FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PENYALAHGUNAAN ZAT- ZAT PSIKOTROPIKA TOKOH ARIMBI DALAM NOVEL JANGAN BERI AKU NARKOBA KARYA ALBERTHIENE ENDAH TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA

  FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PENYALAHGUNAAN ZAT- ZAT PSIKOTROPIKA TOKOH ARIMBI DALAM NOVEL JANGAN BERI AKU NARKOBA KARYA ALBERTHIENE ENDAH TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia Oleh LUTFIA SATITI NIM: 024114032 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007

HALAMAN PERSEMBAHAN

  Skripsi ini saya persembahkan kepada: Allah yang M aha Esa yang selalu memberkahi Bapak Heruprayit na yang kucint ai I bu Puji Sudarmini yang kucint ai juga

  

K edua kakakku, mbak Sekar dan Rahma yang kusayangi

dan t eman-t eman yang kusayangi

  

MOTTO

Menemukan hasratmu akan menyalakan api dan mengipasi bara dari mimpi

serta keinginanmu. Menjalani hasratmu akan menempatkan dunia pada

pandangan bahwa engkau berbeda. Berbeda karena hidupmu lebih

bermakna, memuaskan, penuh kebahagiaan, dan sangat menggembirakan.

Hasrat membawamu pada kesempatan yang paling mungkin untuk meraih

dan menjalani mimpimu dengan sukses.

  

(Wowism- Ron Rubin dan Stuart Avery)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, Penulis

  ABSTRAK

Satiti, Lutfia. 2007. Faktor-faktor Penyebab Penyalahgunaan Zat-zat

  Psikotropika Tokoh Arimbi Dalam Novel Jangan Beri Narkoba Karya Alberthiene Enda

h. Skripsi. Yogyakarta : Sastra Indonesia. Fakultas Sastra. Universitas Sanata Dharma.

  Studi ini menganalisis faktor- faktor penyebab penyalahgunaan zat

psikotropika yang dilakukan tokoh Arimbi yang terjerumus pada narkoba dalam

novel Jangan Beri Aku Narkoba (JBAN) karya Alberthiene Endah. Tujuan dari

penelitian ini, pertama, mendeskripsikan struktur penceritaan yang meliputi

penokohan, karakterisasi, latar, dan amanat. Kedua, menjelaskan faktor-faktor

penyebab penyalahgunaan narkoba yang dilakukan tokoh Arimbi karena

persoalan internal dan eksternal yang memberikan tekanan batin dan mental

dalam kehidupannya.

  Pendekatan yang digunakan dalam peneitian ini adalah pendekatan sosiologi

sastra. Pendekatan sosiologi sastra adalah pendekatan yang digunakan untuk

menganalisis karya sastra dalam kaitannya dengan masyarakat. Berdasarkan teori

sosiologi terhadap karya sastra, gejala penyimpanga n sosial yang terdapat dalam

novel dapat dianalisis. Penulis juga menggunakan pendekatan struktural seperti

tokoh, latar dan amanat moral yang bertolak-ukur dari teori sastra menjadi dasar

menemukan faktor-faktor penyebab penyalahgunaan zat psikotropika tokoh utama

dalam novel JBAN ini.

  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis

deskriptif. Melalui metode analisis deskriptif, penulis mendeskripsikan fakta- fakta

yang berhubungan dengan permasalahan yang terjadi, mengumpulkan dan

memilih data yang berkaitan dengan masalah, lalu menganalisis dan menjelaskan.

Langkah pertama, menganalisis ketiga unsur struktural, yaitu tokoh, latar dan

amanat. Langkah kedua, menjelaskan faktor-faktor penyebab penyalahgunaan zat

psikotropika sesuai fakta-fakta yang berkaitan dengan masalah internal dan

eksternal tokoh utama.

  Hasil analisis struktural menunjukkan bahwa 1) Tokoh utama terbagi dua,

yaitu tokoh utama protagonis, Arimbi, dan tokoh utama antagonis, Mama dan

Papa. Tokoh tambahannya yaitu Rajib da n Vela 2) Latar tempat yang terdapat

dalam novel JBAN yaitu kantin sekolah, rumah sakit, bar dan diskotek, panti

rehabilitasi di kawasan Jakarta. Latar waktu dalam novel JBAN yaitu malam hari,

di sela-sela jam sekolah, pagi hari. Latar sosial dalam novel JBAN yaitu

mencakup kebiasaan hidup, status sosial, dan sikap dan perilaku masyarakat

khususnya di Jakarta. 3) Amanat yang dapat diambil yaitu pentingnya

keharmonisan keluarga, pencegahan merokok, pentingnya diskusi antar-anggota

keluarga dan menghindari pergaulan bebas.

  Hasil analisis sosiologi sastra menunjukkan bahwa faktor-faktor penyebab

penyalahgunaan zat-zat psikotropika yang dialami tokoh utama berasal dari

lingkungan internal dan eksternal. Dalam faktor internal, penyebab tokoh Arimbi

  ABSTRAK

Satiti, Lutfia. 2007. Faktor-faktor Penyalahgunaan Zat-zat Psikotropika Tokoh

Arimbi Dalam Novel Jangan Beri Aku Narkoba karya Alberthiene Endah .

  Thesis, Yogyakarta: Indonesian Literature. Department of Literature. Sanata Dharma University.

  This study analyzes the cause factors of psychotropic use that is done by

Arimbi as a drug user on Alberthiene Endah’s novel Jangan Beri Aku Narkoba.

The main aims of this study, firstly, to describe the story structures including

character, characterization, setting and the moral message. Secondly, to explain

the cause factors of psychotropic use by Arimbi as a drug user regarding with her

internal and external problem that pressure her much.

  Literature sociology approach is applied as an approach. This approach is

used to analyze the work of literature that is related with society. Based on the

theory of sociology toward work of literature, social deviation on the novel can be

analyzed. The writer also use structural approach such as character and

characterization, setting and moral message that is based on the theory of

literature become the guideline to find out the cause factors of psychotropic use by

the major character on this novel.

