangtua dan teman sebaya sama-sama berhubungan dengan self-esteem remaja secara keseluruhan. Namun, adanya orangtua yang kurang melakukan interaksi positif dan kurang saling menghargai, membuat anak-anak merasa dirinya tidak berarti dan tidak dihargai. Selain itu, tatapan negatif ataupun komentar-komentar yang menusuk dari orang lain atau lingkungan terhadap apa yang terjadi pada remaja mengakibatkan remaja merasa tidak berarti (Tjahjono, 1998; Page dan Page, 2000). Adanya perfeksionisme, kekerasan, penerimaan kritik yang terlalu tajam, ditertawakan, diabaikan, atau dibodoh-bodohi oleh orang-orang di sekitar menyebabkan self-esteem menjadi rendah (Valencia, 2006).

  13 d.

  Sosial ekonomi Sosial ekonomi merupakan suatu yang mendasari perbuatan seseorang untuk memenuhi dorongan sosial yang memerlukan dukungan finansial yang berpengaruh pada kebutuhan hidup sehari-hari (Ali dan Asrori, 2004).

  Prestasi juga dapat memperbaiki tingkat self-esteem remaja (Bednar, Wells, & Peterson, 1989). Sebagai contohnya, proses pengajaran keterampilan secara langsung untuk remaja sering mengakibatkan adanya prestasi yang meningkat, sehingga kemudian juga meningkatkan self-

  

esteem . Self-esteem remaja meningkat menjadi lebih tinggi karena mereka

  mengetahui tugas-tugas apa yang penting untuk mencapai tujuannya, dan karena mereka telah melakukan tugas-tugasnya tersebut atau yang serupa dengan tugas-tugas tersebut. Self-esteem dapat juga meningkat ketika remaja menghadapi masalah dan berusaha untuk mengatasinya, bukan hanya menghindarinya (Bednar, Wells, & Peterson, 1989; Lazarus, 1991).

  Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi self-esteem adalah pengalaman remaja akan kejadian yang pernah di alaminya sejak masa kanak-kanak, pola asuh orangtua terhadap remaja dalam berinteraksi yang meliputi cara orangtua memberikan aturan- aturan, hadiah maupun hukuman, cara orangtua menunjukkan otoritasnya, dan cara orangtua memberikan perhatiannya serta tanggapan terhadap remaja, lingkungan yang mendukung keberadaan remaja, dan keadaan sosial

  14 berupa dukungan finansial serta adanya prestasi yang diperoleh remaja menentukan apakah self-esteem-nya tinggi atau rendah.

  Dari penjelasan secara keseluruhan tentang self-esteem di atas, dapat disimpulkan bahwa self-esteem merupakan evaluasi atau penilaian terhadap dirinya sendiri sebagai orang yang memiliki kepercayaan terhadap diri sendiri, kemampuan, keberartian, berharga, dan kompeten dan menganalisa seberapa jauh perilakunya memenuhi ideal dirinya atau yang dicita-citakannya sehingga dapat mempengaruhi perilaku sehari-harinya dan pada akhirnya juga dapat membina hubungan yang sehat, mendapatkan penghargaan, pelakuan, dan penerimaan dari orang lain. Adapun beberapa faktor yang dapat mempengaruhi

  

self-esteem antara lain adanya pengalaman masa lalu, pola asuh yang diberikan

  orangtua, keadaan lingkungan sosialnya, dan sosial ekonomi untuk memenuhi dorongan sosial individu. Beberapa aspek dari dari self-esteem seperti yang dikemukakan oleh Coopersmith (dalam Robinson dan Shaver, 1973; Burn, 1998) yaitu kekuasaan (power), keberartian (significance), kebajikan (virtue), dan kemampuan (competence).

B. REMAJA DELINKUEN 1. Remaja

  Beberapa tokoh memiliki batasan usia remaja yang berbeda-beda namun perbedaan batasan usia tersebut tidak terlalu jauh. Monks (1999) memberikan batasan usia masa remaja adalah masa diantara 12 – 21 tahun

  15 remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun masa remaja akhir. Senada dengan pendapat Suryabrata (1981) membagi masa remaja menjadi tiga, masa remaja awal 12 – 15 tahun, masa remaja pertengahan 15 – 18 tahun dan masa remaja akhir 18 – 21 tahun. Berbeda dengan pendapat Hurlock (1999) yang membagi masa remaja menjadi dua bagian, yaitu masa remaja awal 13

  • – 16 tahun, sedangkan masa remaja akhir 17 – 18 tahun.

