DAYA MELARUTKAN FRAKSI AIR DAN ETIL ASETAT DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb.) TERHADAP KALSIUM BATU GINJAL SECARA IN VITRO SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi Program Studi Farmasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

DAYA MELARUTKAN FRAKSI AIR DAN ETIL ASETAT

DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb.) TERHADAP

KALSIUM BATU GINJAL SECARA IN VITRO

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi

Program Studi Farmasi

  

Oleh :

Natalia Ni Putu Olivia Paramita S.D.

NIM : 038114024

FAKULTAS FARMASI

  

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2007

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

DAYA MELARUTKAN FRAKSI AIR DAN ETIL ASETAT

DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb.) TERHADAP

KALSIUM BATU GINJAL SECARA IN VITRO

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi

Program Studi Farmasi

  

Oleh :

Natalia Ni Putu Olivia Paramita S.D

NIM : 038114024

FAKULTAS FARMASI

  

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2007

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Saya belajar bahwa tidak ada yang instant atau serba cepat di dunia ini, semua butuh proses dan pertumbuhan Saya belajar bahwa untuk menjadi paham sesuatu butuh niat, waktu, dan usaha yang nyata Saya belajar untuk menjadi kuat dalam menghadapi dunia setiap hari

Saya belajar untuk menjadi bijaksana dalam memahami bahwa saya tidak

mengetahui segala sesuatunya Saya belajar untuk menjadi cukup bodoh ketika suatu keajaiban terjadi Saya belajar untuk selalu yakin akan tujuan akhir saya Saya belajar untuk menjadi terang bukan di tempat yang terang tetapi terang ditempat yang gelap Saya belajar untuk menjadi jawaban dan tidak hanya diam Saya belajar untuk menjadi garam tetapi tidak di tengah lautan Saya belajar untuk menjadi harapan bukan hanya berharap Saya belajar untuk menjadi jawaban bukan hanya ucapan Saya belajar untuk menjadi jawaban bukan menambah beban Saya belajar untuk mencintai setiap orang dengan cara yang sempurna bukan mencintai orang yang sempurna

Saya belajar bahwa Tuhan selalu punya rencana dalam hidup dan kadang

rencanaNya tidak sesuai dengan harapan saya tetapi Dia akan menjadikan

segala sesuatu indah tepat pada waktuNya Saya belajar....belajar....belajar....dan akan terus belajar....

  Kupersembahkan karya ini untuk almamaterku idola dan teladanku

  Mama Erna , pendukungku

  Papa Ketut , teman bermain dan bertengkarku

  Bagonk Yoga ,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

PRAKATA

  Terima kasih kepada Tuhan yang telah memberi pengetahuan dan kemampuan sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan. Penyusunan skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

  Penyelesaian skripsi ini telah melibatkan banyak pihak dan melalui suatu proses yang tidak sebentar. Terima kasih kepada semua yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, secara khusus kepada:

  1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

  2. Bapak Yohanes Dwi Atmaka, M.Si., selaku pembimbing yang telah memberikan waktu, bimbingan, dan masukan hingga terselesaikanya skripsi ini.

  3. Ibu Christine Patramurti, M.Si., Apt. selaku dosen penguji atas masukan, nasehat dan kritikan yang membangun demi tercapainya hasil terbaik dari skripsi ini.

  4. Drs. Mulyono, Apt. selaku dosen penguji atas masukan, nasehat, dan kritikan yang membangun demi tercapainya hasil terbaik dari skripsi ini.

  5. Seluruh dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah membagikan segenap pengetahuan, pengalaman, dan gambaran akan masa depan seorang farmasis. Terima kasih untuk selalu membantu sejak dari awal hingga akhir perkuliahan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  6. Mama, Papa, dan Yoga yang selalu mendukung, mendoakan, dan meyakinkan bahwa segala sesuatu pasti bisa terselesaikan dengan baik karena keikutsertaan Bapa di sorga.

  7. Mas Wagiran, Mas Agung, Mas Bimo, Pak Mukmin, Pak Prapto, Pak Parlan, Mas Kunto, Mas Otok, Pak Musrifin, Mas Yuwono, dan semua laboran atas bantuan, canda tawa, dan kesediaanya untuk lembur saat bekerja di laboratorium.

  8. Heribertus Rinto Wibowo yang selalu memberi semangat, masukan, dan kritik yang membangun hingga akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Terima kasih untuk semua hal baru yang boleh penulis dapatkan dari kebersamaan selama mengerjakan skripsi ini.

  9. Eyene, Inow, Chemel, Makcik Ditae, Pakcik Indrae, dan Om Ate yang selalu setia memberikan sayap-sayap yang kokoh hingga skripsi ini selesai.

  10. Genduut, Melin, Nandute, Bleki, Margamon, yang telah mengenalkan arti sebuah realita dan keajaiban. Terima kasih untuk tambahan pengetahuan, semangat, dan curhat-curhatnya.

