BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluaraga - Catur Lina W BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluaraga

  1. Definisi keluarga Definisi keluarga yang berorientasi tradisional, yaitu sebagi berikut: keluarga terdiri atas individu yang bergabung bersama oleh ikatan pernikahan, darah, atau adopsi dan tinggal di dalam satu rumah yang sama. Saat ini, definisi keluarga tradisional terbatas, baik dalam hal penerapannya maupun inkluvitasnya ( U. S. Bureau of the Census dalam Friedman, 2010).

  Keluarga adalah unit terkecil dalam masyrakat yang terdiri dari suami-istri atau suami-istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya. (BKKBN, 1992 dalam murwani, 2007)

  Keluarga adalah satu atau lebih individu yang tinggal bersama, sehingga mempunyai ikatan emosional dan mengembangkan dalam interelasi sosial, peran dan tugas. (Spredley & Allender, 1996 dalam Murwani, 2007)

  Jadi dari beberapa pendapat diatas dapatvdisimpulkan bahwa keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari satu atau lebih individu yang tinggal dalam satu rumah.

  8

  2. Fungsi keluarga Menurut Setyowati & Murwani (2007) fungsi keluarga yang berhubungan dengan struktur, yaitu: a. Struktur legalisasi :Masing

  • – masing keluarga mempunyai hak yang sama dalam menyampaikan pendapat (demokrasi)

  b. Struktur yang hangat, menerima, dan toleransi

  c. Struktur yang terbuka dan anggota keluarga yang terbuka : mendorong kejujuran dan kebenaran (honesty dan authenicity) d. Struktur : suka melawan dan tergantung pada peraturan

  e. Struktur yang bebas : tidak ada peraturan yang memaksa (permissiveness)

  f. Struktur yang kasar : abuse (menyiksa, sukar berteman)

  g. Suasana emosi yang dingin (isolasi, sukar berteman)

  h. disorganisasi keluarga (disfungsi individu, stress emosional) Sedangkan menurut Friedman (2010) mengidentifikasikan lima fungsi dasar keluarga, sebagai berikut: a. Fungsi afektif

  Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi keluarga berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga.

  Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif adalah:

  1. Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling mendukung antar anggota keluarga, mendapatkan kasih sayang dan dukungan dari anggota keluarga lain.

  2. Saling menghargai : bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim yang positif, maka fungsi afektif akan tercapai.

  3. Ikatan dan identifikasi, ikatan keluarga dimulai sejak pasangan sepakat memulai pasangan hidup.

  b. Fungsi sosialisasi Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosial.

  c. Fungsi reproduksi Keluarga berfungsi untuk memeruskan keturunan dan menambah sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah mempertahankan keturunan. d. Fungsi ekonomi Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan akan makanan, pakaian, dan tempat tinggal.

  e. Fungsi perawatan kesehatan Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga. Adapun tugas kesehatn keluarga adalah sebagi berikut. (Friedmann. 2010)

  1. Mengenal masalah kesehatan

  2. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat

  3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit

  4. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat

  5. Mempertahankan hubungan dengan (menggunakan) fasilitas kesehatan masyarakat.

  3. Tipe dan bentuk keluarga Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial maka tipe keluarga berkembang mengikutinya. Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan derajat kesehtan maka perawat perlu mengetahui berbagai tipe keluarga.

  Berikut merupakan tipe keluarga menurut Setyowati & Murwani (2007) :

  a. Tipe keluarga tradisional

  1. Keluarga inti, yaitu satu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri, dan anak (kandung atau angkat)

  2. Keluarga besar, yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga lain yang mempuyai hubungan darah, misal : kakek, nenek, keponakan, paman, bibi.

  3. Keluarga “Dyad”, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami dan istri tanpa anak

  4.

  “Single Parent”, yaitu suatu rumah tanggayang terdiri dari satu orang tua (ayah/ibu) dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini dapt disebabkan oleh perceraian atau kematian.

  5.

  “Single Adult”, yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri seorang dewasa. Misal: seorang yang telah dewasa kemudian tinggal kost untuk bekerja atau kuliah.

  b. Tipe keluarga non tadisional

  1. The unmarried teenege mather Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.

  2. The stepparent family Keluarga dengan orang tua tiri.

  3. Commune family Beberapa pasangan keluaga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan saudara hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama : sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok atau membesarkan anak bersama

  4. The non marital heterosexual cohibiting family Keluarga yang hidup bersama dan berganti

  • – ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.

