DOCRPIJM 1503122681BAB V RPIJM Keterkaitan BANYUASIN
BAB V KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN BANYUASIN
5.1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 11 ayat (2), mengamanatkan bahwa pemerintah kabupaten/kota berwenang dalam melaksanakan penataan ruang wilayah kabupaten/kota yang meliputi perencanaan tata ruang wilayah kabupaten/kota, pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota, dan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota. Sebagai acuan dalam penataan ruang, pemerintah kabupaten /kota menyusun RTRW Kabupaten/Kota untuk mewujudkan keterpaduan pembangunan dalam wilayah kabupaten/kota maupun dengan wilayah sekitarnya.
5.1.1 Tujuan Penataan Ruang
Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arahan perwujudan ruang wilayah kabupaten yang ingin dicapai pada masa yang akan datang (20 tahun). Dengan mempertimbangkan visi pembangunan, kompleksitas permasalahan dan untuk menjawab berbagai issu strategis pembangunan yang berkembang di Kabupaten Banyuasin, maka diformulasikan tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Banyuasin 2011-2031 adalah:
“Mempercepat pertumbuhan Kabupaten Banyuasin melalui pengembangan pertanian dan pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan ditunjang kegiatan industri serta pertambangan untuk pembangunan berkelanjutan”
Adapun penjelasan lebih lanjut adalah sebagai berikut :
1. Pertanian
pengembangan melalui kegiatan yang berbasis pertanian dalam pengertian yang luas meliputi pertanian pangan, holtikultura, perkebunan dan peternakan. Adapun bentuk kegiatan mulai dari pembibitan,penyiapan lahan, budidaya, panen, proses pengolahan sampai pemasaran, termasuk pusat penelitian dan agrowisata.
2. Sumberdaya Kelautan dan Perikanan
pemanfaatan sumber daya kelautan, meliputi budidaya laut, perikanan tangkap, budidaya perairan payau, pertambangan dan energi, transportasi, dan wisata serta kegiatan konservasi meliputi upaya pelestarian, pemeliharaan dan pemulihan fungsi- fungsi alam yang berperan dalam menjaga keseimbangan alam (ekosistem).
3. Industri
Pengembangan industri meliputi industri besar, sedang dan rumah tangga, dengan bentuk kegiatan mulai dari penetapan kawasan industri, proses pengelolahan barang dan jasa sampai dengan pemasaran, pemenuhan sarana dan prasarana pendukung yang saling mendukung dan terintegrasi dengan kegiatan pengembangan lainnya.
4. Pertambangan
Pengembangan kegiatan pertambangan yaitu pertambangan batubara, minyak dan gas bumi serta penggalian aspal alam, koalin, dan pasir silika, dengan bentuk kegiatan mulai dari penetapan kawasan, proses pengelolaan sampai dengan pemasaran.
Berkelanjutan 5.
Dalam setiap kegiatan pembangunan memperhatikan kondisi kualitas lingkungan fisik, memanfaatkan dengan bijak sumberdaya lahan yang tersedia sesuai dengan peruntukannya, malakukan proses penyesuaian kondisi dan karakteristik lahan dalam setiap pemanfaatan termasuk pula antisipasi mengembangkan orientasi ekonomi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat . Hal ini dilakukan sesuai prinsip sustainable development bahwa pemanfaatan sumberdaya selain memenuhi kebutuhan sekarang juga dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan generasi mendatang.
5.1.2 Kebijakan Dan Strategi Penataan Ruang
Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten adalah arahan pengembangan wilayah yang ditetapkan oleh pemerintah daerah kabupaten guna mencapai tujuan penataan ruang wilayah kabupaten dalam kurun waktu 20 (dua puluh) tahun. Dalam rangka pencapaian tujuan penataan ruang wilayah kabupaten, maka rumusan kebijakan penataan ruang dari Kabupaten Banyuasin adalah sebagai berikut:
1. Pembentukan dan pengembangan pusat pelayanan yang mencakup seluruh wilayah Kabupaten sesuai dengan potensi yang dimiliki untuk mendorong pertumbuhan wilayah sehingga meminimalisir ketimpangan antar wilayah;
2. Peningkatan aksesibilitas, layanan sarana dan prasarana melalui pengembangan sistem trasnportasi keseluruh wilayah dalam rangka pemerataan pertumbuhan wilayah Kabupaten Banyuasin;
3. Pemantapkan, perlindungan dan peningkatan kualitas kawasan lindung;
4. Pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan budidaya yang dikelola secara optimal, terintegrasi, sesuai dengan daya dukung wilayah dan ramah lingkungan;
5. Pengembangan kawasan strategis kabupaten untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi, kelestarian sumber daya alam hayati, dan budaya Kabupaten Banyuasin.
6. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara. Dengan kebijakan tersebut, diharapkan setiap bagian wilayah tumbuh menjadi semakin kuat dan berdaya saing atas dasar potensi yang dimilikinya. Berikut ini Penjabaran strategi yang didasarkan pada kebijakan yang telah ditetapkan. Strategi penataan ruang wilayah kabupaten merupakan penjabaran kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten ke dalam langkah-langkah operasional untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, Sebagai turunan dari rumusan kebijakan penataan ruang yang dijabarkan secara lebih operasional, maka strategi penataan ruang Kabupaten Banyuasin adalah sebagai berikut:
1. Strategi pembentukan dan pengembangan pusat pelayanan yang mencakup seluruh wilayah Kabupaten sesuai dengan potensi yang dimiliki untuk mendorong pertumbuhan wilayah sehingga meminimalisir ketimpangan antar wilayah, meliputi :
a. mengembangkan Ibukota Kecamatan Sungsang menjadi satu pusat kegiatan utama wilayah kabupaten (PKWp) sesuai arahan dalam RTRWP b. mengembangkan wilayah Pangkalan Balai, menjadi pusat kegiatan lokal (PKL) wilayah kabupaten sesuai arahan dalam RTRWP dan mempromosikan pusat utama lainnya sesuai dengan potensinya;
c. menetapkan pusat kegiatan sebagai Pusat Pengembangan Kawasan (PPK);
d. menetapkan pusat kegiatan/pusat permukiman yang memiliki wilayah layanan antar desa dan atau lebih dari satu desa sebagai Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL), selain yang telah ditetapkan sebagai Pusat Pengembangan Kawasan (PPK).
