BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Belajar - PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN IPA POKOK BAHASAN GAYA MELALUI METODE DISCOVERY PADA KELAS V SD NEGERI 1 KERTANEGARA - repository perpustakaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Belajar Menurut Morgan dalam Suprijono (2012:3) belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman. Sedangkan menurut Hamalik (2008:154-156) belajar adalah perubahan

  tingkah laku yang relatif menetap berkat latihan dan pengalaman. Menurut Gagne dalam Sagala, (2011:13) belajar adalah sebagai suatu proses dimana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman.

  Menurut Slameto (2010:2) pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Pendapat lain menyatakan belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan lapisan masyarakat. Belajar merupakan serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungan yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Djamarah, (2011: 12-13).

  Berdasarkan beberapa pendapat pakar mengenai pengertian belajar dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku individu

  9 sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya, yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Perubahan perilaku tersebut bersifat relatif menetap dan dilakukan secara sadar.

2. Pengertian Hasil belajar

  Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil Belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Sudjana, (2010:3). Menurut Bloom (1956) dalam Sagala (2011:33-34), hasil belajar dibagi menjadi tiga kawasan (domain) yaitu: a. Ranah Kognitif

  Mencakup kemampuan intelektual mengenal lingkungan yang terdiri atas enam macam kemampuan yang disusun secara hierarkis dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks, yaitu:

  1) Pengetahuan (kemampuan mengingat kembali hal-hal yang telah dipelajari), 2) Pemahaman (kemampuan menangkap makna atau arti sesuatu hal), 3) Penerapan (kemampuan mempergunakan hal-hal yang telah dipelajari untuk menghadapi situasi-situasi baru dan nyata), 4) Analysis (kemampuan menjabarkan suatu menjadi bagian-bagian sehingga struktur organisasinya dapat difahami), 5) Sintesis (kemampuan memadukan bagian-bagian menjadi suatu keseluruhan yang berarti),

  6) Penilaian (kemampuan memberikan harga suatu hal berdasarkan kriteria intern, kelompok, ekstern, atau yang telah ditetapkan terlebih dahulu)

  b. Ranah Afektif Mencangkup kemampuan-kemampuan emosional dalam mengalami dan menghayati suatu hal yang meliputi lima macam kemampuan emosional yang disusun secara hierarkis yaitu:

  1) Kesadaran (kemampuan untuk ingin memperhatikan suatu hal), 2) Partisipasi (kemampuan untuk turut serta atau terlibat dalam suatu hal), 3) Penghayatan nilai (kemampuan untuk menerima nilai dan terikat kepadanya), 4) Pengorganisasian nilai (kemampuan untuk memiliki sistem dalam dirinya), 5) Katakterisasi diri (kemampuan untuk memiliki pola hidup dimana sistem nilai yang terbentuk dalam dirinya mampu mengawasi tingkah lakunya).

  c. Ranah Psikomotor Kemampuan-kemmpuan motorik menggiatkan dan meng- koordinasikan gerakan terdiri dari:

  1) Gerakan refleks (kemampuan melakukan tindakan-tindakan yang terjadi secara tak sengaja dalam menjawab sesuatu perangsang),

  2) Gerakan dasar (kemampuan melakuakan pola-pola gerakan yang bersifat pembawaan dan terbentuk dari kombinasi gerakan- gerakan refleks),

  3) Kemampuan perseptual (kemampuan menterjemahkan perang- sang yang diterima melalui alat indra menjadi gerakan-gerakan yang tepat),

  4) Kemampuan jasmani (kemampuan dan gerakan-gerakan dasar merupakan inti untuk memperkembangkan gerakan-gerakan yang terlatih),

  5) Gerakan-gerakan terlatih (kemampuan melakukan gerakan- gerakan canggih dan rumit dengan tingkat efisiensi tertentu), 6) Komunikasi nondiskursif (kemampuan melakukan komunikasi dengan isyarat badan).