  11. Gothe, Sita, Ira untuk dukungan moral yang sungguh menguatkan sejak SMA hingga sekarang.

  12. Teman-teman kos Difa, Alit, Mamae, Galih, Livi, Monci, Merry, Asyen, Dinae, Tiwi, Ria, Ayu, Grace, Friska, Dini, Sifa, Ami, Sentya, atas segenap perhatian, semangat, dan kebersamaan yang telah diberikan.

  13. Mas Mbong, dan teman-teman Cantus Firmus Choir, Esti, Dita Sopran, Mas Beni, Mas Bayu, Danang Kecil, Rondang, Budi, Ferdian, teman-teman

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  altoners, soprano, tenorist, dan bassers atas semangat, doa, dan makna sebuah persahabatan.

  14. Semua teman-teman kelas A atas kebersamaan selama hari-hari kuliah dan praktikum. Semangat terus dan sukses selalu.

  15. Titan, yang memberi warna di hari-hari akhir penyelesaian skripsi ini.

  16. Semua teman dan sahabat yang tak bisa disebutkan satu persatu atas doa, dukungan, dan bantuan yang telah diberikan demi terselesaikannya skripsi ini Tiada sesuatu yang sempurna, demikian juga dengan skripsi ini. Masukan dan kritikan yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini menjadi kehormatan bagi penulis. Penulis memohon maaf jika terdapat kesalahan dalam penulisan skripsi ini. Harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermafaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang farmasi.

  Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 14 Maret 2007 Penulis Natalia Ni Putu Olivia Paramita S.D.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

INTISARI

  Tanaman pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) merupakan salah satu tanaman yang dimanfaatkan sebagai obat peluruh batu ginjal. Hal ini karena adanya kandungan flavonoid dalam pandan wangi, khususnya di bagian daun. Fraksinasi daun pandan wangi menggunakan air dan etil asetat bertujuan mengetahui pengaruh kedua fraksi terhadap kelarutan kalsium batu ginjal.

  Penelitian ini termasuk dalam rancangan eksperimental murni lengkap pola searah. Analisis kualitatif kandungan flavonoid dalam daun pandan wangi menggunakan kromatografi lapis tipis. Hasil analisis menunjukkan bahwa fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi mengandung glikosida flavonoid yang mengarah pada golongan flavonol.

  Subjek uji batu ginjal direndam dalam sembilan kelompok perlakuan yaitu, kontrol negatif, fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi dengan

  v v v v

  konsentrasi 2,5% / v , 5% / v , 7,5% / v , dan 10% / v. Filtrat hasil perendaman diukur kadar kalsium terlarutnya menggunakan spektrofotometer serapan atom.

  Data kadar kalsium terlarut yang diperoleh diuji dengan analisis statistik deskriptif Explore, dilanjutkan uji One Way Anova dan uji post hoc LSD. Hasil analisis menunjukkan bahwa fraksi etil asetat daun pandan wangi mampu melarutkan kalsium batu ginjal lebih tinggi daripada fraksi airnya. Kedua fraksi daun pandan wangi tersebut memiliki daya melarutkan tertinggi pada konsentrasi

  v 10% / v .

  Kata kunci : pandan wangi, batu ginjal kalsium, air, etil asetat, spektrofotometer serapan atom

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

ABSTRACT

  Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) is one of the plant that can be used as a drug which decreases the size of the kidney stones. This presumed because of the flavonoids which contained in pandan wangi, particularly in its leaves. Fractionation the pandan wangi leaves using water and ethyl acetate has a purpose to know the influence from both of the fraction in solubilizing the calcium kidney stones.

  This research is a kind of a complete pure experimental research with one way pattern. Qualitative analysis of flavonoids in pandan wangi leaves carried out by thin layer chromatography. The result of analysis showed that pandan wangi leaves contained glycosides flavonoid which supposed to flavonol group.

  The test subject, kidney stones, submered in nine treatment groups involved negative control, water and ethyl acetate fraction of pandan wangi leaves

  v v v v

  in concentration 2,5% / , 5% / , 7,5% / , 10% / . The filtrates after the

  v v v v

  submersion then measured by atomic absorption spectrophotometer to know the concentration of the soluble calcium.

  The data of soluble calcium which obtained from the measurement by atomic absorption spectrophotometer tested by Explore descriptive statistical analysis, then continued by One Way Annova and post hoc LSD. The results showed that the fraction of ethyl acetate of pandan wangi leaves could dissolves the calcium kidney stones higher than the fraction of water of pandan wangi leaves. Both of the fractions of pandan wangi leaves gave the highest solubility in

  v concentration 10% / v .

  Key words : pandan wangi, calcium kidney stones, water, ethyl acetate, atomic absorption spectrophotometer

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL ............................................................................ ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................... iii HALAMAN PENGESAHAN .............................................................. iv HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................... v PRAKATA ............................................................................................ vi PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................... ix

  INTISARI ............................................................................................. x ABSTRACT ………………………………………………………….. xi DAFTAR ISI …………………………………………………………. xii DAFTAR TABEL ................................................................................. xv DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xvi DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xviii

  

BAB I. PENDAHULUAN ................................................................... 1

A. Latar Belakang .........................................................................

  1 B. Rumusan Masalah ....................................................................

  3 C. Keaslian Penelitian ..................................................................

  3 D. Manfaat Penelitian ...................................................................

  3 E. Tujuan Penelitian .....................................................................

  4 BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ................................................ 5 A. Pandan Wangi ..........................................................................