2. Strategi peningkatan aksesibilitas, layanan sarana dan prasarana keseluruh wilayah dalam rangka pemerataan pertumbuhan wilayah Kabupaten Banyuasin, meliputi :
a. Membangun dan meningkatkan kualitas prasarana transportasi keseluruh bagian
wilayah Kabupaten Banyuasin untuk memperlancar aksesibilitas terutama pada kawasan perairan dan wilayah yang masih terisolir; b. Mengembangkan jaringan jalan secara hirarkis yang menghubungkan antar pusat-
pusat kegiatan pelayanan perkotaan dan antara pusat-pusat kegiatan dengan masing-masing wilayah pelayanan; Mengembangkan sistem angkutan umum darat yang menghubungkan antar c. pusat-pusat kegiatan pusat permukiman penduduk dan mendukung pengembangan terminal penumpang dan bongkar muat yaitu terminal tipe A di Sungsang dan terminal tipe B di Pangkalan Balai sesuai arahan RTRWP
d. Mengembangkan sistem transportasi air di wilayah perairan Kabupaten Banyuasin
disertai dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas dermaga yang saling terintegrasi dengan rencana pelabuhan Tanjung Api-Api.
e. Mendukung pembangunan jalur kereta api menuju kawasan Tanjung Api-Api dan
jalur regional yang menghubungkan Provinsi Sumatera Selatan dengan Provinsi Jambi yang melalui Kecamatan Betung. Menyediakan fasilitas pelayanan sosial-ekonomi (kesehatan, pendidikan, air f. bersih, pasar, olahraga, pemerintahan,dsb).
g. Meningkatkan jangkauan pelayanan jaringan listrik, telekomunikasi, air bersih
yang mencapai seluruh wilayah Kecamatan.3. Strategi pemantapan, perlindungan dan peningkatan kualitas kawasan lindung, meliputi :
a. Mewujudkan Ruang Terbuka Hijau minimal 30% dari kawasan terbangun dan
mewujudkan hutan minimal 30% dari setiap DAS dengan sebaran yang proporsional yang berada di Kabupaten Banyuasin.
b. Mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun kualitasnya.
Mempertahankan dan melestarikan Kawasan Taman Nasional Sembilang c. sebagai green belt area dan kawasan konservasi untuk mempertahankan dan melestarikan kawasan mangrove yang berbasis masyarakat
d. Menggalang kerjasama regional, nasional dan internasional dalam rangka
kegiatan pengembangan dan penelitian fungsi kawasan lindung terutama pada kawasan Taman Nasional Sembilang, hutan lindung dan cagar alam laut.
e. Rehabilitasi lahan kritis , sedimentasi dan abrasi terutama pada wilayah pesisir
dan hulu sungai yang terjadi di Kabupaten Banyuasin.f. Meningkatkan konservasi sumberdaya air, pendayagunaan sumberdaya air dan
pengendalian daya rusak air dengan berbasis wilayah sungai dan daerah aliran sungai.
4. Strategi p engembangan dan peningkatan fungsi kawasan budidaya yang dikelola secara optimal, terintegrasi, sesuai dengan daya dukung wilayah dan ramah lingkungan;
Mengoptimalkan pemanfaatan lahan tidur (lahan non produktif) sebagai kawasan a. budidaya pertanian yang didukung oleh penyediaan seluruh sarana dan prasarana yang dibutuhkan,
b. pembangunan dan pengembangan kawasan hutan produksi (HP), hutan
produksi konversi dan hutan rakyat;
c. pembangunan dan pengembangan kawasan pertanian tanaman panga ,
hortikultura, peternakan serta kawasan perkebunan rakyat dan perkebunan swasta nasional; pembangunan dan pengembangan kawasan perikanan air tawar, air payau dan d. perikanan tangkap baik di perairan umum maupun perairan laut;
e. mengembangkan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil melalui pemanfaatan
sumberdaya pesisir dan kegiatan pariwisata untuk meningkatkan perekonomian masyarakat pesisir;
f. mengembangkan kawasan pariwisata;
g. mengembangkan kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan serta pulau-
pulau kecil yang diarahkan untuk mendukung pengembangan pusat-pusat kegiatan dan pusat pelayanan;
h. mengembangkan kawasan pertambangan untu k pengelolaan potensi sumber
daya alam secara berimbang dan berkelanjutan dengan memprioritaskan aspek keseimbangan ekosistem dan pelestarian lingkungan hidup; Mengembangkan kegiatan industri untuk mendukung peningkatan nilai tambah, i. produktivitas dan saling terintegrasi dengan kegiatan lainnya.
5. Strategi pengembangan kawasan strategis kabupaten untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi, kelestarian sumber daya alam hayati, dan budaya Kabupaten Banyuasin. mengembangkan budidaya pertanian pangan s ebagai bagian terbesar a. penopang produksi untuk Provinsi Sumatera Selatan yang ditetapkan sebagai lumbung pangan nasional melalui intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian dengan pusat pengembangan pada wilayah pertanian pasang surut; b. mengembangkan dan membangun sarana prasarana pendukung industri
terpadu dan Pelabuhan Tanjung Api-Api/Tanjung Carat;
c. mengembangkan kawasan agropolitan , minapolitan, KTM, Kawasan Migas dan
kawasan industri masyarakat perkebunan (KIMBUN) melalui penyediaan prasarana dan sarana serta fasilitas lainnya;
d. mengembangkan sarana dan prasarana pendukung kegiatan perdagangan yang
terpusat di Kawasan Betung; mengembangkan sarana dan prasarana pendukung pusat kegiatan perkantoran
e.
di Kawasan Pangkalan Balai;
f. mengembangkan sarana dan prasarana pendukung kegiatan industri yang
terpusat di Kawasan Industri Gasing dan Mariana; mengembangkan dan meningkatkan kerjasama regional, nasional bahkan
g.
internasional di bidang ekonomi berupa perluasan pemasaran hasil produksi dan membuka peluang investasi dan di bidang edukasi berupa kegiatan penelitian melalui Kawasan Agrocenter di Kecamatan Sembawa;
h. mengembangkan sarana prasarana perkotaan di kawasan pusat permukiman
yang diarahkan untuk mendukung pengembangan pusat-pusat kegiatan dan pusat pelayanan pada kawasan hinterland kota Palembang;
i. mengembangkan prasarana dan sarana Kawasan Kampung Nelayan Sungsang
sebagai Kawasan Cagar Budaya melalui kegiatan revitalisasi kawasan; Pemeliharaan dan pelestarian kawasan Taman Nasional Sembilang dan Suaka j.