  The method that is conducted is descriptive analysis. Through this method,

the writer describes the facts that related with the problem occurred, collect and

select them, then analyze and explain in details. First step is to analyze three

structural elements are character and characterization, setting and moral message.

Second step is to explain the cause of psychotropic use as facts that are related

with the internal and external problem of the major character.

  The result of the structural analysis of the novel shows that 1) The major

characters are divided into protagonist that is Arimbi and antagonists are her

mother and father. The minor characters are Rajib, Vela, and Doctor Gunawan. 2)

The settings of the novel are school canteen, hospital, night club and discothèque,

and rehabilitation place on Jakarta area. Time setting of the novel is at night, on

the school time, and in the morning. Social setting on the novel is covering the life

custom, social status, and manner and behavior of people especially in Jakarta.3)

Moral message that can be absorbed is the importance of good family relationship,

avoid cigarette, and stay away of free sex.

  The result of literature sociology shows that the cause factors of

psychotropic use of the major character is coming from her internal and external

environment. The internal factors that Arimbi coming from the family with low

economic condition as well as her own personality. External factor is that she

engagin g with bad atmosphere of friendship.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hidayah yang diberikan

kepada penulis untuk menyelesaikan penelitian skripsi yang berjudul “ Faktor-

faktor Penyebab Penyalahgunaan Zat-zat Psikotropika Tokoh Arimbi dalam

Novel Jangan Beri Aku Narkoba karya Alberthiene Endah Tinjauan Sosiologi

Sastra”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

sarjana Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma.

  Pada kesempatan ini penulis ingin menympaikan rasa terima kasih yang

sebesar-besarnya atas bimbingan dan bantuan sebelum dan sesudah terselesainya

skripsi ini kepada: 1.

  Drs. Yoseph Yapi Taum, M. Hum, selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan sumbangan ide kepada penulis dengan kesabaran dari awal sampai akhir penulisan ini.

  2. Dra. Fr. Tjandraasih Adji, M. Hum, selaku pembimbing II yang telah memberi banyak saran dan bantuan dengan penuh kesabaran sampai penulisan skripsi ini selesai.

  3. Drs. B. Rahmanto, M. Hum, Dr. I. Praptomo Baryadi, M. Hum, SE. Peni Adji, S.S, M. Hum, Drs. P. Ari Subagya, M. Hum, Drs. FX. Santosa, M.

  Hum, Drs. Hery Antono, M. Hum, yang telah membekali banyak ilmu sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma.

  4. Karyawan/karyawati sekretariat program studi Sastra Indonesia.

  5. Karyawan/ karyawati Perpustakaan Pusat Universitas Sanata Dharma.

  6. Bapak Heruprayitna, Ibu Puji, kedua kakakku, mbak Sekar dan Rahma, atas dukungan, doa dan harapan yang diberikan kepada penulis.

  7. Kedua sahabatku, Yuppy dan mas Kris, yang selalu setia menemani dan memberi bantuan dalam proses penyelesaian skripsi ini.

  8. Teman-teman Sastra Indonesia angkatan 2002, antara lain Dwi Supatmi,

9. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang turut mendukung dan membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.

  Semoga kebaikan mereka mendapat pahala yang semestinya dari

TuhanYang Maha Esa. Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih ada

kekurangan karena terbatasnya pengetahuan dan kemampuan penulis. Saran dan

kritik penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap skripsi

ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan kesusa straan Indonesia dan

pembaca pada khususnya.

  Yogyakarta, Penulis

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Pada hakikatnya, karya sastra memberikan pemahaman terhadap masyarakat secara tidak langsung. Melalui pemahaman terhadap tokoh-tokohnya, misalnya, masyarakat dapat memahami perubahan kont radiksi dan penyimpangan- penyimpangan yang terjadi dalam masyarakat, khususnya dalam kaitannya dengan

  

psike (Ratna, 2003: 342). Perilaku sosial dalam ilmu sosial seperti pertukaran status

  peranan, interaksi sosial secara keseluruhan, dapat dideteksi melalui proses pengamatan, dan dapat diindera secara sempurna (Ratna, 2003: 12).

  Dalam karya sastra, melalui medium bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan, keseluruhan perilaku sosial dapat dirasakan adanya (Ratna, 2004 : 12). Novel yang berjudul Jangan Beri Aku Narkoba (JBAN) secara garis besar memuat penyimpangan perilaku sosial yang dilakukan tokoh Arimbi dalam hal penyalahgunaan narkoba.

  Penyalahgunaan narkoba sebenarnya sudah terjadi sejak zaman nenek moyang kita. Pada saat itu, jenis narkoba yang dikenal adalah minuman keras, yaitu minuman yang mengandung alkohol dengan kadar tinggi. Misalnya khamar (Arab), anggur (wilayah Eropa dan sekitarnya), tuak (daerah Cina-Asia), arak (daerah Melayu/Asia Tenggara). Di Jepang minuman sake yang pada mulanya dipakai sebagai penghangat

  Jepang, disalahgunakan menjadi minuman keras untuk mabuk- mabukan (Handoyo, 2004: 3).

  Persoalannya sekarang, seiring kemajuan zaman dan teknologi sudah banyak ditemukan jenis obat yang sering disalahgunakan. Bahkan obat-obat anti-alergi seperti CTM juga dipakai untuk teler (Handoyo, 2004: 3). Akibatnya selain moral menjadi rusak, nama baik keluarga dan masyarakat tercemar.

  Masalah sosial generasi muda ada dua ciri, yaitu keinginan untuk melawan (radikalisme, delinkuensi) dan sikap penyesuaian yang membabibuta terhadap ukuran moral generasi tua (apatis) (Sukanto, 1982: 385) Dua persoalan inilah yang akan diangkat untuk diteliti dalam studi faktor-faktor penyebab penya lahgunanan narkoba yang dilakukan tokoh Arimbi dalam novel JBAN karya Alberthiene Endah.