  5 B. Flavonoid .................................................................................

  6

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  C. Batu Ginjal ...............................................................................

  11 D. Kelarutan .................................................................................

  15 E. Kromatografi Lapis Tipis .........................................................

  17 F. Validitas Metode ......................................................................

  19 G. Analisis Kualitatif Batu Ginjal ................................................

  20 H. Spektrofotometri Serapan Atom ..............................................

  21 I. Landasan Teori ..........................................................................

  24 J. Hipotesis ..................................................................................

  25 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN........................................ 26 A. Jenis dan Rancangan Penelitian ..............................................

  26 B. Variabel dan Definisi Operasional …………………………..

  26 1. Variabel penelitian ………………………………………..

  26

  2. Definisi operasional ………………………………………

  27 C. Bahan Penelitian …………………………………………….

  28 D. Instrumen Penelitian ………………………………………...

  28 E. Tata Cara Penelitian …………………………………………

  29 F. Tata Cara Analisis Hasil ……………………………………..

  33 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………….. 34 A. Determinasi Tanaman ……………………………………….

  34 B. Fraksi Air dan Etil Asetat Daun Pandan Wangi .....................

  34 C. Preparasi Batu Ginjal ..............................................................

  36 D. Analisis Kualitatif Batu Ginjal ...............................................

  36 E. Analisis Kualitatif Flavonoida ................................................

  39

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  F. Analisis Kuantitatif Kelarutan Kalsium Batu Ginjal ...............

  50 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................ 60 A. Kesimpulan .............................................................................

  60 B. Saran .......................................................................................

  60 DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................

  61 LAMPIRAN .........................................................................................

  64 BIOGRAFI PENULIS .........................................................................

  93

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR TABEL

  Halaman

  I. Serapan filtrat serbuk batu ginjal yang diukur pada spektrofotomotometer serapan atom ...........................................

  38 II. Hasil KLT fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi dengan fase diam selulosa dan fase gerak campuran n-butanol : asam

  v asetat : air (4:1:5 / v ) ....................................................................

  40 III. Hasil KLT fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi dengan pereaksi semprot AlCl

  3 dan sitroborat .........................................

  44 IV. Penafsiran warna bercak dari segi struktur jenis flavonoid yang mungkin terkandung dalam fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi ...............................................................................

  47 V. Persamaan kurva baku hasil pengukuran serapan seri larutan baku pada spektrofotometer serapan atom ..................................

  50 VI. Nilai perolehan kembali (%) dari tiga replikasi seri larutan baku ...................................................................................................... 52 VII. Nilai koefisien variasi (%) ...........................................................

  52 VIII. Rata-rata kadar kalsium terlarut (ppm) setelah pengukuran menggunakan spektrofotometer serapan atom ............................

  54 IX. Rata-rata kadar kalsium terlarut pada fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi.......................................................................

  56

  DAFTAR GAMBAR

  7. Reaksi flavonol dengan AlCl

  11. Grafik rata-rata kalsium terlarut (ppm) dalam fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi setelah pengukuran pada spektrofotometer serapan atom ......................................................

  54

  10. Diagram batang rata-rata kadar kalsium terlarut pada setiap kelompok perlakuan setelah pengukuran dengan spektrofotometer serapan atom …………………………………..

  51

  9. Kurva baku kalsium hubungan antara konsentrasi larutan baku kalsium versus absorbansi dengan persamaan kurva baku y = 0,009552 x – 0,00147 .....................................................................

  46

  45 8. Reaksi flavonol dengan asam borat………………………….........

  3 ……………………………………

  43

  Halaman 1. Struktur umum flavonoid ................................................................

  42 6. Reaksi flavonol dengan basa amonia .............................................

  41 5. Gugus kromofor dan auksokrom pada flavonol .............................

  v ) ...............................................

  /

  v

  4. Kromatogram rutin, fraksi etil asetat, fraksi air daun pandan wangi dengan fase diam selulosa dan fase gerak campuran n- butanol : asam asetat : air (4:1:5

  23

  11 3. Instrumentasi spektrofotometer serapan atom ................................

  6 2. Ginjal dan batu ginjal ......................................................................

  57 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  12. Kompleks glikosida flavonol fraksi etil asetat daun pandan wangi (12.a) dan fraksi air daun pandan wangi (12b.) dengan kalsium ......................................................................................................... 59

  13. Pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) …………………

  66 14. Serbuk daun pandan wangi ………………………………….........

  67

  15. Batu ginjal yang diperoleh dari Laboratorium Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta …….

  68

  16. Pengamatan bercak rutin, fraksi etil asetat daun pandan wangi, fraksi air daun pandan wangi hasil KLT di bawah sinar UV 365 nm tanpa uap amonia …………………………………………...

  75

  17. Pengamatan bercak rutin, fraksi etil asetat daun pandan wangi, fraksi air daun pandan wangi hasil KLT di bawah sinar UV 365 nm setelah pemberian uap amonia ……………………………….

