PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE DEMONTRASI PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 PRINGSEWU TIMUR KABUPATEN PRINGSEWU

(1)

ii ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE DEMONTRASI PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2

PRINGSEWU TIMUR KABUPATEN PRINGSEWU Oleh

YUNLI FARIDA

Pentingnya pendidikan tercermin dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke empat yang menyatakan bahwa pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan nasional lebih rinci dijelaskan dalam UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, kreatif, sehat jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap dan mandiri, serta bertanggung jawab. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ”Bagaimana Peningkatan Aktivitas dan Prestasi Belajar IPA melalui Metode Demonstrasi pada Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Pringsewu Timur Kabupaten Pringsewu?”

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendeskripsikan peningkatan aktivitas dan prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam melalui metode demonstrasi pada siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Pringsewu Timur Kabupaten Pringsewu.

Kesimpulan penelitian adalah aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan, yaitu pada siklus I sebesar 55,20%, dan siklus II sebesar 63,40%. Prestasi belajar siswa mengalami peningkatan , yaitu pada siklus I sebesar 66,62%, dan siklus II sebesar 78,38%.


(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pentingnya pendidikan tercermin dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke empat yang menyatakan bahwa pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan nasional lebih rinci dijelaskan dalam UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, kreatif, sehat jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap dan mandiri, serta bertanggung jawab.

Proses pembelajaran pada setiap mata pelajaran harus dilaksanakan dengan baik. Hal ini menuntut peran guru untuk membantu keberhasilan belajar siswa. Guru harus mampu menciptakan perencanaan dan penataan lingkungan belajar sehingga menciptakan hubungan interaktif dengan siswa. Ilmu pengetahuan, kecakapan, serta keterampilan yang diajarkan juga harus memancing perhatian siswa dalam mengembangkan diri, belajar, dan meningkatkan prestasi.

Mengajar merupakan suatu seni di mana guru harus dapat membangkitkan gairah belajar pada siswa. Tanpa metode yang tepat, proses belajar akan menjadi tidak menarik dan mengakibatkan motivasi belajar yang rendah pada


(3)

siswa. Pemilihan metode harus disesuaikan dengan program kegiatan pembelajaran, kondisi, dan suasana kelas. Bahkan, jumlah serta usia anak didik mempengaruhi penggunaan metode yang diterapkan oleh pengajar. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui kegiatan belajar mengajar. Salah satu metode belajar yang dapat digunakan adalah metode demonstrasi. Mengajar dengan menggunakan metode demonstrasi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung objeknya atau cara melakukan sesuatu atau mempertunjukkan prosesnya.

Berdasarkan pengamatan pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di kelas IV SD Negeri 2 Pringsewu Timur Kabupaten Pringsewu, adalah sebagai berikut : masih kurangnya aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPA, masih rendahnya prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPA, kurang lengkapnya media pembelajaran IPA, guru masih sering menggunakan metode yang konvensional yaitu ceramah, dan model pembelajaran yang dipilih belum tepat. Di samping itu prestasi belajar ternyata terdapat 26 siswa (73,47 %) dari 34 siswa yang memperoleh nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu 65 dan sisanya 8 siswa (23,53%) memperoleh nilai di bawah KKM. Hal ini menunjukkan bahwa prestas belajar IPA belum optimal. Atas dasar ini, penulis merasa tertarik untuk meneliti lebih lanjut dalam suatu penelitian dengan judul ”Peningkatan Aktivitas dan Prestasi Belajar IPA melalui Metode Demonstrasi pada Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Pringsewu Timur Kabupaten Pringsewu”.


(4)

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Masih kurangnya aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPA 2. Masih rendahnya prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPA 3. Kurang lengkapnya media pembelajaran IPA

4. Guru masih sering menggunakan metode yang konvensional yaitu ceramah 5. Model pembelajaran yang dipilih belum tepat

C.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ”Bagaimana Peningkatan Aktivitas dan Prestasi Belajar IPA melalui Metode Demonstrasi pada Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Pringsewu Timur Kabupaten Pringsewu?”

D.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah 1. Untuk meningkatan aktivitas belajar IPA melalui metode demonstrasi. 2. Untuk meningkatan prestasi belajar IPA melalui metode demonstrasi.

E. Manfaat Penelitian


(5)

1. Bagi siswa, memudahkan siswa dalam belajar sehingga mencapai nilai KKM secara maksimal.

2. Bagi Guru, memperoleh tindakan alternatif pendekatan pembelajaran IPA, sebagai pedoman untuk melaksanakan pembelajaran dengan metode demonstrasi.

3. Bagi Sekolah, memfasilitasi pelajaran IPA baik secara kualitas maupun kuantitas.

F. Hipotesis Tindakan

Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian adalah sebagai berikut: aktivitas dan prestasi belajar siswa akan meningkat dengan signifikan apabila menggunakan metode demontrasi dalam proses pemebelajaran IPA.


(6)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Pengertian Belajar

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan perubahan, disebut belajar. Seperti yang dikemukakan oleh Sardiman (2007: 20-21) bahwa, “belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju perkembangan pribadi seutuhnya”. Hal ini sejalan dengan pendapat Hamalik (2004: 28) yang menyatakan, “belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya”. Sedangkan menurut Slameto (1995: 2) bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Secara sederhana dari pengertian belajar sebagaimana yang dikemukakan oleh pendapat di atas, dapat diambil suatu pemahaman tentang hakikat dari aktivitas belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri individu.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah seluruh aktivitas baik fisik maupun psikologis dimana dihasilkan


(7)

perubahan tingkah laku yang positif yang terjadi melalui proses interaksi dengan lingkungannya.

B.Pengertian Aktivitas Belajar

Keberhasilan belajar siswa dalam proses pembelajaran salah satunya ditandai dengan adanya aktivitas belajar. Menurut Sardiman (1994: 95) bahwa di dalam belajar diperlukan aktivitas, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar mengajar. Selanjutnya Hamalik (2004: 99) juga menyatakan bahwa aktivitas dalam proses belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal yang belum jelas, mencatat, mendengar, berfikir, membaca, dan segala kegiatan yang dilakukan, yang dapat menunjang prestasi belajar.

