PENGARUH PAPARAN UAP HERBAL ANTI NYAMUK YANG MENGANDUNG EKSTRAK SERAI DAPUR, SERAI WANGI, LEMON, NILAM, DAN LAVENDER TERHADAP PERUBAHAN HISTOPATOLOGI PARU RATTUS NORVEGICUS - Repository UNRAM
PENGARUH PAPARAN UAP HERBAL ANTI NYAMUK YANG MENGANDUNG
EKSTRAK SERAI DAPUR, SERAI WANGI, LEMON, NILAM, DAN LAVENDER
TERHADAP PERUBAHAN HISTOPATOLOGI
PARU RATTUS NORVEGICUS
ARTIKEL ILMIAH
Diajukan sebagai syarat meraih gelar sarjana pada Fakultas Kedokteran
Universitas Mataram
OLEH
Witha Septi Hartati
H1A009044
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2014
PENGARUH PAPARAN UAP HERBAL ANTI NYAMUK YANG MENGANDUNG EKSTRAK SERAI
DAPUR, SERAI WANGI, LAVENDER, NILAM, DAN LEMON TERHADAP GAMBARAN
HISTOPATOLOGI PARU RATTUS NORVEGICUS
Witha Septi Hartati, Ardiana Ekawanti, Prima Belia Fathana Fakultas Kedokteran Universitas Mataram
Abstract
Background: Dengue hemorrhagic fever is one of infectious disease which was caused by dengue virus and the
most important vector is Aedes aegypti. Hemorrhagic fever has increased 30-fold worldwide in the last five decades.
To cope mosquitoes attack, many people use insecticide. In addition to synthetic insecticides, mosquito control can
also be performed by a natural insecticide which relatively safer for both humans and the environment. Previous
research of lemongrass vapor, caused irritation of respiratory tract. It encourages researcher to perform safety testing
of herbal vapor anti mosquito exposure containing extract Cymbopogon citratus, Cymbopogon nardus, Lavandula
angustifolia, Pogostemon cablin benth, and Citrus limon against pulmonary histopathology of Rattus norvegicus.
Methods: Research design was experimental research post test only control group design. The sample used were
adult and healthy Rattus norvegicus. Rattus norvegicus were divided into 3 groups: a control group (KN) and two
treatment group (PA) which given herbal vapor exposured 4 days (PA) and 12 days (PK). A statistical analysis of the
test used was nonparametrik fisher test to determine the difference of pulmonary histopathology between groups.
Results:. Based on the fisher test results, p value obtained >0.05. This difference indicates that the description of the
histopathology of each group were not significant.Conclusion: Herbal vapor anti mosquito exposure containing extract Cymbopogon citratus, Cymbopogon nardus,
Lavandula angustifolia, Pogostemon cablin benth, and Citrus limon not caused change of pulmonary histopathology
Rattus norvegicus.Keywords: Herbal vapor, pulmonary histopathology Absrtrak
Latar belakang : Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh virus
Dengue, dengan vektor utama nyamuk Aedes aegypti. Demam berdarah telah menunjukkan peningkatan 30 kali lipat
secara global selama lima dekade terakhir. Untuk mengatasi serangan nyamuk, masyarakat banyak menggunakan
insektisida. Selain dengan insektisida sintetik, pengendalian nyamuk dapat pula dilakukan dengan insektisida alami
yang relatif lebih aman baik bagi manusia maupun lingkungan. Penelitian terdahulu uap serai menyebabkan iritasi
mukosa saluran pernapasan. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan pengujian keamanan paparan
uap herbal antinyamuk yang mengandung ekstrak serai dapur, serai wangi, lavender, nilam dan lemon terhadap
histopatologi paru Rattus norvegicus.
Metode : Rancangan penelitian ini adalah penelitian eksperimental post test only control group design. Sampel yang
digunakan adalah spesies Rattus norvegicus dewasa dan sehat. Rattus norvegicus dibagi menjadi 3 kelompok yaitu
kelompok kontrol (KN) dan dua kelompok perlakuan (P) yang diberikan paparan uap herbal 4 hari (PA) dan 12 hari
(PK). Analisis statistik yang digunakan adalah uji nonparametrik fisher untuk mengetahui perbedaan histopatologi
paru antar kelompok.
