BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Ansietas - SEKAR ARUM RAMA DHANI BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Ansietas

  1. Definisi Ansietas Ansietas adalah perasaan was-was, kuatir, atau tidak nyaman seakan-akan terjadi sesuatu yang dirasakan sebagai ancaman Budi Anna

  Keliat (2011).

  Ansietas adalah suatu gejala yang tidak menyenangkan, sensasi cemas, takut dan terkadang panik akan suatu bencana yang mengancam dan tidak terelakan yang dapat atau tidak berhubungan dengan rangsang eksternal Ansietas berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kondisi dialami secara subjektif dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal. Ansietas berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya.Ansietas adalah respons emosional terhadap penilaian tersebut. Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat kecemasan berati tidak sejalan dengan kehidupan. (Stuart dan Sundeen, 2005)

  2. Etiologi Ansietas Beberapa teori yang telah dikembangkan untuk menjelaskan faktor

  • faktor yang mempengaruhi ansietas (Stuart dan Sundeen, 2005 ) diantaranya :

  9 a. Faktor Predisposisi 1) Dalam pandangan psikoanalitik, kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi anatar dua elemen kepribadian Id dan Super ego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi kecemasan adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya. 2) Menurut pandangan interpersonal, kecemasan timbul dari perasan takut karena tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal.Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan yang menimbulkan kelemahan fisik. 3) Menurut panadangan perilaku, kecemasan merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar tentang pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa dalam kehidupan dirinya dihadapkan pada ketakutan yang berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas pada kehidupan selanjutanya.

  4) Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam satu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan kecemasan dan antara gangguan cemas dengan depresi.

  5) Kajian biologi menunjukan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk Benzodiazepine. Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas penghambat sama aminobutirik-gama neuro

  regulator (GABA). GABA juga memainkan peran utama dalam

  mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas seperti halnya dengan endofrin. Selain itu telah dibuktikan bahwa kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi pada ansietas.

  b. Faktor Presipitasi stressor pencetus dapat dikelompokkan dalam 2 kategori, yaitu : 1) Ancaman terhadap integritas seseorang, meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari. 2) Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas harga diri dan fungsi sosial yang terintegrasi pada seseorang.

  3. Tingkat Kecemasan

  a. Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari; ansietas ini menyebabkan individu jadi waspada dan meningkatkan lapang persepsinya. Ansietas ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreatifitas. b. Kecemasan sedang memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Ansietas ini mempersempit lapang persepsi individu. Dengan demikian, individu mengalami tidak perhatian yang selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk melakukannya.

  c. Kecemasan berat sangat mengurangi lapang persepsi individu.

  Individu cenderung berfokus pada sesuatu yang sudah spesifik serta tidak berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan.Individu tersebut memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area lain.

  d. Tingkat panik dan kecemasan berhubungan dengan terperangah ketakutan dan teror. Hal yang rinci terpecah dari proporsinya. Karena mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan

B. Kehamilan

  1. Definisi Kehamilan Periode antepartum adalah periode kehamilan yang dihitung sejak hari pertama haid terakhir (HPHT) hingga dimulainya persalinan sejati yang menandai awal periode antepartum (Varney 2006)

  Menurut Federasi Obstetri Ginekologi dalam Prawiroharjo (2008) bahwa kehamilan merupakan fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum yang dilanjutkan dengan nidasi atau implementasi dimana pertumbuhan dan perkembangan janin sangat pesat sehingga ibu hasrus menyesuaikan perubahan-perubahan yang ada.

  2. Pembagian Kehamilan Menurut Prawirohardjo (2008) dalam bukunya membagi kehamilan menjadi tiga kriteria trimester, yaitu :

  1. Trimester I, yaitu : 0 minggu - 12 minggu.

  2. Trimester II , yaitu : 13 minggu - 27 minggu.

  3. Trimester III, yaitu : 28 minggu - 40 minggu.

  3. Tanda- tanda Kehamilan Untuk menegakan kehamilan dapat ditetapkan dengan penilaian terhadap tanda dan gejala diantaranya : a. Tanda dugaan kehamilan

  Beberapa tanda dugaan kehamilan, yaitu : 1) Amenorrhea ( tidak haid) Gejala ini sangat penting karena umumnya wanita hamil tidak haid.