  76

  18. Pengamatan bercak rutin, fraksi etil asetat daun pandan wangi, fraksi air daun pandan wangi hasil KLT di bawah sinar tampak setelah pemberian uap amonia …………………………………...

  77

  19. Pengamatan bercak rutin, fraksi etil asetat daun pandan wangi, fraksi air daun pandan wangi hasil KLT di bawah sinar tampak setelah disemprot dengan AlCl 3 ………………………………….

  78

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR LAMPIRAN

  Halaman I. Determinasi tanaman ......................................................................

  64 II. Pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) dan serbuk tanaman pandan wangi …………………………………………...

  66 III. Batu ginjal ......................................................................................

  68 IV. Seri larutan baku .............................................................................

  69 V. Hasil KLT flavonoid ......................................................................

  75 VI. Data kalsium terlarut dalam kelompok perlakuan ..........................

  79 VII. Hasil analisis statistik .....................................................................

  80

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batu ginjal merupakan penyakit yang terjadi selama ribuan tahun bahkan

  setiap tahunnya jutaan orang dapat menderita penyakit batu ginjal. Hal ini disebabkan gaya hidup seseorang yang mengkonsumsi berlebih makanan dan minuman yang mengandung kalsium tinggi seperti susu, mentega, keju, emping, melinjo, kacang-kacangan, dan ubi-ubian, konsumsi vitamin C dan D dosis tinggi, faktor genetik, serta kurangnya cairan tubuh.

  Saat ini banyak cara untuk mengobati batu ginjal, diantaranya yaitu dengan ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy), Percutaneus

  

Lithotripsy , konsumsi obat-obatan diuretik, atau dengan konsumsi obat-obatan

  tradisional. Konsumsi obat tradisional lebih digemari oleh masyarakat karena murah dan bahannya mudah didapat.

  Beberapa obat tradisional yang dimanfaatkan masyarakat untuk pengobatan batu ginjal antara lain yang berasal dari tanaman tempuyung, meniran, kumis kucing, keji beling. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Pramono, Sumarno, dan Wahyono (1993), daun tempuyung mampu melarutkan kalsium batu ginjal. Hal ini diduga terjadi melalui pembentukan kompleks antara gugus hidroksi karbonil dalam molekul flavonoid dengan ion kalsium penyusun batu ginjal. Penelitian lain yang juga menunjukkan kemampuan flavonoid dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  melarutkan kalsium batu ginjal dilakukan oleh Yanti, Anggraeni, dan Yuningsih (1993) pada tanaman meniran (Phyllantus niruri L.).

  Dalam penelitian Raharjo (2003), infusa daun pandan wangi (Pandanus

  

amaryllifolius Roxb.) dapat melarutkan kalsium batu ginjal. Hal ini karena adanya

  kandungan flavonoid dalam infusa daun pandan wangi. Mursyidi (1990) menyebutkan bahwa di dalam tumbuhan, flavonoid biasanya berikatan dengan gula sebagai glikosida. Molekul yang berikatan dengan gula tadi disebut aglikon. Glikosida flavonoid bersifat polar sehingga lebih mudah larut dalam pelarut polar. Sedangkan aglikon flavonoid bersifat kurang polar sehingga lebih mudah larut dalam pelarut dengan polaritas medium.

  Ekstraksi flavonoid umumnya dilakukan menggunakan pelarut campuran air dengan etanol, metanol, atau aseton. Kemudian dilakukan pengekstraksian kembali dengan pelarut organik yang tidak bercampur dengan air tetapi agak polar. Robinson (1995) menyebutkan bahwa pelarut organik yang umumnya dipakai untuk pengekstraksian kembali ekstrak air tanaman adalah etil asetat. Dari hasil pengekstraksian kembali, glikosida flavonoid akan tertinggal dalam fase air (fraksi air) sedangkan aglikon flavonoid dan kemungkinan sebagian glikosida flavonoid dengan polaritas yang lebih rendah dari yang tersari di fase air akan tersari dalam fase etil asetat (fraksi etil asetat). Namun seberapa banyak flavonoid yang terkandung dikedua fraksi tidak diketahui. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan penelitian tentang daya melarutkan fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi terhadap kelarutan kalsium batu ginjal secara in vitro.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

B. Rumusan Masalah

  Dari latar belakang tersebut di atas maka diambil suatu rumusan masalah sebagai berikut:

  1. Bagaimana pengaruh fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi terhadap kelarutan kalsium batu ginjal secara in vitro?

  2. Pada konsentrasi berapakah fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi yang memberikan kelarutan terbesar terhadap kalsium batu ginjal secara in vitro?

C. Keaslian Penelitian

  Pernah dilakukan penelitian tentang pengaruh infusa daun pandan wangi terhadap kalsium batu ginjal secara in vitro oleh Raharjo (2003). Sedangkan penelitian tentang daya melarutkan fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi terhadap kalsium batu ginjal secara in vitro belum pernah dilakukan sebelumnya.