  5. Gay and lesbian family Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagai suami istri (marital partners)

  6. Cohibiting couple Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu

  7. Group-marriage family Beberapa orang dewasamenggunakan alat

  • – alat rumah tangga bersama saling merasa sudah menikah, berbagi sesuatu termasuk sexual dan membesarkan anaknya.

  8. Group network family Keluarga inti yang dibatasi set aturan atau nilai

  • – nilai, hidup bersama atau berdekatan satu sama lainnya dan saling
menggunakan barang

  • – barang rumah tangga bersama, pelayanan, dan tanggung jawab membesarkan anaknya

  9. Foster family Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga atau saudara di dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang lainnya.

  10. Homeless family Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.

  11. Gang Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang

  • – orang muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.

  4. Tahap dan perkembangan keluarga Tahap keluarga adalah suatu interval waktu dengan struktur dan interaksi hubungan peran dalam keluarga yang berbeda secara kualitatif dan kuantitatif dari periode lain. Tahap keluarga memiliki rentan waktu yang cukup besar dan, meskipun transisi menghubungkan satu tahap ke tahap lain, terdapat pemutusan

  • – hubungan sehingga setiap tahap memiliki ciri berbeda. Adapun tahap
tahap perkembangan keluarga berdasarkan konsep Duval and Miller dalam Friedman (2010) adalah : a. Tahap I : Pembentukan pasangan Baru

  Pembentukan pasangan menandakan permulaan suatu keluarga baru dengan pergerakan dari membentuk keluarga asli sampai kehubungan intim yang baru. Tahap ini juga disebut tahap pernikahan. Tugas perkembangan keluarga yaitu membentuk pernikahan yang memuaskan bagi satu sama lain, berhubungan secara harmonis dengan jaringan kekerabatan, dan pada periode ini, perencanaan keluarga meliputi tiga tugas kritis.

  b. Tahap II : Childbering family Tahap ini dimulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai bayi berusia 30 bulan. Setelah hadirnya anak pertama, keluarga memiliki beberapa tugas perkembangan penting. Suami, istri, dan anak harus mempelajari peran barunya, sementara unit keluarga inti mengalami perkembangan fungsi dan tanggung jawab. Tugas perkembangan keluarga yaitu membentuk keluarga muda sebagai suatu unit yang stabil (menggabungkan bayi yang baru lahir ke dalam keluarga), memperbaiki hubungan setelah konflik mengenai tugas perkembangan dan kebutuhan berbagai anggota keluarga, mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan, dan memperluas hubungan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran menjadi orang tua dan menjadi kakek/nenek.

  c. Tahap III : Keluarga dengan anak prasekolah Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama berusia 2½ tahun dan berakhir ketika anak berusia 5 tahun.

  Keluarga saat ini dapat terdiri dari tiga sampai lima orang, dengan posisi pasangan suami-ayah, istri-ibu, putra-saudara laki

  • – laki, dan putri-saudara perempuan. Keluarga menjadi lebih kompleks dan berbeda. Tugas perkembangan keluarga yaitu memenuhi kebutuhan anggota keluarga akan rumah, ruang, privasi, dan keamanan yang memadai, mensosialisasikan anak, mengintregasikan anak kecil sebagai anggota keluarga baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak lain, dan mempertahankan hubungan yang sehat di dalam keluarga.

  d. Tahap IV : Keluarga dengan anak sekolah Tahap ini dimulai ketika anak pertama memasuki sekolah dalam waktu penuh, biasanya pada usia 5 tahun, dan diakhiri ketika ia mencapai pubertas, sekitas usia 13 tahun. Keluarga biasanya mencapai jumlah anggota maksimal dan hubungan pada keluarga pada akhir tahap ini juga maksimal. Tugas perkembangan keluarga yaitu mensosialisasikan anak

  • – anak mereka pada saat ini termasuk meningkatkan prestasi sekolah. Tugas keluarga yang penting lainnya adalah mempertahankan hubungan pernikahan yang
memuaskan. Tugas perkembangan keluarga yaitu mensosialisasikan anak

  • – anak, termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan membantu hubungan anak
  • – anak yang sehat dengan teman sebaya, mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan, dan memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.

  e. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja Tahap ini dimulai ketika anak pertama berusia 13 tahun.