  Yang harus selalu diingat adalah hari pertama haid terakhir , supaya dapat ditentukan umur kehamilan dan untuk menentukan persalinnanya (manuaba,2010)

  2) Mual dan muntah Gejala umum seperti mual dan muntah merupakan pengaruh dari hormone estrogen dan progesterone yang menyebabkan pengekuaran asam lambung yang berlebihan. Istilah lain dari mual muntah berkepanjangan yaitu morning sick karena muncunya sering kali pada pagi hari keadaan ini menyebabkan nafsu makan menjadi berkurang (manuaba,2010)

  3) Nyidam Pada tanda kehamilan ini seorang wanita hamil biasanya menginginkan makan tertentu dan setiap orang berbeda-beda keadaan ini disebut nyidam (manuaba,2010)

  4) Sinkope/ pinngsan Terjadi gangguan sirkulasi kedaerah kepala yang menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan pingan. Keadaan ini menghilang setelah usia kehamilan 16 minggu (manuaba,2010)

  5) Payudara tegang Pengaruh dari hormone ekstrogen , progesterone dan somatomamotrofin menimbulkan deposit lemak. Air dan garam pada payudara, sehingga payudara membesar dan tegang yang menyebabkan rasa sakit terutama pada hamil pertama (manuaba,2010)

  6) Sering miksi Desakan uterus kedepan akan menyebabkan kandung kemih ( vesika urenaria) cepat terasa penuh dan sering miksi atau buang air kecil (manuaba,2010)

  7) Konstipasi Pengaruh dari hormone progesterone dapat menghambat peristaltic usu sehingga sulit untungbuang air besar (manuaba,2010)

  8) Perubahan warna kulit Perubahan ini antara lain , kloasma yakni warna kulit yang kehitam-hitaman pada dahi , punggung ,hidung dan kulit daerah tulang pipi , terutama pada wanita pada warna kulit tua bisanya muncul setelah 16 minggu. Pada daerah aerola dan putting payudara , warna kulit menjadi lebih hitam. ( kusmiyati, 2008) 9) Queckening

  Quickening adalah presepsi gerakan janin pertama , biasanya disadari oleh wanita pada kehamilan 18-20 minggu ( kusmiyati, 2008)

  10) Perubahan berat badan Pada kehamilan 2-3 bulan sering terjadi penurunan BB karena mual dan muntah, pada bulan selanjutnya berat badan akan selalu meningkat sampai menjelang aterem ( kusmiyati, 2008)

  11) Perubahan pada uterus Uterus mengalami perubahan pada ukuran , bentuk dan konsistensi.

  Uterus berubah menjadi lunak. Teraba balotement, tanda ini muncul pada minggu 16-20, setelah rongga rahim mengalami oblitrasi dan cairan amnion cukup banyak. Balotement adalah dimana tanda ada benda terapung / melayang dalam cairan.

  Sebagian dianostik banding adalah asites yang disetai kista ovarium , mioma uteri dan sebagainya (pantikawati , 2010) 12)

  Tanda piskacec’s Terjadinya pertumbuhan yang asimetris pada bagian uterus yang dekat dengan implantasi plasenta (pantikawati , 2010)

  13) Perubahan-perubahan pada serviks Menurut (pantikawati , 2010) perubahan-perubahan pada seriviks yaitu ;

  1. Tanda Hegar Merupakan tanda berupa perlunakan pada daerah isthmus uteri, sehingga daerah tersebut pada penekanan mempunyai kesan lebih tipis dan uteris malah difleksikan tanda ini ilihat pada minggu ke 6 dan menjadi nyata pada minggu ke 7-8

  Dapat diketahui melalui pemeriksaan bimanual seriviks terasa lebih lunak

  3. Tanda Chadwick Tanda dimana vagina mengalami kongesti warna kebiru- biruan.

  4. Tanda Mc Donal Yaitu tanda dimana fundus uteri dan serviks bisa dengan mudah difleksikan satu sama lain dan tergantung pada lunak atau tidaknya jaringan istimus

  5. Terjadi pembesaran abdomen Pembesaran perut menjadi lebih nyata setelah minggu ke 16 , karena pada saat itu uterus telah keluar dari rongga pelvis dan menjadi organ rongga perut