Margasatwa Padang Sugihan sebagai fungsi pelestarian alam dan pelestarian suaka alam.
6. Strategi Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara.
a. mendukung penetapan kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan;
b. mengembangkan budi daya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan pertahanan dan keamanan untuk menjaga fungsi dan perutnukannya; c. mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budi daya tidak terbangun disekitar kawasan pertahanan dan keamanan negara sebagai zona penyangga; dan
d. turut serta memelihara dan menjaga aset-aset pertahanan dan keamanan.
5.2 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Penyusunan RPJMD dilakukan berdasarkan Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Dalam undang-undang tersebut, RPJM Daerah dinyatakan sebagai penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah kebijakan keuangan Daerah, strategi pembangunan Daerah, kebijakan umum, dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Penyusunan RPIJM tentu perlu mengacu pada rencana pembangunan daerah yang tertuang dalam RPJMD agar pembangunan sektor Cipta Karya dapat terpadu dengan pembangunan bidang lainnya. Oleh karena itu, ringkasan dari RPJMD perlu dikutip dalam RPIJM seperti visi, misi serta arahan kebijakan bidang Cipta Karya di daerah.
Kebijakan pembangunan pada dasarnya merupakan penetapan pokok-pokok pikiran sebagai suatu upaya pemerintah dalam melanjutkan dan mengimplementasikan visi, misi dan program Kepala Daerah sekaligus sebagai upaya percepatan pembangunan dalam melaksanakan otonomi daerah sehingga dapat terwujud masyarakat daerah yang maju, sejahtera, mandiri dan berdaya saing. Agar dalam pembangunan daerah terdapat kesatuan arah dan kebijakan umum yang jelas, maka sangat diperlukan adanya kesepakatan/kesatuan landasan sebagai tempat berpijak antara legislatif dan eksekutif. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, pelaksanaan agenda pembangunan Kabupaten Banyuasin memerlukan arah kebijakan umum sebagai pedoman bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) maupun lintas SKPD dalam merumuskan program kerja sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing SKPD. Arah kebijakan untuk masing-masing misi pembangunan dirumuskan ke dalam beberapa agenda, yaitu :
1. Agenda Meningkatkan Kualitas Sumberdaya Manusia
Kualitas sumber daya manusia memiliki korelasi yang kuat terhadap aspek pendidikan, kesehatan, keagamaan dan ekonomi. Sumber daya manusia yang handal akan ditemukan dalam masyarakat yang cerdas dan terampil, masyarakat yang sehat, berkepribadian serta berkemampuan secara ekonomi. Menyadari hal demikian maka, agenda pembangunan daer ah Tahun 2009-2013 akan menekankan pada upaya-upaya memperbaiki pelayanan bidang pendidikan, bidang kesehatan dan keagamaan, serta infrastruktur perekonomian daerah. Dalam melaksanakan agenda meningkatkan kualitas sumber daya manusia ini, arah kebijakan yang diambil oleh Pemerintah Kabupaten Banyuasin yaitu :
a. Memenuhi kebutuhan dasar masyarakat melalui peningkatan derajat kesehatan
Pembangunan sektor kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar masyarakat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 h Ayat (1) dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan. Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia yang antara lain diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Dalam pengukuran IPM, kesehatan merupakan salah satu komponen utama selain komponen pendidikan dan pendapatan perkapita masyarakat. Kesehatan juga merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi daerah serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Dalam pelaksanaan kesehatan dibutuhkan perubahan cara pandang ( mindset) dari paradigma sakit ke
paradigma sehat yang sejalan dengan visi “Indonesia Sehat 2010 ”. Pembangunan
sektor kesehatan memprioritaskan upaya promotif dan preventif yang dipadukan secara seimbang dengan upaya kuratif dan rehabilitatif. Perhatian khusus diberikan kepada pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin, daerah tertinggal dan terpencil. Kabupaten Banyuasin dengan kondisi topografi berupa 80% dataran rendah basah (kawasan lebak, pasangsurut dan pesisir), faktor fsik geografis ini jarak tempuh ke pusat perlayanan menjadi panjang. Dengan demikian pembangunan prasarana kesehatan dan penurunan rasio tenaga medis berbanding penduduk hendaknya menjadi perhatian utama. Dengan demikian lima tahun ke depan yang perlu dilakukan adalah pembangunan maupun rehabilitasi Puskesmas, Pustu, Poskesdes serta pemenuhan fasilitas pendukung yang standar, yang sudah barang tentu diikuti pula penambahan serta pemerataan penyebaran tenagan medis dimulai dari dokter, perawat dan bidan. Selain itu mengacu kepada kebijakan Pemerinah Provinsi Sumataera Selatan, Pemerintah Kabupaten Banyuasin juga menerapkan kebijakan berobat gratis.
b. Peningkatan akses masyarakat terhadap pendidikan yang berkualitas
Memajukan pendidikan merupakan amanat konstitusi sebagaimana disebutkan dalam amandemen UUD 1945 Pasal 31 Ayat (1) bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Lebih lanjut dalam batang tubuh UUD 1945 diamanatkan bahwa pentingnya pendidikan bagi seluruh warga negara seperti yang tertuang dalam Pasal 28
B Ayat (1) yang menyebutkan bahwa setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan mendapatkan manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.
Pendidikan merupakan salah satu pilar terpenting dalam meningkatkan kualitas hidup manusia. Bersama dengan variabel kesehatan dan pertumbuhan ekonomi, kinerja pendidikan yang diukur dengan indikator Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Melek Huruf digunakan sebagai variabel dalam menghitung Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Khusus untuk Kabupaten Banyuasin indikator capaian kinerja di bidang pendidikan ditambah dengan Angka Mutu Kelulusan siswa pada Ujian Nasional.
