Gambar 2-1 Grafik Luas Wilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat

  Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

  • - B A B - B A B

  2

  2 KONDISI UMUM DAERAH

2.1 KONDISI UMUM DAERAH

2.1.1 Geografi

  Kabupaten Maluku Tenggara Barat tadalah salah satu kabupaten di Provinsi Maluku dan merupakan pemekaran dari wilayah Kabupaten Maluku Tenggara. Kabupaten Maluku Tenggara Barat dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2000 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 46 Tahun 1999 tentang Pembentukan Propinsi Maluku Utara, Kabupaten Buru, dan Kabupaten Maluku Tenggara Barat.

  Selanjutnya, berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2008 dibentuklah Kabupaten Maluku Barat Daya sebagai pemekaran Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Ibukota Kabupaten Maluku Tenggara Barat berkedudukan di Saumlaki yang merupakan ibukota Kecamatan Tanimbar Selatan. Secara geografi Kabupaten Maluku Tenggara Barat berbatasan dengan wilayah-wilayah sebagai berikut: : Laut Banda

   Sebelah Utara  Sebelah Selatan : Laut Timur dan Australia : Kabupaten Maluku Barat Daya  Sebelah Barat  Sebelah Timur : Laut Arafura

  Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

Secara astronomi Kabupaten Maluku Tenggara Barat terletak pada posisi 60 34’ 24”

– 80 24’ 36” Lintang Selatan dan 1300 37’ 47” – 1330 4’ 12” Bujur Timur.

  3 Wermaktian 2.941,16 12.486,79 15.427,95

  Sumber: BPS, Kabupaten Maluku Tenggara Barat Dalam Angka Tahun 2016 Keterangan: *) Termasuk Kecamatan Molu Maru

  10 Molu Maru - - - JUMLAH 10.102,92 42.892,27 52.995,19

  9 Kormomolin 933,16 3.961,77 4.894,93

  8 Nirunmas 1.468,30 6.233,70 7.702,00

  7 Wuarlabobar *) 654,74 2.779,71 3.434,45

  6 Yaru 79,42 337,20 416,62

  5 Tanimbar Utara 1.075,74 4.567,10 5.642,84

  4 Selaru 826,26 3.507,90 4.334,16

  2 Wertamrian 1.298,45 5.512,62 6.811,07

  

Kabupaten Maluku Tenggara Barat merupakan kepulauan dan terkonsentrasi pada

Gugus Pulau Tanimbar yang memiliki luas keseluruhan 52.995,19 km

  1 Tanimbar Selatan 825,69 3.505,48 4.331,17

  ) Darat Laut Total

  2

  Luas Wilayah (km

  Tabel 2-1 Luas Wilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat No Kecamatan

  2 (29,11% dari luas keseluruhan). Adapun

luas masing-masing Kecamatan yang terdapat di Kabupaten Maluku Tenggara Barat

selengkapnya tergambar dalam Tabel 2-1 dan Gambar 2-1 dan Gambar 2-2 pada

halaman berikutnya.

  2 (80,94%). Kecamatan yang memiliki wilayah terluas adalah Kecamatan Wermaktian yaitu 15.427,95 km

  2 (19,06%) dan wilayah perairan seluas 42.892,28 km

  2 yang terdiri dari wilayah daratan seluas 10.102,92 km

  

Gambar 2-1 Grafik Luas Wilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat

  Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

  Gambar 2-2 Peta Administrasi Kabupaten Maluku Tenggara Barat

  Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

  2.1.2 Topografi dan Fisiografi

Kabupaten Maluku Tenggara Barat merupakan wilayah yang relatif datar (0-3%),

landai/berombak (3-8%), bergelombang (8-15%), agak curam (15 –30%), curam (30–

50%) dan sangat curam (>50%). Topografi wilayah terkait dengan faktor lereng dan

ketinggian tempat dari muka laut. Kelas lereng 0-8 persen (datar sampai berombak),

sesuai untuk semua usaha pertanian: tanaman pangan/semusim, tanaman umur

panjang, dan peternakan. Kelas lereng 8-30 persen (bergelombang sampai berbukit),

tidak sesuai untuk tanaman pangan/semusim dan peternakan, hanya sesuai untuk

tanaman tahunan. Di utara Pulau Yamdena terdapat sederet pulau-pulau kecil. Kedua

deretan pulau tersebut terpisah oleh selat yang dangkal dengan kedalaman tidak lebih

dari 20 meter, sehingga apabila terjadi pasang surut, terbentuk daratan kering yang

luasnya bisa mencapai setengah kilometer dari tepi pantai Yamdena. Yamdena utara

umumnya datar dengan ketinggian kurang dari 50 meter, sedang daerah perbukitan

di bagian selatan tingginya melebihi 200 meter. Secara keseluruhan morfologi di

daerah ini dapat dibedakan menjadi tiga satuan morfologi, yaitu perbukitan, dataran

rendah dan teras. Di daerah perbukitan seperti yang terdapat di Pulau Labobar

puncak tertinggi mencapai lebih dari 300 meter di atas muka laut. Di pulau-pulau

lainnya, ketinggiannya kurang dari itu. Umumnya berlereng terjal, bersungai pendek

dan berpola aliran memancar. Di Pulau Yamdena tenggara terdapat pebukitan

bergelombang dengan ketinggian mencapai 260 meter; pola aliran disini hampir

sejajar dengan pantainya terjal. Dataran rendah terdapat mengikuti aliran sungai.

