Oposisi revolusioner pemikiran Tan Malaka dan Gerakan Persatuan Perjuangan di masa revolusi Indonesia 1945-1946 - USD Repository

  OPOSISI REVOLUSIONER: Pemikiran Tan Malaka dan Gerakan Persatuan Perjuangan di masa Revolusi Indonesia 1945-1946

  Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Program Studi Ilmu Sejarah

  Oleh :

  Stephanus Agung Budyawan NIM : 004314003

  PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN ILMU SEJARAH FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

  ..

  Tumpulkan ketajamanmu Lepaskan keterikatanmu Pandanglah dengan mata batinmu Rendahkan diri serendah tanah

  Nanti ‘kan muncul kesadaran yang lama tak kelihatan Sesungguhnyalah itu sumber segala sesuatu.

  Senandung Pembawa Cahaya Puncak Suroloyo, 20 Mei 2008 Seratus tahun Kebangkitan Nasional

  Tidak kepada kesian-siaan

  ABSTRAK

  Stephanus Agung Budyawan, Oposisi Revolusioner: Pemikiran Tan Malaka dan Gerakan Persatuan Perjuangan di Masa Revolusi 1945-1946. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Ilmu Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma, 2008.

  Di dalam studi sejarah masa Revolusi Kemerdekaan Indonesia, sejarawan sering menulis bahwa rakyat, pemerintah serta tentara selalu dalam satu koordinasi dan bekerja secara bahu-membahu dengan penuh semangat menggelora. Beberapa penulisan sejarah tidak menunjukkan gerakan oposisi dan ada beberapa kelompok dalam perjuangan kemerdekaan.

  Studi ini bermaksud untuk memberikan perspektif baru pada gerakan oposisi di masa revolusi dilihat dari latar belakang, pelaku dan rekonstruksi gerakannya. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode analisa- diskriptif. Penelitian berdasar pada sumber dari buku-buku hasil penelitan yang sesuai dengan topik, surat kabar dari masa yang sama, dokumen-dokumen, dan artikle yang didapat dari internet. Penelitian menganalisa hubungan sebab-akibat antara satu kejadian dengan kejadian lain yang berbubungan dan mendiskripsikannya. Penelitian ini bertujuan untuk mencoba menganalisa dan mendeskripsikan situasi politik setelah proklamasi; bagaimana Tan Malaka mengurai strategi revolusi kemerdekaan yang menginspirasi Persatuan Perjuangan (PP); bagaimana PP melaksanakan pemikiran Tan Malaka dan mengorganisir diri; serta bagaimana pemerintah merespon gerakan oposisi dan menghancukan konsolidasi oposisi.

  Secara umum, studi ini menunjukkan bahwa PP lahir sebagai respon dari kebijakan pemerintah yang memilih jalan diplomasi untuk mencapai kemerdekaan. Berawal dari Tan Malaka yang menulis tiga buah brosur (Politik,

  Rencana Ekonomi Berjuang, d a n Muslihat) sebagai konsep strategi

  dekolonialisasi bagi Indonesia, untuk merespon Perjuangan Kita, sebuah konsep yang ditulis oleh Sutan Syahrir sebagai Perdana Menteri yang digunakan sebagai panduan langkah pemerintah, dinamika berkembang.

  Menurut PP yang dimotori oleh kaum muda, rakyat dapat menacapai kemerdekaan 100% tanpa diplomasi tetapi menggunakan jalan yang lebih radikal, perjuangan. PP yang beranggotakan 141 oranganisasi menjadi lebih legitimate dari pada parlemen (KNIP) dan pemerintah. Ini menjadi merupakan masalah karena pemerintah akan melakukan diplomasi. Maka pemerintah dengan tindakan yang represif bermaksud menghancurkan konsolidasi oposisi dengan menangkap para pimpinan PP, membuat infiltrasi untuk memecah PP, membagi black

  propaganda atas Tan Malaka. Setelah PP lumpuh, diplomasi berjalan terus dan pemerintah akan mendapati tantangan baru.

  Kata kunci: oposisi, revolusi, dekolonialisasi, diplomasi, perjuangan, kemerdekaan 100%, gerakan, persatuan perjuangan.

  ABSTRACT

  Stephanus Agung Budyawan, Revolutionary Opposition: Tan Malaka’s Thoughts and Persatuan Perjuangan Movement in Revolusi Period 1945-1946. Undergraduate Thesis. Yogyakarta: Department of History, Faculty of Letters, Sanata Dharma University, 2010.

  In the historical studies related to Indonesian’s Independence Revolution period, historians often rewrite that our people with the government and the army always in one coordination and they work in a cooperative condition with heroic spirit. Some historiography did not show the opposition movement and there were some groups in the independence struggle.

  This study intends to bring a new perspective on opposition movement in revolution period, seen from its background, actors and reconstruction of the movement. The method used in the study is an analytical-descriptive method. The study is based on the sources from the study of books related to the topic, newspapers, documents, and articles cited from internet. The study analyze the cause-effect connection between the event and other related events, and describe the events. Moreover, it tries to analyze and describe the political situation after proclamation; how Tan Malaka described revolution strategy which inspire

  Persatuan Perjuangan (PP); how PP implement the Tan Malaka’s thought and

  organize itself; and how government respond the opposition movement and break the opposition consolidation.

  In general, this study shows that PP w a s born as the respond of the government policy which choose diplomacy way to achieve independence. Started from Tan Malaka who wrote three brochure (Politik, Rencana Ekonomi Berjuang and Muslihat) as a decolonialization strategy concept for Indonesia to respond

  Perjuangan Kita, a concept which wrote by Sutan Syahrir as Prime Minister which used as diplomacy guideline for the government, the dynamics developed.

  According to PP which motorized by the youth, people could get Independence 100% without diplomacy but used more radical way, struggle. PP which 141 organizations as members become more legitimate than parliament (KNIP) and government. And it was trouble if government would like to make diplomacy. So, government with repressive act has to break the PP consolidation with catch the PP leader, make an infiltration and share the black propaganda for Tan Malaka. After PP broke, diplomacy had gone through and government would met a new challenge.