Pada periode pembangunan jangka menengah kedua ini arah kebijakan pembangunan bidang pendidikan masih melanjutkan pembangunan gedung baru sehingga menjangkau kesempatan seluas-luasnya bagi anak usia sekolah untuk bersekolah serta dan rehabilitasi gedung-gedung sekolah yang tidak layak lagi, diikuti pemenuhan fasilitas belajar berupa mobiler, perpustakaan, laboratorium. Dalam hal ini sejalan dengan kebijakan nasional meningkatkan jumlah SMK berbanding SMA mendekati 50 : 50 , secara bertahap akan dilakan pembangunan 1 (satu) SMK untuk setiap kecamatan. Dalam kaitan peningkatan akses masyarakat terhadap pendidikan sejalan dengan kebijakan nasional Kabupaten Banyuasin mengupayakan pendidikan gratis untuk sekolah dari tingkat SD/MI hingga SMP baik sekolah swasta maupun negeri. Demikian pula untuk sekolah SMA sederajat yang telah disepakati bersama sebagai kebijakan di bidang pendidikan yang diterapkan di Sumatera Selatan. Pembiayaan pendidikan geratis ini pada tahap awal Pemerintah Kabupaten Banyuasin bersama Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan menyiapkan dana sharing untuk menuhi standar yang telah ditetapkan di Provinsi Sumatera Selatan untuk masing-masing jenjang pendidikan. Selanjutnya secara bertahap perbandingan besaran dana sharing ditingkatkan sesuai kemampuan keuangan kabupaten.
Sehubungan dengan pendidikan yang berkualitas selain meningkatkan pendidikan guru yang belum strata satu menjadi starata satu yang tak kalah penting adalah melakukan redistribusi guru yang ada sehingga penyebarannya merata, lalu dikuti penambahan tenaga guru yang masih kurang. Mengenai pemerataan penyebaran guru yang sudah menjadi permasalahan kelasik, guru yang semula ditempatkan di daerah terpencil tidak lama akan mutasi karena berbagai alasan misalnya turut suami,, m elanjutkan pendidikan dan lain-lain sehingga kesenjangan jumlah guru di pedesaan dan perkotaan akan tetap terjadi.
Salah satu solusi yang perlu dipertimbangkan antara lain mengutamakan pengangkatan tenaga pendidik yang berasal atau berdomisili di mana sekolah itu berada baik itu yang memiliki basis pendidikan guru atau non kependidik yang nantinya diberikan pembekalan pendidikan ( Crashprogram) kependikan. Bentuk lain adalah memberikan
reward berupa tunjangan khusus bagai tenaga pendidikan yang bersedia ditempatkan di
pedesaan terpencil.Meningkatkan kemandirian pemuda dan pembinaan olah raga c.
Perjalanan suatu bangsa sejatinya tidak terlepas dari keberadaan pemuda. Justru sejarah mencatat, dalam perkembangan peradaban dunia telah membuktikan peran pemuda sebagai lahirnya sebuah peradaban baru. Begitupun dalam perkembangan lahirnya bangsa Indonesia, baik diawali pada masa perjuangan kemerdekaan, masa kemerdekaan itu sendiri bahkan masa pasca kemerdekaan. Eksistensi pemuda tidak dapat dipungkiri telah mengukir goresan penting siring perjalanan dinamika kehidupan bangsa, sehingga menjadi titik strategis untuk tumpahnya perhatian dari berbagai kalangan dan banyak kepentingan, baik formal maupun nonformal, sesaat maupun jangka panjang dan secara individual maupun organisasional. Pemuda merupakan generasi penerus, penanggungjawab dan pelaku pembangunan masa depan. Kekuatan bangsa di masa mendatang tercermin dari kualitas sumber daya pemuda saat ini. Untuk itu, pemuda harus disiapkan dan diberdayakan agar mampu memiliki kualitas dan keunggulan daya saing guna menghadapi tuntutan, kebutuhan serta tantangan dan persaingan di era global. Peran serta masyarakat sangat dibutuhkan dalam melaksanakan pembangunan daerah, salah satu subyek pembangunan tersebut adalah pemuda. Pemuda adalah aset bangsa yang merupakan tumpuan masa depan suatu kehidupan. Di pundak pemudalah tanggungjawab masa depan bangsa terbebankan. Untuk itu, antara pemuda dan olah raga merupakan dua hal yang tidak terpisahkan dan berkenaan dengan pembinaan dan pemberdayaannya. Gaung suatu daerah ditentukan juga oleh keberadaan pemuda dan olah raga. Karena keberhasilan suatu daerah dalam membina keolahragaan tentu akan membawa nama daerah tersebut berikut pemudanya. Generasi muda Banyuasin dilakukan melalui pendekatan terhadap organisasi kepemudaan yang ada. Langkah awal dimulai dengan mengidentifikasi Membangun jumlah organisasi kepemudaan, kondisii awal mereka bagaimana serta apa kebutuhan mereka. Selanjutnya untk menjadikan mereka mandiri perlu pembinaan sesuai minat, bakat yang mereka miliki. Dapat berupa pembekalan kewirausahaan, rasa persatuan dan kesatuan sebagai bangsa Indonesia serta fasilitasi kegiatan olahraga. Sebagai kabupaten baru Kabupaten Banyuasin sudah barang tentu secara bertahap harus mengupayakan pemenuhan kebutuhan prasarana olahraga yang memenuhi standar , dimulai di tingkat ibukota kabupaten dan dilanjutkan ke tingkat kecamatan dan desa.
Peningkatan kerukunan antar umat beragama d.
Upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat pada dasarnya merupakan cita-cita dari pembangunan agama. Kesejahteraan dalam hal ini mencakup dimensi lahir dan batin, materaial dan spiritual. Lebih dari itu, agama menghendaki agar pemeluknya menjalani kehidupan yang aman dan damai. Oleh karena itu pembangunan agama diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata dalam mewujudkan Indonesia yang aman, damai dan sejahtera. Sejalan dengan realitas kehidupan beragama yang berkembang di masyarakat, maka pengembangan nilai-nilai keagamaan serta peningkatan kerukunan antar umat beragama menjadi salah satu poin penting yang menjadi perhatian Pemerintah Kabupaten Banyuasin dalam kurun waktu 5 (lima) tahun mendatang. Kabupaten Banyuasin dengan jumlah penduduk yang hampir mendekati satu juta jiwa terdiri dari multietnis dimulai yang mayoritas memeluk agama Islam, dikuti agama lainnya seperti Katolik, Protestan, Bud ha, Hindu Bali dan Konghucu. Kerukunan umat beragama tetap perlu dipertahankan. Hal ini dapat dicapai melalui dukungan pemerintah daerah terhadap pembinaan umat oleh masing-masing pemimpin agama.
Pembangunan sistem administrasi kependudukan dan keluarga kecil e.
berkualitas
Sementara itu, pembangunan kependudukan dan keluarga kecil Berkaitan dengan kependudukan, pembangunan administrasi kependudukan sebagai sebuah sistem merupakan bagian yang tak terpisahkan dari administrasi pemerintahan dan administrasi negara dalam memberikan jaminan kepastian hukum dan perlindungan terhadap hak- hak individu penduduk. Perlindungan tersebut berupa pelayanan publik melalui penerbitan dokumen kependudukan seperti Nomor Induk Kependudukan (NIK), Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu Keluarga (KK) dan Akta Catatan Sipil. Dengan jumlah penduduk yang cukup besar, serta maraknya berbagai kejahatan kriminal baik dalam skala nasional maupun internasional, dengan pemalsuan dokumen identifikasi kependudukan (ternasuk paspor, KK dan lain-lain) diperlukan adanya penataan agar admnistrasi kependudukan dapat lebih tertib dari tahun ke tahun dan terpadu secara nasional. Selain itu, meningkatnya ketertiban dan keterpaduan administrasi kependudukan akan sangat berguna bagi perumusan kebijakan, perencanaan dan pelaksanaan berbagai program pembangunan. Dalam hal ini Sistem Administrasi Kependudukan (SIMDUK) yang telah ada di Kabupaten banyuasin perlu lebih dikembangkan lagi sejalan dengan berkembangnya Teknologi Informasi dan Komunikasi (ITC). Berkualitas memiliki peran yang sangat penting dalam mendukung pencapaian tujuan pembangunan nasional terutama dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pengendalian kuantitas penduduk merupakan salah satu aspek penting dalam pembangunan untuk menjamin tercapainya penduduk tumbuh seimbang di masa yang akan datang. Pelaksanaan pengendalian pertambahan penduduk Kabupaten Banyuasin harus dilaksanakan secara berkesinambungan. Angka pertumbuhan penduduk Kabupaten Banyuasin selama kurun empat tahun terakhir yang mencapai rata-rata 3% perlu ditekan mendekati ≤ 2% untuk itu pelaksanaan Program Keluarga Berencana harus dilanjutkan bersama dengan pembangunan di bidang lainnya.
f. Pengentasan kemiskinan, penanganan masalah sosial dan perbaikan iklim ketenagakerjaan
Permasalahan kesejahteraan masih mewarnai sebagian besar masyarakat yang antara lain ditandai dengan masih tingginya jumlah penduduk miskin. Masalah kemiskinan bersifat multidimensi dan multikompleks. Dalam perspektif sosial, kemiskinan bukan hanya menyangkut masalah ekonomi, tetapi berkaitan dengan berbagai aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek sosial, budaya, hukum politik dan lain sebagainya, yang oleh karena itu tidak dapat hanya dilakukan melalui sisi ekonomi saja. Sedangkan dalam perspektif ekonomi, masalah kemiskinan bukan hanya menyangkut ukuran pendapatan, tetapi juga berkaitan dengan kerentanan dan kerawanan masyarakat untuk menjadi miskin. Kemiskinan merupakan masalah kompleks sebagai akibat dari berbagai faktor yang saling berhubungan, antara lain tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan, akses terhadap barang dan jasa, lokasi, geografis, gender dan kondisi lingkungan. Dengan demikian, kemiskinan tidak lagi dipahami hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga dianggap sebagai kegagalan memenuhi hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam menjalani kehidupan secara bermartabat. Kemiskinan dan pengangguran merupakan dua hal yang sangat erat kaitannya antara satu dan lainnya. Perbaikan iklim ketenagakerjaan merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah sosial terutama kemiskinan.
Berkaitan dengan arah kebijakan pengentasan kemiskinan, penanganan masalah sosial dan perbaikan iklim ketenagakerjaan di Kabupaten Banyuasin Progam pemberdayaan masyarakat merupakan solusi utama yang akan dilaksanakan melalui sektor pertanian dengan mempercepat pembangunan kebun plasma, pemberdayaan masyarakat pesisir . Sektor keciptakaryaan /kebinamargaan untuk membuka keterisolasian wilayah, Sektor Perdagangan, koperasi dan Industri kecil menengah dengan kegiatan ekonomi produktif yang menghasilkan produk yang memiliki daya saing.
g. Peningkatan peran serta masyarakat dan pemberdayaan perempuan dalam pembangunan daerah
Peran serta masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan daerah merupakan salah satu syarat mutlak dalam era kebebasan dan keterbukaan seperti sekarang ini. Pengabaian terhadap faktor ini dapat menyebabkan terjadinya deviasi yang cukup signifikan terhadap tujuan pembangunan itu sendiri yaitu keseluruhan upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Disisi lain, pembangunan nasional menciptakan kesenjangan antara desa dan kota. Partisipasi masyarakat desa sangat diperlukan dalam upaya mempercepat pembangunan khususnya di Kabupaten Banyuasin. Pemberdayaan merupakan bagian dari paradigma pembangunan yang memfokuskan perhatiannya kepada semua aspek yang prinsipil dari manusia di lingkungannya yakni mulai dari aspek intelektual (sumber daya manusia), aspek material dan fisik sampai kepada aspek manajerial. Aspek-aspek tersebut bisa jadi dikembangkan menjadi aspek sosial-budaya, ekonomi, politik, keamanan dan lingkungan.