  6. Kontrasi Uterus Tanda ini muncul belakangan dan pasien mengeluh perutnya kencang , tetapi tidak disertai rasa sakit.

  7. Pemeriksaan tes biologis kehamilan Pada pemeriksaan ini hasilnya positif dimana kemungkinan positif palsu.

  1. Tanda pasti kehamilan Menurut kusmiyati (2008) tanda pasti kehamilan dapat ditentukan melalui : a. Denyut Jantung Janin (DJJ)

  Denyut jantung janin dapat didengar denga stetoskop laenec pada minggu ke 17-18. Tetapi dengan stetoskop Ultrasonik (dopler) , denyut jantung janin dapat didengarkan lebih awal sekitar minggu ke 12, Melakukan auskultasi pada janin bisa juga mengidentifikasi bunyi-bunyi yang lain seperti bising , tali pusat m bising uterus dan nadi ibu.

  b. Palpasi Yang harus ditentukan adalah outline janin. Biasanya menjadi jelas setelah minggu ke 22 gerakan janin dapat dirasakan dengan jelas dan setelah minggu ke 24.

  2. Tanda-tanda dini bahaya komplikasi ibu dan janin masa kehamilan muda :

  1. Pendarahan pervaginam masa hamil muda

  a. Abortus Menurut prawirohardjo (2008), abortus adalah hasil konsepsi selama janin dapat hidup diluar kandungan dan sebagai batasannya yaitu kurang dari 20 minggu dan berat janin <500 gram b. Kehamilan ektopik

  Menurut kusmiyati (2008) kehamilan ektopik adalah kehamilan diluar rahim , misalnya dalam tuba, rongga perut , serviks atau dalam tanduk rudimenter rahim.

  c. Mola hidatidosa Menurut kusmiyati (2008) mola hidatidosa atau hamil anggur adalah suatu kehamilan dimana setalah vertilisasi hasil konsepsi tidak dapat berkembang menjadi embrio atau bakal janin tetapi terjadi proloverasi dari villi korialis disertai dengan degenerasi hidrofik

  2. Hipertensi Grafidarum Hipertensi Grafidarum adalah hipertensi yang menetap oleh berbagai sebab , yang sudah ditemukan pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu , atau hipertensi yang menetap setelah 6 minggu paska salin kusmiyati (2008)

  3. Superimposed preklamsi Hipertensi yang sudah ada sebelum kehamilan dan diperberat oleh kehamilan kusmiyati (2008)

C. Konsep Abortus Inkomplit

  1. Definisi Abortus Inkomplit Keguguran yang bersisa atau abortus inkomplit adalah keguguran yang masih ada sisa plasenta di dalam rahim. Hanya sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan. Pengeluarannya terjadi sebelum 20 minggu, yang tertinggal adalah desidua atau plasenta (Hartini, 2009).

  Menurut Sastrawinata, Martaadisoebrata & Wirakusumah (2009). abortus inkompletus adalah sebagian dari buah kehamilan telah dilahirkan, tetapi sebagian masih tertinggal di dalam rahim, ostium terbuka dan teraba jaringan.

  Berdasarkan definisi diatas, penulis menyimpulkan bahwa abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi yang terjadi sebelum umur kehamilan 20 minggu ditandai dengan ostium yang terbuka dan teraba jaringan.

  2. Etiologi Abortus Inkomplit Penyebab abortus inkomplet menurut Nasar, Himawan & Marwoto

  (2010) adalah karena adanya kelainan ovum/fetal (kegagalan nidasi, kelainan kromosom yang bersifat letal terjadi pada lebih dari 50% kasus, mola hidatidosa), kelainan maternal atau uterus (kelainan uterus: uterus)

  3. Pathway Post curetage pre curetage

  Nyeri Invasi bakteri

  Kekurangan volume cairan

  (hipovolemik)

  Perdarahan Risiko syok

  Gangguan rasa nyaman

  Nyeri abdomen

  Gangguan pemenuhan ADL

  Resiko infeksi

  Intoleransi aktivitas

  Gangguan eliminasi (konstipasi)