  Key words: oposition, revolution, decolonialization, diplomacy, strugle, kemerdekaan 100% (100% independence), movement, persatuan perjuangan.

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Stephanus Agung Budyawan Nomor Mahasiswa : 004314003

  Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

  

OPOSISI REVOLUSIONER: Pemikiran Tan Malaka dan Gerakan Persatuan

Perjuangan di Masa Revolusi Indonesia 1945 − 1946

  beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me- ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun mem- berikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

  Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 25 Oktober 2008 Yang menyatakan ( Stephanus Agung Budyawan )

KATA PENGANTAR

  Skripsi ini disusun sebagai syarat tugas akhir untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra pada Jurusan Ilmu Sejarah. Sebuah upaya formal pencapaian tataran akademik yang harus dilewati yang sekian lama tak terpikir pun akhirnya terpenuhi. Setelah sekian lama penulis memilih jalan simpang yang tidak pernah penulis sesali karena ada nilai yang harus didialektikakan dengan tantangan perubahan dari tahun 2000 hingga tahun 2008 ini, mulai Mardi Mudha Jogonalan, FPPI, Ngompoli, Tajam, LBD-Jaka Tarub, Matapena, PSM, Ngompoli, GJB, Bawana, hingga Sarikraman dan beberapa perencanaan lain ke depan, proses ini pun berlalu.

  Skripsi ini tidak akan pernah selesai jika tidak ada bantuan dan “gangguan” secara langsung atau tidak langsung dari beberapa pihak melalui ucapan, tindakan dan pemikiran yang ditimpakan pada penulis. Maka dari itu dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:

  1. Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan seluruh Sivitas Akademika di USD yang telah memberi tempat bagi penulis untuk mengembangkan kemampuan akademik.

  2. Kepala Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma Yogyakarta sejak dijabat oleh Bu Ning, Pak Pur hingga Pak Herry bersama dengan para dosen Ilmu Sejarah dan komunitas “Wisma A”.

  3. Bp. H. Purwanta, M.A yang menjadi pembimbing yang menyenangkan.

  4. Keluarga Sornangka. Bapak, Ibu, Kang Santo, Yu Mimi, Mbak Dini, Jupri, Dhita, Mas Aris, Yu Suk hingga Hersas.

  5. Ines yang selalu “mengganggu” dan juga nita yang pernah meminjamkan laptop.

  6. Teman-teman di Jurusan Ilmu Sejarah dan di kampus. Upik, Pokie, Qser, Yus, Adit, Teguh, Fajar, Sisca, Agnes, Tika, Yanti, Lazarus, Nanang, Hananto, dan banyak lagi yang tak tersebut.

  7. Kawan-kawan dalam perjumpaan pesaudaraan yang bermakna di Sagan, Concat, Kadipaten, Papringan, IAIN, Bantul, Wiratama, Gedongkiwo, Werkudara, Ndampit, Samigaluh, Sukolilo, Cigugur, dan banyak yang tak tersebutkan. Jabat erat dalam rasa.

  8. Kang Nasarius Sudaryono dan Mbak Tiwi beserta Lintang dan Bayu bersama reriungan di Ngabean Wetan-Kuwera. Terimakasih pinjaman laptopnya. Rombongan Sarikraman bersama Wiridannya. Mas Gemax, The Great Cathax, Tomi, Sugeng Yoyon, Kemo, Inug, Sondang, Anik, Kak Ochi dan lain sebagainya. “Ada makna dalam sulam jumpa ini.”

  9. Orang-orang yang mendorong dan menginspirasi penyelesaian skripsi ini. Kedah- kedahe ben dadi sarjana. Teguh, Badu, Tobu, Prengki, Bapake, Kang Jarwo, dll.

  10. Pegawai Perpustakaan Daerah dan Alocita. Terimakasih. Hati-hati dengan aksi siluman lho.

  11. Nama-nama lain yang tidak dapat saya sebut satu per satu karena keterbatasan ruang formal ini. Terimakasih.

  Skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis mohon kerelaan pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun bagi tercapainya kesempurnaan skripsi ini.

  Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan terutama bagi perkembangan sejarah Indonesia.

  Yogyakarta, 15 Agustus 2008

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ iii HALAMAN MOTTO ........................................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................................. v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA................................................................. vi ABSTRAK ............................................................................................................. vii ABSTRACT........................................................................................................... viii KATA PENGANTAR............................................................................................ ix DAFTAR ISI.......................................................................................................... xi

  BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah....................................................................... 1 B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah ..................................................

  5 C. Perumusan Masalah .............................................................................

  7 D. Tujuan Penelitian .................................................................................

  7 E. Manfaat Penelitian................................................................................

  8 F. Kajian Pustaka......................................................................................

  9 G. Landasan Teori .................................................................................... 10

  H. Metode Penelitian ................................................................................ 14

  I. Sistematika Penulisan ......................................................................... 16

  BAB II STRATEGI REVOLUSI INDONESIA DALAM PEMIKIRAN TAN MALAKA ................................................. 18 A. Latar Belakang Pemikiran Tan Malaka ............................................... 18 B. Trilogi Revolusi.................................................................................... 24

  1. Politik ...................................................................................... 24

  2. Ekonomi Berdjuang.................................................................. 29

  3. Muslihat ................................................................................... 37

  BAB III SITUASI POLITIK PASCA PROKLAMASI......................................................................... 42 A. Pemuda dan Revolusi .......................................................................... 42 B. Langkah Pemerintah............................................................................. 47 C. Kabinet Syahrir dan “Perdjoeangan Kita” ........................................... 51 D. Tan Malaka dan Pemuda ..................................................................... 58 BAB IV PERSATUAN PERJUANGAN DI PANGGUNG REPUBLIK................................................................. 64 A. Tan Malaka dan Konsolidasi Bangkitnya Volksfront.......................... 64 B. Puncak Konsolidasi Persatuan Perjuangan .......................................... 70 C. Upaya Pemerintah Menumpas Oposisi ............................................... 73 BAB V DIPLOMASI TANPA OPOSISI .............................................................. 81 A. “Razia Maret ‘46” ................................................................................ 81