  Domain hasil belajar adalah perilaku-perilaku kejiwan yang akan diubah dalam proses pendidikan.perilaku kejiwan itu dibagi dalam tiga domain: kognitif, afektif dan psikomotor (Purwanto 2011: 48-49). Berdasarkan beberapa pendapat pakar mengenai hasil belajar di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

  Penelitian tindakan kelas ini menekankan hasil belajar pada: 1) Ranah Kognitif yaitu penilaian antara aspek pengetahuan, pemahaman, analisis, sampai pada penerapan/aplikasi saja karena disesuaikan dengan materi pelajaran. Instrumen hasil belajar yang digunakan berupa penskoran pada evaluasi pembelajaran. Skor pada evaluasi adalah skor sesungguhnya yang akan digunakan sebagai alatukur kemampuan siswa. Adapun rancangan kisi-kisi hasil belajar pada ranah kognitif yang akan digunakan adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1. Rancangan kisi-kisi hasil belajar kognitif No. Indikator Kognitif Aspek

  1. Siswa dapat mendefinisikan tentang Pengetahuan gaya .

  2. Siswa dapat menjelaskan gaya Pemahaman

  3. Siswa dapat menentukan gaya Penerapan

  4. Siswa dapat menggunakan berbagai Analisis jenis alat peraga tentang gaya yang digunakan dalam pembelajaran Gaya.

  2) Ranah Afektif, yaitu penilaian ditekankan pada semua aspek.

  Instrumen yang digunakan dalam penilaian afektif berupa lembar penilaian afektif. Berikut adalah rancangan kisi-kisi hasil belajar ranah afektif:

Tabel 2.2. Rancangan kisi-kisi hasil belajar afektif No. Indikator Afektif Aspek

  1. Siswa bersedia mengikuti proses pembelajaran dengan baik dan tertib.

  Penerimaan 2. Siswa percaya diri dalam menayakan sesuatu yang belum tahu kepada guru.

  Pembentukan pola hidup

  3. Siswa bekerja sama dalam berdiskusi dalam kelompok.

  Organisasi 4. Siswa bertanggung jawab saling membantu teman dalam menerima pelajaran.

  Penilaian/ Pembentukan sikap 5. Siswa mengemukakan gagasan dalam kelompok.

  Partisipasi

  3) Ranah Psikomotor, penilaian ini ditekankan pada keterampilan proses/kinerja kelompok dalam membuat dan menggunakan alat peraga/media sesuai kebutuhan dan sesuai materi pembelajaran. Instrumen yang digunakan dalam penilaian psikomotor berupa lembar penilaian psikomotor. Aspek yang dinilai yaitu persepsi, kesiapan sampai pada imitasi/peniruan, sementara untuk aspek peningkatan dan aspek orisinalisasi tidak dinilai karena penilaian disesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar materi Gaya. Berikut ini adalah rancangan kisi-kisi hasil belajar pada ranah psikomotor:

Tabel 2.2. Rancangan kisi-kisi hasil belajar psikomotor

  No. Indikator psikomotor Aspek

1. Siswa mengerti konsep gaya. Persepsi

  2. Siswa dapat menemukan berbagai jenis- Kesiapan jenis gaya dengan menggunakan alat peragamagnet untuk gaya magnet, penggaris dan sobekan kertas untuk gaya listrik statis, bola kasti untuk gaya otot dan gaya gravitasi bumi serta ketapel untuk gaya pegas dengan benar serta sesuai petunjuk.

  3. Siswa mencoba mengoperasikan alat Menirukan peraga magnet untuk gaya magnet, penggaris dan sobekan kertas untuk gaya listrik statis, bola kasti untuk gaya otot dan gaya gravitasi bumi serta ketapel untuk gaya pegas dalam menentukan gaya.

