PENGARUH DISIPLIN BELAJAR DI SEKOLAH DAN RASA INGIN TAHU SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA KELAS IV SD NEGERI 2 SOKANEGARA - repository perpustakaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Disiplin Belajar Belajar ialah berusaha atau berlatih supaya mendapat suatu kepandaian

  (Poerwadarminta, 2007: 121). Belajar menurut Slameto (2010:2) merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Djamarah (2008:13) belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Menurut Oakeshott dalam Peters (2010:108)

  

“Learning is the comprehensive activity in which we come to know

ourselves and the world around us”. Pernyataan tersebut dapat diartikan

  bahwa belajar adalah aktivitas seseorang yang luas untuk mengetahui dirinya sendiri dan dunia disekitarnya.

  Disiplin menurut Poerwadarminta (2007: 296) adalah ketaatan dan kepatuhan pada aturan dan tata tertib. Disiplin menurut Mulyasa (2010: 191) adalah suatu keadaan tertib, ketika orang telah tergabung dalam suatu sistem dan tunduk pada peraturan-peraturan yang ada dengan senang hati. Menurut Hoffman (1970) dalam Hurlock (1980: 82) disiplin merupakan cara masyarakat mengajar anak agar mempunyai perilaku moral yang disetujui oleh kelompok, sedangkan menurut

  7 Semiawan (2008) dalam Naim (2012: 142) disiplin merupakan pengaruh yang dirancang untuk membantu anak mampu menghadapi lingkungan.

  Disiplin menurut Kemendiknas (2010: 9) merupakan tindakan yang menunjukkan suatu perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Disiplin tumbuh dari kebutuhan menjaga keseimbangan antara kecenderungan dan keinginan individu untuk berbuat agar memperoleh sesuatu, dengan pembatasan atau peraturan yang diperlukan oleh lingkungan terhadap dirinya.

  Balitbang-Puskur (2001) dalam Zuriah (2008: 198) menyatakan bahwa tumbuhnya disiplin diri dari sikap dan perilaku sebagai cerminan dari ketaatan, kepatuhan, ketertiban, kesetiaan, ketelitian, dan keteraturan perilaku seseorang terhadap norma dan aturan yang berlaku. Tidjani (2012) dalam Naim (2012: 143) mengatakan bahwa disiplin adalah sikap menaati peraturan dan ketentuan yang telah diterapkan tanpa pamrih. Selain mengandung arti taat dan patuh pada peraturan, disiplin juga mengandung arti kepatuhan kepada perintah pemimpin, perhatian dan kontrol yang kuat terhadap penggunaan waktu, tanggung jawab atas tugas yang diamanahkan, serta kesungguhan terhadap bidang keahlian yang ditekuni. Berdasarkan beberapa pengertian mengenai disiplin dan belajar menurut para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa disiplin belajar adalah sikap taat, patuh, dan tertib seseorang terhadap aturan yang menjadikan dirinya memperoleh sebuah perubahan tingkah laku yang menjadi lebih baik, terutama dalam bidang kognitif, afektif, dan psikomotor terhadap interaksinya dengan lingkungan tanpa adanya rasa terpaksa.

  Seseorang dikatakan disiplin apabila melakukan pekerjaan dengan tertib dan teratur sesuai dengan waktu dan tempatnya, serta dikerjakan dengan penuh kesadaran, ketekunan, dan tanpa paksaan dari siapa pun atau ikhlas (Zuriah, 2008: 83). Menurut Sulono (2012) dalam Naim (2012: 146) ada beberapa bentuk kedisiplinan dalam konteks pembelajaran di sekolah.

  Pertama, hadir di ruangan tepat waktu. Kedisiplinan hadir di ruangan tepat waktu akan memacu kesuksesan dalam belajar. Kedua, tata pergaulan di sekolah. Sikap untuk berdisiplin dalam tata pergaulan di sekolah ini bisa diwujudkan dengan tindakan-tindakan menghormati semua orang yang bergabung di dalam sekolah, menghormati pendapat mereka, menjaga diri dari perbuatan-perbuatan dan sikap yang bertentangan dengan agama, saling tolong-menolong dalam hal yang terpuji serta harus selalu bersikap terpuji.