Hasil : Berdasarkan hasil uji fisher, nilai p yang didapatkan >0,05. Hal ini menunjukan bahwa perbedaan
histopatologi setiap kelompok tidak bermakna.Kesimpulan : Paparan uap herbal antinyamuk yang mengandung ekstrak serai dapur, serai wangi, lavender, nilam
dan lemon tidak menyebabkan perubahan histopatologi paru Rattus norvegicus. Kata kunci : Uap herbal, histopatologi paruPENDAHULUAN
Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti maupun Aedes albopictus. Nyamuk Aedes aegypti merupakan hewan yang paling berperan dalam penularan penyakit ini karena hidupnya di dalam dan disekitar rumah, sedangkan Aedes albopictus hidupnya di kebun- kebun sehingga lebih jarang kontak dengan manusia. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat dengan ketinggian lebih dari 1000 meter diatas permukaan laut, karena pada ketinggian tersebut suhu udara terlalu rendah sehingga tidak memungkinkan bagi nyamuk untuk hidup dan berkembang biak. 1 Demam berdarah telah menunjukkan peningkatan 30 kali lipat secara global selama lima dekade terakhir.Sekitar 50 sampai 100 juta infeksi baru diperkirakan terjadi setiap tahun di lebih dari 100 negara endemik. Sejak tahun
Organization (WHO) mencacat bahwa negara
Indonesia termasuk dalam kategori hiperendemik DBD pada semua jenis serotipe dengue dimana paling banyak terjadi pada daerah perkotaan. 2 Indonesia adalah daerah beriklim tropis sehingga menjadi tempat yang cocok untuk perkembangbiakan nyamuk yang dapat menimbulkan masalah kesehatan bagi masyarakat. Kesadaran manusia akan pentingnya kesehatan pada zaman sekarang sudah semakin baik, sehingga kesadaran untuk mencegah terjangkit penyakit juga semakin besar. 4 Untuk mengatasi serangan nyamuk, maka masyarakat banyak menggunakan insektisida atau lebih dikenal sebagai obat nyamuk baik dalam bentuk obat nyamuk bakar, oles, elektrik ataupun semprotan. Pemakaian insektisida harus diperhatikan jenis dan kandungan zat aktifnya serta lama pemaparannya karena bila dipakai secara berlebihan akan dapat menimbulkan efek yang merugikan bagi kesehatan manusia. 3 Anti nyamuk elektrik, bakar, oles atau cair mengandung senyawa kimia berbahaya bagi kesehatan manusia. Kandungan bahan kimia berbahaya dalam obat antinyamuk diantaranya dichlorvos, propoxur, pyrethroid dan
diethyltoluamide serta bahan kombinasi dari
keempat bahan kimia tersebut. Pyrethroid dikelompokkan oleh WHO dalam racun kelas menengah karena efeknya mampu mengiritasi mata dan kulit yang sensitif serta menyebabkan penyakit pernafasan seperti penyakit asma. Pada obat antinyamuk, pyrethroid yang
bioallethrin, pralethrin, d-phenothrin, cyphenothrin, atau esbiothrin. Allethrin
merupakan salah satu golongan pyrethroid yang memiliki rumus kimia C19H26O3. Pada pemakaian obat antinyamuk elektrik, gangguan tidak terasa langsung. Sebab penciuman tertipu oleh sedapnya wewangian yang dikeluarkan, juga tak menimbulkan iritasi langsung pada mata. Jadi bisa dikatakan obat antinyamuk jenis ini lebih berbahaya dari obat antinyamuk lainya. 4 Zat-zat aktif yang terkandung di dalam obat antinyamuk elektrik bila digunakan secara rutin lambat laun dapat mempengaruhi dan menyebabkan kelainan pada organ-organ tubuh manusia, misalnya ginjal, paru-paru, sel-sel darah dan lain-lain. Zat aktif dalam antinyamuk akan masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan dan kulit lalu akan beredar bersama darah dan masuk ke sel-sel serta organ-organ tubuh. 5 Selain dengan insektisida sintetik, secara tradisional pengendalian nyamuk dapat pula dilakukan dengan insektisida alami yang relatif lebih aman baik bagi manusia maupun lingkungan. Salah satu tanaman lokal yang telah lama dikenal sebagai anti nyamuk adalah serai dapur (Cymbopogon nardus). 