STUDI DESKRIPTIF KECENDERUNGAN PEMBELIAN IMPULSIF PADA USIA DEWASA AWAL DI YOGYAKARTA Skripsi Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

  

STUDI DESKRIPTIF KECENDERUNGAN PEMBELIAN IMPULSIF

PADA USIA DEWASA AWAL

DI YOGYAKARTA

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat

  

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun oleh :

Dian Astrid Wikantanti

  089114095

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI, JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

  

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

G od doesn’t require us to succeed, H e only requires that

you try

( Mother Teresa)

  

T ugas kita bukanlah untuk berhasil. T ugas kita adalah

untuk mencoba, karena didalam mencoba itulah kita

menemukan dan belajar membangun kesempatan untuk

berhasil.

  

( Mario Teguh)

J anganlah berhenti ketika kamu lelah, tetapi berhentilah

saat semuanya sudah selesai

dan

A ndalkan T uhan di S etiap L angkahmu..…

  

H alaman Persembahan

K upersembahkan untuk :

  Tuhan, Sang Pemberi K ehidupan, Cinta, dan Harapan Bapak & M ami yang selalu mendoakan, mendukung, dan menemaniku K akak M ia yang selalu memberikan semangat dan contoh bagiku Saudara, Teman, dan sahabat yang selalu mewarnai hari-hariku

  

STUDI DESKRIPTIF KECENDERUNGAN PEMBELIAN IMPULSIF

PADA USIA DEWASA AWAL

DI YOGYAKARTA

Dian Astrid Wikantanti

  

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran mengenai kecenderungan pembelian

impulsif pada usia dewasa awal di Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode penelitian

kuantitatif deskriptif, yaitu metode survei. Pengumpulan data pada penelitian ini melalui skala

yang telah dibuat oleh Verplanken & Herabadi (2001) yang telah dialihbahasakan terlebih dahulu.

Subjek penelitian ini berjumlah 308 orang yang termasuk dalam tahap dewasa awal, yaitu subjek

yang berusia 20 - 40 tahun. Data-data yang diperoleh pada penelitian ini kemudian dianalisis

dengan menggunakan teknik analisis kuantitatif yang kemudian diolah menggunakan SPSS for

windows 18.00 . Dari hasil penelitian ini diperoleh hasil mean empirik = 64,4968 < mean teoritik =

80, dan uji t yang telah dilakukan menunjukkan nilai signifikasi (p) adalah 0,000 (p<0,05). Hal ini

menunjukkan bahwa secara umum kecenderungan pembelian impulsif pada usia dewasa awal di

Yogyakarta tergolong rendah. Secara khusus, terdapat perbedaan yang signifikan dalam

kecenderungan pembelian impulsif menurut jenis kelamin (perempuan lebih tinggi daripada laki-

laki), frekuensi berbelanja per bulan (frekuensi belanja lebih dari tiga kali lebih tinggi daripada

frekuensi belanja 0-3 kali per bulan), serta cara penawaran barang (penawaran dengan

mendapatkan diskon lebih tinggi daripada penawaran dengan harga murah / promo). Kata kunci : Kecenderungan Pembelian Impulsif, Dewasa Awal

  

A DESCRIPTIVE STUDY OF IMPULSIVE BUYING TENDENCY

IN EARLY ADULTHOOD IN YOGYAKARTA

  

Dian Astrid Wikantanti

ABSTRACT

This study aimed to see an overview of impulse buying tendency in early adulthood in

Yogyakarta.This study used a descriptive quantitative research method, which was a survey. Data

collection in this study used a scale that was made by Verplanken & Herabadi (2001) which had

been translated first. The research subjects were included 308 people in the early adulthood stage

(20-40 years) in the city of Yogyakarta. The data obtained in this study were analysed using

quantitative analysis techniques, then were processed using SPSS for windows 18.00. This

research obtained empirical results mean = 64.4968 < theoretical mean = 80, and t-tests that had

been done showed the value of significance (p) 0.000 (p<0.05). This research showed that

generally impulse buying tendency in early adulthood in Yogyakarta was low. In particular, there

were significant differences in impulse buying tendency by sex (females were higher than males),

frequency of shopping per month (the frequency of shopping more than three time was higher than

the frequency of shopping 0-3 times per month), and how to offer goods (the offer by getting a

discount was higher than the offer with low price/promo).

  Keywords : Impulsive Buying Tendency, Early Adulthood

KATA PENGANTAR

  Puji Syukur kepada Tuhan atas segala berkat, bimbingan, serta karunia- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi dengan judul “Studi Deskriptif Kecenderungan Pembelian Impulsif Pada Usia Dewasa Awal di Yogyakarta”

  Penulis menyadari bahwa selama menuntut ilmu di Fakultas Psikologi melibatkan berbagai hal. Atas segala saran, bimbingan, dukungan serta bantuan dengan kerandahan hati pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

  1. Tuhan yang menjadi pedoman saya untuk melangkah, yang selalu menjaga, membimbing, serta memberikan kasih-Nya untuk saya.