  B. Penculikan Syahrir dan Kudeta 3 Juli 1946 ........................................ 87

  C. Strategi dalam Revolusi ....................................................................... 95

  BAB VI PENUTUP ............................................................................................... 102 A. Simpulan .............................................................................................. 102 B. Saran .................................................................................................... 104 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 106 Lampiran I ............................................................................................................. 112 Lampiran II ............................................................................................................ 113 Lampiran III .......................................................................................................... 116 Lampiran IV .......................................................................................................... 117 Biodata Penulis ...................................................................................................... 118

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tradisi penguraian sejarah selama ini menyebut bahwa seluruh rakyat Indonesia dan elit pemimpin saling bahu-membahu dalam satu koordinasi selama

  1

  revolusi ternyata memiliki dasar sejarah yang kuat. O.E. Engelen dalam Lahirnya

2 Satu Negara Bangsa menggambarkan hal tersebut. Buku ini menyebutkan bahwa

  para mahasiswa di Jakarta tergabung dalam gerakan kebangsaan tidak diawali dengan suatu kesepakatan bersama tetapi hanya bentuk solidaritas (aktivisme)

  3

  sesama anak muda. Sudjarwo dan Yang A. Muttalib dalam “Gelandangan di

4 Kancah Revolusi” juga menyampaikan bahwa rakyat kecil juga terlibat dalam proses perjuangan akan tetapi tidak dalam satu komando seperti tentara rakyat.

  Bentuk keterlibatannya beraneka macam, seperti para gelandangan di Yogyakarta yang turut membantu kaum pergerakkan tanpa ada suatu arahan (bahkan satu dua orang ada yang tidak mempedulikan soal kemerdekaan politik) tetapi karena

  1 Frederick, William H. dan Soeroto, Soeri, (eds), 2005, Pemahaman Sejarah

Indonesia: Sebelum dan Sesudah Revolusi. Jakarta: LP3ES, hlm. 13.

2 Engelen, O.E., et.al., 1997, Lahirnya Satu Bangsa dan Negara. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. 3 4 Ibid., hlm. 231.

  5

  semangat zaman waktu itu menggerakkan mereka. Hal ini disampaikan tidak untuk menegasikan peran mereka. Akan tetapi keyakinan bahwa masa revolusi itu merupakan jaman yang paling cemerlang dalam sejarah Indonesia menjadi kenyataan yang tak terpungkiri. Hak Indonesia akan kemerdekaan ditunjukkan dengan pengorbanan-pengorbanan yang dilakukan atas nama Revolusi memang

  

6

  banyak bukti yang mendukung. Berbagai penyeledikan tentang hal tersebut terus berkembang, paling tidak semakin memberi gambaran tentang struktur historis di masa yang kacau balau tersebut.

  Bersama kelahiran negara ini, bangsa ini juga melahirkan barisan oposisi

  7 yang kritis bahkan sampai pada gerakan rakyat hingga parlemen secara massif.

  Keragaman langkah dalam revolusi dapat dilihat dengan munculnya kekuatan- kekuatan yang saling bertentangan. Barisan pendukung diplomasi dan pendukung jalan perjuangan, pertantentangan antara golongan tua dan muda, antara kekuatan Islam dan sekuler, dan sebagainya. Perbedaan itu dengan kuat memberi gambaran yang dinamis atas revolusi Indonesia dengan satu kesepakatan diantara para kaum revolusioner itu yakni kemerdekaan sebagai tujuan pertama.

  G. Moedjanto melihat perbedaan strategi menuju kemerdekaan politik

  8

  meruncing pada kubu diplomasi dan perjuangan Keduanya tidak dapat 5 6 Ibid., hlm. 98.

  M.C. Ricklef, 1991, Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, hlm. 317. 7 P.J. Suwarno, 1996, “Negara Republik Indonesia yang Berkedaulatan Rakyat” dalam Y.B. Banawiratma SJ dan P.J. Suwarno (ed) Teologi Pemerdekaan: Sebuah Tinjauan Lintas Bidang. Yogyakarta: Kanisius, hal.20. 8 dipisahkan dari peran Sutan Syahrir dan Tan Malaka yang membangun kekuatan sesuai dengan strategi yang dipilih. Untuk memahami keadaan politik di Jakarta di bulan-bulan awal setelah Proklamasi, perlu dilihat dulu putusnya hubungan politik administrasi pemerintahan dan militer dengan daerah-daerah. Pada masa itu, para pemuda memainkan peran penting. Berawal dari upaya menyebarkan berita tentang Proklamasi ke daerah-daerah, para pemuda melakukan berbagai aksi-aksi sebagai bentuk “euforia” a t a s diperolehnya kemerdekaan yang tidak jarang berujung pada tindakan-tindakan kekerasan di daerah. Tindakan para pemuda tersebut juga sebagai reaksi atas kehendak sekutu untuk kembali. Pemerintahan Sukarno-Hatta tidak dapat maksimal mengendalikan para pemuda di daerah.