  

Dataran rendah yang terpanjang terdapat di sepanjang sungai Ranormoye. Undak

batu gamping terdapat disejumlah pulau kecil seperti Pulau Selaru, Larat dan Fordata.

Undak tersebut dibatasi lereng terjal, tetapi puncaknya hampir datar dengan puncak

tertinggi 104 meter.

  2.1.3 Geologi

Kondisi geologi daerah Kabupaten Maluku Tenggara Barat yang merupakan

kepulauan dan terkonsentrasi pada Gugus Pulau Tanimbar dan sekitarnya, telah

diselidiki dan dipetakan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (P3G,

Bandung) pada tahun 1989 oleh Sukardi dan Sutrisno. Daerah kajian termasuk ke

dalam Peta Geologi Lembar Kepulauan Tanimbar, Maluku dengan skala 1: 250.000.

Analisis geomorfologi daerah ini didasarkan pada penafsiran peta fisiografi/morfologi,

pengamatan bentang alam dan proses pembentukan morfologi seperti tahapan

pembentukan sungai dan jentera erosi, pengamatan litologi serta struktur geologi

yang berkembang di lapangan. Menurut Sukardi dan Sutrisno (1989) morfologi

  Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

daerah ini secara umum merupakan Perbukitan Sejajar, Perbukitan Bergelombang dan

Pedataran Alluvial.

  

Dasar stratigrafi yang dipilih dalam penentuan satuan stratigrafi daerah Kabupaten

Maluku Tenggara Barat dan sekitarnya adalah litostratigrafi. Penamaan masing-

masing satuan stratigrafi bersendi pada litologi penyusun yang dominan dan memakai

satuan tidak resmi. Penyebaran setiap satuan stratigrafi dalam peta geologi dibuat

berdasarkan penyebaran satuan stratigrafi atau formasi yang sudah diterbitkan

petanya. Batas setiap satuan stratigrafi ditentukan atas dasar hubungan

ketidakselarasan atau keselarasan antara suatu satuan stratigrafi atau formasi dengan

suatu satuan stratigrafi atau formasi yang berdekatan. Umur dan batuan penyusun

setiap satuan stratigrafi, mengikuti umur dan batuan penyusun formasi yang telah

ditetapkan.

  Berdasarkan pada peta geologi yang sudah terbit ( Peta Geologi Lembar Kepulauan

Tanimbar, Maluku yang disusun oleh Sukardi dan Sutrisno, 1989) di daerah

Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan sekitarnya dapat dibagi menjadi 7 (empat)

Formasi stratigrafi tidak resmi. Berurutan dari umur tua sampai muda terdiri dari: 1.

   Kompleks Molu (M), terdiri dari batupasir kuarsa, batugamping napalan berfosil Belemnit dan Moluska, batugamping Kristal, batugamping oolit, batugamping berfosil Spiriferina, rijang, sekis, andesit piroksen, basal amigdal, diorit hornblenda, trakit porfir dan tufa.

  2. Formasi Tangustabun (Tpt), terdiri dari: perselingan antara lempung coklat kemerahan, tufa kaca, rijang, batupasir kuarsa dan batugamping.

  3. Formasi Batimafudi (Tmb), terdiri dari: perselingan batugamping pasiran, napal, batupasir gampingan dengan struktur perlapisan berupa silang siur.

  4. Anggota Napal, Formasi Batimafudi (Tmbm), terdiri dari: Napal bersisipkan batugamping pasiran setempat dijumpai struktur laminasi.

  5. Formasi Batilembuti (QTb), terdiri dari: Napal yang kaya akan fosil plangton dan bentos, batugamping yang sangat rapuh, yang terbentuk seluruhnya dari fosil plangton dan bentos, napal kapuran berwarna putih dan ringan.

  6. Formasi Saumlaki (Qs), terdiri dari: batugamping koral, padat, setempat terbreksikan, bagian bawah konglomerat dengan komponen batugamping dan cangkang fosil.

  7. Aluvium (Qa), terdiri dari: lumpur, pasir dan kerikil.

  Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM) Batugamping yang terdapat di daerah kajian ini umumnya bersifat mudah meresapkan dan melarutkan air. Tersebar di daerah Pantai Barat dan Utara Yamdena, Pulau Selaru, Pulau Larat, dan pulau-pulau kecil disekitar pulau Yamdena. Peta Geologi daerah Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan sekitarnya, dapat di lihat pada Gambar 2-3 berikut ini.

  Gambar 2-3 Peta Geologi daerah Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan

  

sekitarnya

  (Sukardi dan Sutrisno, 1989)

  

Struktur geologi yang berkembang di daerah Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan

sekitarnya dikontrol dan tidak terlepas dari pengaruh struktur besar dan tektonik

regional yang berkembang di Pulau Maluku dan sekitarnya. Kelurusan-kelurusan yang

dianggap sebagai manifestasi struktur geologi relatif berarah Utara - Selatan dan Barat

  Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

  • - Timur. Struktur geologi yang dapat diamati berupa lipatan, sesar naik, sesar geser,

    dan kelurusan-kelurusan yang menunjukkan arah utama Utara - Selatan dan

    Baratdaya-Timurlaut. Struktur lipatan seperti antiklin dan sinklin berarah Baratlaut -

    Tenggara dan Baratdaya - Timurlaut.