  Batasan usia yang dipilih peneliti adalah 13 – 18 tahun yang sesuai dengan pendapat Hurlock karena sesuai dengan batasan usia maksimal remaja yang terdapat dalam Undang-Undang No. 3 Tahun 1977 tentang Pengadilan Anak dan Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang membatasi usia bahwa anak adalah belum berusia 18 tahun dan belum menikah.

  Masa remaja merupakan salah satu periode perkembangan yang dialami oleh setiap individu, sebagai masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Masa ini memiliki ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan periode perkembangan yang lain. Ciri yang menonjol pada masa ini adalah individu mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang amat pesat, baik fisik, emosional dan sosial. Hurlock (1999) pada masa remaja ini ada beberapa perubahan yang bersifat universal, yaitu meningkatnya emosi, perubahan fisik, perubahan terhadap minat dan peran, perubahan pola perilaku, nilai-nilai dan sikap ambivalen terhadap setiap perubahan. Berikut ini dijelaskan satu persatu dari ciri-ciri perubahan yang terjadi pada masa

  16

  a. Perubahan fisik Perubahan fisik berhubungan dengan aspek anotomi dan aspek fisiologis, di masa remaja kelenjar hipofesa menjadi masak dan mengeluarkan beberapa hormon, seperti hormon gonotrop yang berfungsi untuk mempercepat kemasakan sel telur dan sperma, serta mempengaruhi produksi hormon kortikortop berfungsi mempengaruhi kelenjar suprenalis, testosteron, estrogen, dan suprenalis yang mempengaruhi pertumbuhan anak sehingga terjadi percepatan pertumbuhan (Monks dkk, 1999). Dampak dari produksi hormon tersebut menurut Atwater, (1992) adalah : 1) ukuran otot bertambah dan semakin kuat; 2) testosteron menghasilkan sperma dan estrogen memproduksi sel telur sebagai tanda kemasakan;

  3) munculnya tanda-tanda kelamin sekunder seperti membesarnya payudara, berubahnya suara, ejakulasi pertama, tumbuhnya rambut- rambut halus disekitar kemaluan, ketiak dan muka.

  b. Perubahan Emosional Pola emosi pada masa remaja sama dengan pola emosi pada masa kanak- kanak. Pola-pola emosi itu berupa marah, takut, cemburu, ingin tahu, iri hati, gembira, sedih dan kasih sayang. Perbedaan terletak pada rangsangan yang membangkitkan emosi dan pengendalian dalam mengekspresikan emosi. Remaja umumnya memiliki kondisi emosi yang

  17 tekanan (Hurlock, 1999). Bila pada akhir masa remaja mampu menahan diri untuk tidak mengeksperesikan emosi secara ekstrem dan mampu mengekspresikan emosi secara tepat sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan dan dengan cara yang dapat diterima masyarakat, dengan kata lain remaja yang mencapai kematangan emosi akan memberikan reaksi emosi yang stabil (Hurlock, 1999). Nuryoto (1992) menyebutkan ciri-ciri kematangan emosi pada masa remaja yang ditandai dengan sikap sebagai berikut: 1) tidak bersikap kekanak-kanakan; 2) bersikap rasional; 3) bersikap objektif; 4) dapat menerima kritikan orang lain sebagai pedoman untuk bertindak lebih lanjut;

  5) bertanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukan; 6) mampu menghadapi masalah dan tantangan yang dihadapi.

  c. Perubahaan sosial Perubahan fisik dan emosi pada masa remaja juga mengakibatkan perubahan dan perkembangan remaja. Monks, dkk (1999) menyebutkan dua bentuk perkembangan remaja yaitu, memisahkan diri dari orangtua dan menuju kearah teman sebaya. Remaja berusaha melepaskan diri dari otoritas orangtua dengan maksud menemukan jati diri. Remaja lebih banyak berada di luar rumah dan berkumpul bersama teman sebayanya

  18 dimiliki. Kondisi ini membuat remaja sangat rentan terhadap pengaruh teman dalam hal minat, sikap penampilan dan perilaku. Perubahan yang paling menonjol adalah hubungan heteroseksual. Remaja akan memperlihatkan perubahan radikal dari tidak menyukai lawan jenis menjadi lebih menyukai. Remaja ingin diterima, diperhatikan dan dicintai oleh lawan jenis dan kelompoknya.

  Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan atau perkembangan baik secara fisik, emosional, ekonomi, psikologis, dan kognitif yang berada diusia antara 13 – 18 tahun.

2. Delinkuen

  Delinquent berasal dari bahasa latin “delinquere” yang berarti

  terabaikan, mengabaikan, yang kemudian diperluas artinya menjadi jahat, nakal, anti sosial, kriminal, pelanggar aturan, pembuat ribut, pengacau, peneror, durjana dan lain sebagainya (Kartono, 2003).

  Menurut B. Simanjuntak (dalam Sudarsono, 1990), suatu perbuatan disebut delinkuen apabila perbuatan-perbuatan tersebut bertentangan dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat di mana ia hidup, atau suatu perbuatan yang anti-sosial di mana di dalamnya terkandung unsur-unsur anti-normatif. May (1983) menganggap bahwa delinkuen itu merupakan satu manifestasi dari kebudayaan remaja.

  19 Fuad Hasan (dalam Sudarsono, 1990) sendiri mendefinisikan delinkuen sebagai perbuatan asosial yang dilakukan oleh anak remaja yang apabila perbuatan tersebut dilakukan oleh orang dewasa, perbuatan tersebut disebut sebagai tindak kejahatan.

  Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa delinkuen adalah tindakan yang dilakukan anak remaja yang bersifat melawan hukum, anti sosial, anti susila, dan menyalahi norma-norma agama yang dapat mengakibatkan kerugian dan kerusakan baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain dan bila dilakukan oleh orang dewasa, perbuatan tersebut disebut sebagai tindak kejahatan.

3. Remaja Delinkuen a.

  Definisi Menurut Gold dan Petronio (1980), remaja delinkuen adalah seseorang yang belum dewasa yang sengaja melanggar hukum dan yang diketahui oleh anak itu sendiri bahwa jika perbuatan itu sempat diketahui oleh petugas hukum ia bisa dikenai hukuman.

  Remaja delinkuen dijelaskan oleh Sudarsono (1997) bahwa apabila seorang anak masih berada dalam fase-fase usia remaja kemudian melakukan pelanggaran terhadap norma-norma hukum, sosial, susila dan agama.

  Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa remaja delinkuen adalah seorang anak yang belum dewasa yang melanggar norma-norma

  20 hukum, sosial, susila, dan agama dan jika perbuatan tersebut diketahui oleh petugas hukum dapat dikenai sanksi.

  b.

  Karakteristik Remaja Delinkuen Menurut Kartono (2003), remaja nakal itu mempunyai karakteristik umum yang sangat berbeda dengan remaja tidak nakal. Perbedaan itu mencakup : 1)

  Perbedaan struktur intelektual Pada umumnya inteligensi mereka tidak berbeda dengan inteligensi remaja yang normal, namun jelas terdapat fungsi-fungsi kognitif khusus yang berbeda. Biasanya remaja delinkuen ini mendapatkan nilai lebih tinggi untuk tugas-tugas prestasi daripada nilai untuk keterampilan verbal (tes Wechsler). Mereka kurang toleran terhadap hal-hal yang ambigius biasanya mereka kurang mampu memperhitungkan tingkah laku orang lain bahkan tidak menghargai pribadi lain dan menganggap orang lain sebagai cerminan dari diri sendiri. 2)

  Perbedaan fisik dan psikis Remaja delinkuen ini lebih “idiot secara moral” dan memiliki perbedaan ciri karakteristik yang jasmaniah sejak lahir jika dibandingkan dengan remaja normal. Bentuk tubuh mereka lebih kekar, berotot, kuat, dan pada umumnya bersikap lebih agresif. Hasil penelitian juga menunjukkan ditemukannya fungsi fisiologis dan

  21 bereaksi terhadap stimulus kesakitan dan menunjukkan ketidakmatangan jasmaniah atau anomali perkembangan tertentu. 3)

  Ciri karakteristik individual Remaja delinkuen ini mempunyai sifat kepribadian khusus yang menyimpang, seperti : a)