5 Adapun penelitian oleh Kaliwantoro et al. (2010) menemukan bahwa sekalipun daya afikasi uap serai dapur amat baik, namun masih menyebabkan iritasi ringan pada selaput lendir hewan coba sebagaimana juga dijumpai pada paparan dengan insektisida sintetik. Pada penelitian ini dilakukan eksplorasi untuk memperoleh komposisi serai dapur yang lebih aman namun tetap efektif dengan mengkombinasikan serai dapur dengan serai berhasil dikembangkan mat elektrik berupa ekstrak gel dan padatan antinyamuk dengan bahan aktif yang berasal dari campuran serai wangi, serai dapur, kulit lemon, nilam, dan lavender. didapatkan bahwa mat herbal tersebut mampu memberikan perlindungan efektif dengan tingkat mortalitas nyamuk di atas 80% pada kisaran 5 jam yang tidak jauh beda dengan mat elektrik dengan insektisida sintetik yang dijual di pasaran, namun penelitian terhadap kemungkinan iritasi yang ditimbulkan pada saluran pernafasan belum dilakukan. 5,6
Hal inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan pengujian keamanan paparan uap herbal anti nyamuk yang mengandung ekstrak serai dapur, serai wangi, lavender, nilam dan lemon terhadap Rattus norvegicus yang selanjutnya akan diperiksa gambaran histopatologi saluran pernafasan khususnya histopatologi paru yang diberikan paparan 4 hari dan 12 hari.
METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental melalui percobaan di laboratorium. Rancangan percobaan disusun secara Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan pengambilan data setelah perlakuan
(Post Test Only Kontrol Group Design) atau
dengan kata lain dengan rancangan randomized
control group post test only design. Populasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah hewan coba spesies Rattus norvegicus yang dewasa dan sehat. Besar sampel yang digunakan untuk penelitian eksperimental sesuai dengan kriteria WHO yaitu 5 ekor hewan tiap kelompok dengan tambahan 1 ekor tiap kelompok sebagai koreksi.
Dalam penelitian ini terdapat 3 kelompok hewan coba yaitu 1 kelompok kontrol dan dua kelompok perlakuan. Kelompok kontrol (KN) yakni kelompok yang tidak diberi paparan, kelompok perlakuan satu (PA) yakni kelompok yang diapapar uap herbal selama 4 hari dan kelompok perlakuan dua (PK) dipapar uap herbal selama 12 hari. Paparan uap herbal mengandung ekstrak serai dapur : serai wangi : diberikan paparan selama 5 jam/hari. Pemeriksaan histopatologi paru dilakukan Tabel 1. Hasil pemeriksaan histopatologi paru dibawah mikroskop untuk mengetahui ada atau tikus Wistar pada kelompok kontrol dan tidaknya peradangan dengan melihat tanda- dua kelompok perlakuan. tanda peradangan/inflamasi pada jaringan paru.
No. KN PA PK Paru mengalami peradangan apabila pada
Sampel pemeriksaan mikroskopis tampak sel 1 polimorfonuklear (sel PMN), jaringan paru 2 tampak edema/suram serta sel limfosit, basofil 3 ataupun eosinofil pada jaringan struktur paru.
4
1 Analisis Data
5
1 Data yang diperoleh pada penelitian ini
6
1 dianalisis denganbantuan program Statistical
Package for Social Science (SPSS) versi 20.0. Keterangan: KN = Kelompok Kontrol, PA = Perlakuan satu,
PK = Perlakuan Dua, 0 = Tidak ada sel radang, 1 = Ada selData dari tiap-tiap kelompok selanjutnya
radang
dianalisis dengan menggunakan uji Pengamatan gambaran mikroskopis nonparametric Fisher untuk mengetahui beda meliputi perubahan pada sel paru. Perubahan efek yang ditimbulkan oleh berbagai perlakuan paru meliputi didapatkan sel radang seperti terhadap kelompok Rattus norvegicus. leukosit, sel limfosit, sel plasma ataupun sel
Perbedaan antara variabel dinyatakan radang yang lain pada jaringan struktur paru. bermakna jika p<0,05.