  Biasanya tahap ini berlangsung selama enam atau tujuh tahun, walaupun dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak tetap tinggal di rumah pada usia lebih dari 19-20 tahun. Anak lainnya yang tinggal dirumah biasanya anak usia sekolah. Tujuan utama keluarga pada tahap anak remaja adalah melonggarkan ikatan keluarga untuk memberikan tanggung jawab dan kebebasan remaja yang lebih besar dalam mempersiapkan diri menjadi seorang dewasa muda.

  Tugas perkembangan keluarga yaitu menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab pada saat anak remaja telah dewasa dan semakin otonomi, memfokuskan kembali hubungan pernikahan, dan berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak.

  f. Tahap VI : Keluarga melepaskan anak dewasa muda Permulaan fase kehidupan keluarga ini ditandai dengan perginya anak pertama dari rumah orang tua dan berakhir dengan

  “kosongnya rumah”, ketika anak terakhir juga telah meninggalkan rumah. Tahap ini dapat cukup singkat atau cukup lama, bergantung pada jumlah anak dalam keluarga atau jika anak yang belum menikah tetap tinggal di rumah setelah mereka menyelesaikan SMU atau kuliahnya. Tugas perkembangan keluarga yaitu memperluas lingkaran keluarga terhadap anak dewasa muda,

  • – termasuk anggota keluarga baru yang berasal dari perikahan anak anaknya, melanjutkan untuk memperbarui dan menyesuaikan kembali hubungan pernikahan, dan membantu orang tua suami dan istri yang sudah menua dan sakit.

  g. Tahap VII : Orang tua paru baya Tahap ketujuh dari siklus kehidupan keluarga, merupakan tahap masa pertengahan bagi orang tua, dimulai ketika orang tua berusia sektar 45 sampai 55 tahun dan berakhir dengan pensiunnya pasangan, biasanya 16 sampai 18 tahun kemudian. Tugas perkembangan keluarga yaitu menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan, mempertahankan kepuasan dan hubungan yang bermakna antara orang tua yang telah menua dan anak mereka, dan memperkuat hubungan pernikahan.

  h. Tahap VIII : Keluarga lansia dan pensiunan Tahap ini dimulai dengan pensiun salah satu atau kedua pasangan, berlanjut sampai kehilangan salah satu pasangan, dan berakhir dengan kematian pasangan yang lain. Tugas perkembangan keluarga yaitu mempertahankan penataan kehidupan yang memuaskan, menyesuaikan terhadap penghasilan yang berkurang, mempertahankan hubungan pernikahan, menyesuaikan terhadap kehilangan pasangan, mempertahankan ikatan keluarga antar generasi, dan melanjutkan untuk merasinalisasi kehilangan keberadaan anggota keluarga (peninjauan dan integrasi kehiduan).

  5. Struktur keluarga Menurut Setyowati & Murwani (2007) struktur keluarga terdiri atas :

  a. Pola dan proses komunikasi Pola interaksi keluarga yang berfungsi : (1) bersifat terbuka dan jujur, (2) selalu menyelesaikan konflik keluarga, (3) berpikir positif, dan (4) tidak mengulang-ulang isu dan pendapatan sendiri. Karakteristik komunikasi keluarga berfungsi untuk :

  1. Karakteristik pengirim : yakin dalam mengemukakan suatu pnedapat, apa yang disampaikan jelas, dan berkualitas, selalu meminta dan menerima umpan balik.

  2. Karakteristik penerima : sikap mendengarkan, memberikan umpan balik, melakukan validasi b. Struktur peran

  Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi individu dalam masyarakat misalnya sebagai istri, suami, anak, dan sebagainya.

  c. Struktur kekuatan Kekuatan merupakan kemampuan (potensial dan aktual) dari individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain kearah positif. Ada beberapa macam tipe struktur kekuatan, sebagai berikut :

   Referent power 3. Reward power 4. Corective power 5. Affective power

  d. Nilai

  • – nilai keluarga

  Nilai merupakan suatu sistem, sikap, dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah pola perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam keluarga. Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat dipelajari, dibagi, dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.

  6. Struktur peran keluarga Sebuah peran didefinisikan sebagai kumpulan dari perilaku yang secara ralatif homogen dibatasi secara normatif dan diharapkan dari seseorang yang menempati posisi sosial yang diberikan. Peran berdasarkan pada pengharapan atau penetapan peran yang membatasi apa saja yang harus dilakukan oleh individu di dalam situasi tertentu agar memenuhi harapan diri atau orang lain terhadap mereka. Posisi atau status didefinisikan sebagi letak seseorang dalam suatu sistem sosial.