  Ketiga, mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler juga merupakan serentetan program sekolah, siswa juga dituntut berdisiplin atau aktif mengikutinya dengan mencurahkan segala potensi yang mereka miliki, baik bersifat fisik, mental, emosional, dan intelektual. Keempat, belajar dirumah. Belajar di rumah secara teratur dapat membuat siswa menjadi lebih ingat terhadap pelajaran yang telah dipelajari dan lebih siap untuk menghadapi pelajaran yang akan dihadapi.

  Menurut Maman Rachman dalam (Naim, 2012: 147) mengemukakan bahwa tujuan disiplin sekolah adalah pertama, memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang. Kedua, mendorong siswa melakukan baik dan benar. Ketiga, membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan menjauhi melarang hal-hal yang dilarang oleh sekolah. Keempat, siswa belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bermanfaat baginya serta lingkungannya. Mulyasa (2010: 192) menyatakan bahwa disiplin sekolah yang didalamnya terdapat disiplin belajar merupakan bantuan kepada peserta didik agar mereka mampu berdiri sendiri dalam memecahkan berbagai permasalahan sehingga dapat menggapai hasil atau prestasi belajar yang optimal dengan proses yang menyenangkan. Naim (2012: 144) mengatakan bahwa hidup disiplin akan menuai hadiah. Selanjutnya, dikatakan oleh Hurlock (1978: 83) bahwa dengan anak membutuhkan disiplin maka mereka bahagia.

  Ada empat hal penting yang harus dipertimbangkan dalam mendisiplinkan anak menurut Unaradjan (2003: 15) yaitu: 1) Aturan-aturan (Rules)

  Aturan digambarkan sebagai suatu pola perilaku anak di rumah, di sekolah, maupun di masyarakat. Aturan-aturan tersebut memiliki nilai pendidikan dan membantu anak untuk menahan perilaku yang tidak diinginkan oleh masyarakat. Aturan tersebut banyak dijumpai di sekolah, karena kelompok sekolah lebih besar daripada kelompok keluarga, sehingga aturan-aturan tersebut penting untuk diterapkan di sekolah.

  2) Hukuman (Punishment) Beberapa fungsi hukuman dalam menanamkan disiplin adalah sebagai berikut: yang bersifat membatasi, yang bersifat mendidik, dan sebagai pembangkit motivasi untuk menghindari perilaku yang ditolak masyarakat.

  3) Imbalan (Reward) Imbalan merupakan suatu penghargaan untuk hasil baik yang telah dicapai. Imbalan tidak harus berbentuk materi, tetapi bisa juga dalam bentuk kata-kata yang menyenangkan (pujian), senyuman, tepukan, dan belaian.

  4) Konsistensi

  Konsistensi berarti suatu derajat kesesuaian atau stabilitas (uniformity

  

or stability ). Konsistensi harus menjadi ciri dari seluruh segi dalam

  penanaman disiplin. Hukuman diberikan bagi perilaku yang tidak sesuai dan hadiah untuk yang sesuai.

  Indikator keberhasilan disiplin di sekolah dan di kelas menurut Kemendiknas (2010: 27) dapat dilihat dalam tabel 2.1 berikut ini:

Tabel 2.1 Indikator Keberhasilan Disiplin di Sekolah dan di Kelas

  Indikator Kelas Nilai Indikator Sekolah Disiplin

    Memiliki catatan Membiasakan hadir kehadiran. tepat waktu.

    Memberikan Membiasakan penghargaan kepada mematuhi aturan.

  warga sekolah yang disiplin.

   Memiliki tata tertib sekolah.  Membiasakan warga

  sekolah untuk berdisiplin.