Gambar 2.1 Pathway Abortus Inkomplit pada pre dan Post Curetage

  Penyerapan cairan dikolon ↓

  Penurunan syaraf vegetatif Peristaltik ↓

  Jaringan terputus/terbuka Ansietas Penurunan syaraf oblongata

  Kurang Pengetahuan Post Anastesi

  Curetage

  Abortus spontan (abortus inkomplit)

  Kelainan ovum/fetal, kelainan maternal, kehamilan ektopik, kelainan endokrin, kelainan sistemik, infeksi, obat-obatan/ zat kimia, agen fisik

  Sumber: Nurarif & Kusuma (2013)

  Risiko infeksi Risiko syok

  4. Penatalaksanaan Abortus Inkomplit Pengelolaan abortus inkomplit menurut Sastrawinata,

  Martaadisoebrata & Wirakusumah (2009) adalah dengan memperbaiki keadaan umum, bila ada syok, atasi syok, bila Hb<8 gr% maka berikan transfusi, lakukan evakuasi dengan digital dan curetage, berikan uterotonik atau obat peningkat kontraksi uterus, dan berikan antibiotik selama 3 hari.

  Sedangkan penatalaksaan pada kasus abortus inkomplit menurut Reeder (2011) adalah dengan memberikan terapi IV untuk penggantian cairan atau transfuse darah. Ketika sebagian konsepsi tidak dikeluarkan, maka perlu adanya upaya untuk membantu mengosongkan uterus dari semua hasil konsepsi. Oleh karena terdapat bahaya perdarahan maternal, oksitosin dapat diberikan. Apabila hal ini tidak efektif, maka perlu adanya pembedahan untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus secara cepat. Sering dijumpai jaringan terjuntai dalam saluran serviks dan dapat diangkat dengan mudah menggunakan forsep ovum, dilatasi dan curetage (D/ C) pada rongga uterus atau ekstrasi vakum perlu dilakukan.

D. Konsep Curetage

  1. Definisi Curetage Prosedur curetage adalah serangkaian proses pelepasan jaringan yang melekat pada dinding kavum uteri dengan melakukan invasi dan

  Pengerokan jaringan pun harus tepat sasaran, jangan sampai meninggalkan cerukan di dinding rahim. Jika menyisakan cerukan, dikhawatirkan akan mengganggu kesehatan rahim. a. Gangguan Haid Jika pengerokan yang dilakukan sampai menyentuh selaput otot rahim, dikhawatirkan akan mengganggu kelancaran siklus haid.

  b. Infeksi Jika jaringan tersisa di dalam rahim, muncul luka, cerukan, dikhawatirkan bisa memicu terjadinya infeksi. Sebab, kuman senang sekali dengan daerah-daerah yang basah oleh cairan seperti darah.

  c. Kanker Sebenarnya kecil kemungkinan terjadi kanker, hanya sekitar 1%.

  Namun bila kuret tidak dilakukan dengan baik, ada sisa yang tertinggal kemudian tidak mendapatkan penanganan yang tepat, bisa saja memicu munculnya kanker. Disebut kanker trofoblast atau kanker yang disebabkan oleh sisa plasenta yang ada di dinding rahim.

  E.

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Pre dan Post Curetage Abortus Inkomplit

  1. Pengkajian Pre Curetage Tindakan pertama yang perlu dilakukan sebelum melakukan asuhan keperawatan adalah dengan melakukan pengkajian. Menurut

  (Kriebs & Gegor, 2010) beberapa pengkajian fokus yang perlu dikaji meliputi: a. Riwayat 1) HPHT dan keteraturan menstruasi 2) Usia kehamilan yang dikonfirmasi melalui pemeriksaan atau sonogram 3) Hasil tes kehamilan 4) Riwayat kehamilan sebelumnya: insiden abortus spontan atau kehamilan ektopik 5) Riwayat kontrasepsi 6) Riwayat perdarahan:

  a) Apakah terus-menerus

  b) Jumlah perdarahan

  c) Apakah merah hati atau merah menyala

  d) Adanya jaringan, bekuan darah atau cairan 7) Nyeri atau kram

  a) Lokasi (bagian depan bawah, sisi kiri atau kanan, punggung, rectum, bahu, nyeri saat bernapas) b) Sifat nyeri (ringan, nyeri hebat, tajam, tumpul)