Berdasarkan pendapat tersebut di atas, keberhasilan kegiatan pembelajaran ditentukan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Semakin banyak aktivitas belajar yang dilakukan siswa dalam kegiatan pembelajaran, maka semakin ingat anak akan pentingnya pembelajaran itu, dan tujuan pembelajaran akan lebih cepat tercapai.

Selanjutnya Hamalik (2004: 175-176) mengungkapkan bahwa penggunaan asas aktivitas besar nilainya bagi pengajaran pada siswa karena:


(8)

2. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara integral

3. Memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan siswa 4. Siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri

5. Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi demokratis

6. Mempererat hubungan sekolah, masyarakat dan orang tua dengan guru 7. Pengajaran diselenggarakan secara realistis dan konkrit sehingga

mengembangkan pemahaman dan berfikir kritis serta menghindarkan verbalitas

8. Pengajaran di sekolah menjadi lebih hidup sebagaimana aktivitas dalam kehidupan masyarakat

Dalam pembelajaran perlu diperhatikan bagaimana keterlibatan siswa dalam pengorganisasian pengetahuan, apakah mereka aktif atau pasif. Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa selama mengikuti pembelajaran. Berkenaan dengan hal tersebut, Diedrich (dalam Sardiman, 1994: 100) membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang digolongkan kedalam 8 kelompok, yaitu

1. Visual activities, yang termasuk didalamnya misalnya, membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain

2. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan, wawancara, diskusi, interupsi

3. Listening activities, sebagai contoh, mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato


(9)

4. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan laporan, angket, menyalin

5. Drawing activities, misal: menggambar, membuat grafik, peta, diagram 6. Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan

percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak

7. Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggap, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan 8. Emotional activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan,

gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup

Dari beberapa jenis aktivitas yang dijelaskan tersebut, aktivitas yang diamati selama kegiatan pembelajaran lebih spesifik adalah memperhatikan penjelasan guru, berdiskusi/bertanya antar siswa dengan guru, berdiskusi dalam kelompok/mengerjakan LKS, mempresentasikan/memperhatikan hasil diskusi, memberikan tanggapan terhadap presentasi dan menyimpulkan materi pelajaran.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran sehingga menimbulkan perubahan perilaku belajar pada diri siswa, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu atau dari tidak mampu melakukan kegiatan menjadi mampu.


(10)

C.Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun secara kelompok. Menurut Dahar (dalam Djamarah 1994 : 21) bahwa prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja. Sedangkan Nurkencana (1998: 62) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai atau diperoleh anak berupa nilai mata pelajaran. Ditambahkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.

Dari pengertian yang dikemukakan tersebut di atas, jelas terlihat perbedaan pada kata-kata tertentu sebagai penekanan, namun intinya sama yaitu hasil yang dicapai dari suatu kegiatan. Untuk itu, dapat dipahami bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati, yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara individual maupun secara kelompok dalam bidang kegiatan tertentu.

D. Pembelajaran IPA di SD

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan hasil kegiatan manusia yang berupa pengetahuan, gagasan dan konsep-konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses kegiatan ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan-gagasan.


(11)

IPA merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematik untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah. Pendidikan Sains di SD bermanfaat bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Pendidikan Sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung dan kegiatan praktis untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. (Depdiknas 2004:33) Pendidikan Sains diarahkan untuk “mencari tahu” dan “berbuat” sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Menurut Sumaji (1998:31), IPA berupaya untuk membangkitkan minat manusia agar mau meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya mengenai alam sekitarnya. (Depdikbud 1993/1994: 97) Mata pelajaran IPA adalah program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai ilmiah pada siswa serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Sang Pencipta.

Dalam Standar Isi dan Penentuan Standar Kelulusan yang dituliskan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkanya di dalam kehidupan sehari-hari.


(12)

Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inquiry dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah yang dapat diidentifikasikan. Oleh karena itu, pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD memuat ketentuan aspek yang hendak dicapai dalam pembelajaran IPA di SD, khususnya kelas IV secara garis besar tujuan pembelajaran IPA adalah Benda dan Alam sekitar: (1) Mengidentifikasi benda dan sifatnya, (2) Mendeskripsikan proses perubahan benda dan hubungan antar sifat benda serta manfaatnya bagi kehidupan. Berdasarkan tujuan pembelajaran IPA SD di atas, maka jelaslah bahwa pembelajaran IPA diperlukan suatu kemampuan dan keterampilan guru yang benar-benar menguasai sifat-sifat dan konsep keilmuan IPA secara mendalam. Pembelajaran tidak hanya berupa transfer pengetahuan dari guru kepada siswa, tetapi bagaimana hasil pembelajaran tersebut bermakna bagi siswa.

E. Pengertian Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan suatu benda tertentu yang tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru.


(13)

Menurut Wina Sanjaya (2006:152), metode demonstrasi merupakan metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi, atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan. Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru. Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa hanya sekedar memperhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkret dalam strategi pembelajaran ekspositori dan inkuiri.

Sedangkan menurut Daryanto (2009: 403), metode demonstrasi merupakan cara penyajian bahan pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan yang sering disertai penjelasan lisan.

Seringkali orang mengira bahwa metode demonstrasi hanya digunakan pada mata pelajaran ilmu pengetahuan alam saja, padahal tidak demikian halnya. Metode ini dapat dipergunakan bagi penyajian semua jenis mata pelajaran termasuk matematika. Dengan demonstrasi, proses penerimaan terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna, juga siswa dapat mengamati dan memperhatikan pada apa yang diperagakan guru selama pelajaran berlangsung.

Dari beberapa pendapat di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa metode demonstrasi merupakan suatu metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekadar tiruan. Sebagai


(14)

metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru.