   Menegakkan aturan dengan memberikan sanksi secara adil bagi pelanggar tata tertib sekolah. Keterkaitan nilai dan indikator disiplin untuk sekolah dasar menurut Kemendiknas (2010: 33) dapat dilihat dalam tabel 2.2 berikut ini:

Tabel 2.2 Keterkaitan Nilai dan Indikator Disiplin untuk Sekolah Dasar

  Indikator Nilai 4-6

  

1-3

Disiplin Datang ke sekolah dan Menyelesaikan tugas pada masuk kelas pada waktunya. waktunya.

  Melaksanakan tugas-tugas Saling menjaga dengan kelas yang menjadi tanggung teman agar semua tugas- jawabnya. tugas kelas terlaksana dengan baik.

  Duduk pada tempat yang Selalu mengajak teman telah ditetapkan. menjaga ketertiban kelas. Menaati peraturan sekolah Mengingatkan teman yang dan kelas. melanggar peraturan dengan kata-kata sopan dan tidak menyinggung. Berpakaian rapi. Berpakaian sopan dan rapi. Mematuhi aturan permainan. Mematuhi aturan sekolah.

  Berdasarkan beberapa uraian teori tentang disiplin dan indikator disiplin menurut Kemendiknas maka dapat disimpulkan bahwa indikator disiplin belajar di sekolah antara lain:

  a. Tertib dan patuh pada seluruh peraturan dan ketentuan yang berlaku terutama pada belajar.

  b. Mengerjakan segala sesuatu dengan tepat waktu.

  c. Memberikan penghargaan.

  d. Menegakkan aturan dengan memberikan sanksi secara adil bagi pelanggar tata tertib.

2. Rasa Ingin Tahu

  Ingin Tahu merupakan perasaan atau sikap yang kuat untuk mengetahui sesuatu atau dorongan kuat untuk mengetahui lebih banyak tentang sesuatu (KBBI, 2007: 433). Rasa ingin tahu atau curiosity menurut Samani dan Hariyanto (2012: 104) adalah keinginan menyelidiki dan mencari pemahaman terhadap rahasia alam. Kuriositas (rasa ingin tahu) menurut Mustari (2011: 104) adalah emosi yang dihubungkan dengan suatu perilaku mengorek secara alamiah. Rasa ingin tahu menurut Kemendiknas (2010: 16), adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

  Jadi, kesimpulan rasa ingin tahu berdasarkan pengertian di atas adalah sikap seseorang yang kuat untuk mengetahui, menyelidiki dan mencari suatu hal lebih dalam dan luas terhadap sesuatu yang sedang dipelajari.

  

All children are born with an innate sense of curiosity; indeed, it is fair

to claim that it is a pre-requisite for learning (Hayes, 2010: 98) yang artinya

  semua anak terlahir dengan rasa ingin tahu yang dibawa sejak lahir, hal tersebut cukup untuk membantu anak dalam belajar. Munculnya rasa ingin tahu manusia tidak begitu saja. Ada faktor tertentu yang mempengaruhinya. Fakor tersebut adalah sistem saraf sentral yang berpusat diotaknya, di samping sistem saraf periferi yang ada pada seluruh tubuhnya (Naim, 2012:171). Otak manusia harus terus menerus dilatih dan diasah untuk meningkatkan ketajaman berpikirnya, oleh sebab itu manusia senantiasa memiliki rasa ingin tahu.

  Rasa ingin tahu menjadikan manusia tidak cepat puas apabila belum mendapatkan jawaban. Rasa ingin tahu muncul sangat kuat pada masa anak- anak, tetapi pada masa tersebut anak di dalam mencari jawaban masih semaunya sendiri dan tidak sistematis. Hal tersebut membuat orang tua sangat berperan aktif untuk mendukung, membantu dan mengarahkan anak dalam menemukan jawaban atas rasa ingin tahunya (Naim, 2012: 172).

  Rasa ingin tahu seorang anak akan melemah apabila orang-orang disekelilingnya terlalu sibuk, terlalu malas atau terlalu bodoh untuk memuaskan rasa ingin tahu anak (Aly dan Rahma, 2010: 5). Rasa ingin tahu harus ditumbuhkembangkan, dirawat, dan diberi jawaban secara benar. Saat usia anak semakin dewasa, rasa ingin tahu dapat dijawab dengan cara yang lebih sistematis, yaitu dengan belajar (Naim, 2012: 172).

