PENGARUH BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DAN MINAT BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

(1)

PENGARUH BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODELPROBLEM BASED LEARNINGDAN MINAT BELAJAR TERHADAP HASIL

BELAJAR SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

Oleh

Eilin Nagari Harto Putri

Masalah dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa rendah dan tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah ada pengaruh belajar siswa menggunakan model problem based learning dan minat belajar terhadap hasil belajar siswa. Jenis penelitian ini adalah ex post facto dengan menggunakan teknik analisis regresi. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Labuhan Ratu Bandar Lampung yang berjumlah 68 siswa. Data yang diambil dalam penelitian ini menggunakan observasi untuk variabel X1, angket untuk variabel X2, dan dokumentasi nilai siswa untuk variabel Y. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh antara belajar siswa menggunakan model problem based learning terhadap hasil belajar siswa, buktinya r hitung > r tabel (0,403 > 0,244), Ha diterima dan Ho ditolak. Tidak ada pengaruh antara minat belajar terhadap hasil belajar siswa, buktinya r hitung< r tabel (0,139 < 0,244), Ha ditolak dan Ho diterima. Ada pengaruh antara belajar siswa menggunakan modelproblem based learning dan minat belajar terhadap hasil belajar siswa, buktinya Fhitung > Ftabel(6,572 > 3,14), Ha diterima dan Ho ditolak.


(2)

PENGARUH BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODELPROBLEM BASED LEARNINGDAN MINAT BELAJAR TERHADAP HASIL

BELAJAR SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

Oleh

Eilin Nagari Harto Putri

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Eilin Nagari Harto Putri, dilahirkan di Pajar Mataram, Lampung Tengah pada tanggal 17 Agustus 1993, merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara, terlahir dari seorang pasangan Bapak Confradus Suharto dan Ibu Sesilia Kartini. Memiliki satu kakak perempuan bernama Stefani Ayu Rahayu dan satu adik laki-laki bernama Daniel Prasojo Harto Putra.

Pendidikan yang pernah ditempuh oleh penulis, yaitu, Sekolah Dasar Negeri 3 Kibang Budi Jaya Tulang Bawang, tahun 1999-2005, SMP Xaverius Pringsewu, tahun 2005-2008, SMA Xaverius Bandar Lampung, tahun 2008-2011

Tahun 2011 penulis diterima di Universitas Lampung, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Ilmu Pengetahuan, Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Selama menjadi mahasiswa di Universitas Lampung, penulis aktif dalam kegiatan organisasi, baik internal maupun eksternal kampus. Tahun 2013 penulis menjabat sebagai Sekretaris Bidang Pendidikan dan Kaderisasi di UKM Katolik Universitas Lampung, tahun 2014 penulis menjabat sebagai Bendahara Umum UKM Katolik Universitas Lampung. Penulis juga aktif dalam Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI).


(7)

Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha

Esa berkat Rahmat dan Karunia KasihNya skripsi ini

dapat terselesaikan dengan baik dan lancar.

Bapak yang paling hebat dan mendukung, C. Suharto

dan Ibu yang paling kucintai sepanjang masa Sesilia

Kartini. Terimakasih atas segala doa, dukungan,

motivasi, pelajaran-pelajaran hidup yang telah kalian

ajarkan dan kalian berikan kepada ku.

I love you so much, I will always love you more.

Kakak perempuanku Stefani Ayu Rahayu dan adik

lelakiku Daniel Prasojo Harto Putra yang selalu

menyemangatiku dikala aku malas dan rapuh,

terimakasih atas segala kasih kalian.

Sahabat-sahabatku yang terkasih, yang selalu

menemani dan tulus bersamaku

Para pendidik dan guru kehidupan yang selalu ku

hormati


(8)

MOTO

Dengarkanlah Nasihat dan Terimalah Didikan, Supaya Engkau Menjadi Bijak di Masa Depan

(Ams. 19:20)

Hiduplah Seperti Anda Akan Mati Besok. Belajarlah Seolah Anda Akan Hidup Selamanya.

(Mahatma Gandi)

Do The Best


(9)

Segala puji dan syukur hanya bagi Allah Bapa, melalui PuteraNya Yesus Kristus Engkau selalu memberi Kasih yang berlimpah. Ucap syukur tak pernah terhenti berkat rahmatMu skripsi ini dapat terselesaikan.

Skripsi dengan judul “Pengaruh Belajar Siswa Menggunakan Model Problem Based Learning dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV

Sekolah Dasar Negeri 2 Labuhan Ratu Bandar Lampung” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa penyelesaian dalam penulisan skripsi ini banyak mendapat bimbingan, bantuan, masukan, saran, kritikan dan motivasi yang diberikan dari pihak-pihak yang telah membantu. Tak lupa pula dalam kesemapatan ini penulis juga ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

2. Bapak Dr. Abdurrahman., M.Si, selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerjasama.

3. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.


(10)

4. Bapak Dr. Darsono, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Lampung.

5. Ibu Dr. Lilik Sabdaningtyas, M.Pd., selaku Dosen Pembahas, yang telah memberikan saran-sarannnya dan masukannya dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

6. Bapak Drs. Sugiman, M.Pd., Selaku dosen Pembimbing I yang telah membimbing penulis dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

7. Ibu Dr. Rochmiyati, M.Si., Selaku Pembimbing II yang telah banyak membimbing penulis dalam penyelesaian skripsi ini, dan sabar membimbing dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan oleh penulis.

8. Bapak Dr. Riswandi, M.Pd., Selaku Dosen Pembimbing Akademik, yang telah membimbing.

9. Bapak Drs. Sugiyanto, M.Pd. dan Ibu Dra. Fitria Akhyar, M.Pd., yang telah menjadi dosen ahli uji validasi instrumen angket dan observasi.

10. Seluruh Bapak Ibu Dosen FKIP Universitas Lampung terkhusus program studi PGSD yang telah membimbing.

11. Ibu Ratna Aini, M.Pd., selaku Kepala Sekolah SD Negeri 2 Labuhan Ratu Bandar Lampung yang telah memperkenankan peneliti untuk mengadakan penelitian di sekolah tersebut.

12. Seluruh Guru di SD Negeri 2 Labuhan Ratu Bandar Lampung, terkhusus guru Kelas IVA, IVB, dan IVC,

13. Bapakku Confradus Suharto dan Ibuku Sesilia Kartini, yang telah melawat, mendidik, menafkahiku, selalu mengasihiku, mencintaiku dengan tulus,


(11)

14. Kakak perempuanku Stefani Ayu Rahayu yang selalu memperhatikanku, menyayangiku, memotivasiku, menjagaku, mendukungku dan adik lelakiku Daniel Prasojo Harto Putra yang selalu memotivasi, menjagaku, dan adik yang selalu mau mengalah untukku. Terimakasih untuk cinta kalian kepadaku. 15. Saudara saudariku semua yang telah mendukungku, Om Pur, De Nia, De

Siska, Mas Markus, Mba Dwi, Bulek Ninuk, Suster Carolina, Suster Yustisia. 16. Orang-orang yang memotivasi dan memberiku wejangan-wejangan yang

sangat bermanfaat bagiku, Mas Kamto, Rm. Imam, Rm. Wolfram, Bang Agus, Kak Yogi, Mas Lilik Jogja dan Mas Lilik Lampung.

17. Kance PGSD UPP Kampus 2011, empat sekawan Iin, Vrisca, Citra, yang setia bersama dari masa ospek sampai hampir wisuda. Uma, Reni, Laili, Meli, Mba Rina, Ni Luh, yang selalu setia membantu, menemani tertawa maupun sedih, Teman-teman seperjuangan, IrDes seperjuangan pembahas, seperjuangan semsil, seperjuangan kompre, Banda, seperjuangan bimbingan, Dara, Lina, Uge, Bang Don, Alip, Mba Nit, Isna, Isyar, Mona, Tata, Cumai, Anel, Celsi, Imam, Alom, Mbek, Yeti, Fisce, Yevie, Okta, Sel, Fir, Risa, Depot, Nora, Princess, Wayas, Ayu, Fries, Ipeh, Ira Dwi.

18. Kance Ayank Resti, Ius, Mba Lusi, Kak Yogi, Mba Caca, Siska, Mba Prapti, Ci Jeni, Ko Tendi, Mba Dian, Anton, Panggo, Angga, Probo, Mas Bara, Bagus.

19. Sahabat-sahabat KMKL yang telah berhasil mengubahku dari seseorang yang jutek, diam menjadi seseorang yang cerewet dan tidak bisa diam.


(12)

20. Sahabat-sahabat PMKRI, yang telah banyak mengajarkan aku pelajaran hidup bermasyarakat, Bang Lintong, Bang Rizal, Bang Agus, Mas Falen, Kak Hanny, Mba Winda, Kak Merry, Bang Bihel, Kak Shinta, Marcel, Juna, Willy, Kak Aji, Mas Rossy, Bang Asido, Yuyun, Via, Yona, Harry, Kak Tiffany, Mas Taim, Mas Markus, Emil, Martin, Igna, Lushita, Yani, Marya L, Maria S, Yohana, Kak Loren, Lawren, Siska, Erika, Dinda, Alfonso, Lastiar.

21. Sahabat-sahabat UKM Katolik Universitas Lampung yang telah memberiku kesempatan luar biasa berada di tempat tersebut untuk banyak belajar hal-hal baru, dari kepengurusan pertama dan kedua, terimakasih untuk dinamikanya. 22. Adik-adik yang selalu mensupport, Dedi, Vita, Rani, Albet, Atin, Arum 12,

Edit, Vania, Jestina, Cia, Wilda, Berto, Ve, Ergi, Yustina, Niko, Alan, Devry, Fifi, Ana (Hena), Didit, Piko, Dodi, Arum 14, Tyas, Banu, Sahsa, Martin Unila, Martin Polinela, Agatha, Mely, Lucia, Angel, Vigi, Didit PGSD, Duo Gio, Adik tingkat tapi tetap seumuran Mas Hari.