    Di daerah ini proses tektonik terjadi pada Akhir Paleogen atau bahkan lebih tua.

    Gejala ini mengakibatkan perlipatan, pensesaran dan pemalihan regional derajat

    rendah. Tektonik yang dapat diamati terjadi pada Plio-Plistosen, yang mengakibatkan

    ketidakselarasan dengan batuan yang lebih tua dan mengaktifkan kembali struktur-

    struktur geologi yang terbentuk sebelumnya. Untuk memperoleh data yang lebih

    akurat tentang perkembangan struktur geologi ini perlu dilakukan pengamatan yang

    lebih detail.

    Secara umum kondisi geologi daerah Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan

    sekitarnya, seperti yang telah dibahas di atas relatif harus mendapat perhatian khusus

    menyangkut masalah tanah dasar dan batuan maupun struktur geologi. Struktur

    geologi yang berkembang di daerah kajian cukup intensif (lihat Peta Geologi, Gambar

    2.3), untuk lebih memastikan seberapa besar pengaruh dari struktur geologi ini

  

terhadap ketersediaan air tanah atau kondisi hidrogeologi secara umum perlu

dilakukan penyelidikan lanjutan.

2.1.4 Hidrologi, Klimatologi dan Hidrogeologi A.

   Air tanah dan akuifer

Air merupakan salah satu kebutuhan utama manusia, sehingga ada ilmu pengetahuan

khusus yang membahas tentang air yaitu hidrologi. Hidrologi adalah ilmu tentang air

baik di atmosfer, di permukaan bumi, dan di dalam bumi, tentang terjadinya,

perputarannya, serta pengaruhnya terhadap kehidupan yang ada di alam ini

(Shiddiqy, 2014).

Keberadaan Air Tanah sangat tergantung besarnya curah hujan dan besarnya air yang

dapat meresap kedalam tanah. Faktor lain yang mempengaruhi adalah kondisi

litologi (batuan) dan geologi setempat. Kondisi tanah yang berpasir lepas atau batuan

yang permeabilitasnya tinggi akan mempermudah infiltrasi air hujan kedalam formasi

batuan. Dan sebaliknya batuan dengan sementasi kuat dan kompak memiliki

kemampuan untuk meresapkan air kecil. Dalam hal ini hampir semua curah hujan

akan mengalir sebagai limpasan ( runoff) dan terus ke laut. Faktor lainnya adalah

perubahan lahan-lahan terbuka menjadi pemukiman dan industri, penebangan hutan

  Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

tanpa kontrol. Hal tersebut akan sangat mempengaruhi infiltrasi terutama bila terjadi

pada daerah resapan ( recharge area).

Pemanfaatan air untuk berbagai macam keperluan tidak akan mengurangi kuantitas

air yang ada di muka bumi ini, tetapi setelah dimanfaatkan maka kualitas air akan

menurun. Air di bumi ini selalu mengalir dan dapat berubah wujud menjadi uap air

sebagai akibat pemanasan oleh sinar matahari dan tiupan angin. Uap air ini kemudian

menguap dan mengumpul membentuk awan. Pada tahap ini terjadi proses

kondensasi yang kemudian turun sebagai titik-titik hujan atau salju. Sebagian dari air

yang jatuh kebumi meresap kedalam tanah sebagai Air Tanah, sedangkan sebagian

lainya mengalir sebagai air permukaan yang kemudian menguap kembali akibat sinar

matahari. Siklus disebut siklus hidrologi (hydrologic cycle).

  Gambar 2-4 Siklus Hidrologi (

  hydrologic cycle) Secara umum, siklus hidrologi dapat dibagi dalam tiga tahapan: 1) Air permukaan yang ada di muka bumi ini membentuk kumpulan butir-butir air sebagai awan, ditiup angin ke arah dataran, kemudian turun sebagai hujan; 2)

  Air hujan yang turun ke permukaan bumi, sebagian mengalir sebagai air permukaan, sebagian menguap (evaporasi) dan sebagian lagi menyerap

  Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM) melalui pori-pori tanah ke dalam tanah (infiltrasi) sebagai Air Tanah ( groundwater);

  3) Air yang masuk kedalam tanah sebagai Air Tanah, sebagian mengisi lapisan tanah/batuan dekat permukaan bumi yang kemudian disebut akuifer dangkal, dan sebagian lagi terus masuk kedalam tanah untuk mengisi lapisan akuifer yang lebih dalam. Proses ini berlangsung dalam waktu yang sangat lama.

  Lokasi pengisian (recharge area) dapat jauh sekali dari lokasi pengambilan airnya (discharge area).

  Secara skematis siklus ini dapat digambarkan sebagai berikut:

  Gambar 2-5 Diagram siklus hidrologi (Dr. Ir. Robert J Kodoatie, 1996) Keterangan gambar:

  7. runoff ) aliran jaringan sungai ( 1. (evaporasi) 8. penguapan transpirasi 2.

  9. evapotranspirasi kenaikan kapiler 3.

  10. hujan (air atau salju) infiltrasi 4.

  11. interflow ) air mengalir lewat batang tanaman aliran antara ( atau jatuh langsung dari tanaman 12. baseflow ) aliran dasar (

  5. (over land flow) 13. aliran di muka tanah aliran runout 6.