D. Manfaat Penelitian

  Manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah

  1. Manfaat umum Mengetahui pengaruh fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi dalam melarutkan kalsium batu ginjal sehingga dapat dijadikan tambahan informasi untuk pengembangan obat tradisional peluruh batu ginjal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Manfaat khusus

  Mendapatkan informasi konsentrasi yang memberikan kelarutan terbesar dari fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi dalam melarutkan kalsium batu ginjal secara in vitro.

E. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut: 1.

  Mengetahui pengaruh fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi terhadap kelarutan kalsium batu ginjal secara in vitro.

  2. Mengetahui konsentrasi dari fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi yang memberikan kelarutan terbesar terhadap kalsium batu ginjal secara in vitro.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Pandan Wangi

  1. Keterangan botani Tanaman pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) termasuk dalam famili Pandanaceae. Tanaman ini memiliki beberapa sinonim yaitu Pandanus

  odorus Lidl., Pandanus latifolius Hassk., Pandanus hasskarlii Merr. (Sugati dan Hutapea, 1991).

  2. Pertelaan Perdu, tahunan, tinggi 3-7 m. Helaian daun tunggal, liat , umumnya tidak utuh, warna hijau tua, bentuk garis, panjang 48,2 – 50,3 cm, lebar 3,5 – 4,0 cm, ujung daun lancip, pinggir daun sedikit berduri kecil-kecil, tidak bertangkai, tulang daun sejajar. Permukaan daun yang atas lebih mengkilap daripada permukaan daun yang bawah (Anonim, 1989).

  Sugati dan Hutapea (1991) menyebutkan batang tanaman pandan wangi bulat dengan bekas duduk daun, bercabang, menjalar, akar tunjang keluar di sekitar pangkal batang dan cabang. Bunga majemuk, bentuk bongkol, warnanya putih. Buahnya buah batu, menggantung, bentuk bola, diameter 4- 7,5 cm, dinding buah berambut, warnanya jingga.

  3. Kandungan Kimia Pandan wangi pada bagian daunnya mengandung flavonoida, alkaloida, saponin, tanin, polifenol dan zat warna.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4. Kegunaan

  Pandan wangi, khususnya bagian daun, berkhasiat sebagai obat lemah saraf, selain itu bermanfaat juga sebagai penambah nafsu makan dan sebagai bahan baku kosmetika. Kegunaan lain daun pandan wangi, seperti yang disebutkan dalam Materia Medika Indonesia IV, yaitu sebagai bahan pewangi.

B. Flavonoid

  Flavonoid merupakan kandungan khas tumbuhan hijau, kecuali alga dan

  

hornwort . Flavonoid terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun, akar,

  kayu, kulit, serbuk sari, nektar, bunga, buah, dan biji. Golongan flavonoid dapat digambarkan sebagai deretan senyawa C

  6 – C 3 – C 6 . Artinya, kerangka karbonnya

  terdiri atas dua gugus C

  6 disambungkan oleh rantai alifatik tiga-karbon. Golongan

  terbesar flavonoid berciri mempunyai cincin piran yang menghubungkan rantai tiga karbon dengan salah satu dari cincin benzena.

  2' 3'

  1

  8 O

  9 2 1'

  7 B 4' A

  3 6' 5'

  6

  10

  

4

  5 Ga mba r 1 . Struktur umum flavonoid (Robinson, 1995)

  Semua varian flavonoid memiliki jalur biosintesis yang sama sehingga memiliki struktur dasar yang sama. Flavonoid dikelompokkan menjadi beberapa kelas berdasarkan tingkat oksidasi cincin pirannya (Brunetton, 1999). Masing- masing flavonoid dalam tiap kelasnya dibedakan oleh posisi gugus hidroksi,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  tumbuhan, flavonoid berada dalam bentuk glikosida. Gula yang umumnya terikat pada flavonoid yaitu gula heksosa seperti glukosa, galaktosa, dan ramnosa ; dan gula pentosa seperti arabinosa dan silosa. Molekul-molekul gula tersebut dapat terikat sendirian atau berkombinasi dengan molekul gula yang lain pada molekul a flavonoid (Anonim , 2007).

  Flavonoid yang memiliki sejumlah gugus hidroksi yang tak tersulih, atau suatu gula, sifatnya polar dan disebut sebagai glikosida. Oleh karena sifatnya yang polar, maka glikosida mudah larut dalam pelarut polar seperti etanol (EtOH), metanol (MeOH), butanol (BuOH), aseton, dimetilsulfoksida (DMSO), dimetilformamida (DMF), dan lain-lain. Glikosida flavonoid (flavonoid dengan gula terikat) lebih mudah larut dalam air dan dengan demikian campuran pelarut di atas dengan air merupakan pelarut yang baik untuk glikosida. Sebaliknya, aglikon (flavonoid tanpa gula terikat) yang sifatnya kurang polar, seperti isoflavon, flavanon, dan flavon serta flavonol yang termetoksilasi cenderung lebih mudah larut dalam pelarut seperti eter atau kloroform (Markham, 1988).