  Rasa ingin tahu anak di dalam pembelajaran dapat dibangkitkan dengan cara guru melakukan berbagai kegiatan, antara lain memberikan cerita yang menimbulkan rasa penasaran dan pertanyaan (Mulyasa, 2010: 197). Kegiatan tersebut akan sangat efektif untuk membangkitkan rasa ingin tahu siswa.

  Indikator keberhasilan rasa ingin tahu menurut Kemendiknas (2010: 28) dapat dilihat dalam tabel 2.3 berikut ini:

Tabel 2.3 Indikator Keberhasilan Rasa Ingin Tahu Indikator Kelas

  Nilai Indikator Sekolah Rasa Ingin Tahu  Menyediakan  Menciptakan media komunikasi suasana kelas yang atau informasi mengundang rasa (media cetak atau ingin tahu.

   Eksplorasi media elektronik) untuk berekspresi lingkungan secara bagi warga sekolah. terprogram.  Tersedia media

   Memfasilitasi komunikasi atau warga sekolah informasi (media untuk bereksplorasi cetak atau media dalam pendidikan, elektronik). ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya. Keterkaitan nilai dan indikator rasa ingin tahu untuk Sekolah Dasar menurut Kemendiknas (2010: 36) dapat dilihat dalam tabel 2.4 berikut ini:

  Tabel 2.4Keterkaitan Nilai dan Indikator Rasa Ingin Tahu untuk SD Indikator Nilai

  4-6

1-3

  Rasa Ingin Tahu Bertanya kepada guru Bertanya atau dan teman tentang membaca sumber di materi pelajaran. luar buku teks tentang materi yang terkait dengan pelajaran.

  Bertanya kepada Membaca atau sesuatu tentang gejala mendiskusikan gejala alam yang baru alam yang baru terjadi. terjadi.

  Bertanya kepada guru Bertanya tentang tentang sesuatu yang didengar dari radio atau televisi. beberapa peristiwa alam, sosial, budaya, ekonomi, politik, teknologi yang baru didengar. Bertanya tentang berbagai peristiwa yang dibaca dari media cetak.

  Bertanya tentang sesuatu yang terkait dengan materi pelajaran tetapi di luar yang dibahas di kelas.

  Berdasarkan beberapa teori dari para ahli di atas dan indikator rasa ingin tahu dari Kemendiknas, maka dapat dikembangkan indikator rasa ingin tahu siswa adalah:

  a. Ketertarikan siswa terhadap suatu pembelajaran yang sedang berlangsung.

  b. Siswa mempunyai inisiatif dan semangat yang tinggi untuk terlibat didalam pembelajaran.

  c. Siswa aktif didalam kegiatan pembelajaran.

3. Prestasi Belajar

  Prestasi belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 895) adalah “penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau nilai angka yang diberikan oleh guru”. Menurut Argarabel and Dasi (2001: 46)

  “achievement is the competence of a person in relation to a domain of

  

knowledge” yang artinya prestasi adalah kemampuan seseorang yang

  berhubungan dengan bidang pengetahuan. Menurut Arifin (2011: 12) kata “prestasi” berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie, kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti “hasil usaha”. Prestasi belajar (achievement) semakin terasa penting untuk dibahas, karena mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain:

  a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik.

  b. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.

  c. Prestasi belajar sebagai bahan infomasi dalam inovasi pendidikan.

  d. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan.

  e. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) peserta didik.

  Prestasi belajar yang akan dicapai seseorang menurut Ahmadi dan Supriyono (2013: 138) merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhi baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu. Faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar terdiri dari:

  1. Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Faktor tersebut misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya.

  2. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh terdiri atas: a. Faktor intelektif yang meliputi: 1) Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat.

  2) Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki.

  b. Faktor non-intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri.

  3. Faktor kematangan fisik maupun psikis.

  a) Faktor sosial yang terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, lingkungan kelompok.

  b) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian.

  c) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim.