  14. banjir (genangan) perkolasi 15. kenaikan kapiler

  Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

Air tanah didefinisikan sebagai air yang terdapat di bawah permukaan bumi. Salah

satu sumber utamanya adalah air hujan yang meresap ke bawah lewat lubang pori di

antara butiran tanah. Air yang berkumpul di bawah permukaan bumi ini disebut

akuifer.

  

Ada beberapa pengertian akuifer berdasarkan pendapat para ahli, Todd (1955)

menyatakan bahwa akuifer berasal dari bahasa latin yaitu aqui dari kata aqua yang berarti air dan kata ferre yang berarti membawa, jadi akuifer adalah lapisan

pembawa air. Herlambang (1996) menyatakan bahwa akuifer adalah lapisan tanah

yang mengandung air, di mana air ini bergerak di dalam tanah karena adanya ruang

antar butir-butir tanah. Berdasarkan kedua pendapat, dapat disimpulkan bahwa

akuifer adalah lapisan bawah tanah yang mengandung air dan mampu mengalirkan

air. Hal ini disebabkan karena lapisan tersebut bersifat permeable yang mampu

mengalirkan air baik karena adanya pori-pori pada lapisan tersebut ataupun memang

sifat dari lapisan batuan tertentu. Contoh batuan pada lapisan akuifer adalah pasir,

kerikil, batu pasir, batu gamping rekahan. Akuifer dan aliran air pada pori-pori

ditunjukkan oleh Gambar 2.6 dan Gambar 2.7 pada halaman berikutnya.

  Gambar 2-6 Akuifer di bawah tanah (Shiddiqy, 2014)

  Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

  Gambar 2-7 Aliran air pada pori-pori antar butir tanah (Shiddiqy, 2014)

  

Terdapat tiga parameter penting yang menentukan karakteristik akuifer yaitu tebal

akuifer, koefisien lolos atau permeabilitas, dan hasil jenis. Tebal akuifer diukur mulai

dari permukaan air tanah ( water table) sampai pada suatu lapisan yang bersifat semi kedap air ( impermeable) termasuk aquiclude dan aquifuge. Permeabilitas merupakan

kemampuan suatu akuifer untuk meloloskan sejumlah air tanah melalui penampang 1

  2

m . Nilai permeabilitas akuifer sangat ditentukan oleh tekstur dan struktur mineral

atau partikel-partikel atau butir-butir penyusun batuan. Semakin kasar tekstur dengan

struktur lepas, maka semakin tinggi batuan meloloskan sejumlah air tanah.

  

Sebaliknya, semakin halus tekstur dengan struktur semakin tidak teratur atau semakin

mampat, maka semakin rendah kemampuan batuan untuk meloloskan sejumlah air

tanah. Dengan demikian, setiap jenis batuan akan mempunyai nilai permeabilitas

yang berbeda dengan jenis batuan yang lainnya.

  

Hasil jenis adalah kemampuan suatu akuifer untuk menyimpan dan memberikan

sejumlah air dalam kondisi alami. Besarnya cadangan air tanah atau hasil jenis yang

dapat tersimpan dalam akuifer sangat ditentukan oleh sifat fisik batuan penyusun

akuifer (tekstur dan struktur butir-butir penyusunnya) (Anonim, 2006).

  

Menurut Krussman dan Ridder (1970), berdasarkan kadar kedap air dari batuan yang

melingkupi akuifer terdapat beberapa jenis akuifer, yaitu: Akuifer terkungkung

(

confined aquifer), akuifer setengah terkungkung (semi confined aquifer), akuifer

setengah bebas ( semi unconfined aquifer), dan akuifer bebas (unconfined aquifer).

Akuifer terkungkung adalah akuifer yang lapisan atas dan bawahnya dibatasi oleh

lapisan yang kedap air. Akuifer setengah terkungkung adalah akuifer yang lapisan di

atas atau di bawahnya masih mampu meloloskan atau dilewati air meskipun sangat

kecil (lambat). Akuifer setengah bebas merupakan peralihan antara akuifer setengah

terkungkung dengan akuifer bebas. Lapisan bawahnya yang merupakan lapisan kedap

air, sedangkan lapisan atasnya merupakan material berbutir halus, sehingga pada

lapisan penutupnya masih dimungkinkan adanya gerakan air. Akuifer bebas lapisan

atasnya mempunyai permeabilitas yang tinggi, sehingga tekanan udara di permukaan

  Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

air sama dengan atmosfer. Air tanah dari akuifer ini disebut air tanah bebas (tidak

terkungkung) dan akuifernya sendiri sering disebut water-table aquifer. Jenis-jenis akuifer ditunjukkan pada Gambar 2.8 berikut ini.

  Gambar 2-8

  Jenis-jenis Akuifer (Shiddiqy, 2014)

Todd (1980) menyatakan bahwa tidak semua formasi litologi dan kondisi

geomorfologi merupakan akuifer yang baik. Berdasarkan pengamatan lapangan,

akuifer dijumpai pada bentuk lahan sebagai berikut:

  1. Lintasan air (water course) Bentuk lahan di mana materialnya terdiri dari aluvium yang mengendap di sepanjang alur sungai sebagai bentuk lahan dataran banjir serta tanggul alam. Bahan aluvium itu biasanya berupa pasir dan kerikil.

  2. Dataran (plain) Bentuk lahan berstruktur datar dan tersusun atas bahan aluvium yang berasal dari berbagai bahan induk sehingga merupakan akuifer yang baik.