  Menulis serial lajang kota adalah hiburan tersendiri bagi Alberthiene Endah. Penulis kelahiran Bandung 16 September ini mengaku menulis novel-novel Metro- Pop adalah relaksasi di tengah kesibukannya di bidang jurnalistik dan menulis biografi. Selain novel ringan Jodoh Monica, Cewek Matre, dan Dicintai Jo, penulis telah menghasilkan novel psikologi, Jangan Beri Aku Narkoba...(JBAN) yang difilmkan dengan judul Detik Terakhir. Alberthiene Endah berhasil meraih 2 penghargaan, pada Oktober 2004 mendapatkan penghargaan khusus dari Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Fan Campus dalam menanggulangi narkoba, dan Mei 2005, novel JBAN terpilih sebagai juara pertama Adikarya Award 2005 IKAPI

  Narkotika dan obat-obatan berbahaya (narkoba) sudah menjadi momok yang merusak, dan bahkan membunuh generasi muda. Ancaman zat adiktif itu pun bisa muncul dari mana saja. Kenyataan tersebut yang mendorong novelis Alberthiene Endah untuk menulis novel JBAN, yang diluncurkan di Jakarta. Meski merupakan kisah fiksi, JBAN memiliki hubungan kuat dengan kisah anak salah seorang pejabat terkenal di Jakarta. Novel ini memiliki ketebalan 248 halaman. JBAN diterbitkan Gramedia Pustaka Utama. Novel ini berkisah tentang perjalanan dan proses kejiwaan pecandu narkoba dalam membebaskan diri dari ketergantungan narkoba di dalam situasi dan lingkungan yang tidak mendukung (Endah, 2004: www.kompas.co.id ). Oleh karena itu, penelitian ini akan mengungkapkan penyebab penyalahgunaan zat psikotropika tokoh Arimbi karena situasi dan lingkungan tidak mendukung.

  Persoalan ini relevan dengan masalah sosial yang dialami sebagian generasi muda.

  Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi sastra. Sosiologi sastra adalah analisis karya sastra dalam kaitannya dengan masyarakat (Ratna, 2004: 339).

  Penelitian ini menganalisis masalah sosial yang terjadi di masyarakat yang terkandung dalam novel JBAN. Selain itu juga menggunakan pandangan Handoyo (2004 : 23-24) tentang narkoba beserta sebab-sebab penyalahgunaan baik dari faktor internal maupun eksternal. Pandangan ini akan digunakan sebagai acuan dalam mengkaji seluk-beluk penyalahgunaan zat- zat psikotropika. Sebelum melakukan kajian-kajian sosiologis, penulis terlebih dahulu melakukan analisis terhadap struktur dalam novel ini bersumber dari ketidakseimbangan tokohnya, baik dalam keluarga maupun masyarakat. Pertanyaannya, apa yang menyebabkan anak-anak muda sekarang, yang diwakili tokoh Arimbi banyak yang jatuh pada penyalahgunaan zat- zat psikotropika? Jawabannya akan dibahas dalam penelitian ini.

  1.2 Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, masalah-masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

  1.2.1 Bagaimanakah struktur penceritaan dalam novel Jangan Beri Aku

  Narkoba karya Alberthiene Endah?

  1.2.2 Apa saja faktor-faktor penyebab penyalahgunaan zat psikotropika yang dialami tokoh Arimbi dalam novel Jangan Beri Aku Narkoba karya Alberthiene Endah?

  1.3 Tujuan Penelitian

  Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

  1.3.1 Mendeskripsikan struktur penceritaan yang menyebabkan tokoh Arimbi jatuh pada narkoba dalam novel Jangan Beri Aku Narkoba karya Alberthiene Endah..

  1.4 Manfaat Penelitian

  1.4.1 Manfaat teoritis: hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengembangan kritik sastra di Indonesia dengan pendekatan sosiologis.

  1.4.2 Manfaat praktis: menambah wawasan tentang permasalahan sosial yang tergambar dalam karya sastra khususnya nove l Jangan Beri Aku Narkoba karya Alberthiene Endah.

  1.5 Kerangka Pemikiran

1.5.1 Pendekatan Struktural

  Analisis struktural bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, semendetail dan mendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua anasir dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh (Teeuw, 1984: 135). Dalam penelitian ini akan dipaparkan analisis struktural yang berkaitan dengan tokoh, latar dan pesan moral, karena ketiga unsur tersebut berhubungan dengan hal- hal yang menyangkut penyebab penyalahgunaan zat-zat psikotropika. Ketiga hasil analisis struktur di atas akan menjadi dasar analisis faktor- faktor penyebab penyalahgunaan zat psikotropika.

1.5.1.1 Tokoh

  Tokoh cerita (character) adalah orang (-orang) yang ditampilkan dalam suatu dilakukan dalam tindakan (Abrams via Nurgiyantoro, 2005: 165). Nur giyantoro (2005: 176) membedakan tokoh-tokoh cerita dalam karya fiksi atas 5 jenis, yaitu : tokoh utama-tokoh tambahan, tokoh protagonis-tokoh antagonis, tokoh sederhana- tokoh bulat, tokoh statis-tokoh berkembang, tokoh tipikal-tokoh netral. Dalam analisis ini peneliti hanya membahas tentang tokoh utama-tokoh tambaha n, karena dalam novel ini tokoh utama dan tokoh tambahan menjadi fokus yang berkaitan dengan penyebab penyalahgunaan zat psikotropika.

  Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Tokoh utama dalam penelitian ini dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu tokoh utama protagonis dan tokoh utama antagonis, karena terdapat tiga tokoh penting mendominasi cerita yang secara gradasi dapat disebut sebagai tokoh utama protagonis dan tokoh utama antagonis. Sebaliknya tokoh tambahan adalah tokoh- tokoh yang hanya dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita, dan itupun mungkin dalam porsi penceritaan yang relatif pendek.

  Analisis juga memuat tentang karakterisasi tokoh itu sendiri. Dalam analisis tokoh ini dapat dibedakan ke dalam dua teknik dramatik dan analitik. Penampilan tokoh cerita dalam teknik dramatik, artinya mirip dengan yang ditampilkan pada drama, dilakukan secara tak langsung. Artinya, pengarang tidak mendeskripsikan secara eksplisit sifat dan sikap serta tingkah laku tokoh. Sedangkan teknik analitik, pelukisan tokoh cerita dilakukan dengan memberikan deskripsi, uraian, atau tokoh ini untuk memaparkan sikap, sifat, karakter tokoh-tokoh yang ada hubungannya dengan penelitian novel JBAN ini.