23. Morgi, Putri, Ninda, Tiara, Intan, Roy, Barkah, Dodi, Yanti. Tukhuk Community KKN-KT yang selama 2,5 bulan hidup bersama.

24. Semua orang yang telah berpengaruh dalam hidupku yang sungguh luar biasa aku kasihi, yang tak bisa aku sebutkan satu persatu. Terimakasih!!

Bandar Lampung, Mei 2015

Penulis,


(13)

xiv DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 10

1.3 Pembatasan Masalah ... 10

1.4 Rumusan Masalah ... 11

1.5 Tujuan Penelitian ... 11

1.6 Kegunaan Penelitian ... 12

1.7 Ruang Lingkup Penelitian ... 13

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ... Pengertian Siswa ... 14

2.2 ... Model Belajar ... 15

2.2.1 Pengertian Model Belajar ... 15

2.2.2 Ciri-Ciri Model Belajar ... 15

2.3 Model Problem Based Learning ... 17

2.3.1 Pengertian Model Problem Based Learning ... 17

2.3.2 Ciri-Ciri Model Problem Based Learning ... 18

2.3.3 Langkah-Langkah Model Problem Based Learning ... 19

2.3.4 Kelebihan Model Problem Based Learning ... 22

2.3.5 Kelemahan Model Problem Based Learning ... 24

2.4 Belajar ... 25

2.4.1 Pengertian Belajar ... 25

2.4.2 Tujuan Belajar ... 27

2.5 Minat Belajar ... 29

2.5.1 Pengertian Minat Belajar ... 29


(14)

xv

2.5.3 Minat Belajar dan Hasil Belajar ... 32

2.6 Hasil Belajar ... 33

2.6.1 Pengertian Hasil Belajar ... 33

2.6.2 Hasil Belajar pada Ranah Kognitif ... 34

2.7 Penelitian yang Relevan ... 34

2.8 Kerangka Pikir ... 35

2.9 Hipotesis ... 36

III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian ... 38

3.2 Jenis Penelitian ... 38

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 39

3.3.1 Populasi ... 39

3.3.2 Sampel ... 39

3.4 Variabel Penelitian ... 39

3.5 Definisi Variabel ... 40

3.5.1 Definisi Konseptual ... 40

3.5.2 Definisi Operasional ... 41

3.6Teknik Pengumpulan Data ... 42

3.6.1 Observasi ... 42

3.6.2 Angket ... 42

3.6.3 Dokumentasi ... 43

3.7Uji Instrumen ... 43

3.7.1 Uji Validitas Lembar Observasi ... 43

3.7.2 Uji Reliabilitas Lembar Observasi ... 43

3.7.3 Uji Validitas Angket ... 44

3.7.4 Uji Reliabilitas Angket ... 45

3.8Uji Hipotesis ... 46

3.8.1 Uji Normalitas ... 46

3.8.2 Regresi Linier Sederhana ... 47

3.8.3 Uji Linieritas ... 48

3.8.4 Uji Multikolonieritas ... 49

3.8.5 Uji Autokorelasi ... 50

3.8.6 Uji Heteroskedastisitas ... 51

3.8.7 Regresi Linier Ganda ... 52

IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 53

4.1.1 Visi, Misi dan Tujuan Sekolah ... 53

4.1.2 Situasi dan Kondisi Sekolah ... 54

4.2 Hasil Uji Instrumen ... 56

4.2.1 Uji Validitas Lembar Observasi ... 56

4.2.2 Uji Reliabilitas Lembar Observasi ... 57

4.2.3 Uji Validitas Angket ... 58


(15)

xvi

4.3 Hasil Uji Hipotesis ... 62

4.3.1 Uji Normalitas ... 63

4.3.2 Uji Regresi Hipotesis Pertama ... 64

4.3.3 Uji Regresi Hipotesis Kedua ... 67

4.3.4 Uji Linieritas ... 71

4.3.5 Uji Multikolonieritas ... 72

4.3.6 Uji Autokorelasi ... 72

4.3.7 Uji Heteroskedastisitas ... 73

4.3.8 Uji Regresi Hipotesis Ketiga ... 74

4.4 Pembahasan ... 78

4.4.1 Pengaruh Belajar Siswa Menggunakan Model Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa ... 78

4.4.2 Pegaruh Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa ... 80

4.4.3 Pengaruh Belajar Siswa Menggunakan Model Problem Based Learning dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa ... 82

V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 84

5.2 Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 86


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman Tabel 1.1 Data Nilai UAS Siswa Kelas IV Semester 1 Sekolah Dasar

Negeri 2 Labuhan Ratu Bandar Lampung ... 7

Tabel 2.1 Langkah-Langkah Belajar Berbasis Masalah ... 21

Tabel 3.1 Klasifikasi Nilai Reliabilitas ... 44

Tabel 3.2 Klasifikasi Nilai Reliabilitas ... 45

Tabel 3.3 Intrepretasi Koefisien Korelasi ... 48

Tabel 4.1 Data Fasilitas di Sekolah Dasar Negeri 2 Labuhan Ratu Kota Bandar Lampung ... 55

Tabel 4.2 Jumlah Siswa Sekolah Dasar Negeri 2 Labuhan Ratu Kota Bandar Lampung ... 55

Tabel 4.3 Daftar Perubahan Lembar Observasi Belajar Siswa Menggunakan ModelProblem Based LearningBerdasarkan Dua Ahli ... 56

Tabel 4.4 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Observasi Belajar Siswa ... 57

Tabel 4.5 Daftar Perubahan Lembar Angket Minat Belajar Berdasarkan Dua Ahli ... 58

Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Instrumen Minat Belajar ... 60

Tabel 4.7 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Minat Belajar ... 61

Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas ... 63

Tabel 4.9 Hasil Analisis Data Regresi X1 Terhadap Y ... 64

Tabel 4.10 Hasil Analisis Koefisien Korelasi Variabel X1 terhadap Y ... 66

Tabel 4.11 Hasil Koefisien Regresi Variabel X1 terhadap Y ... 66

Tabel 4.12 Hasil Analisis Data Regresi X2 Terhadap Y ... 68

Tabel 4.13 Hasil Analisis Koefisien Korelasi Variable X2 terhadap Y ... 69

Tabel 4.14 Hasil Koefisien Regresi Variabel X2 terhadap Y ... 70

Tabel 4.15Hasil Uji linieritas ... 71

Tabel 4.16Hasil Uji Multikolonieritas ... 72

Tabel 4.17 Hasil Uji Autokorelasi ... 73

Tabel 4.18 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 74

Tabel 4.19 Hasil Analisis Data Regresi X1 dan X2 Terhadap Y ... 75

Tabel 4.20 Hasil Analisis Koefisien Korelasi Variabel X1 dan X2 terhadap Y ... 76

Tabel 4.21 Hasil Koefisien Regresi Variabel X1 dan X2 terhadap Y ... 77

Tabel 4.22 Hasil Pembahasan Variabel X1 ... 79

Tabel 4.23 Hasil Pembahasan Variabel X2 ... 81


(17)

xiv

Halaman

Daftar Nilai Siswa ... 90

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 96

Lembar Observasi ... 98

Lembar Angket ... 101

Tabulasi Data Uji Coba Instrumen Belajar Siswa Menggunakan Model Problem Based Learning ... 104

Tabulasi Data Uji Coba Instrumen Minat Belajar... 106

Hasil Uji Instrumen ... 108

Tabulasi Data Observasi Belajar Siswa Menggunakan ModelProblem Based Learning(Penelitian) ... 110

Tabulasi Data Minat Belajar Siswa (Penelitian) ... 113

Hasil Uji Hipotesis ... 117

Hasil Uji Regresi ... 121

Foto-Foto Kegiatan Penelitian ... 124

Proses Penelitian ... 125

Buku Guru ... 126

Buku Siswa ... 142

Hasil Penelitian Lembar Observasi ... 157

Hasil Penelitian Lembar Angket ... 163

Rencana Judul Proposal Skripsi ... 172

Surat Keterangan Judul ... 173

Surat Izin Penelitian Pendahuluan ... 174

Surat Izin Penelitian Pendahuluan Uji Validitas ... 175

Surat Izin Penelitian ... 176

Surat Keterangan Penelitian ... 177

Kartu Kendali Bimbingan ... 178


(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1 Prosedur Pelaksanaan ModelProblem Based Learning ... 20 Gambar 2.2 Pengaruh variabel Belajar Siswa Menggunakan Model

Problem Based Learning(X1) dan Minat Belajar (X2)


(19)

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Saat ini era globalisasi semakin terasa, terkhusus di Negara Indonesia. Era globalisasi sudah berpengaruh dalam semua bidang, terutama dalam bidang pendidikan. Bahkan sistem pendidikan di Indonesia saat ini juga telah banyak terpengaruh era globalisasi, semakin maju perkembangan zaman, teknologi juga semakin canggih. Hal ini mengharuskan sumber daya manusianya untuk mengubah pola pikir terutama dalam dunia pendidikan.

Pendidikan merupakan pusat belajar bagi semua manusia. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah:

Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan sistem pendidikan yang jelas, yakni pendidikan berbasis karakter.

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran, dan


(20)

2

tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Nilai-nilai yang dimaksudkan adalah religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.

Penerapan nilai-nilai tersebut dapat diterapkan dengan mengubah sistem pengajaran yang dilakukan oleh guru lebih aktif, maka diubahlah menjadi guru sebagai fasilitator dalam belajar dan siswa lebih aktif dengan menemukan dan memecahkan sendiri permasalahan dalam proses belajar mengajar. Hal ini membuka peluang bagi siswa untuk lebih kreatif dan mampu menyalurkan hasil pemikirannya secara bebas. Proses belajar yang monoton membuat minat siswa malas dalam belajar, dan hal ini mempengaruhi hasil belajar siswa.

Menurut Khodijah (2014: 58) proses belajar mengajar dipengaruhi oleh beberapa komponen utama yakni guru, siswa, dan model belajar. Selain ketiga komponen di atas, hasil belajar juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lain misalnya, minat belajar, tingkat intelegensi, fasilitas belajar, sarana dan prasarana, kurikulum, dan media belajar.

