BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Tinjauan Medis A. Konsep Dasar Kehamilan - Belinda Amalia BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Tinjauan Medis A. Konsep Dasar Kehamilan

  1. Pengertian kehamilan Menurut Manuaba (2010) kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan.

  Menurut Sarwono (2012) Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

  Menurut Saifuddin (2006) Kehamilan adalah dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.

  Definisi kehamilan adalah tumbuh serta berkembangnya janin di dalam intrauteri dikarenakan adanya pertemuan spermatozoa dan ovum yang berimplantasi selama belum ada tanda persalinan.

  2. Periode Kehamilan Menurut Asrinah dkk (2010), periode ini dibagi menjadi tiga semester yaitu: a. Trimerster I berlangsung pada 0 minggu hingga ke 12 minggu

  b. Trimester II berlangsung dari minggu ke 13 sampai dengan minggu ke 27 c. Trimester III berlangsung mulai dari minggu 18 hingga minggu 28 sampai dengan minggu ke 40

  11

  3. Proses kehamilan Proses konsepsi, fertilisasi dan implantasi menurut Sulistyawati

  (2012), yaitu pertemuan antara ovum matang dan sperma sehat yang memungkinkan terjadinya kehamilan lalu kelanjutan dari proses konsepsi, yaitu sperma bertemu dengan ovum, terjadi penyatuan sperma dan ovum sampai dengan terjadi perubahan fisik dan kimiawi ovum-sperma menjadi buah dari kehamilan, buah dari kehamilan masuk atau tertanam, hasilnya konsepsi dalam endometerium.

  Proses konsepsi, dan nidasi menurut Manuaba (2010) yaitu ovum yang matang yang telah dibuahi oleh spermatozoa memasuki kanalis serviks, setelah masuk ovum yang telah dibuahi sperma akan melakukan fertilisasi, ketika inti ovum dan sperma bertemu ini dinamakan zigot, dan zigot akan tumbuh di dalam rahim

  4. Tanda-Tanda Kehamilan

  a. Tanda-tanda kehamilan menurut (Mochtar 2012;h.35) yaitu Tanda tidak pasti hamil terdiri dari 1) Amenorea (berhentinya menstruasi) 2) Mual (nausea) dan muntah (emesis) 3) Ngidam (menginginkan sesuatu) 4)

Syncope (pingsan)

  5) Payudara tegang 6) Pigmentasi kulit 7) Konstipasi atau obstipasi b. Tanda pasti kehamilan menurut Manuaba 2010 : 109 yaitu 1) Gerakan janin dalam rahim Terlihat atau teraba gerakan janin. Teraba bagian-bagian janin.

  2) Denyut Jantung Janin (DJJ) Didengar dengan stetoskop Laenec, alat kardiotokografi, alat Doppler. Dilihat dengan Ultrasonografi (USG). Pemeriksaan dengan alat Rontgen untuk melihat kerangka janin (sekarang sudah tidak dipakai).

  c. Tanda mungkin hamil (Mochtar,2012;h.35 ).

  1) Uterus yang membesar 2) Adanya tanda hegar

  Tanda hegar adalah perlunakan pada daerah istimus uteri sehingga daerah tersebut pada penekanan mempunyai kesan tipis, sehingga uterus mudah di fleksikan. 3) Tanda

  chadwick

  Tanda chadwick adalah perubahan warna menjadi kebiruan yang terlihat diporsio, bagina, dan labia. Tanda tersebut timbul akibat pelebaran vena karena peningkatan kadar esterogen

  4) Tanda

  piskacek adalah pertumbuhan yang asimetris pada bagian uterus yang dekat dengan implantasi plaseta.

  5. Perubahan Anatomi dan Fisiologis Pada Ibu Hamil

  a. Uterus

  Rahim atau uterus yang semula besarnya sejempol atau beratnya 30 gram akan mengalami hipertrofi dan hiperplasia, sehingga menjadi seberat 1000 gram saat akhir kehamilan. Otot rahim mengalami hiperplasia dan hipertrofi menjadi lebih besar, lunak dan dapat mengikuti pembesaran rahim karena pertumbuhan janin menurut (Mochtar, 2012; h.29).

  b. Vagina Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah karena pengaruh estrogen sehingga tampak makin berwarna merah dan kebiru-biruan ( Mochtar,2012;h30).

  c. Ovarium Ovulasi terhenti dan masih terdapat korpus luteum graviditas sampai terbentuknya uri yang mengambil alih pengeluaran esterogen dan progesteron (Mochtar,2012;h30).

  d. Payudara Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan memberikan ASI pada saat laktasi, adanya hiperpigmentasi pada aerola dan papila mamae, pembesaran kelenjar montgometri (Prawiroharjo,2011;h117).

  e. Sirkulasi darah ibu Volume darah semakin meningkat dan jumlah serum darah lebih besar dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi pengenceran darah (hemodilusi) dengan puncaknya pada usia kehamilan 32 minggu ( Varney,2007;h498).