Sementara itu, kebijakan pemerintah dalam meningkatkan kualitas perempuan pada dasarnya diarahkan untuk mengembangkan dan mematangkan berbagai potensi yang ada pada diri perempuan yang memungkinkan dirinya dapat memanfaatkan hak dan kesempatan yang sama dengan laki-laki terhadap sumber daya pembangunan dan berperan aktif dalam pembangunan, sehingga dapat terwujud kesetaraan dan keadilan gender dalam keluarga, masyarakat dan negara. Tujuan pembangunan pemberdayaan perempuan adalah untuk meningkatkan kedudukan dan peranan perempuan dalam berbagai bidang kehidupan dan pembangunan agar dapat menjadi mitra yang setara dengan laki-laki dalam berpartisipasi dan menikmati hasil pembangunan serta semakin berdayanya pranata dan lembaga termasuk institusi pemerintah, lembaga-lemabaga masyarakat yang memiliki visi pemberdayaan perempuan dan organisasi perempuan agar lebih berperan dan mandiri dalam mendukung terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender dalam pembangunan. Sehubungan dengan arah kebijakan di bidang peingkatan peranserta masyarakat dan pemberdayaan perempuan dalam pembangunan di Kabupaten Banyuasin selama kurun waktu lima tahun ke depan akan awali Program Kabupaten Pemberdayaan Masayarakat mendukung Program Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-Mandiri) yang telah dicanangkan pemerintah pusat. Dalam program ini termasuk didalamnya pemberdayaan perempuan dalahm hal kesetaraan gender.
h. Agenda Meningkatkan Pengelolaan Sumberdaya Alam Yang Berwawasan
LingkunganSumber daya alam terutama sumber daya alam terbarukan merupakan media hidup yang sangat vital. Pengelolaan termasuk pemanfaatannya perlu dilakukan secara bijak dengan memperhatikan berbagai kaidah lingkungan. Oleh karena itu, agenda meningkatkan pengelolaan sumber daya alam yang berwawasan lingkungan akan mendorong pengembangan kesadaran untuk melaksanakan kegiatan produksi bersih (cleaner production ) dan produksi yang lestari. Maka dari itu, agenda meningkatkan pengelolaan sumber daya alam yang berwawasan lingkungan ditempuh mel alui kebijakan antara lain:
- - Peningkatan kualitas hasil pertanian, perkebunan dan peternakan
Pertanian dalam arti luas adalah kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang utama, yaitu pangan (karbohidrat, vitamin, gizi dan lemak). Pembangunan pertanian merupakan kegiatan pembangunan untuk meningkatkan produksi disemua sektor pertanian. Dalam keadaan yang masih seimbang, jumlah penduduk masih sedikit, maka kebutuhan manusia masih dapat dipenuhi oleh kegiatan pertanian secara tradisional.
Dalam keadaan itu, produktivitas pertanian dengan ekosistem alami masih dapat memenuhi kebutuhan semua penduduk. Namun dalam beberapa dekade terakhir, dengan teknologi yang digunakan dalam pembangunan pertanian bukan saja produktivitas pertanian tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan penduduk, tetapi juga sudah menurunkan kualitas sumber daya alam (lahan, vegetasi dan air) yang ditandai oleh banjir, longsor dan kekeringan yang semakin sering dan parah. Untuk memperbaiki keadaan yang sudah semakin parah tersebut, maka perlu dilakukan revitalisasi pertanian. Revitalisasi pertanian harus diartikan sebagai pembangunan pertanian berkelanjutan yang meliputi pembangunan sektor-sektor pertanian tanaman pangan dan hortikultura, tanaman industri/obat, tanaman perkebunan, peternakan, agribisnis dan agroindustri atau semua kegiatan pembangunan yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan pangan, sandang dan papan dengan menggunakan sumber daya lahan, vegetasi atau air secara substansial. Oleh sebab itu, revitalisasi pertanian di Kabupaten Banyuasin harus didasarkan pada konsep penggunaan sumber daya secara berkelanjutan ( sustainable agriculture development ), sehingga sumber daya tersebut dapat digunakan oleh manusia untuk kehidupannya secara terus menerus. Dengan demikian, revitalisasi pertanian harus dapat menciptakan kondisi pertanian yang mampu mewujudkan tiga indikator pembangunan berkelanjutan secara simultan, yaitu pendapan yang layak bagi setiap petani ( petani tanaman, petani ternak, buruh
tani/pekerja di daerah pertanian ), agroteknologi yang diterapkan tidak menimbulkan
kerusakan sumber daya ( degradasi), serta dapat diterima ( acceptable) dan dapat dikembangkan ( replicable) oleh petani dengan pengetahuan dan sumber daya lokal yang dimiliki. Kabupaten Banyuasin dengan wilayah di dominasi lahan basah dari katagori lebak, pasang surut dan pesisir menjadikan kawasan ini sebagai pemasok produksi beras terbesar di Sumatera Selatan, akan tetapi akibat faktor fisik geografis membuat kualitas produk masih relatif rendah. Perbaikan kualitas produk pertanian menuntut penekanan khusus agar produk yang dihasilkan memiliki daya saing sekaligus memberikan nilai tambah bagi masyarakat Banyuasin sebagai produsen.
Di sisi lain percepatan peningkatan produktivitas terutama subsektor perkebunan tidak bisa ditawar-tawar lagi. Ratusan ribu hektar izin investasi perkebunan telah dikeluarkan perlu percepatan realisasi perluasan areal plasmanya. Karena areal plasma terkait langsung dengan pemberdayaan dan percepatan peningkatan kesejahteraan sebagian besar masyarakat Kabupaten Banyuasin
- Peningkatan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Pelestarian Lingkungan Hidup
Pemanfaatan sumber daya alam digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat Kabupaten Banyuasin harus tetap memperhatikan aspek kelestariannya dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan. Sumber daya alam selain berfungsi sebagai modal pertumbuhan ekonomi ( resource based economy ), juga berfungsi sebagai penopang sistem kehidupan ( life support system ). Suberdaya alam terdiri dari Bumi/lahan dan Air beserta isi yang terkandung di dalamnya, yang sering karena kebijakan ekonomi mengejar pertumbuhan jangka pendek, dapat memicu tingkat produksi dan konsumsi yang agresif, eksploitatif dan ekspansif, sehingga daya dukung dan fungsi lingkungan hidup menjadi menurun.