Penggunaan teknik demonstrasi sangat menunjang proses interaksi belajar mengajar di kelas, sehingga kesan yang diterima lebih lama pada jiwa siswa didik. Hal ini berakibat pada motivasi yang lebih kuat untuk siswa agar lebih giat belajar. Dengan demonstrasi itu siswa dapat berpartisipasi aktif dan memperoleh pengalaman langsung serta dapat mengembangkan kecakapannya.

Dalam metode demonstrasi diharapkan setiap langkah dari hal-hal yang didemonstrasikan dapat dilihat dengan mudah oleh siswa melalui prosedur yang benar meskipun demikian siswa perlu juga mendapatkan waktu yang cukup lama untuk memperhatikan hal yang didemonstrasikan. Metode demonstrasi terutama dalam mengembangkan sikap-sikap, guru perlu merencanakan pendekatan secara lebih berhati-hati dan ia melakukan kecakapan untuk mengarahkan motivasi dan berfikir siswa.

Tidak semua yang dijelaskan oleh guru dapat diterima oleh semua siswa dengan mudah, hal ini disebabkan antara lain:

1. Tingkat perkembangan berfikir yang berbeda-beda. Perkembangan berfikir dimulai dari konkret menuju abstrak, apa yang dipelajari akan lebih jelas dan mudah dipahami siswa dengan melihat langsung atau melalui alat/benda tiruan yang ditujukan (diperagakan/didemonstrasikan) guru.

2. Sifat bahan yang dipelajari tidak semuanya sama. Ada bahan pelajaran yang tak menuntut diperagakan atau dipertunjukkan, tetapi ada pula yang menuntut diperagakan atau dipertunjukkan untuk lebih memperjelas. Untuk


(15)

yang terakhir inilah, diperlukan demonstrasi seperti hal-hal yang baru diperkenalkan kepada siswa.

3. Tipe pelajaran individu yang berbeda, terdapat beberapa tipe belajar, antara lain tipe visual, tipe auditif, tipe motorik, dan tipe campuran (merupakan kombinasi dari tipe-tipe belajar tersebut). Dalam hal ini, dapat dilihat kecenderungannya, apakah siswa memiliki tipe visual, tipe auditif, tipe motorik, atau tipe campuran (Daryanto, 2009: 403).

F. Perencanaan dan Persiapan Metode Demonstrasi

Setiap metode pembelajaran harus direncanakan dan dipersiapkan agar tujuan pembelajaran tercapai, begitu pula dengan metode demonstrasi. Menurut Djamarah (2010: 403) hal-hal yang perlu mendapat perhatian pada langkah ini antara lain:

1. Penentuan tujuan demonstrasi yang akan dilakukan. Dalam hal ini, pertimbangkanlah apakah tujuan yang akan dicapai siswa dengan belajar melalui demonstrasi itu tepat dengan mengunakan metode demonstrasi 2. Materi yang akan didemonstrasikan terutama hal-hal yang penting ingin

ditonjolkan

3. Siapkanlah fasilitas penunjang demonstrasi seperti peralatan, tempat, dan mungkin biaya yang juga dibutuhkan

4. Penataan peralatan dan kelas pada posisi yang baik

5. Pertimbangkanlah jumlah siswa dihubungkan dengan hal yang akan didemonstrasikan agar siswa dapat melihatnya dengan jelas


(16)

6. Buatlah garis besar, langkah, dan pokok-pokok yang akan didemonstrasikan secara berurutan dari tertulis pada papan tulis atau pada kertas lebar, agar dapat dibacakan siswa dan guru secara keseluruhan

7. Untuk menghindarkan kegagalan dalam pelaksanaan sebaiknya demonstrasi yang direncanakan dicoba terlebih dahulu

Berdasarkan penjelasan di atas, pembelajaran menggunakan metode demonstrasi harus dipersiapkan secara matang agar tidak terjadi kegagalan dalam pelaksanaanya. Agar siswa dapat mengetahui dengan jelas semua objek yang didemonstrasikan.

G. Pelaksanaan Metode Demonstrasi

Menurut Djamarah (2010: 91) setelah segala sesuatu direncanakan dan disiapkan, langkah berikutnya ialah mulai melaksanakan demonstrasi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain :

1. Guru sebelum memulai persiapkanlah sekali lagi kesiapan peralatan yang akan didemonstrasikan, pengaturan tempat, keterangan tentang garis besar, langkah, dan pokok-pokok yang akan yang didemonstrasikan, serta hal-hal lain yang diperlukan

2. Siapkanlah siswa, barangkali ada hal-hal yang perlu mereka catat 3. Mulailah demonstrasi dengan menarik perhatian siswa

4. Ingatlah pokok-pokok materi yang didemonstrasikan, agar demonstrasi mencapai sasaran

5. Pada waktu berjalannya demonstrasi, sekali-kali perhatikanlah keadaan siswa, apakah semua mengikuti dengan baik


(17)

6. Untuk menghindarkan ketegangan, ciptakanlah suasana yang harmonis 7. Berikanlah kesempatan pada siswa untuk secara aktif memikirkan lebih

lanjut tentang apa yang dilihat dan apa yang didengarnya dalam bentuk mengajukan pertanyaan, membandingkannya dengan yang lain, atau dengan pengalaman lain, serta mencoba melakukannya sendiri dengan bimbingan guru.