  3. Lembah antar pegunungan (intermontane valley) Merupakan lembah yang berada di antara dua pegunungan dan materialnya

berasal dari hasil erosi dan gerak massa batuan dari pegunungan di sekitarnya.

4. Lembah terkubur (burried valley)

  Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

Lembah yang tersusun oleh material lepas yang berupa pasir halus sampai kasar.

  

Berdasarkan perlakuannya terhadap air tanah, terdapat lapisan-lapisan batuan selain

akuifer yang berada di bawah permukaan tanah. Lapisan-lapisan batuan tersebut

dapat dibedakan menjadi: Aquiclude, aquitard, dan aquifuge. Aquiclude adalah

formasi geologi yang mungkin mengandung air, tetapi dalam kondisi alami tidak

mampu mengalirkannya, misalnya lapisan lempung, serpih, tuf halus, lanau. Untuk

keperluan praktis, aquiclude dipandang sebagai lapisan kedap air. Letak aquiclude ditunjukkan pada Gambar 2.9 berikut ini.

  Gambar 2-9 Letak Aquiclude (Shiddiqy, 2014)

  

Aquitard adalah formasi geologi yang semi kedap, mampu mengalirkan air tetap

dengan laju yang sangat lambat jika dibanding dengan akuifer. Meskipun demikian

dalam daerah yang sangat luas, mungkin mampu membawa sejumlah besar air antara

akuifer yang satu dengan lainnya. Aquifuge merupakan formasi kedap yang tidak

mengandung dan tidak mampu mengalirkan air.

Berdasarkan pembahasan di atas dan Peta Hidrogeologi Lembar Kepulauan Maluku

dengan skala 1 : 250.000, lembar VI, yang disusun oleh Ucu Takhmat Akus, 2008,

diketahui bahwa di daerah kajian terdapat sedikitnya 10 (sepuluh) CAT (Cekungan Air

Tanah) dan batuan di Kabupaten Maluku Tenggara Barat memiliki kelulusan air kecil

sampai tinggi. Kelulusan kecil terdapat pada batulempung napalan, kelulusan rendah

sampai sedang pada batugaping kristalin yang masif, sedangkan kelulusan tinggi

  Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

terdapat pada batugamping pasiran. Akifer yang terdapat di daerah kajian dapat

dibedakan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu: 1).

  5 Kormomolin Batimaffudi 0,54

  13 Molo Maru Molu 73,11

  12 Molo Maru Kalbur 0,48

  11 Molo Maru Wayangan 4,53

  10 Molo Maru Maru 21,69

  9 Kormomolin Ngun 286,78

  8 Kormomolin Ueswan 23,39

  7 Kormomolin Meyonadas 47,33

  6 Kormomolin Watmuri 12,08

  4 Wertamrian Arui 17,45

  Aquifer Produktif: aquifer ini mempunyai tingkat keterusan yang beragam, muka air tanah umumnya dalam, setempat dapat dijumpai mata air dengan debit yang cukup besar. 2).

  3 Nirunmas Arma 149,71

  2 Nirunmas Ngun 37,55

  1 Nirunmas Watmuri 68,74

  )

  2

  Tabel 2-2 Nama-nama Sungai Di Kabupaten Maluku Tenggara Barat No Kecamatan DAS Luas (Km

  Aquifer Sangat Rendah: daerah dengan kondisi Aquifer seperti ini umumnya merupakan daerah dengan kondisi air tanah langka/ jarang atau dengan kata lain sulit dijumpai air tanah.

Air adalah sumber daya alam dinamis, yang selalu bergerak melalui daur hidrologi

yang abadi. Bumi banyak sekali memiliki air, tetapi hanya 2,5% yang berupa air

tawar (97,5% adalah air asin). Hanya 0,3% dari air tawar yang terdapat di bumi

berupa air permukaan danau, telaga, waduk, situ, dan air sungai yang dapat langsung

dimanfaatkan oleh manusia.

Kabupaten Maluku Tenggara Barat merupakan kabupaten kepulauan yang hampir

sebagian besar desa –desa di setiap Kecamatan di wilayah Kabupaten Maluku

Tenggara Barat berbatasan langsung dengan pesisir pantai, tetapi ada beberapa desa

yang di lewati sungai. Berikut adalah Tabel 2-2 yang menyajikan nama-nama sungai

di Kabupaten Maluku Tenggara Barat.

  Aquifer Rendah: aquifer ini umumnya mempunyai tingkat keterusan rendah, setempat pada daerah yang stabil air tanah dapat diperoleh, meskipun debitnya kecil. 3).

  14 Selaru Anggarmasa 7,37

  Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

  2 No Kecamatan DAS Luas (Km )

  15 Selaru Nurianat 0,80

  16 Selaru Selaru 340,42

  17 Selaru Riama 1,40

  18 Tanimbar Selatan Asutubun 0,01

  19 Tanimbar Selatan Asutubun 3,13

  20 Tanimbar Selatan Lermatang 42,26

  21 Tanimbar Selatan Lolan 67,49

  22 Tanimbar Selatan Kebiarat 12,02

  23 Tanimbar Selatan Saumlaki 19,06 Sumber: Kementerian Pekerjaan Umum Dirjen Sumber Daya Air Satker Balai Wilayah Sungai Maluku, 2011.

  B.