  Berbagai kemungkinan dapat terjadi di tengah revolusi kemerdekaan. Karena itu, di tengah upaya membangun dukungan kepemimpinan, pemerintahan Sukarno-Hatta berusaha menyikapi situasi terburuk atas kepemimpinan revolusi Indonesia yang mungkin akan ditangkap dengan dakwaan kolaborator karena tertuduh membantu Jepang. Soekarno, kemudian, membuat surat wasiat yang berisi kepada siapa pimpinan revolusi diberikan jika ia ditangkap pihak Sekutu. Soekarno bermaksud menyerahkan wasiat kepemimpinan tersebut kepada Tan Malaka. Namun, atas usul Hatta yang kemudian juga ikut menandatangani surat wasiat tersebut, kepemimpinan akan diserahkan tidak hanya kepada Tan Malaka, tetapi juga kepada Sutan Syahrir, Mr. Subardjo (Menteri Luar Negeri),

  9 Wongsonegoro (Tokoh Nasionalis) dan Iwa Kusuma Sumantri (Menteri Sosial).

  9

  Persoalan-persoalan tersebut di atas, mengakibatkan kabinet Soekarno- Hatta jatuh, diawali dengan berubahnya sistem pemerintahan presidensiil menjadi parlementer dengan diubahnya KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat) sebagai lembaga legislatif. Perubahan ini diakibatkan oleh petisi tanggal 7 Oktober 1945 yang ditandatangani 40 anggota KNIP. Kemudian pada tanggal 17 Oktober 1945, fungsi legislatif KNIP dilaksanakan oleh Badan Pekerja, dimana kabinet bertanggungjawab kepadanya, perubahan ini merupakah hasil manuver Syahrir dan orang-orangnya. Syahrir kemudian diangkat sebagi ketua Badan Pekerja dan Amir Sjarifoeddin sebagai wakil. Pada tanggal

  11 November 1945, Badan Pekerja KNIP menunjuk Syahrir sebagi formatur kabinet. Akhirnya, Sutan Syahrir diangkat menjadi Perdana Menteri pada tangal 14 November 1945 dalam usia 36 tahun. Sebagai Perdana Menteri, ia segera menghadapi oposisi dari Tan Malaka yang kemudian bisa mempersatukan kaum oposan dan tentara yang menolak sikap pemerintahan Syahrir karena memilih untuk membuka perundingan dengan

  10 Belanda dan tidak menyetujui komposisi atas kabinetnya.

  Dengan demikian, kemunculan Sutan Syahrir di dalam kalangan elit pergerakan di Jakarta mampu memberi nuansa lain karena ia tidak pernah bekerja sama dengan pihak Jepang sehingga ia dapat diterima oleh pihak Sekutu. Ia dapat menjadi tokoh berpengaruh di kalangan elit terpelajar di ibukota. Fampletnya dengan judul Pejuangan Kita menawarkan perspektif gagasan revolusi sosialis internasional. Famplet itu juga mengurai revolusi yang bersifat demokratis, anti bangsawan dan anti fasis serta menentang orang seperti Sukarno dan Hatta yang dianggap sebagai kolaborator.

  Sementara itu, Tan Malaka bersama dengan para pemuda dan mendapat dukungan militer memilih berpisah jalan dengan tetap menyuarakan “Merdeka 100%” yang dilakukan dengan melihat semangat rakyat yang membara. Angkat senjata dengan senjata hasil pelucutan dari Jepang pun menjadi hal yang dekat

  11 untuk ditempuh.

  Yang menarik adalah jalan diplomasi dan perjuangan dilontarkan sebagai pilihan strategis dilatari dengan ladasan pemikiran yang ideologis dengan rasionalisasi yang mendalam. Jika pemikiran Sutan Syahrir yang tercantum dalam

  Perjuangan Kita dijadikan rujukan pemerintah mengambil kebijakan diplomasi,

  Persatuan Perjuangan sebagai wadah konsolidasi barisan oposisi mengambil ide- ide Tan Malaka dalam Muslihat (dan Politik serta Rencana Ekonomi Berjuang) sebagai basis pemikiran strategis dalam proses dekolonisasi. Dasar pemikiran oposisi ini perlu dikaji sebagai latar dari gerakan oposisi di awal republik ini.

B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah

  Dari uraian pada sub bab latar belakang dapat diidentifikasi berbagai permasalahan, antara lain pemikiran Syahrir dan Tan Malaka yang relatif dominan mewarnai dinamika politik selama revolusi kemerdekaan.

  Dalam penulisan ini, pembahasan akan dibatasi pada pemikiran Tan Malaka dan gerakan pemuda pada kurun waktu Agustus 1945 sampai dengan Juli 1946. Bulan Agustus 1945 merupakan awal proses revolusi kemerdekaan Indonesia dengan dibacakannya teks proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Semangat dan keberanian kaum muda yang mendorong terjadi peristiwa bersejarah itu terus berkobar hingga daerah-daerah dan diikuti langkah- lagkah dekolonialisasi. Proses itu tidak berjalan dengan terencana karena pilihan langkah strategis di kalangan para pemimpin mendapat tentangan dari para pemuda dan unsur kemiliteran di daerah-daerah yang melahirkan barisan oposisi yang bersatu dalam Persatuan Perjuangan. Gerakan oposisi di awal kemerdekaan ini terus berjalan sampai pertengahan tahun 1946. Bulan Juli 1946 dapat disebut sebagai masa berakhirnya gerakan Persatuan Perjuangan karena pada bulan tersebut upaya terakhir barisan oposisi untuk melakukan pengambilalihan kekuasaan pada tanggal 3 Juli 1946 (peristiwa 3 Juli) gagal. G erakan oposisi dalam Persatuan Perjuangan dapat dikatakan telah usai. Berbagai perundingan akhirnya lancar dijalankan tanpa penghalang yang berarti dari internal republik. Dengan demikian berakhirlah konsolidasi oposisi dan melajulah pemerintah dengan strategi diplomasi

  Seluruh uraian dalam tulisan ini, mengambil spatial scope di Jawa karena Jawa di masa itu merupakan pusat pergerakan revolusioner. Selain karena, Jakarta dan Yogyakarta menjadi ibukota republik ini. C. Perumusan Masalah

  1. Bagaimana gagasan politik Tan Malaka yang mempengaruhi gerakan oposisi dan praksis perjuangan gagasan tersebut?

  2. Bagaimana situasi politik yang terjadi di awal kelahiran Republik Indonesia?

  3. Bagaimana Persatuan Perjuangan sebagai oposisi permerintah mengorganisir diri dan menjalankan programnya dan bagaimana pemerintah menghadapi barisan oposisi persatuan perjuangan?