  Bentuk glikosida dari flavonoid terdapat pada vakuola, dan tergantung dari spesiesnya, glikosida bisa terdapat pada epidermis daun ataupun tersebar baik di jaringan epidermis maupun mesofil. Pada bunga, glikosida terdapat pada sel-sel epidermisnya. Glikosida tersebut dapat diekstraksi, umumnya pada suhu tinggi, dengan aseton atau alkohol (etanol, metanol) yang dicampur dengan air. Penguapan solven dilakukan jika terdapat fase air hasil ekstraksi menggunakan dua pelarut yang tak saling campur, misalnya: petroleum eter akan mengeliminasi klorofil dan lemak; dietil eter akan mengekstraksi aglikon bebas; etil asetat akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  melarutkan sebagian besar glikosida. Sedangkan sakarida bebas akan tertinggal dalam fase air bersama glikosida yang paling polar (jika ada) (Bruneton, 1999).

  Robinson (1995) menyebutkan bahwa glikosida flavonoid dapat larut dalam air dan pengekstraksian kembali larutan dalam air dengan pelarut organik yang tidak bercampur dengan air tetapi agak polar sering kali bermanfaat untuk memisahkan flavonoid dari senyawa yang lebih polar seperti karbohidrat. Etil asetat merupakan pelarut yang baik untuk menangani hal ini.

  Ketika ada flavonoid yang ditemukan dalam kutikula daun biasanya dalam bentuk aglikon. Aglikon ini memiliki sifat lipofilik karena adanya metilasi sebagian atau total pada gugus hidroksinya. Flavonoid yang bersifat lipofilik yang terdapat pada jaringan-jaringan di permukaan daun dapat diekstraksi menggunakan pelarut yang memiliki polaritas medium; kemudian dipisahkan dari lemak dan lilin atau pengotor-pengotor lain yang ikut terekstraksi (Bruneton, 1999).

  Analisis kualitatif flavonoid dapat dilakukan dengan kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis. Kromatografi lapis tipis (KLT) lebih banyak digunakan karena waktu pemisahan lebih cepat dan hasil pemisahan lebih baik. Fase diam yang dapat dipilih untuk KLT antara lain selulosa, silika, dan poliamid. Pemilihan fase diam didasarkan pada tujuan KLT. Sedangkan untuk fase gerak dapat digunakan air, asam asetat, dan asam klorida maupun campuran pelarut.

  Untuk campuran pelarut, yang dapat digunakan biasanya n-butanol : asam asetat : air (4:1:5), t-butanol : asam asetat : air (3:1:1), kloroform : asam asetat : air (30:15:2), dan asam asetat : air : asam klorida (30:10:30) (Markham, 1988).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Fase gerak campuran n-butanol : asam asetat : air (4:1:5) dipakai fase atas, digunakan untuk memisahkan glikosida, aglikon, dan gula. Kelebihan fase gerak campuran n-butanol : asam asetat : air (4:1:5) dibandingkan t-butanol : asam asetat : air (3:1:1) adalah waktu pengembangan yang lebih pendek per kromatogram (Markham, 1988).

  Bercak flavonoid hasil kromatografi dapat diamati dengan sinar tampak dan ultraviolet (UV). Sebagian besar bercak flavonoid tidak terlihat pada sinar tampak. Karena alasan tersebut, untuk mendeteksi bercak, kromatogram diperiksa dengan sinar UV 365 nm. Memberikan uap amonium (NH

  3 ) pada kromatogram

  yang sudah benar-benar kering akan meningkatkan kepekaan deteksi dan menghasilkan perubahan warna yang ada kaitannya dengan struktur senyawa yang bersangkutan (Markham, 1988).

  Penyemprotan kromatogram menggunakan pereaksi yang berlainan dapat memberikan informasi terbatas tentang struktur flavonoid. Ada empat pereaksi semprot yang biasanya digunakan, yaitu:

  1. FeCl

  3 . Deteksi kromatogram dengan larutan FeCl 3 akan menyebabkan terbentuknya kompleks berwarna yang dapat diamati dengan sinar tampak.

  2. . Larutan AlCl 5% yang bisa digunakan untuk spektroskopi UV-tampak AlCl

  3

  3

  bila disemprotkan pada kromatogram kemudian dikeringkan, menunjukkan semua 5-hidroksi-flavonoid sebagai bercak berfluoresensi kuning bila dilihat di bawah sinar UV 366 nm. Selain itu, bercak yang semula tidak tampak menjadi terlihat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  3. Kompleks difenil-asam borat-etanolamin. Pemakaian larutan 1% dalam metanol menunjukkan semua 3’, 4’-dihidroksi-flavon dan 3’, 4’-dihidroksi- flavonol sebagai bercak jingga.

  4. Asam sulfanilat yang terdiazotasi. Kromatogram disemprot dengan pereaksi ini kemudian disemprot dengan natrium karbonat 20%. Kebanyakan senyawa yang mempunyai gugus hidroksi fenol akan terlihat sebagai bercak kuning, jingga, atau merah.

  5. Vanilin-HCl. Bercak merah atau merah lembayung segera setelah penyemprotan dan pemanasan oleh katekin dan proantosianidin, dan terbentuk lebih lambat oleh flavon dan dihidroflavonol (Markham, 1988).