  Volume darah akan bertambah banyak kira kira 25 % dengan puncaknya pada kehamilan 32 minggu diikuti dengan curah jantung yang meningkat sebanyak 30 % (Mochtar 2012;h30).

  f. Sistem pernafasan Pada kehamilan terjadi juga perubahan sistem pernafasan untuk dapat memenuhi kebutuhan

  oksigen disamping itu dapat

  juga dipengaruhi oleh desakan diafragma karena dorongan rahim yang membesar. (Varney,2007;h.499).

  Pernapasan yang sering digunakan pada ibu hamil biasanya pernapsan dada, karena lebih dalam (Mochtar,2012;h.31).

  g. Traktus urinarius Karena pengaruh desakan hamil muda dan turunnya kepala bayi pada hamil tua, terjadi gangguan dalam bentuk sering BAK (Mochtar,2012;h31).

  h. Perubahan pada kulit Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi karena pengaruh Melanosit Stimulating Hormon

  (MSH) lobus hipofisis anterior dan pengaruh kelenjar suprarenalis. Hiperpigmentasi ini terjadi pada strie gravidarum livid atau alba, areola payudara, papila payudara, linea nigra, pipi (kloasma gravidarum) (Mochtar.2012.h.31). i. Metabolisme Dengan terjadinya kehamilan, metabolisme tubuh mengalami perubahan yang mendasar, dimana kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk pertumbuhan janin maka dari itu hamil harus makan makanan yang banyak mengandung gizi (Mochtar,2012.h31).

  6. Perubahan dan Adaptasi Psikologis dalam masa kehamilan Menurut Kurniasih (2012: 97), perubahan adaptasi psikologis dalam masa kehamilan meliputi : a. Perubahan psikologis pada trimester I Trimester pertama sering dirujuk kepada masa penentuan.

  Penentuan membuat fakta bahwa ia hamil. Trimester pertama juga sering merupakan masa masa kekhawatiran dan penantian.

  Perubahan psikologisnya adalah perubahan emosional, rasa cemas bercampur dengan bahagia, ketidakyakinan dan stres (Pantikawati,2010).

  b. Perubahan psikologis pada trimester II.

  Trimester dua ini sering dikatakan periode pancaran kesehatan. Ini disebabkan selama trimester ini wanita umumnya merasa baik dan terbebas dari ketidaknyamanan kehamilan

  Trimester kedua dibagi menjadi dua fase meliputi : 1) Fase

  prequickening

  Selama akhir trimester pertama dan masa

  Prequickening pada trimester kedua, ibu hamil mengevaluasi lagi hubungannya dan segala aspek di dalamnya dengan ibunya yang telah terjadi selama ini. Ibu menganalisa dan mengevaluasi kembali segala hubungan interpersonal yang telah terjadi dan akan menjadi dasar bagaimana ia mengembangkan hubungan dengan anak yang dilahirkannya. Ia akan menerima segala nilai dengan rasa hormat yang telah diberikan ibunya, namun bila ia menemukan adanya sikap yang negatif, maka ia akan menolaknya (Suryani,2011;h100). 2) Fase

  postquickening

  Setelah ibu hamil merasakan

  quickening identitas ke

  ibuan yang jelas akan muncul. Ibu hamil akan fokus pada kehamilannya dan persiapan menghadapi peran baru sebagai seorang ibu. Perubahan ini bisa menyebabkan kesedihan meninggalkan peran lamanya sebelum kehamilan, terutama pada ibu yang mengalami hamil pertama kali dan wanita karir. Trimester kedua sering dikenal sebagai periode kesehatan yang baik, yakni periode ketika wanita merasa nyaman dan bebas dari segala ketidaknyamanan yang normal dialami saat hamil. Pada saat ini sebagian wanita mengalami kemajuan yang nyata dalam hubungan seksual mereka dibanding pada trimester pertama (Dwi, 2011; h.100).

  c. Perubahan psikologis pada trimester III Trimester tiga sering disebut periode menunggu/penantian dengan penuh kewaspadaan. Pada periode ini wanita mulai menyadari kehadiran bayinya sebagai makhluk yang terpisah sehingga ia tidak sabar menanti kehadiran bayi. Perasaan waspada mengingat bayi dapat lahir kapanpun, membuatnya berjaga-jaga dan memperhatikan serta menunggu tanda dan gejala persalinan muncul (Suryani,2011;h.103).

  7. Ketidaknyamanan Pada Kehamilan

  a. Rasa ketidaknyamanan pada ibu hamil Trimester I yaitu Nausea,Ptialisme ,Keletihan,Leukore,sering buang air kecil,nyeri Punggung (Varney, 2007;h.536).

  b. Rasa ketidaknyamanan pada Trimester II Nyeri uluh hati,KonstipasiHemoroid,kram tungkai,oedem (Varney : h.539-540).

  c. Rasa ketidaknyamanan pada Trimester III Kaki Bengkak,Varises (Manuaba,2010;h.79),Nocturia Insomnia Nyeri punggung bawah, Kesemutan dan baal jari (Varney, 2007; h.543).