  4. Pelajaran apa yang bisa dipetik dari peristiwa di seputar Gerakan Persatuan Pejuangan?

  D. Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan tentang Pemikiran Tan Malaka dan Gerakan Persatuan Perjuangan adalah sebagai berikut :

  1. Mendeskripsikan pemikiran politik Tan Malaka di awal kelahiran republik ini yang menginspirasi gerakan Persatuan Perjuangan.

  2. Mendeskripsikan dan menganalisis momen- momen politik penting yang terjadi pasca Proklamasi yang berpangaruh pada kelahiran barisan oposisi.

  3. Mendeskripsikan dan menganalisis tindakan pemerintah dalam menghadapi barisan oposisi serta antiklimaks gerakan Persatuan Perjuangan.

  4. Merefleksikan Persatuan Perjuangan sebagai gerakan oposisi di awal

E. Manfaat Penelitian

  Oposisi sebagai gerakan bahkan ketika baru menjadi pemikiran kadang dianggap tabu, terutama di masa Orde Baru. Oleh karena itu, setiap oposan selayaknya perlu disingkirkan karena menganggu jalannya roda kebijakan pemerintah. Akan tetapi dari perspektif lain oposisi dapat disebut sebagai bagian penyempurna atau kritik yang membangun dari langkah kebijakan pemerintah. Justru pemerintah harusnya mengakomodir hal- hal positif dari para oposan.

  Selain itu, tetang peran dan ketokohan Tan Malaka selama ini ditiadakan begitu saja dalam arus penulisan sejarah politik di Indonesia perlu ditampilkan sebagaimana mestinya. Dan yang lebih penting adalah perkembangan pemikiran tentang politik yang di Indonesia saat ini dapat dikatakan krisis pemikiran politik.

  Membicarakan Tan Malaka adalah juga membicarakan nasib pemikiran politik dan nasib gerakan rakyat.

  Dengan mengembangkan pemikiran politik secara utuh (komprehensif), dinamika politik di Indonesia pasca reformasi diharapkan dapat semakin mendekati cita-cita perubahan. Arti penting dari penelitian ini bagi penulis adalah mengetahui sejauh mana pemikiran dan tindakan yang dilakukan Tan Malaka mempengaruhi jalannya revolusi kemerdekaan Indonesia. Selain itu juga sebagai upaya membuka khazanah dengan mencoba membongkar silang gagasan tentang revolusi kemerdekaan di Indonesia sehingga kita memperoleh bahan pemikiran yang berguna bagi cita-cita kedaulatan negeri ini.

  Gagasan ataupun teori mengenai revolusi jika tidak tersusun berdasarkan pengalaman sejarah masyarakat hanya akan menjadi sebuah verbalisme dan aktivisme yang oportunis ataupun advonturir. Apalagi memaksakan sebuah teori revolusi yang berasal dari luar tanpa menimbang kondisi yang berlainan justru hanya akan menjadi dogma-dogma yang menghantar para pengikutnya menjadi

  12 domba-domba revolusi.

  Penelitian ini juga dimaksudkan sebagai sumbangsih bahan gagasan bagi solusi kondisi berbangsa dan bernegara serta kehidupan rakyat yang tidak pernah mendapatkan kemajuan berarti dengan membangun inspirasi bagi perjuangan dan upaya menyusun perubahan. Pengalaman-pengalaman sejarah dan perkembangan masyarakat dalam pengertian sejarah penindasan dan sejarah perlawanannya hendaknya menjadi inspirasi perjuangan bangsa ini. Teori revolusi yang tersusun berdasarkan praksis perjuangan akan membawa tindakan revolusi menjadi terarah.

  F.

  Kajian Pustaka

  Kajian tentang pemikiran Tan Malaka telah banyak dilakukan, terlebih setelah tumbangnya pemerintahan Soeharto. Meskipun demikian tidak semua pustaka yang ada menampilkan pergerakan Persatuan Perjuangan secara menyeluruh.

  Sedang penelitian yang mengambif fokus yang kurang lebih sama atau mendekati tema yang sama adalah thesis S-2 Safrizal Rambe yang telah 12 dibukukan dengan j u d u l Pemikiran Politik Tan Malaka, Kajian terhadap

  Perjuangan ‘Sang Kiri Nasionalis’; Jalan Penghubung Memahami Madilog,

  terbitan Pustaka Pelajar tahun 2003. Berikutnya adalah Skripsi dari Jurusan Hubungan Internasional Universitas Muhamadiyah Yogyakarta karya Gunawan yang berjudul “Strategi Melawan Imperialisme dalam Revolusi Kemerdekaan Indonesia, Studi Pemikian Syahrir dan Tan Malaka” tahun 2004.

  Selanjutnya Harry A. Poeze telah menulis biografi Tan Malaka dengan pendekatan multidisiplin. Buku tersebut dalam terjemahan Kabul Dewani terbit dalam dua jilid yakni Tan Malaka: Pergulatan Menuju Republik 1897-1925 dan

  Pergulatan Menuju Republik 1926-1945. Kedua buku ini sangat membantu dalam

  memahami sejarah hidup Tan Malaka dan proses pembentukan pemikiran- pemikirannya.

  Gambaran dinamika dan situasi pergerakan pemuda di masa revolusi 1945 dapat dikaji dari tulisan Ben Anderson yang berjudul Pemoeda: Pendudukan

  Jepang dan Perlawanan di Jawa 1944-1946. Buku yang diterjemahan Jiman

  Rumbo dan diterbitkan oleh Sinar Harapan ini mampu memberikan banyak informasi dan alur kronologis serta memberikan analisa dari berbagai perspektif. .

G. Landasan Teori

  Sejarah merupakan sebuah bangunan atau konstruksi yang disusun oleh sejarawan berdasarkan atas sumber-sumber yang terkait. Penulisan sejarah sangat penting dalam rangka mempertahankan sebuah kekuasaan. Adakalanya sejarah di“hilangkan” atau di“buat” secara fiktif. Kecenderungan yang muncul adalah tekanan-tekanan dari pihak yang berkuasa. K ebebasan yang seharusnya mengilhami penulisan sejarah berangsur-angsur meningkat dan cukup banyak menghasilkan karya, namun pada umumnya masih berupa karya sejarah yang tergolong dalam sejarah naratif karena ditulis tanpa memakai teori dan metodologi sejarah.