Seorang guru harus kreatif dalam memilih model belajar. Model yang sesuai dengan materi, sesuai dengan tujuan belajar, sesuai dengan kapasitas intelektual siswa, menyenangkan, dan model belajar yang harus membuat siswa lebih aktif dalam proses belajar mengajar. Model belajar merupakan


(21)

suatu unsur pola, rancangan belajar yang digunakan sebagai pedoman dalam proses belajar untuk mencapai tujuan belajar yang baik. Model belajar yang efektif adalah yang membuat siswa mampu berpikir kritis dan aktif dalam proses belajar.

Proses belajar mengajar dengan menggunakan model belajar dimaksudkan untuk meningkatkan minat belajar siswa, sehingga kegiatan belajar dapat terjadi dengan aktif. Salah satu model belajar yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model problem based learning. Model problem based learning merupakan model yang diterapkan dalam kurikulum 2013. Model

problem based learningadalah model yang berbasis masalah.

Proses belajar mengajar dengan menerapkan model problem based learning

adalah siswa belajar apabila mampu menyelesaikan permasalahan yang telah diberikan diawal proses belajar, dan permasalahan yang ada merupakan masalah konkrit, sedangkan posisi guru hanya sebagai fasilitator. Model

problem based learning menuntut siswa untuk mencari sendiri materi yang terkait dengan permasalahan. Hal ini mampu membuat siswa menjadi mandiri, rajin membaca, berpikir kritis dan demokratis.

Maksud dari penggunaan model problem based learning adalah agar proses belajar semakin bervariasi dan tidak membosankan, agar belajar siswa menjadi semakin aktif, dan membuat siswa semakin semangat dalam proses


(22)

4

belajar karena mereka terlibat langsung dalam proses belajar mengajar. Dengan demikian, minat belajar siswa menjadi semakin meningkat.

Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan yang telah dilakukan dengan mewawancarai guru-guru kelas IV di Sekolah Dasar Negeri 2 Labuhan Ratu Bandar Lampung, modelproblem based learningsudah diterapkan. Guru juga mengungkapkan bahwa siswa masih sulit untuk mengikuti proses belajar dengan menggunakan model berbasis masalah. Guru masih menuntun siswa untuk belajar menggunakan model berbasis masalah ini. Berdasarkan hasil wawancara 3 orang guru kelas IV:

Peneliti: apakah siswa sudah paham tentang model berbasis masalah? Guru IVA: siswa banyak yang belum paham model berbasis masalah. Guru IVB: banyak yang belum memahami.

Guru IVC: siswa belum memahami.

Peneliti: untuk siswa, setelah menggunakan model berbasis masalah, bagaimana aktivitas belajar siswa?

Guru IVA: siswa semakin aktif belajar bersama kelompoknya dengan bantuan guru

Guru IVB: siswa menjadi semakin aktif dan terlatih kemampuan bekerjasamanya karena bekerja dalam kelompok


(23)

Peneliti: bagaimana cara ibu menerapkan berbasis masalah di kelas ini?

Guru IVA: belajar dibagi ke dalam kelompok, kemudian siswa diberi suatu materi pelajaran

Guru IVB: proses belajar dengan berkelompok, siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok kecil, kemudian guru menjelaskan sedikit tentang materi, setelah itu siswa menemukan suatu permasalahan

Guru IVC: belajar secara berkelompok, jadi siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kemudian setelah itu siswa menemukan masalah dari materi yang sudah dijelaskan oleh guru.

Selain itu, diketahui pula bahwa guru juga sebenarnya belum cukup memahami model belajar berbasis masalah ini. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Labuhan Ratu Bandar Lampung, guru-guru sebenarnya belum cukup memahami model problem based learning itu seperti apa. Menurut mereka proses belajar mengajar dengan menerapkan modelproblem based learningadalah siswa belajar dalam kelompok, kemudian siswa belajar dalam kelompoknya dengan bantuan dari guru. Berikut ini adalah data wawancara antara peneliti dengan guru kelas IV:

Peneliti: Apakah ibu mengetahui model berbasis masalah?

Guru IVA: iya tahu, namun belum cukup memahami model problem based learningitu seperti apa.


(24)

6

Guru IVC: tahu, namun belum begitu memahami model problem based learningdalam proses pembelajaran

Peneliti: sudahkan diterapkan dalam belajar di kelas ini? Guru IVA: sudah

Guru IVB: sudah Guru IVC: sudah

Peneliti: Apakah sudah pernah mendapat pelatihan ataupun sosialisasi mengenai penggunaan model berbasis masalah ini?

Guru IVA: sudah pernah, namun sudah beberapa bulan yang lalu.

Guru IVB: sudah pernah, baiknya sosialisasi jangan hanya dilakukan sekali namun berkelanjutan.

Guru IVC: sudah pernah.

Kesimpulan dari hasil wawancara dengan ketiga guru kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Labuhan Ratu Bandar Lampung yaitu guru dan siswa belum cukup memahami proses belajar dengan menerapkan modelproblem based learning. Proses belajar juga akan berhasil jika dipengaruhi oleh faktor lain, yaitu minat. Minat merupakan suatu rasa lebih suka terhadap suatu hal atau aktivitas. Semakin kuat rasa suka atau semakin dekat suatu hubungan, maka akan semakin besar minat. Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 2 Labuhan Ratu Bandar Lampung minat belajar siswa masih tergolong kurang. Siswa banyak yang asik bermain sendiri daripada


(25)

memperhatikan pelajaran. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dari 68 siswa yang terdiri dari 3 kelas, kelas IV A 23 siswa ada 9 siswa yang minatnya kurang, kelas IV B 20 siswa ada 8 siswa yang minatnya kurang, dan kelas IV C 25 siswa ada 10 anak yang minat belajarnya kurang. Hasil penelitian pendahuluan juga mengamati bahwa belajar masih banyak guru yang menjelaskan dan siswa mendengarkan guru berbicara. Siswa cenderung duduk diam di bangkunya dan mendengarkan guru menjelaskan materi pokoknya dan yang terjadi adalah siswa bosan di kelas dan malas untuk mengikuti proses belajar.

Penelitian pendahuluan di Sekolah Dasar Negeri 2 Labuhan Ratu Bandar Lampung di kelas IV juga mendapatkan data mengenai hasil belajar siswa selama 1 semester.

Tabel 1.1 Data Nilai UAS Siswa Kelas IV Semester 1 Sekolah Dasar Negeri 2 Labuhan Ratu Bandar Lampung

No Nilai IVA IVB IVC Frek Persentase Ket

1 87-97 0 0 2 2 2,94% Tuntas

2 76-86 1 2 13 16 23,53% Tuntas

3 65-75 3 8 8 19 27,94% Tuntas

4 54-64 14 8 2 24 35,29% Tidak Tuntas

5 43-53 2 1 0 3 4,41% Tidak Tuntas

6 32-42 3 1 0 4 5,88% Tidak Tuntas

7 21-31 0 0 0 0 0% Tidak Tuntas

8 10-20 0 0 0 0 0% Tidak Tuntas

Jumlah 23 20 25 68 100%

Sumber: Wali Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Labuhan Ratu Bandar Lampung


(26)

8

Tabel di atas diketahui hasil belajar siswa kelas IV di sekolah Dasar Negeri 2 Labuhan Ratu Bandar Lampung masih tergolong cukup rendah. Berdasarkan KKM yang ada, yakni sebesar 65, siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM ada sebanyak 31 siswa, 19 dari siswa kelas IVA, 10 siswa dari kelas IVB dan 2 siswa dari kelas IVC.

Menurut Djamarah (2002: 141) Rendahnya hasil belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

Faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang terjadi dalam diri siswa sendiri, misalnya minat belajar, disiplin, kecerdasan, sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang terjadi dari luar diri seperti sarana dan prasarana belajar, lingkungan, dan guru dimana semua faktor tersebut saling mendukung pencapaian hasil belajar siswa yang optimal.

Berdasarkan perolehan hasil belajar siswa yang masih tergolong dalam kategori rendah, guru harus mulai mengubah gaya belajar di kelas. Proses belajar yang membosankan diubah menjadi belajar yang lebih menyenangkan, dan guru harus lebih kreatif dalam penggunaan model-model belajar, terutama model belajar yang membuat siswa lebih aktif dan mandiri dalam proses belajar.

Model problem based learning merupakan masalah menuntut penjelasan atas sebuah fenomena. Model problem based learning juga berbeda dengan masalah dalam penugasan. Penugasan dalam model problem based learning


(27)

tertentu yang ditugasakan untuknya. Amir (2013: 24), menyatakan dalam model problem based learning terdapat tujuh langkah yang harus dilakukan yaitu :

(1) mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas, (2) merumuskan masalah, (3) menganalisis masalah, (4) menata gagasan dan secara sistematis menganalisisnya dengan dalam, (5) memformulasikan tujuan belajar, (6) mencari informasi tambahan dari sumber yang lain, (7) menggabungkan dan menguji informasi baru, dan membuat laporan untuk dosen/kelas.

Ketujuh langkah tersebut dapat berlangsung dalam tiga kali pertemuan kelompok. Pertemuan pertama guru lebih banyak memfasilitasi untuk mencapai tahap 1-5, kemudian pada pertemuan kedua siswa lebih bekerja mandiri untuk mencapai tahap 6-7, kemudian pertemuan ketiga siswa mempresentasikan hasil kerjanya. Langkah-langkah ini bagus untuk diterapkan dalam proses belajar karena jelas dalam tahap-tahapnya.

Model problem based learning dikembangkan karena membangun pemikiran yang bersifat konstruktif, meningkatkan minat dan motivasi dalam proses belajar mengajar, sehingga hal ini mampu membuat minat belajar siswa meningkat, dan tidak ada lagi anggapan bagi siswa bahwa belajar itu guru yang lebih aktif dan siswa hanya menjadi seorang pendengar saja. Diharapkan dengan minat belajar siswa yang tinggi berpengaruh juga terhadap hasil belajar siswa menjadi tinggi pula. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian di Sekolah Dasar Negeri 2 Labuhan Ratu Bandar Lampung untuk


(28)

10

Learning dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV Sekolah

Dasar Negeri 2 Labuhan Ratu Bandar Lampung”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, indentifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Belajar siswa menggunakan model problem based learning sudah diterapkan, namun siswa belum cukup memahami proses belajar tersebut. 2. Guru belum cukup memahami modelproblem based learning.