  Kesiapan

  4. Siswa dengan tepat mengoperasikan alat peraga magnet untuk gaya magnet, penggaris dan sobekan kertas untuk gaya listrik statis, bola kasti untuk gaya otot dan gaya gravitasi bumi serta ketapel untuk gaya pegas dalam menentukan gaya.

3. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

  Menurut H.W. Fowler et al., 1951 (dalam Rahma dan Aly, 2011: 18) IPA merupakan ilmu yang sistematis dan dirumuskan, yang dihubungkan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan induksi. Sedangkan Nokes

  “Science in Education”

  (dalam Rahma dan Aly, 2011: 18) menyatakan bahwa IPA adalah pengetahuan teoritis yang diperoleh dengan metoda khusus. Kedua pendapat di atas sebenarnya tidak berbeda. Memang benar bahwa IPA merupakan suatu ilmu teoritis, tetapi teori tersebut didasasarkan atas pengamatan, percobaan-percobaan terhadap gejala-gejala alam. Betapapun indahnya suatu teori dirumuskan, tidaklah dapat dipertahankan kalau tidak sesuai dengan hasil-hasil pengamatan atau observasi. Fakta-fakta tentang gejala kebendaan atau alam diselidiki dan diuji berulang-ulang melalui percobaan-percobaan (eksperimen), kemudian bedasarkan hasil eksperimen itulah dirumuskan keterangan ilmiah (teorinya). Teori tidak dapat berdiri sendiri. Teori selalu didasari oleh hasil pengamatan. Dengan demikian dapatlah disetujui bahwa IPA adalah pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu melakukan observasi eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimen, observasi dan demikian seterusnya kait-mengkait antara cara yang satu dengan yang lain.

  Pendapat lain menurut Anggraini dan Devi (2008:IV) Ilmu Pengetahuan Alam adalah mata pelajaran yang berkaitan dengan mengetahui alam secara sistematis. IPA bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA di Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah diharapkan menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari dirinya sendiri dan alam sekitarnya. Pendidikan

  IPA menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung. Oleh karena itu, siswa perlu dibantu untuk mengembangkan keterampilan proses.

  Menurut Jasin (2011:1) Ilmu Alamiah (I.A) atau sering disebut Ilmu Pengetahuan Alam merupakan Ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang gejala-gejala dalam alam semesta, termasuk dimuka bumi ini, sehingga terbentuk konsep dan prinsip. Ilmu alamiah merupakan kegiatan manusia yang bersifat aktif dan dinamis artinya kegiatan manusia yang tiada hentinya dari hasil percobaan akan menghasilkan konsep, selanjutnya dari konsep itu akan mendorong melakukan percobaan berikutnya dan seterusnya (Jasin, 2011:10).

  Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan Ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang gejala-gejala dalam alam semesta, termasuk dimuka bumi ini, sehingga terbentuk konsep dan prinsip. Pengetahuan ini dari hasil kegiatan manusia yang diperoleh dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah yang berupa metode ilmiah dan didapatkan dari hasil eksperimen atau observasi yang bersifat umum sehingga akan terus disempurnakan.

4. Pokok Bahasan Gaya

  Pada pokok bahasan gaya, terdapat standar kompetensi yaitu memahami gaya dapat mengubah gerak dan atau bentuk suatu benda. kompetensi dasar yaitu menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah gerak suatu benda, sedangakan indikatornya yaitu a) menyebutkan berbagai gerak benda; b) memahami pengertian gaya dan jenis-jenis gaya; c) menjelaskan jenis-jenis gaya; d) hubungan gaya dan gerak benda; e) memberi contoh tentang pengaruh gaya pada suatu benda; f) menjelaskan cara gaya mengubah gerak benda;

  g) menjelaskan cara gaya mengubah bentuk benda; h) Memperagakan alat peragamagnet untuk materi gaya magnet, alat peraga penggaris dan sobekan kertas untuk materi gaya listrik statis, alat peraga bola kasti untuk materi gaya otot dan gaya gravitasi bumi serta alat peraga ketapel untuk materi gaya pegas serta cara menggerakan benda dan jenis gaya. 1) Definisi Gaya