  Menurut Friedman (2010) peran keluarga dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu : a. Peran Formal Keluarga

  Peran formal adalah peran eksplisit yang terkandung dalam struktur peran keluarga (ayah-suami,dll). Yang terkait dengan masing

  • – masing posisi keluarga formal adalah peran terkait atau sekelompok perilaku yang kurang lebih homogen. Keluarga membagi peran kepada anggota keluarganya dengan cara yang serupa dengan cara masyarakat membagi perannya: berdasarkan pada seberapa pentingnya performa peran terhadap berfungsinya sistem tersebut. Beberapa peran membutuhkan ketrampilan atau kemempuan khusus: peran yang lain kurang kompleks dan dapat diberikan kepada mereka yang kuarang terampil atau jumlah kekuasaanya paling sedikit.
b. Peran Informal Keluarga Peran informal bersifat implisit, sering kali tidak tampak pada permukaannya, dan diharapkan memenuhi kebutuhan emosional anggota keluarga dan/atau memelihara keseimbangan keluarga. Keberadaan peran informal diperlukan untuk memenuhi kebutuhan integrasi dan adaptasi dari kelompok keluarga.

  7. Proses dan strategi koping keluarga Proses dan strategi koping keluarga berfungsi sebagi proses atau mekanisme vital yang memfasilitasi fungsi keluarga. Tanpa koping keluarga yang efektif, fungsi afektif, sosialisasi, ekonomi, dan perawatan kesehatan tidak dapat dicapai secara adekuat. Oleh karena itu, proses dan strategi koping keluarga mengandung proses yang mendasari yang menungkinkan keluarga mengukuhkan fungsi keluarga yang diperlukan.

  8. Keluarga sebagai klien Pada penjabar konsep keperawatan keluarga, keseluruhan keuarga dipandang sebagai klien atau sebagai fokus utama pengkajian dan perawatan. Dalam hal ini, keluarga merupakan bagian terdepan, sedangkan individu anggota keluarga berperan sebagai latar belakang atau konteks. Keluarga dipandang sebagi sebuah sistem yang saling mempengaruhi. Fokusnya adalah pada hubungan dan dinamika interna keluarga, fungsi, dan struktur keluarga, dan hubungan subsistem dengan keseluruhan serta hubungan keluarga dengan lingkungan luarnya. Pada tipe penjabaran keluarga yang terakhir inilah, kontribusi unit keperawatan keluarga terlihat jelas.

  Ketika teori sistem dan sibernatik menjadi cara utama memandang dan menganalisis keluarga, terutama konsep mengenai interaksi, sirkulasi, dan timbal balik. Pada keperawatan sistem keluarga, hubungan antar penyakit, anggota keluarga, dan keluarga dikaji dengan menggunakan perspektif interaksi ini dan dimasukan kedalam rencana terapi. Tipe praktik ini melibatkan penggunaan paradigma dan kerangka epistomologis yang berbeda untuk pengkajian dan perawatan, yang ditandai dengan holisme dan hubungan kausal yang sirkular. Keperawatan sistem keluarga menggunakan pengkajian klinis lanjut dan ketrampilan intervensi yang berdasarkan pada perpaduan keperawatan, terapi, dan teori sistem keluarga. Hal ini menunjukan praktik keperawatan tingkat lanjut, dan konsentrasinya yang simultan, yang ditunjukan tidak hanya pada keseluruhan keluarga sebagai unit perawatan, tetapi juga pada berbagai sistem, seperti individu, keluarga, dan sistem yang lebih besar.

  Untungnya masih banyak upaya yang dilakukan pada perawatn primer keluarga untuk memandang unit keluarga sebagai fokus utama keparawatan, tetapi dengan adanya uapaya pengetatan biaya dan kurangnya pembayaran untuk perawatan keluarga, upaya yang dilakukan ini tidak tersebar secara luas.

