PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE DISCOVERY PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 KEBAGUSAN GEDONGTATAAN PESAWARAN
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODEDISCOVERYPADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1
KEBAGUSAN GEDONGTATAAN PESAWARAN Oleh
YUSNANI
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan : (1) peningkatan aktivitas belajar IPA melalui metode Discovery pada siswa kelas V SD Negeri 1 Kebagusan Gedongtataan Persawaran, (2) prestasi belajar IPA melalui metode Discoverypada siswa kelas V SD Negeri 1 Kebagusan Gedongtataan Persawaran. Metode penelitian ini, menggunakan metode penelitian tindakan kelas,di 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari 4 tahap meliputi : perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection). Teknik pengumpulan data melalui observasi dan kemudian dianalisis secara deskriptif konstitusi.
Hasil penelitian menunjukan (1) rata- rata aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan , pada siklus 1 sebesar 65,17% menjadi 77,10% .(2) rata- rata prestasi belajar siswa mengalami peningkatan , pada siklus I sebesar 63,33% menjadi 86,67% .
(2)
(3)
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Belajar dan Metode
Nik Aziz Nik Pa dalam Nabisi Lapono (2010: 1-25), menjelaskan tentang konstruktivisme dalam belajar seperti dikutip berikut ini:
Konstruktivisme adalah tidak lebih daripada satu komitmen terhadap pandangan bahwa manusia membina pengetahuan sendiri. Ini bermakna bahwa sesuatu pengetahuan yang dipunyai oleh seseorang individu adalah hasil daripada aktiviti yang dilakukan oleh individu tersebut, dan bukan sesuatu maklumat atau pengajaran yang diterima secara pasif daripada luar. Pengetahuan tidak boleh dipindahkan daripada pemikiran seseorang individu kepada pemikiran individu yang lain. Sebaliknya, setiap insan membentuk pengetahuan sendiri dengan menggunakan pengalamannya secara terpilih.
Pendapat Nik Azis Nik Pa seperti dikutip di atas menunjukkan bahwa keaktivan peserta didik menjadi syarat utama dalam Metode konstruktivisme. Peranan guru hanya sebagai fasilitator atau pencipta kondisi belajar yang memungkinkan peserta didik secara aktif mencari sendiri informasi, mengasimilasi dan mengadaptasi sendiri informasi, dan mengkonstruksinya menjadi pengetahuan yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki masing-masing. Dengan kata lain, dalam Metode konstruktivisme peserta didik memegang peran kunci dalam mencapai esuksesan belajarnya, sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator.
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa menurut teori belajar konstruktivisme, pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran
(4)
peserta didik. Artinya, bahwa peserta didik harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya. Dengan kata lain, peserta didik tidak diharapkan sebagai botol-botol kecil yang siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendak guru. Sehubungan dengan hal tersebut, Tasker dalam Nabisi Lapono (2010: 1-27) mengemukakan tiga penekanan dalam teori belajar konstruktivisme sebagai berikut. Pertama adalah peran aktif peserta didik dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna. Kedua adalah pentingya membuat kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksian secara bermakna. Ketiga adalah mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima.
Wheatley dalam Nabisi Lapono (2010:1-28) mendukung pendapat di atas dengan mengajukan dua prinsip utama dalam Metode dengan teori belajar konstrukitivisme. Pertama, pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur kognitif peserta didik. Kedua, fungsi kognisi bersifat adaptif dan membantu pengorganisasian melalui penga1aman nyata yang dimiliki anak.
Kedua pengertian di atas menekankan bagaimana pentingnya keterlibatan secara aktif dalam proses pengaitan sejumlah gagasan dan pengkonstruksian ilmu pengetahuan melalui lingkungannya. Bahkan secara spesifik Hudoyo dalam Nabisi Lapono (2010: 1-30) mengatakan bahwa seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu didasari oleh apa yang telah diketahui orang lain.
(5)
Berdasarkan definisi di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa konsep belajar menurut teori belajar konstruktivisme adalah pengetahuan baru dikonstruksi sendiri oleh peserta didik secara aktif berdasarkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya.
2.2 Aktivitas Belajar
Aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar tidak hanya mendengarkan dan mencatat saja. Semakin banyak aktivitas yang dilakukan siswa dalam belajar, maka proses pembelajaran yang terjadi akan semakin baik. Menurut Sanjaya (2006: 130) belajar adalah berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Aktivitas tidak terbatas pada aktivitas fisik, akan tetapi juga meliputi aktivitas yang bersifat psikis seperti aktivitas mental. Dalam pengajaran, siswwalah yang menjadi subyek sebagai pelaku kegiatan belajar. Guru hendaknya merancang pengajaran yang menuntut agar siswa banyak melakukan aktivitas belajar. Siswwa tidak menerima pengetahuan dari guru secara pasif, siswa membangun struktur- struktur baru untuk mengakomodasi masukan pengetahuan yang baru. Jadi penyusunan pengetahuan yang terus- menerus menempatkan siswa sebagai peserta yang aktif.
Menurut Rohani (2006 : 6) belajar yang berhasil harus melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis. Aktivitas fisik adalah peserta didik giat dan aktif dengan anggota badan sedangkan aktivitas psikis (kejiwaan) ialah
(6)
jika daya dan jiwanya bekerja dalam kegiatan pembelajaran. Tingkat keberhasilan dalam proses pembelajaran bergantung pada diri siswa. Berawal dari minat siswa dengan segala aktivitas- aktivitas selama mengikuti pembelajaran menjadi salah satu penunjang keberhasilan pembelajaran. Oleh karena itu aktivitas siswa perlu diperhatikan sebab hal ini berperan dalam menentukan prestasi atau hasil belajar siswa
2.3 Prestasi Belajar
telah dicapai. Sedangkan pengertian belajar adalah usaha memperoleh kepandaian atau ilmu DepDikBud (Susanti, 2009 : 13). Jadi, prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran , lazimnya ditunjukkan dengan nilai atau angka yang diberikan oleh guru.
Larasati (2005 :11), mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai seseorang setelah melakukan suatu proses belajar. Prestasi belajara merupakan perubahan tingkah laku kognitif, tingkah laku afektif dan tingkah laku psikomotorik. Dengan sumber yang sama prestasi belajar merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. Manusia selalu berusaha mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Suatu prestasi belajar tidak hanya sebagai indikator keberhasilan dalam suatu bidang studi tertentu, tetapi juga sebagai indikator kualitas institusi pendidikan, adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.
(7)
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah kepandaian dalam penguasaan pengetahuan dan ketrampilan yang telah dicapai oleh seorang baik tingkah laku koqnitif,afektif dan psikomotor. Suatu proses belajar tidak hanya sebagai indikator ketercapaian hasil, tetapi jugansebagai indikator ketercapaian proses Metode. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah dijadikan evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.
2.4 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
IPA berasal dari kata sains yang berarti alam. Sains menurut Suyoso dalam Nana,
(2008 : 5 bersifat aktif dan
dinamis tiada henti-hentinya serta memperoleh melalui metode tertentu yaitu teratur, sistematis, berobjek, bermetode, dan berlaku secara unive
Leo Sutrisno, (2008:1-27) Ilmu Pengetahuan Alam adalah sebuah mata pelajaran yang membahas Ilmu Biologi, Ilmu Fisika, Ilmu Kimia, Ilmu Bumi dan Antaniksa (Astronomi).
scientia
Berdasarkan webster new collegiate dictionary definisi dari sains adalah Metode da
yang melingkupi suatu kebenaran umum dari hukum-hukum alam yang terjadi
(8)
menggunakan pengamatan dan eksperimen untuk menggambarkan dan menjelaskan fenomena-fenomena yang terjadi di alam.