   Kondisi Klimatologi

Kabupaten Maluku Tenggara Barat beriklim tropis yang bervariasi antara tiap bagian

wilayah dan sangat dipengaruhi oleh lautan yaitu Laut Banda, Laut Arafura dan

Samudera Indonesia juga dibayangi oleh Pulau Irian di bagian Timur dan Benua

Australia di bagian selatan sehingga sewaktu-waktu terjadi perubahan iklim.

  1. Iklim Iklim diwilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat sangat dipengaruhi oleh sirkulasi angin masim yang bergerak dari dan ke arah ekuator. Sehingga, pola iklim diwilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat adalah pola ekuatorial yang dicirikan oleh bentuk pola hujan yang bersifat bomodal (dua puncak hujan) yaitu pada bulan Desember/Januari dan April/Mei. Selama periode April-September sirkulasi udara didominasi oleh angin pasat tenggara atau angin timuran dari Australia yang dingin dan relatif kering sehingga kurang mendatangkan hujan, terutama pada bulan Juli, Agustus, dan September, sedangkan selama periode Oktober-Maret, angin pasat timur dari lautan pasifik dan Asia yang lembab dan panas bertiup secara dominan dan konvergen menuju ekuator dan berubah arah menjadi barat laut atau angin baratan menuju bagian selatan ekuator, diantaranya melewati laut Banda yang cukup luas. Curah hujan cukup tinggi pada bulan Desember, Januari, Februari dan Maret Kondisi data historis curah hujan menunjukkan bahwa wilayah Maluku Tenggara Barat

  • – merupakan daerah terkering dengan curah hujan tahunan rata-rata antara 1500 2000 mm. Berdasarkan peta zona agroklimat Provinsi Maluku (LTA-72,1986) dan klasifikasi iklim Oldeman (1980), Iklim Kabupaten Maluku Tenggara Barat pada gugus Pulau Tanimbar termasuk tiga zonaagroklimat, yaitu:

  Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM) a.

  Zona II.3: Curah hujan tahunan 1.500–1.800 mm, tercakup didalamnya zona D3 (5-6 BB, 4-6 BK) meliputi Kepulauan Tanimbar Bagian Timur; b.

  Zona II.4: Curah hujan tahunan 1.800–2. 100 mm, tercakup didalamnya

zona C3 5-6 BB, 4-6 BK) meliputi Kepulauan Tanimbar Bagian Barat;

c.

  Zona IV.1: Curah hujan tahunan 3.000–4.800 mm, tercakup didalamnya zona A2 (> 9 BB, >2BK) meliputi Bagian Barat Yamdena.

  2. Curah Hujan Jumlah curah hujan selama tahun 2015 sesuai data dari Stasiun Meteorologi Saumlaki adalah 1.752 mm, dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari yaitu 410 mm. Jumlah hari hujan selama tahun 2015 adalah 190 hari, dengan hari hujan terbanyak pada bulan Januari dan April, yaitu sebanyak 27 hari. Data mengenai jumlah curah hujan dan hari hujan di wilayah studi selengkapnya disajikan pada Tabel 2-3 berikut ini.

  Tabel 2-3 Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan Di Kabupaten Maluku Tenggara Barat Curah Hujan Hari Hujan

  No Bulan (mm) (Hari)

  1 Januari 410

  27

  2 Februari 226

  20

  3 Maret 122

  20

  4 April 239

  27

  5 Mei 278

  20

  6 Juni 212

  25

  7 Juli

  47

  19

  8 Agustus

  7

  13

  • 9 September

  1

  10 Oktober - -

  11 November - -

  12 Desember 211

  18 JUMLAH 2015 1.752 190 2014 1.887 166 2013 2.369 198 2012 1.801 134

  2011 2.121 178 Sumber: BPS, Kabupaten Maluku Tenggara Barat Dalam Angka Tahun 2016 3.

   Musim Selama periode April – September sirkulasi udara didominasi oleh angin pasat tenggara atau angin timuran dari Australia yang dingin dan relatif kering sehingga kurang mendatangkan hujan, terutama pada bulan Juli, Agustus dan September.

  Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM) Selama periode Oktober – Maret, angin pasat timur laut dari lautan pasifik dan Asia yang lembab dan panas bertiup secara dominan dan konvergen menuju ekuator dan berubah arah menjadi barat laut atau angin baratan menuju bagian selatan ekuator, diantaranya melewati laut Banda yang cukup luas. Angin tersebut banyak mengandung uap air yang tercurah sebagai hujan di wilayah Maluku Tenggara Barat. Curah hujan cukup tinggi pada bulan Desember, Januari, Februari dan Maret.

  98

  7 Juli 25,9 81 1.015,30

  8

  73

  8 Agustus 25,6 76 1.015,70

  9

  94

  9 September 26,3 77 1.015,10

  7

  10 Oktober 26,9 76 1.015,30

  8

  7

  97

  11 November 28,8 77 1.011,40

  4

  90

  12 Desember 28,9 80 1.010,30

  6

  58 RATA-RATA 27,3 81 1.012,79

  7

  76

  6 Juni 26,8 81 1.013,50

  4. Suhu, Kelembaban, Tekanan Udara, Kecepatan Angin dan Penyinaran Matahari Sesuai data dari Stasiun Meteorologi Saumlaki, suhu rata –rata terendah pada tahun 2015 adalah 25,6 C yaitu pada bulan Agustus, sedangkan suhu rata-rata tertinggi pada bulan Desember, sebesar 28,9

  2 Februari 27,8 84 1.010,40

  C. Rata-rata Kelembaban Udara Relatif tertinggi tahun 2015 terjadi pada bulan Januari yaitu sebesar 88%. Tekanan udara dan kecepatan angin tertinggi pada tahun 2015 terjadi pada bulan Agustus sebesar 1.015,7 milibar dan 9 knot. Durasi penyinaran matahari tertinggi terjadi pada bulan September yaitu sebesar 98%. Berikut adalah Tabel 2-4 yang menyajikan informasi mengenai suhu, kelembaban relatif, tekanan udara, kecepatan angin dan penyinaran matahari di wilayah studi.