  9. Peran perawat dalam pemberian asuhan keperawatan kesehatan keluarga Ada banyak peran perawat dalam membantu keluarga dalam menyelesaikan masalah atau melakukan perawatan kesehatan keluarga, diantaranya sebagai berikut:

  a. Pendidik Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga dengan tujuan sebagi berikut : (1) keluarga dapt melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara mandiri, dan (2) bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga. Dengan diberikan pendidikan kesehapatan / penyuluhan diharapkan keluarga mampu mengatasi dan bertanggung jawab terhadap masalah kesehtan.

  b. Koordinator Koordinator diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang komprehensif dapat tercapai. Koordinasi juga sangat diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi tumpang tindih dan pengulangan.

  c. Pelaksana Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga yang baik di rumah, klinik maupun rumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan perawatan langsung. Kontak pertama perawat kepada keluarga melalui anggota keluarga yang sakit. Perawat dapat mendemonstrasikan kepada keluarga asuhan keperawatan yang diberikan dengan harapan keluarga nanti dan melakukan asuhan langsung kepada anggota keluarga yang sakit.

  d. Pengawas kesehatan Sebagai pengawas kesehatan perawat harus melakukan home

  

visit atau kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi

atau melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga.

  Perawat tidak hanya melakukan kunjungan tetapi diharapkan ada tindak lanjut dari kunjungan ini.

  e. Konsultan Perawat sebagai nara sumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat pada perawat maka hubungan perawat dan keluarga harus dibina dengan baik, perawat harus bersikap terbuka dan dapat dipercaya. Maka dengan demikian, harus ada Bina Hubungan Saling Percaya (BHSP) antara perawat dan keluarga.

  f. Kolaborsi Sebagai perawat komunitas juga harus bekerja sama dengan pelayan rumah sakit, puskesmas, dan anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga yang optimal. Kolaborasi tidak hanya dialukakan sebagai perawat di rumah sakit tetapi juga dikeluarga dan komunitaspun dapat dilakukan.

  g. Fasilitator Peran perawat komunitas disini adalah membantu keluarga dalam menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat kesehatan yang optimal. Kendala yang sering dialami keluarga adalah keraguan didalam menggunakan pelayanan kesehatan, masalah ekonomi, dan sosial budaya. Agar dapat melaksanakan peran fasilitator dengan baik, maka perawat komunitas harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan, misalnya sistem rujukan dan dana sehat.

  h. Penemu kasus Peran perawat komunitas yang juga sangat penting adalah mengidentifikasi kesehtan secara dini (case finding), sehingga tidak terjadi ledakan atau Kejadian Luar Biasa (KLB). i. Modifikasi lingkungan

  Perawat komunitas juga harus dapat memodifikasi lingkungan, baik lingkungan rumah, linkungan masyarakat, dan lingkungan sekitarnya agar dapa tercipta lingkungan yang sehat.

B. Konsep Penyakit Hipertensi

  1. Definisi Hipertensi Menurut JNC hipertensi terjadi apabila tekanan darah lebih dari

  140/90 mmHg. Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah secara abnormal dan terus

  • – menerus pada beberapa kali pemeriksaan tekanan darah yang disebabkan satu atau beberapa faktor resiko yang tidak berjalan sebagaimanan mestinya dalam memepertahankan tekanan darah secara normal.(Saferi & Mariza, 2013)

  Hipertensi berkaitan dengan kenaikan darah sistolik atau tekanan diastolik atau tekanan keduanya. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah tinggi peisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg.(Brunner & Suddarth, 2005)

  Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang akan berlanjut ke suatu organ target seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan hipertrofi ventrikel kanan / left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak yang berupa stroke, hipertensi menjadi penyebab utama stroke yang membawa kematian yang tinggi. (Bustan, 2007)

  Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanda gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung, dan kerusakan ginjal.(Utaminingsih, 2009)

  2. Anatomi Fisiologi

  a. Anatomi Jantung

  Gambar II.1 : Anatomi Jantung

  b. Fisologi Jantung Jantung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut, berongga, basisnya diatas, dan puncaknya dibawah. Apeksnya

  (puncak) miring kesebelah kiri. Berat jantung kira – kira 300 gram.

  Ukuran jantung kira

  • – kira sebesar kepalan tangan. Jantung dewasa beratnya sntara 220 sampai 260 gram. Jantung terbagi oleh subuah septum (sekat) menjadi dua belah, yaitu kiri dan kanan. Setiap belahan kemudian dibagi lagi dalam dua ruang, yang teratas disebut atrium, dan yang bawah disebut ventrikel. Maka di kiri terdapat 1 atrium dan 1 ventrikel, dan di kanan juga terdapat 1 atrium dan 1 ventrikel. Disetiap sisi ada hubungan antara atrium dan ventrikelmelalui lubang atrio-ventrikuler dan pada setiap lubang tersebut terdapat katup: yang kanan bernama katup (valvula) trikuspidalis dan yang kiri katup mitral atau katup

  bikuspidalis. (Evelyn, 2007)