  c) Jika aktivitas diubah, nyeri membaik atau memburuk? 8) Demam atau gejala di saluran kemih 9) Perubahan gejala kehamilan

  b. Pemeriksaan Fisik 1) Tanda vital 2) Pemeriksaan abdomen meliputi: a) Palpasi nyeri tekan

  b) Tinggi fundus atau massa lain

  2. Pengkajian Post Curetage Menurut Prasetyadi (2008) dalam yuni (2015) bahwa hal yang perlu dikaji pasca tindakan pengosongan uterus adalah dengan memantau banyaknya perdarahan dan adanya ketidaknyamanan pasca tindakan.

  3. Diagnosa Pre Curetage Menurut Wilkinson & Ahern (2012) dan Reeder (2011), diagnosa yang muncul pada periode pre curetage meliputi: a. Ansietas berhubungan dengan defisiensi pengetahuan mengenai prosedur dan perawatan pasca prosedur b. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan secara aktif c. Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologi

  d. Dukacita berhubungan dengan kehilangan perinatal

  e. Risiko infeksi

  4. Diagnosa Post Curetage Menurut Wilkinson & Ahern (2012) dan Nurarif & Kusuma (2013), beberapa diagnosa yang muncul pada pasien post curetage meliputi: a. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan secara aktif b. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik

  c. Risiko infeksi d. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan

  e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum

  f. Gangguan eliminasi (eliminasi) berhubungan dengan factor farmakologis (sedative)

  5. Intervensi Pre Curetage Menurut Wilkinson & Ahern (2012), intervensi keperawatan pre curetage dalam asuhan keperawatan meliputi: a. Ansietas berhubungan dengan defisiensi pengetahuan mengenai prosedur dan perawatan pasca prosedur

  Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan ansietas teratasi.

  NOC: Anxiety Control

  Kriteria Hasil: 1) Memiliki informasi untuk mengurangi takut 2) Menggunakan teknik relaksasi 3) Mempertahankan hubungan social dan fungsi peran 4) Mengontrol respon takut

  NIC: Coping Enchancement

  1) Jelaskan semua tes dan pengobatan pada pasien dan keluarga 2) Dorong mengungkapkan secara verbal perasaan, persepsi dan rasa cemasnya 3) Berikan reinforcement positif ketika pasien melakukan perilaku untuk menghilangkan rasa cemas

  4) Kurangi stimulasi lingkungan yang dapat menyebabkan miinterpretasi 5) Sediakan perawatan yang berkesinambungan 6) Dorong klien untuk mempraktekan teknik relaksasi

  b. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan secara aktif Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keseimbangan cairan klien terpenuhi.

  NOC:

  1) Fluid balance 2) Hydration 3) Nutritional Status: Food and Fluid Intake Kriteria Hasil: 1) Intake dan output 24 jam seimbang 2) Tanda vital dalam batas normal 3) Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan

  NIC: Fluid Management

  1) Pertahankan catatan intake dan output yang akurat 2) Monitor status hidrasi 3) Monitor tanda vital 4) Monitor hasil laboratorium yang sesuai dengan retensi cairan

  (BUN, HMT, Osmolaritas urin)

  5) Monitor masukan makanan/cairan 6) Kolaborasi pemberian cairan IV 7) Atur kemungkinan transfuse

  c. Dukacita berhubungan dengan kehilangan perinatal Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan dapat menyesuaikan diri dengan kehilangan yang terjadi

  NOC: Penyelesaian Dukacita

  Kriteria Hasil: 1) Melaporkan penurunan fokus pikiran terhadap kehilangan 2) Mempertahankan kerapian dan kebersihan diri 3) Melaporkan asupan nutrisi yang adekuat

  NIC: Fasilitasi Proses Dukacita

  1) Anjurkan untuk mengekspresikan perasaan tentang kehilangan 2) Identifikasi perasaan yang paling dalam tentang kehilangan 3) Anjurkan pasien untuk mengimplementasikan kebiasaan budaya, agama, dan social yang berhubungan dengan kehilangan d. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi

  Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri berkurang atau hilang.