3. Minat belajar siswa masih rendah.

4. Hasil belajar siswa rata-rata masih di bawah KKM. 5. Guru masih banyak menjelaskan dalam proses belajar

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka penelitian ini membatasi pada masalah pengaruh belajar siswa menggunakan model

problem based learning dan minat belajar terhadap hasil belajar siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Labuhan Ratu Bandar Lampung.


(29)

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Apakah ada pengaruh belajar siswa menggunakan model problem based learning terhadap hasil belajar siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Labuhan Ratu Bandar Lampung.

2. Apakah ada pengaruh minat belajar siswa terhadap hasil belajar siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Labuhan Ratu Bandar Lampung.

3. Apakah ada pengaruh belajar siswa menggunakan model problem based learning dan minat belajar siswa secara bersama-sama terhadap hasil belajar siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Labuhan Ratu Bandar Lampung.

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian untuk:

1. Mengetahui pengaruh belajar siswa menggunakan model problem based learning terhadap hasil belajar siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Labuhan Ratu Bandar Lampung.

2. Mengetahui pengaruh minat belajar terhadap hasil belajar siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Labuhan Ratu Bandar Lampung.

3. Mengetahui pengaruh belajar siswa menggunakan model problem based learning dan minat belajar secara bersama-sama terhadap hasil belajar siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Labuhan Ratu Bandar Lampung.


(30)

12

1.6 Kegunaan Penelitian

Adapun penelitian ini dibuat gunanya untuk: 1. Bagi siswa:

a. Sebagai pengetahuan baru tentang modelproblem based learning. b. Siswa mampu belajar berpikir kritis, memecahkan permasalahan yang

memiliki konteks dalam dunia nyata, semakin aktif dalam proses belajar.

c. Minat siswa dalam belajar semakin tinggi dan selalu memiliki kemauan untuk belajar.

2. Bagi guru:

a. Menginformasikan guru dalam proses belajar dengan menggunakan model problem based learning yang dapat diterapkan untuk meningkatkan minat belajar siswa, sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa yang tinggi.

b. Memberikan pemahaman kepada guru tentang model berbasis masalah untuk dapat diterapkan sesuai dengan kurikulum.

c. Sebagai inovasi untuk lebih kreatif dalam menggunakan model-model belajar terutama modelproblem based learning.

3. Bagi peneliti lain:

a. Sebagai tambahan referensi bagi peneliti-peneliti lain. 4. Bagi institusi pendidikan:


(31)

1.7 Ruang Lingkup Penelitian

Cakupan dari ruang lingkup penelitian ini adalah: 1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV di Sekolah Dasar Negeri 2 Labuhan Ratu Bandar Lampung

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah 1) belajar siswa menggunakan modelproblem based learning2) minat belajar 3) hasil belajar siswa

3. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 2 Labuhan Ratu Bandar Lampung

4. Waktu Penelitian


(32)

14

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Siswa

Siswa atau anak didik adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses mengajar, dalam proses belajar-mengajar, siswa sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara optimal. Siswa akan menjadi faktor penentu, sehingga dapat mempengaruhi segala sesuatu yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia pengertian siswa berarti orang, anak yang sedang berguru (belajar, bersekolah). Sedangkan menurut pasal 1 ayat 4 UU RI No. 20 tahun 2013. Mengenai sistem pendidikan nasional, dimana siswa adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan diri mereka melalui proses pendidikan pada jalur dan jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa siswa adalah anak yang bersekolah untuk mengembangkan diri mereka.


(33)

2.2 Model Belajar

2.2.1 Pengertian Model Belajar

Model belajar adalah suatu pola atau rancangan dalam proses belajar untuk membuat siswa menjadi lebih tertarik dalam belajar. Menurut Joyce & Weil dalam Rusman (2012: 133) model belajar adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum, merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing proses belajar di kelas. Sedangkan menurut Suprijono (2014: 46) model belajar adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan proses belajar di kelas maupun tutorial. Pendapat lain dari Arends dalam Trianto (2010: 51) model belajar adalah pendekatan belajar yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan belajar, lingkungan belajar, pengelolaan kelas, dan meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa model belajar adalah suatu pola dalam merancang proses belajar yang sesuai dengan tujuan dan materi.

2.2.2 Ciri-Ciri Model Belajar

Model belajar yang efektif adalah yang sesuai dengan karakteristik dan tujuan belajar yang ingin dicapai. Salah satu ciri model belajar yang efektif adalah model belajar yang melibatkan siswa secara aktif dalam


(34)

16

proses belajar. Menurut pendapat Rusman (2012: 145) model belajar memiliki ciri-ciri, sebagai berikut:

1) Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu.

2) Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu.

3) Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas.

4) Memiliki bagian-bagian model.

Model belajar mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk didalamnya, tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan belajar, lingkungan belajar, dan pengelolaan kelas. Istilah model belajar mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi, metode, atau prosedur. Menurut Kardi dan Nur dalam Trianto (2011: 54) model belajar memiliki empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode, atau prosedur. Ciri-ciri tersebut ialah:

(1) rasional teoritis logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya; (2) landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai); (3) tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil; (4) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan belajar itu dapat tercapai Menurut Ismail dalam Widdiharto (2004: 3) menyebutkan bahwa istilah model belajar mempunyai empat ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode tertentu, karakteristik model belajar yang dimaksud yaitu:


(35)

1) Rasional teoritik yang logis yang disusun oleh penciptanya 2) Tujuan pembelajaran yang hendak dicapai

3) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut berhasil.

4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan belajar tercapai

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih model belajar yang efektif. Karakteristik tersebut adalah sesuai dengan teori pendidikan, sesuai dengan tujuan belajar, dan dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar.

2.3 ModelProblem Based Learning

2.3.1 Pengertian ModelProblem Based Learning

Model problem based learning merupakan model yang sesuai diterapkan dalam kurikulum 2013. Model berbasis masalah memiliki desain yang mampu untuk menumbuhkan kemampuan siswa untuk mandiri, berpikir kritis, dan kreatif pada kurikulum 2013. Belajar berbasis masalah saat ini telah banyak diterapkan di sekolah-sekolah.

Menurut Dewey dalam Sudjana (2001: 19) belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus degan respons, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Menurut Amir (2013: 23) model problem based learning adalah informasi tertulis yang berupa masalah diberikan sebelum kelas dimulai. Penerapan


(36)

18

model berbasis masalah menuntut kesiapan dari pihak guru yang berperan sebagai fasilitator dan sekaligus sebagai pembimbing. Sedangkan menurut Tan dalam Rusman (2012: 229) belajar berbasis masalah merupakan:

Inovasi dalam belajar karena dalam belajar berbasis masalah kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa model problem based learning adalah model belajar yang menuntut siswa untuk bekerja mandiri, berpikir kritis dan kreatif dalam suatu pemecahan masalah.

2.3.2 Ciri-Ciri ModelProblem Based Learning

Model berbasis masalah dinilai efektif untuk proses belajar mengajar. Guru dalam penerapan model ini, dituntut dapat memahami secara utuh dari setiap bagian dan konsep belajar berbasis masalah. Menurut Tan, Wee & Kek dalam Amir (2013: 12) ciri-ciri modelproblem based learningseperti:

Belajar dimulai dengan pemberian masalah, biasanya masalah memiliki konteks dengan dunia nyata, pemelajar secara berkelompok aktif merumuskan masalah dan mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan mereka, mempelajari dan mencari

sendiri materi yang terkait dengan ‘masalah’, dan melaporkan solusi dari ‘masalah’. Pendidik lebih banyak memfasilitasi.


(37)

Menurut Sudjna (2001: 19) ciri-ciri belajar berdasarkan masalah adalah:

1) Berfokus pada keterkaitan antar disiplin 2) Penyelidikan autentik

3) Menghasilkan produk dan memamerkan proses belajar berdasarkan masalah

4) Kolaborasi

Sedangkan menurut Rusman (2012: 231) karakteristik belajar berbasis masalah adalah sebagai berikut:

1) Permasalahan menjadistarting pointdalam belajar;

2) Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata;

3) Permasalahan menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap, dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar; 4) Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama;

5) Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif; 6) PBM melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan

proses belajar.

Menurut pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri model problem based learningadalah belajar dengan pemberian suatu masalah, masalah yang ada merupakan masalah nyata, siswa dituntut belajar mandiri dan mampu berpikir kritis.

2.3.3 Langkah-Langkah ModelProblem Based Learning

Kurikulum belajar berbasis masalah membantu untuk meningkatkan perkembangan keterampilan belajar sepanjang hayat dalam pola pikir yang terbuka, reflektif, kritis, dan aktif. Kurikulum belajar berbasis


(38)

20

masalah memfasilitasi keberhasilan memecahkan masalah, komunikasi, kerja kelompok dan keterampilan interpersonal dengan lebih baik dibanding pendekatan yang lain. Menurut Suprijono (2014: 72) hasil belajar dari belajar berbasis masalah adalah siswa memiliki keterampilan penyelidikan. Siswa mempunyai keterampilan mengatasi masalah. Siswa mempunyai kemampuan mempelajari peran orang dewasa. Siswa dapat menjadi pembelajar yang mandiri.

Alur proses belajar berbasis masalah menurut Sanjaya dalam Darwanti (2014: 71) dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.1 Prosedur Pelaksanaan ModelProblem Based Learning

Maksud dari gambar di atas adalah pertama-tama pembelajaran dengan pemberian masalah, kemudian siswa menemukan ide, kemudian dari ide yang didapat, siswa memiliki pengetahuan yang berkaitan dengan masalah pembelajaran kemudian siswa melakuakan sebuah tindakan.