  Seorang yang mendorong meja, meja yang tadinya diam sekarang bisa bergerak. Meja bisa bergerak karena orang memberikan sesuatu kekuatan melalui dorongan, kekuatan itulah yang dinamakan sebagai

Gambar 2.3. Orang Mendorong Meja (Definisi Gaya) gaya. (Nursari: 2010)

  Gaya adalah dorongan atau tarikan yang dapat menyebabkan benda bergerak, jadi bila seseorang menarik atau mendorong benda sehingga benda itu bergerak maka orang telah memberikan gaya terhadap benda tersebut (Nursari: 2010), dalam sains dorongan dan tarikan kepada sebuah benda sehingga benda dapat bergerak dikenal dengan sebutan gaya (Wiyono dan Sulistyanto, 2008:91).

  2) Jenis-jenis Gaya

  Dalam kehidupan sehari-hari terdapat beberapa macam gaya. Gaya

dapat dibagi berdasarkan sumber tenaganya, dari beberapa macam gaya

diantaranya adalah sebagai berikut:

  a.) Gaya magnet Gaya magnet merupakan gaya yang ditimbulkan oleh tarikan atau dorongan dari magnet. Contoh gaya magnet adalah, tertariknya paku

Gambar 2.4. Gaya Magnet ketika di dekatkan dengan magnet. ( Wiyono dan Sulistyanto: 2008 )

  Benda-benda dapat tertarik oleh magnet jika masih berada dalam medan magnet (Wiyono dan Sulistyanto, 2008:93). b.) Gaya Listrik Statis Kekuatan yang dimiliki benda yang bermuatan listrik untuk menarik benda - benda di sekitarnya, untuk melihat adanya gaya listrik statis, bisa dicoba dengan mengosok-gosok penggaris pada rambut kering, kemudian dekatkan pada sobekkan kertas, maka sobekkan kertas tersebut akan menempel pada penggaris. Penggaris dapat menarik potongan kertas dengan gaya listrik statis (Nursari: 2010).

  c.) Gaya otot Kekuatan yang dihasilkan oleh otot manusia. Gaya ini sering dilakukan pada saat seseorang mengangkat beban atau sedang senam di sekolah. (Nursari:2010). Apabila sering melakukan olah raga maka otot akan bertambah besar dan kuat.

Gambar 2.6. Gaya Otot (Nursari: 2010)Gambar 2.5. Gaya Listrik Statis (Nursari: 2010) d.) Gaya Gravitasi Bumi

  Gaya gravitasi merupakan gaya yang ditimbulkan oleh tarikan bumi. Contoh gaya gravitasi adalah jatuhnya buah dari atas pohon dengan sendirinya. Semua benda yang dilempar ke atas akan tetap kembali ke bawah karena pengaruh

Gambar 2.7. Contoh adanya Gaya Gravitasi Bumi

  gravitasi bumi (Wiyono dan ( Wiyono dan Sulistyanto 2008 ) Sulistyanto, 2008:93) .

  e.) Gaya Pegas Kekuatan yang ditimbulkan oleh karet atau pegas yang diregangkan. Misalnya saat seseorang bermain panahan, karet mampu mendorong anak panah terlontar dengan cepat dan jauh (Nursari: 2010).

Gambar 2.8 Gaya Pegas (Nursari: 2010)

  3) Gaya pada benda yang diam Kedua orang yang saling mendorong meja secara berlawanan dengan kekuatan sama akan menyebabkan benda tersebut diam.

  Walaupun kedua orang masing-masing mengeluarkan gaya, akan tetapi karena arah gayanya saling berlawanan, maka total gaya menjadi mengecil atau saling menghilangkan.

  Benda yang diam bisa bergerak atau sebaliknya bila diberi gaya. Benda diam menjadi bergerak, contoh: bola akan bergerak bila diberi gaya otot berupa lemparan atau tendangan. Benda bergerak menjadi diam, contoh: Kiper yang dapat menangkap bola yang sedang melayang akibat lemparan pemain.