  Tulisan mengenai sejarah politik merupakan yang paling banyak jika dibandingkan dengan tulisan sejarah lainnya. Paling tidak tinjauan politik dalam penulisan sejarah sangat penting. Sejarah politik tidak hanya menarasikan sebuah

  13

  peristiwa namun menganalisa dan menerangkannya secara lebih mendalam . Hal itu bisa ditempuh dengan pendekatan intelektual/sejarah pemikiran. Dengan pendekatan intelektual, sejarah politik dapat dipahami dari latar belakang pemikiran yang melingkupi sebuah gerakan atau peristiwa politik.

  Tulisan ini merupakan salah satu contoh dari sebuah tulisan mengenai sejarah politik. Jika sejarah dipandang identik dengan ilmu politik, hal itu cukup berlaku di Indonesia. Sebagaimana yang dikatakan Sartono Kartodirjo dalam bukunya yang berjudul Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah, tradisi penulisan sejarah politik ditentukan oleh kejadian-kejadian politik, militer dan diplomasi serta peperangan. Keduanya sangat menonjol, di samping peranan orang-orang besar yang menentukan jalannya sejarah. Bahkan dikatakan bahwa

  14 “politik adalah sejarah masa kini dan sejarah adalah politik masa lampau”. 13 14 Kuntowijoyo,2002, Metolodologi Sejarah.Yogyakarta:Tiara Wacana, hlm. 146.

  Dalam melakukan sesuatau orang atau sekelompok orang dapat diinspirasi oleh banyak hal salah satunya oleh cita-cita dan pemikiran. Penelitian ini mencoba mengetengahkan salah satu fase dalam sejarah kita, bahwa suatu gerakan politik di negeri ini pernah diinspirasi oleh pemikiran yang konseptual strategis. Gerakan itu adalah Persatuan Perjuangan yang merupakan suatu langkah implementasi cita-cita kemerdekaan 100% dan pemikiran strategis yang ditawarkan oleh Tan Malaka.

  ”Tidak ada tindakan-tindakan revolusioner tanpa teori- teori

  15

  revolusioner.” Ungkapan Vladimir Ulyanov Lenin tersebut merupakan dasar yang penting bagi para Marxian. Pemikiran dan teori perubahan merupakan peta jalan yang harus ditempuh bagi kaum revolusioner dengan kerja-kerja revolusi yang dapat berupa pengorganisasian massa hingga angkat senjata sebagai konsekuensi perjuangan. Bukankah bagi kaum Marxian hanyalah kerja yang menyatukan idealita dengan realita. Kerja-kerja revolusi adalah keniscayaan

  16

  dalam perjuangan mewujudkan cita-cita revolusi. Pada fase perjuangan itu, kerja–kerja revolusi menjadi sangat penting seperti yang disampaikan oleh Karl Marx ketika mengkritisi Feurbach bahwa ”para filsuf hanyalah menafsirkan dunia

  17

  padahal yang paling penting adalah mengubanya.” Pemikiran ideologis tersebut ketika bekerja dalam wilayah praksis atau diimplementasikan pasti berbenturan dengan praksis ideologi yang lain atau 15 Franz Magnis Suseno, 2003, Dalam Bayangan Lenin. Enam Pemikir Marxisme dari Lenin sampai Tan Malaka. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, hlm. 16. 17 16 Ibid., hlm.22. th kekuatan politik dominan. Benturan ideologis tersebut dapat muncul pada hal- hal yang sederhana yang bersifat keseharian. Hal ini dikarenakan ketika ideologi yang mampu menggerakkan seseorang atau sekelompok orang berarti ideologi tersebut telah mengalami proses internalisasi yang mendalam dalam jiwa orang atau kelompok orang tersebut. Sehingga dalam penulisan sejarah, ideologi sering

  18

  disandingkan dengan permasalahan mentalitas. ”Ideologi” adalah isitilah yang memiliki banyak definisi. Sebagian memakai istilah ini secara peyoratif. Sebagian

  19 lain memperlakukan secara netral sinonim dengan pandangan hidup.

  Ideologi sebagai pandangan atau falsafah hidup muncul sebagai produk kebutuhan manusia untuk menerapkan tata interlektual di dunia. Ia muncul dengan syarat sebagai penolakan terhadap masyarakat yang ada dan pandangan elit masyarakat itu. Dalam ideologi tersebut ada visi mengenai alternatif positif bagi pola yang ada dari masyarakat dan budayanya dan kapasitas intelektual untuk mengartikulasikan visi sebagai bagian dari tata kosmik. Ideologi merupakan ciptaan orang karismatik yang mempunyai visi luas, kuat dan sederhana mengenai

  20 dunia dan sekaligus mempunyai kekuatan intelektual dan imaginatif tinggi.

  Disamping itu, ideologi sering diperlakukan sebagai semacam ”perekat

  21

  sosial” yang mempersatukan masyarakat. Di situ ideologi mempunyai bentuk skematis dan cenderung menyederhanakan dan cenderung doktriner. Sesuatu yang 18 Peter Burke, Sejarah dan Teori Sosial. Terj.Mestika Zed. Yayasan Obor Indonesia. 2003. Jakarta., hlm.139. 19 20 Ibid., hlm. 142 Haryatmoko, 2007, “Mekanisme Ideologi dalam Strukturasi Tindakan Sosial”

  dalam Hardono Hadi, P., Training and Workshop History of Thougt. Yogyakarta: Satu Nama. hlm 8. doktriner menunjukkan upaya untuk memberikan pembenaran dan mau memantapkan diri. Oleh karena itu ideologi sering diungkapkan dalam bentuk slogan (seperti lebih baik dibom atom daripada merdeka kurang dari 100%), aturan tingkah laku, rumusan-rumusan yang mengagetkan (seperti, ganyang nekolim).

  Da r i s e g i ideologi, politik biasanya merupakan kerajaan kegelapan sedangkan politik ideologis merupakan perjuangan terang melawan kegelapan.