Tabel 2. Jumlah dan persentasi peradangan sel paru Rattus norvegicus
Data Hasil Penelitian Peradangan
Berikut ini adalah data mengenai hasil
Jumlah Tidak Ada Ada Kelompok Sampel
pemeriksaan histopatologi tikus Wistar pada
Radang Radang n % n %
kelompok kontrol (KN), dan 2 kelompok
KN
6 6 100
perlakuan yaitu perlakuan satu (PA) dan
PA
6 5 83,3 1 16,7 perlakuan dua (PK). PK
6 4 66,7 2 33,3 Total 18 15 83,3 3 16,7
Dari hasil pemeriksaan histopatologi tidak ditemukan adanya kelainan pada kelompok kontrol dilihat dengan tidak ditemukannya serbukan sel radang pada semua sampel, dua didapatkan adanya sel radang. Pada Tabel 4. Uji Fisher Perbedaan Gambaran kelompok perlakuan satu terdapat satu dari Histopatologi Paru Kelompok Kontrol enam sampel yang mengalami peradangan dengan Kelompok Perlakuan Dua ditandai dengan ditemukannya sel radang pada Peradangan
Ada Radang Tidak Ada
pemeriksaan preparat paru tikus, sedangkan
p Radang n % n %
pada kelompok perlakuan dua terdapat dua
KN 6 100 0,227 sampel yang ditemukan adanya sel radang.
PK 2 33,3 4 66,7 Total 2 16,7 10 83,3
Perbedaan Gambaran Histopatologi Paru
Dari hasil uji Fisher diatas, diperoleh
Rattus norvegicus Antar Kelompok
nilai signifikansi 0,227. Oleh karena nilai Uji Perbedaan Gambaran Histopatologi
p>0,005, maka menunjukkan bahwa tidak
Paru Kelompok Kontrol dengan Kelompok terdapat perbedaan pengaruh paparan uap Perlakuan Satu dan Kelompok Perlakuan Dua herbal antara kelompok kontrol dengan Tabel 3. Uji Fisher Perbedaan Gambaran kelompok perlakuan 12 hari.
Histopatologi Paru Kelompok Kontrol Tabel 5. Uji Fisher Perbedaan Gambaran dengan Kelompok Perlakuan Satu
Histopatologi Paru Kelompok
Peradangan
Perlakuan Satu dengan Kelompok
Ada Radang Tidak Ada p Radang
Perlakuan Dua
n % n % Peradangan KN 6 100 0,500 Ada radang Tidak ada p
PA 1 16,7 5 83,3 radang n % n %
Total 1 8,3 11 91,7 PA 1 16,7 5 83,3 0,500
Dari hasil uji Fisher diatas, diperoleh
Total
3
25
9
75
nilai signifikansi 0,500. Oleh karena nilai
p>0,005, maka menunjukkan bahwa tidak ada
Dari hasil uji Fisher diatas, diperoleh perbedaan pengaruh paparan uap herbal antara nilai signifikansi 0,500. Oleh karena nilai kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan 4
p>0,005, maka menunjukkan bahwa tidak hari.
terdapat perbedaan pengaruh paparan uap herbal antara kelompo perlakuan 4 hari dengan kelompok perlakuan 12 hari.