Sedangkan menurut Daryanto (2009: 403), langkah-langkah metode demonstrasi sebagai berikut

1. Membagi dan menjelaskan sumber-sumber kegiatan demonstrasi

2. Memberikan gambaran tentang seluruh kegiatan demonstasi dan mewujudkan hasil akhir

3. Menghubungkan kegiatan dengan keterampilan yang dimiliki peserta dan keterampilan yang akan disampaikan

4. Mendemonstrasikan langkah-langkah secara perlahan dan memberikan waktu yang cukup pada peserta untuk mengamatinya

5. Menentukan hal-hal yang penting dan kritis atau hal yang berkaitan dengan keselamatan kerja.

Jadi, dalam pelaksanaan metode demonstrasi guru dituntut membuat siswa aktif. Ajak siswa untuk menanyakan apa yang kurang dimengerti bagian yang dipandang penting dari sesuatu yang dipertunjukkan atau dijelaskan harus diulang berkali-kali agar siswa mengetahui seluk beluknya. Setelah selesai mendemonstrasikan, guru mengajukan pertanyaan kepada siswa untuk mengecek sampai di mana siswa telah dapat memahami atau mengikuti


(18)

demonstrasi yang harus selesai dipertunjukkan. Siswa diarahkan untuk mengamati dengan penuh perhatian kepada suatu objek yang didemonstrasikan. Hal ini menuntut diperlukannya konsentrasi dari seluruh pikiran, perasaan, dan kemauan seseorang terhadap objek yang dipertunjukkan.

Adapun aspek yang penting dalam menggunakan metode demonstrasi adalah 1. Demonstrasi akan menjadi metode yang tidak wajar apabila alat yang

didemonstrasikan tidak bisa diamati dengan seksama oleh siswa. Misalnya alatnya terlalu kecil atau penjelasannya tidak jelas

2. Demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak diikuti oleh aktivitas dimana siswa sendiri dapat ikut memperhatikan dan menjadi aktivitas mereka sebagai pengalaman yang berharga

3. Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di kelas karena alat-alat yang terlalu besar atau berada di tempat lain yang tempatnya jauh dari kelas 4. Hendaknya dilakukan dalam hal-hal yang bersifat praktis

5. Sebagai pendahuluan, berilah pengertian dan landasan teori dari apa yang akan didemonstrasikan.

H. Keunggulan dan Kelemahan Metode Demonstrasi

Setiap metode pembelajaran mempunyai keunggulan dan kelemahan, termasuk metode demonstrasi. Adapun keunggulan dan kelemahan metode demonstrasi sebagai berikut


(19)

Sebagai suatu metode pembelajaran, menurut Wina Sanjaya (2006: 152) metode demonstrasi memiliki keunggulan diantaranya :

a. Melalui metode demonstrasi terjadinya verbalisme akan dapat dihindari, sebab siswa langsung memperhatikan bahan pelajaran yang dijelaskan b. Proses pembelajaran akan lebih menarik sebab siswa tak hanya

mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi

c. Dengan cara mengamati secara langsung siswa memiliki kesempatan untuk membandingkan antara teori dengan kenyataan

d. Dengan demikian siswa akan lebih meyakini kebenaran materi pelajaran

Sedangkan menurut Syaiful (2010: 210), kelebihan metode demonstrasi ini adalah :

a. Metode ini dapat membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih kongkret sehingga dapat menghindarkan verbalisme

b. Siswa diharapkan lebih mudah memahami apa yang dipelajari c. Proses pengajaran akan lebih menarik

d. Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan, dan mencoba melakukannya sendiri

e. Melalui metode ini, dapat disajikan materi pelajaran yang tidak mungkin, kurang sesuai dengan menggunakan metode lain.

Dari kelebihan-kelebihan di atas, metode demonstrasi dapat menanamkan keyakinan pada siswa akan kepastian sesuatu karena metode demonstrasi merupakan cara yang wajar atau alamiah sesuai dengan proses perkembangan jiwa anak untuk memahami sesuatu atau objek perbuatan.


(20)

Dengan melihat sendiri objeknya, timbul hasrat untuk mengetahui lebih dalam terperinci tentang objek yang dilihatnya. Dengan demikian, siswa dididik untuk mengamati sesuatu dengan sikap kritis.

Mengamati sesuatu dengan cermat, baik dengan alat indra mata, telinga, maupun indra lainnya bukan pekerjaan yang mudah bagi siswa apabila tempat duduknya tidak berpindah-pindah. Maka siswa hanya melihat dari satu pihak saja objek yang didemonstrasikan. Hal ini dapat menimbulkan kekeliruan tangapan dan pengertian objek yang diamati. Apabila siswa hanya dengan berpindah-pindah tempat dapat menimbulkan kegaduhan. Untuk mengatasinya, guru harus menetapkan garis-garis besar, langkah-langkah demonstrasi yang akan dilaksanakan.

2. Kelemahan

Di samping beberapa kelebihan, metode demonstrasi juga memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan tersebut dijabarkan oleh beberapa ahli. Menurut Wina Sanjaya (2006: 153) kelemahan metode demonstrasi adalah a. Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang, sebab

tanpa persiapan yang memadai, demonstrasi bisa gagal sehingga dapat menyebabkan metode ini tidak efektif lagi. Bahkan sering terjadi untuk menghasilkan pertunjukkan suatu proses tertentu, guru harus bisa beberapa kali mencobanya terlebih dahulu, sehingga dapat memakan waktu yang banyak.


(21)

b. Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat yang memadai yang berarti menggunakan metode ini memerlukan pembiayaan yang lebih mahal dibandingkan dengan ceramah.

c. Demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih profesional. Di samping itu, metode demonstrasi juga memerlukan kemampuan dan motivasi guru yang bagus untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa.

Sedangkan menurut Syaiful (2010: 210) kekurangan metode ini adalah 1. Metode ini memerlukan keterampilan guru secara khusus, karena tanpa

ditunjang hal itu, pelaksanaan metode demonstrasi tidak akan efektif 2. Fasilitas seperti peralatan, tempat, dan biaya yang memadai tidak selalu

tersedia dengan baik

3. Demonstrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang disamping sering memerlukan waktu yang cukup panjang mungkin terpaksa mengambil waktu atau jam pelajaran lain

Dari kelemahan-kelemahan di atas, sebaiknya guru mengarahkan demonstrasi itu sedemikian rupa sehingga siswa memperoleh pengertian dan gambaran yang benar tentang apa yang didemonstrasikan. Sebaiknya sebelum demonstrasi itu dimulai, guru telah mengadakan uji coba supaya kelak dalam pelaksanaannya dapat menerapkan metode demonstrasi dengan tepat.