  8. Cara Mengatasi ketidaknyamanan pada ibu hami;

  a. Cara mengatasi ketidaknyamanan ibu hamil TM I 1) Makan dengan porsi kecil tapi sering hindari makanan yang beraroma kuat (Varney, 2007; h.537).

  2) Keletihan dengan cara memberikan konseling dan meyakinkan ibu bahwa keletihan tersebut normal dilami (Varney, 2007;h538).

  3) Buang air kecil cara mengatasinya adalah mengurangi asupan cairan sebelum tidur malam sehingga ibu tidak perlu boal balik ke kamar mandi (Varney, 2007;H. 538). 4) Solusi untuk punggung yang sakit dikarenakan payudara yang membesar yaitu dengan mengganti bra yang sesuai dengan ukuran payudara( Varney, 2007;h. 538).

  b. Cara mengatasi ketidaknyamanan trimester II yaitu 1) Nyeri uluh hati makan degan porsi kecil tetapi sering untuk menghindari lambung menjadi penuh. Pertahankan postur tubuh yang baik supaya ada ruang yang lebih besar bagi lambung, regangkan lengan melampaui kepala untuk memberi ruang bagi perut untuk berfungsi. Hindari makanan berlemak, hindari minum bersamaan dengan makan karena cairan cenderung menghambat asam lambung (Varney ; 2007. h.538). 2) Konstipasi yaitu dengan asupan cairan yang adekuat yakni munum air putih sebanyak minimal 8 gelas/hari, istirahat sing yang cukup, minum air hangat selagi bangun tidur untuk menstimulasi gerakan peristaltik pada usus , makan makanan yang berserat serta banyak yang mengandung serat yang alami. Lalu melakukan defekasi/ pembuangan yang teratur (Varney ; 2007. h539).

  3) Hemoroid yaitu dengan menghindari konstpasi, hindari mengejan saat defekasi, kompres dengan air es (Varrney,2007;h.539). 4) Kram tungkai yaitu dengan meluruskan kaki yang kram lalu tekan tumit lakukan berulang lalu mempertahankan mekanisme tubuh yang baik guna meningkatkan sirkulasi darah, anjurkan untuk diet yang mengandung pospor dan kalsium ( Varney, 2007:h.540). 5) Oedem yaitu dengan jangan menggunakan baju ketat, elevasi kaki secara teratur sepanjang hari. Posisi menghadap kesamping saat berbaring (Varney;2007: h.540).

  c. Cara mengatasi ketidaknyamanan Trimester III yaitu : 1) Dianjurkan untuk istirahat dengan posisi kkai lebih tinggi serta mengurangi konsumsi garam (Manuaba,2010;h.79).

  2) Dianjurkan untuk memakai kaos kaki nilon panjang sampai paha atau menggunakan stocking ketat (Manuaba,2010;h.79) 3) Apabila mau tidur kurangi mengkonsumsi air yang banyak (Varney,2007;h.541).

  4) Mandi dengan air hangat, melakukan aktifitas yang ringan, mengambil posisi relaksasi (Varney,2007;h.541).

  5) Tekuk kaki ketika mengangkat apapun, hindari membungkuk yang berlebihan, kompres es pada punggung, pijatan atau usapan pada punggung (Varney, 2007;h.542).

  6) Berbaring, menelentangkan tangan dan jangan untiuk pangkuan tidur (Varney,2007;h.543).

  9. Asuhan kehamilan Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian kegiatan pemantuan rutin selama kehamilan (Prawirohardjo, 2011 : 278).

  Tujuan Pemeriksaan dan Pengawasan Ibu Hamil Tujuan secara umum dari pemeriksaan dan pengawasan ibu hamil adalah menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak selama dalam kehamilan, persalinan, dan nifas, sehingga didapatkan ibu dan anak yang sehat (Mochtar,2012;h.38).

  Tujuan khusus dari pemeriksaan dan pengawasan ibu hamil adalah:

  a. Mengenali dan menangani penyulit-penyulit yang mungkin dijumpai dalam kehamilan, persalinan, dan nifas.

  b. Mengenali dan mengobati penyakit-penyakit yang mungkin diderita sedini mungkin c. Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak.

  d. Memberikan nasehat-nasehat tentang pola hidup sehari-hari dan keluarga berencana, kehamilan, persalinan, nifas dan laktasi (Mochtar, 2012h.38).

  10. Jadwal Pemeriksaan Kehamilan Ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal.

  Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan (Sarwono, 2006) : a. Satu kali pada trimester I (sebelum usia kehamilan 14 minggu)

  b. Satu kali pada trimester II (usia kehamilan antara 14-28 minggu)

  c. Dua kali pada trimester III (usia kehamilan antara 28-36 minggu dan sesudah kehamilan 36 minggu) Pelayanan/asuhan antenatal standar minimal (termasuk 7T) (Mochtar 2012)

  a. Timbang berat badan

  b. Ukur Tekanan darah

  c. Ukur Tinggi fundus uteri

  d. Pemberian imunisasi Tetanus Toksoid yang lengkap

  e. Pemberian Tablet zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan

  f. Tes terhadap penyakit menular seksual

  g. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan

  11. Pemeriksaan Ibu Hamil (Varney)

  a. Anamnesa Anamnesa identitas dan suami : nama, umur, agama, pekerjaan, alamat dan sebagainya.