  4) Gaya pada benda bergerak Kedua orang yang mendorong meja secara bersama-sama, pada posisi yang searah menyebabkan meja dapat bergeser. Pada saat itulah terjadi gerak yang diakibatkan oleh lebih dari satu gaya.

  Total gaya pada meja menjadi saling menguatkan, sehingga gaya yang dihasilkan menjadi lebih besar. Gaya-gaya yang searah akan memperbesar gaya total (Nursari: 2010). 5) Gaya pada benda yang menyebabkan perubahan arah gerak dan bentuk benda.

  Gaya dapat mempengaruhi gerak benda. Pada saat seseorang mengendarai sepeda, maka sepeda dapat di belokkan arah gerakannya karena adanya suatu gaya tarik dan gaya otot yang membelokkan stang sepeda atau pada saat seseorang bermain bola yang dapat merubah arah bola yang disebabkan oleh tendangan, lemparan, atau pukulan dari pemain, sehingga pemain memberikan gaya pada bola yang menyebabkan bola tersebut berubah arah, di sini gaya berperan untuk mengubah arah dari benda yang bergerak.

  Gaya mempengaruhi bentuk benda, misalnya ada gaya grafitasi, buah jatuh dari pohon, maka bentuk buah akan berubah karena mengalami benturan pada saat jatuh dari pohon ke bawah yang diakibatkan adanya gaya tarik bumi untuk menarik sebuah benda atau gaya grafitasi (Nursari: 2010). 6) Rangkuman a. Untuk bergerak, semua benda memerlukan gaya.

  b. Setiap gaya yang dilakukan memerlukan tenaga.

  

c. Berdasarkan sumber tenaga yang diperlukan, gaya dibedakan

menjadi lima, yaitu gaya magnet, listrik, otot, gravitasi, dan pegas.

  

d. Beberapa faktor yang mempengaruhi gerak suatu benda adalah

adanya gaya gravitasi bumi dan tarikan atau dorongan yang terjadi pada benda.

  e. Gravitasi menyebabkan benda dapat bergerak jatuh ke bawah.

  

f. Gerak benda yang terjadi karena dorongan atau tarikan dipengaruhi

oleh permukaan tempat benda bergerak.

  Gaya yang terjadi pada benda baik berupa dorongan ataupun tarikan dapat mempengaruhi bentuk benda tersebut (Wiyono dan Sulistyanto, 2008:93) .

5. Metode discovery a. Pengertian metode discovery.

  Hamdani (2011:182-183), Discovery (penemuan) adalah proses mental ketika siswa mengasimilasikan suatu konsep atau suatu prinsip.

  Adapun proses mental, misalnya, mengamati, menjelaskan, mengelompokkan, membuat kesimpulan, dan sebagainya. Konsep, misalnya bundar, segitiga, demokrasi, energi, dan sebagainya.

  Menurut Suryosubroto (2009: 178) model penemuan diartikan sebagai suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran, perseorangan, manipulasi objek dan lain-lain percobaan, sebelum sampai ke genaralisasi. Sebelum siswa sadar akan pengertian, guru tidak menjelaskan dengan kata-kata. Sedangkan menurut Roestiyah (2008: 20) teknik penemuan adalah terjemahan dari proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip.

  DR. J Richard dan asistennya mencoba self-learning siswa (belajar sendiri) itu, sehingga situasi belajar mengajar berpindah dari situasi teacher dominated learning, menjadi situasi student dominated

  learning . Dengan menggunakan discovery learning kegiatan mental

  melalui tukar pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri (dalam Roestiyah, 2008: 20).

  Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa metode penemuan adalah suatu metode pembelajaran yang berpusat kepada siswa, dalam kegiatan pembelajarannya, siswa dituntut agar dapat menemukan sendiri suatu konsep atau prinsip.

b. Langkah-langkah pelaksanaan metode pembelajaran discovery

  Gilstrap (1975) dalam Suryosubroto (2009: 182-184) mengemukakan petunjuk langkah-langkah yang harus ditempuh apabila seorang guru melaksanakan metode penemuan. Langkah- langkah yang harus dikerjakan adalah sebagai berikut:

  1) Menilai kebutuhan dan minat siswa, dan menggunakannya sebagai dasar untuk menentukan tujuan yang berguna dan realistis untuk mengajar dengan penemuan. 2) Seleksi pendahuluan, atas dasar kebutuhan dan minat siswa, prinsip-prinsip, generalisasi, pengertian dalam hubungannya dengan apa yang akan dipelajari. 3) Mengatur semua susunan kelas sedemikian rupa sehingga memidahkan terlibatnya arus bebas pikiran siswa dalam belajar dengan penemuan. 4) Bercakap-cakap dengan siswa untuk membantu menjelaskan peranan.

  5) Menyiapkan suatu situasi yang mengandung masalah yang minta dipecahkan.

  6) Mengecek pengertian siswa tentang masalah yang digunakan untuk merangsang belajar dengan penemuan.

  7) Menambah berbagai alat peraga untuk kepentingan pelaksanaan penemuan.

  8) Memberi kesempatan kepada siswa untuk bergiat mengumpulkan dan mengatur data, misalnya tiap siswa mempunyai tabung yang diamatinya dan dicatatnya. 9) Memberi kesempatan kepada siswa mengumpulkan dan mengatur data sesuai dengan kecepatannya sendiri, sehingga memperoleh tilikan umum. 10) Memberi kesempatan kepada siswa melanjutkan pengalaman belajarnya, walaupun sebagian atas tanggung jawabnya sendiri.

  11) Memberi jawaban dengan tepat dan cepat dengan data dan informasi apabila ditanya dan apabila diperlukan siswa dalam kelangsungan kegiatannya. 12) Mempimpin analisisnya sendiri melalui percakapan dan eksplorasinya sendiri dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi proses. 13) Mengajarkan keterampilan untuk belajar dengan penemuan yang diidentifikasi oleh kebutuhan siswa, misalnya latihan penyelidikan. 14) Merangsang interaksi siswa dengan siswa, misalnya merundingkan strategi penemuan, mendiskusikan hipotesis dan data yang terkumpul.

  15) Mengajukan pertanyaan tingkat tinggi maupun pertanyaan tingkat sederhana.

  16) Bersikap membantu jawaban siswa, ide siswa, pandangan dan tafsiran yang berbeda. Bukan menilai secara kritis tetapi membantu menarik kesimpulan yang benar. 17) Membesarkan siswa untuk memperkuat pernyataannya dengan alasan dan fakta.

  18) Menguji siswa yang sedang bergiat dalam proses penemuan. 19) Membantu siswa menulis atau merumuskan prinsip, aturan, ide, generalisasi atau pengertian yang menjadi pusat dari masalah semula dan yang telah ditemukan melalui strategi penemuan. 20) Mengecek apakah siswa telah menggunakan apa yang telah ditemukannya, misalnya pengertian atau teori atau teknik, dalam situasi berukutnya; situasi dimana siswa bebas untuk menentukan pendekatannya.

  Suryosubroto (2009: 185-186) c.

   Kelebihan Metode Pembelajaran Discovery.

  1) Dianggap membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan keterampilan dan proses kognitif siswa, andaikata siswa itu dilibatkan terus dalam penemuan terpimpin. Kekuatan dari proses penemuan dating dari usaha untuk menemukan; jadi seseorang belajar bagaimana belajar itu.