  2. Dr. Christina Siwi Handayani, S.Psi.,M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

  3. Ratri Sunar Astuti, M.Psi., selaku Ketua Program Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

  4. Agnes Indar Etikawati, S.Psi.,Psi.,M.Psi., selaku dosen pembimbing akademik

  5. Paschedona Henrietta P.D.A.D.S.,S.Psi.,MA., selaku dosen pembimbing skripsi yang sangat sabar membimbing dan membantu dalam proses penulisan skripsi dari awal memunculkan ide penelitian payung hingga selesainya skripsi ini

  6. Segenap dosen, karyawan, dan laboran yang telah membantu proses saya dalam menuntut ilmu di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

  7. Drs. C. Jarot Priyogutomo, MBA dan Fandy Tjiptono, M.Com., Ph.D selaku Dosen Fakultas Ekonomi UAJY yang telah memberikan waktu dan pemahaman yang mendalam bagi saya tentang topik skripsi ini.

  8. Bapak Bambang Rahino, S.IP., dan Mami Dra. Rosalia Indriyati Saptatiningsih, M.Si., yang selalu mendoakan dan memberikan support yang besar dalam hidup saya dan penyelesaian skripsi ini. Hanya ini kado yang bisa aku berikan untuk kalian. Love you...

  9. Kakak Mia Ilmas Wikantanti, S.E., Akt., yang selalu memberi semangat, hiburan, dan dapat memberikan contoh bagi adikmu ini.

  Love you, sist...

  10. Saudara-saudaraku yang memberikan contoh kesuksesan belajar.

  11. Mbak Sella yang bersedia menjadi supervisor dalam translate skala.

  12. Maria Febriana Nurselly Hutapea, sahabat yang selalu menemaniku dari awal kuliah di saat senang dan sedih, pemberi semangat, serta sebagai tempat berbagi semua cerita selama 3,5 tahun. Thank you, cinn...

  13. Ferina Dewi Ayu Puji Perwitosari yang sangat membantu saya dalam proses awal sampai akhir skripsi ini, dari jurnal sampai SPSS, serta selalu memberi semangat saya untuk selalu rajin mengerjakan dan rajin

  14. Semua teman-teman Psikologi, khususnya sahabat-sahabat remponk : Bora, Devi, Anggito, Noni, Flavia, Chike, Vivi, Anggita, Sari, Hesti, Sita, Dita, Jose yang selalu memberikan warna dan keceriaan di hari- hariku. Cicik Grace Adelaide Putri Liey yang mengajariku arti kedewasaan. Thanks all!

  15. Kepala, Staff, dan Teman-teman asisten P2TKP, terimakasih atas kebersamaan selama setahun kemarin.

  16. Commitee, Peer Partner, Assistant, and Participants of SLP 2012.

  Thank you for the amazing experience with you, all.

  17. Manajemen Ambarrukmo Plaza, Galeria Mall, Fast Track Fun School, Bank Mandiri Cabang UNY, Anna, Nisa, Noni, Devi, Bella, anggota

  IOPC, dan teman-teman yang telah mengijinkan dan membantu saya dalam mengambil data skripsi.

  18. Semua pihak yang telah membantu, yang belum saya sebutkan dalam lembar ini. Terimakasih atas semua bantuannya.

  Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan skripsi ini.

  Penulis berharap semoga skripsi ini bisa memberikan manfaat bagi semua pihak dan dapat menjadi kajian lebih lanjut.

  Yogyakarta, 9 November 2012

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING .............................. ii HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii HALAMAN MOTTO .................................................................................. iv HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................... vi ABSTRAK .................................................................................................. vii

  

ABSTRACT .................................................................................................. viii

  HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................... ix KATA PENGANTAR ................................................................................. x DAFTAR ISI ............................................................................................... xiii DAFTAR TABEL ........................................................................................ xvii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xix

  BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah .................................................. 1 B. Rumusan Masalah ........................................................... 9 C. Tujuan Penelitian ............................................................ 9 D. Manfaat Penelitian .......................................................... 10

  1. Manfaat Teoritis ........................................................... 10

  2. Manfaat Praktis ............................................................ 10

  BAB II LANDASAN TEORI ............................................................ 11 A. Pembelian Impulsif ......................................................... 11

  1. Pengertian Pembelian Impulsif .................................. 11

  2. Aspek Pembelian Impulsif ......................................... 14

  3. Faktor yang Mempengaruhi Pembelian Impulsif ........ 16

  B. Dewasa Awal ................................................................. 19

  C. Kecenderungan Pembelian Impulsif Pada Usia Dewasa Awal di Yogyakarta ........................................................ 22

  BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................. 25 A. Jenis Penelitian ............................................................... 25 B. Identifikasi Variabel ........................................................ 25 C. Definisi Operasional ........................................................ 25 D. Subjek Penelitian ............................................................ 27

  1. Populasi dan Sampel ................................................. 27

  2. Teknik Pengambilan Sampel ..................................... 27

  E. Metode dan Alat Pengumpulan Data ............................... 28

  F. Validitas dan Reliabilitas ................................................. 31

  1. Validitas .................................................................... 31

  2. Seleksi Item ............................................................... 32

  3. Reliabilitas ................................................................ 36

  G. Teknik Analisis Data ....................................................... 38

  BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN ................................................................... 39 A. Pelaksanaan Penelitian .................................................... 39 B. Deskripsi Subjek Penelitian ............................................. 39