(39)

Berdasarkan pendapat Suprijono (2014: 73) model problem based learningdalam kurikulum 2013 memiliki beberapa tahapan, yaitu:

(1) orientasi siswa terhadap masalah, (2) mengorganisasikan siswa, (3) membimbing penyelidikan individu dan kelompok, (4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan (5) menganalisis dan mengevaluasi pemecahan masalah.

Tahap-tahap tersebut diciptakan agar hasil belajar dengan pengembangan berbasis masalah dapat diwujudkan. Ibrahim dan Nur (2000:13) mengemukakan langkah-langkah (sintaks) belajar berbasis masalah adalah sebagai berikut.

Tabel 2.1 Langkah-Langkah Belajar Berbasis Masalah

Fase Indikator Tingkah Laku Siswa

1 Orientasi siswa pada masalah

Mengerti tujuan belajar, mengerti logistik yang diperlukan, dan siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah

2 Mengorganisasi siswa untuk belajar

Siswa mendefinisikan dan

mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut 3 Pengalaman individual/

kelompok

Siswa mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah

4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya

5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Siswa melakukan refleksi atau

evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan Sumber: Ibrahim dan Nur (2000: 13)


(40)

22

Kelima langkah tersebut memiliki perannya masing-masing. Langkah pertama, siswa melakukan penelitian berbagai permasalahan penting, didorong untuk melontarkan ide-idenya, dan mampu mengemukakan pendapat. Langkah kedua, siswa dan guru saling berkolaborasi untuk memecahkan masalah secara bersama-sama. Langkah ketiga, guru membantu siswa menentukan metode penelitian untuk dicari solusinya. Langkah keempat, siswa mempresentasikan atau mendemonstrasikan hasil karya penelitian. Langkah kelima, guru membantu siswa untuk mengevaluasi hasil berpikir mereka sendiri.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah model problem based learning adalah dimulai dari siswa memperkenalkan materi dengan situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa.

2.3.4 Kelebihan ModelProblem Based Learning

Belajar yang efektif adalah belajar yang menggunakan model belajar. Berikut adalah kelebihan model problem based learning menurut Sanjaya (2007: 219), yaitu:

1) Menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.

2) Meningkatkan motivasi dan aktivitas belajar siswa.

3) Membantu siswa dalam mentrnsfer pengetahuan siswa untuk memahami masalah dunia nyata sehingga hasil belajar yang dicapai meningkat.

4) Membantu siswa mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.


(41)

5) Mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis. 6) Mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus

belajar.

Sedangkan menurut pendapat Mustaji (2005: 33) keunggulan dari model problem based learningadalah:

1) Proses belajar lebih memahami konsep yang diajarkan sebab mereka sendiri yang menemukan konsep tersebut.

2) Melibatkan secara aktif memecahkan masalah dan menuntut keterampilan berpikir yang lebih tinggi.

3) Pengetahuan tertanam berdasarkan skema yang dimiliki siswa sehingga lebih bermakna.

4) Siswa dapat merasakan manfaat belajar sebab masalah-masalah yang diselesaikan langsung dikaitkan dengan kehidupan nyata.

5) Menjadikan siswa lebih mandiri dan lebih dewasa.

6) Pengkondisian siswa dalam belajar kelompok yang saling berinteraksi terhadap belajar dan kelompoknya, sehingga pencapaian ketuntasan belajar siswa dapat diharapkan.

Lain halnya menurut Muiz (2012: 5) belajar berbasis masalah memiliki beberapa kelebihan yaitu:

1) Siswa didorong untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah dalam situasi nyata.

2) Siswa memiliki kemampuan membangun pengetahuannya sendiri melalui aktivitas belajar.

3) Belajar berfokus pada masalah.

4) Terjadi aktivitas ilmiah pada siswa melalui kerja kelompok. 5) Siswa terbiasa menggunakan sumber-sumber pengetahuan

baik dari perpustakaan, internet, wawancara dan observasi. 6) Siswa memiliki kemampuan menilai kemajuan belajarnya

sendiri.

7) Siswa memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi ilmiah dalam kegiatan diskusi atau presentasi hasil pekerjaan mereka.

8) Kesulitan belajar siswa secara individual dapat diatasi melalui kerja kelompok dalam bentukpeer teaching.


(42)

24

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kelebihan dari model problem based learning yaitu, proses belajar berpusat pada siswa, siswa lebih didorong untuk bekerja mandiri dengan menemukan masalahnya sendiri, siswa terbiasa untuk bekerja sama dalam kelompok, siswa makin termotivasi untuk terus belajar, dan siswa lebih aktif dalam proses belajar

.

2.3.5 Kelemahan ModelProblem Based Learning

Sebelumnya sudah dibahas mengenai kelebihan model problem based learning, tentu kurang lengkap jika tidak membahas kelemahan model

problem based learning. Menurut pendapat dari Nur (2008: 35) kelemahan dari modelproblem based learningadalah:

1) Jumlah waktu yang dibutuhkan untuk implementasi terbatas

2) Perumusan masalah yang terbatas, sehingga siswa hanya mempelajari sedikit permasalahan.

Pendapat lain dari Sanjaya (2007: 220) kelemahan model problem based learningadalah:

1) Siswa tidak memiliki kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka enggan untuk mecoba.

2) Memerlukan waktu yang panjang dibanding model pembelajaran yang lain.

Sedangkan menurut Muiz (2012: 5) kekurangan model problem based learningadalah:


(43)

1) Belajar berbasis masalah tidak dapat diterapkan untuk setiap materi pelajaran, guru berperan aktif dalam menyajikan materi.

2) Kelas yang memiliki tingkat keragaman yang tinggi akan terjadi kesulitan dalam pembagian tugas.

3) Membutuhkan waktu yang panjang.

4) Membutuhkan kemampuan guru yang mampu mendorong kerja siswa dalam kelompok secara efektif.

Kesimpulan yang dapat diambil dari pendapat para ahli di atas, kelemahan model problem based learning adalah waktu yang dibutuhkan untuk proses belajar lebih lama dan terkadang ada siswa yang berpikir bahwa masalah tersebut sulit dipecahkan.

Berdasarkan kelebihan dan kelemahan model problem based learning

di atas, alasan peneliti untuk menulis judul ini adalah untuk mendorong siswa sejak dini agar terbiasa berpikir kritis dalam memecahkan suatu permasalahan dan melihat dari sisi kelemahan yang ada, hal ini merupakan tantangan bagi peneliti sebagai calon guru, untuk bisa menjadi guru yang lebih kreatif dalam memilih model pembelajaran.

2.4 Belajar

2.4.1 Pengertian Belajar

Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Ada proses


(44)

26

mental yang aktif dalam kegiatan belajar. Orang yang belajar makin lama makin dapat mengerti akan hubungan-hubungan dan perbedaan bahan-bahan yang dipelajari, dan setingkat dapat membuat suatu bentuk yang mula-mula belum ada, atau memperbaiki bentuk-bentuk yang telah ada.

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia karangan Poerwadarminta (2003) belajar adalah berusaha untuk memperoleh ilmu atau menguasai suatu keterampilan. Sedangakan menurut James O. Whittaker dalam Djamarah (2011: 12) merumuskan belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.

Belajar akan membawa perubahan pada diri individu yang belajar. perubahan terjadi tidak hanya pada aspek intelektual namun juga pada aspek kecakapan dan keterampilan individu. Menurut Suryabrata dalam Khodijah (2014: 47) Belajar merupakan:

Suatu proses yang berlangsung sepanjang hayat. Hampir semua kecakapan, keterampilan, pengetahuan, kebiasaan, kegemaran, dan sikap manusia terbentuk, dimodifikasi dan berkembang karena belajar. Dengan demikian, belajar merupakan proses penting yang terjadi dalam kehidupan setiap orang.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses untuk memperoleh pengetahuan,


(45)

keterampilan, dan seseorang dikatakan berhasil dalam belajar apabila mengalami perubahan dalam bertingkah laku.

2.4.2 Tujuan Belajar

Seseorang belajar karena mempunyai alasan, yaitu ingin memperoleh ilmu pengetahuan, selain itu seseorang belajar karena ingin memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Menurut Bloom tujuan belajar dibagi kedalam tiga domain, yaitu domain kognitif, domain afektif, dan domain psikomotorik. Suprijono (2014: 5) berpendapat bahwa tujuan belajar ada dua, yaitu:

Tujuan belajar yang eksplisit lazim disebut instructional effects

dan tujuan belajar sebagai hasil lazim disebut nurturant effects. Tujuan belajar yang eksplisit diusahakan untuk dicapai dengan tindakan instruksional, biasa berbentuk pengetahuan dan keterampilan, sedangkan, tujuan belajar sebagai hasil yang menyertai tujuan belajar instruksional bentuknya berupa, kemampuan berpikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan demokratis, menerima orang lain. Tujuan ini merupakan konsekuensi logis dari siswa menghidupi suatu sistem lingkungan belajar tertentu.

Sedangakan tujuan belajar secara khusus dalam kurikulum 2013 adalah menghasilkan siswa yang mampu berpikir kritis dan mandiri, sehingga nantinya siswa akan terbiasa dengan segala permasalahan yang ada, selain itu dalam kurikulum 2013 tujuan belajar tidak hanya mencakup pada aspek kognitif saja, tetapi juga aspek afektif dan psikomotorik. Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2013) kompetensi inti merupakan:


(46)

28

Terjemahan atau operasionalisasi Standar Kompetensi Lulusan dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki oleh siswa yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu, gambaran mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang harus dipelajari siswa untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait yaitu: (1) Kompetensi Inti 1 (berkenaan dengan sikap keagamaan), (2) Kompetensi Inti 2 (sikap sosial), (3) Kompetensi Inti 3 (pengetahuan), dan (4) Kompetensi Inti 4 (penerapan pengetahuan).

Keempat kelompok tersebut menjadi acuan dari kompetensi dasar dan harus dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran secara integratif. Kompetensi yang berkenaan dengan sikap keagamaan dan sosial dikembangkan secara tidak langsung (indirect teaching) yaitu pada waktu siswa belajar tentang pengetahuan (kompetensi inti 3) dan penerapan pengetahuan (kompetensi inti 4).