(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di SD Negeri 2 Pringsewu Timur Kabupaten Pringsewu, dengan waktu penelitian mulai bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2012.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 2 Pringsewu Timur Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 34 siswa. terdiri dari 19 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan.

C. Teknik Pengumpulan Data

Data dikumpulkan melalui observasi catatan lapangan, dan tes.

1. Observasi, dilakukan untuk mengamati kegiatan pengajar dan aktivitas siswa selama penelitian sebagai upaya untuk mengetahui kesesuaian perencanaan tindakan dengan tindakan. Data diperoleh dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa dengan menggunakan tanda “√”. Lembar observasi digunakan untuk mengamati aktivitas belajar siswa yang meliputi:


(23)

a. Memperhatikan penjelasan guru.

b. Siswa bertanya dan menjawab pertannyaan dari guru. c. Mengerjakan LKS atau tugas

d. Berdiskusi antar siswa dalam kelompok

e. Mempresentasikan hasil diskusi atau menanggapi diskusi kelas.

2. Tes, diberikan adalah tes awal dan tes pada setiap akhir siklus. Tes awal dilakukan untuk mengetahui sejauh mana penguasaan siswa terhadap konsep yang telah dikuasai oleh siswa. Tes tiap akhir siklus dilakukaan untuk menentukan peningkatan individu yang menentukan status. Tes ini juga dimaksudkan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa dari setiap siklusnya.

D. Prosedur Penelitian

Menurut Wardhani (2007 : 14) Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Sesuai dengan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK), prosedur penelitian yang akan dilakukan adalah suatu bentuk proses pengkajian berdaur siklus yang terdiri dari 4 tahapan dasar yang saling terkait dan berkesinambungan, yaitu (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan (acting), (3) pengamatan (observing), dan (4) refleksi (reflecting).


(24)

E. Teknik Analisis Data

Data yang telah diperoleh pada setiap tahapan tindakan penelitian dianalisis dengan menggunakan data kualitatif dan data kuantitatif. Analisis data dilakukan oleh peneliti sejak awal pada setiap aspek penelitian. Data yang dianalisis adalah data aktivitas dan hasil belajar siswa. Untuk menganalisis data siswa yang aktif setiap pertemuan dilakukan perhitungan sebagai berikut:

1. Menentukan siswa aktif dilakukan dengan mendata melalui lembar observasi aktivitas pada setiap pertemuan.

2. Menghitung presentase siswa aktif dengan rumus :

Keterangan :

A = Presentase aktivitas siswa Na = Jumlah siswa yang aktif N = Jumlah siswa hadir

3. Menghitung presentase siswa tuntas belajar pada setiap siklus dengan rumus :

Keterangan :

Yj = Presentase ketuntasan belajar pada siklus ke-j

Pj = Jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥65 pada siklus ke-j N = Jumlah seluruh siswa (Nono, dkk. 2005:57).


(25)

F. Pelaksanaan Tindakan

1. Tahap Pratindakan

Tahap pratindakan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Menentukan tes awal atau pendahuluan yang skornya digunakan sebagai skor dasar (skor awal). Nilai tes awal diambil dari nilai semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012.

b. Skor tes awal kemudian diurutkan dari skor tertinggi ke skor terendah, setelah itu dilakukan pembentukan kelompok yang beranggotakan 4-6 orang dengan beberapa pengaturan sehingga terbentuk kelompok yang heterogen baik dari segi kemampuan akademik maupun jenis kelamin. c. Mengumpulkan seluruh siswa dan menjelaskan maksud serta

langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan motode demontrasi dan menjelaskan ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan oleh siswa dalam suatu kelompok.

Adapun ketentuan-ketentuan tersebut adalah :

a. Pada saat pembelajaran, setiap anggota kelompok duduk membentuk lingkaran dan saling berhadap-hadapan sesuai dengan kelompoknya. Setiap kelompok berjumlah 4-6 siswa.

b. Pada proses pembelajaran, setiap anggota kelompok saling berdiskusi tentang materi yang diberikan dalam proses pembelajaran dengan berpedoman pada lembar kerja yang telah disediakan. Anggota kelompok yang memiliki kemampuan lebih akan menjadi tutor dalam kelompoknya.


(26)

c. Hasil kerja kelompok dicatat dan hasil tersebut dikomunikasikan pada kelompoknya baik secara lisan maupun tulisan.

d. Setiap anggota kelompok harus berani menyampaikan pendapat, gagasan, dan pertanyaan serta mendengarkan dengan baik penjelasan temannya pada saat belajar dalam kelompok.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan ini berupa penerapan kegiatan pembelajaran yang telah disusun dalam perancanaan. Prosesnya mengikuti urutan kegiatan yang terdapat dalam gambar di bawah ini.

Gambar 3.1. Skema Tahap Pelaksanaan Tindakan (Dimyati dan Mulyono, 2002:124).

ANALISIS & REFLEKS I RENCANA TINDAKAN PELAKSANAAN TINDAKAN OBSERVASI PERBAIKAN RENCANA TINDAKAN PELAKSANAAN TINDAKA N ANALISIS & REFLEKS I OBSERVASI SIKLUS 2 SIKLUS 1 DST


(27)

Adapun urutan kegiatan secara garis besar sebagai berikut :

a. Tahap perencanaan, menyusun rancangan pembelajaran dan menyusun lembar kegiatan yang akan diberikan kepada siswa saat belajar kelompok, mempersiapkan metode demonstrasi, dan merancang alat penelitian yang akan diterapkan. Materi yang akan diberikan dengan standar kompetensi (SK) yaitu “memahami gaya dapat mengubah gerak dan atau bentuk suatu benda”, dengan kompetensi dasar (KD) siklus I dan II yaitu “ menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya dapat mengubah gerak suatu benda”.

b. Tahap pelaksanaan, kegiatan ini berupa penerapan kegiatan pembelajaran yang telah disusun dalam perencanaan. Prosesnya mengikuti urutan kegiatan yang terdapat dalam skenario pembelajaran.