  Tabel 2-4 Suhu, Kelembaban Relatif, Tekanan Udara, Kecepatan Angin dan Penyinaran Matahari Di Kabupaten Maluku Tenggara Barat Tahun 2015

  No Bulan Suhu udara rata-rata ( c)

  Kelembaban relatif rata-rata (%)

  Tekanan udara rata-rata (mb) Kecepatan angin rata- rata (knot)

  Penyinaran matahari rata-rata (%)

  1 Januari 27,5 88 1.009,60

  6

  41

  6

  68

  69

  3 Maret 28,0 84 1.011,80

  6

  71

  4 April 27,8 84 1.011,50

  5

  60

  5 Mei 27,3 80 1.013,60

  7

  75 Sumber: Kabupaten Maluku Tenggara Barat Dalam Angka Tahun 2016

  Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

2.2 SARANA DAN PRASARANA

2.2.1 Pengelolaan Air Limbah Domestik

  

Air limbah domestik (rumah tangga) di Kabupaten Maluku Tenggara Barat, terdiri

dari air kotor ( grey water) dan lumpur tinja (black water). Air kotor umumnya

berasal dari kamar mandi, dapur, atau tempat cuci. Lumpur tinja bersumber dari WC

dan urinoir. Umumnya sistem pembuangan air kotor rumah tangga di Kabupaten

Maluku Tenggara Barat masih menyatu dengan sistem pembuangan air hujan

(drainase), yang dialirkan secara langsung ke saluran terbuka (primer, sekunder), dan

laut. Pembuangan air kotor secara langsung ke saluran drainase tersebut, dilakukan

tanpa pengolahan apapun, sehingga berpotensi mengakibatkan pencemaran

lingkungan.

Pada sisi lain berdasarkan survei EHRA, juga dijumpai pembuangan air kotor

dilakukan secara terbuka saja di halaman dimana air secara gravitasi akan mengalir ke

bagian yang lebih rendah. Pembuangan secara terbuka di halaman ini, menyebabkan

dampak-dampak ikutan yang tidak menguntungkan, seperti kualitas lingkungan

permukiman yang kotor dan tidak sehat, terbentuknya genangan-genangan air yang

memicu endemic malaria, dan erosi/ pengikisan tanah. Sistem pembuangan lumpur

tinja rumah tangga umumnya diteruskan ke tengki septik tunggal melalui masing-

masing jamban keluarga. endapan tinja yang terkumpul didalam tengki septik tidak di

angkut untuk diolah karena tidak ada armada (truk tinja) dan tidak ada Istalasi

Pengelolaan Lumpur Tinja (IPLT).

  Gambar 2-10 Skematik Pengolahan Air Limbah Domestik di Kabupaten Maluku Tenggara Barat

  Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

Kondisi seperti ini sangat berpengaruh pada kesehatan lingkungan, karena jika air

limbah yang dihasilkan lebih dari 30 liter/orang/hari, besar kemungkinan tanah tidak

mampu lagi meloloskan air limbah, dan jika volume air limbah yang dihasilkan lebih

rendah maka tanah berpasir masih mampu meloloskan air limbah terolah dari tengki

septik kedalam tanah. Selain itu, Berdasarkan survei EHRA, anggota keluarga dewasa

bila ingin membuang air besar telah 39,32% dilakukan di jamban pribadi. Namun

demikian masih ditemui juga responden yang membuang air besar di

sungai/pantai/laut (340 responden atau 28,38%), MCK/WC umum (289 responden

atau 24,12%), kebun/pekarangan (137 responden atau 11,44%), lainnya (62

responden atau 5,18%), selokan/parit/got (41 responden atau 3,42%), tidak tahu (21

responden atau 1,75%), WC helikopter (15 responden atau 1,25%) dan lubang galian

(6 responden atau 0,5%).

  Sumber Gambar 2-11 Grafik Tempat Anggota Keluarga Bila Ingin Buang Air Besar

2.2.2 Pengelolaan Persampahan

  

Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara Barat cukup serius dalam penanganan

masalah persampahan di daerah, ini di wujudkan dalam bentuk program Jumat

Bersih, Semua Pegawai maupun Masyarakat terlibat dalam pelaksanaan pembersihan

sampah. Pelayanan persampahan di Kabupaten Maluku Tenggara Barat lebih di

pusatkan pada Ibu Kota Kabupaten maupun Ibu Kota Kecamatan dengan tetap

mengacu pada RTRW Kabupaten Maluku Tenggara Barat, dengan

mempertimbangkan luasnya wilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat, maka

pengelolaan sampah diarahkan di Ibu Kota Kecamatan dengan penyediaan media

Tempat Pembuangan Sementara (TPS). Kondisi eksisting persampahan di Kabupaten

Maluku Tenggara Barat dilakukan pelayanan pada wilayah Kota Saumlaki dan Kota

Larat dengan masing-masing difasilitasi sarana prasarana persampahan yang cukup

  Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

memadai, fasilitas persampahan yang disediakan seperti TPS baik yang berupa bak

sampah ataupun tong sampah. Fasilitas yang tersedia ini dilayani oleh armada

sampah berupa dump truk secara bergiliran setiap hari, dalam sehari masing-masing

armada melakukan pengangkutan dari TPS ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA )

sebanyak 2 (dua) kali rotasi.