  Kebutuhan akan suatu mesin yang cukup kuat untuk mencapai kekuasaan, bahkan dengan konspirasi dan subversi memaksa kompromi dengan dan konsesi kepada

  22 tata politik yang ada.

  Persatuan Perjuangan merupakan upaya perjuangan ideologis untuk mencapai kemerdekaan Indonesia 100%. Perjuangan itu ditempuh dengan gerakan ekstraparlementer yang harus berhadapan dengan kebijakan pemerintah yang memilih jalan diplomasi.

H. Metode Penelitian

  Sumber-sumber sejarah yang dipakai dibagi menjadi dua kategori yaitu sumber primer, yang berupa surat kabar, memoar, otobiografi, dokumen dan arsip-arsip. Kategori yang kedua adalah sumber sekunder yang berupa buku-buku. Sumber-sumber tersebut sangat membantu dalam proses pencapaian hasil tulisan

  23 yang valid.

  Sumber primer dalam studi ini adalah koran Kedaulatan Rakyat yang

  24

  terbit antara tanggal 1 Januari 1946 sampai 30 Juni 1946. Kemudian autobiografi Tan Malaka yang b e r j u d u l Dari Penjara ke Penjara 1-3.

  Autobiografi ini telah diterbitkan ulang pada tahun 2004 oleh penerbit Teplok press.

  Kemudian, penulis juga menggunakan rujukan brosur-brosur atau

  25

  dokumen. yang pertama “Perjuangan Kita” . Kemudian tiga brosur karya Tan Malaka yakni Politik (ditulis 24 November 1945), Rentjana Ekonomi (ditulis 28 November 1945), Muslihat (ditulis 2 Desember 1945). Ketiga brosur tersebut dapat disebut satu paket akan tetapai banyak yang biasa disebut hanya Muslihat saja. Politik menguraikan tentang bagaimana cara merdeka, maksud dan tujuan kemerdekaan dan mengisi kemerdekaan dalam prinsip sosialisme Indonesia.

  Rentjana Ekonomi menguraikan tentang rencana pembangunan ekonomi yang

  sosialis yang membawa kemakmuran bagi Indonesia. Muslihat menguraikan tentang strategi dan taktik dalam perjuangan ke arah Indonesia Merdeka. Ketiga brosur Tan Malaka tersebut telah diterbitkan dalam satu buku dengan judul 23 Jules R. Benjamin. 1994, A Student’s Guide to History. New York: St. Martin Press, hlm. 7. 24 Dalam penyelidikan di Perpustakaan Daerah di Yogyakarta, penulis hanya dapat mengakses tanggal 1 Januari – 30 Juni 1946 karena koleksi yang lain masih dalam

  upaya ”penyelamatan” elektronik pasca gempa 27 Juli 2006. 25 Syahrir, 1994, Perjuangan Kita, Reproduksi dari terbitan asli 1945 dengan ejaan yang diperbaharui, Jakarta: Pusat Dokumentasi Politik “Guntur 49”.

  Merdeka 100% pada tahun 2005 oleh penerbit Marjin Kiri.. Sumber-sumber itu

  penulis dapatkan di Perpustakaan Daerah dan Perpustakaan Alocita, keduanya di Yogyakarta.

  Setelah mengumpulkan sumber-sumber primer, penulis melanjutkan dengan mencari sumber-sumber sekunder serta buku-buku dan penelitian- penelitian yang menunjang penelitian ini. Kemudian, dilakukan kritik sumber untuk mencapai tingkat validitas tertinggi hingga pada proses penulisannya.

I. Sistematika Penulisan Tulisan ini dibagi menjadi lima bab. Tiap bab memuat beberapa sub bab.

  Adapun pembagiannya adalah bab I berisikan Pendahuluan, bab II hingga bab IV yang merupakan pembahasan masalah, dan bab V merupakan bab Penutup.

  Bab I I akan membahas seputar pemikiran Tan Malaka yang menjadi sumber inspirasi ideologis bagi gerakan Persatuan Perjuangan. Akar pemikiran Tan Malaka dapat dirunut dari bukunya Madilog. Di akhir tahun 1945, Tan Malaka menulis tiga brosur yang penting yakni Politik, Rencana Ekonomi Berjuang dan Muslihat.

  Bab III berjudul Situasi Politik Pasca Proklamasi. Dalam bab ini, penulis menyampaikan dinamika politik dalam negeri di bulan-bulan pertama setelah proklamasi. Bab ini diharapkan mampu memberi pandangan umum tentang perubahan dinamika sosial politik dan kebijakan pemerintah yang dapat menjadi pendorong bagi lahirnya pikiran dan tindakan oposisi. Dinamika itu berawal dari Sutan Suahrir sampai terbitnya brosur Perjuangan Kita dan munculnya Tan Malaka yang didukung oleh para pemuda.

  Sementara itu, bab IV akan menguraikan dan mendeskripsikan bagaimana gerakan oposisi Persatuan Perjuangan dibangun. Berawal dari ide tentang Volks

  Front (Front Perjuangan Rakyat) hingga pengorganisiran rakyat yang mempunyai legitimasi kuat.

  Selanjutnya, bab V menguraikan tentang bagaimana langkah pemerintah untuk menggagalkan konsolidasi rakyat dalam Persatuan Perjuangan. Pemerintah yang limbung pun perlu membuat strategi untuk menghancurkan gerakan oposisi yang dinilai menganggu proses diplomasi pemerintah. Upaya pemerintah itu dimaksudkan untuk mengamankan jalanya strategi diplomasi dengan mengupayakan stabilitas politik dalam negeri tanpa gerakan oposisi.