  Dalam penelitian yang dilakukan oleh Pramono, dkk (1993) menyebutkan pelarutan batu ginjal oleh daun tempuyung (Sonchus arvensis L.) diduga melalui efek diuretik oleh karena adanya kandungan mineral atau melalui pembentukan kompleks antara kandungan flavonoid dalam daun tempuyung dengan ion kalsium penyusun batu ginjal.

  Flavonoid yang terkandung dalam daun tempuyung, menurut hasil penelitian Pramono, dkk (1993), mengarah pada apigenin 7-glukosida dan luteolin 7-glukosida. Kedua senyawa ini mempunyai gugus hidroksi karbonil yang terdiri dari gugus hidroksi pada posisi 5 dan gugus karbonil pada posisi 4. Gugus hidroksi karbonil ini mempunyai sifat dapat membentuk kompleks khelat yang stabil dengan logam-logam seperti Pb, Fe, Al. Kebanyakan komposisi batu ginjal terdiri dari kalsium. Adanya ion kalsium ini merupakan agen yang mempunyai kemungkinan membentuk kompleks dengan gugus hidroksi karbonil dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  flavonoid. Gugus lain yang terdapat pada luteolin 7-glukosida dan mempunyai kemungkinan membentuk kompleks adalah gugus orto dihidroksi pada cincin benzen lateral.

C. Batu Ginjal

  Batu ginjal adalah material kristalin dan mineral yang keras yang terbentuk di ginjal atau di sepanjang saluran kemih. Terbentuknya batu bisa terjadi karena air kemih jenuh dengan garam-garam yang dapat membentuk batu

  b

  atau kurangnya inhibitor pembentukan batu (Anonim ,2007). Penyebab lain terbentuknya batu ginjal yaitu kerusakan tubular pada ginjal, hiperkalsiuria, hiperoksaluria, penurunan volume urin, dan faktor keturunan (Dale, 2003).

  c Ga mba r 2.

  G inja l d a n b a tu g inja l (Ano nim , 2007)

  Menurut Dorland (2000) pembentukan batu di saluran kemih disebut urolithiasis sedangkan suatu keadaan yang ditandai dengan adanya batu ginjal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  disebut nephrolithiasis. Dale (2003) menyebutkan pasien penyakit batu ginjal mengalami beberapa gejala seperti nyeri hebat yang tiba-tiba di bagian panggul (flank pain) atau terkadang menyebar sampai ke bagian bawah dekat alat kelamin (groin pain). Nyeri hebat ini dapat disertai dengan nausea dan vomiting. Letak penyumbatan oleh batu menentukan lokasi nyeri yang dialami pasien. Batu yang berada pada pelvis ginjal atau di ureter bagian atas dapat menyebabkan nyeri pada panggul (flank pain). Sedangkan batu yang berada di bagian tengah atau bawah dari ureter menyebabkan nyeri pada bagian bawah dekat alat kelamin (groin pain) dan alat kelamin itu sendiri. Adanya batu pada kantung kemih ditandai dengan nyeri pada bagian bawah perut, berkurangnya volume urin, disuria, dan nyeri saat mengeluarkan urin. Gejala lain dari penyakit batu ginjal adalah terjadi hematuria.

  Smith dan Guay (1996) menyebutkan bahwa ada tiga teori tentang pembentukan batu ginjal, yaitu: a) Teori matrix, menyebutkan bahwa semua batu ginjal mengandung 2-3% material organik pada komposisi kristalnya. Material organik inilah yang menginisiasi mekanisme pembentukan batu ginjal. Namun setelah penelitian lebih lanjut, material organik tersebut hanya melindungi permukaan kristal batu ginjal sehingga melindungi kristal dari disolusi.

  b) Teori defisiensi inhibitor. Urin merupakan cairan kompleks yang mengandung sejumlah inhibitor kristalisasi, antara lain sitrat, sulfat, pirofosfat, magnesium, glikosaminoglikan. Penurunan aktivitas inhibitor pada urin menyebabkan terjadinya presipitasi yang memicu terbentuknya batu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  c) Teori presipitasi-kristalisasi. Teori ini berdasar pada pengenalan tingkat kejenuhan suatu larutan yang mengandung mineral. Tingkat kejenuhan suatu larutan didefinisikan dengan dua istilah yaitu solubility product dan formation

  product . Solubility product adalah tingkat kejenuhan di mana fase cair berada

  dalam kondisi ekual dengan fase padat. Formation product adalah tingkat kejenuhan di mana terjadi pembentukan kristal secara spontan. Tingkat kejenuhan larutan di bawah tingkat solubility product adalah larutan tidak jenuh (undersaturated). Tingkat kejenuhan larutan diantara solubility product dan formation product merupakan larutan jenuh (supersaturated). Sedangkan tingkat kejenuhan larutan diatas formation product merupakan larutan lewat jenuh dan terjadi pembentukan kristal. Pembentukan kristal inilah yang menginisiasi pembentukan batu ginjal jika kondisi urin lewat jenuh.