  Jantung tersusun atas otot

  • – otot yang bersifat khusus dan terbungkus sebuah membran yang disebut perikardium. Membran ini terdiri atas dua lapis : perikardium viseral adalah membran serus yang lekat sekali pada jantung, dan perikardium parietal adalah lapisan fibrus yang terlipat keluar dari basis jantung dan membungkus jantung sebagai kantong longgar. Karena susunan ini, jantung berada didalam dua lapis kantong perikardium, dan diantara dua lapisan itu ada cairan serus. Karena sifat meminyaki dari cairan itu, jantung dapat bergerak bebas.

  Disebelah dalam jantung dilapisi endotelium. Lapisan ini disebut endokardium. Terdapat tiga lapisan jaringan jantung :

  1. Perikardium : lapisan luar.

  2. Miokardium : lapisan tengah, terdiri dari dua otot berserat yang bertanggung jawab atau kontraksi jantung.

  3. Endokardium : lapisan dalam, yang melepasi sebelah dalam dari bilik

  • – bilik dan katup – katup jantung. Sebelah dalam dinding ventrikel ditandai berkas
  • – berkas otot yang tebal. Beberapa bentuk puting yaitu, otot – otot papilaris.

  Pada tepi bawah otot

  • – otot ini terkait benang – benang tendon tipis, yaitu kordae tendinaee. Benang – benang ini mempunyai kaitan kedua yaitu pada tepi bawah katup atrio-ventrikuler. Kaitan ini menghindarkan kelopak katup terdorong masuk kedalam atrium, bila ventrikel berkontraksi. (Evelyn, 2009)

  c. Sirkulasi Darah

  1. Peredaraan darah besar Darah meninggalkan ventrikel kiri jantung melalui aorta, yaitu arteri terbesar dalam tubuh. Aorta ini bercabang menjadi arteri lebih kecil yang menghantarkan darah ke berbagai bagian tubuh. Arteri

  • – arteri ini bercabang dan beranting lebih kecil lagi hingga samapi pada arteriola. Arteri – arteri ini mempunyai dinding yang sangat berotot yang menyempitkan salurannya dan menahan aliran darah. Fungsinya adalah mempertahankan tekanan darah arteri dan mengatur aliran darah dalam kapiler. Dinding kapiler sangat tipis sehingga dapat berlangsung pertukaran zat antar plasma
dan jaringan interstisil. Kemudian kapiler

  • – kapiler ini bergabung dan membentuk pembuluh lebih besar yang disebut venula, yang kemudian juga bersatu menjadi vena, untuk menghantarkan darah kembeli ke jantung. Semua vena bersatu dan bersatu lagi hingga terbentuk dua batang vena, yaitu vena cava inferior yang mengumpulkan darah dari badan dan anggota gerak bawah, dan vena cava superior yang mengumpulkan darah dari kepala dan anggota gerak atas. Kedua pembuluh darah ini menuangkan isinya ke dalam atrium kanan jantung.

  2. Peredaran darah kecil Darah dari vena kemudian masuk ke dalam ventrikel kanan yang berkontarksi dan memompanya ke dalam arteri pulmonalis. Arteri ini bercabang dua untuk menghantarkan darahnya ke paru

  • – paru kanan dan kiri. Darah tidak sukar memasuki pembuluh
  • – pembuluh darah yang menggali paru – paru. Di dalam
  • – paru setiap arteri membelah menjadi arteruola dan akhirnya menjadi kapiler pulmonal yang mengitari alveoli di dalam jaringan paru
  • – paru untuk memungut oksigen dan melepaskan karbondioksida.

  3. Etiologi Hipertensi tergantung pada kecepatan denyut jantung, volume sekuncup dan Total Peripheral Resistence (TPR). Peningkatan kecepatan denyut jantung dapat terjadi akibat rangsangan abnormal saraf atau hormon pada nodus SA. Peningkatan kecepatan denyut jantung yang berlangsung kronik sering menyertai keadaan hipertiroidisme. Namun, peningkatan kecepatan denyut jantung biasanya dikompensasi oleh penurunan volume sekuncup sehingga tidak menimbulkan hieprtensi.

  Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama dapat terjadi apabila terdapat peningkatan volume plasma yang berkepanjangan, akibat gangguan penanganan garam dan air oleh ginjal atau konsumsi garam yang berlebih. Peningkatan pelepasan rennin atau aldosteron maupun penurunan aliran darah ke ginjal dapat mengubah penanganan air dan garam oleh ginjal. Peningkatan volume plasma akan menyebabkan peningkatan volume diastolik akhir sehingga terjadi peningkatan volume sekuncup dan tekanan darah.

  Peningkatan preload biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan sistolik.

  Peningkatan TPR yang berlangsung lama dapat terjadi pada peningkatan rangsangan saraf atau hormon pada arteriol, atau responsivitas yang berlebihan dari arteriol terdapat rangsangan normal. Kedua hal tersebut akan menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Pada peningkatan TPR, jantung harus memompa secara lebih kuat dan dengan demikian menghasilkan tekanan yang lebih besar, untuk mendorong darah melintasi pembuluh darh yang menyempit. Hal ini disebabkan peningkatan dalam afterload jantung dan biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan diastolik. Apabila peningkatan afterload berlangsung lama, maka ventrikel kiri mungkin mulai mengalami hipertrofi (membesar). Dengan hipertrofi, kebutuhan ventrikel akan oksigen semakin meningkat sehingga ventrikel harus mampu memompa darah secara lebih keras lagi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Pada hipertrofi, sarat

  • – sarat otot jantung juga mulai tegang melebihi panjang normalnya yang pada akhirnya menyebabkan penurunan kontraktivitas dan volume sekuncup.

  Pada beberapa tahun belakangan, faktor lainnya telah dievaluasi, termasuk genetik, disfungsi endotel (yang tampak pada perubahan endotelin dan nitrat oksida)

  4. Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini Patofisiologi

  Beberapa faktor yang saling berhubungan mungkin juga turut serta menyebabkan peningkatan tekanan darah pada pasien hipertensi,

  • – dan peran mereka berbeda pada setiap individu. Diantara faktor faktor yang telah dipelajari secara intensif adalah asupan garam, obesitas, dan resistensi insulin, sistem rennin-angiotensin, dan sistem saraf simpatis. bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin,
yang akan merangsang serabut saraf paksa ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan kontriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat memepengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepineprin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa tejadi.

  Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasikontriksi. Medulla adrenal mengsekresi epineprin yang menyebabkan vasokontriksi.

  Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokontriksi pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angitensin II, suatu vasokontriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung pencetus keadaan hipertensi.

  Perubahan struktur dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia. Perubahan tersebut meliputi arterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tekanan perifer. (Brunner & Suddarth, 2005 dalam Murwani, 2007)

  5. Tanda dan Gejala Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.

  Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut: a. Sakit kepala

  b. Kelelahan

  c. Mual

  d. Muntah

  e. Sesak nafas

  f. Gelisah g. Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung, dan ginjal.

  Kadang penderiat hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak.

  Keadaan ini disebut ensifalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.

  6. Penatalaksanaan umum

  a. Penatalaksanaan non Farmakologik Tindakan pengobatan supportif sesuai anjuran Joint National

  Committee on Detenction, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure :

  1. Turunkan BB pada obesitas

  2. Pembatasan konsumsi garam dapur

  3. Kurangi alkohol

  4. Menghentikan merokok

  5. Olahraga teratur

  6. Diet rendah lemak jenuh

  7. Pemberian kalium dalam bentuk makanan (sayur dan buah)

  b. Penatalaksanaan Farmakologik

  1. Diuretik thiazide, biasanya merupakan obat pertama yang diberikan untuk mengobati hipertensi. Diuretik membantu ginjal membuang garam dan air, yang akan mengurangi volume cairan di seluruh tubuh sehingga menurunkan tekanan darah. Diuretik juga menyebabkan pelebaran pembuluh darah. Diuretik menyebabkan hilangya kalium melalui air kemih, sehingga kadang diberikan tambahan kalium atau obat penahan kalium.

  2. Penghambat adrenergik merupakan sekelompok obat yang terdiri dari alfa-blocker, beta-blocker dan alfa-beta-blocker

  

labetalol, yang menghambat efek sistem saraf simpatis.

  Sistem saraf simpatis adalah sistem saraf yang dengan segera akan memberikan respon terhadap stres, dengan cara meningkatkan tekanan darah.

  3. Angiotensin converting inhibitor (ACE-inhibitor) menyebabkan penurunan tekanan darah dengan cara melebarkan arteri.

  4. Angiotenain-II-bloker menyebabkan penurunan tekanan darah dengan suatu mekanisme yang mirip dengan ACE- inhibitor.

  5. Antagonis kalsium menyebabkan melebarnya pembuluh darah dengan mekanisme yang benar

  • – benar berbeda.