  Anamnesa umum:Tentang keluhan-keluhan, nafsu makan, tidur, miksi, defekasi, perkawinan dan sebagainya.Tentang haid, kapan mendapat haid terakhir (HPHT). Tentang kehamilan, persalinan, keguguran dan kehamilan ektopik atau kehamilan mola sebelumnya.

  b. Inspeksi dan Pemeriksaan Fisik Diagnostik Pemeriksaan seluruh tubuh secara baik meliputi: tekanan darah, nadi,suhu,pernapasan,jantung,paru paru, dan sebagainya.

  c. Perkusi Tidak begitu banyak artinya, kecuali bila ada suatu indikasi.

  d. Palpasi Ibu hamil disuruh berbaring terlentang, kepala dan bahu sedikit lebih tinggi dengan memakai bantal. Pemeriksa berdiri di sebelah kanan ibu hamil. Dengan sikap hormat lakukanlah palpasi

  

bimanual terutama pada pemeriksaan perut dan payudara. Palpasi

  perut untuk menentukan : Besar dan konsistensi rahim, bagian- bagian janin, letak dan presentasi, Gerakan janin, Kontraksi rahim Braxton-Hicks dan his. Manuver Palpasi Menurut Leopold :

  Leopold I:

  Menentukan letak kepala atau bokong, satu tangan di fundus dan tangan yang lain diatas simfisis.

  Leopold II:

  Menentukan letak punggung, dengan satu tangan menekan di fundus.

  Leopold III:

  Menentukan bagian terbawah janin.Menentukan letak punggung, dengan pinggir tangan kiri diletakkan tegak di tengah perut.

  Leopold IV:

  Menentukan bagian terbawah janin apa dan berapa jauh sudah masuk pintu atas panggul ( PAP ) (Mochtar, 2012; 340).

  e. Auskultasi Monoaural (

  stetoskop obstetrik) untuk mendengarkan denyut

  jantung janin (djj). Yang kita dengarkan adalah : 1) Dari janin: Djj pada bulan 4-5 normalnya 120-160x/menit, Bising tali pusat, Gerakan dan tendangan janin 2) Dari Ibu: Bising rahim (

  uterine souffle), Bising aorta, Peristaltik

  usus

  12. Komplikasi pada kehamilan

  a. Pada Trimester I 1) Abortus

  a) Pengertian Abortus Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan (Rustam Mochtar, 2012).

  Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan oleh akibat akibat tertentu pada atau sebelum kehamilan belum mampu untuk hidup diluar kandungan (Prawirohardjo,2011.145)

  Abortus spontan adalah abortus yang terjadi dengan tidak di dahului faktor faktor mekanis ataupun medinalis, semata mata disebabkan oleh faktor faktor alamiah

  b) Klasifikasi Macam macam abortus terbagi menjadi 5 yaitu (1) Abortus imminens

  Keguguran yang mengancam. Keguguran belum terjadi sehingga kehamilan dapat dipertahankan (2) Abortus insipien Proses keguguran yang sedang berlangsung.

  (3) Abortus inkompleteus Hanya sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan, tertinggal hanya desidua atau plasenta

  (4) Abortus kompleteus Seluruh hasil konsepsi dikeluarkan ( desidua dan fetus), sehingga rongga rahim kosong.

  (5) Missed abortion Keadaan dimana janin yang telah mati masih didalam rahim.

  (6) Abortus provakatus (induced abortion) adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat obatan maupun alat. Abortus ini lagi terbagi menjadi dua yaitu:

  (a) Abortus medisianalis dikarenakan kahamilannya dapat mengancam jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis)

  (b) Abortus kriminalis Abortus yang terjadi oleh karena tindakan tindakan yang tidak ilegal atau berdasarkan indikasi medis (Mochtar,2012). 2) Hiperemesis Gravidarum

  Adalah mual muntah berlebihan pada ibu hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari hari karena kekurangan cairan dan terganggunya keseimbangan elektrolit (Manuaba, 2010 h.229).

  Klasifikasi Hiperemesisi Gravidarum

  a) Tingkat I (Ringan) Mual muntah yang menyebabkan penderita lemah, tidak mau makan, berat badan menurun, rasa nyeri di epigastrium, nadi sekitar 100 kali per menit, Tekanan darah turun, turgor kulit kurang, lidah kering dan mata cekung b) Tingkat II (Sedang)

  Keadaan lemah, apatis. Turgor kulit mulai jelek, lidah kering dan kotor, nadi kecil dan cepat, berat badan turun, ikterus ringan, oliguri dan konstipoasi, mala ikterik

  c) Tingkat III (Berat) Muntah berkurang Keadaan umum jelek kesadaran menurun, nadi kecil, halus dan cepat, dehidrasi berta, suhu badan meningkat, ikterus, komplikasi yang terparah adalah gangguan mental.