1.5.1.2 Latar

  Latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams via Nurgiantoro, 2005: 216). Latar memberikan pijakan cerita yang konkret dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan realitis kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi. Pembaca dapat merasakan dan menilai kebenaran, ketepatan, dan aktualisasi latar yang diceritakan sehingga merasa lebih akrab (Nurgiantoro, 2005: 217).

  Latar dibedakan dua jenis, yaitu latar netral dan latar spesifik/tipikal. Latar netral adalah latar yang sesungguhnya tidak mendeskripsikan sifat khas tertentu yang menonjol yang terdapat dalam sebuah latar, sesuatu yang dapat membedakannya dengan latar- latar lain. Sifat yang ditunjukkan latar netral adalah sifa t umum, misalnya desa, kota, pasar, hutan yang dapat berlaku di mana saja. Latar spesifik/ tipikal adalah latar yang memiliki dan menonjolkan sifat khas latar tertentu, baik yang menyangkut unsur tempat, waktu, maupun sosial (Nurgiantoro, 2005: 221). Dalam penelitian ini akan dianalisis latar netral, yaitu latar tempat, waktu dan sosial, karena ini, sebagai pijakan menghubungkan lingkungan sosial cerita dan ketipikalannya berdasarkan fakta cerita, berkaitan dengan sebab-sebab penyalahgunaan zat psikotropika yang dilakukan tokoh Arimbi.

  Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang di pergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, mungkin lokasi tertentu tanpa nama yang jelas. Tempat-tempat yang bernama adalah tempat yang dijumpai dalam dunia nyata, misalnya Magelang, Yogyakarta, Juranggede, Cemarajajar, Kramat, Grojogan, dan lain- lain yang terdapat di dalam Burung-burung Manyar. Tempat dengan inisial tertentu, biasanya berupa huruf awal (kapital) nama suatu tempat, juga menyaran pada tempat tertentu, tetapi pembaca harus memperkirakan sendiri, misalnya kota M, S, T, dan desa B seperti dipergunakan dalam Bawuk. Latar tempat tanpa nama jelas biasanya hanya berupa peneyebutan jenis dan sifat umum tepat- tempat tertentu, misalnya desa, sungai, jalan, hutan, kota, kota kecamatan, dan sebagainya (Nurgiantoro, 2005: 227). Fungsi dari analisis latar tempat ini untuk mengetahui tempat-tempat dimana tokoh utama mengenal dan menyalahgunakan narkoba

  Latar Waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa- peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah kapan tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya atau dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah (Nurgiyantoro, 2005: 230). Masalah waktu dalam karya terjadi dan dikisahkan dalam cerita (Genette via Nurgiyantoro, 2005: 231). Ada juga karya sastra yang sama sekali tidak menonjolkan waktu historis, dan novel JBAN ini tidak menonjolkan waktu historis tapi lebih fokus pada kisah nyata yang dibuat fiksi oleh Alberthiene Endah tanpa mengurangi sisi faktanya. Fungsi dari latar waktu ini untuk mengetahui kapan terjadinya transaksi narkoba dan si tokoh utama mengkonsumsi narkoba dalam penyalahgunaan narkoba.

  Latar sosial menyaran pada hal- hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks. Ia dapat berupa kebiasan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, dan lain- lain yang tergolong latar spiritual seperti dikemukakan sebelumnya (Nurgiyantoro, 2005: 233-234). Analisis Latar sosial novel JBAN mencakup kebiasaan hidup, cara berpikir dan bersikap, dan status sosial yang mempengaruhi tokoh Arimbi terjerumus dalam narkoba. Fungsi dari latar sosial ini intuk mengetahui dan memahami kebiasaan hidup, cara berpikir dan bersikap dalam kehidupan sosial, khususnya dalam penelitian ini yaitu ruang sosial si tokoh melakukan penyalahgunaan narkoba.

1.5.1.3 Amanat

  Moral dalam karya sastra biasanya mencerminkan pandangan hidup pengarang cerita adalah saran yang berhubungan dengan ajaran moral tertentu yang bersifat praktis, yang dapat ditafsirkan lewat cerita tersebut oleh pembaca. Ama nat merupakan semacam petunjuk yang sengaja diberikan pengarang tentang berbagai hal yang berhubungan dengan masalah kehidupan, seperti : sikap, tingkah laku, sopan santun pergaulan. Melaui cerita, sikap dan tingkah laku tokoh-tokoh itulah pembaca diharapkan mengambil hikmah dari pesan-pesan moral yang diamanatkan pengarang (Kenny via Nurgiyantoro, 2005: 321).

  Amanat yang berupa pesan-pesan moral dibedakan dua wujud, yaitu pesan religius dan kritik sosial. Pesan moral yang berwujud moral religius menjunjung tinggi sifat-sifat manusiawi, hati nurani yang dalam harkat dan martabat serta kebebasan pribadi yang dimiliki manusia. Sastra yang mengandung pesan kritik- dapat juga disebut sastra kritik- biasanya akan lahir di tengah masyarakat jika terjadi hal- hal yang kurang beres dalam kehidupan sosial dan masyarakat (Nurgiyantoro, 2005: 331). Dalam penelitian amanat Novel JBAN ini akan dianalisis masalah sosal. Fungsi dari analisis amanat yang mengndung unsur sosial ini untuk membuktikan hal- hal yang menyimpang dari ajaran sosial keluarga maupun lingkungannya dalam novel JBAN ini. Peneliti akan mendeskripsikan amanat atau pesan yang sesuai dengan sifat-sifat kemanusiaan yang dapat dipetik manfaatnya.