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan belajar ada dua, yaitu secara umum dan secara khusus. Secara umum tujuan belajar untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan nilai, sedangkan secara khusus diterapkan dalam kurikulum 2013 untuk mencapai aspek kognitif, afektif dan psikomorik yang diimplementasikan dalam KI 1, KI 2, KI 3, dan KI 4.


(47)

2.5 Minat Belajar

2.5.1 Pengertian Minat

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Salah satu faktor internal adalah minat.

Menurut kamus lengkap Bahasa Indonesia karangan Poerwadarminta (2003) minat adalah keinginan yang kuat, gairah, kecenderungan hati yang sangat tinggi terhadap sesuatu. Sedangkan menurut Slameto (2010: 180) minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Pendapat lain dari Djamarah (2011: 166) minat adalah:

Kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas. Seseorang yang berminat terhadap suatu aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa senang. Dengan kata lain, minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa minat adalah suatu kesenangan, rasa lebih suka ataupun kecenderungan untuk mengenang pada suatu kegiatan tertentu dan minat merupakan suatu penentu dalam keberhasilan seseorang.


(48)

30

2.5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat

Kurikulum 2013 yakni mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik dari diri siswa. Seorang guru dituntut dapat meningkatkan minat dan daya serap secara potensial dari peserta didik, melalui pengenalan kompetensi, sifat dan gaya belajar siswa. Minat sebagai pendorong proses belajar seseorang tidak muncul tiba-tiba dengan sendirinya. Menurut Slameto (2010: 180) faktor pembangkit minat adalah:

1) Menggunakan minat siswa yang telah ada.

2) Pengajar berusaha membentuk minat baru pada diri siswa. 3) Pemberian insentif, alat untuk membujuk siswa.

Menurut Wina Sanjaya dalam http://fikri-yogi.blogspot.com (1/02/2015 pukul 01.41 WIB) faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar adalah: (1) motivasi, (2) adanya keinginan belajar (3) bahan pelajaran dan sikap guru, (4) keluarga, (5) teman pergaulan, (6) lingkungan, (7) cita-cita, (8) bakat, (9) hobi, dan (10) sarana dan prasarana.

Pendapat lain dari Singgih Gunarsa dalam Budiarti (2011:13) ada beberapa faktor yang mempengaruhi minat, yaitu:


(49)

1) Minat dapat timbul dari situasi belajar. Situasi belajar dan pengajaran yang menarik harus memperhatikan dan mempertimbangkan minat pribadi siswa. Mereka diberi kesempatan untuk dapat giat sendiri, dan bebas berpartisipasi secara aktif.

2) Minat dapat juga dipupuk melalui belajar. Semakin sering belajar dan bertambah pengetahuan, minat akan timbul dan bahkan menggiatkan untuk mengenali dan mempelajarinya. 3) Bahan pelajaran. Bahan pelajaran sangat mempengaruhi minat

siswa, apabila bahan tidak menarik maka siswa juga tidak memmpunyai niat untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut, oleh karena itu perlu disiapkan bahan pelajaran yang sekiranya menarik minat siswa dan mudah untuk dipelajari. 4) Pelajaran dan sikap guru. Bagi siswa pelajaran yang menarik

adalah pelajaran yang ada kaitannya dengan kehidupan nyata yang ada di sekitarnya. Bahkan sikap guru dalam mengajar juga sangat berperan dalam minat belajar siswa, guru yang mampu menciptakan suasana menyenangkan akan menarik minat siswa dalam proses pembelajaran.

5) Cita-cita. Siswa yang memiliki cita-cita, maka minat belajarnya akan lebih daripada siswa lain yang tidak mempunyai atau belum berpikir akan cita-cita.

6) Keluarga (orang tua). Orang tua merupakan orang yang paling terdekat untuk menjalin hubungan. Oleh karena itu, keluarga sangat besar pengaruhnya dalam menentukan minat belajar siswa.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan secara garis besar faktor yang mempengaruhi minat ada dua, yaitu faktor dari dalam diri sendiri (internal) dan faktor dari luar diri (eksternal). Faktor internal yaitu perasaan senang, perasaan tertarik, niat, rajin, motivasi, dan perhatian, sedangkan faktor eksternal yaitu orang tua, guru, teman sepergaulan, fasilitas sekolah, dan media massa. Kedua faktor tersebut saling berkesinambungan dan berpengaruh terhadap minat siswa.


(50)

32

2.5.3 Minat Belajar dan Hasil Belajar

Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya karena tidak ada daya tarik baginya.

Menurut Shaffat, (2009: 47) minat merupakan faktor yang sangat menentukan dalam keberhasilan belajar seseorang. Pendapat dari John (2011: 204) minat terkini dalam motivasi di sekolah telah didorong oleh prespektif kognitif dan penekanan pada pengungkapan proses-proses paling penting yang terlibat dalam prestasi siswa.

Minat belajar berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Siswa yang memiliki minat tinggi dalam belajar akan semakin memperoleh hasil belajar yang tinggi. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Slameto (2010: 57) semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, maka akan semakin besar minat. Pendapat lain dari Djamarah (2011: 166) minat besar pengarunya terhadap aktivitas belajar.

Menurut pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa proses belajar akan berjalan lancar bila disertai minat. Minat merupakan alat motivasi yang utama yang dapat membangkitkan kegairahan belajar siswa dalam rentangan waktu tertentu. Oleh karena itu, guru perlu membangkitkan minat siswa agar pelajaran yang diberikan mudah dipahami oleh siswa.


(51)

2.6 Hasil Belajar

2.6.1 Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu,“hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku individu yang belajar. Menurut Purwanto (2013: 34) hasil belajar merupakan perubahan perilaku siswa akibat belajar. Perubahan itu diupayakan dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan. Sudjana (2008: 22) berpendapat bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Sedangkan menurut Suprijono (2014: 5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku atau tingkah laku siswa akibat belajar. Perubahan perilaku yang terjadi adalah secara keseluruhan bukan hanya satu aspek saja, namun dalam penelitian ini hanya dibatasi pada ranah kognitif saja.


(52)

34

2.6.2 Hasil Belajar pada Ranah Kognitif

Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Hasil belajar siswa dalam penelitian ini menggunakan nilai hasil ujian akhir sekolah (UAS). Oleh karena itu, data dari hasil belajar siswa adalah data dokumentasi guru.

2.7 Penelitian yang Relevan

Penelitian ini sebelumnya pernah diteliti oleh peneliti-peneliti lain. Oleh karena itu dalam pembahasan ini dicantumkan penelitian yang relevan, dan sebagai berikut.

1. Penelitian yang dilakukan oleh Prametasari, Merinda Dian “Efektifitas Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning-PBL) Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V di SD Gugus Hasanudin Salatiga Semester II Tahun Ajaran 2011/2012”, pada tahun

2012

2. Penelitian yang dilakukan oleh Sardini dengan judul penelitian “Pengaruh

Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas XI

IPS MAN Pontianak”, pada tahun 2013.

Berdasarkan beberapa penelitian relevan di atas, belum ada yang meneliti pengaruh belajar siswa menggunakan model problem based learning dan minat belajar terhadap hasil belajar.


(53)

2.8 Kerangka Pikir

Proses belajar mengajar akan lebih efektif apabila terjadi hubungan timbal balik antara guru dengan siswa. Hal ini akan menjadikan siswa semakin menyukai proses belajar dan juga siswa dapat lebih aktif dalam mengikuti aktivitas belajar. Proses belajar akan lebih menyenangkan apabila bervariasi, sehingga siswa tidak merasa bosan.

Proses belajar tidak dapat terlepas dari model pembelajaran. Salah satu model belajar adalah model problem based learning. Penerapan model belajar ini adalah memecahkan permasalahan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan masalah nyata, hal ini membiasakan siswa dengan situasi sehari-hari yang dialami. Penggunaan model problem based learning ini guru melatih siswa untuk mandiri, siswa mampu memahami permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dan sekaligus mampu memecahkannya dalam sudut pandang yang berbeda.

Model problem based learning lebih berpusat kepada siswa dan guru hanya sebagai fasilitator. Penggunaan model problem based learningkreativitas dan kemandirian siswa sangat dibutuhkan, sehingga siswa harus memiliki keberanian dalam bertanya. Guru harus memperhatikan lingkungan belajar dalam belajarproblem based learning, lingkungan yang memungkinkan siswa untuk dapat terbuka dalam bertukar pikiran dan informasi.


(54)

36

Mengingat minat dari diri sendiri juga sangat berpengaruh terhadap ketertarikan belajar. Guru juga berperan untuk mendorong minat siswa agar semakin meningkat dan membuat siswa aktif dalam belajar. Guru disini bukan hanya mengajar saja, tetapi juga sebagai orang tua siswa di sekolah, fasilitator, pengarah belajar, narasumber informasi, pengelola belajar. Minat juga berpengaruh terhadap hasil belajar. Hasil belajar dalam penelitian ini dibatasi pada ranah kognitif, yaitu meliputi mengingat, mengerti, menerapkan, menganalisa, evaluasi, dan menciptakan.

Gambar 2.2 Pengaruh variabel Belajar Siswa Menggunakan ModelProblem Based Learning(X1) dan Minat Belajar (X2) Terhadap Hasil Belajar (Y)

Keterangan:

= Garis Pengaruh 2.9 Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah, tinjauan pustaka, kerangka pikir, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Ada pengaruh belajar siswa menggunakan model problem based learning

dengan hasil belajar siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Labuhan Ratu Bandar Lampung.

X1

Belajar Siswa Menggunakan ModelProblem Based Learning

X2

Minat Belajar (Faktor Internal)

Y

Hasil Belajar (kognitif)


(55)

2. Ada pengaruh minat belajar siswa dengan hasil belajar siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Labuhan Ratu Bandar Lampung

3. Ada pengaruh belajar siswa menggunakan model problem based learning

dan minat belajar secara bersama-sama terhadap hasil belajar siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Labuhan Ratu Bandar Lampung.