  3) Kram kaki Ini disebabkan karena mual muntah karena ketidak seimbangnya cairan elektrolit dan kalium 4) Hipersalivasi Ini menyebabkan ibu hamil susah untuk menelan, akan tetapi kan menghilang sesuai bertambahnya usia kehamilan 5) Pada trimester II

  a) Solusio plasenta

  b) Plasenta previa

  c) Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)

  d) Mola

  e) Kehamilan Ganda

  f) PER 6) Pada Trimester III

  a) Persalinan Prematuritas

  b) Kehamilan dengan pre eklampsia dan eklampsi

  c) Kehamilan lewat waktu persalinan

  d) Kehamilan dengan kematian janin dalam rahim

  e) Kehamilan dengan Ketuban Pecah Dini

  f) Kehamilan dengan perdarahan

B. Konsep Dasar Persalinan

  1. Pengertian persalinan Definisi Persalinan adalah pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, 2010 : 164).

  Menurut Mochtar (2012), persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi ( janindan uri ) yang dapat hidup kedunia luar, dari rahim melalui jalan rahir atau dengan jalan lain Menurut Sarwono (2009), persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun kedalam jalan lahir.

  2. Teori Terjadinya Persalinan

  a. Teori keregangan Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.

  Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dimulai (Manuaba,2010;h.168).

  b. Teori penurunan hormon Hormon progesteron menurun menjadikan otot rahim sensitif terhadap oksitosin, akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesteron (Manuaba,2010;h.168). Menurut mochtar (2012) , 1-2 minggu sebelum partus mulai terjadpenurunan kadar hormon esterogen dan progesteron.

  Progesteron bekerja sebagai penenang otot otot rahim, karena itu maka dari itu akan terjadi kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan his pada saat progrsteron turun

  c. Teori oksitosin Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis posterior, perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi. Dengan menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan aktivitasnya sehingga persalinan dapat mulai (Manuaba,2010;h.168).

  d. Teori pengaruh prostaglandin Konsentrasi prostaglandin meningkat pada usia kehamilan 15 minggu yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dikeluarkan dan dapat dianggap pemicu terjadinya persalinan (Manuaba, 2010;h.168).

  e. Teori Hipotalamus hipofisis dan glandula suprarenalis Teori ini sering menunjukkan kelambanan persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus, pemberian kartokosteroid dapat menyebabkan maturitas janin, induksi persalinan. Dari percobaan tersebut dapat disimpulkan bahwa antara hipotalamus-hipofisis dengan mulainya persalinan, serta glandula suprenalis merupakan pemicu terjadinya persalinan (Manuaba,2010;h.168).

  f. Teori plasenta menjadi tua Penuaan plasenta akan menyebabkan turunya kadar esterogen dan progesteron sehingga terjadi kekejangan pembuluh darah. Hal ini akan mengakibatkan kontraksi rahim (Mochtar,2012;h.70).

  g. Induksi Partus Partus dapat ditimbulkan dengan gagang laminaria yang dimasukkan bertujuan untuk merangsang pleksus franken hauser, dapat juga dengan amniotomi/ pemecahan ketuban serta dapat dengan tetesan oksitosin melalui pemberian infus (Mochtar,2012;h.70).

  3. Tanda tanda Persalinan a. Tanda tanda persalinan menurut (Manuaba, 2010 : 173).

  1) Terjadinya his persalinan, mempunyai ciri khas pinggang terasa nyeri yang menjalar ke depan, sifatnya teratur, interval makin pendek dan kekuatannya makin besar, mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks, semakin beraktivitas kekuatan makin bertambah. 2) Pengeluaran lendir dan darah (pembawa tanda). Dengan his persalinan terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan pendataran dan pembukaan. Pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis servikalis lepas. Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah. 3) Pengeluaran cairan. Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan pengeluaran cairan. Sebagian besar ketuban baru pecah menjelang pembukaan lengkap. Dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan berlangsung dalam waktu 24 jam.

  b. Tanda tanda persalinan Menurut Mochtar (2012;h;70).

  1)

Lightening atau setting atau dropping yaitu kepala turun

  memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida. Pada multipara hal itu tidak begitu jelas 2) perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun

  3) sering buang air kecil atau sulit berkemih karena kandung kemih tertekan oleh bagianterbawah janin.

  4) perasaan nyeri perut dan pinggang oleh adanya kontraksi kontraksi lemah 5) serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya bertamba, mungkin bercampur darah.

  4. Faktor-faktor yang berperan dalam persalinan Menurut Manuaba (2010: 169) faktor-faktor yang berperan dalam persalinan meliputi :

  Power (His/kontraksi otot rahim, kontraksi otot

  dinding perut, kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan, keregangan dan kontraksi ligamentum rotundum), passenger (janin dan plasenta),

  passage (jalan lahir lunak dan jalan lahir tulang), psikis ibu bersalin, penolong.