1.5.2 Pendekatan Sosiologi Sastra

  lengkapnya apabila dipisahkan dari lingkungan atau kebudayaan yang telah menghasilkannya. Ia harus dipelajari dalam konteks yang seluas- luasnya, dan tidak hanya dirinya sendiri. Setiap karya sastra adalah hasil dari pengaruh timbal balik yang rumit dari faktor-faktor sosial dan kultural, dan karya sastra itu sendiri merupakan obyek kultural yang rumit (Damono,1978 : 4).

  Ada dua kecenderungan pokok dalam penelitian sosiologis terhadap karya sastra. Pertama, pendekatan yang berdasarkan anggapan bahwa karya sastra merupakan cermin proses sosial ekonomis belaka. Kedua, pendekatan yang mengutamakan teks sastra sebagai bahan penelahan dengan metode analisis teks untuk mengetahui strukturnya, untuk memahami lebih dalam lagi gejala sosial yang di luar sastra (Damono via Pradopo, 2002 : 258)

  Sosiologi sastra dapat juga diklasifikasikan dalam 3 hubungan yang bersifat deskriptif (bukan normatif) yaitu sosiologi pengarang, profesi pengarang dan intuisi sastra. Masalah yang berkaitan disini adalah dasar ekonomi produksi sastra, latar belakang sosial, status pengarang dan ideologi pengarang yang terlihat dari berbagai kegiatan pengarang di luar sastra. Kedua, adalah isi karya sastra, tujuan, serta hal- hal lain yang tersirat dalam karya sastra itu sendiri dan berkaitan dengan masalah sosial.

  Terakhir adalah permasalahan pembaca dan dampak sosial karya sastra. Sejauh mana karya sastra ditentukan atau tergantung dari latar sosial, perubahan dan perkembangan sosial (Wellek dan Warren, 1989: 111) menggunakan salah satu model analisis sosiologi karya sastra yaitu menganalisis masalah- masalah atau gejala sosial yang terkandung di dalam karya sastra itu sendiri, khususnya masalah sosial tokoh utama dala m novel JBAN ini. Masalah atau gejala sosial yang dianalisis berdasar pada hubungan yang bersifat deskriptif, yaitu menganalisis isi karya sastra itu sendiri, tujuan serta hal- hal yang tersirat dalam karya sastra itu sendiri dan berkaitan dengan masalah sosial.

1.5.3 Faktor-Faktor Penyebab Penyalahgunaan Zat-Zat Psikotropika

  Penyalahgunaan zat- zat psikotropika disebabkan oleh banyak faktor, baik faktor internal maupun eksterna l. Penyebab penyalahgunaan zat- zat tersebut dilihat dari faktor internal: faktor keluarga, ekonomi, dan kepribadian, dilihat dari faktor eksternal yaitu faktor pergaulan bebas dan faktor penyebaran, penghasil, dan undang- undang narkotika.

1.5.3.1 Faktor Internal

  Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang. Faktor internal yang dapat mempengaruhi seseorang menyalahgunakan zat psikotropika antara lain faktor keluarga, ekonomi, dan kepribadian (Handoyo, 2004: 23). Fungsi dari analisis faktor internal adalah mengungkapkan apa yang menjadi penyebab penyalahgunaan zat psikotropika dari sudut keluarga, ekonomi, dan kepribadian.

  1.5.3.1.1 Keluarga

  Jika hubungan seseorang dengan keluarga kurang harmonis (broken home), maka seseorang akan lebih mudah merasa putus asa dan frustasi. Akibat lebih jauh, orang itu akhirnya mencari kompensasi di luar rumah dengan menjadi konsumen narkoba (Handoyo. 2004 : 23)

  1.5.3.1.2. Ekonomi

  Untuk dapat memperoleh narkoba harus mengeluarkan banyak uang, karena harganya yang cukup mahal. Seseorang yang secara ekonomi cukup mamp u, tetapi kurang memperoleh perhatian yang cukup dari keluarga atau masuk dalam lingkungan pergaulan yang salah, akan lebih mudah terjerumus menjadi pengguna narkoba (Handoyo, 2004 : 23).

  1.5.3.1.3 Kepribadian

  Kepribadian seseorang sangat berpengaruh terhadap tingkah laku orang tersebut. Apabila keperibadian seseorang kurang baik, labil, dan mudah terpengaruh orang lain, maka akan lebih mudah terjerumus ke dalam jurang narkoba. Beberapa hal yang dapat menyeret orang yang kepribadiannya lemah ke dalam lembah narkoba, antara lain : adanya kepercayaan bahwa narkoba dapat mengatasi semua persoalan, harapan dapat memperoleh kenikmatan dari efek narkoba yang ada untuk tahu, dan juga kemampuan untuk menolak ajakan negatif masih rendah (Handoyo, 2004 : 23-24).

1.5.3.2 Faktor Eksternal

  Bentuk faktor eksternal dari penyalahgunaan narkoba dalam penelitian ini berasal dari berbagai faktor, antara lain; faktor pergaulan, faktor penyebaran penghasil, dan undang- undang narkotika. Dalam analisis ini kedua hal tersebut akan dipaparkan sesuai dengan kondisi negara Indonesia sekarang ini. Fungsi analisis faktor eksternal adalah mengungkapkan penyebab penyalahgunaan zat psikotropika yang dilakukan tokoh utama dari luar dirinya terutama dalam pergaulan yang kurang terkontrol.

1.5.3.2.1 Faktor Pergaulan Bebas

  Faktor eksternal cukup kuat mempengaruhi seseorang untuk menyalahgunakan narkoba. Faktor ini berasal dari luar seorang, seperti faktor pergaulan. Jika seseorang bergaul sembarangan, artinya masuk ke dalam pergaulan anak-anak yang menjadi pengguna narkoba bisa berakibat fatal. Terlebih lagi bagi seorang yang memiliki mental dan kepribadian yang cukup lemah akan lebih mudah terjerumus (Handoyo, 2004 : 24).

  Hal ini berkaitan pula karena kebebasan yang terlalu bebas atau biasa dikatakan manusia (Abdullah, 1986: 33). Jika kebebasan tersebut disalahgunakan dan tanpa tanggung jawab maka moral pun menurun karena pergaulan bebas yang dijalani..