Odds Ratio Perlakuan 4 hari : Estimate : 2,500 Perlakuan 12 hari
Tabel 6. Hasil Uji Risiko Terjadinya Iritasi Paru Dari analisis odds ratio ditunjukkan nilai kelompok perlakuan tampak adanya sel radang estimate yaitu 2,500, artinya bahwa Rattus pada alveoli. Sel radang pada dasarnya terdapat
norvegicus yang diberikan paparan uap herbal normal di paru yaitu sel leukosit (makrofag),
antinyamuk lebih lama lebih beresiko 2,5 kali sedangkan gambaran sel radang yang lipat dari pada yang tidak diberikan paparan ditemukan pada kelompok perlakuan yang ataupun yang diberikan paparan uap herbal diamati adalah sel limfoid dan fokus limfoid, dalam jangka waktu singkat. dimana hal ini menunjukkan adanya proses peradangan yang terjadi pada paru. Sebagaimana tampak dalam gambaran
Pembahasan histopatologi paru berikut:
Pemeriksaan histopatologi dibawah mikroskop adalah untuk mengetahui adanya peradangan dengan melihat adanya tanda- tanda peradangan/inflamasi pada jaringan paru. Paru mengalami peradangan apabila pada pemeriksaan mikroskopis tampak sel polimorfonuklear (sel PMN), suram/edema, dan bisa juga tampak adanya infiltras sel
Gambar 1. Gambaran paru normal mononuklear seperti makrofag, limfosit, dan sel 7 plasma pada jaringan struktur paru.
Pemeriksaan histopatologi paru Rattus
norvegicus dilakukan dengan cara mengambil
organ paru tikus yang kemudian akan dibuat mikroskop. Hasil pemeriksaan histopatologi paru menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang bermakna antara kelompok kontrol yang tidak diberikan paparan dengan kelompok yang diberikan paparan 4 hari dan kelompok yang diberikan paparan 12 hari uap herbal
Gambar 2. Banyak sel limfoid di Alveoli, antinyamuk yang mengandung ekstrak serai ditunjukkan oleh tanda panah dapur, serai wangi, lavender, nilam, dan lemon dengan peradangan pada paru Rattus norvegicus.
Dari tabel hasil pemeriksaan histopatologi paru, pada kelompok kontrol tidak didapatkan adanya sel radang, sedangkan pada kedua Gambar 3. Fokus limfoid di alveoli, ditunjukkan oleh tanda panah Reaksi peradangan antara kelompok perlakuan tidak jauh berbeda dengan kelompok kontrol, hal ini menunjukkan bahwa dosis yang digunakan dan lama waktu paparan uap herbal selama 4 hari ataupun 12 hari berturut-turut dengan lama paparan 5 jam setiap hari masih dalam batas aman untuk digunakan.
Meskipun dari hasil analisa odds ratio pemberian paparan uap herbal antinyamuk beresiko meningkatkan kejadian peradangan pada paru 2,5 kali lipat, namun nilai signifikansi yang didapatkan p>0,05, hal ini menunjukkan bahwa pengaruh yang ditimbulkan oleh pemberian paparan uap herbal antinyamuk berpengaruh tidak bermakna.
Hal ini sesuai dengan fakta yang dijelaskan oleh Koul et al (2008) bahwa pestisida yang terbuat dari tanaman memiliki efek samping yang lebih rendah terhadap lingkungan daripada pestisida sintetik. Kaliwantoro et al, 2012 juga menjelaskan bahwa insektisida alami relatif lebih aman baik bagi manusia maupun lingkungan dibandingkan dengan insektisida sintetik. 5,8
Insektisida sintetik mengandung banyak zat
diethyltoluamide (DEET) serta bahan
kombinasinya. Kebanyakan obat nyamuk di Indonesia mengandung d-allethrin, transfultrin,
bioallethrin, d-phenithrin, proallethrin, cypenothrin atau esbiothrin, yang merupakan
turunan pyrethroid. Pyrethroid dikelompokkan racun insektisida kelas menengah yang dapat menyebabkan iritasi kulit, mata dan asma. D-
allethrin dapat masuk ke dalam tubuh secara
inhalasi dalam waktu yang lama dan dapat menyebabkan gangguan paru-paru dan hati. 3 Menurut Solahuddin (2002) zat-zat aktif yang terkandung di dalam obat antinyamuk elektrik bila digunakan secara rutin lambat laun dapat mempengaruhi dan menyebabkan kelainan pada organ-organ tubuh manusia, misalnya ginjal, paru-paru, sel-sel darah dan lain-lain. Zat aktif dalam antinyamuk akan masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan dan kulit lalu akan beredar bersama darah dan masuk ke sel-sel serta organ-organ tubuh. 5 Insektisida alternatif yang aman bagi lingkungan berasal dari tumbuhan. Menurut menghindari gigitan nyamuk dan membasmi nyamuk dapat digunakan bahan dari alam tanpa harus menggunakan insektisida yang dapat mempengaruhi kesehatan. 9,12
Tumbuhan lavender yang digunakan pada penelitian ini selain dapat dijadikan sebagai aromaterapi juga dapat digosokkan ke kulit untuk menghindari gigitan nyamuk. 10 Salah satu bahan aktif utama kulit jeruk lemon (Citrus limon) yang digunakan juga diperkirakan memiliki efek toksik terhadap larva adalah limonin. Limonin termasuk jenis
monoterpenoid. Senyawa ini dapat bekerja sebagai insektisida atau berdaya racun terhadap serangga. 11 Oleh karena itu, penelitian dan penjelasan diatas dapat mendukung hasil penelitian ini bahwa penggunaan insektisida herbal lebih aman dibandingkan sintetis yang mengandung DEET, yakni tidak terdapat pengaruh paparan uap herbal antinyamuk yang mengandung ekstrak serai dapur, serai wangi, lavender, nilam, dan lemon terhadap gambaran histopatologi Rattus norvegicus.