Adapun langkah-langkah demonstration sebagai berikut : 1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

2. Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan dicapai. 3. Menyiapkan bahan atau alat yang diperlukan.

4. Menunjuk salah seorang peserta didik untuk mendemontrasikan sesuai skenario yang telah disiapkan.

5. Seluruh peserta didik memperhatikan demontrasi dan menganalisisnya.

6. Tiap peserta didik mengemukakan hasil analisisnya dan juga pengalaman peserta didik didemontrasikan.


(28)

3. Observasi/Pengamatan

Pengamatan dilakukan terhadap siswa, yang meliputi kegiatan yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

4. Refleksi

Refleksi adalah kegiatan menganalisis, memahami dan membuat kesimpulan setelah proses belajar-mengajar berlangsung. Refleksi dilakukan dengan menganalisis prestasi belajar dan pengamatan, serta menentukan kemajuan dan kelemahan yang terjadi, sebagai dasar perbaikan selanjutnya.

G. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah adanya peningkatan aktivitas dan prestasi belajar pada mata pelajaran IPA di setiap siklusnya. Penelitian ini dinyatakan berhasil jika 80% (minimal 27 orang) dari keseluruhan siswa mendapat nilai di atas atau sama dengan nilai KKM (65) yang ditentukan dan sebanyak 80% siswa (minimal 27 orang) memenuhi indikator aktivitas siswa dalam kegiatan belajar.


(29)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan kegiatan pembelajaran IPA dengan menggunakan metode demonstrasi pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Pringsewu Timur Kabupaten Pringsewu dapat disimpulkan bahwa:

1. Pembelajaran IPA dengan standar kompetensi “memahami gaya dapat mengubah gerak dan atau bentuk suatu benda” dan kompetensi dasar “menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah gerak suatu benda” serta “menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah bentuk suatu benda” dengan menggunakan metode demonstrasi dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan prestasi belajar siswa.

2. Prestasi belajar siswa meningkat setelah dilakukan tindakan dengan menggunakan metode demonstrasi. Sebelum dilakukan tindakan dengan metode demonstrasi, proses pembelajaran di kelas pasif dan masih menggunakan metode konvensional. Siswa hanya menerima materi yang diberikan dari guru dan mencatat. Sehingga proses pembelajaran tersebut menjadi dominasi guru, tetapi setelah diberikan tindakan dengan metode demonstrasi siswa mulai aktif, hal ini terlihat dari keaktifan siswa yang


(30)

selalu meningkat mulai dari siklus I hingga siklus II. Siswa juga sangat memahami materi bila diajak untuk mengamati secara langsung alat peraga yang disampaikan oleh guru.

B. Saran

Dalam rangka memperbaiki pelaksanaan tindakan dan meningkatkan mutu pembelajaran matematika di sekolah dasar, maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut :

1. Bagi Siswa

Pembelajaran menggunakan metode demonstrasi dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, siswa dapat berfikir positif aktif, kreatif, dan menyenangkan. Model pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi menjadi salah satu alternatif guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran di kelas, karena menurut hasil penelitian ini, nilai rata-rata siswa yang diperoleh dengan menggunakan metode demonstrasi lebih tinggi.

2. Bagi Guru

Pembelajaran menggunakan metode demonstrasi menghendaki pengelompokkan belajar siswa yang fleksibel yaitu tiap kelompok tidak lebih dari lima orang siswa. Persiapan guru untuk melaksanakan praktik pembelajaran harus dimaksimalkan agar pelaksanaan praktik yang dikembangkan dengan menggunakan metode demonstrasi tidak mengalami hambatan dan sesuai dengan teori.


(31)

3. Bagi Sekolah

Pihak sekolah sebaiknya dapat memfasilitasi pembelajaran dan segera menyebarluaskan kepada guru lain mengenai suatu meode yang dipandang layak. Pembelajaran dengan metode demonstrasi dapat meningkatkan mutu penyelenggara pendidikan sekolah.


(32)

xi

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE DEMONTRASI PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2

PRINGSEWU TIMUR KABUPATEN PRINGSEWU ( Skripsi )

Oleh YUNLI FARIDA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG


(33)

i

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE DEMONTRASI PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2

PRINGSEWU TIMUR KABUPATEN PRINGSEWU ( Skripsi )

Oleh YUNLI FARIDA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi PGSD Strata 1 Dalam Jabatan Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG


(34)

xi DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Sampul ... i

Abstrak ... ii

Persetujuan ... iii

Lembar Pengesahan ... iv

Pernyataan ... v

Riwayat Hidup ... vi

Persembahan ... vii

Motto ... viii

Kata Pengantar ... ix

Daftar Isi ... xi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Rumusan Masalah ... 3

D.Tujuan Penelitian ... 3

E. Manfaat Penelitian ... 3

F. Hipotesis Tindakan ... 4

BAB II. KAJIAN PUSTAKA A.Pengertian Belajar ... 5

B. Pengertian Aktivitas Belajar ... 6

C. Pengertian Prestasi Belajar ... 9

D. Pembelajaran IPA di SD ... 9

E. Pengertian Metode Demontrasi ... 11.

F. Perencanaan dan Persiapan Metode Demontrasi ... 14

G. Pelaksanaan Metode Demontrasi ... 15

H. Keunggulan dan Kelemahan Metode Demontrasi ... 17

BAB III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 21

B. Subjek Penelitian ... 21

C. Teknik Pengumpulan Data ... 21

D. Prosedur Penelitian ... 22


(35)

xii

F. Pelaksanaan Tindakan ... 24 G. Indikator Keberhasilan ... 27 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Siklus I ... 28 B. Hasil Siklus II ... 32 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 34 B. Saran ... 35

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(36)

DAFTAR PUSTAKA

BSNP. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Depdiknas. Jakarta.