Dominan timbunan sampah yang dihasilkan berupa sampah rumah tangga, akan

tetapi dari sumber sampah sampai pada TPS belum diolah dan dipilah oleh

masyarakat. Begitu pun dari TPS menuju ke TPA juga tidak diolah dan dipilah,

sehingga sampah yang dihasilkan belum dapat dimanfaatkan atau didaur ulang.

Tingkat kesadaran masyarakat dalam membuang sampah pada tempatnya cukup

rendah khususnya permukiman yang berbatasan langsung dengan pantai, yang

hampir sebagian besar membelakangi laut sehingga menjadikan pesisir pantai sebagai

media pembuangan sampah.

  

Hal ini sementara menjadi perhatian penting di daerah dengan program-program

sosialisasi serta pelaksanaan regulasi yang membuat jerah bagi setiap orang yang

membuang sampah tidak pada tempatnya sehingga menyebabkan pencemaran dan

penyebaran bibit penyakit.

  

Berdasarkan survey EHRA, pengelolaan sampah rumah tangga secara umum adalah

dengan membuang sampah ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk

(37,61%). Selain itu cara pengelolaan lain yang banyak dilakukan adalah membuang

sampah ke sungai/kali/laut dan danau (35,64%). Dikumpulkan dan dibuang ke TPS

(12,82%) dan dibakar (10,26%).

  Gambar 2-12 Pengelolaan Sampah Rumah Tangga

  Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

Pengelolaan persampahan Kabupaten Maluku Tenggara Barat ditangani oleh Dinas

Kebersihan, dimana daerah yang dilayani hanya 3 Kecamatan yaitu Kecamatan

Tanimbar Selatan, Tanimbar Utara dan Kecamatan Wermaktian. Adapun sarana dan

prasarana Dinas Kebersihan Kabupaten Maluku Tenggara Barat dapat dilihat pada

Tabel berikut ini.

  1 Kec. Kormomolin - 15 -

  2 Total 40 10,241

  10 Kec. Molu Maru 22 -

  9 Kec. Yaru - - -

  8 Kec. Wuarlabobar - - -

  1

  7 Kec. Wartamrian - 1,836

  6 Kec. Warmaktian 6 - -

  12 6 -

  5 Kec. Tanimbar Utara

  4 Kec. Tanimbar Selatan - 7,521 -

  3 Kec. Selaru - 863 -

  2 Kec. Nirunmas - - -

  TPS UMUM TPS PRIBADI TPA

  Tabel 2-5 Sarana dan Prasarana Pengelolaan Persampahan Kabupaten Maluku

  NO Daerah Sarana & Prasarana

  Tabel 2-6 Sarana dan Prasarana Sampah di Tiap Kecamatan Kabupaten Maluku Tenggara Barat

  

Data sarana dan prasarana sampah di tiap kecamatan di Kabupaten Maluku Tenggara

Barat dapat dapat dilihat pada tabel berikut ini.

  1 Sumber: Dinas Kebersihan Kabupaten Maluku Tenggara Barat Tahun 2016

  7 Excavator

  6 TPA 3.000 m 3

  5 Arm Roll Truck 1 baik 3 m 3

  4 Dump Truck 4 baik 6 m 3

  3 Kontainer 12 baik 8 m 2

  2 Motor Sampah 3 rusak berat

  1 Gerobak Sampah 4 rusak ringan 4 m 2

  No Daerah Jumlah (Unit) Kondisi Kapasitas

  

Tenggara Barat

  3 Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Maluku Tenggara Barat Tahun 2016

  Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

Fasilitas yang dimiliki oleh Dinas Kebersihan Kabupaten Maluku Tenggara Barat untuk

pengelolaan persampahan di setiap wilayah pelayanannya adalah sebagai berikut:

  1. Kecamatan Tanimbar Selatan: TPA (Control Land Fill);

   Dump Truck (5 unit);

   Arm Roll (1 unit);

   Alat Berat di TPA (1 unit).

   2.

   Kecamatan Tanimbar Utara:

   TPA (Open Dumping); Dump Truck (1 unit).

   3.

   Kecamatan Wermaktian: TPA (Open Dumping);

   Kendaraan roda 3 (3 unit).

  

Adapun pengelolaan persampahan di daerah pedesaan dilakukan secara individual

yaitu dengan cara membuang sampah di belakang rumah atau ada pula yang

membuang sampah secara komunal yaitu dengan cara membuang sampah ke lokasi

yang telah disediakan oleh pemerintah desa.

2.2.3 Drainase

  

Saluran drainase yang ada Kabupaten Maluku Tenggara Barat meliputi saluran

primer, saluraran sekunder dan saluran tersier. Saluran primer berupa sungaisungai

yang berada di kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan dan bermuara langsung

ke laut secara terkendali terhadap kondisi pasang surut yang ekstrim.