  Tulisan ini akan ditutup pada Bab VI. Bagian ini akan berisi kesimpulan dan rekomendasi dari keseluruhan tulisan

BAB II STRATEGI REVOLUSI INDONESIA DALAM PEMIKIRAN TAN MALAKA A. Latar Belakang Pemikiran Tan Malaka Sutan Ibrahim Gelar Datuk Tan Malaka atau Tan Malaka adalah tokoh

  1

  yang rumit dipahami. Ia dilahirkan di daerah , Suliki, Sumatera Barat pada 2 Juni 1896. Selama penjajahan Jepang, namanya sudah lengendaris di kalangan kaum pergerakan. Sebagai orang Minang yang dibesarkan dalam tradisi merantau tentu

  2 saja alam pikir budaya minang itu melekat pada dirinya.

  Cara berfikir yang dikembangkan oleh Tan Malaka dalam istilahnya disebut ”thesis-antithesis-sinthesis.” Budaya Minang, terutama tradisi merantau, memiliki andil besar dalam hidupnya. Rantau bagi Tan Malaka adalah antitesis yang berkonflik dengan tesis (alam sebagai referensi asal) dan dari situlah lahir sintesis sebagai hasil pemikiran atau idealisme baru yang mendorong manusia

  3

  untuk mengadakan perubahan (perbaikan) nasibnya. Itulah gambaran awal yang ia tampilkan dalam bukunya Madilog, kependekan dari Materialisme Dialektika

  4 Logika yang ditulisnya pada tahun 1942 – 1943. Pada dasarnya Madilog 1 Lihat Alfian, 1977, “Tan Malaka: Pejuang Revolusioner yang Kesepian” dalam .

  Prisma no.8, Jakarta: LP3ES 2 Harry A. Poeze, 1998, Tan Malaka, Pergulatan Menuju Republik, jilid I. Jakarta: Grafiti Press. 3 Lihat Rudolf Mrazek, 1994, Semesta Tan Malaka. Yogyakarta: Bigraf Publishing, hlm. 24. dimaksudkan sebagai suatu ”cara berpikir” baru yang dapat dipakai untuk memerangi cara berpikir lama yang amat dipengaruhi dunia mistik yang

  5

  mengakibatkan orang Indonesia menyerah kepada alam. Selain itu, ia menulis

  Madilog untuk memberikan sesuatu yang berarti yang bisa dipakai pegangan oleh

  bangsanya sendiri nanti dalam hidup bernegara sebagai bangsa merdeka yang sosialistis. Madilog dianggapnya sebagai karya terbaiknya yang ingin

  6

  ditinggalkannya sebagai ”pusaka bertuah.” Tan Malaka mengakui bahwa cara berpikir baru yang diperkenalkan ini banyak berasal dari dunia Barat yang rasional, logis dan Marxis-Leninis. Sedang

  Rudolf Mrazek, menunjukkan bahwa pada dasarnya pemikirannya itu berasal dari

  7

  visi yang lahir dari struktur pengalamannya yang dibentuk di alam Minang. Ia selalu menggunakan terminologi Marxist tetapi ia selalu menekankan pula pentingnya kekuatan ide (the power of ideas) sebagai perangsang perubahan sosial

  8 bukan kekuatan dinamis dari pertentangan kelas.

  Beberapa konsepnya pun tidak identik dengan pengertian yang berlaku di Barat. Materialisme, menurutnya, adalah cara berpikir yang realistik, pragmatis

  9

  dan fleksibel. Barangkali secara kasar, pengertian materialisme Tan Malaka adalah cara berpikir yang terpusat pada masalah bagaimana memperbaiki atau

  5 Franz Magnis Suseno, 2003, Dalam Bayangan Lenin; Enam Pemikir Marxisme dari Lenin sampai Tan Malaka. Jakarta: Gramedia, hlm. 205-226.

  6 Alfian, loc.cit.

  7 Rudolf Mrazek, op.cit. hlm.4.

  8 Ibid.

  10

  mengubah kehidupan duniawi secara realistis dan pragmatis. Sedang, dialektik yang dimaksudkannya adalah upaya untuk memerangi cara berpikir yang pasif atau dogmatis. Cara berpikir pasif atau dogmatis ini bertalian dengan kepercayaan gaib (mistis) dan itu menyebabkan mereka tidak percaya pada kemampuan intelektual dan kekuatan mereka sendiri. Dia mengecam habis cara berfikir dogmatis sebagai menjerumuskan masyarakat ke dalam penipuan diri sendiri, kepasifan, mentalitas budak dan itulah penyebab ditaklukannya dunia Timur oleh Barat. Dialektis merupakan cara berpikir yang dinamis karena memberi ruang bagi manusia untuk mengembangkan pemikiran atau intelektualitas secara terus menerus. Berfikir aktif secara terus menerus merupakan kunci pengertian

  11

  dialektika Tan Malaka. Akan tetapi berpikir dinamis itu harus berlandaskan akal

  12 atau logika.

  Sungguhpun secara politik dan ekonomi, ia terang-terangan melawan Kapitalisme Barat, namun masih bisa ia melihat sisi positif dari Barat dan menganjurkan untuk mengambilnya tanpa malu- malu.

  ”Akuilah dengan putih bersih bahwa kamu (orang Indonesia) sanggup dan mesti belajar dari Barat. Tetapi kamu jangan jadi peniru Barat, melainkan seorang murid dari Timur yang cedas. Juga jangan dilupakan bahwa kamu belum seorang murid dari Timur yang cerdas. Juga jangan dilupakan bahwa kamu belum seorang murid, bahkan belum seorang manusia bila tak ingin merdeka dan belajar bekerja sendiri. Seseorang yang ingin menjadi murid Barat manusia hendaknya ingin merdeka

  13

  dengan memakai senjata Barat yang rasional 10 Franz Magnis-Suseno, loc.cit.

  11 Alfian, loc.cit.

  12 Franz Magnis-Suseno, op.cit., hlm. 221.

  Pada esensinya pemikiran-pemikiran dan perjuangan Tan Malaka terpusat pada tujuan untuk memerdekakan bangsanya dan sekaligus merombaknya secara total dan drastis dalam segala bidang. Semangat itu sangat terlihat dalam dinamika ”petualangan” yang dilakukan sebagai upaya memerdekakan bangsanya sekaligus merombaknya secara total dalam segala bidang.