1.5.3.2.2 Faktor Pembuatan, Penyebaran, dan Undang -Undang Narkotika

  Negara Indonesia dari waktu ke waktu seolah menjadi daerah tujuan favorit atau langganan sindikat narkoba internasional karena melibatkan orang asing.

  Sindikat mereka diduga sudah malang- melintang dan tersebar di Indonesia. Benang merah tersebut terungkap dari berbagai kasus yang telah terungkap Sebagian dari kasus tersebut ternyata melibatkan orang asing, terutama di Bali, sebagai daerah tujuan wisata yang cukup dikenal di dunia internasional, ternyata Pulau Dewata juga menyedot perhatian sindikat jaringan narkoba internasional. Bali ternyata juga menjadi surga aktivitas illegal, terbukti Bali yang selama ini menjadi pintu masuk orang asing ke Indonesia, juga dimanfaatkan untuk peredaran narkoba. Di Indonesia sendiri, justru terkenal sebagai penghasil ganja. “kalau untuk ganja, seratus persen di pasok dari dalam, terutama Aceh” kata Indradi, salah seorang pengamat narkotika (Noname, 2005: www.bnn.go.id). Jakarta juga kota yang nyaman untuk peredaran narkoba, misalnya daerah segitiga CIKAGO (Cikini, Kali Pasir, Gondangdia) ketiga kampung ini masuk dalam ‘daerah merah’ narkoba (noname, 2005: www.bnn.go.id).

  Pada tahun 1977, menteri kesehatan mengeluarkan empat buah surat keputusan mengenai penciptaan bahan narkotika, penunjukan laboratorium perundang-undangan yang ada sudah tidak sesuai dengan situasi, maka dikeluarkan undang-undang baru, yaitu Undang-undang Republik Indonesia nomor 22 Tahun 1997 tentang narkotika, dan Undang-undang Republik Indonesia nomor 5 tahun 1997 tentang psikotropika.

  Tujuan pengaturan narkotika dan psikotropika berdasarkan pasal 3, UU No. 22/1997 dan pasal 3, UU no.5/1997 sebagai berikut. 1) Menjamin ketersediaan narkotika dan psikotropika untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/ atau pengembangan ilmu penegetahuan.

  2) Mencegah terjadinya penyalahgunaan narkotika dan psikotropika. 3) Memberantas peredaran gelap narkotika dan psikotropika (Handoyo, 2004: 9-10) Larangan berdasarkan undang-undang narkotika ini tidak bisa mempengaruhi aktivitas transaksi pengedar-pemakai. Walaupun peraturan hukum tentang narkotika diterapkan sekeras-kerasnya, masih banyak bandar, pengedar dan pemakai yang belum tertangkap, sehingga perputaran penyalahgunaan narkoba masih berlanjut sampai tahun ini.

1.6 Metodologi Penelitian

1.6.1 Metode Penelitian

  Metode dianggap sebagai cara-cara, strategi untuk memahami realitas, langkah- langkah sistematis untuk memecahkan rangkaian sebab-akibat berikutnya (Ratna, etimologis deskripsi dan analisis berarti menguraikan (Ratna, 2003 : 53). Peneliti menganalisis struktur novel dan dilanjutkan dengan menguraikan penyebab penyalahgunaan zat psikotropika oleh tokoh utama berdasar pada teori yang digunakan.

1.6.3 Teknik Penelitian

  Selanjutnya, penelitian ini dilakukan dengan tahap pengumpulan data dan penganalisisan data. Pada tahap pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik simak dan catat, penyimakan terhadap isi dari novel tersebut kemudian dilanjutkan dengan teknik catat pada kartu data. Teknik catat maksudnya pencatatan data yang digunakan dengan alat tulis tertentu, sedangkan kartu data berupa kertas dengan ukuran dan kualitas apapun dapat digunakan asal mampu memuat, memudahkan pembacaan dan menjamin data (Sudaryanto, 1988 : 58). Peneliti mencatat hal- hal yang berhubungan dengan penyalahgunaan zat- zat psikotropika yang dilakukan tokoh Arimbi. Data yang telah tercatat dikumpulkan kemudian dianalisis menurut sebab- sebab si tokoh terjun ke narkoba yang menghancurkan masa mudanya, lalu dideskripsikan.

1.6.4 Sumber Data Primer

  Judul buku : Jangan Beri Aku Narkoba Pengarang : Alberthiene Endah Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Tebal Buku : 248 hlm :21 cm Tahun Terbit : 2004

I.6.5 Sumber Data Sekunder

  

Dalam analisis ini peneliti menggunakan buku teori tentang narkoba yang di

  tulis oleh Ida Listyarini Handoko. Teori ini sebagai acuan dalam menganalisis faktor- faktor penyebab penyalahgunaan narkoba tokoh Arimbi. Selain buku di atas peneliti menggunakan teori dari internet, buku sosiologi murni dan sastra maupun buku psikologi lainnya yang ada kaitannya dengan penelitian ini.

1.7 Sistematika Penyajian

  Sistematika penyajian penelitian ini sebagai berikut. Bab I pendahuluan berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, dan metode penelitian. Bab II berisi uraian struktur penceritaan yaitu penokohan dan karakterisasi, alur, latar/setting, dan amanat moral dari novel tersebut. Bab III berisi pembahasan tentang faktor-faktor penyebab

BAB II ANALISIS STRUKTUR NOVEL JANGAN BERI AKU NARKOBA Penganalisisan unsur- unsur intrinsik dalam bab ini meliputi tokoh, latar, dan

  amanat. Analisis tokoh dalam penelitian ini didasarkan pada pembedaan tokoh berdasar pada frekuensi kemunculannya, menjadi tokoh utama dan tambahan. Tokoh utama meliputi Arimbi, Mama, dan Papa. Tokoh tambahan meliputi Rajib, Vela, dan Dokter Gunawan.