  5. Asuhan persalinan Menurut JPNK-KR (2008 : 52 )

  a. Persiapan kelahiran bayi meliputi mempersiapkan ruangan untuk persalinan dan kelahiran bayi b. Persiapan perlengkapan bahan bahan dan obat obatan yang diperlukan.

  c. Persiapan rujukan

  d. Memberikan asuhan sayang ibu menyapa ibu dengan baik, jawab setiap pertanyaan yang diajukanoleh keluarga dan ibu, anjurkan keluarga untuk memberi dukungan, waspadai gejala dan penyulitselama proses persalinan, dan siap dengan rencana rujukan. Asuhan sayang ibu selama persalinan termasuk memberikan dukungan emosional, membantu pengaturan posisi ibu, memberikan cairan dan nutrisi, keleluasaan menggunakan kamar mandi secara teratur dan pencegahan infeksi.

  6. Tahap-tahap persalinan

  a. Kala I Menurut JNPK-KR (2008 : 40) kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) sehingga serviks membuka lengkap (10 cm). Menurut Mochtar 2012 Kala satu persalinan waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap.

  Menurut Saifuddin Kala I dimulai saat persalianan mulai sampai pembukaan 10 cm (lengkap). Kala satu persalinan terdiri atas dua fase, yaitu : 1) Fase laten

  Menurut Mochtar ( 2012 ) pembukaan serviks berlangsung lambat sampaipembukaan 3 cm, lamanya 7

  • – 8 jam. Menurut JNPK KR ( 2008: 40 ) Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap, berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm dan pada umumnya fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam. Menurut Saifuddin ( 2009 ) fase laten 8 jam serviks membuka sampai 3 jam.

  2) Fase aktif Fase aktif yaitu berlangsung dalam 6 jam dan dibagi selama 3 subfase menurut Mochtar (2012) : a) Fase akselerasi berlangsung 2 jam pembukaan menjadi 4cm

  b) Fase dilatasi maksimal selama 2 jam pembukaan cepat sampai 9 cm c) Fase deselerasi berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi lengkap 10 cm.

  Fase aktif yaitu fase pembukaan yang lebih cepat yang terbagi menjadi 3 (Manuaba, 2010 : 173) yaitu : a) Fase akselerasi (fase percepatan) dari pembukaan 3 cm sampai 4 cm yang dicapai dalam 2 jam.

  b) Fase dilatasi maksimal dari pembukaan 4 cm sampai 9 cm yang dicapai dalam 2 jam.

  c) Fase deselerasi (kurangnya kecepatan) dari pembukaan 9 cm sampai 10 cm selama 2 jam.

  b. Kala II Menurut (JNPK-KR, 2008 : 79) dimulai ketika pembukaan servik sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi.

  Kala dua juga disebut sebagai kala pengeluaran bayi. Tanda dan gejala kala dua di antaranya : Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi. Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan vaginanya. Perineum menonjol. Vulva- vagina dan sfingter ani membuka. Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.

  Menurut Saifuddin dimulai dari pembukaan lengkap (10cm) sampai bayi lahir. Proses ini biasanya 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi

  c. Kala III Menurut JNPK-KR (2008: 99) yang menyatakan bahwa

  Manajemen Aktif Kala (MAK) III terdiri dari pemberian suntik oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir dengan dosis 10 Internasional Unit (IU) secara Intra Muskular (IM), melakukan peregangan tali pusat terkendali dan masase fundus uteri selama 15 detik. Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda seperti perubahan bentuk dan tinggi uterus, tali pusat bertambah panjang, dan ada semburan darah mendadak dan singkat.

  Kala III dimulai segera setelah bayi baru lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit (Saifuddin, 2010;h.101).

  d. Kala IV Menurut Saifuddin (2010) Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama postpartum.

  Menurut Mochtar (2012) kala IV mulai dari lahirnya uri, selama 1 sampai dengan 2 jam.

  Menurut Manuaba (2010) kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan postpartum sering terjadi pada 2 jam pertama

  Pada teori Varney

  et all (2008,h;835) bahwa data dasar untuk

  kala empat persalinan mencakup informasi yang dibutuhkan untuk evaluasi dan penatalaksanaan perawatan selama jam pertama pascapartum,dan pengetahuan fase taking in pada bayi baru lahir dan proses

  bounding attachment antara ibu dan bayi.

  Menurut Varney,

  et all ( 2008,h;836) hal yang perlu dikaji

  adalah Tekanan darah,nadi,suhu, dan respirasi harus menjadi stabil selama satu jam pertama pasca partus. Suhu ibu akan mengalami peningkatan tidak melebihi 38°C Pemantauan tekanan darah dan nadi yang rutin menjadi hal yang pokok untuk mendeteksi adanya komplikasi pasca persalinan. Selain itu bidan melakukan tindakan pertama setelah plasenta lahir adalah mengevaluasi konsistensi uterus. Pemantauan Keadaan umum Ibu

  Menurut JPNK-KR (2008 : h.116) pantau keadaan ibu selama 2 jam postpartum, pantau keadaan ibu meliputi tekanan darah, Nadi, suhu, Tinggi Fundus Uteri, kontraksi, keadaan kandung kemih dan jumlah perdarahan pada 15 menit pertama dijam pertama dan lakukan pengecekan kembali pada 30 menit pada jam kedua.