  NOC: Pain Level

  Kriteria Hasil: 1) Mampu mengontrol nyeri 2) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri 3) Frekuensi nyeri berkurang

  4) Ekspresi nyeri pada wajah berkurang 5) Tanda vital dalam rentang normal

  NIC: Pain Management

  1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif 2) Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan 3) Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi) 4) Ajarkan tentang teknik non farmakologi 5) Evaluasi keefektifan kontrol nyeri 6) Tingkatkan istirahat

  e. Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan infeksi tidak terjadi.

  NOC: Risk Control

  Kriteria Hasil: 1) Pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi 2) Jumlah leukosit dalam batas normal 3) Menunjukkan perilaku hidup sehat 4) Tidak ada tanda infeksi

  NIC: Infection Control

  1) Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain 2) Gunakan Alat Pelindung Diri (APD) 3) Monitor hasil laboratorium berupa peningkatan leukosit (5000-

  10.000 UI)

  4) Monitor tanda-tanda infeksi 5) Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat 6) Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat dan setelah berkunjung meninggalkan pasien 7) Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai dengan petunjuk umum 8) Tingkatkan intake nutrisi 9) Berikan terapi antibiotik bila perlu

  6. Intervensi Post Curetage Menurut Wilkinson & Ahern (2012), intervensi keperawatan post curetage dalam asuhan keperawatan meliputi: a. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan secara aktif.

  Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keseimbangan cairan klien terpenuhi.

  NOC:

  1) Fluid balance 2) Hydration 3) Nutritional Status: Food and Fluid Intake Kriteria Hasil: 1) Intake dan output 24 jam seimbang 2) Tanda vital dalam batas normal 3) Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan

  NIC: Fluid Management

  1) Pertahankan catatan intake dan output yang akurat 2) Monitor status hidrasi 3) Monitor tanda vital 4) Monitor hasil laboratorium yang sesuai dengan retensi cairan

  (BUN, HMT, Osmolaritas urin) 5) Monitor masukan makanan/cairan 6) Kolaborasi pemberian cairan IV 7) Atur kemungkinan transfuse

  b. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri berkurang atau hilang.

  NOC: Pain Level

  Kriteria Hasil: 1) Mampu mengontrol nyeri 2) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri 3) Frekuensi nyeri berkurang 4) Ekspresi nyeri pada wajah berkurang 5) Tanda vital dalam rentang normal

  NIC: Pain Management

  1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif 2) Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

  3) Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi) 4) Ajarkan tentang teknik non farmakologi 5) Evaluasi keefektifan kontrol nyeri 6) Tingkatkan istirahat

  c. Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan infeksi tidak terjadi.

  NOC: Risk Control

  Kriteria Hasil: 1) Pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi 2) Jumlah leukosit dalam batas normal 3) Menunjukkan perilaku hidup sehat 4) Tidak ada tanda infeksi

  NIC: Infection Control

  1) Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain 2) Gunakan Alat Pelindung Diri (APD) 3) Monitor hasil laboratorium berupa peningkatan leukosit (5000-

  10.000 UI) 4) Monitor tanda-tanda infeksi 5) Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat 6) Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat dan setelah berkunjung meninggalkan pasien

  7) Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai dengan petunjuk umum 8) Tingkatkan intake nutrisi 9) Berikan terapi antibiotik bila perlu

  d. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan ansietas teratasi.

  NOC: Anxiety Control

  Kriteria Hasil: 1) Memiliki informasi untuk mengurangi takut 2) Menggunakan teknik relaksasi 3) Mempertahankan hubungan social dan fungsi peran 4) Mengontrol respon takut

  NIC: Coping Enchancement

  1) Jelaskan semua tes dan pengobatan pada pasien dan keluarga 2) Dorong mengungkapkan secara verbal perasaan, persepsi dan rasa cemasnya 3) Berikan reinforcement positif ketika pasien melakukan perilaku untuk menghilangkan rasa cemas 4) Kurangi stimulasi lingkungan yang dapat menyebabkan miinterpretasi 5) Sediakan perawatan yang berkesinambungan 6) Dorong klien untuk mempraktekan teknik relaksasi e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan aktivitas klien meningkat.