(56)

38

III METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 2 Labuhan Ratu Bandar Lampung, di kelas IV. Di sekolah tersebut ada 3 kelas IV, yakni kelas IV A 23 siswa, IV B 20 siswa, dan IV C 25 siswa. Jumlah keseluruhan murid kelas IV di sekolah tersebut adalah 68 siswa. Guru kelas IV di Sekolah Dasar Negeri 2 Labuhan Ratu Bandar Lampung ada 3 guru, setiap kelas memiliki 1 guru kelas.

3.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah ex post facto dengan menggunakan teknik analisis regresi. Penelitian ex post facto adalah penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi sebelum penelitian dilaksanakan sehingga datanya sudah ada. Selain itu, penelitian ini juga digunakan untuk melihat apakah ada pengaruh belajar siswa menggunakan model problem based learning dan minat belajar terhadap hasil belajar siswa. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yakni data-data yang berupa angka dan penyelesaiannya dengan perhitungan statistik.


(57)

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi

Menurut Suharsimi Arikunto (2013: 173) Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Sedangkan menurut Sugiyono (2014: 297) populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Labuhan Ratu Bandar Lampung. Kelas empat tersebar ke dalam 3 kelas, yaitu kelas IVA 23 siswa, kelas IVB 20 siswa, dan kelas IVC 25 siswa. Jadi jumlah keseluruhan populasi adalah 68 siswa.

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sampel total atau sampel jenuh, jadi seluruh populasi dalam penelitian ini menjadi sampel.

3.4 Variabel Penelitian

Variabel penelitian menurut Sugiyono (2014: 60) adalah atribut seseorang, atau obyek, yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek lain.


(58)

40

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua macam yaitu, variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen).

1. Variabel bebas (independen) dilambangkan dengan simbol X. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (dependen) menurut Sugiyono (2012: 4). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah belajar siswa dengan menggunakan model problem based learning (X1) dan minat belajar (X2).

2. Variabel terikat (dependen) dilambangkan dengan simbol Y. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas menurut Sugiyono (2012:4). Variabel terikat dalam penelitian ini yang adalah hasil belajar siswa (Y).

3.5 Definisi Variabel

3.5.1 Definisi Konseptual

Definisi konseptual adalah penarikan batasan yang menjelaskan suatu konsep secara singkat, jelas dan tegas. Definisi konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Menurut Dewey dalam Sudjana (2001: 19) belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus degan respons, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan.

2) Minat belajar menurut Djamarah (2011: 166) adalah Kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan


(59)

mengenang beberapa aktivitas. Seseorang yang berminat terhadap suatu aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa senang. Dengan kata lain, minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.

3) Hasil belajar menurut Sudjana (2008: 22) adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

3.5.2 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan pada suatu variabel dengan cara memberikan arti menspesifikasikan kegiatan untuk mengukur variabel tertentu. Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Belajar siswa dengan menggunakan modelproblem based learning

meliputi:

a. Orientasi siswa pada masalah, b. Pengalaman individu siswa, c. Pengalaman kelompok siswa, d. Menyajikan hasil karya siswa,

e. Menganalisis proses pemecahan masalah, dan f. Mengevaluasi proses pemecahan masalah.

2) Minat belajar, dalam penelitian ini meneliti minat dari dalam diri siswa. Meliputi:


(60)

42

a. Rasa senang, b. Rasa tertarik, c. Rajin, dan d. Perhatian.

3) Hasil belajar menggunakan dokumentasi dari guru, yakni nilai UAS.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, yaitu: 3.6.1 Observasi

Teknik observasi dalam penelitian ini merupakan data primer, dilakukan selama proses penelitian pendahuluan untuk melihat kondisi sekolah dan pengamatan secara langsung proses belajar di Sekolah Dasar Negeri 2 Labuhan Ratu Bandar Lampung.

3.6.2 Angket

Angket dalam penelitian ini merupakan data primer, digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai minat siswa dalam belajar. Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket langsung dan tertutup dengan bentuk pilihan ganda dengan jawaban yang telah tersedia dan responden tinggal memilih salah satu jawaban yang menurut responden tepat. Skala yang digunakan angket penelitian ini adalah skala Guttman, yaitu jawaban yang bersifat tegas dan konsisten.


(61)

3.6.3 Dokumentasi

Dokumentasi dalam penelitian ini merupakan data sekunder, digunakan untuk melihat nilai siswa kelas IV sekolah dasar negeri 2 Labuhan Ratu Bandar Lampung sebelum menggunakan model

problem based learning.

3.7 Uji Instrumen

3.7.1 Uji Validitas Lembar Observasi

Uji validitas instrumen observasi belajar siswa menggunakan model

problem based learningdalam penelitian ini menggunakan uji validitas konten, yaitu pengujian dengan menggunakan pendapat para ahli dan dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan instrumen yang telah ditetapkan.

3.7.2 Uji Reliabilitas Lembar Observasi

Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan teknik Alfa Cronbach. Menurut Sugiyono (2010: 365), rumus yang digunakan yaitu:

Keterangan:

ri = reliabilitas instrumen k = mean kuadrat antar sbyek

= mean kuadrat kesalahan = varians total


(62)

44

Pengujian reliabilitas menggunakan kriteria > 0,05, artinya jika > 0,05, maka instrumen penelitian dinyatakan reliabel (sahih). Berikut adalah tabel klasifikasi kehandalan nilai reliabilitas:

Tabel 3.1 Klasifikasi Nilai Reliabilitas

Nilai Reliabilitas Kategori

0,00-0,20 Sangat Rendah

0,21-0,40 Rendah

0,41-0,60 Sedang

0,61-0,80 Tinggi

0,81-1,00 Sangat tinggi

Sumber: Arikunto (2008: 110)

3.7.3 Uji Validitas Angket

Uji validitas angket dalam penelitian ini menggunakan validitas konstruk. Validitas ini dengan menggunakan pendapat dari ahli, kemudian setelah instrumen disetujui para ahli kemudian instrumen tersebut diuji cobakan. Setelah data ditabulasikan, maka pengujian validitas konstruk dilakukan dengan analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen dengan bantuan program komputerSPSS Versi 21.0 for windows.

Menurut Siregar (2013: 77), rumus yang bisa digunakan untuk uji validitas konstruk dengan teknik korelasiproduct moment, yaitu:

r

hitung

=

keterangan:


(63)

n = jumlah responden

x = skor variabel (jawaban responden)

y = skor total dari variabel untuk responden ke-n

Apabila

r

hitunglebih besar dari

r

tabel maka instrumen tersebut valid dan layak digunakan untuk mengambil data dan sebaliknya.

3.7.4 Uji Reliabilitas Angket

Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan teknik Alfa Cronbach. Menurut Sugiyono (2010: 365), rumus yang digunakan yaitu:

Keterangan:

ri = reliabilitas instrumen k = mean kuadrat antar sbyek

= mean kuadrat kesalahan = varians total

Pengujian reliabilitas menggunakan kriteria > 0,05, artinya jika > 0,05, maka instrumen penelitian dinyatakan reliabel (sahih). Berikut adalah tabel klasifikasi kehandalan nilai reliabilitas:

Tabel 3.2 Klasifikasi Nilai Reliabilitas

Nilai Reliabilitas Kategori

0,00-0,20 Sangat Rendah

0,21-0,40 Rendah

0,41-0,60 Sedang


(64)

46

0,81-1,00 Sangat tinggi

Sumber: Arikunto (2008: 110) 3.8 Uji Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah (1) hipotesis sederhana X1 terhadap Y, yaitu ada pengaruh belajar siswa menggunakanmodel problem based learning

terhadap hasil belajar siswa. (2) Hipotesis sederhana X2 terhadap Y, yaitu ada pengaruh minat belajar terhadap hasil belajar. Oleh karena itu, uji regresi yang digunakan adalah uji regresi linier sederhan baik untuk variabel X1 terhadap Y maupun variabel X2 terhadap Y. (3) Hipotesis Ganda X1 dan X2 terhadap Y, yaitu ada pengaruh antara belajar siswa menggunakan model problem based learning dan minat belajar terhadap hasil belajar siswa. Oleh karena itu, uji regresi yang digunakan adalah uji regresi linier ganda.

Sebagai persyaratan uji regresi linier sederhana dan uji regresi linier berganda peneliti melakukan uji normalitas. Adapun uji linieritas, uji multikolonieritas, uji autokorelasi, dan uji heterokedastisitas untuk persyaratan uji regresi linier berganda.

3.8.1 Uji Normalitas

Uji normalitas adalah uji untuk mengukur apakah data yang didapatkan memiliki distribusi normal. Menurut Siregar (2013: 153) Tujuan dilakuakan uji normalitas terhadap serangkaian data adalah untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Penelitian ini menggunakan metode Kolmogrov-Smirnov. Menurut Dr.


(65)

Suliyanto dalam http:// management-unsoed.ac.id, rumus manual uji normalitas dengan formula Jarque Bera (JB Test),adalah:

Keterangan:

S = Skewness (kemencengan) distribusi data K= Kurtosis (keruncingan)

Menurut Siregar (2013: 167) kriteria pengujian diambil berdasarkan perbandingan antara Dhitungdan Dtabel, yaitu: Ho diterima, jika Dhitung< Dtabeldan Ha ditolak, jika Dhitung> Dtabel.

3.8.2 Regresi Linier Sederhana

Uji ini untuk menguji analisis pengaruh belajar siswa menggunakan model problem based learning (X1) terhadap hasil belajar (Y). Berdasarkan rumus yang dikemukakan dari Siregar (2013: 379) bahwa regresi linier sederhana sebagai berikut:

Y = a + bX1

Y = Variabel terikat

harga Y ketika X=0 (harga konstan).

angka arah atau koefisien regresi, yang didasarkan penurunan perubahan variabel independen. Bila (+) arah garis naik, dan bila (-) maka arah garis turun.