  Jenis batu ginjal ,menurut Heptinstall (1983), bervariasi tergantung dari komponen-komponen penyusunnya. Berikut adalah jenis-jenis batu ginjal: a)

  Batu Kalsium Batu kalsium biasanya keras dan bentuknya tidak beraturan. Batu berwarna agak gelap pada permukaanya, karena kristal oksalat yang tajam menyebabkan abrasi pada mukosa pelvis sehingga terjadi hemoragi yang melapisi batu. Bentuknya yang tidak beraturan merupakan hasil kristalisasi dan biasanya ditemukan pada urin yang asam. Terkadang ratusan batu ini bergabung menjadi satu di dalam calyx, yang kemudian oleh sinar X terdeteksi sebagai batu tunggal. Jika batu ini bergabung dengan fosfat, batu akan menjadi lebih halus, lebih pucat, dan lebih lunak, dan disebut sebagai batu fosfat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  b) Batu Struvite

  Batu struvite berwarna abu-abu atau agak keputihan dan memiliki konsistensi yang bervariasi. Beberapa ada yang keras namun beberapa juga ada yang rapuh dan lunak. Batu ini terbentuk pada urine basa dan juga terbentuk karena adanya infeksi bakteri sehingga sering disebut sebagai batu infeksi. Biasanya batu struvite mengandung campuran kalsium fosfat dan magnesium fosfat, tetapi dapat juga mengandung sedikit kalsium oksalat atau kalsium karbonat.

  c) Batu Asam Urat

  Batu asam urat keras dan berwarna coklat kekuningan dengan permukaan yang halus dan bulat. Seringkali batu ini berada dalam bentuk ganda. Menurut Dale (2003), biasanya batu ini ditemukan pada kantung kemih dan terjadi pada kantung kemih yang tidak terinfeksi. Batu ini terbentuk pada urin yang asam dan dapat menjadi besar memenuhi kaliks ginjal.

  d) Batu Sistin Umumnya berwarna kekuningan dan agak berlemak, menjadi berwarna gelap setelah dioperasi atau otopsi. Batu ini berada dalam bentuk ganda, halus, bulat, dan biasanya kecil. Pembentukan batu ini terjadi pada pasien yang mengalami sistinuria.

  Dari keempat jenis batu ginjal di atas, batu kalsium merupakan jenis batu yang paling sering ditemukan pada penderita batu ginjal. Jenis batu kedua yang paling sering ditemukan adalah batu fosfat. Batu asam urat berhubungan dengan penyakit gout. Batu sistin ditemukan pada penderita sistinuria. Faktor keturunan mempengaruhi terbentuknya batu sistin pada laki-laki dan perempuan. Sedangkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  batu infeksi sebagian besar ditemukan pada wanita sebagai akibat dari infeksi saluran urin.

  Beberapa tanaman yang memiliki khasiat sebagai obat peluruh batu ginjal yaitu tempuyung (Sonchus arvensis L.), kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth.), keji beling (Strobilanthus crispus Bl.), meniran (Phyllantus niruri L.). Infusa daun tempuyung pada percobaan in vivo menunjukkan efek menghambat pembentukan batu kandung kemih buatan pada tikus. Selain itu secara in vitro infusa daun tempuyung mempunyai efek melarutkan kalsium oksalat batu ginjal.

  Daun kumis kucing digunakan sebagai terapi untuk penyakit kadar urin rendah dan pembengkakkan pada penyakit batu ginjal. Dari hasil penelitian secara praklinis dan klinis, tanaman ini memiliki khasiat sebagai diuretik, menurunkan kadar asam urat, dan pelarut batu kalsium. Penelitian tentang ekstrak air dari herba meniran secara in vitro menunjukkan adanya efek penghambatan terhadap pembentukan kristal kalsium oksalat sehingga herba ini dapat dijadikan obat alternatif dari penyembuhan kencing batu (Anonim, 2000).

  Tanaman keji beling berbau lemah dan memiliki rasa yang pahit, berkhasiat melancarkan air seni serta menghancurkan batu dalam empedu, ginjal, dan kandung kemih. Untuk pengobatan batu ginjal daun keji beling dapat direbus dengan air dengan jumlah tertentu (Sulaksana, 2005).

  D.

  

Kelarutan

  Kelarutan didefinisikan dalam besaran kuantitatif sebagai konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu, dan secara kualitatif

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  didefinisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk dispersi molekuler homogen (Martin, 1990).

  Kelarutan suatu senyawa bergantung pada sifat fisika kimia zat terlarut dan pelarut, juga bergantung pada faktor temperatur, tekanan, pH larutan dan untuk jumlah yang lebih kecil, bergantung pada hal terbaginya zat terlarut (Martin, 1990).

  Martin (1990) menyebutkan air adalah pelarut yang baik untuk garam, gula dan senyawa sejenis, sedang minyak mineral dan benzena biasanya merupakan pelarut untuk zat yang hanya sedikit larut dalam air.

  Kelarutan zat dalam pelarut ditentukan oleh banyak faktor, salah satunya momen dipol pelarut. Pelarut polar melarutkan zat terlarut ionik dan zat polar lain.