  NOC:Activity Tolerance

  Kriteria Hasil: 1) Vital sign dalam rentang normal saat beraktivitas 2) Laporan ADL (Activity Daily Living) meningkat 3) Kemampuan bicara saat latihan

  NIC 1: Activity Therapy

  1) Menentukan penyebab toleransi aktivitas 2) Berikan periode istirahat selama beraktivitas 3) Jika memungkinkan tingkatkan aktivitas secara bertahap (dari duduk, jalan, aktivitas maksimal) 4) Pastikan perubahan posisi klien secara perahan dan monitor gejala dari intoleransi aktivitas 5) Monitor dan catat kemampuan untuk mentoleransi aktivitas 6) Monitor intake nutrisi untuk memastikan kecukupan sumber energi

  NIC 2: Energy Management

  1) Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas 2) Dorong klien untuk mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan 3) Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat 4) Monitor pola tidur dan lamanya tiduratau istirahat pasien f. Gangguan eliminasi (konstipasi) berhubungan dengan factor farmakologis (sedative) Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan aktivitas klien meningkat.

  NOC: Bowl Elimination

  Kriteria Hasil: 1) Pola BAB dalam batas normal 2) Feses lunak 3) Cairan dan serat adekuat 4) Aktivitas adekuat 5) Hidrasi adekuat

  NIC: Manajemen Konstipasi

  1) Identifikasi factor-faktor yang menyebabkan konstipasi 2) Jelaskan penyebab dan rasionalisasi tindakan pada pasien 3) Kolaborasi jika ada tanda dan gejala konstipasi yang menetap 4) Jelaskan pada pasien manfaat diet (cairan dan serat) terhadap eliminasi 5) Kolaborasi dengan ahli gizi diet tinggi serat dan cairan 6) Dorong peningkatan aktivitas yang optimal

  7. Evaluasi Pre Curetage Menurut Wilkinson & Ahern (2012) hasil yang diharapkan bagi pasien pre curetage adalah sebagai berikut: a. Ansietas berhubungan dengan defisiensi pengetahuan mengenai prosedur dan perawatan pasca prosedur

  1) Memiliki informasi untuk mengurangi takut 2) Menggunakan teknik relaksasi 3) Mempertahankan hubungan social dan fungsi peran 4) Mengontrol respon takut

  b. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan secara aktif 1) Intake dan output 24 jam seimbang 2) Tanda vital dalam batas normal 3) Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan c. Dukacita berhubungan dengan kehilangan perinatal

  1) Melaporkan penurunan fokus pikiran terhadap kehilangan 2) Mempertahankan kerapian dan kebersihan diri 3) Melaporkan asupan nutrisi yang adekuat

  d. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi 1) Mampu mengontrol nyeri 2) Nyeri berkurang 3) Tanda vital dalam rentang normal

  4) Frekuensi nyeri berkurang 5) Ekspresi nyeri pada wajah berkurang

  e. Resiko infeksi 1) Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi 2) Jumlah leukosit dalam batas normal 3) Menunjukkan perilaku hidup sehat 4) Tidak ada tanda infeksi

  8. Evaluasi Post Curetage Menurut Wilkinson & Ahern (2012) hasil yang diharapkan bagi pasien post curetage adalah sebagai berikut: a. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan secara aktif

  1) Intake dan output 24 jam seimbang 2) Tanda vital dalam batas normal 3) Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan b. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik

  1) Mampu mengontrol nyeri 2) Nyeri berkurang 3) Tanda vital dalam rentang normal 4) Frekuensi nyeri berkurang 5) Ekspresi nyeri pada wajah berkurang c. Resiko infeksi 1) Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi 2) Jumlah leukosit dalam batas normal 3) Menunjukkan perilaku hidup sehat 4) Tidak ada tanda infeksi

  d. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan 1) Memiliki informasi untuk mengurangi takut 2) Menggunakan teknik relaksasi 3) Mempertahankan hubungan social dan fungsi peran 4) Mengontrol respon takut

  e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan aktivitas klien meningkat.

  1) Vital sign dalam rentang normal saat beraktivitas 2) Laporan ADL (Activity Daily Living) meningkat 3) Kemampuan bicara saat latihan

  f. Gangguan eliminasi (konstipasi) berhubungan dengan factor farmakologis (sedative) 1) Pola BAB dalam batas normal 2) Feses lunak 3) Cairan dan serat adekuat 4) Aktivitas adekuat 5) Hidrasi adekuat