Prinsip pembangunan berkelanjutan dipadukan dengan kebijakan dan program pembangunan daerah mutlak perlu di laksanakan. Sehingga pengelolaan sumberdaya alam benar-benar memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat Banyuasin Dengan demikian indikator capaian selain peningkatan pertumbuhan
ekonomi dan peningkatan pendapatan perkapita , juga perlu mempertimbangkan
indikator pembangunan di bidang lingkungan hidup seperti Green Indicator dan Brown Indicator.
Kabupaten Banyuasin dengan luas 11.832,99 km², di antaranya hampir 40% merupakan kawasan lindung yang terdiri dari Hutan Suaka Alam, Hutan Konservasi dan Hutan Lindung Pantai . Luas penutupan lahan oleh pepohonan berbanding luas daratan ini adalah bagian dari Green Indikator yang secara nasional baru menekankan pada Wiayah Perkotaan, yakni Ruang Terbuka Hijau (RTH) berbanding lahan ber HPL dan HGB. Sedang Brown indcatator berkaitan dengan pengurangan emisi gas CO2 dan jumlah konsumsi energi yang merusak ozon.
Keterkaitan pengelolaan sumberdaya alam dan pelestarian lingkungan hidup dalam Tujuan Pembangunan Mil enium (MDGs) 2015 yang sangat sejalan dengan kebijakan pembangunan nasinal dan menjadi perioritas bagi Kabupaten Banyuasin adalah peninkatan jumlah penduduk yang terjangkau pelayan Air Bersih dan perbaikan kehidupan masyarakat penghuni kawasan kumuh.
2. Agenda Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan yang Akuntabel
Tiga pilar utama dalam pengembangan good governance yaitu masyarakat, yang secara hakekat berhak memperoleh kepuasan optimal ( optimum utilities), kemudian pemerintah daerah, yang berkewajiban menyelenggarakan pelayanan yang maksimal ( maximum
services) dan dunia usaha, melalui efisiensi dan teknologi menuju pada keuntungan yang maksimal (maximum profit).
Terkait dengan upaya menciptakan pelayanan yang maksimal oleh pemerintah daerah, maka efektivitas dan efisiensi organisasi birokrasi sebagai wahana bagi pelayanan perlu ditingkatkan. Prinsip organisasi yang kecil dan lincah, yang miskin tetapi kaya akan fungsi layak untuk dikembangkan di masa mendatang. Salah satu aspek penting yang menandai memerlukan penyediaan perangkat lunak dalam bentuk standar-standar kerja yang ditetapkan, disamping penyediaan aparatur yang memiliki kompetensi dibidangnya masing-masing. Dengan demikian, pengukuran kinerja akan sangat mudah untuk dilakukan dan pada gilirannya akan bermuara pada tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Oleh karena itu, guna mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, akan dilakukan secara bertahap pembangunan organisasi birokrasi yang efektif dan efisien, peningkatan mutu, keterampilan dan wawasan aparatur, pembangunan jejaring SPI tiap SKPD, unit fungsional maupun urusan-urusan kewenangan. Maka, untuk dapat mewujudkan tata kelola pemerintahan yang akuntabel, kebijakan yang ditempuh Pemerintah Kabupaten Banyuasin kedepan adalah :
a. Pembangunan tata kelola pemerintahan yang baik ( good governance ) dan
peningkatan kapasitas pelayanan publikTata kelola pemerintahan yang baik ( good governance ) menuntut lebih dari sekedar kapsitas pemerintahan yang memadai, akan tetapi juga mencakup kaidah aturan yang menciptakan suatu legitimasi, kerangka kerja yang efektif dan efisien dalam melaksanakan kebijakan publik. Tata kelola pemerintahan yang baik berimplikasi pada pengelolaan urusan masyarakat dengan cara yang transparan, akuntabel, partisipatif dan berkesetaraan. Selain itu, tata kelola yang baik juga mencakup partisipasi dalam pembuatan kebijakan publik yang efektif, penegakan hukum dan sistem peradilan yang independen, checks and balance melalui pemisahan kekuasaan secara horizontal dan vertikal serta adanya lembaga-lembaga pengawas yang efektif.
Yang tak kalah penting dalam me mbangun tata kelola pemerintah yang baik adalah merubah wawasan aparatur untuk berfikir jauh ke luar dan ke depan ( Outwardlooking). Penguasaan teknologi informasi mutlak diperlukan agar lebih mudah mengakses informasi untuk pembaha ruan pola berfikir. Konsep Entre preuneur Government secara perlahan perlu diadopsi sebagai nilai–nilai menuju mandiri dan berdaya saing.
b. Menciptakan keamanan, kenyamanan dan ketertiban dalam masyarakat
Pelaksanaan hukum yang transparan dan terbuka di satu sisi dapat menekan dampak negatif yang ditimbulkan oleh tindakan masyarakat sekaligus juga meningkatkan dampak positif dari aktifitas masyarakat. Hukum pada dasarnya memastikan munculnya aspek-aspek positif dari kemanusiaan dan menghambat aspek negatif dari kemanusiaan. Penerapan hukum yang ditaati dan diikuti akan menciptakan ketertiban dan memaksimalkan ekspresi potensi masyarakat.
Dengan demikian penegakan hukium dan ketertiban merupakan syarat mutlak bagi upaya-upaya penciptaan masyarakat yang damai dan sejahtera. Apabila hukum ditegakkan dan diwujudkan, maka kepastian, rasa aman dan tenteram ataupun kehidupan yang rukun akan dapat terwujud.
3. Agenda Meningkatkan Pemerataan Dan Pertumbuhan Perekonomian Daerah
Ketidakmerataan pertumbuhan (ekonomi) dari bagian-bagian wilayah akan menyebabkan ketimpangan pendapatan antar kelompok masyarakat di antar bagian wilayah yang bersangkutan. Persoalan ini berpotensi menciptakan ketimpangan sosial atau ketidakadilan yang tidak jarang justru dapat menjadi pemicu kerusuhan sosial.