Daryanto. 2009. Demonstrasi Sebagai Metode Belajar. Depdikbud. Jakarta. Djamarah S. 1994. Strategi Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta Nurkancana, Wayan. 1998. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Usaha Nasional.

Sanjaya W. 2006. Strategi Pembelajaran. Pusat Grapika: Fajar Interpratama. Jakarta

Sardiman, AM. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sumaji. 1998. Pengertian Pendidikan IPA. Disampaikan pada seminar FPMIPA IKIP-Bandung.

Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Universitas Lampung. 2011. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung. Universitas Lampung.


(37)

Abdullah. 1998. Pengetahuan Teoritis Dalam Ilmu Pengetahuan Alam. Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Ahmad Kursyid. 1998. Pembentukan Kepribadian. Jakarta : Universitas Terbuka.

Dienes Ruseffendi. 1980. Memahami Konsep Dasar Ilmu Pengetahuan

Alam. Jakarta : Bumi Aksara.

Dyah. 2002. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta.

Gredler. 1998. The Conditions of Learning Theory of Competention. New York.

Lapono Nabisi.2009. Belajar dan Pembelajaran SD.Jakarta:Dirjen Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

PP. Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41. 2007. Standar Proses Untuk Satuan

Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.

Soemartono. 1992. Pengertian Prestasi Belajar. Semarang. Blitar : STKIP PGRI BLITAR. Sudjana. 2001. Pengertian Prestasi Belajar. Jakarta : Bumi Aksara.

Suyoso. 1998. Pengertian Sains. Pusat. Study Lembaga Penelitian Universitas Terbuka. T. Raka Joni. 1980. Pemilihan Metode Mengajar. CV. Remaja Karya. Bandung.

Wahyudin,Dinn. 2007 Pengantar pendidikan.Jakarta:universitas Terbuka.

Wasty, Winkel. 2000. Perkembangan Aktivitas Belajar Siswa. Jakarta : Universitas Terbuka.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. 1998. Pengetahuan Teoritis Dalam Ilmu Pengetahuan Alam. Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Ahmad Kursyid. 1998. Pembentukan Kepribadian. Jakarta : Universitas Terbuka.

Abdullah. 1998. Pengetahuan Teoritis Dalam Ilmu Pengetahuan Alam. Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.


(38)

Dienes Ruseffendi. 1980. Memahami Konsep Dasar Ilmu Pengetahuan

Alam. Jakarta : Bumi Aksara.

Dyah. 2002. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta.

Dienes Ruseffendi. 1980. Memahami Konsep Dasar Ilmu Pengetahuan

Alam. Jakarta : Bumi Aksara.

Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Rineka Cipta. Jakarta.

BSNP. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Depdiknas. Jakarta.

Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. PT.Rineka Cipta. Jakarta. Daryanto. 2009. Demonstrasi Sebagai Metode Belajar. Depdikbud. Jakarta. Djamarah S. 2010. Strategi Pembelajaran. PT. Rineka Cipta. Jakarta. Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta

Sanjaya W. 2006. Strategi Pembelajaran. Grapika: Fajar Interpratama. Jakarta Pusat.

Sardiman, AM. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. PT. Rineka Ci.pta. Jakarta

Universitas Lampung. 2011. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung. Universitas Lampung.


(39)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. 1998. Pengetahuan Teoritis Dalam Ilmu Pengetahuan Alam. Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Ahmad Kursyid. 1998. Pembentukan Kepribadian. Jakarta : Universitas Terbuka.

Dienes Ruseffendi. 1980. Memahami Konsep Dasar Ilmu Pengetahuan

Alam. Jakarta : Bumi Aksara.

Dyah. 2002. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta.

Gredler. 1998. The Conditions of Learning Theory of Competention. New York.

Lapono Nabisi.2009. Belajar dan Pembelajaran SD.Jakarta:Dirjen Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

PP. Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41. 2007. Standar Proses Untuk Satuan

Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.

Soemartono. 1992. Pengertian Prestasi Belajar. Semarang. Blitar : STKIP PGRI BLITAR. Sudjana. 2001. Pengertian Prestasi Belajar. Jakarta : Bumi Aksara.

Sumaji. 1998. Pengertian Pendidikan IPA. Disampaikan pada seminar FPMIPA IKIP-Bandung.

Suyoso. 1998. Pengertian Sains. Pusat. Study Lembaga Penelitian Universitas Terbuka. T. Raka Joni. 1980. Pemilihan Metode Mengajar. CV. Remaja Karya. Bandung.

Wahyudin,Dinn. 2007 Pengantar pendidikan.Jakarta:universitas Terbuka.

Wasty, Winkel. 2000. Perkembangan Aktivitas Belajar Siswa. Jakarta : Universitas Terbuka.


(40)

(41)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Peningkatan Aktivitas dan Prestasi Belajar IPA melalui Metode Demonstrasi pada Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Pringsewu Timur Kabupaten Pringsewu” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di FKIP Universitas Lampung. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. Baharudin Risyak, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan; 3. Bapak Dr. H. Darsono, M.Pd., selaku Ketua Program Studi S1 PGSD;

4. Bapak Drs. Maman Surahman, M.Pd. selaku Pembimbing atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

5. Drs. Sugiyanto, M.Pd., selaku pembahas atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

6. Bapak dan Ibu dosen Program S.1 PGSD Dalam Jabatan yang telah memberi ilmu pengetahuan selama penulis menuntut ilmu pada FKIP Universitas Lampung.


(42)

x

8. Suami tercinta yang selalu mendukung keberhasilanku;

9. Anak-anak tercinta yang selalu berdo’a dan mendukung keberhasilanku. Akhir kata, Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Pringsewu, Juli 2012

Yunli Farida NPM 1013119224


(43)

viii

MOTTO

“Ala bisa karena biasa”

“Cita-cita hanya bisa diraih bila disertai dengan usaha,

do'a dan keyakinan”


(44)

iv

PENGESAHAN

1. Tim Penguji

Penguji : Drs. Maman Surahman, M.Pd. ... Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Sugiyanto, M.Pd. ...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(45)

v

PERNYATAAN

Dengan ini, saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE DEMONTRASI PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 PRINGSEWU TIMUR KABUPATEN PRINGSEWU” adalah benar-benar karya saya sendiri. Dalam menyusun skripsi ini saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku pada masyarakat keilmuan.

Atas pernyataan ini saya bersedia menanggung akibat dan sanksi apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan atau ada pengakuan dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Pringsewu, Juli 2012 Penulis,

Materai Rp.

6000,-YUNLI FARIDA NPM 101311224


(46)

vii

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini kepada :

- Ayah dan Ibu mertua tercinta, yang selalu mendo’akanku sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini

- Suami dan akan-anakku tersayang yang selalu memberi semangat dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini

- Kawan-kawan mahasiswa PGSD S1 dalam jabatan yang tak henti-hentinya memberikan saran dan masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini


(47)

iii

PERSETUJUAN

Judul Skripsi : PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE

DEMONTRASI PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 PRINGSEWU TIMUR

KABUPATEN PRINGSEWU

Nama Mahasiswa : YUNLI FARIDA

Nomor Pokok Mahasiswa : 1013119224

Program Studi : S.1 PGSD Dalam Jabatan

Jurusan : Ilmu Pendidikan

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Dosen Pembimbing

Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd. Drs. Maman Surahman, M.Pd NIP 19510507 198103 1 002 NIP 19590419 198503 1 004


(48)

vi

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang pada tanggal 20 Juni 1963. Jenjang pendidikan formal yang dialami penulis dimulai dari SD Negeri Pagelaran Lampung Selatan diselessaikan pada tahun 1977, SMP Negeri Pagelaran Lampung diselesaikan tahun 1981 dan SPG PGRI Pringsewu Lampung Selatan diselesaikan pada tahun 1984.

Pada tahun 1985 diangkat sebagai CPNS dan bertugas di SDN 5 Pajaresuk Kabupaten Lampung Selatan yang sekarang menjadi SDN 2 Pajaresuk Kabupaten Pringsewu. Pada tahun 1986 penulis menikah dan dianugerahkan 4 orang putra. Pada tahun 2010 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program S1 Dalam Jabatan di FKIP UNILA dan selesai pada tahun 2012.


(1)

viii

MOTTO

“Ala bisa karena biasa”

“Cita-cita hanya bisa diraih bila disertai dengan usaha,

do'a dan keyakinan”


(2)

iv

PENGESAHAN

1. Tim Penguji

Penguji : Drs. Maman Surahman, M.Pd. ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Sugiyanto, M.Pd. ...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(3)

v

PERNYATAAN

Dengan ini, saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE DEMONTRASI PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 PRINGSEWU TIMUR KABUPATEN PRINGSEWU” adalah benar-benar karya saya sendiri. Dalam menyusun skripsi ini saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku pada masyarakat keilmuan.

Atas pernyataan ini saya bersedia menanggung akibat dan sanksi apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan atau ada pengakuan dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Pringsewu, Juli 2012 Penulis,

Materai Rp.

6000,-YUNLI FARIDA NPM 101311224


(4)

vii

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini kepada :

- Ayah dan Ibu mertua tercinta, yang selalu mendo’akanku sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini

- Suami dan akan-anakku tersayang yang selalu memberi semangat dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini

- Kawan-kawan mahasiswa PGSD S1 dalam jabatan yang tak henti-hentinya memberikan saran dan masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini


(5)

iii

PERSETUJUAN

Judul Skripsi : PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE

DEMONTRASI PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 PRINGSEWU TIMUR

KABUPATEN PRINGSEWU Nama Mahasiswa : YUNLI FARIDA

Nomor Pokok Mahasiswa : 1013119224

Program Studi : S.1 PGSD Dalam Jabatan Jurusan : Ilmu Pendidikan

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Dosen Pembimbing

Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd. Drs. Maman Surahman, M.Pd NIP 19510507 198103 1 002 NIP 19590419 198503 1 004


(6)

vi

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang pada tanggal 20 Juni 1963. Jenjang pendidikan formal yang dialami penulis dimulai dari SD Negeri Pagelaran Lampung Selatan diselessaikan pada tahun 1977, SMP Negeri Pagelaran Lampung diselesaikan tahun 1981 dan SPG PGRI Pringsewu Lampung Selatan diselesaikan pada tahun 1984.

Pada tahun 1985 diangkat sebagai CPNS dan bertugas di SDN 5 Pajaresuk Kabupaten Lampung Selatan yang sekarang menjadi SDN 2 Pajaresuk Kabupaten Pringsewu. Pada tahun 1986 penulis menikah dan dianugerahkan 4 orang putra. Pada tahun 2010 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program S1 Dalam Jabatan di FKIP UNILA dan selesai pada tahun 2012.


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE DEMONSTRASI KELAS IV SD NEGERI 2 JATI AGUNG AMBARAWA KABUPATEN PRINGSEWU

0 8 68

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 6 ADILUWIH KABUPATEN PRINGSEWU

0 6 46

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 SUKOYOSO SUKOHARJO KABUPATEN PRINGSEWU

0 6 41

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 SUKOYOSO SUKOHARJO KABUPATEN PRINGSEWU

0 5 31

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR PKn MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 PRINGSEWU TIMUR KABUPATEN PRINGSEWU

0 4 36

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENG-GUNAKAN ALAT PERAGA PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 MARGAKAYA KECAMATAN PRINGSEWU KABUPATEN

0 2 22

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 MARGODADI AMBARAWA KABUPATEN PRINGSEWU

0 2 19

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 PANDANSARI SELATAN SUKOHARJO KABUPATEN PRINGSEWU

0 8 47

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIVEMENT DIVISION PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 5 PRINGSEWU BARAT KABUPATEN PRINGSEWU

0 2 38

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIVEMENT DIVISION PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 5 PRINGSEWU BARAT KABUPATEN PRINGSEWU

0 4 30