  1. Data Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin .................... 41

  2. Data Subjek Berdasarkan Tingkat Pendidikan ........... 41

  3. Data Subjek Berdasarkan Status Pernikahan .............. 41

  4. Data Subjek Berdasarkan Pekerjaan .......................... 41

  5. Data Subjek Berdasarkan Pendapatan dan Pengeluaran ............................................................... 42

  6. Data Subjek Berdasarkan Frekuensi Belanja .............. 42

  7. Data Subjek Berdasarkan Rekan Belanja ................... 43

  8. Data Subjek Berdasarkan Tempat Belanja ................. 43

  9. Data Subjek Berdasarkan Cara Penawaran ................. 44

  C. Hasil Analisis Perbedaan ................................................. 44

  1. Uji Normalitas Pembelian Impulsif ............................ 46

  2. Berdasarkan Jenis Kelamin Subjek ............................ 46

  3. Berdasarkan Tingkat Pendidikan Subjek .................... 48

  4. Berdasarkan Status Pernikahan Subjek ....................... 49

  5. Berdasarkan Frekuensi Belanja Subjek ...................... 51

  6. Berdasarkan Rekan Belanja Subjek ........................... 53

  7. Berdasarkan Cara Penawaran .................................... 55

  D. Hasil Penelitian ............................................................... 56

  1. Deskripsi Data Penelitian .......................................... 56

  2. Hasil Analisis Terhadap Produk ................................ 58

  E. Pembahasan .................................................................... 59

  BAB V PENUTUP ............................................................................ 66 A. Kesimpulan ..................................................................... 66 B. Saran ............................................................................... 66

  1. Bagi Masyarakat ....................................................... 66

  2. Bagi Peneliti Selanjutnya ........................................... 67 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 68 LAMPIRAN ............................................................................................... 72

  

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Blueprint Skala Pembelian Impulsif ................................................ 31Tabel 3.2 Distribusi Item Uji Coba Skala ....................................................... 34Tabel 3.3 Distribusi Item Skala Penelitian ...................................................... 36Tabel 3.4 Koefisien Reliabilitas Uji Coba Penelitian ....................................... 37Tabel 3.5 Koefisien Reliabilitas Data Penelitian .............................................. 38Tabel 4.1 Data Subjek Penelitian..................................................................... 40Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Secara Umum ................................................. 46Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Berdasarkan Jenis Kelamin Subjek ................. 46Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas Berdasarkan Jenis Kelamin Subjek .............. 47Tabel 4.5 Ringkasan Uji-t Berdasarkan Jenis Kelamin Subjek ......................... 47Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Berdasarkan Tingkat Pendidikan Subjek ......... 48Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas Berdasarkan Tingkat Pendidikan Subjek ..... 48Tabel 4.8 Ringkasan Uji-t Berdasarkan Tingkat Pendidikan Subjek ................ 49Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Berdasarkan Status Pernikahan Subjek ........... 49Tabel 4.10 Hasil Uji Homogenitas Berdasarkan Status Pernikahan Subjek ...... 50Tabel 4.11 Ringkasan Uji-t Berdasarkan Status Pernikahan Subjek ................. 51Tabel 4.12 Hasil Uji Normalitas Berdasarkan Frekuensi Belanja Subjek ......... 51Tabel 4.13 Hasil Uji Homogenitas Berdasarkan Frekuensi Belanja Subjek ...... 52Tabel 4.14 Ringkasan Uji-t Berdasarkan Frekuensi Belanja Subjek ................. 52Tabel 4.15 Hasil Uji Normalitas Berdasarkan Rekan Belanja Subjek .............. 53Tabel 4.17 Ringkasan Uji-t Berdasarkan Rekan Belanja Subjek ...................... 54Tabel 4.18 Hasil Uji Normalitas Berdasarkan Cara Penawaran........................ 55Tabel 4.19 Hasil Uji Homogenitas Berdasarkan Cara Penawaran .................... 55Tabel 4.20 Ringkasan Uji-t Berdasarkan Cara Penawaran ............................... 56Tabel 4.21 Deskripsi Data Penelitian............................................................... 57Tabel 4.22 Jenis Produk Pembelian Impulsif ................................................... 58

  

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 Skala Try Out ............................................................................... 73 Lampiran 2 Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif .................................... 77 Lampiran 3 Hasil Perhitungan Statistik Deskriptif (output SPSS) .................... 84 Lampiran 4 Surat Pernyataan Supervisor Skala ............................................... 99 Lampiran 5 Surat Ijin Penelitian ...................................................................... 101

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak masa orde baru Indonesia memasuki era globalisasi. Di

  dalam era globalisasi, Indonesia melakukan suatu pembangunan dan modernisasi dengan memanfaatkan teknologi dan modal asing yang melahirkan nilai-nilai dan budaya baru dalam masyarakat. Globalisasi yang masuk ke Indonesia merupakan salah satu dampak dari adanya budaya kapitalisme yang dianut oleh negara-negara maju, seperti Amerika Utara dan Eropa Barat. Budaya kapitalisme merupakan budaya yang menempatkan konsumsi sebagai titik sentral kehidupan dalam tatanan sosial di masyarakat (Heryanto, 2004). Hal tersebut menjadikan masyarakat memiliki perubahan gaya hidup dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan untuk mengkonsumsi.