Dari uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa IPA atau Sains merupakan pengetahuan hasil kegiatan manusia yang bersifat aktif dan dinamis. IPA adalah ilmu pengetahuan alam yang mempelajari tentang alam dan terdiri atas beberapa cabang. Berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam seara sistematis, juga merupakan suatu proses penemuan sehingga dalam proses Metode siswa diberikan kesempatan untuk mendapatkan pengalaman langsung.
2.5 Pengertian MetodeDiscovery
Metode Discovery disebut juga penemuan terbimbing yaitu merupakan pendekatan dimana siswa diarahkan untuk mendapatkan suatu kesimpulan dari serangkaian aktivitas yang dilakukan sehingga siswa seolah-olah menemukan sendiri pengetahuan tersebut (Supeno, 2008: 218).
Metode Discovery atau penemuan terbimbing terdiri atas dua macam model penemuan, yaitu:
1. Model Metode penemuan terarah (penemuan terbimbing)
2. Model Metode penemuan murni (tanpa adanya petunjuk atau arahan).
Dalam Metode penemuan murni, ada kemungkinan setiap grup di dalam kelas melakukan penemuan yang berbeda. Bagi guru yang menerapkan penemuan ini harus toleran dengan kebisingan, sedangkan Metode penemuan terarah (terbimbing) sedikit berbeda dan penemuan murn, guru lebih sedikit banyak
(9)
berperan dibanding dengan penemuan Metode murni. Disini seluruh siswa melakukan kegiatan yang sama dan hampir sama.
Terdapat beberapa pendekatan Metode yang dikembangkan oleh Bruce Joyce dan Marsha Weil dalam Supeno (2008: 219). Dalam penjelasan dan pencatatan tiap-tiap pendekatan dikembangkan suatu sistem penganalisaan dari sudut dasar teorinya, tujuan pendidikan, dan perilaku guru dan siswa yang diperlukan untuk melaksanakan pendekatan itu agar berhasil. Dengan demikian pendekatan Metode adalah pola-pola penemuan terarah patut dicontoh, menyangkut bentuk utuh Metode, meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi Metode.
Menurut Jerome Bruner Cooney Davis dalam Markaban (2006: 295) penemuan adalah suatu proses. Proses penemuan dapat menjadi kemampuan umum melalui latihan pemecahan masalah, praktek membentuk dan menguji hipotesis. Di dalam pandangan Bruner, belajar dengan penemuan adalah belajar untuk menemukan, dimana seorang siswa diarahkan untuk mendapatkan suatu kesimpulan dan serangkaian aktivitas yang dilakukan sehingga siswa seolah-olah menemukan sendiri pengetahuan tersebut.
Interaksi dalam pendekatan ini menekankan pada interaksi dalam kegiatan belajar mengajar. Interaksi tersebut dapat juga terjadi antara siswa dengan siswa (S S), siswa dengan bahan bahan ajar (S B), siswa dengan guru: (S G), siswa dengan bahan ajar dan siswa (S B S) dan siswa dengan bahan ajar dan guru (S B G). Interaksi yang mungkin terjadi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Guru
(10)
Gambar 2.1 Alur proses pembelajaran dengan penemuan terbimbing Data Markaban (2006 : 295)
Interaksi dapat pula dilakukan antara siswa baik dalam kelompok-kelompok kecil maupun kelompok besar (kelas). Dalam melakukan aktivitas atau penemuan dalam kelompok- kelompok kecil, siswa berinteraksi satu dengan yang lain. Interaksi ini dapat berupa saling sharing atau siswa yang lemah bertanya dan dijelaskan oleh siswa yang lebih pandai. Kondisi semacam ini selain akan berpengaruh pada penguasaan siswa terhadap materi IPA, juga akan dapat meningkatkan social skills siswa, sehingga interaksi merupakan aspek penting dalam Metode sains.
Menurut Burscheid dan Struve Voigt dalam Markaban (2006 : 296) belajar konsep-konsep teoritis di sekolah, tidak cukup hanya dengan memfokuskan pada individu siswa yang akan menemukan konsep-konsep, tetapi perlu adanya social impulsdi sekolah sehingga siswa dapat mengkonstruksikan konsep-konsep teoritis seperti yang diinginkan. Interaksi dapat terjadi antar guru dengan siswa tertentu, dengan beberapa siswa, atau serentak dengan semua siswa dalam kelas. Tujuannya untuk saling mempengaruhi berpikir masing-masing, guru memancing berpikir siswa yaitu dengan pertanyaan-pertanyaan terfokus sehingga dapat memungkinkan siswa untuk memahami dan mengkontruksikan konsep-konsep
(11)
tertentu, membangun aturan-aturan dan belajar menemukan sesuatu untuk memecahkan masalah.
Markaban (2006: 297) menjelaskan di dalam Metode Discovery (penemuan terbimbing) ini, guru dapat menggunakan strategi penemuan yaitu secara induktif, deduktif atau keduanya.
1. Strategi Penemuan Induktif
lnduktif merupakan proses berpikir dimana siswa menyimpulkan dari apa yang diketahui benar untuk hal yang khusus, juga akan benar untuk semua hal yang serupa secara umum. Sebuah argumen induktif meliputi dua komponen, yang pertama terdiri dari pernyataan/fakta yang mengakui untuk mendukung kesimpulan dan yang kedua bagian dari argumentasi (Cooney dan Davis dalam Markaban, 2006 : 300-302).
Kesimpulan dari suatu argumentasi induktif perlu mengikuti fakta yang mendukungnya. Fakta mungkin membuat lebih dipercaya, tergantung sifatnya, tetapi itu tidak bisa membuktikan dalil untuk mendukung. Guru beresiko didalam suatu argumentasi induktif bahwa kejadian semacam itu sering terjadi. Karenanya, suatu kesimpulan yang dicapai oleh induksi harus berhati-hati karena hal semacam itu nampak layak dan hampir bisa dipastikan atau mungkin terjadi. Sebuah argumentasi dengan induktif dapat ditandai sebagai suatu kesimpulan dari yang diuji ke tidak diuji. Bukti yang diuji terdiri dari kejadian atau contoh-contoh pokok.
(12)
Ciri utama IPA adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu pernyataan diperoleh sebagai akibat logis kebenaran sebelumnya, sehingga kaitan antar pernyataan dalam sains bersifat konsisten. Berarti dengan strategi penemuan deduktif, kepada siswa dijelaskan konsep dan prinsip materi tertentu untuk mendukung perolehan pengetahuan sains yang tidak dikenalnya dan guru cenderung untuk menanyakan suatu urutan pertanyaan untuk mengarahkan pemikiran siswa ke arah penarikan kesimpulan yang menjadi tujuan dari Metode.
Proses induktif-deduktif dapat digunakan untuk mempelajari konsep IPA. Namun demikian, Metode dan pemahaman suatu konsep dapat diawali secara induktif melalui peristiwa nyata atau intuisi. Kegiatan dapat dimulai dengan beberapa contoh atau fakta yang teramati, membuat daftar sifat yang muncul (sebagai gejala), memperkirakan hasil baru yang diharapkan, yang kemudian dibuktikan secara deduktif. Dengan demikian, cara belajar induktif dan deduktif dapat digunakan dan sama-sama berperan penting dalam mempelajari sains.