Oleh karena itu, penyusunan rencana dan pelaksanaan pembangunan daerah terutama dari sisi alokasi sumber daya (termasuk sumber daya keuangan) ke depan perlu memperhatikan sebaran pertumbuhan, sehingga aspek pemerataan antar bagian wilayah dapat terpenuhi. Guna memenuhi maksud tersebut, maka konsep pembangunan dengan pendekatan kewilayahan menjadi penting untuk dilakukan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun kedepan. Untuk itu, maka kebijakan yang diambil pemerintah agar dapat meningkatkan pemerataan pertumbuhan perekonomian daerah adalah sebagai berikut :
a. Peningkatan kualitas perencanaan pembangunan daerah
Keberhasilan suatu pembangunan di daerah tidak terlepas dari seberapa matang perencanaan itu sendiri dilakukan. Pemantapan sistem perencanaan pembangunan daerah ditempuh dengan mengedepankan partisipasi aktif semua stakeholders dari perdesaan, kecamatan, hingga kabupaten secara berjenjang (Perencanaan Partispatif) yang dapat menghasilkan perencanaan pembangunan yang bersifat komprehensif dan holistik atau menyeluruh, sehingga mampu memberikan arah kebijakan pembangunan dan menciptakan iklim yang kondusif bagi keterlibatan aktif stakeholders dalam keseluruhan proses pembangunan daerah dan mampu mensinergikan semua perencanaan pembangunan lintas fungsi, bidang, kawasan dan lintas unit kerja di lingkungan pemerintah daerah. Pemerintah daerah dalam kerangka desentralisasi memiliki kewenangan untuk secara mandiri mengelola wilayahnya. Oleh karena itu, pemerintah dituntut untuk mengoptimalkan sumberdaya yang dimiliki. Melalui perencanaan secara komprehensif diharapkan penggunaan ruang akan semakin efisien, produktif, berkelanjutan dan berkeadilan. Pengguna ruang yang efisien dan produktif berarti alokasi sumberdaya didasarkan pada penggunaan terbaik dan dapat dimanfaatkan secara optimal. Sedangkan penggunaan yang berkelanjutan didasarkan pada kesadaran bahwa penggunaan sumberdaya pada saat ini bukan berarti menggadaikan masa depan. Selanjutnya, penggunaan ruang yang berkeadilan mensyaratkan peluang yang sama bagi seluruh masyarakat untuk memperoleh informasi dan akses terhadap sumberdaya. Perencanaan wilayah secara komprehensif harus mempertimbangkan sifat, potensi, kecenderungan dan pola interaksi spasial kawasan yang diintegrasikan dengan pertimbangan aspek sosial, ekonomi, kelembagaan dan legal. Semangat otonomi daerah menuntut kapasitas keahlian dalam perencanaan wilayah sehingga proses pembangunan dapat berjalan dengan lancarr dan peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat terwujud.
Undang-undang No mor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional berikut peraturan pemerintah yang merupakan derevatif dari undang-undang di atas telah mengarahkan penyusunan perencanaan yang mengacu pada satu visi. Dengan demikian strategi pencapaian mutlak harus terpadu. Keterpaduan ini yang telah menjadi komitmen bersama di tingkat penentu kebijakan baik ekskutif maupun legeslatif, sehingga pada akhir periode perencanana yang disepakati akan dapat diukur capaiannya. Dalam hal ini kualitas perencanaan belum lah menjamin terwujudnya capaian pembangunan yang diharapkan, akan tetapi kepatuhan terhadap komitmen yang telah disepakati bersama juga sangat mnentukan. Untuk itu dalam kurun waktu lima tahun ke depan fungsi pengendalian dan pengawasan pembangunan perlu ditingkatkan agar pembangunan berjalan sesuai rencana yang disepakati bersama.
b. Pertumbuhan kawasan sentra produksi baru
Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2008 tentang Pengembangan Kawasan Strategis Cepat Tumbuh di Daerah, yang dimaksud dengan kawasan strategis cepat tumbuh adalah merupakan bagian kawasan strategis yang telah berkembang atau potensial untuk dikembangkan karena memiliki keunggulan sumber daya dan geografis yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi wilayah sekitarnya. Wilayah yang teridentifikasi sebagai pusat pertumbuhan dalam tatanan filosofis adalah wilayah yang paling tinggi peran dan fungsinya bagi daerah sekitarnya. Wilayah ini dapat saja berperan sebagai pusat pemasaran, pusat pelayanan sosial, simpul utama transportasi dan pusat pelayanan informasi mapun sebagai kawasan sentra produksi. Dengan demikian, wilayah yang menjadi objek pengembangan dapat mampu berperan sebagai pendorong pengembangan daerah sekitarnya dan sekaligus menciptakan kawasan pengembangan baru di wilayah kabupaten atau provinsi.
Kabupaten Banyuasin selain memiliki potensi sumberdaya alam, komoditas unggulan, juga memiliki kawasan strategis yang telah mengindikasikan kecepatan pertumbuhan. Kawasan strategis cepat tumbuh di Kabupaten Banyuasin meliputi Kawasan Pendukung Pelabuhan Tanjung Api-Api, Kawasan Gasing, Kawasan Tanjunglago(KTM), Sukajadi- Sukamoro, Banyasin I, Jakabaring, Pangkalan Balai, Betung, Pulau Rimau dan Tungka Ilir.
Dalam pemanfaatannya perlu segera disusun perencanaan tata ruang dan Perencanaan teknik ruang lainnya seperti RDTR, Tapak Kawasan, Feasibility Study
,Master Plan Drainase, sebagai acuan pemanfaatan sekaligus bahan informasi potensi yang dimiliki. Selanjutnya kawasan strategis merupakan aset daerah yang harus dimiliki daerah paling tidak ada andil pemerintah daerah terhadap setiap investasi yang akan dikembangkan investor di kawasan ini. Secara bertahap pembebasan dan penguasaan lahan dapat diprogramkan, sehingga pertumbuhan kawasan strategis yang relatif lebih cepat akan memberikan sumbangan terhadap pendapatan asli daerah baik dari added
value maupun dari produktivitas kawasan di kemudian hari.