2.1 Tokoh

  Pelaku cerita tidak lepas dari watak atau karakternya. Mulai dari kebiasan hidup yang menampilkan sikap, sifat dan perilaku dari si tokoh dalam novel JBAN ini yang merupakan bukti dari penyalahgunaan narkoba yang dilakukan tokoh Arimbi (tokoh utama). Selain tokoh utama (Arimbi; protagonis) dan Mama dan Papa Arimbi (antagonis) akan dibahas juga tokoh tambahan (Rajib dan Vela). Pembahasan tokoh ini terbatas pada penyebab penyalahgunaan narkoba yang berkaitan dengan beberapa tokoh. Karakter tokoh-tokoh dalam novel JBAN ini oleh pengarang digambarkan dengan dua metode analitik dan metode dramatik, novel JBAN akan dibahas berdasar kedua metode tersebut.

2.1.1 Tokoh Utama

  Tokoh utama atau tokoh yang dimunculkan terus menerus dalam nove l JBAN ini adalah Arimbi, Mama, dan Papa. Ketiga tokoh ini selalu muncul dalam setiap bab cerita dan selalu mendominasi penceritaan kisah, oleh karena itu ketiga tokoh memegang peranan penting dalam struktur penceritaan dan pantas disebut sebagai tokoh utama. Tokoh utama dalam novel JBAN terdiri dua jenis yaitu tokoh protagonis (Arimbi) dan antagonis (Mama dan Papa). Tokoh protagonis maupun antagonis ini diklasifikasikan sebagai tokoh utama. Dalam novel JBAN ini tokoh utama protagonis, Arimbi, merupakan tokoh yang menjadi fokus permasalahan dalam penelitian penyalahgunaan narkoba ini. Sedangkan dua tokoh utama antagonis, Mama dan Papa, merupakan tokoh yang selalu menentang tokoh protagonis baik secara fisik maupun batin

2.1.1.1 Tokoh Utama Protagonis: tokoh Arimbi

  Arimbi adalah seorang anak pengusaha sukses yang terkenal di masyarakat, pengarang menggambarkannya secara dramatik, berikut kutipannya: (1) Rajib sempat memberitahu saya latar belakang Arimbi, dan saya sangat kaget. Orangtuanya sangat populer. ”Pasangan Ruslan Suwito dan

  Marini Ruslan. Pengusaha papan atas yang punya pamor sangat baik di mata khalayak” (hlm.12).

  Arimbi termasuk gadis keras kepala. Dia berkeinginan keras menjadi kurir

  (2) ”Saya tidak main- main. Saya serius. Jadikan saya kurir. Saya butuh uang. Saya tak akan melakukan ini di tempat kami tinggal nanti. Saya hanya melakukan ini dua atau tiga minggu saja. Saya butuh uang, ” kata saya memohon (hlm 166).

  Arimbi memiliki sifat emosional, terlebih jika menyangkut narkoba. Pengarang menggambarkannya secara dramatik. Berikut kutipannya: (3) ” Ibu bodoh. Narkoba hanya akibat. Problem saya bukan itu. Ibu jangan mengkambinghitamkan narkoba. Dia tidak pernah eksis, kalau tidak ada manusia- manusia brengsek penyebab keinginan itu muncul!” (hlm. 118)

  (4) ” Kalau begitu, Ibu harus mengajar semuanya. Teman-teman saya di luar sana, orangtua saya, lingkungan saya, semua! Jika saya merupakan bagian dari itu semua, kenapa hanya saya yang disudutkan!” saya lebih emosi (hlm 118)

  (5) ” Lantas apakah saya tidak cukup alasan untuk dibereskan? Kenapa Mama menebus saya? Saya yang bersalah! Saya yang memaksa Rajib memberi pekerjaan untuk saya! Dia tidak sepantasnya dipukuli, Ma!” saya menjerit- jerit emosi dalam mobil (hlm.193)

  Arimbi merasa frustasi karena ketidakseimbangan kehidupannya dalam keluarga dan lingkungan masyarakat. Kekayaan tidak menjamin hidupnya bahagia yang diinginkan. Pengarang menggambarkannya secara dramatik. Berikut kutipannya

  (6) ..... Saya sudah kehilangan banyak kesempatan untuk mendapatkan hidup yang saya inginkan. Ketahuilah, Mbak, saya tak mau lagi menjadi anak mereka. Tak ingin segala kemewahan yang ada di rumah ini. Saya hanya mau menjadi diri sendiri (hlm. 204)

  Arimbi menjadi lesbian karena pergaulannya. Pengarang menggambarkan secara analitik, berikut kutipannya: berubah dengan cepat dan tak lagi tertata. Kami bergerak, berguling, menusuk, meremas (hlm. 72) (8) ..... Saya tak perlu bertanya-tanya lagi tentang perasaan yang menjalar di tubuh saya setiap kali melihat perempuan menarik. Saya tahu , saya berbeda. Saya berani mengatakan bahwa saya lesbian. Tapi seperti juga merahasiakan bahwa saya pemakai, saya tak mau berterus terang bahwa saya lesbian (hlm. 89)

  Arimbi merasa tidak nyaman dalam keluarga karena orangtua nya sering bertengkar. Pengarang menggambarkannya secara analitik, berikut kutipannya : (9) Sebab di rumah saya kerap ada pertunjukkan lenong di pagi hari.

  Lenong pertengkaran. (hlm.32) (10) Pertengkaran itu selalu berulang. Mama di pukul lagi, berdarah lagi, menyerah lagi, lantas mereka bulan madu lagi. (hlm 42)

  Arimbi masih memiliki perasaan halus walaupun ia tidak senang dengan sifat mamanya. Pengarang menggambarkannya secara analitik, berikut kutipannya: (11) Tapi, meskipun benci, saya selalu tak sampai hati pada mama.

  Terutama karena bisa saya bayangkan bagaimana rasa sakitnya.(hlm. 35)

  Kondisi keluarga yang tidak harmonis membuat Arimbi bebas berperilaku, suka bermain dengan teman-teman sekolahnya dan malas belajar. Pengarang menggambarkannya secara analitik, berikut kutipannya:

  (12) Saya sudah memutuskan dengan rumah bahkan tanpa sepengetahuan orangtua saya. Saya melakukan banyak hal yang tidak diketahui orangtua saya. Les- les tak saya datangi lagi. Saya ganti dengan Arimbi memiliki sifat pembohong pada orangtua. Pengarang menggambarkan secara analitik, berikut kutipannya: (13) Ternyata berbohong adalah pelepasan yang menyenangkan. O, betapa laknat kejujuran yang membiarkan remaja-remaja seperti diri saya hanya menjadi boneka goblok di rumah sendiri. (hlm 51)

  (14) Saya mulai sering membohongi mama dengan mengatakan ujian akhir memerlukan belajar bersama yang lebih intensif. Lagi- lagi, rumah Helena menjadi kambing hitam (hlm. 40)

  Dari kutipan-kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa Arimbi merupakan anak dari pengusaha sukses yang terkenal di masyarakat (kutipan 1). Arimbi memiliki sifat keras kepala (kutipan 2). Arimbi memiliki sifat emosional (kutipan3, 4, dan 5). Dia merasa frustasi karena ketidakseimbangan hidupnya (kutipan 6). Arimbi seorang lesbian (kutipan 7 dan 8). Dia merasakan ketidaknyamanan karena orantua sering bertengkar (kutipan 9dan 10). Arimbi memiliki perasaan halus (kutipan 11) Arimbi menjadi pemalas dan suka bemain dengan teman-temannya (kutipan 12) Arimbi memiliki sifat pembohong (kutipan 13 dan 14 ).

  Melalui gambaran kehidupan, sifat dan sikap Arimbi di atas secara langsung maupun tidak langsung baik melalui dialog maupun penjelasan dapat membuktikan bahwa Arimbi merupakan tokoh utama yang dikategorikan protagonis, tokoh yang menjadi fokus cerita bersifat protagonis. Tokoh Arimbi ini bukan tokoh yang bersifat ’hero’ seperti pengertian sesungguhnya dari tokoh protagonis, peneliti mengkategorikan sebagai tokoh utama protagonis karena simpati dengan tokoh ini, tokoh inilah yang mengungkapkan banyak visi isi cerita. Pengarang menggunakan metode dramatik dan analitik dalam menggambarkannya secara bervariasi.

2.1.1.2 Tokoh Utama Antagonis: tokoh Papa

  Papa, sebutan ayah yang dipakai Arimbi adalah pengusaha pemilik bisnis properti, kelapa sawit di Sumatra dan usaha ritel di Jakarta. Pengarang menggambarkannya secara analitik, berikut kutipannya:

  (15) Begitu mengerti kata-kata, saya langsung tahu ayah, yang saya panggil papa, adalah pemilik bisnis perkebunan kelapa sawit di Sumatra, dan usaha ritel di Jakarta (hlm. 25).

  Papa Arimbi penggemar barang-barang mahal, misalnya jas Armani atau

  

Zegna , dasi Prada, belasan sepato Tod’s, bahkan memiliki dua handphone dan satu

communicator . Dia terlalu sibuk, waktu untuk keluarga hanya sedikit. Pengarang

  menggambarkannya secara analitik, berikut kutipannya: (16) Papa penggemar penampilan mewah. Dia mengenakan jas Armani atau Zegna setiap hari. Dasinya Prada. Papa memiliki belasan sepatu Tod’s.

  Membawa tas kerja hermes. Dia mempunyai dua handphone dan satu communicator. Tiap malam dia membaca The Jakarta Post, Times,dan Business Week. Jika sudah bosan papa menonton CNN. Dia hanya menyisihkan sedikit waktu untuk mengobrol dengan mama. Dan mungkin hanya sekali dalam seribu pertemuan kami, dia mendaratkan ciuman di pipi saya (hlm.30).

  Papa Arimbi bukan seorang suami yang setia, buktinya ia selingkuh dengan seorang model yang bernama Angela. Pengarang menggambarkannya secara analitik,

  (17) Papa tertawa dengan wajah remaja. Tangan kanannya melingkardi pinggang Angela yang sudah berbalut jaket jins dan celana ketat bahan kulit. Keduanya masuk mobil (hlm. 50).

  Papa memiliki sifat pemarah dan suka memukul. Pengarang menggambarkannya secara analitik, berikut kutipannya: (18) Papa menjambak rambut mama dengan tangan kiri, dan menariknya kebelakang sehingga posisi tubuh mama melekung ke belakang dengan wajah tengadah (hlm. 39). (19) .....Tahu-tahu saya melihat papa menarik sedikit tangan Mama. Lalu memelintirnya (hlm. 108) Papa Arimbi pun sering tidak menepati janji. Pengarang menggambarkannya secara dramatik, berikut kutipannya:

  (20) Dan dia biasanya mengumbar janji kosong. ” Saya usahakan bisa makan malam di rumah,” katanya lagi. ” Cuaca sepertinya sedang cerah. Petang yang enak untuk diving. Saya akan selesai sebelum pukul tujuh”. Janji seperti ini kebanyakan tak pernah ditepati (hlm. 44).

  Papa orang yang suka memaksakan kehendak pada keluarga. Pengarang menggambarkannya secara dramatik, berikut kutipannya: (21) Mama bergerak sedikit. ”Saya tidak pergi,” katanya pendek.

  Papa menoleh. ”Tidak pergi?” ”Saya kan sudah bilang , saya sakit. Kamu bisa pergi berdua dengan Arimbi. Atau siapa pun. Kamu tinggal memilih,” jawab mama cepat.

  ”Tapi nanti ada Haryo, Bimo, Glen. Semua dengan anak dan istri. Gila apa tiba-tiba tak jadi ikut!” suara Papa melengking (hlm 38) (22) ”Yang penting jawab saja dengan sederhana. Tidak perlu membela siapa-siapa. Makin cepat dan lancar kamu menjawab makin baik,” Papa

  (23) ” Bukan. Kamu akan dikirim ke Los Angeles segera. Kami sudah berpikir ke sana kemari dan berpikir bahwa satu-satunya jalan terbaik untukmu adalah memberikan suasana yang benar-benar baru untukmu........... Saya terenyak (hlm. 217).