X1 = Variabel bebas (siswa belajar menggunakan belajar model

problem based learning)

Uji ini juga untuk menguji pengaruh minat belajar (X2) terhadap hasil belajar (Y), dan rumus yang digunakan adalah:


(66)

48

Keterangan:

X2 = Variabel bebas (minat belajar)

Berikut ini adalah rincian tabel interpretasi koefisien korelasi.

Tabel 3.3 Intrepretasi Koefisien Korelasi

No Koefisien Interpretasi

1. 0,000-0,199 Sangat Rendah 2. 0,200-0,399 Rendah

3. 0,400-0,599 Sedang 4. 0,600-0,799 Kuat

5. 0,800-1,000 Sangat Kuat Sumber: Sugiyono (2007)

3.8.3 Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan yang linier antara variabel bebas dengan variabel terikat. Kriteria yang digunakan untuk menyatakan linieritas garis regresi adalah menggunakan harga koefisien signifikansi dari Deviatoin from linearity dan dibandingkan dengan nilai alpha yang dipilih yaitu 0,05. Jika harga Fhitung lebih kecil dari harga Ftabel pada taraf signifikansi 5% maka terdapat hubungan linieritas antara variabel bebas dengan variabel terikat, yaitu belajar siswa menggunakan modelproblem based learning(X1) terhadap hasil belajar siswa (Y) dan minat belajar (X2) terhadap hasil belajar siswa (Y). Rumus manual uji linieritas menurut Riduwan (2011: 200) adalah sebagai berikut:


(67)

1. Menghitung jumlah kuadrat regresi:

2. Menghitung jumlah kuadrat regresi: }

3. Menghitung jumlah kuadrat residu: JKRes = EY2 JKReg [b|a]

JKReg [a]

4. Menghitung rata-rata jumlah kuadrat regresi: RJKReg [a] = JKReg [a]

5. Menghitung rata-rata jumlah kuadrat regresi: RJKReg [b|a] =

RJKReg [b|a]

6. Menghitung rata-rata jumlah kuadrat residu: 7. Menghitung jumlah kuadrat error:

8. Menghitung jumlah kuadrat tuna cocok:JKTC- JKE 9. Menghitung rata-rata jumlah kuadrat tuna cocok: 10. Menghitung rata-rata jumlah kuadrat error: 11. Mencari nilai Fhitung=

3.8.4 Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas yaitu suatu keadaan dimana variabel bebas yang satu, belajar siswa menggunakan model problem based learning (X1) berkorelasi dengan variabel bebas lainnya, minat belajar (X2) atau suatu variabel bebas yang satu, belajar siswa menggunakan model

problem based learning (X1) merupakan fungsi linier dari variabel bebas lainnya, minat belajar (X2). Menurut Ghozali (2009) dalam


(68)

50

http:// hmjepfeuns.wordpress.com/uji-asumsi-klasik/ (14 April 2015 pukul 17.46 WIB) menyatakan bahwa:

Syarat model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Adanya multikolinearitas dapat dilihat dari tolerance value atau nilai variance inflation factor

(VIF). Batas dari tolerance value mendekati angka 1 atau nilai VIF dibawah 10, maka regresi bebas dari masalah multikolinearitas.

Rumus manual yang digunakan untuk uji multikolonieritas menurut Suliyanto dalam http:// management-unsoed.ac.id menggunkan rumus sebagai berikut:

1. Mengitung nilai korelasi antar varibel bebas (r) 2. Kuadratkan nilai korelasi antar variabel bebas (r2). 3. Mengitung nilaitolenrance(Tol) dengan rumus: (1- r2). 4. Hitung nilai VIF dengan rumus:

3.8.5 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi merupakan sebagai korelasi yang terjadi di antara anggota-anggota dari serangkaian observasi yang berderetan waktu (apabila datanya time series) atau korelasi antara tempat berdekatan (apabila cross sectional). Uji ini digunakan karena objek yang diobservasi adalah siswa dalam satu kelas. Menurut Ghozali (2009) dalam http:// hmjepfeuns.wordpress.com/uji-asumsi-klasik/ (14 April 2015 pukul 18.19 WIB) uji autokorelasi bertujuan untuk:


(1)

Arch, yaitu:

e² =a+b ² +u. Cari R ²

Kalikan R ² dengan n (sampel)/ R ² x n.

3.8.7 Regresi Linier Ganda

Uji ini untuk menguji belajar siswa menggunakan model problem based learning (X1) dan minat belajar (X2) terhadap hasil belajar siswa (Y) secara bersama-sama. Berdasarkan rumus yang dikemukakan oleh Sugiyono (2012: 275) bahwa regresi linier ganda sebagai berikut:

Y = a + b1X1+ b2X2 Keterangan:

Y = Variabel terikat

harga Y ketika X=0 (harga konstan).

angka arah atau koefisien regresi, yang didasarkan penurunan perubahan variabel independen.

X1= Siswa belajar menggunakan modelproblem based learning X2= minat belajar


(2)

V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:

1) Ada pengaruh yang positif antara variabel belajar siswa menggunakan model problem based learning (X1) terhadap hasil belajar siswa (Y) di sekolah Dasar Negeri 2 Labuhan Ratu Bandar Lampung.

2) Tidak ada pengaruh antara variabel minat belajar (X2) terhadap hasil belajar (Y) siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Labuhan Ratu.

3) Ada pengaruh yang positif antara variabel belajar siswa menggunakan model problem based learning dan minat belajar terhadap hasil belajar siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Labuhan Ratu Bandar Lampung.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka saran yang dapat dikemukakan yaitu:

1) Bagi Siswa, pahami dan pelajari dengan baik model problem based learning agar siswa semakin mengetahui konsep yang diajarkan


(3)

2) Bagi guru, guru hendaknya lebih kreatif dalam memberikan materi pelajaran, misalnya pembelajaran diterapkan dengan menggunakan model pembelajaran salah satunya model pembelajaran berbasis masalah, yakni model yang diterapkan dalam kurikulum 2013.

3) Bagi peneliti lain, melihat hasil dari pengaruh dari belajar siswa menggunakan modelproblem based learninghanya sebesar 16,2% dan minat belajar hanya 1,9% dan faktor lain sebesar 90,95, peneliti lain untuk menambahkan faktor-faktor lain yang tidak diteliti oleh peneliti. 4) Bagi institusi pendidikan, perbanyak sosialisasi dan pelatihan

implementasi dalam proses belajar mengenai model belajar, terutama model problem based learning yang diterapkan dalam kurikulum 2013.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Amir, Taufiq, M. 2013. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Kencana Prenada Media Group: Jakarta

Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT Rineka Cipta: Jakarta

Budiyarti, Yeti. 2011. Minat Belajar Siswa Terhadap Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Skripsi. UIN Syarif Hidayattulah: Jakarta

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002.Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta: Jakarta Djamarah, Syaiful Bahri. 2011.Psikologi Belajar. Rineka Cipta: Jakarta

Hmjepfeuns.Uji Asumsi Klasik. (Online). (Tersedia)

http://hmjepfeuns.wordpress.com/uji-asumsi-klasik/ (14 April 2015)

Ibrahim, M, dan Nur, M. (2000). Pengajaran Berdasarkan Masalah. Universitas Negeri Surabaya: Surabaya

Jhon, Santrock. 2011.Psikologi Pendidikan. Salemba Humanika: Jakarta

Khodijah, Nyayu. 2014.Psikologi Pendidikan. PT RajaGrafindo Persada: Jakarta Mustaji, dan Sugiarso. 2005. Pembelajaran Berbasis Konstruktivistik Penerapan

Dalam Pembelajaran Berbasis Masalah. Universitas Negeri Surabaya: Surabaya

Mustaqim dan Abdul Wahid. 2010.Psikologi Pendidikan. Rineka Cipta: Jakarta Nur, Mohamad. 2008. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Universitas

Negeri Surabaya: Surabaya

Poerwadarminta. 2003.Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Balai Pustaka: Jakarta Prametasari, Merinda Dian. 2012. Efektifitas Penggunaan Model Pembelajaran


(5)

Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran (Mengembangakan Profesionalisme Guru). PT RajaGrafindo Persada: Jakarta

Sanjaya. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana: Jakarta

Sardiman. 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT RajaGrafindo Persada: Jakarta

Sardini. 2013.Pengaruh Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas XI IPS MAN Pontianak. Jurnal Program Studi Pendidikan Ekonomi. Vol. 2, No7. Juli 2013

Satiyo, Y. Kriteria Kategori Tinggi, Sedang, dan Rendah. (Online). (Tersedia). http://digilib.unila.ac.id/1787/9/BAB%20III.pdf/ (30 April 2015, Pukul 03.40 WIB)

Shaffat, Idri. 2009.Optimized Learning Strategy. Prestasi Pustaka: Jakarta

Siregar, Syofian. 2013.Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif. PT Bumi Aksara: Jakarta

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor Faktor yang Mempengaruhi. Rineka Cipta: Jakarta

Suliyanto. Uji Asumsi Klasik. Online. Tersedia. 2009 http:// management-unsoed.ac.id (23 Mei 2015, Pukul 11.30 WIB)

Sudjana, Nana. 2001.Penilaian Hasil Belajar Mengajar. PT Remaja Rosdakarya Bandung

Sudjana, Nana. 2005.Metode Statsitika. Tarsito: Bandung

Sudjana, Nana. 2008. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. PT Remaja Rosdakarya: Bandung

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Alfabeta:Bandung

Sugiyono. 2013.Stasistika untuk Penelitian. Alfabeta: Bandung

Suprijono, Agus. 2014. Cooperative Learning (Teori dan Aplikasi PAIKEM). Pustaka Pelajar: Yogyakarta


(6)

Trianto. 2010.Model Pembelajaran Terpadu. PT Bumi Aksara: Jakarta

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Widdiharto, Rahmadi. 2004. Model-Model Pembelajaran Matematika SMP. Dirjen Dikdasmen PPPG Matematika. Yogyakarta

Yogi, fikri. Pengertian, Ciri-Ciri serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar Siswa. Online. Tersedia. Feb 2014. 1 Februari 2015 http:// www.fikriyogi.blogspot.com /2014 / 01 /skripsi-dan-penelitian-pengertian-ciri_13.html