  2) Pengetahuan diperoleh dari strategi ini sangat pribadi sifatnya dan mungkin meruapakan suatu pengetahuan yang sangat kukuh; dalam arti pendalaman dari pengertian; retensi, dan transfer. 3) Strategi penemuan membangkitkan gairah pada siswa, misalnya siswa merasakan jerih payah penyelidikannya, menemukan keberhasilan dan kadang-kadang kegagalan. 4) Metode ini memberi kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuan sendiri.

  5) Metode ini menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya, sehingga ia lebih merasa terlibat dan bermotivasi sendiri untuk belajar, paling sedikit pada suatu proyek penemuan khusus.

  6) Metode ini dapat membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses penemuan. Dapat memungkinkan siswa sanggup mengatasi kondisi yang mengecewakan.

  7) Strategi ini berpusat pada anak, misalnya memberi kesempatan kepada mereka dan guru berpartisispasi sebagai sesama dalam mengecek ide. Guru menjadi teman belajar, terutamadalam situasi penemuan yang “jawaban”nya belum diketahui sebelumnya.

  8) Membantu perkembangan siswa menuju skeprisisme yang sehat untuk menmukan kebenaran akhir dan mutlak.

  Suryosubroto (2009: 186-187)

d. Kelemahan Metode Discovery

  1) Dipersyaratkan keharusan adanya persiapan mental untuk cara belajar ini. Misalnya, siswa yang lamban mungkin bingung dalam usahanya untuk mengembangkan pikirannya jika berhadapan dengan hal-hal yang abstrak, atau menemukan saling ketergantungan antara pengertian dalam suatu subjek, atau dalam usahanya menyusun suatu hasil penemuan dalam bentuk tertulis.

  Siswa yang lebih pandai mungkin akan memonopoli penemuan dan akan menimbulkan frustasi pada siswa yang lain.

  2) Metode ini kurang berhasil untuk mengajar kelas besar. Misalnya sebagian besar waktu dapat hilang karena membantu seorang siswa menemukan teori-teori, atau menemukan bagaimana ejaan dari bentuk kata-kata tertentu.

  3) Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran secara tradisional. 4) Mengajar dengan penemuan mungkin akan dipandang sebagai terlalu mementingkan memeroleh pengertian dan kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan keterampilan. Sedangkan sikap dan keterampilan diperlukan untuk memeroleh pengertian atau sebagai perkembangan emosional sosial secara keseluruhan. 5) Dalam beberapa ilmu (misalnya IPA) fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba ide-ide mungkin tidak ada.

  6) Strategi ini mungkin tidak akan memberi kesempatan untuk berpikir kreatif, apabila berpikir kreatif, apabila pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi terlebih dahulu oleh guru, demikian pula proses-proses di bawah pembinaannya. Tidak semua pemecahan masalah menjamin penemuan yang penuh arti. Pemecahan masalah dapat bersifat membosankan mekanisasi, formalitas, dan pasif seperti bentuk terburuk dari metode ekspositori verbal.

  Suryosubroto (2009: 186-187) 6.

   Media Pembelajaran

  Kata media dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti ’tengah, ’perantara’ atau ’pengantar’. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.

  Menurut Hamalik dalam Arsyad (2007:15-16) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampean pesan dan isi pelajaran pada saat itu.

  Media dan alat peraga mempunyai kedudukan yang penting dalam pembelajaran IPA, menggunakan media maka alat indera yang terpacu bukan hanya pendengaran dan penglihatan saja, tetapi sekaligus dengan perabaan atau memanipulasi benda. Diharapkan dapat mendorong semangat belajar siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang mencakup tiga aspek yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotor.

  Jadi dapat disimpulkan bahwa, penggunaan media dalam pembelajaran memang diperlukan, karena sesuai dengan tahap berpikir anak. Dengan menggunakan media atau alat peraga tersebut anak akan lebih menghayati pelajaran secara nyata berdasarkan fakta yang jelas dan dapat dilihatnya sehingga anak lebih mudah memahami topik yang disajikan.