  6. Vasodilator langsung menyebabkan melebarnya pembuluh darah. Obat dari golongan ini hampir selalu digunakan sebagai tambahan terhadap obat anti-hipertensi lainnya.

  7. Kedaruratan hipertensi (misalnya hipertensi maligna) memerlukan obat yang menurunkan tekanan darah tinggi dengan segera. Beberapa obat bisa menurunkan tekanan darah dengan cepat dan sebagian besar diberikan secara intravena (melalui pembuluh darah):  Diazoxide  Nitroprusside  Nitroglycerin  Labetalol Nifedipine ,merupakan kalsium antagonis dengan kerja yang sangat cepat dan bisa diberikan per-oral (ditelan), tetapi obat ini bisa menyebakan hipotensi, sehingga pemberiannya harus diawasi secara tepat.

  39

  7. Pathway Hipertensi Sumber: NANDA 2014-2015

  Sumber : (long, (1996) dalam Friedmann (2010) Asupan Na ≥ Genetik, usia, jenis kelamin

  Stress Retensi Na Ginjal

  Perubahan membran sel Aktivitas simpatis

  Curah jantung ↑ Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah

  ↑ Tahanan Perifer HIPERTENSI

  Upaya Perawatan: Pemberian obat tardisional (timun rebus)

  Periksa kemantri atau bidan terdekat Teknik relaksasi

  Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit Modifikasi gaya hidup dan lingkungan

  Teknik relaksasi ↓ suplai O 2 otak Resisten pembuluh darah otak

  Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan Penanganan tidak tepat

  Ketidakefektifan manajemen regimen terapeutik Gangguan perfusi jaringan cerebral Nyeri Kronis

Memanfaatkan fasilitas

kesehatan

  Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan Asuhan Keperawatan Keluarga..., Catur Lina W, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

  7. Fokus Intervensi

  a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x30 menit diharapkan keluarga mampu menegnal masalah yang dialami oleh keluarga. Intervensi :

  1. Gali pengetahuan keluarga mengenai masalah kesehatan

  2. Jelaskan tanda dan gejala umum penyakit

  3. Berikan kesempatan klien dan keluarga untuk bertanya

  4. Beri reinforcement atas kemampuan keluarga untuk mengidentifikasi masalah b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan yang tepat

  Tujuan : setelah dilakukan pertemuan selam 1x30 menit diharapkan keluarga dapat mengambil keputusan mengenai tindakan yang tepat. Intervensi :

  1. Diskusikan bersama keluarga dalam mengambil keputusan dan tindakan yang tepat.

  2. Motivasi keluarga untuk mengambil keputusan yang tepat.

  3. Beri reinforcement atas keputusan keluarga c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggot keluarga yang sakit Tujuan : setelah dilakukan pertemuan selama 1x30 menit diharapkan keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit. Intervensi :

  1. Gali pengetahuan keluarga tentang perawatan pada anggota keluarga yang sakit hipertensi.

  2. Jelaskan kepada keluarga tentang perawatan pada anggota keluarga dengan hipertensi

  3. Beri kesempatan klien dan keluarga untuk bertanya.

  d. Ketidakmampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan dengan anggota keluarga menderita hipertensi Tujuan : setelah dilakukan pertemuan selama 1x30 menit diharapkan keluarga mampu memodifikasi linkungan yang sehat dengan anngota keluarga menderita hipertensi. Intervensi :

  1. Identifikasi lingkungan yang tepat untuk anggota keluarga yang mengalami hipertensi

  2. Motivasi keluarga untuk mengatur pola makan anggota keluarga yang mengalami hipertensi

  3. Jelaskan diit yang tepat untuk penderita hipertensi 4. Berikan kesempatan klien dan keluarga untuk bertanya. e. Ketidakmampuan keluarga memamfaatkan fasilitas kesehatan yang ada Tujuan : setelah dilakukan pertemuan selama 1x30 menit diharapkan keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada. Intervensi :

  1. Diskusikan dengan keluarga mengenai tempat

  • – tempat pelayanan kesehatan yang ada

  2. Tanyakan fasilitas kesehatan yang dipilih keluaraga kaitannya dengan sakit yang diderita keluarga

  3. Beri reinfircement atas jawaban klien dan keluarga.