  Perubahan gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumsi seseorang dapat dilakukan dengan cara berbelanja. Belanja merupakan suatu aktivitas yang menyenangkan bagi sebagian besar orang, termasuk bagi masyarakat Indonesia. Seperti negara lain di Asia tenggara, keadaan ekonomi di Indonesia yang notabene sedang dilanda krisis, berkembang akibat konsumsi pribadi (Herabadi, Verplanken &

  Hal tersebut diperkuat oleh Aning, 31 tahun, yang mengakui bahwa ia sangat kesulitan untuk menyisihkan dana menabung, karena ia seringkali menggunakan pemakaian dana tak terduga, misalnya ia secara tiba-tiba membeli barang yang sedang tren dari teman-teman yang ia jumpai saat arisan. Ia juga menambahkan bahwa kelompok arisan yang ia ikuti seringkali membuat keuangan keluarganya amburadul (SR & RH, 2012). Masalah tersebut juga dirasakan oleh seorang wanita bekerja, Rita (28 tahun) dimana ia juga tidak dapat menyisakan gajinya dan gaji suaminya untuk ditabung. Rita mengakui bahwa ada saja barang yang menggoda untuk dibeli, bahkan ketika tidak ada uang cash, ia pun tak segan menggesek kartu kreditnya untuk berbelanja (SR & RH, 2012).

  Dewasa ini kegiatan berbelanja bukan hanya untuk memperoleh kebutuhan pokok, melainkan sebagai pengisi waktu luang dan salah satu aktivitas gaya hidup guna memenuhi kebutuhan psikologis seseorang (Herabadi, Verplanken, & Knippenberg, 2009). Munculnya suatu dorongan psikologis yang kuat dalam diri seseorang kemungkinan menjadi sulit dilawan, karena akan sulit bagi seseorang untuk mencegah pengalaman yang dianggap menyenangkan bagi dirinya (Rook, 1987).

  Pengalaman yang dianggap menyenangkan dapat terjadi pada kegiatan pembelian yang dilakukan oleh konsumen dalam kehidupan sehari-hari (Rook, 1987). Seringkali konsumen tidak hati-hati dan kurang dapat memikirkan kegiatan belanja yang dilakukan, sehingga dapat direncanakan, dan sulit dikendalikan. Munculnya situasi tersebut dinamakan pembelian impulsif (impulsive buying) (Herabadi, Verplanken, & Knippenberg, 2009; Wardani, 2010).

  Rook (1987) mendeskripsikan bahwa pembelian impulsif merupakan pembelian tak terencana yang bersifat mendadak, kuat dan terjadi berulang-ulang, serta meminta dengan sangat untuk membeli secara spontan pada beberapa item, dan ditandai dengan adanya perasaan senang.

  Hidup dalam pola seperti itu dapat menimbulkan ketidakpuasan seseorang jika dirinya belum memiliki barang atau produk yang diinginkannya.

  Ketika ditawarkan dan akhirnya membeli suatu produk, seseorang lebih mengutamakan gaya hidup yang bertolak pada felt need daripada membeli kebutuhan yang memang sangat diperlukan (real need). Pola hidup seperti itu mendorong orang untuk selalu ingin berlebihan, tanpa peduli bagaimana cara mendapatkannya. Hal ini menjadikan konsumen berlomba untuk mendapatkan barang-barang baru, citra baru, gaya baru, serta meremajakan sesuatu yang dianggap ketinggalan zaman (Tinarbuko, 2006). Senada dengan hal tersebut, hasil studi yang dilakukan oleh Hausman (dalam Rohman, 2009) menemukan bahwa konsumen yang berbelanja untuk memuaskan keinginan hedonisnya seperti mencari pengalaman baru, mencari variasi dan kesenangan ternyata secara signifikan berpengaruh terhadap pembelian impulsif.

  Kehadiran mal dan supermaket juga menjadi pendorong terjadinya pusat perbelanjaan atau tempat yang dengan mudah dapat mengundang konsumen untuk membeli di tempat tersebut. Lokasi yang nyaman didukung oleh suasana yang indah dan menarik serta penawaran diskon besar di mal dan supermaket dapat mengundang minat konsumen untuk melakukan pembelian atas produk atau jasa yang ditawarkan meskipun terkadang bukan menjadi kebutuhannya. Hal ini terlihat pada saat program

  Midnight Sale yang dilakukan di salah satu mal terbesar di Yogyakarta

  saat merayakan ulang tahunnya awal maret 2012 lalu. Program Midnight

  Sale akan memberikan tambahan diskon kepada konsumen jika melakukan pembelian diatas jam operasional rutin, yaitu hingga pukul 24.00 WIB.

  Selain itu, konsumen yang memiliki member card, kartu debit ATM maupun kartu kredit tertentu juga akan mendapatkan tambahan diskon ketika membeli suatu barang ketika program Midnight Sale tersebut. Program tersebut mengundang banyak konsumen yang rela berbondong- bondong untuk antre berbelanja murah hingga waktu yang larut malam (sebuah kasus yang ditemukan peneliti hasil observasi di lapangan pada tanggal 3 Maret 2012 di Ambarrukmo Plaza Yogyakarta).