  4. Faktor lingkungan spiritual atau keamanan.

  Berdasarkan beberapa teori tentang prestasi belajar menurut para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai atau dilakukan melalui belajar yang dipengaruhi oleh beberapa faktor.

4. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

  Ilmu Pengetahuan Alam adalah sekumpulan teori yang sistematis dan penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya (Trianto, 2010: 136). Menurut Jasin (2000: 1), IPA merupakan “ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang gejala-gejala dalam alam semesta, termasuk bumi ini, sehingga terbentuk konsep dan prinsip”.

  IPA adalah suatu pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu melakukan observasi eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait-mengait antara cara yang satu dengan cara yang lain (Aly dan Rahma, 2010: 18). Berdasarkan beberapa uraian pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa IPA adalah ilmu pengetahuan yang sistematis yang mempelajari tentang gejala-gejala seluruh alam semesta sehingga terbentuk konsep dan prinsip dengan cara yang khas.

  Pada hakikatnya IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Secara umum IPA dipahami sebagai ilmu yang lahir dan berkembang lewat langkah-langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis melalui eksperimen, penarikan kesimpulan, serta penemuan teori dan konsep. Hakikat IPA dapat pula dikatakan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen terpenting berupa konsep, prinsip, dan teori yang berlaku secara universal (Trianto, 2010: 137-141).

  a.

Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam 1) Fungsi dan Tujuan Ilmu Pengetahuan Alam Menurut Kemendiknas (2007: 13) Mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

  a) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan- Nya,

  b) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, c) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat,

  d) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, e) Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam, f) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, g) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

b. Materi Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

  Prestasi belajar IPA siswa dengan soal tes prestasi belajar mengambil materi “Perubahan Lingkungan Fisik” kelas IV semester 2 dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar sebagai berikut:

  Standar Kompetensi:

  Bumi dan Alam Semesta

  10. Memahami perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan

  Kompetensi Dasar:

  10.2 Menjelaskan pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor) B.

   Hasil Penelitian yang Relevan

  Peneliti tidak menemukan penelitian yang sama persis dengan permasalahan yang akan diteliti oleh peneliti, tetapi ada yang mempunyai variabel penelitian yang sama yaitu jurnal UNIMA dari hasil penelitian Hutapea (2013) dengan judul skripsi “Pengaruh Disiplin Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran KKPI Kelas XI SMK Negeri 1 Tombulu” dengan hasil penelitiannya bahwa prestasi belajar siswa pada mata pelajaran KKPI kelas XI SMK Negeri 1 Tombulu dipengaruhi oleh disiplin belajar sebesar 49 %.

C. Kerangka Berpikir

  Berdasarkan uraian teori dan tujuan penelitian di atas, selanjutnya diajukan kerangka berpikir dengan menekankan disiplin belajar dan rasa ingin tahu yang akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Prestasi belajar siswa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor tersebut terbagi menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri seorang individu, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu. Disiplin dan rasa ingin tahu siswa merupakan faktor yang berasal dari dalam diri seorang individu. Disiplin belajar dan rasa ingin tahu yang tinggi diharapkan dapat membuat siswa belajar lebih giat dan akhirnya akan memeroleh prestasi belajar yang optimal. Kerangka berpikir tersebut apabila dirumuskan dalam skema, maka dapat digambarkan sebagai berikut:

  X

  1 : Disiplin Belajar

  Y : Prestasi Belajar X : Rasa Ingin Tahu

  2 Gambar 2.1 Kerangka Berpikir dalam Penelitian D.

   Hipotesis Penelitian

  Berdasarkan masalah, uraian kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis penelitian yang dapat diambil adalah sebagai berikut:

  1. Ada pengaruh yang signifikan antara disiplin belajar di sekolah terhadap prestasi belajar IPA.

  2. Ada pengaruh yang signifikan antara rasa ingin tahu siswa terhadap prestasi belajar IPA.

  3. Ada pengaruh yang signifikan antara disiplin belajar di sekolah dan rasa ingin tahu terhadap prestasi belajar IPA.