B. Penelitian Yang Relevan

  Peneliti tidak menemukan hasil penelitian yang sama persis dengan yang penulis teliti. Akan tetapi, peneliti dapat menemukan penelitian yang relevan yaitu penelitian yang dilakukan oleh:

  1. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rida Susanti dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar IPA Kompetensi Dasar Mendeskripsikan Sifat-Sifat Cahaya Melalui Metode Discovery Di Kelas V SDN 3 Kalibagor Tahun Ajaran 2010/2011”. (Sripsi tahun 2011), metode penemuan (discovery) dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran IPA. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian yang dilakukan oleh Rida Susanti adalah hasil nilai rata-rata aspek kognitif pada siklus I adalah 65,14 terjadi kenaikkan 42,85% dari hasil nilai rata-rata siklus II rata-rata 80,87. Nilai rata-rata hasil belajar siswa aspek afektif pada siklus I 68,03%, pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 87,32%. Nilai rata-rata hasil belajar siswa aspek psikomotor pada siklus I 69,92%, pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 85,21%. Dari hasil observasi aktivitas guru siklus I dengan presentase 62,5% terjadi kenaikan 11,5% pada siklus II. Dari hasil observasi aktivitas siswa siklus I dengan presentase 54,21% terjadi kenaikan 24,34% pada siklus II.

C. Kerangka Berpikir

  Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang menjadi dasar dari ilmu-ilmu pengetahuan lain. Siswa yang menyukai pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) maka akan menyukai pelajaran yang lainnya. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Sekolah Dasar merupakan pembelajaran awal, dimana pada anak usia SD tahap pembelajarannya dari pengenalan benda-benda yang konkrit atau nyata menuju yang abstrak. Oleh sebab itu dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibutuhkan alat peraga sebagai media bantu untuk meningkatkan hasil belajar siswa. dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) menggunakan alat peraga, maka dalam penggunaan metode pembelajaran yang tepat adalah metode discovery.

  Dalam proses menemukan, peran siswa tidak hanya sekedar memperhatikan, tetapi siawa ikut memberikan pengalaman dan pengetahun secara langsung. Hal tersebut merupankan salah satu upaya untuk meningkatkan rasa percaya diri pada siswa, rasa percaya diri siswa tumbuh karena siswa telah mempelajari langsung pembelajaran dengan memperhatikan guru. Rasa percaya diri akan muncul pada siswa sehingga anak akan merasa bahwa dirinya mampu untuk memcahkan masalah yang berupa sosl-soal.

  Pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 1 Kertanegara pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) khususnya pada materi gaya masih mengalami kesulitan, dengan adanya alat peraga magnet untuk materi gaya magnet, alat peraga penggaris dan sobekan kertas untuk materi gaya listrik statis, alat peraga bola kasti untuk materi gaya otot dan gaya gravitasi bumi serta alat peraga ketapel untuk materi gaya pegas dapat membantu siswa untuk memahami materi gaya tersebut.Dengan menggunakan metode discovery dan alat peraga magnet untuk materi gaya magnet, alat peraga penggaris dan sobekan kertas untuk materi gaya listrik statis, alat peraga bola kasti untuk materi gaya otot dan gaya gravitasi bumi serta alat peraga ketapel untuk materi gaya pegas, dapat menanamkan pemahaman tentang gaya, serta memberikan pengalaman belajar bagi siswa.

D. Hipotesis Tindakan

  Bedasarkan kajian teoritis dan kerangka berfikir di atas, maka dalam penelitian tindakan kelas ini diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut: “Melalui metode discovery dan penggunaan alat peraga magnet untuk materi gaya magnet, alat peraga penggaris dan sobekan kertas untuk materi gaya listrik statis, alat peraga bola kasti untuk materi gaya otot dan gaya gravitasi bumi serta alat peraga ketapel untuk materi gaya pegas dapat meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam materi gaya kelas V SD Negeri 1 Kertanegara Unit pendidikan Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga pada semester II tahun pelajaran 2011/2012

  ”.