Tabel 2.1 Lama persalinan pada primigravida dan Multigravida

  Kala persalianan Primigravida Multigravida I 10 sampai 12 jam 6 sampai 8 jam

  II 1 sampai 5 jam 0,5 sampai 1 jam

  III 10 menit 10 menit

  IV 2 jam 2 jam Jumlah (tanpa memasukkan kala IV yang bersifat Observasi 10 sampai 12 jam 8 sampai 10 jam

  Sumber Mochtar (2012)

  e. Mekanisme persalinan Mekanisme persalianan menurut Varney (2007 h.754) :

Engagement

  Penurunan lengkap, Fleksi, Rotasi internal, Pelahiran Kepala, Rotasi Eksternal, Pelahiran bahu dan tubuh dengan fleksi lateral.

  f. 58 LANGKAH ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN) Menurut buku pedoman Asuhan Persalinan Normal (2008) prosedur persalinan normal antara lain : Mengenali tanda dan gejala kala II 1) Mendengarkan dan melihat adanya tanda-tanda persalinan kala dua. Ibu merasa dorongan kuat untuk meneran, ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum/vaginanya, perineum menonjol, vulva, vagina dan sfingter ani membuka.

  2) Menyiapkan pertolongan persalinan Memastikan perlengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong persalinan dan menatalaksanakan komplikasi ibu dan BBL. Untuk asfiksia tempat datar dan keras. 2 kain dan 1 handuk bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi. Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu bayi. Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai dalam partus set.

  3) Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih. 4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku.

  Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai/pribadi yang bersih. 5) Memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk semua pemeriksaan dalam.

  6) Masukan oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi/steril.

  Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik 7) Membersihkan vulva, perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air desinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina perineum anus terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari depan ke belakang. Membuang kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam wadah yang benar, mengganti sarung tangan jika terkontaminasi.

  8) Dengan menggunakan teknik antiseptik, melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa serviks sudah lengkap, bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap lakukan amniotomi.

  9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit, mencuci tangan. 10) Memeriksa DJJ setelah kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam keadaan baik dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya dicatat pada partograf. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses bimbingan meneran

  11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik. Membantu ibu dalam posisi yang nyaman sesuai keinginannya, menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran. Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan mendokumentasikan temuan-temuan, menjelaskan kepada anggota bagaimana mereka dapat mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran.

  12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu meneran.Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan untuk meneran. Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif. Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai. Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya. Anjurkan ibu untuk istirahat diantara kontraksi. Anjurkan keluarga untuk memberi semangat pada ibu. Berikan cukup asupan cairan. Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai.

  Segera rujuk bila bayi tidak lahir setelah 2 jam meneran (primigravida) atau 1 jam meneran (multigravida).

  13) Anjurkan pada ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman. Jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit. 14) Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.

  15) Letakkan kain bersih yang diletakkan 1/3 bagian di bawah bokong ibu.

  16) Buka tutup partus set dan perhatikan kembali perlengkapan alat dan bahan.

  17) Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan. 18) Persiapan pertolongan kelahiran bayI Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernafas cepat dan dangkal.

  Dengan lembut, menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan kain atau kasa yang bersih.

  19) Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi. 20) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.

  21) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparietal. Menganjurkan ibu meneran saat kontraksi berikutnya dengan lembut menariknya ke arah bawah dan ke arah luar hingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior.

  22) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum tangan, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan.

  23) Setelah tubuh dan tangan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya saat punggung dan kaki lahir memegang kedua mata kaki bayi, dengan hati-hati membantu kelahiran bayi.

  Penanganan bayi baru lahir

  24) Melakukan penilaian, apakah bayi menangis kuat atau bernafas tanpa kesulitan, apakah bayi bergerak kesulitan. Jika bayi tidak bernafas tidak menangis lakukan resusitasi. 25) Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk atau kain yang kering. Biarkan bayi di atas perut ibu.

  26) Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil tunggal).

  27) Beritahu ibu bahwa dia akan disuntik oksitosin 10 unit agar uterus berkontraksi baik.

  28) Dalam waktu satu menit setelah bayi lahir suntikkan oksitosin secara IM di 1/3 paha bagian distal lateral.

  29) Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama.

  30) Memotong dan mengikat tali pusat, dengan satu tangan memegang tali pusat yang telah dijepit dan lakukan penjepitan tali pusat antara 2 klem tersebut atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan satu simpul kunci pada sisi lainnya. Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan.

  31) Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bayi sehingga bayi menempel di dada ibu/di perut ibu. Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari posisi puting payudara ibu.

  32) Selimut ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi.

  33) Penatalaksanaan aktif persalinan kala III 34) Pindahkan klem pada tali pusat hingga jarak 5-10 cm dari vulva.

  35) Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, ditepi atas simfisis untuk mendeteksi. Tangan lain meregangkan tali pusat.

  36) Setelah uterus berkontraksi regangkan tali pusat kearah bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus kearah darso kranial secara hati-hati. Untuk mencegah inversio uterus jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan peregangan tali pusat dan tunggu hingga kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di atas.