DAFTAR PUSTAKA
Pralahir Obat Nyamuk Elektrik Yang Berbahanaktif D-allethrin Terhadap Fetus Mencit (Mus musculus L.) Volume 11, Nomor 2, Oktober 2012. (2012)
4, no. 1. (2008)
Koul, Opender et al. Essential Oils as Green Pesticides: Potential and Constraints Vol.
7. Jakarta: EGC. (2007)
Kumar, vinay et al. Buku Ajar Patologi vol 1, ed
Pembasmi Nyamuk Dengan Bahan Aktif Lokal, (2010). Laporan Penelitian
Kaliwantoro, Nur et al. Rekayasa Alat
(2012). (Accesed, 28 Oktober 2013). Available from:
Kaliwantoro, Nur et al. Pengaruh Paparan Uap Zodia Pada Nyamuk Aedes aegypti.
Antinyamuk Elektrik Berbahan Aktif D- Allethrin Terhadap Leukosit Dan Trombosit Mencit (Mus musculus L.) Volume 11, Nomor 1, April 2012 (2012)
Aryani, Retno et al. Pengaruh Pemakaian Obat
.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Manurung, Rofirma et al. Pengaruh Daya Tolak
World Health Organization. Dengue And Severe Dengue, World Health Organization. (2013). (Accesed 20 Januari 2014). Available from:
2013). Available from
Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia. (2004). (Accesed 22 Agustus
Siregar, F.A. Epidemiologi Dan Pemberantasan
2. Hindari sampel dari lingkungan yang kemungkinan dapat mempengaruhi hasil penelitian, misalnya paparan asap ataupun inhalasi bahan dan zat lain yang dapat menghasilkan peradangan pada paru.
1. Penelitian lebih lanjut dalam jangka waktu panjang untuk melihat efek kronis yang ditimbulkan.
Beberapa hal yang dapat peneliti sarankan bagi pembaca yang hendak melanjutkan penelitian ini adalah:
Saran
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, dari penelitian dapat disimpulkan bahwa paparan uap herbal anti nyamuk tidak memiliki pengaruh terhadap gambaran histopatologi paru Rattus norvegicus baik yang diberikan paparan 4 hari ataupun yang diberikan paparan 12 hari. Oleh karena itu, dosis yang digunakan dan lama waktu paparan uap masih dalam batas aman untuk digunakan.
Kurniati, Reni et al. Pengaruh Pemaparan
Perasan Serai Wangi (Cymbopogon nardus) Terhadap Gigitan Nyamuk Aedes aegypti. (2012). (Accesed 1 Februari
2014). Available from:
Dewi, Prima. Aromaterapi Lavender Sebagai
Media Relaksasi. (2011). (Accesed 3
Februari 2014). Available from
Soebaktiningsih, et al. Efek Larvasida Ekstrak
Ethanol Lemon (Citrus limon) Terhadap Larva Aedes sp. (2005). (Accesed 22
Agustus 2013). Available from
Kardinan, A. Tanaman Pengusir dan Pembasmi
Nyamuk. Jakarta: Agromedia Pustaka
(2003)