Dengan penjelasan di atas, Metode Discovery (penemuan terbimbing) yang dipandu oleh guru ini kemudian dikembangkan dalam suatu model Metode yang sering disebut pendekatan Metode dengan penemuan terbimbing. Metode dengan pendekatan ini dapat diselenggarakan secara individu atau kelompok. Pendekatan ini sangat bermanfaat untuk mata pelajaran sains sesuai dengan karakteristik sains sebut. Guru membimbing siswa jika diperlukan dan siswa didorong untuk berpikir sendiri sehingga dapat menemukan prinsip umum berdasarkan bahan yang
(13)
disediakan oleh guru dan sampai seberapa jauh siswa dibimbing tergantung pada kemampuannya dan materi yang sedang dipelajari. Dengan Metode Discovery (penemuan terbimbing) ini siswa dihadapkan kepada situasi dimana siswa bebas menyelidiki dan menarik kesimpulan. Terkaan, intuisi dan mencoba-coba (trial and error), hendaknya dianjurkan. Guru sebagai penunjuk jalan dalam membantu siswa agar mempergunakan ide, konsep dan keterampilan yang sudah mereka pelajari untuk menemukan pengetahuan yang baru.
Dalam Metode Discoverydengan penemuan terbimbing, peran siswa cukup besar karena Metode tidak lagi terpusat pada guru tetapi pada siswa. Guru memulai kegiatan belajar mengajar dengan menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan siswa dan mengorganisir kelas untuk kegiatan seperti pemecahan masalah, investigasi atau aktivitas lainnya. Pemecahan masalah merupakan suatu tahap yang penting dan menentukar. Ini dapat dilakukan secara individu maupun kelompok. Dengan membiasakan siswa dalam kegiatan pemecahan masalah dapat diharapkan akan meningkatkan kemampuan siswa dalam mengerjakan soal IPA, karena siswa dilibatkan dalam berpikir sains pada saat manipulasi, eksperimen, dan menyelesaikan masalah.
Menurut Jerome Bruner Cooney Davis dalam Markaban (2006: 304) Metode Discovery memiliki beberapa kebaikan dan kelemahan serta cara mengatasi kelemahan MetodeDiscovery.
2.5.1 Kebaikan MetodeDiscovery
(14)
2. Pengetahuan yang diperoleh melalui penemuan sangat kokoh. 3. Metode penemuan membangkitkan gairah siswa dalam belajar.
4. Metode penemuan memungkinkan siswa bergerak untuk maju sesuai dengan kemampuannya sendiri.
5. Metode ini menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya sehingga ia merasa lebih terlibat dan termotivasi sendiri untuk belajar. 6. Metode ini berpusat pada anak, dan guru sebagai teman belajar atau
fasilitator.
2.5.2 Kelemahan MetodeDiscovery
Kelemahan metode Discovery menurut Jerome Bruner Cooney Davis dalam Markaban (2006: 304)
1. Metode ini mempersyaratkan kesiapan mental, dalam arti siswa yang pandai akan memonopoli penemuan dan siswa yang bodoh akan frustrasi. 2. Metode ini kurang berhasil untuk kelas besar karena habis waktu guru
untuk membantu siswa dalam kegiatan penemuannya.
3. Dalam pelajaran tertentu (misalnya IPA) fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba ide-ide mungkin terbatas.
4. Metode ini terlalu mementingkan untuk memperoleh pengertian, sebaliknya kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan keterampilan.
(15)
5. Penmbelajaran ini kurang memberi kesempatan untuk berpikir kreatif kalau pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi oleh guru, begitu pula proses-prosesnya dibawah pembinaannya.
2.5.3 Cara Mengatasi Kelemahan MetodeDiscovery
1. Bentuklah kelompok-kelompok kecil, yang anggotanya terdiri dari siswa pandai dan siswa kurang pandai, agar siswa yang pandai bisa membimbing siswa yang kurang pandai. Dengan cara ini pula kelemahan kelas besar dalam penggunaan metode ini dapat diatasi.
2. Metode penemuan untuk IPA dapat pula dilakukan di luar kelas sehingga tidak memerlukan fasilitas atau bahan yang umumnya mahal.
3. Mulailah dengan penemuan terbimbing, kemudian jika siswa sudah terbiasa dengan pendekatan ini maka gunakanlah pendekatan penemuan bebas, agar siswa benar-benar dapat berkembang berpikir kreatifnya.
2.6 Kerangka Pikir
Adanya prestasi belajar yang rendah dalam Metode IPA, hal ini dikarenakan Metode yang dilaksanakan guru masih memfokuskan pada bahan ajar dan informasi dari guru saja dengan kata lain Metode selama ini masih rnenggunakan metode yang berpusat pada guru seperti, ceramah, tanya jawab, dan demontrasi. Jadi, dalam Metode siswa kurang berperan secara aktif. Penekanan Metode belum dipusatkan pada aktivitas Metode itu sendiri atau pendidikan di sekolah terlalu menjejali otak siswa dengan berbagai bahan ajar yang harus dihafal. Metode tidak
(16)
diarahkan untuk membangun dan mengembangkan karakter serta potensi yang dimiliki oleh peserta didik.
Untuk mengatasi hal tersebut di atas perlu diadakan pembenahan dalam proses Metode yang dilakukan oleh guru khususnya dalam Metode materi pesawat sederhana. Solusi yang diambil adalah dengan menggunakan Metode Discovery dalam Metode IPA. Dengan penggunaan Metode Discovery siswa akan lebih tertarik dan antusias dalam mengikuti pelajaran sains. Setelah penggunaan Metode Discovery aktivitas belajar IPA siswa meningkat. Yang akan berdampak pada peningkatan prestasi belajar serta meningkatnya mutu pendidikan.
Adapun alur kerangka pemikiran yang ditujukan untuk mengarahkan jalannya proses Metode tidak menyimpang dari pokok-pokok permasalahan, maka kerangka pemikiran dilukiskan dalam sebuah gambar skema agar mempunyai gambaran yang jelas dalam melakukan penelitian. Siswa bertindak dan melakukan eksperimen. Adapun skema itu adalah sebagai berikut:
Gambar 2.2 Alur Kerangka Berpikir Penelitian Tindakan Kelas
2.7 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka yang diuraikan di atas, hipotesis penelitian ini sebagai berikut : Apabila Metode IPA di kelas V SDN 1 Kebagusan Gedongtataan Aktivitas dan prestasi
belajar siswa rendah
Menggunakan
(17)
Pesawaran menggunakan Metode Discovery dengan langkah-langkah yang tepat maka akan :
1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas V SDN I Kebagusan Gedong Tataan Pesawaran Tahun Pelajaran 2011/2012.
2. Meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SDN I Kebagusan Gedong Tataan Pesawaran Tahun Pelajaran 2011/2012.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
3.1.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada semester genab tahun pelajaran 2011/ 2012 selama 2 (dua) bulan yaitu bulan April sampai dengan Mei.Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri I Kebagusan Gedong tataan Pesawaran. Pemilihan lokasi ini sebagai tempat penelitian didasarkan atas pertimbangan peneliti yang bertugas sebagai guru kelas di SD Negeri I kebagusan Gedong Tataan Pesawaran dapat lebih efisien, efektif dan bermanfaat. Selain peneliti sendiri, penelitian akan melibatkan dua orang observer (kolaborator). Secara
(18)
garis besar, peneliti dilaksanakan dengan empat tahapan yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (action), pengamatan (observation), refleksi (reflection) .
3.1.2 Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah peserta didik dan guru kelas V SD Negeri 1 Kebagusan Gedongtataan Pesawaran yang terdiri dari 30 siswa. Pertimbangan peneliti mengambil subjek penelitian tersebut dimana peserta didik kelas V telah mampu dan memiliki kemandirian yang cukup untuk melakukan sesuatu.
3.2 Teknik Pengumpulan Data
3.2.1 Data Aktivitas Siswa
Data aktivitas siswa diperoleh dari observasi selama pembelajaran berlangsung. Pengamatan berlangsung dengan cara mengamati aktivitas yang dilakukan siswa sesuai dengan deskriptor yang terdapat dalam lembar observasi.
Tabel 3.1 Aktivitas Siswa
No Aspek Indikator Kinerja
Penilaian 1 Aktivitas
siswa dalam kelompok
a. Berdiskusi memecahkan masalah
b. Bekerjasama dalam mengerjakan lembar kerja kelompok
c. Saling mendukung teman dalam satu kelompoknya
Nilai 4, jika semua tiga indikator tiap-tiap aspek terpenuhi. Nilai 3, jika semua dua indikator tiap-tiap aspek terpenuhi. 2 Partisipasi siswa
a. Mengajukan pertanyaan b. Mengemukakan pendapat c. Mengikuti semua tahapan
(19)
3 Motivasi dan semangat
a. Antusias dalam mengikuti Metode
b. Tertip dan bersegera terhadap interaksi yang telah diberikan c. Menampakkan kecerian dan
kegembiraan dalam belajar
Nilai 2, jika semua satu indikator tiap-tiap aspek terpenuhi. Nilai 1, jika tidak ada indikator tiap-tiap aspek terpenuhi. 4 lnterksi dengan sesama siswa
a. Menghargai pendapat teman b. Berinteraksi dengan sesama
teman secara baik
c. Tidak mengganggu teman 5 Interaksi
siswa dengan guru
a. Melaksanakan instruksi guru b. Mendengarkan penjelasan
guru.
c. Menghargai dan menghormati guru
Skor maksimal 5 x 4 20
Sumber Poerwanti (2008: 5.27)
% 100 maksimal Skor diperoleh yang Jumlah x Skor
3.2.2 Data Prestasi Belajar Siswa
Prestasi belajar siswa diperoleh melalui tes formatif dan tes akhir pembelajaran.
3.3 Alat Pengumpulan Data
3.3.1 Lembar Observasi
Lembar panduan observasi, pengamatan ini dirancang peneliti berkolaborasi dengan guru mitra. Lembar observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai aktivitas siswa dan kinerja guru selama penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran IPA dengan metodeDiscovery.
(20)
Tekhnik tes dilakukan untuk mengambil data kuantitatif berupa data prestasi belajar siswa. Tes dilakukan pada akhir siklus . Pada akhir siklus hasil tes seluruh siswa dirata- rata yang kemudian dibandingkan dengan rata- rata hasil tes pada siklus berikutnya.
KISI - KISI SOAL
Mata Pelajaran : IPA Kelas/ Semester : V/ II
Guru : Yusnani
Nama Sekolah : SDN I Kebagusan
Standart Kompetensi : 5.1 Memahami hubungan antara gaya, gerak dan energi serta fungsinya
Tabel 3.2 Kisi- kisi soal materi magnet pertemuan I N
O Kompetensi Dasar
Indikator Materi Jenjang Kemampuan Jumlah Butir C1 C2 C3 C
4 C 5 C 6 5. 1 Mendeskripsi kan hubungan antara gaya dan energi melalui percobaan (gaya magnet dan gaya gesek) 1.Mengelom pokkan benda-benda yang bersifat magnetis dan yang tidak magnetis Gaya Magnet dan gaya gesek 3 (6.8. 9) 2 (7.10) 5 (1.2.3.4. 5) _ _ _ _ _ _ _ _ _ 10 2.Menunjukk an kekuatan gaya magnet dalam menembus beberapa benda melalui
(21)
percobaan 3. Memberikan contoh penggunaan gaya magnet dalam kehidupan sehari- hari JUMLAH SOAL 10
KISI - KISI SOAL
Mata Pelajaran : IPA Kelas/ Semester : V/ II
Guru : Yusnani
Nama Sekolah : SDN I Kebagusan
Standart Kompetensi : 5.1 Memahami hubungan antara gaya, gerak dan energi serta fungsinya
Tabel 3.3 Kisi- kisi soal materi magnet pertemuan 2 NO
Kompetensi Dasar
Indikator Materi Jenjang Kemampuan Jumlah Butir C1 C2 C3 C
4 C 5 C 6 5.1 Mendeskripsikan hubungan antara gaya dan energi melalui
percobaan (gaya magnet dan gaya gesek) 1.Membandin gkan gerak benda pada permukaan yang berbeda-beda (kasar,halus) Gaya magnet dan gaya gesek 2 (2.4) 1 (2 ) 1 (3)
_ _ _ 4
2.Menjelaskan berbagai cara, memperkecil atau
(22)
memperrbesar gaya gesekan
JUMLAH SOAL
4
KISI - KISI SOAL
Mata Pelajaran : IPA Kelas/ Semester : V/ II
Guru : Yusnani
Nama Sekolah : SDN I Kebagusan
Standart Kompetensi : 5.2 Memahami hubungan antara gaya, gesek dan energi serta fungsinya
Tabel 3.4 Kisi- kisi soal materi pesawat sederhana pertemuan I
NO Kompetensi Dasar Indikator Materi Jenjang Kemampuan Jumlah Butir C1 C2 C3 C4 C5 C6
5.2 Menjelaskan pesawat sederhanaya ng membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat 1.Mengidentifi kasi berbagai jenis pesawat sederhanamis alnya : pengungkit, bidang miring, katrol dan roda. Pesawat Sederha na 3 (7.9 10) 4 (1. 2.6. 8) _ 3 (3.4 5) _ _ _ _ _ _ 10 2. Menggiolongk an berbagai alat rumah tangga sebagai
(23)
pengungkit , bidang miring, katrol dan roda. 3. Mengidentifik asi kegiatan yang menggunakan pesawat sederhana JUMLAH SOAL 10
KISI - KISI SOAL
Mata Pelajaran : IPA Kelas/ Semester : V/ II
Guru : Yusnani
Nama Sekolah : SDN I Kebagusan
Standart Kompetensi : 5.2 Memahami hubungan antara gaya, gerak dan energi serta fungsinya
Tabel 3.5 Kisi- kisi soal materi pesawat pertemuan II N
O Kompetensi Dasar
Indikator Materi Jenjang Kemampuan Jumlah Butir C1 C2 C
3 C4 C 5 C 6 5. Menjelaskan pesawat sederhanaya ng membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih 1.Membandingkan kemudahan pekerjaan yang menggunakan pesawat sederhana melaui pengamatan Pesawat Sederha na 1 (1) 2 (2.3) _ _ _ _ _ _ _ _ 3
(24)
cepat 2.Mendemonstrasi kan cara
menggunakan pesawat sederhana seperti katrol dan roda
JUMLAH SOAL 3
3.4 Jenis Data
3.4.1 Data Kualitatif
Data kualitatif diambil melalui observasi langsung terhadap proses pembelajaran baik berupa aktivitas siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan menggunakan lembar aktivitas siswa.
3.4.2 Data Kuantitatif
Data kuantitatif yang diambil berupa data penguasaan konsep dengan menggunakan teknik tes. Tes dilakukan pada akhir setiap siklus. Pada akhir siklus hasil tes seluruh siswa dirata-rata yang kemudian dibandingkan dengan rata-rata hasil tes pada siklus berikutnya.
(25)
3.5 Teknik Analisis Data
3.5.1 Data kualitatif
Untuk melihat aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung dilakukan observasi dari aktivitas siswa dihitung untuk analisis kualitatif. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini, aktivitas belajar siswa 70% dari jumlah siswa yang ada, Mmes dalam Poerwanti (2008: 31). Lembar aktivitas siswa (terlarnpir).
Setelah dihitung jumlah siswa yang aktif maka dilakukn perhitungan dengan rumus:
% 100
% x
N Na A
Keterangan: %A = persentase siswa yang aktif Na = banyak siswa yang aktif N = banyak siswa keseluruhan
3.5.2 Data kuantitatif
Pemahaman siswa tentang materi yang diajarkan dapat diukur dengan aktivitas siswa, prestasi belajar, dan kinerja guru untuk analisis kuantitatif. Untuk data hasil belajar (terlampir), dapat dilihat nilai perbandingan yang diberikan setelah tindakan selesai dilakukan pada setiap akhir siklus dengan rumus:
(26)
% 100 % x N Na X
Keterangan: %X = persentase siswa yang memperoleh nilai 65 keatas Na = banyak siswa yang memperoleh nilai 65 keatas N = banyak siswa keseluruhan
3.6 Langkah-langkah Pembelajaran Discovery
Pendapat Nik Azis Nik Pa dalam Nabisi Lapono, dkk (2010:1-26). Dalam Pembelajaran Konstruktivisme peranan peserta didik dan guru adalah sebagai berikut:
Peranan Peserta Didik Peranan Guru Berinisiatif mengemukakan
masalah dan pokok pikiran, kemudian menganalisis dan menjawabnya sendiri. Bertanggungjawab sendiri
terhadap kegiatan belajarnya atau menyelesaiakan suatu masalah. Secara aktif bersama dengan teman sekelasnya mendiskusikan penyelesaian masalah atau pokok pikiran yang mereka munculkan, dan apabila dirasa perlu dapat menanyakannya kepada guru. Atas inisiatif sendiri dan mandiri berupaya memperoleh pemahaman yang mendalam(deep
understanding)terhadap sesuatu topik masalah belajar.
Mendorong peserta didik agar masalah atau pokok pikiran yang dikemukakannya sejelas mungkin agar teman sekelasnya dapat turut serta menganalisis dan
menjawabnya.
Merancang skenario pembe1ajaran agar peserta didik merasa
bertanggung jawab sendiri dalam kegiatan belajarnya.
Membantu peserta didik dalam penyelesaian suatu masalah atau pokok pikiran apabila mereka mengalami jalan buntu. Mendorong peserta didik agar mampu mengemukakan atau menemukan masalah atau pokok pikiran untuk diselesaikan dalam
(27)
Secara langsung belajar saling mengukuhkan pemikiran di antara mereka, sehingga jiwa sosial mereka menjadi semakin dikembangkan.
Secara aktif mengajukan dan menggunakan berbagai hipotesis (kemungkinan jawaban) dalam memecahkan suatu masalah. Secara aktif menggunakan berbagai data atau informasi pendukung dalam penyelesaian suatu masalah atau pokok pikiran yang dimunculkan sendiri atau yang dimunculkan oleh teman sekelas.
proses pembelajaran di kelas. Mendorong peserta didik untuk belajar secara kooperatif dalam menyelesaikan suatu masalah atau pokok pikiran yang berkembang di kelas.
Mendorong peserta didik agar secara aktif mengerjakan tugas-tugas yang menuntut proses analisis, sintesis, dan simpulan penyelesaiannya.
Mengevaluasi hasil belajar peserta didik, baik dalam bentuk penilaian proses maupun dalam bentuk penilaian produk.
3.7 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu: 1.1 Perencanaan (Planning)
Pada siklus 1 materi pembelajaran adalah gaya magnet dan gaya gesek . Kegiatan diawali dengan pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran secara kolaboratif, partisipatif antara guru dengan peneliti.
Pada tahap pertama guru memberikan apersepsi dengan menghubungkan materi pembelajaran dan pengetahuan awal yang dimiliki siswa. Apersepsi yang diberikan adalah guru menunjukkan kepada siswa 2 buah kantung yang masing- masing berisi sebuah benda (kantung A berisi magnet dan kantung B berisi sepotong besi), Guru mendemonstrasikan kedua benda dalam kantung secara bergantian didekatkan pada sebuah penjepit kertas yang terbuat dari logam. Setelah itu guru mengajukan pertanyaan dari fenomena yang telah ditampilkan. Pertanyaan yang diberikan yaitu Mengapa benda dikantung A
(28)
dapat menarik penjepit kertas yang terbuat dari logam dan mengapa benda dikssrung B tidak dapat menarik penjepit kertas yang terbuat dari logam? (karena benda dikantung B adalah magnet. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran)
Tahap kedua siswa merumuskan masalah berdasarkan fenomena yang disampaikan. Setelah penyampaian apersepsi, guru mendemonstrasikan sebuah magnet didekatkan dengan sebuah logam ( logam tertarik magnet) dan dengan cara yang sama mengganti logam itu dengan pensil atau pulpen milik adalah satu siswa (pinsil, atau pulpen tidak tertarik oleh magnet). Dari
sebuah benda?
Tahap ketiga, dari rumusan masalah ini, siswa merumuskan hipotesis atau jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji.
Tahap keempat, Untuk membuktikan jawaban sementaara/ hipotesis dari siswa, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil (dalam 1 kelompok terdiri dari 5 orang), setelah kelompok terbentuk diberikan alat peraga dan Lembar Kerja Kelompok (LKK) untuk mencari dan membuktikan kebenaran dari jawaban sementara / hipotesis mereka. Data yang diperoleh dari pengumpulan data lalu dianalisis untuk menguji hipotesis untuk menentukan jawaban. Kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan.
(29)
Tahap kelima, siswa membaca data dari percobaan yang dilakukan, setelah membaca data baru merumuskan kesimpulan dari percobaan / eksperimen yang dilakukan. Kesimpulan dari percobaan adalah magnet dapat menarik benda- benda yang terbuat dari logam tertentu (benda magnetik). Pada akhirnya dari akhir eksperimen dan diskusi, siswa akan memperoleh konsep-konsep yang relevan dari materi yang dipelajari . Selanjutnya pada kegiatan akhir, guru memberikan penguatan dan melakukan tes formatif untuk melihat tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan pada akhir siklus dilakuakan refleksi oleh semua tim peneliti untuk proses pembelajaran yang dilakukan guru dan mengkaji aktifitas siswa selama pembelajaran berlangsung sebagai acuan dalam membuat rencana tindakan pembelajaran baru pada siklus berikutnya.
1.2 Pelaksanaan (Action)
Pembelajaran IPA pada siklus 1 dilaksanakan 2x pertemuan. Pertemuai 1 dilakukan pada hari rabu 26 April 2012 dan pertemuan kedua dilaksanakan pada hari kamis 27 April 2012. Setiap pertemuan berlangsung selama 2 jam pelajaran 2 x 35 menit. Kegiatan metode diikuti 30 siswa yang terdiri dari 11 laki- laki dan 19 perempuan. Selama proses metode berlangsung, dilakukan untuk melihat keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Pembelajaran sesuai dengan RPP siklus 1 pertemuan dengan materi yang dibahas adalah gaya magnet , terakhir dilakukan tes formatif sebagai data hasil belajar siswa siklus 1.
(30)
Pengamatan dilakukan mulai dari proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar catatan yang telah dipersiapkan.
1.4 Refleksi (reflection)
Refleksi merupakan kegiatan menganalisis, memahami dan membuat kesimpulan berdasarkan hasil tes siswa dan catatan lapangan. Refleksi berguna untuk menentukan kemajuan dari kelemahan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran sebagai dasar perbaikan pada siklus berikutnya.
Panen dan Sukamto (2009:11) Panduan Tugas Akhir, langkah-langkah penelitian untuk tiap siklusnya ditunjukkan dalam gambar berikut ini:
Gambar 3.1 Alur Penelitian Tindakan Kelas
(31)
Tolak ukur keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah:
1. Adanya peningkatan aktivitas siswa selama pembelajaran melalui metode Discoverypada setiap siklusnya.
(32)
METODE PENELITIAN
3.1 Setting Penelitian
3.1.1 Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah peserta didik dan guru kelas V SD Negeri 1 Kebagusan Gedongtataan Pesawaran yang terdiri dari 30 siswa. Pertimbangan peneliti mengambil subjek penelitian tersebut dimana peserta didik kelas V telah mampu dan memiliki kemandirian yang cukup untuk melakukan sesuatu.
3.1.2 Tempat Peneiltian
Dalam penilitian ini penulis mengambil lokasi di SD Negeri 1 Kebagusan Gedongtataan Pesawaran. Penulis mengambil lokasi atau tempat ini dengan pertimbangan bekerja pada sekolah tersebut, sehingga memudahkan dalam mencari data, peluang waktu yang luas dan subyek penlitian yang sangat sesuai dengan profesi.
3.1.3 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada semester genap Tahun Pelajaran 2011/2012 selama 2 bulan, yaitu bulan April sampai dengan Mei.
(33)
3.2.1 Data Aktivitas Siswa
Data aktivitas siswa diperoleh dari observasi selama pembelajaran berlangsung. Pengamatan berlangsung dengan cara mengamati aktivitas yang dilakukan siswa sesuai dengan deskriptor yang terdapat dalam lembar observasi.
3.2.2 Data Kinerja Guru
Data kinerja guru diperoleh dari penelitian selama proses pembelajaran berlangsung. Pengamatan dilakukan dengan cara mengamati aktivitas yang dilakukan guru yang dilakukuan sesuai dengan deskriptor yang terdapat dalam lembar observasi.
3.2.3 Data Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar siswa diperoleh melalui tes formatif dan tes akhir pembelajaran.
3.3 Alat Pengumpulan Data
3.3.1 Lembar Observasi
Lembar panduan observasi, pengamatan ini dirancang peneliti berkolaborasi dengan guru mitra. Lembar observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai aktivitas siswa dan kinerja guru selama penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran IPA dengan pendekatanDiscovery.
(34)
3.3.2 Tes Hasil Belajar
Tes Hasil Belajar, instrumen ini digunakan untuk menjaring data mengenai peningkatan hasil belajar siswa khususnya penguasaan terhadap materi pembelajaran melalui pendekatanDiscovey.
3.4 Jenis Data
3.4.1 Data Kualitatif
Data kualitatif diambil melalui observasi langsung terhadap proses pembelajaran baik berupa aktivitas siswa maupun kinerja guru selama kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan menggunakan lembar aktivitas siswa dan lembar kinerja guru yang dibantu oleh guru mitra.
3.4.2 Data Kuantitatif
Data kuantitatif yang diambil berupa data penguasaan konsep dengan menggunakan teknik tes. Tes dilakukan pada akhir setiap siklus. Pada akhir siklus hasil tes seluruh siswa dirata-rata yang kemudian dibandingkan dengan rata-rata hasil tes pada siklus berikutnya.
(35)
3.5 Teknik Analisis Data
3.5.1 Data kualitatif
Untuk melihat aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung dilakukan observasi dari aktivitas siswa dihitung untuk analisis kualitatif. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini, aktivitas belajar siswa 70% dari jumlah siswa yang ada, Mmes dalam Puorwanti (2008:31). Lembar aktivitas siswa (terlarnpir). Setelah dihitung jumlah siswa yang aktif maka dilakukan perhitungan dengan rumus:
% 100
% x
N Na A
Keterangan: %A = persentase siswa yang aktif Na = banyak siswa yang aktif N = banyak siswa keseluruhan
3.5.2 Data kuantitatif
Pemahaman siswa tentang materi yang diajarkan dapat diukur dengan aktivitas siswa, hasil belajar, dan kinerja guru untuk analisis kuantitatif. Untuk data hasil belajar (terlampir), dapat dilihat nilai perbandingan yang diberikan setelah tindakan selesai dilakukan pada setiap akhir siklus dengan rumus:
% 100
% x
N Na X
(36)
Na = banyak siswa yang memperoleh nilai 65 keatas N = banyak siswa keseluruhan
3.5.3 Data Kinerja Guru
Data kinerja guru diperoleh dari penelitian selama proses pembelajaran berlangsung. Pengamatan dilakukan dengan cara mengamati aktivitas yang dilakukan guru yang dilakukuan sesuai dengan deskriptor yang terdapat dalam lembar observasi. Untuk data kinerja (terlampir), dapat dilihat nilai perbandingan yang diberikan setelah tindakan selesai dilakukan pada setiap akhir siklus dengan rumus:
Rumus mencari kinerja guru: 100
maksimal Skor
diperoleh yang
Jumlah
x Nk
Untuk mengetahui tingkat keaktifan guru digunakan pedoman Memes dalam Puorwanti (2008: 40) berikut ini:
Bila nilai aktivitas guru 70 maka dikategorikan aktif(A). Bila nilai aktivitas guru 60 aktivitas guru < 70 maka dikategorikan cukup aktif (CA). Bila aktivitas guru <60 maka dikategorikan kurang aktif (KA).
3.6 Langkah-langkah Pembelajaran dalam PendekatanDiscovery
Pendapat Nik Azis Nik Pa dalam Nabisi Lapono, dkk (2010:1-26). Dalam Pembelajaran Konstruktivisme peranan peserta didik dan guru adalah sebagai berikut:
(37)
Berinisiatif mengemukakan masalah dan pokok pikiran, kemudian menganalisis dan menjawabnya sendiri. Bertanggungjawab sendiri
terhadap kegiatan belajarnya atau menyelesaiakan suatu masalah. Secara aktif bersama dengan teman sekelasnya mendiskusikan penyelesaian masalah atau pokok pikiran yang mereka munculkan, dan apabila dirasa perlu dapat menanyakannya kepada guru. Atas inisiatif sendiri dan mandiri berupaya memperoleh pemahaman yang mendalam(deep
understanding)terhadap sesuatu topik masalah belajar.
Secara langsung belajar saling mengukuhkan pemikiran di antara mereka, sehingga jiwa sosial mereka menjadi semakin dikembangkan.
Secara aktif mengajukan dan menggunakan berbagai hipotesis (kemungkinan jawaban) dalam memecahkan suatu masalah. Secara aktif menggunakan berbagai data atau informasi pendukung dalam penyelesaian suatu masalah atau pokok pikiran yang dimunculkan sendiri atau yang dimunculkan oleh teman sekelas.
Mendorong peserta didik agar masalah atau pokok pikiran yang dikemukakannya sejelas mungkin agar teman sekelasnya dapat turut serta menganalisis dan
menjawabnya.
Merancang skenario pembe1ajaran agar peserta didik merasa
bertanggung jawab sendiri dalam kegiatan belajarnya.
Membantu peserta didik dalam penyelesaian suatu masalah atau pokok pikiran apabila mereka mengalami jalan buntu. Mendorong peserta didik agar mampu mengemukakan atau menemukan masalah atau pokok pikiran untuk diselesaikan dalam proses pembelajaran di kelas. Mendorong peserta didik untuk belajar secara kooperatif dalam menyelesaikan suatu masalah atau pokok pikiran yang berkembang di kelas.
Mendorong peserta didik agar secara aktif mengerjakan tugas-tugas yang menuntut proses analisis, sintesis, dan simpulan penyelesaiannya.
Mengevaluasi hasil belajar peserta didik, baik dalam bentuk penilaian proses maupun dalam bentuk penilaian produk.
3.7 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu: 1. Perencanaan (Planning)
2. Pelaksanaan (Action) 3. Pengamatan (Observation)
(38)
4. Refleksi (reflection)
Panen dan Sukamto (2009:11) Panduan Tugas Akhir, langkah-langkah penelitian untuk tiap siklusnya ditunjukkan dalam gambar berikut ini:
Gambar 3.1 Alur Penelitian Tindakan Kelas
3.8 Indikator Keberhasilan
Tolak ukur keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah: 1. Sekurang-kurangnya 70% siswa aktif dalam pembelajaran.
(39)
SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Metode dengan menggunakan metodeDiscoveridapat meningkatkan aktivitas belajar IPA kelas V SD Negeri 1 Kebagusan Gedongtataan Pesawaran, yang ditunjukkan pada persentase siswa aktif dari siklus I sebasar 65,17% menjadi 77,10% pada siklus II.
2. Metode dengan menggunakan metodeDiscovery dapat meningkatkan Prestasi belajar IPA kelas V SD Negeri 1 Kebagusan Gedongtataan Pesawaran, yang ditujukkan pada persentase ketuntasan hasil belajar dari siklus I sebasar 63,33% menjadi 86,67% pada siklus II.
5.2 Saran
1. Bagi siswa, agar senantiasa membiasakan belajar dan bekerjasama dengan siswa lain, guru memperkaya ilmu pengetahuan yang maksimal agar aktivitas dan hasil belajar siswa meningkat.
2. Bagi guru, upayakan untuk menggunakan variasi dalam pembelajaran IPA agar siswa tertarik dalam pembelajaran di kelas.
(40)
MELALUI METODE
DISCOVERY
PADA SISWA KELAS V
SD NEGERI 1 KEBAGUSAN GEDONG TATAAN
PESAWARAN
(
SKRIPSI)
Oleh :
YUSNANI
NPM. 1013109069
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2012
(41)
MELALUI METODE
DISCOVERY
PADA SISWA KELAS V SD
NEGERI 1 KEBAGUSAN GEDONGTATAAN PESAWARAN
Oleh :
YUSNANI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2012
(42)
Gambar Halaman 2.1 Alur Proses Metode dengan Penemuan Terbimbing... 14 2.2 Alur Kerangka Berpikir Penelitian Tindakan Kelas ... 21 2.3 Alur Penelitian Tindakan kelas... .... 35
(43)
DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR ... BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 4
1.3 Batasan Masalah ... 5
1.4 Perumusan Masalah ... 5
1.5 Tujuan Penelitian ... 6
1.6 Manfaat Penelitian ... 6
BAB II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Belajar dan Metode ... ... .... ... 7
2.2 Aktivitas Belajar ... 9
2.3 Prestasi Belajar... 10
2.4 Pengertian IPA ... 11
2.5 Pengertian Metode Discovery ... 12
2.5.1 Kebaikan Metode Discovery... 18
2.5.2 Kelemahan Metode Discovery... 19
2.5.3 Cara Mengatasi Kelemahan Metode Discovery ... 19
2.6 Kerangka Pikir ... 20
2.7 Hipotesis... 21
BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 22
3.1.1 Waktu dan Tempat Penelitian... 22
3.1.2 Subyek Penelitian... 22
3.2 Teknik Pengumpulan Data... 23
3.2.1 Data Aktivitas Siswa... 23
(44)
3.3.1 Lembar Observasi ... 24
3.3.2 Tes Hasil Belajar ... 24
3.4 Jenis Data ... 29
3.4.1 Data Kualitatif... 29
3.4.2 Data Kuantitatif... 29
3.5 Teknik Analisis Data... 29
3.5.1 Data kualitatif... 29
3.5.2 Data kuantitatif... 30
3.6 Langkah- langkah metodeDiscovery... 31
3.7 Prosedur Penelitian ... 32
3.8 Indikator Keberhasilan ... 35
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pelaksanaan Penelitian ... 36
4.1.1 Siklus I... 36
4.1.2 Siklus II ... 45
4.2 Pembahasan... 53
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 57
5.2 Saran ... 57 DAFTAR PUSTAKA
(45)
(46)
Alwasilah. 2000. Perspektif Pendidikan Pendidikan Bahasa Inggris di Indonesia dalam Konteks Persaingan Global. Andira. Bandung.
Annurrahman. 2010. Penelitian Pendidikan SD. Dirjen Pendidikan Tinggi. Depdiknas. Jakarta.
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Panduan Penyusunan KTSP Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Khairudin dan Suedjono. 2005.Strategi Pembelajaran. Diknas. Jakarta.
Larasati, Riska. 2005. Analisis Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan Pengaruhnya Terhadap Upaya Peningkatan Hasil Belajar Akuntansi dalam Pokok Bahasan Pencatatan Transaksi Perusahaan Dagang Mata Pelajaran Akuntansi Pada Siswa Kelas II Semester I SMU Negeri 7 Purworejo. Universitas Negeri Semarang . Semarang
Markaban. 2006. Model Pembelajaran IPA dengan Pendekatan Penemuan Terbimbing. Depdiknas Pusat Pengembangan dan Penataran Guru IPA. Yogyakarta.
Nana. 2008.Teori- teori dalam Pembelajaran. Universitas Indonesia. Jakarta. Nik Aziz Nikpa, Lapono Nabis. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Dirjen
Pendidikan Tinggi. Depdiknas. Jakarta.
Panen dan Sukamto. 2001. Konstruktivisme dalam Pembelajaran. Dirjen Pendidikan Tinggi. Depdiknas. Jakarta.
Poerwanti. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Dirjen Pendidikan Tinggi. Depdiknas. Jakarta.
Rohani . 2006.Pengelolaan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana. Jakarta.
(47)
Susanti. 2009, Yeni. 2009. Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas V SDN Rama Nirwana, Universitas Lampung. Lampung
Soedjono. 2004. Strategi Pembelajaran. Dirjen Pendidikan Tinggi. Depdiknas. Jakarta.
Supeno. 2008. Kapita Selekta Pembelajaran. Dirjen Pendidikan Tinggi. Depdiknas. Jakarta.
Sutrisno Leo. 2008. Pengembangan Pembelajaran IPA SD. Dirjen Pendidikan Tinggi. Depdiknas. Jakarta.
(48)
Tabel : Halaman
1.1 Hasil Tes Sumatif Mata Pelajaran IPA ... 3
3.1 Aktivitas Siswa... ... 23
3.2 Kisi- kisi Soal Materi Magnet Pertemuan I... .... 25
3.3 Kisi- kisi Soal Materi Magnet Pertemuan II... ... 26
3.4 Kisi- kisi Soal Materi Pesawat Sederhana Pertemuan I... ... 27
3.5 Kisi- kisi Soal Materi Pesawat Sederhana Pertemuan II... 28
4.1 Observasi Aktivitas Siswa... 40
4.2 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I ... 41
4.3 Data Persentase Aktivitas Siswa Siklus I... 42
4.4 Hasil Belajar IPA Kelas V Siklus I ... 42
4.5 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II... 50
4.6 Data Persentase Aktivitas Siswa Siklus II ... 51
(49)
BELAJAR IPA MELALUI METODE DISCOVERY PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 KEBAGUSAN GEDONGTATAAN PESAWARAN
Nama Mahasiswa : Yusnani No. Pokok Mahasiswa : 1013109069
Program Studi : S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Dalam Jabatan
Jurusan : Ilmu Pendidikan
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
MENYETUJUI Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
Drs. BAHARUDDIN RISYAK, M.Pd NIP. 195105071981031002
.
Dosen Pembimbing
Drs. DJALALUDIN GENAP, M.Si NIP. 19490406 197703 1 001
.
(50)
Penguji : Drs. Djalaludin Genap, M.Si ( ... )
Penguji
Bukan Pembimbing : Dr. Herpratiwi, M.Pd ( ... )
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si NIP. 19600315 198503 1 003
(51)
Bismillaahirrohmaanirrohiim.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat, hidayah, dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini. Sholawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad saw beserta keluarga, para sahabat serta kaum muslimin dan muslimat.
Laporan ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Universitas Lampung. Adapun judul penelitian tindakan kelas ini adalah ngkatan Aktivitas dan prestasi belajar IPA Melalui Metode Discovery Pada Siswa Kelas V SD Negeri 1 Kebagusan Gedongtataan Pesawaran .
Cukup banyak hambatan yang penulis hadapi sejak awal penelitian sampai pada pelaporan. Penulis menyadari bahwa selesainya PTK ini adalah kerena bantuan banyak pihak Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:
1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;
2. Bapak Drs. Baharuddin R., M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;
(52)
memberikan bimbingan, kritik dan saran dalam perbaikan laporan ini;
5. Ibu Dr. Hj. Herpratiwi, M.Pd., sebagai pembahas yang memberikan banyak masukan dalam perbaikan tugas akhir ini;
6. Bapak dan Ibu staf administrasi S1 PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;
7. Dra. Misdiana selaku Kepala SD Negeri 1 Kebagusan yang telah memberikan sarana dan prasarana kepada penulis selama melakukan penelitian;
8. Nurhayati, S.Pd selaku guru mitra yang telah banyak membantu dalam proses PTK; 9. Bapak dan Ibu dewan guru SD Negeri 1 Kebagusan yang telah memberikan
sarana dan prasarana kepada penulis selama melakukan penelitian;
10. Suami tercinta dan ketiga puteraku, penyemangatku yang selalu sabar dan setia membantuku dalam segala hal sambil menanti keberhasilanku;
11. Teman seperjuangan S1 PGSD Angkatan 2010 yang selalu memberikan semangat dan motivasinya.
Akhir kata saya mengucapkan , semoga Allah SWT membalas kebaikan Bapak Ibu semuanya dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca, penulis, dan bagi pendidikan pada umumnya.
Pesawaran, Juli 2012 Penulis,
Yusnani
(53)
MOTTO
Hanya ada dua kata yang menuntun anda pada
kesuksesan. Kata- kata itu adalah *Ya* dan *Tidak*.
Tidak diragukan lagi anda telah sangat ahli berkata
*Ya*. Sekarang berlatihlah berkata *Tidak*. Cita- cita
anda tergantung padanya
(Jack Canfild).
Kesabaran itu pahit, tetapi buahnya manis
(Jean Jacques Rousseau).
(54)
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama Mahasiswa : YUSNANI
No. Pokok Mahasiswa : 1013109069
Program Studi : S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Dalam Jabatan Judul Skripsi : Peningkatan Aktivitas dan Prestasi Belajar IPA
Melalui Metode Discovery pada Siswa Kelas V SD Negeri 1 Kebagusan Gedongtataan Pesawaran Menyatakan dengan sebenarnya bahwa penelitian tindakan kelas ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri, dan sepanjang pengetahuan saya tidak berisi materi yang telah dipublikasikan atau ditulis oleh orang lain atau telah dipergunakan dan diterima sebagai persyaratan penyelesaian studi pada universitas atau institusi lain.
Pesawaran,Juli 2012 Yang Membuat Pernyataan,
YUSNANI NPM. 1013109069
(1)
Judul Skripsi : PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI
BELAJAR IPA MELALUI METODE
DISCOVERY PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 KEBAGUSAN GEDONGTATAAN PESAWARAN
Nama Mahasiswa : Yusnani No. Pokok Mahasiswa : 1013109069
Program Studi : S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Dalam Jabatan
Jurusan : Ilmu Pendidikan
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
MENYETUJUI
Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
Drs. BAHARUDDIN RISYAK, M.Pd
NIP. 195105071981031002 .
Dosen Pembimbing
Drs. DJALALUDIN GENAP, M.Si
NIP. 19490406 197703 1 001 .
(2)
1. Tim Penguji
Penguji : Drs. Djalaludin Genap, M.Si ( ... )
Penguji
Bukan Pembimbing : Dr. Herpratiwi, M.Pd ( ... )
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si
NIP. 19600315 198503 1 003
(3)
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrohmaanirrohiim.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat, hidayah, dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini. Sholawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad saw beserta keluarga, para sahabat serta kaum muslimin dan muslimat.
Laporan ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Universitas Lampung. Adapun judul penelitian tindakan kelas ini adalah ngkatan Aktivitas dan prestasi belajar IPA Melalui Metode Discovery Pada Siswa Kelas V SD Negeri 1 Kebagusan Gedongtataan Pesawaran .
Cukup banyak hambatan yang penulis hadapi sejak awal penelitian sampai pada pelaporan. Penulis menyadari bahwa selesainya PTK ini adalah kerena bantuan banyak pihak Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:
1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;
2. Bapak Drs. Baharuddin R., M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;
(4)
4. Bapak Drs. Djalaludin Genap, M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, kritik dan saran dalam perbaikan laporan ini;
5. Ibu Dr. Hj. Herpratiwi, M.Pd., sebagai pembahas yang memberikan banyak masukan dalam perbaikan tugas akhir ini;
6. Bapak dan Ibu staf administrasi S1 PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;
7. Dra. Misdiana selaku Kepala SD Negeri 1 Kebagusan yang telah memberikan sarana dan prasarana kepada penulis selama melakukan penelitian;
8. Nurhayati, S.Pd selaku guru mitra yang telah banyak membantu dalam proses PTK; 9. Bapak dan Ibu dewan guru SD Negeri 1 Kebagusan yang telah memberikan
sarana dan prasarana kepada penulis selama melakukan penelitian;
10. Suami tercinta dan ketiga puteraku, penyemangatku yang selalu sabar dan setia membantuku dalam segala hal sambil menanti keberhasilanku;
11. Teman seperjuangan S1 PGSD Angkatan 2010 yang selalu memberikan semangat dan motivasinya.
Akhir kata saya mengucapkan , semoga Allah SWT membalas kebaikan Bapak Ibu semuanya dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca, penulis, dan bagi pendidikan pada umumnya.
Pesawaran, Juli 2012 Penulis,
Yusnani
(5)
MOTTO
Hanya ada dua kata yang menuntun anda pada
kesuksesan. Kata- kata itu adalah *Ya* dan *Tidak*.
Tidak diragukan lagi anda telah sangat ahli berkata
*Ya*. Sekarang berlatihlah berkata *Tidak*. Cita- cita
anda tergantung padanya
(Jack Canfild).
Kesabaran itu pahit, tetapi buahnya manis
(Jean Jacques Rousseau).
(6)
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama Mahasiswa : YUSNANI
No. Pokok Mahasiswa : 1013109069
Program Studi : S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Dalam Jabatan Judul Skripsi : Peningkatan Aktivitas dan Prestasi Belajar IPA
Melalui Metode Discovery pada Siswa Kelas V SD Negeri 1 Kebagusan Gedongtataan Pesawaran Menyatakan dengan sebenarnya bahwa penelitian tindakan kelas ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri, dan sepanjang pengetahuan saya tidak berisi materi yang telah dipublikasikan atau ditulis oleh orang lain atau telah dipergunakan dan diterima sebagai persyaratan penyelesaian studi pada universitas atau institusi lain.
Pesawaran,Juli 2012 Yang Membuat Pernyataan,
YUSNANI