  Untuk mendukung hasil observasi, peneliti melakukan wawancara dengan salah satu pengunjung program tersebut. Stephanie (2012), seorang mahasiswa semester enam mengungkapkan bahwa dirinya datang ke program tersebut karena merasa tertarik dengan penawaran diskon yang lebih besar dibandingkan hari biasanya. Stephanie mengungkapkan bahwa yang ditawarkan dan mendambakan ada barang yang diinginkannya dengan harga yang murah agar akhirnya dapat terbeli. Stephanie juga mengaku bahwa ia tidak merencanakan apa yang akan ia beli saat berada di pusat perbelanjaan tersebut sebelumnya, akan tetapi ketika ia menemukan sebuah sepatu yang menarik dengan harga yang lebih murah, maka ia pun membelinya meskipun ia masih mempunyai beberapa sepatu di rumah. Ia juga mengatakan bahwa ia sering datang ketika ada program yang sama di pusat perbelanjaan tersebut (Stephanie, komunikasi pribadi,

  3 Maret, 2012).

  Kegiatan belanja umumnya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Akan tetapi bagi sebagian orang tertentu, berbelanja merupakan bagian dari gaya hidup. Kegiatan berbelanja juga merupakan kegiatan yang menyenangkan, yaitu sebagai alat untuk mengatur emosi, cara untuk mengekspresikan atau membangun identitas diri (Fitriana & Koentjoro, 2009). Bagi sebagian individu kegiatan berbelanja merupakan salah satu penghilang stres. Oleh karenanya dalam situasi ini berbelanja memiliki kontrol yang lemah. Bahkan individu tidak menyadari alasan mengapa berbelanja, tetapi yang dirasakan adalah adanya kepuasan setelah membeli sesuatu yang dianggap murah tanpa memikirkan faktor kegunaan dari barang yang telah dibeli. Dalam hal ini, membeli secara impulsif juga berkaitan dengan perasaan senang atau perasaan yang mendukung seseorang untuk layak melakukannya. Dengan demikian hal tersebut bagi diri sendiri, dimana hal tersebut berperan sebagai pengatur mood seseorang (Fitriana & Koentjoro, 2009; Herabadi, Verplanken, & Knippenberg, 2009).

  Wood (dalam Lin & Lin, 2005) menyatakan bahwa usia rentan pembelian impulsif terjadi pada seseorang yang berusia antara 18-39 tahun. Sebagian besar seseorang yang berusia 18-39 tahun telah memasuki masa dewasa awal. Seseorang yang memasuki masa dewasa awal adalah seseorang yang berusia antara 20 – 40 tahun (Papalia, Olds, & Feldman, 2007). Masa dewasa awal merupakan masa dimana seseorang mengalami pembentukan kemandirian secara pribadi maupun ekonomi, salah satunya adalah karir. Sebagian besar dari individu yang berusia dewasa awal sudah memiliki pendapatan sendiri (Santrock, 2002). Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa kemandirian dalam karir berpengaruh terhadap bagaimana seorang dewasa awal dapat mengatur kegiatan ekonominya sendiri. Bila seorang dewasa awal memiliki kontrol yang lemah dalam mengatur kegiatan perekonomiannya, maka mereka akan memiliki kecenderungan untuk melakukan pembelian secara impulsif. Dalam kamus psikologi dijelaskan bahwa kecenderungan merupakan suatu kondisi untuk bersikap atau bertingkah laku dalam keadaan tertentu. Oleh sebab itu, dapat diartikan bahwa kecenderungan pembelian impulsif bukan merupakan suatu tingkah laku seseorang dalam membeli secara impulsif, melainkan suatu sikap atau keinginan yang kuat dari diri seseorang untuk

  Fenomena – fenomena yang telah dijelaskan sebelumnya dapat menunjukkan bahwa pembelian secara impulsif telah mengalir dan masuk ke dalam masyarakat Indonesia. Hasil studi yang dilakukan Nielsen selama Desember 2010 sampai Januari 2011 juga mendukung fenomena yang muncul di Indonesia. Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa konsumen di kota-kota besar Indonesia, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, dan Makassar semakin impulsif dalam melakukan pembelian. Dari 1.804 responden, sebesar 21 persen konsumen mengaku tidak pernah membuat rencana belanja, sedangkan sebesar 39 persen konsumen yang membuat daftar belanja pun mengaku selalu membeli barang-barang di luar daftar saat berbelanja. Melihat hasil tersebut, maka dapat diketahui bahwa terdapat peningkatan angka pada pembeli impulsif dari tahun 2003 yang hanya sebesar 11 persen (Ramaun, 2011).

  Populasi, tingkat konsumsi, dan kondisi ekonomi di Indonesia yang meningkat menjadikan negara ini menjadi sasaran empuk bagi pemasar, sehingga muncul banyak pusat perbelanjaan khususnya di kota – kota besar. Sesuai dengan hal tersebut, Pulau Jawa merupakan daya tarik terbesar bagi para pemasar, sehingga sebesar 57 % penyebaran toko baik tradisional maupun modern masih berpusat di Pulau Jawa. Oleh sebab itu tidaklah mengeherankan jika konsumen di Indonesia, khususnya Jawa menjadi semakin impulsif (Meryani, 2011). Yogyakarta merupakan salah satu kota besar di Indonesia, yang secara khusus disebut sebagai kota ini terdapat banyak orang yang ingin melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi (Sugiantoro, 2012). Dengan melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, berarti seseorang semakin dapat berpikir menggunakan logika atau rasio dalam melakukan suatu hal dengan lebih baik, terlebih pada seseorang yang sudah masuk ke dalam masa dewasa awal. Meskipun demikian, terlihat pada fenomena beberapa masyarakat di Yogyakarta masih kurang dapat berpikir dengan baik ketika berbelanja dalam memenuhi konsumsi pribadi. Hal ini didukung oleh meningkatnya rata- rata tingkat konsumsi masyarakat Yogyakarta, yakni 1,09 kali lebih banyak dibanding rata-rata pendapatan total masyarakat. Anggaran belanja yang dikeluarkan pun lebih besar dibandingkan dengan pendapatannya, sehingga hampir seluruh pendapatan habis untuk dikonsumsi (Tinarbuko, 2006). Terkait dengan hal tersebut, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X menyatakan bahwa masyarakat harus mewaspadai pemujaan hawa nafsu melalui gaya hidup yang bersifat irasional dan diyakini akan merusak pranata kehidupan sosial masyarakat Yogyakarta (Tinarbuko, 2006).

  Di sisi lain, beberapa masyarakat di Yogyakarta juga telah menyadari bahwa pola hidup impulsif harus ditekan. Diadakannya penggalakan aksi stop shopping oleh Lembaga Konsumen Yogyakarta di sepanjang jalan Malioboro pada hari Kamis, 18 Agustus 2011 turut mendukung adanya penekanan terhadap pola hidup impulsif tersebut menyadari bahwa dengan mengelola keuangan yang baik, maka kegiatan belanja juga dapat diatur dengan baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan seorang pegawai swasta, Reni Griswidia, 25 tahun, yang mengaku bahwa setiap bulan berhasil membuat anggaran pengeluaran rutin yang disusun berdasarkan prioritas. Selain itu, Reni juga menyisihkan anggaran sebesar 15% untuk pengeluaran tidak terduga dan 35% hasil wirausaha. Akan tetapi bila tidak digunakan, dana akan masuk ke tabungan (SR & RH, 2012).

  Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut, maka penelitian ini akan membahas bagaimana kecenderungan pembelian impulsif yang terjadi pada kalangan dewasa awal di Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah

  Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : “Bagaimanakah kecenderungan pembelian impulsif yang terjadi pada usia dewasa awal di Yogyakarta?” C.

   Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kecenderungan pembelian impulsif yang terjadi pada usia dewasa awal di Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat Teoritis

  Memberikan referensi lain mengenai fenomena dan perilaku membeli yang terjadi pada konsumen. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan secara teoritis untuk memperkaya ilmu psikologi, khususnya Psikologi Industri, Psikologi Konsumen, dan Psikologi Sosial, yaitu penggunaan istilah yang benar tentang pembelian impulsif.

  2. Manfaat Praktis

  Manfaat praktis dari penelitian ini adalah memberikan informasi kepada pembaca mengenai fenomena kecenderungan pembelian impulsif yang terjadi di masyarakat Yogyakarta, serta dapat dijadikan sebagai refleksi dan evaluasi tentang kegiatan pembelian yang dilakukan pembaca selama ini yang berkaitan dengan dampak pembelian impulsif. Selain itu, diharapkan dapat mengendalikan dan memberi dampak pada perekonomian.

BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelian Impulsif 1. Pengertian Pembelian Impulsif Goldenson (dalam Rook, 1987) menjelaskan bahwa definisi

  umum suatu dorongan psikologis (psychological impulse) seseorang adalah sebuah ‘kekuatan’, desakan yang tak tertahankan, serta munculnya kecenderungan secara tiba-tiba untuk melakukan sesuatu tanpa adanya pertimbangan sebelumnya. Oleh sebab itu, dorongan psikologis seseorang dimulai dan terjadi secara tiba-tiba atau spontan. Dalam hal ini dijelaskan juga bahwa dorongan yang kuat tersebut kemungkinan akan sulit untuk dilawan, karena seseorang seringkali sulit mencegah pengalaman yang dianggap menyenangkan baginya (Rook, 1987).

  Meskipun perilaku impulsif dapat terjadi di beberapa situasi, pembelian secara impulsif pada konsumen merupakan konteks yang sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari (Rook, 1987). Rook (1987) menyatakan bahwa pembelian impulsif terjadi ketika konsumen seringkali melakukan pembelian secara tiba-tiba serta memiliki dorongan yang kuat untuk membeli suatu barang secepatnya. Hal ini muncul karena keinginan untuk membeli yang didasarkan dari sebab itu, pembelian impulsif juga ditandai dengan munculnya perasaan puas dan gembira setelah melakukan pembelian. Bellenger & Korgaonkar (dalam Gasiorowska, 2011) menyatakan bahwa konsumen yang melakukan pembelian impulsif adalah orang yang sangat sering menjadi recreational shopper. Rook & Hock (dalam Gasiorowska, 2011) mengatakan bahwa ketika berbelanja, seseorang menemukan mood yang positif dan merasakan adanya kepuasan dalam aktivitas berbelanja, bahkan ketika membeli melebihi apa yang telah direncanakan sebelumnya.

  Senada dengan hal tersebut, Rook (1987) mengemukakan bahwa pembelian impulsif lebih mengutamakan emosional daripada rasional. Konsumen yang sering melakukan pembelian secara impulsif (highly impulsive buyers) memiliki kecenderungan unreflective dalam pemikirannya. Konsumen memiliki ketertarikan secara emosional pada suatu objek, menginginkan kepuasan segera dan disertai dengan gerakan cepat serta menggemari pengalaman spontan ketika melakukan pembelian. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya daftar belanja yang bersifat terbuka, sehingga menyebabkan terjadinya pembelian barang tidak terduga yang didominasi oleh emosi (Hoch & Lowenstein, 1991., Thomson et al., 1990 dalam Kacen & Lee, 2002).

  Rook (Kacen & Lee, 2002) juga menjelaskan bahwa pembelian impulsif didefinisikan sebagai pembelian tak terencana (unplanned

  Pembelian impulsif juga didefinisikan oleh Gasiorowska (2011) sebagai pembelian yang tidak reflektif, sebenarnya tidak diharapkan, terjadi secara spontan, diiringi dengan munculnya keinginan yang mendadak untuk membeli produk – produk tertentu. Secara spesifik, kecenderungan konsumen untuk membeli secara impulsif terlihat ketika mereka membeli secara spontan, tidak reflektif, dan tiba-tiba.

  Pembeli impulsif yang tinggi memiliki pengalaman spontan dalam melakukan pembelian dan dapat dilihat dari daftar belanjanya yang bersifat ‘terbuka’. Selain itu, konsumen impulsif didominasi oleh ketertarikan secara emosional terhadap suatu barang. Dalam hal ini konsumen distimulasi oleh kedekatan secara fisik dari hasrat sebuah produk dan reaksinya terhadap stimulus bisa dikaitkan dengan kontrol intelektual yang rendah (kurangnya evaluasi yang didasarkan pada kriteria keperluan, berkurangnya alasan untuk membeli, kurangnya evaluasi terhadap konsekuensi yang mungkin ditimbulkan, munculnya kepuasan yang datang secara tiba – tiba sebagai penundaan datangnya kekecewaan) serta aktivasi emosional yang tinggi (kegembiraan dan stimulasi yang disebabkan oleh produk atau oleh situasi atau proses membeli) (Gasiorowska, 2011; Rook & Fisher, 1995).

  Pembelian impulsif merupakan kecenderungan konsumen untuk membeli secara spontan, mendadak, dan cenderung terjadi pembelian impulsif juga didefinisikan sebagai pembelian yang tiba– tiba dan segera tanpa ada minat pembelian sebelumnya (Beatty & Ferrel, dalam Rohman, 2009).

  Adapun beberapa ciri-ciri pembelian impulsif antara lain (1) kurangnya perencanaan sebelum melakukan pembelian, (2) kurangnya pertimbangan ketika berbelanja, (3) munculnya perasaan puas dan senang setelah membeli barang yang diinginkan, namun sesudahnya mengalami kekecewaan, (4) munculnya hasrat untuk melakukan pembelian berkali-kali, serta (5) pembelian tidak terkontrol (Verplanken & Herabadi, 2001).

  Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelian impulsif adalah suatu pembelian yang terjadi secara tiba-tiba, spontan, tidak terencana dan diiringi dengan adanya keinginan atau dorongan yang kuat untuk mendapatkan suatu produk atau barang secara mendadak tanpa mempedulikan bagaimana cara mendapatkannya, sehingga pada akhirnya merasakan adanya kegembiraan dan kepuasan dalam diri setelah mendapatkan produk atau barang yang diinginkannya tersebut.

2. Aspek Pembelian Impulsif

  Verplanken & Herabadi (2001) mengemukakan dua aspek pembelian impulsif, yakni aspek kognitif dan aspek afektif. a. Aspek kognitif Aspek kognitif yang dimaksud adalah kekurangan pada unsur pertimbangan dan unsur perencanaan dalam pembelian yang dilakukan. Hal ini didasari oleh pernyataan Verplanken & Aarts (dalam Verplanken & Herabadi, 2001) bahwa pembayaran yang dilakukan mungkin tidak direncanakan atau dipertimbangkan secara matang dengan berbagai macam alasan, misalnya ketika pembayaran tak terencana tampak tak direncanakan dalam waktu yang panjang atau dalam kasus pengulangan pembayaran atau kebiasaan pembayaran. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa aspek kognitif dalam pembelian impulsif meliputi tidak adanya pertimbangan, tidak adanya proses berpikir, dan tidak adanya perencanaan dalam melakukan pembelian.

  b. Aspek afektif Aspek afektif meliputi dorongan emosional yang secara serentak meliputi perasaan senang dan gembira setelah membeli tanpa perencanaan (Verplanken & Herabadi, 2001). Setelah itu muncul perasaan atau hasrat untuk melakukan pembelian berdasarkan keinginan yang muncul secara tiba-tiba, sifatnya berkali-kali atau kompulsif, tidak terkontrol, kepuasan, kecewa, dan penyesalan karena telah membelanjakan uang hanya untuk bahwa aspek afektif dalam pembelian impulsif antara lain adanya perasaan senang, gembira, dan muncul perasaan bersalah atau menyesal.

  Melihat penjelasan tersebut, maka kedua aspek inilah yang akan digunakan di dalam penelitian.

3. Faktor yang Mempengaruhi Pembelian Impulsif

  Gasiorowska (2011) mengemukakan bahwa terdapat tiga faktor yang mempengaruhi pembelian impulsif, antara lain (1) karakteristik individu, (2) sekelompok individu (grup) dan faktor situasional, serta (3) kontrol diri dan evaluasi normatif.

  a. Karakteristik Individu Karakteristik individu yang mempengaruhi pembelian impulsif seperti dorongan yang tinggi dari diri seseorang, munculnya orientasi sementara, dan memiliki kecenderungan berbelanja untuk rekreasi (recreational shopping), yaitu berbelanja untuk mendorong / meningkatkan mood, menemukan kepuasan saat berbelanja, dan membeli barang lebih dari yang direncanakan (Gasiorowska, 2011). Karakteristik individu juga dilihat dari jenis kelamin, usia, pendapatan seseorang (Sneath, Julie Z; Lacey, Russell; Hensel, Kennett, 2009), serta kebudayaan (Kacen & Lee, 2002). Dilihat dari jenis kelamin, perempuan cenderung lebih antara pendapatan yang kecil dan usia muda seseorang terhadap pembelian impulsif (Sneath, Julie Z; Lacey, Russell; Hensel, Kennett, 2009). Bellenger, et al (dalam Lin & Lin, 2005) menyatakan bahwa hasil penelitiannya menunjukkan konsumen yang berusia lebih muda (dibawah 35 tahun) memiliki skor lebih tinggi, sehingga mereka cenderung lebih impulsif daripada konsumen yang memiliki usia lebih tua (diatas 35 tahun). Wood (dalam Verplanken & Herabadi, 2001) juga mengemukakan bahwa terdapat hubungan antara pembelian impulsif dengan pengalaman pendidikan seseorang. Selain itu, Rook & Gardner (dalam Verplanken & Herabadi, 2001) juga menyatakan bahwa mood atau suasana hati tertentu (kombinasi antara keinginan, kegembiraan, dan kekuatan) dapat menjadi faktor terjadinya pembelian impulsif. Disamping itu, Dittmar et al (Dalam Verplanken & Herabadi, 2001) juga menyatakan bahwa pembelian impulsif merupakan simbol atau ekspresi dari identitas diri seseorang.

  b. Sekelompok Individu (grup) dan Faktor Situasional Sekelompok individu (grup) dan situasi tertentu juga memicu terjadinya pembelian impulsif. Hal tersebut diikuti oleh emosi tertentu yang sedang dirasakan seseorang sebelum dan setelah proses pembelian, muncul sikap menuju ke arah promosi, adanya kenyamanan yang ditawarkan, kemudahan dalam pembelian, serta waktu yang tersedia untuk berbelanja (Gasiorowska, 2011). Senada dengan hal itu, Hoch & Loewenstein (dalam Gasiorowska, 2011) menyatakan bahwa konsumen akan merasa dibujuk dan digoda secara emosional oleh produk-produk yang ditawarkan untuk memperoleh kepuasan secara tiba-tiba dari suatu produk tertentu. Secara spesifik dijelaskan bahwa ketika konsumen percaya jika pembelian impulsif itu diterima secara sosial, maka konsumen akan cenderung melakukan pembelian impulsif tersebut, tetapi apabila pembelian impulsif yang akan dilakukan tidak diterima secara sosial, maka konsumen akan mencegah pembelian impulsif tersebut (Kacen & Lee, 2002).

  Verplanken (2001) menunjukkan bahwa kondisi produk atau lingkungan belanja juga dapat memicu terjadinya pembelian impulsif, antara lain penampilan produk, warna yang menarik, bau yang enak, dan iringan musik yang nyaman. Selain itu, Beatty & Ferrell (dalam Verplanken, 2001) juga mengemukakan bahwa dalam situasi tertentu, uang dan waktu juga dirasakan sebagai pemicu terjadinya pembelian impulsif.

  c. Kontrol Diri dan Evaluasi Normatif Kontrol diri seseorang dapat menjadi pemicu maupun keputusan pembelian impulsif. Kontrol diri yang rendah akan memicu terjadinya pembelian impulsif, sebaliknya jika kontrol diri seseorang tinggi, maka dapat menjadi penghambat terjadinya pembelian impulsif. Disamping itu, akses dalam penggunaan uang juga dapat memicu terjadinya pembelian impulsif (Gasiorowska, 2012). Sedangkan evaluasi normatif didefinisikan sebagai penilaian konsumen tentang kesesuaian antara pembelian impulsif dengan situasi pembelian tertentu (Rook & Fisher, 1995).

B. Dewasa Awal

  Masa dewasa awal (early adulthood) ialah periode perkembangan yang bermula pada akhir usia belasan tahun atau awal usia duapuluhan tahun dan yang berakhir pada usia empatpuluhan tahun, yakni kira-kira usia 20 sampai 40 tahun. Masa ini merupakan pembentukan kemandirian seseorang secara pribadi maupun ekonomi, seperti perkembangan karir, pemilihan pasangan, dan memulai keluarga (Santrock, 2002; Papalia, Olds, & Feldman, 2007).

  Individu yang tergolong dewasa awal memiliki peran dan tanggung jawab yang semakin besar. Mereka tidak lagi bergantung secara ekonomis, sosiologis ataupun psikologis pada orangtuanya. Mereka justru merasa tertantang untuk membuktikan dirinya sebagai seorang pribadi yang dewasa, seperti menyalurkan potensinya untuk mengembangkan diri melalui karir atau melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, seperti pascasarjana (Dariyo, 2008).

  Dalam teori yang diungkapkan Erik Erikson (Santrock, 2002), masa dewasa awal termasuk dalam tahap keintiman dan keterkucilan (intimacy versus isolation). Pada tahap ini individu menghadapi tugas perkembangan pembentukan relasi intim dengan orang lain. Seseorang akan menemukan dirinya pada diri orang lain, sehingga seolah-olah kehilangan diri sendiri. Jika seseorang membentuk persahabatan yang akrab dan intim dengan orang lain, keintiman akan dicapai, jika tidak, maka isolasi yang akan terjadi (Santrock, 2002).