STUDI DESKRIPTIF PEMBELIAN IMPULSIF PADA PRIA METROSEKSUAL DI YOGYAKARTA

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

STUDI DESKRIPTIF PEMBELIAN IMPULSIF PADA PRIA
METROSEKSUAL DI YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi

Disusun Oleh :
Eka Ayu Noningtyas
079114022

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA
2014

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

iii


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

LIVE AS IF YOU WERE TO DIE
TOMORROW

LEARN AS IF YOU WERE TO LIVE
FOREVER
(Mahatma Gandhi)

iv


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Dipersembahkan untuk ;
Tuhan Yesus Kristus
Bapak Eko Yulianto dan Ibu Siswantini
Kedua adik kandung saya Daniar Sepdianti
dan Maria Indah Damayanti
Serta orang-orang yang selalu ada buat saya dan membuat saya bersyukur
memiliki mereka dalam hidup saya.

v

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN

MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang sudah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 25 Juli 2014
Penulis,

Eka Ayu Noningtyas

vi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN

MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

STUDI DESKRIPTIF PEMBELIAN IMPULSIF PADA PRIA
METROSEKSUAL DI YOGYAKARTA
Eka Ayu Noningtyas
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dinamika psikologis pembelian impulsif yang
terdapat pada pria metroseksual. Subjek penelitian ini berjumlah tiga orang dan semuanya berjenis
kelamin laki-laki. Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu dengan menggunakan skala
yang diberikan kepada subjek penelitian yakni menggunakan skala kecenderungan pembelian
impulsif dan wawancara semi terstruktur. Hasil penelitian menunjukan bahwa dinamika
psikologis dari pembelian impulsif pada pria metroseksual ialah ketika ada stimulus yang
merangsang need yang mendorong untuk melakukan pembelian impulsif maka akan disesuaikan
dengan kondisi keuangan terlebih dahulu untuk memutuskan membeli barang tersebut. Stimulus
yang memicu pembelian impulsif juga bermacam-macam, yang nampak dalam penelitian ini ialah
stimulus yang berasal dari barang-barang yang dipajang di toko, seperti barang yang lucu, warna
yang menarik, merk yang disukai, serta adanya diskon. Setelah melihat stimulus yang disajikan

maka timbullah need seseorang untuk membeli barang tersebut, need yang paling banyak
ditemukan ialah pemenuhan need of exhibition. Selain pemenuhan need tersebut, need lain yang
mendorong seseorang melakukan pembelian impulsif ialah need of inavoidance. Setelah
munculnya need untuk membeli maka kondisi keuangan sebagai penentu seseorang itu melakukan
pembelian atau tidak. Jika kondisi keuangan cukup maka tanpa pikir panjang akan langsung
membeli barang tersebut. Namun jika kondisi keuangan tidak mencukupi ada dua cara seseorang
tetap membeli barang tersebut yaitu dengan cara memakai kartu kredit dan menunda pembelian
sampai kondisi keuangannya mencukupi.

Kata kunci : pembelian impulsif, pria metroseksual

vii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI


DESCRIPTIVE STUDY OF AN IMPULSIVE BUYING ON
METROSEXUAL MEN IN YOGYAKARTA
Eka Ayu Noningtyas
ABSTRACT
This study is aimed to understand the psychological dynamics of impulsive buying that
occur on metrosexual men. Subject of the study were three male. This study conducted with two
ways which is by using impulsive buying tendency scale and semi-structural interview. The results
of the study shows that psychological dynamics of impulsive buying on metrosexual men is, when
there is a stimulus that triggers need with the result that encourage to do impulsive buying,
therefore it will be adapted first to the financial condition to decide buying the stuff. Stimulus that
triggers the impulsive buying is vary, stimulus that showed in this research is those who comes
from stuff that been displayed in store, such as cute stuff, radiant colors, preffered brand, and
also the availability of discount. After looking at the stimulus that being showed someone‟s need to
buy the stuff developed, the most founded need is need of exhibition. Besides of the that need „s
fulfillment, the other needs that encourage someone to do impulsive buying is the need of
inavoidance. After the appearance of the need to buy therefore the financial condition as a
determinant for someone to do or not to do the buying. If the financial condition is sufficient,
without further thinking he will straight to buy the stuff . however if the financial condition is
insufficient there is two ways that someone can do to still buy the stuff, which is by using credit
card or postpone the purchase until the financial is sufficient.


Key words : impulsive buying, metrosexual men

viii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertandatangan di bawah ini saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Nama : Eka Ayu Noningtyas
Nim

: 079114022


Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudu :
Studi Deskriptif Pembelian Impulsif Pada Pria Metroseksual di Yogyakarta
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet maupun media
lain, untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun
memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya

Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 25 Juli 2014

Yang menyatakan

(Eka Ayu Noningtyas)


ix

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
bimbingan dan rahmat-Nya dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Tugas akhir ini
merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar dari Fakultas Psikologis
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pada kesempatan ini penulis hendak
menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
penulis,
1. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si. selaku dekan Fakultas
Psikologi Universitas Sanata Dharma.
2. Ibu Dr. Tjipto Susana selaku dosen pembimbing skripsi. Terima
kasih atas bimbingan dari awal penulisan skripsi yang akhirnya dapat

terselesaikan. Terima kasih atas kesempatan, diskusi dan nasehat
yang telah diberikan.
3. Bapak V. Didik Suryo Hartoko, S.Psi., M.Si selaku dosen
pembimbing akademik peneliti. Terima kasih atas bimbingan selama
masa perkuliahan
4. Segenap dosen Fakultas Psikologi yang telah mendidik dan mengajar
penulis selama masa perkuliahan.
5. Segenap karyawan Fakultas Psikologi: Mas Muji, Mas Gandung,
Mbak Nanik, Mas Doni, Pak Gi yang telah banyak membantu
peneliti selama masa perkuliahan, terima kasih atas pelayanannya
dan bantuan yang begitu besar.

x

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

6. Para dosen penguji, Bapak C. Siswa Widyatmoko, M.Psi. dan Ibu P.
Henrietta P.D.A.D.S., M.A., yang telah meluluskan saya.
7. Ketiga subjek atas partisipasinya dalam penelitian ini. Penulis
mengucapkan banyak terimakasih atas partisipasinya. Upah kalian
besar di surga.
8. Terutama untuk bapak dan ibu yang sangat saya hormati dan cintai.
Atas cinta, kasih, dukungan, dan semangatnya. Semoga dengan
selesainya skripsi ini mengurangi sedikit beban pikiran kalian.
9. Kedua adik kandungku yang selalu menemaniku dan menyindir
karena gak lulus-lulus. Terimakasih cambukan semangatnya dan
semoga bisa menjadi contoh yang baik bagi kalian.
10. Special untuk Rengga Oktabiarto atas cinta dan dukungannya yang
luar biasa dalam proses penyelesaian tugas akhir yang lama ini.
Terima kasih selalu menemani di saat paling buruk sekalipun.
Terimakasih atas doa, suka, duka, dan semua yang telah kita lalui
bersama.
11. Keluarga Legowo Soebiarto dan keluarga Lintang Enrico atas
dukungan dan doanya. Terima kasih atas semua dukungan dan
menjadikanku bagian dalam keluarga kalian.
12. Listia Janwari Singarimbun teman gila dalam skripsi ini. Kalau
bukan kita sendiri siapa lagi yakan?
13. Geng rasan-rasan, Seli dan Veani. Makasih gengs buat supportnya. I
love you all.

xi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

14. Angkatan 2007 titik darah penghabisan atas dukungan dan
bantuannya. Reno, Intan, Ve, Arya, Anton, Dea, Tino, dan Riko kita
pasti bisa dan akhirnya kita bisa juga.
15. Terimakasih juga untuk semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan
satu persatu yang membantu dan memperlacar terselesaikan
tanggung jawab ini.
Akhir kata, peneliti menyadari bahwa penelitian dan penyusunan skripsi ini
masih jauh dari sempurna. Peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan skripsi ini dari pembaca semua. Semoga
skripsi ini memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Penulis

xii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .....................................................................................

i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ...........................

ii

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................

iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN .........................................

iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................

vi

ABSTRAK .....................................................................................................

vii

ABSTRACT ...................................................................................................

viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ..............

ix

DAFTAR ISI ..................................................................................................

xiii

DAFTAR TABEL ........................................................................................

xvi

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xvii
BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................

1

A. Latar Belakang ....................................................................................

1

B. Rumusan Masalah ...............................................................................

9

C. Tujuan Penelitian .................................................................................

9

D. Manfaat Penelitian ..............................................................................

10

BAB II. DASAR TEORI ...............................................................................

11

A. Pembelian Impulsif .............................................................................

11

1. Pengertian Pembelian Impulsif ........................................................

11

2. Aspek Pembelian Impulsif ..............................................................

14

3. Faktor yang Mempengaruhi Pembelian Impulsif ............................

15

xiii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

B. Pria Metroseksual ................................................................................

17

1. Definisi Metroseksual ......................................................................

17

2. Faktor-faktor yang Mendorong Pria menjadi Metroseksual ............

19

3. Karakteristik Pria Metroseksual .......................................................

20

C. Teori Murray ........................................................................................

21

D. Pembelian Impulsif pada Pria Metroseksual ........................................

28

E. Kerangka Penelitian .............................................................................

30

D. Pertanyaan Penelitian ..........................................................................

32

BAB III. METODE PENELITIAN .............................................................

33

A. Metode Penelitian ...............................................................................

33

B. Fokus Penelitian ..................................................................................

33

C. Subjek Penelitian ..................................................................................

34

D. Metode Pengumpulan Data .................................................................

35

E. Tahap Pengumpulan Data ....................................................................

37

F. Prosedur Analisis Data .........................................................................

40

G. Kredibilitas Penelitian .........................................................................

42

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................

43

A. Pelaksanaan Penelitian ........................................................................

43

B. Deskripsi Subjek .................................................................................

44

C. Hasil Penelitian ...................................................................................

46

1. Subjek 1 ...........................................................................................

46

2. Subjek 2 ...........................................................................................

47

3. Subjek 3 ............................................................................................

49

xiv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

D. Pembahasan Penelitian ........................................................................

51

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................

54

A. Kesimpulan .........................................................................................

54

B. Saran Aplikatif ....................................................................................

55

C. Keterbatasan Penelitian .......................................................................

56

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................

58

LAMPIRAN ...................................................................................................

60

xv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Daftar Kebutuhan Menurut Murray ..................................................

23

Tabel 2. Blueprint Skala Pembelian Impulsif .................................................

36

Tabel 3. Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif .......................................

61

Tabel 4. Tabel Verbatim Subjek 1 ..................................................................

63

Tabel 5. Tabel Verbatim Subjek 2 ..................................................................

68

Tabel 6. Tabel Verbatim Subjek 3 ..................................................................

73

xvi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Dinamika Pembelian Impulsif Pria Metroseksual ..........................

29

Gambar 2. Dinamika Pembelian Impulsif Subjek 1 ........................................

47

Gambar 3. Dinamika Pembelian Impulsif Subjek 2 ........................................

49

Gambar 4. Dinamika Pembelian Impulsif Subjek 3 ........................................

51

xvii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat ini banyak bermunculan produk-produk kosmetik maupun
kecantikan yang ditujukan bagi lelaki, misalnya sabun, parfum, shampo,
pembersih muka, pelembab, maupun lotion yang dahulu hanya ditujukan
untuk wanita saja. Produk-produk tersebut kini telah banyak dijumpai dalam
kehidupan sehari hari dan sangat gampang jika ingin memperolehnya.
Semakin banyak bermunculan produk-produk kosmetik bagi kaum lelaki itu
berarti juga bahwa semakin banyak kaum lelaki yang mulai memperhatikan
penampilan mereka. Menurut Simpson (1994) para pria yang mulai
memperhatikan penampilannya ini bisa disebut dengan istilah metroseksual.
Fakta terakhir yang ditemukan di London adalah jumlah penjualan
kosmetik pria di Inggris dua kali lipat dari penjualan kosmetik wanita.
Berdasarkan survei yang dilansir Reuters (2010) pada pria, alasan kebutuhan
untuk terlihat menawan saat wawancara kerja dan ketakutan untuk menjadi
terlihat tua menjadi kunci penting mengapa penjualan kosmetik untuk pria di
London mengalami peningkatan (Dewi, 2010). Pria metroseksual menjadi
pasar yang potensial bagi para produsen sehingga para produsen semakin
memanfaatkan fenomena pria metroseksual tersebut, seperti yang dikatakan
Hermawan Kertajaya, presiden World Marketing Associations, bahwa pria

1

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2

metroseksual adalah profit center yang potensial karena kelompok ini gemar
berbelanja dan dapat mempengaruhi ribuan pria yang ingin tampil menawan
namun tidak tahu bagaimana caranya (dalam CBN, 2004).
Solomon (2009) mengatakan bahwa konsep tradisional laki laki yang
ideal ialah yang berotot, tangguh, agresif, dan pria yang menikmati olahraga
serta beraktivitas. Namun telah terjadi evolusi pada sex roles (peran gender),
dahulu pria dikenal sebagai makhluk yang macho dan tidak memperhatikan
penampilan, tetapi sekarang pria juga mulai memperhatikan penampilannya
daripada dahulu. Yuswohady (2006) menyebutkan bahwa pria metroseksual
merupakan segmen pasar yang sangat potensial.
Fenomena pria metroseksual ini mulai banyak dan berkembang di
Indonesia, terutama di kota kota besar. Prof. Dr. Sarlito W. Sarwono
menyatakan bahwa sosok mereka dapat ditemui dimana-mana, di mall,
kampus, kantor, kafe, kereta eksekutif, apalagi pesawat terbang kelas
eksekutif (dalam Wibowo, 2006). Berdasarkan hasil survei yang dilakukan
MarkPlus&Co(perusahaan yang bergerak dalam bidang pemasaran dan
konsultasi strategi) yang bekerja sama dengan EuroRSCG AdWork! (agensi
advertising dan iklan komersial), pria metroseksual telah mencapai 15% dari
populasi pria di Jakarta (Swistinawati & Basuki, 2009). Jika dilihat sekitar
sepuluh tahun yang lalu masih sedikit pria yang memperhatikan
penampilannya, akan tetapi sekarang sudah banyak sekali pria yang
memperhatikan penampilannya yang ditunjang oleh berbagai macam produk
kosmetik yang ditujukan untuk laki-laki seperti sabun, shampoo, pembersih

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3

muka, pelembab, lotion, gym, bahkan salon kecantikan (Majalah Tempo
Online, 2004).
Istilah metroseksual mulai diperkenalkan oleh penulis yang bernama
Mark Simpson pada tahun 1994 dalam artikelnya yang berjudul “Here Come
The Mirror Men”. Ia mengatakan bahwa metroseksual ialah seorang pria
urban yang menunjukkan ketertarikan yang kuat dan pengetahuan mengenai
fashion, desain rumah, masakan, dan perawatan tubuh dimana hal tersebut
bertentangan dengan peran gender pada pria secara tradisional. Pria
metroseksual memiliki pesona tersendiri pada era 90-an. Pada tahun 1970-an
para lelaki dilingkupi suasana maskulin seperti Charles Bronson, lalu pada
tahun 1980-an tren kumis lebat memudar dan mulai menghilang, dan satu
dasawarsa kemudian minat pria mulai bergeser ke perawatan wajah, parfum,
perawatan kuku, pijat refleksi hingga bergesernya tokoh idola menjadi Brad
Pitt

dan

David

Beckham

(http://www.republika.co.id/suplemen/cetak.details.asp diakses tanggal 28
Juli 2013).
Metroseksual

tersebut

memiliki

pengertian

narcissictic

dengan

penampilan dandy (pesolek), yang tidak jauh dari penampilan pria yang
berada di media massa yang jatuh cinta tidak hanya kepada diri sendiri namun
kepada kehidupan metropolis (Handoko, 2009). Hal tersebut didukung oleh
Arifin (Sulandary, 2009), yang mengatakan bahwa perilaku pria yang
memperhatikan penampilan lebih dengan melakukan perawatan diri dan
pemanjaan

diri

disebut

pria

metroseksual.

Metroseksual

bukanlah

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4

penggambaran laki-laki yang kewanita-wanitaan alias banci atau waria, tetapi
pria yang mencintai dirinya sendiri untuk menemukan kepuasan tersendiri di
dalam dirinya (Imawan, 2008). Metroseksual bukan pula selalu homoseksual
melainkan pria normal yang bisa memiliki keluarga yang bahagia dengan istri
dan anak, hanya saja pria metroseksual lebih “kewanitaan” (Apsari, 2010).
Dulu hanyalah kaum homoseksual yang memperhatikan penampilannya
dengan cara berpakaian, mengunjungi salon maupun spa, serta rutin
mengunjungi pusat kebugaran. Namun saat ini batas tersebut mulai bergeser,
pria heteroseksual pun melakukan berbagai upaya agar tampil baik, memiliki
potongan rambut yang bagus, memiliki baju yang bagus, harum, bersih, dan
memiliki badan yang proporsional (Kompasiana, 2011). Pria metroseksual
tidak segan untuk berkunjung ke tempat-tempat yang identik dengan kaum
wanita seperti salon dan spa, bahkan ada yang melakukan operasi kecantikan
demi menunjang penampilannya.
Menurut Fathia (dalam Fathia, 2006) jika dilihat melalui pandangan
masyarakat biasa, kaum metroseksual termasuk di dalam golongan orang
yang sangat royal. Produk-produk yang mereka beli umumnya barang yang
bermerk dan biasanya tempat mereka berbelanja berada di dalam suatu mal
atau yang sering kali disebut one stop shopping karena tidak hanya pusat
perbelanjaan saja yang ada disana melainkan restaurant, tempat nongkrong,
bahkan salon kecantikan (Fathia, 2006).
Berbelanja merupakan kegiatan yang hampir seluruh umat manusia
melakukannya. Berbelanja ialah aktivitas yang lumrah yang dilakukan oleh

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5

manusia tanpa mengenal jenis kelamin dan umur. Setiap orang berbelanja
demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Mangkunegara (2002) mengatakan
bahwa kebutuhan adalah suatu kesenjangan antara suatu kenyataan dengan
dorongan yang ada dalam diri. Hal tersebut menunjukkan jika manusia tidak
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya maka akan menimbulkan perasaan
kecewa, namun sebaliknya jika kebutuhan tersebut terpenuhi akan
menimbulkan rasa kepuasan dalam diri individu tersebut.
Dewasa ini kegiatan belanja tidak hanya untuk memperoleh kebutuhan
pokok, melainkan sebagai pengisi waktu luang dan salah satu aktifitas gaya
hidup

guna

memenuhi

kebutuhan

psikologis

seseorang

(Herabadi,

Verplanken, & Knippenberg, 2009). Munculnya suatu dorongan psikologis
yang kuat dalam diri seseorang kemungkinan menjadi sulit dilawan, karena
akan menjadi sulit bagi seseorang untuk mencegah pengalaman yang
dianggap menyenangkan bagi dirinya (Rook, 1987).
Pengalaman yang dianggap menyenangkan dapat terjadi pada kegiatan
pembelian yang dilakukan oleh konsumen dalam kehidupan sehari-hari
(Rook, 1987). Seringkali konsumen tidak hati-hati dan kurang dapat
memikirkan kegiatan belanja yang dilakukan, sehingga dapat memicu
seseorang untuk melakukan pembelian secara tiba-tiba, tidak direncanakan,
dan sulit dikendalikan. Munculnya situasi tersebut dinamakan pembelian
impulsif (impulsive buying) (Herabadi, Verplanken, Knippenberg, 2009)
Dahulu pembelian impulsif identik dengan kaum wanita. Wanita lebih
mencari kenyamanan bagi dirinya sendiri dengan cara membeli kosmetik,

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
6

pergi ke salon, dan rajin membeli produk perawatan tubuh. Sedangkan pria
lebih suka menghabiskan waktu dengan teman-temannya dan biasanya
melakukan aktivitas yang mengeluarkan keringat. Namun seiring dengan
berkembangnya jaman, Kertajaya (2004) mengatakan bahwa pada akhirnya
kaum pria mengikuti perilaku kaum wanita dalam hal berbelanja dan merawat
tubuh.
Menurut Kemala (dalam Kemala, 2008) pembelian impulsif pada pria
metroseksual cenderung hampir sama dengan pembelian impulsif wanita dari
kalangan kelas atas. Hal itu nampak dari pembelian parfum, produk
perawatan tubuh, hingga pakaian. Pria metroseksual akan melakukan
berbagai macam upaya agar dirinya terlihat sempurna sehingga ia pun rela
mengeluarkan banyak uang agar dirinya tampil seperti yang ia inginkan. Jika
bentuk tubuhnya kurang bagus maka ia akan membentuk tubuhnya di fitness
centre, jika potongan rambutnya tidak sesuai yang ia inginkan, maka ia tidak
segan-segan untuk ke salon kecantikan untuk memperbaharui gaya
rambutnya. Layaknya wanita, pria metroseksual sangat senang menghabiskan
waktu berjam-jam untuk berbelanja di mall maupun nongkrong di kafe
(Kemala, 2008). Pria metroseksual akan membeli suatu barang sesuai dengan
mood mereka (Kemala, 2008). Aspek kegunaan barang tersebut tidak menjadi
persoalan bagi kaum metroseksual karena yang terpenting dia telah
memilikinya terlebih dahulu (Kartajaya dkk, 2004).
Menurut Rahardjo dan Yuliani (2007) pria metroseksual memiliki
pengeluaran yang tinggi sehingga kebanyakan berasal dari status sosial atas

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
7

sehingga mereka dapat memenuhi segala keinginannya. Pembelian impulsif
pria metroseksual dapat terlihat secara nyata di dalam kehidupan sehari-hari
sehingga perilaku tersebut nampak dari perilaku mereka sehari-hari. Perilaku
tersebut dapat terlihat dari keseharian mereka yang ingin agar penampilannya
terlihat selalu dandy (sesuai dengan apa yang diinginkannya dan tampak
elegan).
Beberapa fenomena mengenai kemunculan pembelian impulsif pada pria
metroseksual mengundang beberapa peneliti untuk melakukan penelitian
terkait dengan pembelian impulsif. Namun sejauh pencarian peneliti, belum
banyak penelitian mengenai pembelian impulsif

pada pria metroseksual.

Peneliti sudah melakukan pencarian penelitian tersebut melalui jurnal-jurnal,
skripsi terdahulu, serta penelitian-penelitian sebelumnya mengenai pembelian
impulsif, akan tetapi belum banyak ditemukan mengenai pembelian impulsif
pada pria metroseksual.
Penelitian yang ditemukan mengenai kecenderungan pembelian impulsif
pada usia dewasa awal, penelitian tersebut ialah milik Wikantanti (2012).
Penelitian

tersebut

bertujuan

untuk

melihat

gambaran

mengenai

kecenderungan pembelian impulsif pada usia dewasa awal di Yogyakarta.
Penelitian tersebut menggunakan metode penelitian kuantitatif deskriptif.
Hasil

dari

penelitian

tersebut

menunjukkan

bahwa

secara

umum

kecenderungan pembelian impulsif pada usia dewasa awal di Yogyakarta
tergolong rendah. Secara khusus terdapat perbedaan yang signifikan dalam

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
8

kecenderungan pembelian impulsif menurut jenis kelamin, frekuensi belanja
per bulan, serta cara penawaran barang (Wikantanti, 2012).
Peneliti

tertarik

untuk

meneliti

pembelian

impulsif

pada

pria

metroseksual karena pria metroseksual cenderung melakukan pembelian
impulsif untuk menunjang penampilannya agar selalu terlihat dandy dan
menarik.
Penelitian ini akan dilakukan dengan metode kualitatif dan teknik
pengumpulan data melalui pengisian skala dan wawancara semi terstruktur.
Penelitian ini akan menunjukkan proses dan alur munculnya perilaku
pembelian impulsif yang tidak dapat diketahui jika memakai metode
kuantitatif. Pengumpulan data dengan metode wawancara semi terstruktur
diharapkan dapat meminimalisir munculnya perilaku menilai diri baik atau
dikenal dengan istilah faking good pada subjek, dalam hal ini subjek akan
sengaja memunculkan perilaku yang dinilai baik oleh norma-norma dan nilainilai yang berlaku di dalam masyarakat sehingga tidak menimbulkan citra
negatif.
Kelebihan lain yang didapat adalah metode ini dapat mengungkap
dorongan-dorongan yang mungkin tidak disadari oleh subjek itu sendiri.
Yang dimaksud dengan dorongan yang tidak disadari itu tidak terbatas pada
dorongan yang sengaja disembunyikan karena melakukan faking good
ataupun bentuk kebohongan lain, namun juga dorongan yang tidak
diungkapkan

karena

ketidaksengajaan.

Biasanya

dalam

kasus

ketidaksengajaan, subjek tidak bermaksud menyembunyikan dorongan tetapi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
9

hanya mengungkapkan dorongan-dorongan yang disadari saja.Oleh karena itu
wawancara dilakukan untuk mengetahui perilaku yang tidak disadari subjek
yang tidak dimunculkan dalam pernyataan ketika pengisian skala. Maka,
dengan menggunakan metode ini, dorongan-dorongan yang bahkan tidak
disadari kehadirannya oleh subjek sendiri dapat diungkap melalui wawancara
pada subjek.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian tersebut mengenai semakin banyaknya pria
metroseksual terutama di kota-kota besar dimana pria metroseksual
melakukan berbagai upaya demi penampilannya dan membuat pria
metroseksual cenderung melakukan pembelian impulsif. Sehingga muncullah
pertanyaan “bagaimanakah dinamika psikologis pria metroseksual yang
melakukan pembelian impulsif?”

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dinamika psikologis pembelian
impulsif yang terdapat pada pria metroseksual.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah agar menyumbang
untuk bidang ilmu psikologi khususnya psikologi konsumen.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
10

2. Manfaat Praktis
a. Bagi Masyarakat
Membuka

pandangan

atau

paradigma

mengenai

laki-laki

metroseksual yang melakukan pembelian impulsif agar lebih
memahami dinamika psikologis pria metroseksual yang melakukan
pembelian impulsif sehingga bisa menjadi salah satu bahan
pertimbangan sebelum menjatuhkan penilaian negatif terhadap lakilaki metroseksual yang melakukan pembelian impulsif.
b. Bagi para Laki-Laki Metroseksual
Membuka pandangan sehingga menyadari sepenuhnya dorongan
untuk pembelian impulsif dan memunculkan kewaspadaan diri pelaku
supaya tidak justru menimbulkan kerugian dan dampak negatif.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB II
DASAR TEORI

A. Pembelian Impulsif
1. Pengertian Pembelian Impulsif
Rook (1987) menyatakan bahwa pembelian impulsif terjadi ketika
konsumen seringkali melakukan pembelian secara tiba-tiba serta memiliki
dorongan yang kuat untuk membeli suatu barang secepatnya. Hal ini
muncul karena karena keinginan untuk membeli yang didasarkan dari
kesenangan semata tanpa mempedulikan cara mendapatkannya. Oleh
sebab itu, pembelian impulsif juga ditandai dengan dengan munculnya
perasaan puas dan gembira setelah melakukan pembelian. Bellenger dan
Korgaonkar (dalam Gasiorowska, 2011) menyatakan bahwa konsumen
yang melakukan pembelian impulsif adalah orang yang menjadi
recreational shopper. Rook dan Hock (dalam Gasiorowska, 2011)
mengatakan bahwa ketika orang berbelanja, seseorang menemukan mood
positif dan merasakan adanya kepuasan dalam aktifitas belanja, bahkan
ketika membeli melebihi apa yang telah direncanakan sebelumnya.
Senada dengan hal tersebut, Rook (1987) mengemukakan bahwa
pembelian impulsif lebih mengutamakan emosional daripada rasional.
Konsumen yang sering melakukan pembelian secara impulsif (highly
impulsive

buyers)

memiliki

11

kecenderungan

unreflective

dalam

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
12

pemikirannya. Konsumen memiliki ketertarikan secara emosional pada
objek, menginginkan kepuasan segera dan disertai dengan gerakan cepat
dan menggemari pengalaman spontan ketika melakukan pembelian. Hal
tersebut ditunjukkan dengan adanya daftar belanja yang bersifat terbuka,
sehingga menyebabkan terjadinya pembelian barang yang tidak terduga
yang didominasi oleh emosi (Hoch & Lowenstein, 1991., Thomson et al.,
1990 dalam Kacen and Lee, 2002). Rook (dalam Kacen and Lee, 2002)
juga menjelaskan bahwa pembelian impulsif didefinisikan sebagai
pembelian tidak terencana (unplanned purchased).
Pembelian impulsif juga didefinisikan oleh Gasiorowska (2011)
sebagai pembelian yang tidak reflektif, sebenarnya tidak diharapkan
terjadi secara spontan, diiringi dengan munculnya keinginan yang
mendadak untuk membeli produk-produk tertentu. Secara spesifik,
kecenderungan konsumen untuk membeli secara impulsif terlihat ketika
membeli secara spontan, tidak reflektif, dan tiba-tiba.
Konsumen distimulasi oleh kedekatan secara fisik dari hasrat
sebuah produk dan reaksinya terhadap stimulus bisa dikaitkan dengan
kontrol intelektual yang rendah (kurangnya evaluasi pada kriteria
kebutuhan, berkurangnya alasan untuk membeli, kurangnya evaluasi
terhadap konsekuensi yang mungkin ditimbulkan, munculnya kepuasan
yang datang secara tiba-tiba sebagai penundaan datangnya kekecewaan)
serta aktivasi emosional yang tinggi (kegembiraan dan stimulasi yang

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
13

disebabkan oleh produk atau oleh situasi atau proses membeli)
(Gasiorowska, 2011; Rook & Fisher, 1995).
Pembelian impulsif merupakan kecenderungan konsumen untuk
membeli secara spontan, mendadak, dan cenderung terjadi secara tiba-tiba
(Peck & Childres, dalam Rohman, 2009). Selain itu, pembelian impulsif
juga didefinisikan sebagai pembelian yang tiba-tiba dan segera tanpa ada
minat pembelian sebelumnya (Beatty & Ferrel, dalam Rohman, 2009).
Adapun beberapa ciri-ciri pembelian impulsif menurut Verplanken
dan Herabadi (Verplanken & Herabadi, 2001) antara lain :
1. Kurangnya perencanaan sebelum melakukan pembelian
2. Kurangnya pertimbangan ketika berbelanja
3. Munculnya perasaan puas dan senang setelah membeli barang yang
diinginkan, namun sesudahnya mengalami kekecewaan
4. Munculnya hasrat untuk melakukan pembelian berkali-kali
5. Pembelian tidak terkontrol
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan
bahwa pembelian impulsif adalah suatu pembelian yang terjadi secara
tiba-tiba, spontan, tidak terencana, dan diiringi dengan adanya keinginan
atau dorongan yang kuat untuk mendapatkan suatu produk atau barang
secara mendadak tanpa mempedulikan bagaimana cara mendapatkannya,
sehingga pada akhirnya merasakan adanya kegembiraan dan kepuasan
dalam diri setelah mendapatkan produk atau barang yang diinginkannya
tersebut.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
14

2. Aspek Pembelian Impulsif
Verplanken dan Herabadi (2001) mengemukakan dua aspek
pembelian impulsif, yakni aspek kognitif dan aspek afektif.
a. Aspek Kognitif
Aspek kognitif yang dimaksud adalah kekurangan pada unsur
pertimbangan dan unsur perencanaan dalam pembelian yang
dilakukan. Hal ini didasari oleh pernyataan Verplanken dan Aarts
(dalam Verplanken & Herabadi, 2001) bahwa pembayaran yang
dilakukan mungkin tidak direncanakan atau dipertimbangkan secara
matang, misalnya ketika pembayaran tak terencana tampak tak
direncanakan dalam waktu yang panjang atau dalam kasus
pengulangan pembayaran atau kebiasaan pembayaran. Oleh sebab itu,
dapat disimpulkan bahawa aspek kognitif dalam pembelian impulsif
meliputi tidak adanya pertimbangan, tidak adanya proses berpikir, dan
tidak adanya perencanaan dalam melakukan pembelian.
b. Aspek Afektif
Aspek afektif meliputi dorongan emosional yang secara serentak
meliputi perasaan senang dan gembira setelah membeli tanpa
perencanaan (Verplanken & Herabadi, 2001). Setelah itu muncul
perasaan atau hasrat untuk melakukan pembelian berdasarkan
keinginan yang muncul secara tiba-tiba, sifatnya berkali-kali atau
kompulsif, tidak terkontrol, kepuasan, kecewa, dan penyesalan karena
telah membelanjakan uang hanya untuk memenuhi keinginannya.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
15

Oleh sebab itu, maka dapat disimpulkan bahwa aspek afektif dalam
pembelian impulsif antara lain adanya perasaan senang, gembira, dan
muncul perasaan bersalah atau menyesal.

3. Faktor yang Mempengaruhi Pembelian Impulsif
Gasiorowska (2011) mengemukakan bahwa terdapat tiga faktor
yang mempengaruhi pembelian impulsif, yakni karakteristik individu,
sekelompok individu (grup) dan faktor situasional, serta kontrol diri dan
evaluasi normatif.
a. Karakteristik individu
Karakteristik individu yang mempengaruhi pembelian impulsif
seperti dorongan yang tinggi dari diri seseorang, munculnya orientasi
sementara, dan memiliki kecenderungan berbelanja untuk rekreasi
(recreational shopping), yaitu berbelanja untuk mendorong atau
meningkatkan mood, menemukan kepuasan saat berbelanja, dan
membeli barang lebih dari yang direncanakan (Gasiorowska, 2011).
Wood (dalam Verplanken & Herabadi, 2001) menyatakan bahwa
mood atau suasana hati tertentu (kombinasi antara keinginan,
kegembiraan, dan kekuatan) dapat menjadi faktor terjadinya
pembelian impulsif. Di samping itu Dittmar et al (dalam Verplanken
& Herabadi, 2001) juga menyatakan bahwa pembelian impulsif
merupakan simbol atau ekspresi dari identitas diri seseorang.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
16

b. Sekelompok Individu (grup) dan Faktor Situasional
Sekelompok individu (grup) dan faktor situasi tertentu juga
memicu terjadinya pembelian impulsif. Hal tersebut diikuti oleh emosi
tertentu yang sedang dirasakan seseorang sebelum dan setelah proses
pembelian, muncul sikap menuju ke arah promosi, yaitu adanya
rangsangan yang berasal dari dalam toko seperti adanya kenyamanan
yang ditawarkan, kemudahan dalam pembelian, serta waktu yang
tersedia untuk berbelanja (Gasiorowska, 2011). Senada dengan hal itu,
Hoch dan Loewenstein (dalam Gasiorowska, 2011) menyatakan
bahwa konsumen akan merasa dibujuk dan digoda secara emosional
oleh produk-produk yang ditawarkan untuk memperoleh kepuasan
secara tiba-tiba dari suatu produk tertentu. Secara spesifik dijelaskan
bahwa ketika konsumen percaya jika pembelian impulsif itu diterima
secara sosial, maka konsumen akan cenderung melakukan pembelian
impulsif tersebut, tetapi apabila pembelian impulsif yang akan
dilakukan tidak diterima secara sosial, maka konsumen akan
mencegah pembelian impulsif tersebut (Kacen & Lee, 2002).
Verplanken (2001) menunjukkan bahwa kondisi produk atau
lingkungan belanja juga dapat memicu terjadinya pembelian impulsif,
antara lain penampilan produk, warna yang menarik, bau yang enak,
dan iringan musik yang nyaman. Selain itu, Beatty dan Ferrell (dalam
Verplanken, 2001) menyatakan bahwa dalam situasi tertentu uang dan
waktu juga dirasakan sebagai pemicu terjadinya pembelian impulsif.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
17

c. Kontrol Diri dan Evaluasi Normatif
Kontrol diri seseorang dapat memicu maupun menghambat dalam
mengambil keputusan, khususnya dalam keputusan pembelian
impulsif. Kontrol diri yang rendah akan memicu terjadinya pembelian
impulsif, sebaliknya jika kontrol diri seseorang tinggi, maka dapat
menjadi penghambat terjadinya pembelian impulsif. Di samping itu,
akses dalam penggunaan uang juga dapat memicu terjadinya
pembelian impulsif (Gasiorowska, 2012). Sedangkan evaluasi
normative

didefinisikan

sebagai

penilaian

konsumen

tentang

kesesuaian antara pembelian impulsif dengan situasi pembelian
tertentu (Rook & Fisher, 1995).

B. Pria Metroseksual
1. Definisi Metroseksual
Menurut Sumardi (2003, h.13) laki-laki metroseksual merupakan
pria

yang

selalu

mengikuti

perkembangan

fashion

dan

selalu

menginginkan produk terbaru serta tergolong liberal dan senang
bersosialisasi. Meskipun tergolong pria yang suka memanjakan dirinya,
pria metroseksual tergolong pria yang menghormati persamaan gender.
Menurut Simpson (dalam Irnida, 2005, h.13) pria metroseksual
ialah pria heteroseksual yang suka bersolek dengan cara mengelupas
rambut-rambut yang ada di kulitnya, memakai pelembab, serta
memanjakan dirinya. Sedangkan menurut Jordan pengelupasan rambut-

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
18

rambut yang tidak diinginkan telah menjadi tren baru-baru ini. Beberapa
diantaranya dari kalangan polisi, tentara, bisnis eksekutif, dokter dan
pengacara, bahkan mahasiswa melakukannya secara rutin. Snyder (dalam
Irnida, 2005, h.15) penata busana di Waco mengatakan pengelupasan
rambut itu juga termasuk dalam merapikan alis yang sekarang mulai
marak.
Menurut Trubo (dalam Irnida, 2005, h.13) pria metroseksual
adalah laki-laki normal, sensitif, berpendidikan baik, tinggal di kota yang
dekat dengan sisi feminim, dapat menghabiskan setiap minggu untuk
manicure, dan lebih suka menata rambutnya ke penata rambut daripada ke
tukang cukur biasa. Selain itu suka berbelanja, sebagian besar suka
memakai perhiasan dan di dalam tempat mandinya banyak terdapat
produk khusus pria, termasuk pelembab. Ada kemungkinannya mereka
menggunakan sedikit make-up. Pria metroseksual suka melatih fisiknya
dengan fitness dan penampilannya banyak mendapatkan perhatian, selain
memang suka diperhatikan.
Menurut Salzman (dalam Kertajaya, 2004, h.42) pria metroseksual
ingin memperhatikan diri, memelihara dan berperilaku terbuka, serta
menolak sifat-sifat tradisional laki-laki pada umumnya. Jenis pria ini
bukan

banci

karena

sangat

yakin

dengan

maskulinitas

dan

kepribadiannya.
Dapat disimpulkan bahwa pria metroseksual adalah pria muda
yang normal (heteroseksual) dan memiliki sisi feminim yang sangat

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
19

menyukai perawatan tubuh, seperti ke tempat-tempat kebugaran (fitness
centre), dan mengikuti fashion, serta menginginkan produk-produk
terbaru, serta menghargai kesetaraan gender.
2. Faktor-Faktor yang Mendorong Pria menjadi Metroseksual
Faktor-faktor yang menjadi penyebab munculnya pria metroseksual
(Kartajaya, 2004) adalah :
a. Emansipasi wanita
Emansipasi wanita menyebabkan banyak wanita bekerja, yang
akhirnya menggeser nilai-nilai “kelaki-lakian” yang ada pada pria. Hal
ini disebabkan karena perempuan membawa masuk kebiasaan
mempercantik diri ke dalam dunia kerja dan norma ini kemudian
mempengaruhi kebijakan dunia kerja yang mulai memasukkan
penampilan diri sebagai kriteria dalam penilaian karyawan. Dan ketika
penampilan diri diperhitungkan dalam promosi karier maka saat itulah
pria mulai berpikir ulang untuk memperhatikan penampilan sehingga
muncullah pria-pria metroseksual yang sangat memperhatikan
penampilannya.
b. Wanita sebagai bread-winner
Wanita modern mulai mereposisi dirinya sebagai bread-winner
(pencari nafkah). Hal ini membuat pria mengalami krisis identitas
karena peran yang sejak lama menjadi dasar dalam hubungan
sosialnya telah diambil alih. Namun hal ini tidak membuat kaum pria
mengalami disorientasi diri, sebaliknya kaum pria justru melihat

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
20

adanya ruang yang luas bagi proses rekonstruksi identitasnya yang
baru sehingga muncullah pria metroseksual.

Namun menurut Simpson (dalam Kartajaya, 2004) penyebab
munculnya pria-pria metroseksual yaitu dikarenakan naiknya gerakan
feminisme dan jatuhnya norma keluarga inti (nuclear family) serta
banyaknya wanita yang bekerja membuat pria tidak berhak
mengklaim diri sebagai “pemimpin” dan tidak berhak pula mengklaim
maskulin sehingga mereka mengkonstruksi jati diri mereka menjadi
pria metroseksual.
3. Karakteristik Pria Metroseksual
Beberapa ciri pria metroseksual dikemukakan oleh Kertajaya dkk
(2004) yaitu :
a. Pada umumnya hidup dan tinggal di kota besar dimana hal ini tentu
saja berkaitan dengan kesempatan akses informasi, pergaulan, dan
gaya hidup yang dijalani dan secara jelas akan mempengaruhi
keberadaan mereka.
b. Berasal dari kalangan berada dan memiliki banyak uang karena
banyaknya materi yang dibutuhkan sebagai penunjang gaya hidup
yang dijalani.
c. Memiliki gaya hidup urban dan hedonis

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
21

d. Secara intens mengikuti perkembangan fashion di majalah-majalah
mode pria agar dapat mengetahui perkembangan fashion terakhir yang
mudah diikuti.
e. Umumnya memiliki penampilan yang klimis, dandy, dan sangat
memperhatikan penampilan serta perawatan tubuh.
Dilihat dari karakteristik tersebut kaum metroseksual tidak hanya
terdapat di daerah perkotaan saja, hal ini berkaitan dengan perkembangan
modernisasi yang begitu cepat sehingga kesempatan akses informasi
dapat saja pria yang berada bukan di kawasan perkotaan mengikuti gaya
hidup pria perkotaan.
Berdasarkan dari karakteristik dan definisi tersebut dapat disimpulkan
bahwa ciri-ciri pria metroseksual adalah :
a. Menyukai gaya hidup urban, hedonis, dan bersosialisasi di café/mall
b. Menyukai untuk tampil rapi, klimis dan dandy, dan mengikuti
perkembangan mode terbaru
c. Merawat diri dengan cara pergi ke salon untuk melakukan luluran,
facial, spa, perawatan kuku dan tangan, perawatan kuku dan kaki, dan
fitness

C. Teori Murray
Murray merupakan salah satu tokoh psikolog yang bertumpu pada
dinamika kebutuhan untuk menerangkan kepribadian. Disadari atau tidak,

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
22

setiap perilaku manusia didasari oleh motivasi tertentu. Untuk berbicara
tentang motivasi, tentu harus berbicara tentang kebutuhan-kebutuhan. Murray
mengemukakan 5 kriteria untuk mengidentifikasi kebutuhan:
1. Merupakan respons terhadap suatu objek atau sekelompok objek yang
berfungsi sebagai stimulus
2. Menyebabkan munculnya suatu perilaku
3. Adanya konsekuensi atau hasil akhir dari perilaku tersebut
4. Adanya suatu respons emosional tertentu dalam perilaku tersebut
5. Ada tingkat kepuasan atau ketidak puasan tertentu setelah seluruh respons
dilakukan
Murray (dalam Hall & Lindzey, 1993) membedakan tipe kebutuhan ke
dalam lima kelompok, yaitu:
a. Viscerogenic and Psychogenic Needs (Kebutuhan Viskerogenik atau
Kebutuhan Primer dan Kebutuhan Psikogenik atau Kebutuhan Sekunder)
Kebutuhan viskerogenik merupakan kebutuhan yang berhubungan
dengan organ-organ tubuh terutama berkaitan dengan kepuasan fisik.
Contoh: kebutuhan akan udara, air, makan, seks, laktasi, kencing dan
defekasi. Sedangkan kebutuhan psikogenik merupakan kebutuhan yang
berasal dari kebutuhan viskerogenik dan tidak memiliki hubungan dengan
kepuasan fisik. Contoh: kebutuhan berprestasi, pengakuan, otonomi,
eksibisi,dll

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
23

Tabel 1
Daftar Kebutuhan Menurut Murray
Kebutuhan
N Abasement
(merendah)

N Achievement
(berprestasi)

N Affiliation
(berafiliasi)

N Agression
(menyerang)

N Autonomy
(mandiri)

Batasan Singkat
Tunduk
secara
pasif
kepada kekuatan eksternal,
merasa bersalah bila orang
lain berbuat kesalahan,
menerima
inferioritas,
fitnahan,
kesalahan,
kekalahan, menyalahkan
atau membahayakan diri.
Untuk
menyelesaikan
sesuatu yang sulit dan
menarik,
menguasai,
mengatasi rintangan, dan
mencapai standar, berbuat
sebaik mungkin, bersaing
mengungguli orang lain.
Mendekati
dan
menyenangi
kerjasama
dengan
orang
lain,
mendapat afeksi dari orang
yang disenangi, menjadi
teman bagi orang lain,
berbaik
hati,
berbuat
sesuatu bersama dengan
orang lain.
Mengatasi oposisi dengan
kekerasan,
berkelahi,
membalas
penghinaan,
menghukum,
melukai,
membunuh, meremahkan,
mengutuk dan memfitnah.
Menyerang pendapat orang
lain,
mempermainkan
orang lain.
Untuk menjadi bebas,
melawan paksaan atau
hambatan,
menghindari
kekuasaan orang lain,
mandiri, tidak terikat,
menolak
kelaziman.
Berdiri
sendiri
dalam

Emosi yang
Terlibat
Malu
Berdosa
Rendah diri

Press yang
Menyumbang
Agresi
Kekuasaan
orang lain

Semangat
Ambisi

Tugas
Saingan

Kepercayaan
Afeksi
Cinta
Empati

Positif: banyak
teman
Negatif: tidak
memiliki teman

Marah
Mengamuk
Benci

Agresi
Superioritas
Penolakan

Terhambat
Marah

Positif: toleran,
terbuka
Negatif:
hambatan fisik,
kekuasaan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
24

N
Counteraction
(mengimbangi)

N Defendance
(membela diri)

N Deference
(menghormati)

N Dominance
(menguasai)

N Exhibition
(penonjolan
diri)

N Harm

membuat
keputusan,
menghindari urusan dan
campur tangan orang lain.
Memperbaiki
kegagalan
dengan berjuang lagi,
menghilangkan pelecehan,
mengatasi
kelemahan,
menekan
takut,
mengembalikan nama baik,
mempertahankan
harga
diri.
Mempertahankan
diri
terhadap serangan, kritik
dan
celaan,
menyembunyikan
atau
membenarkan perbuatan
tercela, menyembunyikan
kegagalan, penghinaan.
Mengagumi
dan
menyokong
atasan,
memuji,
menyanjung.
Menyuruh
orang
lain
memutuskan
sesuatu
mengenai dirinya, tunduk,
menyesuaikan diri dengan
harapan orang lain, berbuat
lebih baik dari contohnya.
Mengontrol
lingkungan
orang lain, mempengaruhi
dengan sugesti, persuasi
atau perintah, membuat
orang lain mengerjakan
apa
yang disuruhnya.
Untuk
diperlakukan
sebagai pemimpin.
Untuk
mengesankan,
dilihat
dan
didengar,
membuat
orang
lain
kagum,
bergairah,
terpesona,
terhibur,
terkejut,
terangsang,
terpikat. Menjadi pusat
perhatian,
menonjolkan
prestasi,
menyatakan
keberhasilannya.
Menghindari rasa sakit,

Kebanggaan
Bersalah

Tuntutan
tanggung jawab

Malu
Kecemasan
Kecil

Ancaman moral
Beban
yang
terlalu berat

Inferioritas
Keamanan

Wibawa
Kekuatan
oraganisasi

Keyakinan diri
Dikagumi

Inferioritas
orang lain

Kebanggaan
Superioritas
Ekstasi

Lingkungan
yang toleran
Sanjungan

Rasa aman

Situasi

yang

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
25

Avoidance
(menghindari
bahaya)

N Inavoidance
(menghindari
rasa hina)

N Nurturance
(merawat,
memelihara)

N Order
(teratur)

N Play
(bermain)

N Rejection
(penola