  37) Lakukan peregangan dan dorongan dorso kranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti proses jalan lahir. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta. Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit meregangkan tali pusat : Beri dosis ulang oksitosin 10 unit

  IM. Lakukan kateterisasi jika kandung kemih penuh. Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan. Ulangi peregangan tali pusat 15 menit berikutnya. Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau bila terjadi perdarahan segera lakukan plasenta manual.

  38) Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilih kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan. Dan jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.

  39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir lakukan masase uterus, letakkan tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras).

  40) Menilai perdarahan Periksa kedua sisa plasenta baik bagian ibu maupun janin dan pastikan selaput ketuban utuh dan lengkap, masukkan plasenta kedalam kantong plastik atau tempat khusus. 41) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.

  Lakukan penilaian bila laserasi menyebabkan perdarahan. 42) Melakukan prosedur pasca persalinan Pastikan uterus berkontraksi baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam

  43) Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit dengan ibu paling sedikit 1 jam. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 30-60 menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara. Biarkan bayi berada di dada ibu selama satu jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu.

  44) Setelah satu jam lakukan penimbangan dan pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik profilaksis dan vitamin K mg IM di paha

  1 kiri anterolateral.

  45) Setelah 1 jam pemberian vitamin K berikan suntikan imunisasi

  1

  hepatitis B di paha kanan anterolateral. Letakkan bayi didalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusukan. Letakkan kembali bayi didada ibu bila bayi belum berhasil menyusu dalam 1 jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil menyusu.

  46) Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam. 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinsan.

  Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan. Setiap 23-30 menit pada jam kedua pasca persalinan. Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai untuk penatalaksanaan atonia uteri. 47) Ajarkan ibu atau keluarga cara melakukan masase dan menilai kontraksi.

  48) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.

  49) Memeriksa nadi dan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama 1 jam kedua pasca persalinan. Memeriksa suhu ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama pasca persalinan. Melakukan tindakan yag sesuai untuk temuan yang tidak normal

  50) Periksa kembali bayi untuk pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60 x/menit) serta suhu tubuh normal (36,5-

  o

  37,5 C). 51) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin

  0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah dekontaminasi.

  52) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ketempat sampah yang sesuai.

  53) Bersihkan ibu dengan menggunakan air Desinfektan Tingkat Tinggi (DTT). Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah.

  Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering. 54) Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI.

  Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya.

  55) Dekontaminasi tempat tidur dengan larutan klorin 0,5 %. 56) Celupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5 %.

  Balikkan bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin selama 10 menit 57) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir

  58) Lengkapi partograf.

  g. 18 Penapisan Asuhan Persalinan Normal JNPK-KR (2008) Riwayat bedah sesar, pedarahan pervaginam, persalinan kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37 minggu), ketuban pecah disertai dengan mekonium yang kental, ketuban pecah lama (lebih dari 24 jam), ketuban pecah pada persalinan kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37 minggu), ikterus, anemia berat, tanda/gejala infeksi, pre-eklampsia/hipertensi dalam kehamilan, tinggi fundus 40 cm atau lebih, gawat janin, primipara dalam fase aktif kala satu persalinan dan kepala janin masih 5/5, presentasi bukan belakang kepala, presentasi ganda (majemuk), kehamilan ganda atau gemeli, tali pusat menumbung, syok

  h. Inisiasi Menyusui Dini (IMD) Definisi Inisiasi menyusu dini adalah segera setelah bayi lahir dan tali pusat diikat, letakkan bayi tengkurap di dada ibu dengan kulit bayi bersentuhan langsung ke kulit ibu. Biarkan kontak kulit ke kulit ini berlangsung setidaknya 1 jam atau lebih, bahkan sampai bayi dapat menyusu sendiri. Keuntungan Kontak Kulit dengan Kulit untuk Ibu 1) Oksitosin

  Membantu kontraksi uterus sehingga risiko perdarahan pasca persalinan lebih rendah. Merangsang pengeluaran kolostrum dan meningkatkan produksi ASI. Penting untuk kelekatan hubungan ibu dan bayi. Ibu lebih tenang dan tidak merasa nyeri pada saat plasenta lahir dan prosedur pasca persalinan lainnya.

  2) Prolaktin Meningkatkan produksi ASI Membantu ibu mengatasi stres.

  Mendorong ibu untuk tidur dan relaksasi setelah bayi selesai menyusu. Menunda ovulasi.

  Keuntungan IMD ada 2 yaitu 1) Keuntungan IMD untuk Bayi

  Makanan dengan kualitas dan kuantitas optimal agar kolostrum segera keluar yang disesuaikan dengan kebutuhan bayi.

  Memberikan kesehatan bayi dengan kekebalan pasif yang segera kepada bayi. Kolostrum adalah imunisasi pertama bagi bayi.

  Meningkatkan kecerdasan. Membantu bayi mengkoordinasikan hisap, telan dan nafas. Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi. Mencegah kehilangan panas. 2) Keuntungan IMD untuk Ibu

  Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin. Meningkatkan keberhasilan produksi ASI. Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi.