PEMBAHARUAN AKAD NIKAH MASYARAKAT MUSLIM BERDASARKAN PETUNGAN JAWA (Studi Kasus Di Desa Pakis Kecamatan Tambakromo Kabupaten Pati) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam
PEMBAHARUAN AKAD NIKAH MASYARAKAT MUSLIM
BERDASARKAN PETUNGAN JAWA
(Studi Kasus Di Desa Pakis Kecamatan Tambakromo Kabupaten Pati)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh
Gelar Sarjana dalam Hukum Islam
Oleh:
KHOIRUL UMAM
NIM : 21110013
JURUSAN AHWAL AL- SYAKHSHIYYAH
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2015
PEMBAHARUAN AKAD NIKAH MASYARAKAT MUSLIM
BERDASARKAN PETUNGAN JAWA
(Studi Kasus Di Desa Pakis Kecamatan Tambakromo Kabupaten Pati)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh
Gelar Sarjana dalam Hukum Islam
Oleh:
KHOIRUL UMAM
NIM : 21110013
JURUSAN AHWAL AL- SYAKHSHIYYAH
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2015
MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO
“Bersyukur, bersabar dan berserah diri Kepada Allah adalah kunci mencapai kesuksesan dunia dan akherat PERSEMBAHAN
Untuk ayah-ibuku, Untuk istriku,
Untuk papi-mamiku, Untuk permata hatiku “NAJWA KHAIRA NABILA”
KATA PENGANTAR
Asslamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT. Atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut setianya.
Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam Fakultas Syari‘ah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Sukron Ma‘mun, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ahwal Al Syakhshiyyah.
3. Bapak Ilyya Muhsin, S.H.I, M.Si., selaku Pembimbing Akademik.
4. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak otnawsiS selaku lurah Desa Pakis dan seluruh masyarakat Desa Pakis yang telah memberikan ijin serta membantu penulis dalam melakukan penelitian di desa tersebut.
6. Bapak dan ibu serta istriku di rumah yang telah mendoakan dan memberi dukungan dalam menyelesaikan studi di IAIN Salatiga dengan penuh kasih sayang dan kesabaran.
Harapan penulis, semoga amal baik dari beliau mendapatkan balasan yang setimpal dan mendapatkan ridho Allah SWT.
Akhirnya dengan tulisan ini semoga bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.
Warahmatullahi Wabarakatuh Wassalamu‟alaikum
Salatiga, 12 Maret 2015 Penulis Khoirul Umam
21110013
ABSTRAK
Umam, Khoirul. 2015. Pembaharuan Akad Nikah Masyarakat Muslim
Berdasarkan Petungan Jawa (Studi Kasus Di Desa Pakis Kecamatan Tambakromo Kabupaten Pati ). Skripsi. Fakultas
Syari‘ah. Jurusan Ahwal Al-Syakhsyiyyah. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: M. Yusuf Khummaini,S.H.I., M.H.
Kata kunci: Pembaharuan akad nikah, dan Petungan Jawa.
Penelitian ini merupakan upaya mengetahui konsep-konsep dan persepsi masyarakat di Desa Pakis dalam menggunakan petungan untuk melaksanakan pembaharuan akad nikah. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimana konsep pernikahan berdasarkan Petungan Jawa bagi masyarakat Desa Pakis Kecamatan Tambakromo Kabupaten Pati?, (2) Apa faktor yang mendorong masyarakat Desa Pakis Kecamatan Tambakromo Kabupaten Pati melakukan pembaharuan akad nikah yang didasari dengan Petungan Jawa?, dan (3) Bagaimana pandangan tokoh agama dan masyarakat umum di Desa Pakis Kecamatan Tambakromo Kabupaten Pati terhadap pembaharuan akad nikah yang didasari dengan Petungan Jawa?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan sosiologis.
Temuan penelitian ini mempunyai tujuan yaitu untuk mengetahui konsep pernikahan berdasarkan Petungan Jawa bagi masyarakat Desa Pakis Kecamatan Tambakromo Kabupaten Pati, untuk mengetahui faktor yang mendorong masyarakat Desa Pakis Kecamatan Tambakromo Kabupaten Pati melakukan pembaharuan akad nikah yang didasari dengan Petungan Jawa, untuk mengetahui pandangan tokoh agama dan masyarakat umum di Desa Pakis Kecamatan Tambakromo Kabupaten Pati terhadap pembaharuan akad nikah yang didasari dengan Petungan Jawa.
Berdasarkan hasil penelitian, tradisi pembaharuan akad nikah dilakukan oleh suami istri karena pada pernikahan pertama tidak tepat pada petungan (perhitungan) sistem kalender Jawa. Praktik pembaharuan akad nikah dipahami sebagai penepatan waktu pada petungan sitem kalender Jawa agar keluarga menjadi bahagia dan mendapatkan rizki yang melimpah serta terhindar dari marabahaya. Sedangkan faktor yang melatarbelakangi pelaksanaan pembaharuan
akad nikah ini adalah karena adanya konflik atau percekcokan yang sering terjadi
dalam sebuah rumah tangga. Bagi masyarakat Desa Pakis, mereka tidak mau tahu apakah tradisi ini ada dalilnya atau tidak yang penting bagi mereka maslahat yang bisa diperoleh dari tradisi ini sangat banyak, sehingga bagi mereka tidak ada masalahnya melakukan suatu hal yang baik walaupun tidak diperintah oleh agama.
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................. ii
PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL........................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1 B. Rumusan Masalah ....................................................................... 5 C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 6 D. Kegunaan Penelitian.................................................................... 7 E. Penegasan Istilah ......................................................................... 7 F. Telaah Pustaka ............................................................................ 9 G. Metode Penelitian........................................................................ 11 H. Sistematika Penulisan.................................................................. 17
BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PETUNGAN, PERNIKAHAN DAN PEMBAHARUAN AKAD NIKAH A. ......................................................................................... Perhi tungan Kalender Jawa .......................................................................... 20
1. Sejarah Kalender Jawa.................................................... ....... 20 2. Pengertian Petungan Jawa............................................... ....... 24 3. Kegunaan Petungan Jawa................................................ ....... 24 B. ......................................................................................... Peng ertian, Syarat, dan Tujuan Pernikahan......................... ........................ 31
1. Pengertian Pernikahan..................................................... ....... 31 2. Rukun dan Syarat Nikah.................................................. ...... 32 3. Tujuan dan Hikmah Pernikahan...................................... ....... 35 C. ......................................................................................... Peng ertian pembaharuan Akad Nikah.................................. ........................ 36
BAB III PAPARAN DATA DAN PENEMUAN PENELITIAN A. Ganbaran Umum Desa Pakis kecamatan Tambakromo Kabupaten Pati...................................................................... ...... 40 1. Letak Geografis Desa Pakis.............................................. ..... 40 2. Keadaan Sosial Masyarakat, Ekonomi Dan Pendidika.... ...... 41 3. Kehidupan Agama Dan Adat Budaya Masyarakat........... ..... 43 B. Metode Penggunaan Petungan dalam Pernikahan dan Pembaharuan Akad Nikah..................................................... ..... 45 1. Alasan menggunakan Petungan........................................ ..... 45
2. Cara menentukan hari baik untuk pernikahan................. ....... 46 C. Prosesi Pembaharuan Akad Nikah Berdasarkan Petungan... ...... 52 D. Dampak Positif Dan Negatif Bagi Para Pelaku Pembaharuan Akad Nikah Berdasarkan Petungan Jawa Dan Bagi Yang Tidak Melakukannya................................... .......................................... 60
BAB IV ANALISIS PEMBAHARUAN AKAD NIKAH MASYARAKAT MUSLIM BERDASARKAN PETUNGAN JAWA DI DESA PAKIS KECAMATAN TAMBAKROMO KABUPATEN PATI A. Konsep Petungan Jawa Dalam Pernikahan............................ ..... 64 B. Yang Mendorong Melakukan Pembaharuan Akad Faktor Nikah Berdasarkan Petungan Jawa........................................ ..... 68 C. Pandangan Tokoh Agama Dan Masyarakat Umum Terhadap Pembaharuan Akad Nikah Berdasarkan Petungan Jawa...................................................... ...................................... 74 1. Pandangan Tokoh Agama................................... ................... 74 2. Pandangan masyarakat umum.............. .................................. 82 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan............................................................................. .... 85 B. Saran....................................................................................... .... 87
DAFTAR TABEL Tabel 3.1: Kehidupan Ekonomi Desa Pakis...........................................
42 Tabel 3.2: Pendidikan Masyarakat Desa Pakis.......................................
43 Tabel 3.3 : Sa‘at Ijabing Penganten......................................................... 47 Tabel 3.4: Perhitungan Hari dan Pasaran................................................
48 Tabel 3.5: Hari yang baik untuk hajatan.................................................
51 Tabel 3.6: Daftar persepsi masyarakat terhadap pembaharuan nikah.....
55 Tabel 3.7: Pelaku pembaharuan akad nikah............................................
56
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Surat Tugas Pembimbing Lampiran 3 Lembar Konsultasi
Lampiran 4 Data Monografi Desa Pakis Lampiran 5 Daftar Pertanyaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Jawa adalah etnik yang menempati beberapa wilayah di
pulau Jawa. Orang Jawa mengatakan bahwa mereka merupakan keturunan leluhur Jawa. Nenek moyang Jawa adalah hasil sinkretis antara Hindu Jawa dan Islam Jawa, dimana Ajisaka dipahami sebagai cikal bakal orang Jawa (Endraswara, 2006:2). Selain itu mereka masih tetap mempertahankan nilai adat-istiadat ke-jawa-an mereka. Orang Jawa yang masih teguh memegang adat-istiadat ke-jawa-an ini sering memperoleh sebutan kejawen. Pada prinsipnya kejawen memeliki sistem pemikiran yang luas,rumit, dan unik dalam menerjemahkan seperangkat kehidupan mereka (Suseno, 2001:17).
Kata ―Jawa‖ pada masyarakat Jawa sering juga hadir dengan kata . Kedua konteks ini berdasarkan satu pola sikap yang
njawani-ndak njawa
semestinya orang Jawa lakukan sehari-hari. Sehingga yang dimaksud Jawa merupakan bentuk etika hidup manusia Jawa dalam bentuk tradisi adat- istiadat (Endraswara, 2006:5).
Kekayaan tradisi Jawa masih sering dijumpai sampai sekarang ini, kekayaan ini terhimpun dalam kesusastraan Jawa kuno, Kerajaan Hindu- Budha dan Islam. Pada prinsipnya tradisi masyarakat Jawa bersumber dari pemikiran kosmologi, mitologi, dan mistisme Jawa. Pemikiran inilah yang menjadi pokok praktek kehidupan sehari-hari orang Jawa. Muatan etika dan tradisi masyarakat Jawa dibangun dengan mitos-mitos serta hubungan antara makro dan mikro-kosmos yang saling mempengaruhi (Mulder, 2001:8).
Pada Bulan Dzulhijjah atau bulan besar (dalam kalender Jawa) banyak masyarakat yang melangsungkan hajatan atau gawe baik itu hajatan kelahiran anak (walimatul aqiqoh), hajatan khitanan (walimatul Khitan), maupun hajatan perkawinan (
walimatul „ursy). Begitu pula sebaliknya pada
Bulan Suro dan Safar jarang sekali diadakan hajatan. Apabila hajatan itu dilangsungkan pada Bulan Suro dan Safar menurut nenek moyang atau
dukun-dukun di Desa Pakis maka orang tersebut akan mendapatkan celaka.
Dalam menentukan waktu pernikahan, masyarakat Jawa khususnya Desa Pakis Kecamatan Tambakromo Kabupaten Pati menggunakan waktu- waktu tertentu yang dinilai sebagai hari yang baik,buruk,tepat, dan kurang tepat. Apabila waktu pernikahan itu dilangsungkan pada hari yang baik dan tepat maka akad nikah tidak perlu diulang lagi, akan tetapi jika pernikahan itu dilangsungkan pada hari yang buruk maka akad nikah harus diulang dan diperbaiki (memperbaharui akad nikah).
Pelaksanaan pembaharuan akad nikah (perkawinan kedua) ini persis dengan pelaksanaan akad nikah yang pertama. Dalam pernikahan pertama itu dicatat dan didaftarkan di Kantor Urusan Agama (KUA), tetapidalam melangsungkan pembaharuan akad nikah (akad kedua) ini tanpa diketahui oleh pihak Kantor Urusan Agama(KUA). Perkawinan yang keduadiijabkan oleh para kyai-kyai atau tokoh-tokoh agama setempat. Mereka biasanya mengundang keluarga atau kerabat dekat sebagai saksi bahwa mereka telah melakukan tradisi ini.
Pembaharuan akad nikah dilangsungkan satu tahun atau lebih setelah pernikahan yang pertama. Dalam melangsungkan pembaharuan akad nikah seorang istri tidak perlu ditalak oleh seorang suami, karena pernikahan yang pertama sudah otomatis rusak dalam jangka satu tahun dan wajib melangsungkan pernikahan lagi (akad nikah kedua).Pembaharuan akad nikah dilakukan berdasarkan petungan (perhitungan) dengan menggunakan sistem kalender Jawa dan buku Primbon. Hal ini berlangsung dengan adanya keyakinan di Desa Pakis untuk menghindari celaka (apes) dan mendapatkan keuntungan dikemudian hari.
Pembaharuan akad nikah ini dilangsungkan karena ketidak tepatan dalam melangsungkan pernikahan yang pertama menurut perhitungan kalender Jawa dan adanya permasalahan yang terus-menerus melanda dalam kehidupan rumah tangga. Praktik pembaharuan akad nikah dipahami sebagai usaha meramalkan kehidupan mendatang agar keluarga menjadi bahagia dan mendapatkan rizki yang melimpah serta terhindar dari marabahaya.
Dalam perspektif kontruksi sosial psikologi ini bukan sesuatu yang kebetulan, namun terdapat bingkai kontruksi budaya yang menjadikan satu hari yang tertentu dipilih. Kontruksi tentang baik buruknya waktu inilah yang disebut adat petungan.Petungan merupakan pertimbangan yang mumet (sungguh-sungguh) memanfaatkan nalar atau pemikiran yang jelas dan disertai tindakan tertentu. Dalam petungan terkandung pengertian kalkulasi, penafsiran, dan pertimbangan (Endraswara, 2006:102).
Praktik penggunaan petungan dipahami sebagai usaha meramalkan kehidupan mendatang dengan menggunakan kaidah tertentu dalam penanggalan, ini menunjukkan fakta psikologis pengetahuan dan sikap hidup masyarakat Jawa. Pengambilan keputusan menggunakan Petungan Jawa adalah proses pertimbangan dan konsepsi untuk memilih satu dari beberapa kemungkinan waktu dalam kalender Jawa.
Dalam Islam semua hari, bulan, tahun adalah waktu yang baik, tidak ada hari yang sial atau hari keramat, hanya saja para masyarakat Jawa yang menganggap teguh ajaran nenek moyanglah yang percaya terhadap hari-hari .
sial atau thiyarah yaitu merasa bernasib sial karena sesuatu.
Tathayyur
Diambil dari kalimat: َزٍَّْطنا َزَج َس (menerbangkan burung).Tathayyur (merasa
) tidak terbatas hanya pada terbangnya burung saja, tetapi pada nama-
sial
nama, bilangan, angka, orang-orang cacat dan sejenisnya. Semua itu diharamkan dalam syari‘at Islam dan dimasukkan dalam kategori perbuatan syirik oleh Rasulullah Shallallahu ‗alaihi wasallam, karena orang yang menganggap hal-hal tersebut membawa untung ataupun celaka
bertathayyur (Yazid, 2005:345).
Ibnu Mas‘ud r.a meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
َلاَق ََََِّ َْ َ ُ ْهَع ,ُك ْزِش َة َراٍََّطنا :
ََّصَلَّى اللهُ عَلَيْه ِالله ِل ْىُسَر ْهَع,ُهْىَع ُالله َى ِضَر ٍد ْىُعْسَم ِهْب ِالله ِدْبَع ُّيِذِم ْزَّتنا ُهَجَزْخَا َو .ِمُك َىَّتناِب ُهُبِهْذٌُ َالله َّهِكَن َو ,َّلاِا اَّىِم اَم َو ,اًث َلََث ٌك ْزِش َة َراٍََّطنا .َتَجام ُهْبا َو
Artinya:
Dari Abdullah bin Mas‟ud R.A., Dari Rasulullah SAW. Beliau bersabda:”Ramalan nasib dengan hewan itu syirik, ramalan nasib dengan hewan itu syirik” Beliau ucapkan tiga kali, kata Abdullah:” Dan diantara kita tak lain hanyalah orang yang hatinya terlintas oleh pikiran itu. Tapi, Allah melenyapkannya dengan rasa tawakal kepada-
Nya”. Hadits ini dikeluarkan oleh Tirmidzi dan Ibnu Majah (HR. Abi Daud Juz 4 Bab Thiyarah
No.3756) (Yazid, 2005:359). Dari uraian-uraian tersebut serta minimya data dan bahan yang akan dibutuhkan dalam pembahasan tentang PEMBAHARUAN AKAD NIKAH
MASYARAKAT MUSLIM BERDASARKAN PETUNGAN JAWA (Studi Kasus Di Desa Pakis Kecamatan Tambakromo Kabupaten Pati),
maka penulis bermaksud untuk meneliti dan membahas lebih lanjut tentang beberapa permasalahan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembaharuan nikah masyarakat muslim yang menggunakanPetungan Jawa.
akad B.
Fokus Penelitian
Sebagai Basic Question atau pokok permasalahan yang berangkat dari latar belakang masalah, maka penulis mengambil beberapa hal yang dijadikan sebagai rumusan masalah atau fokus dalam penelitian. Adapun rumusan permasalahannya adalah sebagai berikut: 1. konsep pernikahan berdasarkan Petungan Jawa bagi Bagaimana masyarakat Desa Pakis Kecamatan Tambakromo Kabupaten Pati?
2. faktor yang mendorong masyarakat Desa Pakis Kecamatan Apa Tambakromo Kabupaten Pati melakukan pembaharuan akad nikah yang didasari dengan Petungan Jawa?
3. Bagaimana pandangan tokoh agama dan masyarakat umum di Desa Pakis Kecamatan Tambakromo Kabupaten Pati terhadap pembaharuan akad nikah yang didasari dengan Petungan Jawa?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan fokus penelitian yang menjadi target skripsi ini, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. konsep pernikahan berdasarkan Petungan Jawa bagi Mengetahui masyarakat Desa Pakis Kecamatan Tambakromo Kabupaten Pati.
2. Mengetahui faktor yang mendorong masyarakat Desa Pakis Kecamatan Tambakromo Kabupaten Pati melakukan pembaharuan akad nikah yang didasari dengan Petungan Jawa.
3. Mengetahui pandangan tokoh agamadan masyarakat umum di Desa Pakis Kecamatan Tambakromo Kabupaten Pati terhadap pembaharuan akad nikah yang didasari dengan Petungan Jawa.
D. Kegunaan Penelitian 1. Pembaca dapat mengerti sebab-sebab masyarakat Jawa khususnya Desa Pakis melakukan pembaharuan akad nikah yang berdasarkan petungan.
2. Pembaca dapat mengerti dari berbagai persepsi masyarakat Jawa tentang pembaharuan akad nikah.
3. Sebagai referensi untuk penelitian yang lebih mendalam.
E. Penegasan Istilah
Sebelum memulai penyusun skripsi ini perlu penulis sampaikan bahwa judul skripsi ini adalah PEMBAHARUAN AKAD NIKAH
MASYARAKAT MUSLIM BERDASARKAN PETUNGAN JAWA (Studi Kasus Di Desa Pakis Kecamatan Tambakromo Kabupaten Pati).
Untuk menghindari kekeliruan penafsiran dan kesalahfahaman pengertian, maka penulis kemukakan pengertian dan penegasan judul skripsi ini sebagai berikut: 1. adalahproses, perbuatan, cara mempebaharui Pembaharuan (poerwardaminta, 2006:103).
2. mengikat. Dikatakan ikatan (al rabth)maksudnya Akadadalahikatan, adalah menghimpun atau mengumpulkan dua ujung tali dan mengikatkan salah satunya pada yang lainnya hingga keduanya bersambung dan menjadi seperti seutas tali yang satu (Mas‘adi, 2002:75).
3. Nikah adalah perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami istri (dengan resmi) (Poerwadarminta, 2006:800).
4. adalah sejumlah orang dalam kelompok tertentu yang Masyarakat membentuk peri kehidupan berbudaya; rakyat (fajri dan Senja:553).
Masyarakat adalah pergaulan hidup manusia (sehimpunan orang yang hidup bersama disuatu tempat dengan ikatan-ikatan aturan yang tertentu) (Poerwadarminta, 2006:751).
5. Muslim adalah orang yang tunduk dan patuh mengikuti secara lahir batin terhadap ajaran-ajaran (hukum-hukum) Agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW selaku utusan Allah SWT
6. adalah reckoning (memperhitungkan), Calculation Petungan (perhitungkan)
Petungan adalah pertimbangan yang sungguh-sungguh (mumet)
memanfaatkan nalar atau pemikiran yang jelas dan disertai tindakan tertentu (Endraswara, 2006:102).
Jadi yang dimaksud dengan pembaharuan akad nikah masyarakat muslim berdasarkan Petungan Jawa adalah sebuah tradisi masyarakat yang dilakukan antara pasangan suami istri untuk melakukan akad nikah baru karena pada pernikahan pertama tidak tepat perhitungannya dalam kalender Jawa.
F. Telaah Pustaka
Penelitian yang sedang dikaji sesungguhnya pernah diteliti oleh peneliti lain sebelumnya. Adapun penelitian-penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Shohib yang berjudul Praktik Perkawinan Penghayat
Kepercayaan Mardi Santosaning Budhi Desa Kuncen, Kecamatan Kranggan, Kabupaten Temanggung (Tinjauan Hukum Islam). Penelitian ini membahas
tentang aliran kepercayaan Mardi Santosaning Budhi yang secara intensif melatih kepekaan sepiritual dalam menghayati kehadiran Tuhan YME dalam dirinya. Ajaran ini berasal dari khazanah literatur kejawen diantaranya terkait kitab Primbon Betal Jemur Adam Makna. Mardi Santosaning Budhi menetapkan perkawinan pada ritual yang sakral, bahwa perkawinan merupakan proses hubungan vertikal dengan Tuhan yang Maha Suci (ibadah) dan merupakan hak pribadi tiap manusia. Tujuan Penelitian ini adalah: (1) Mengetahui landasan Ideologis Mardi Santosaning Budhi. (2) Mengetahui Pandangan Mardi Santosaning Budhi tentang perkawinan. (3) Mengetahui tata cara Mardi Santosaning Budhi menyelenggarakan perkawinan. (4) Mengetahui tinjauan Hukum Islam tentang akad nikah orang muslim di Mardi Santosaning Budhi.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Ariyanto yang berjudul
Penggunaan Petungan Masyarakat Jawa Muslim Dalam Ritual Pernikahan (Studi Kasus di Desa Reksosari Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang).
Tujuan penelitian ini adalah: (1) Mengetahui alasan masyarakat Jawa menggunkan petungan untuk melangsungkan pernikahan. (2) Mengetahui persepsi atau tanggapan dari masyarakat Jawa khususnya di Desa Reksosari terhadap penggunaan petungan dalam ritual pernikahan. (3) Mengetahui konsep penggunaan petungan masyarakat Jawa Muslim dalam persepektif ilmu fiqih. (4) Mengetahui hukum penggunaan petungan menurut keyakinan masyarakat Jawa khususnya masyarakat di Desa Reksosari. Penelitian ini membahas tentang praktik penggunaan petungan Jawa untuk memilih dan menentukan hari baik dalam pernikahan.
Sama halnya penelitian yang dilakukan Muhammad Isro‘i yang berjudul Larangan Menikah Pada Bulan Muharram Dalam Adat Jawa
Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus di Desa Bangkok Kecamatan
Tujuan penelitian ini adalah: (1) Karanggede Kabupaten Boyolali). Mengetahui apa saja faktor yang mendorong masyarakat untuk tidak melakukan pernikahan pada Bulan Muharram. (2) Mengetahui pandangan ulama‘ setempat tentang pernikahan yang dilakukan pada Bulan Muharram.
(3) Mengetahui Pandangan hukum Islam tentang pernikahan yang dilakukan pada Bulan Muharram. Penelitian ini membahas tentang larangan menikah pada Bulan Muharram atau Bulan Suro, hal itu disebabkan karena masyarakat Desa Bangkok percaya bahwa Bulan Muharram itu adalah bulan
keramat , sehingga meraka tidak berani untuk melakukan hajatan pada Bulan
tersebut.Hal yang mendorong penulis mengambil judul Pembaharuan Akad
Nikah Masyarakat Muslim Berdasarkan Petungan Jawa (Studi Kasus di Desa
Pakis Kecamatan Tambakromo Kabupaten Pati) karena dari ketiga penelitian
tersebut hanya menggunakan pendekatan historis. Penelitian yang akan dilakukan peneliti berikutnya bukan hanya pendekatan historis, namun juga menggunakan pendekatan sosiologis. Pendekatan sosiologis yaitu melakukan penyelidikan dengan cara melihat fenomena masyarakat atau peristiwa sosial dan budaya untuk memahami hukum yang berlaku di masyarakat. Penelitian berikut juga memiliki perbedaan mengenai bagaimana peranan para ulama di masyarakat terhadap fenomena pelaksanaan pembaharuan akad nikah dan apa dasar masyarakat Desa Pakis melakukan pembaharuan akad nikah. Tema dan materi yang terkandung dalam judul ini sesuai dengan disiplin ilmu yang penulis tekuni di IAIN Salatiga Fakultas Syari‘ah, dan penulis percaya bahwa judul tersebut belum pernah dibahas dalam bentuk skripsi di lingkungan IAIN Salatiga.
G. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan yaitu penelitian yang terjun langsung kelapangan guna mengadakan penelitian pada obyek yang dibahas yaitu bagaimana tata cara seseorang melakukan pembaharuan akad nikah berdasarkan petungan. Selain itu penelitian ini termasuk penelitian kualitatif, karena penelitian ini bertujuan untuk mengungkap gejala-gejala secara menyeluruh melalui pengumpulan data di lapangan dan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen kunci.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motifasi, tindakan secara holistis, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2009:6).
Sedangkan dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan sosiologis untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pembaharuan akad nikah di Desa Pakis kecamatan Tambakromo Kabupaten Pati dengan cara untuk menentukan hari baik serta bagaimana akibat-akibat yang
petungan timbul apabila masyarakat itu tidak melakukan pembaharuan akad nikah.
Pendekatan sosiologis adalah melakukan penyelidikan dengan cara melihat fenomena masyarakat atau peristiwa sosial, politik, dan budaya untuk memahami hukum yang berlaku di masyarakat (Soekanto, 1986:5).
2. Kehadiran Peneliti Dalam penelitian ini kehadiran peneliti merupakan hal yang utama dan penting karena seorang peneliti secara langsung mengumpulkan data yang ada di lapangan. Sedangkan status peneliti dalam mengumpulkan data diketahui oleh informan secara jelas guna menghindari kesalah pahaman diantara peneliti dengan informan.
3. Lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Pakis Kecamatan Tambakromo
Kabupaten Pati. Peneliti memilih lokasi ini karena penduduknya mayoritas beragama Islam, namun diwilayah tersebut masih banyak yang minta bantuan kepada dukun untuk memilihkan hari yang baik dalam melakukan hajatan. Sehingga hal ini menjadi menarik untuk diteliti karena walaupun penduduknya mayoritas beragama Islam tetapi masih tetap percaya hal-hal yang magis dan tradisi kejawen.
4. Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Data primermerupakan data yang pokok utamanya digunakan dalam penulisan skripsi. Dalam hal ini data diperoleh dari para pelaku pembaharuan akad nikah bagi merekayang pada pernikahan pertama tidak tepat dalam perhitungan kalender Jawa dan bagi keluarga yang banyak permasalahan dalam rumah tangganya. Selain itu data diperoleh dari orang yang memimpin atau menikahkan pasangan suami istri yang melakukan pembaharuan akad nikah dengan cara perhitungan kalender Jawa untuk menentukan hari baik. Pelaku pembaharuan akad nikah ini berjumlah 4 (empat) orang dan orang yang memimpin dalam pelaksanaan pembaharuan akad nikah adalah 2 (dua) orang.
b. Data sekunder merupakan data tambahan atau data yang digunakan untuk melengkapi data primer. Data sekunder berwujud data dokumentasi atau data laporan yang tersedia. Dalam hal ini peneliti menggunakan buku petungan yang digunakan masyarakat Desa Pakis dalam melaksanakan pembaharuan akad nikah, yaitu buku PrimbonBetaljemur Adammakna atau buku kejawen sebagai sumber data resmi dan juga buku-buku lain yang berkaitan dengan penelitian ini. Data sekunder dalam penelitian ini dapat juga diperoleh dari tokoh agama, tokoh masyarakat maupun masyarakat umum di sekitar tempat tinggal pelaku pasangan pembaharuan akad nikah yang menggunakan perhitungan kalender Jawa untuk menentukan hari yang baik.
5. Prosedur Pengumpulan Data Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Pengumpulan data tidak lain dari suatu proses pengadaan data primer untuk keperluan penelitian (Nazir, 1988:211).
Dalam pengumpulan data disini, peneliti menggunakan beberapa metode, yaitu: a. Metode observasi atau pengamatan langsung
Pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan pengamatan langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut (Nazir, 1988:212). Metode ini penulis gunakan sebagai langkah awal untuk mengetahui situasi serta kondisi mengenai objek penelitian.
b. Metode wawancara Metode wawancara atau metode interview, mencakup cara yang digunakan seseorang untuk tujuan suatu tugas tertentu, mencoba mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seorang responden, dengan bercakap-cakap, dan berhadapan muka dengan orang tersebut (Koentjaraningrat, 1994:129).
Adapun metode wawancara yang dilakukan yaitu, dengan tanya jawab secara lisan mengenai masalah-masalah yang ada dengan berpedoman pada daftar pertanyaan sebagai rujukan yang telah dirumuskan sebelumnya.
Dalam hal ini wawancara dilakukan terhadap para pelaku pembaharuan akadnikah yang dilangsungkan dengan cara memilih hari yang dianggap baik dengan perhitungan kalender Jawa, keluarga pelaku maupun para tokoh mayarakat di Desa Pakis. Selain itu wawancara juga dilakukan terhadap masyarakat dengan cara mengambil sampel dari masing-masing RW (Rukun Warga) di dusun yang ada di Desa Pakis.
c. Metode Dokumentasi Metode ini dapat berbentuk gambar atau foto-foto saat penentuan hari baik dalam melangsungkan pembaharuan akad nikah, ataupun saatdilangsungkannya upacara pembaharuan akad nikah.
6. Analisis Data Setelah data diperoleh dan dikumpulkan, maka perlu suatu bentuk teknik analisa data yang tepat. Penganalisaan data merupakan tahap yang penting karena data yang diperoleh akan diolah dan dianalisis guna memecahkan dan menjelaskan masalah yang dikemukakan dimuka. Untuk analisis data dalam penelitian ini, penulis mempergunakan analisa data kualitatif untuk membuat catatan-catatan dan menyusun ikhtisar yang sistematis. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Deduktif, yaitu analisa yang berangkat dari permasalahan apakah rumah tangga yang mengalami permasalahan-permasalahan harus diselesaikan dengan jalan memperbaharui akad nikah.
b. Induktif, yaitu analisa yang berangkat dari permasalahan apakah semua pasangan suami istri dengan melakukan pembaharuan akad nikah bisa menjadikan keluarga harmonis dan berlimpah rizkinya.
7. Pengecekan Keabsahan data Untuk mengecek keabsahan data, disini penulis menggunakan triangulasi sebagai teknik, dimana pengertiannya adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian (Moleong, 2009:330).
Dalam pengecekan keabsahan data disini dilakukan dengan cara membandingkan observasi atau pengamatan langsung dengan wawancara terhadap para informan. Selain itu mencari informasi dari berbagai pihak yaitu para pelaku pembaharuan akad nikah dengan cara menentukan atau memilih hari baik, keluarga, tokoh masyarakat, serta masyarakat umum di desa tersebut. Pengecekan keabsahan data dilakukan karena dikhawatirkan masih adanya kesalahan atau kekeliruan yang terlewati oleh penulis.
8. Tahap-tahap Penelitian Dalam penelitian ini dilakukan dengan berbagai tahap. Pertama pra lapangan, dimana peneliti menentukan topik penelitian, mencari informasi tentang ada tidaknya praktik pernbaharuan akad nikah yang dilangsungkan dari hasil penentuan hari baik menurut perhitungan kalender Jawa.
Tahap selanjutnya peneliti terjun langsung ke lapangan atau lokasi penelitian untuk mencari data informan dan pelaku kemudian melakukan observasi, dokumentasi dan wawancara terhadap informan yaitu pelaku pembaharuan akad nikah yang melangsungkannya dengan cara menentukan atau memilih hari baik, keluarga, tokoh agama atau masyarakat dan tetangga pelaku.
Tahap akhir yaitu penyusunan laporan atau penelitian dengan cara menganalisis data atau temuan dari penelitian kemudian memaparkannya dengan narasi deskriptif.
H. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dalam pembahasan dan pemahaman yang lebih lanjut dan jelas dalam membaca penelitian ini, maka disusunlah sistematika penulisan skripsi. Skripsi ini secara garis besar terdiri dari tiga bagian: bagian awal, bagian inti, dan bagian akhir.
Pada bagian awal skripsi berisi tentang: sampul, lembar berlogo, judul, persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, dan daftar lampiran.
Bagian inti skripsi ini menguraikan lima bab, yaitu:Bab I Pendahuluan, yang didalamnya menguraikan tentang; latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian yang berisi tentang pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan data, tahap-tahap penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II penyusun mencoba mendeskripsikangambaran umum tentang , pernikahan, dan pembaharuan nikah antara lain: sejarah kalender
petungan
Jawa, pengertian petungan Jawa, kegunaan PetunganJawa,pengertian pernikahan, rukun dan syarat pernikahan,tujuan dan hikmah pernikahan, serta pengertian pembaharuan akad nikah itu sendiri.
Bab III menguraikan tentanggambaran umum penduduk Desa Pakis,metodepenggunaan dalam pernikahan maupun
petungan
pembaharuannya,prosesi pembaharuan akad nikah berdasarkan petungan, serta dampak positif dan negatifterhadap para pelaku yang melakukan pembaharuan akad nikah berdasarkan petungan.
Bab IV menguraikan tentang konsep pernikahan berdasarkan Petungan Jawa, faktor yang mendorong masyarakat Desa Pakis Kecamatan Tambakromo Kabupaten Pati melakukan pembaharuan akad nikah yang didasari dengan Petungan Jawa, dan pandangan tokoh agama serta masyarakat umum di Desa Pakis Kecamatan Tambakromo Kabupaten Pati terhadap pembaharuan akad nikah yang didasari dengan Petungan Jawa.
Bab V Penutup menguraikan tentang kesimpulan dan saran, Pada bagian akhir skripsi ini berisi tentang; daftar rujukan, lampiran-lampiran, dan riwayat hidup penulis.
BAB II
GAMBARAN UMUM TENTANG PETUNGAN, PERNIKAHAN DANPEMBAHARUAN AKAD NIKAH
A. Perhitungan Kalender Jawa 1. Sejarah Kalender Jawa Kalender atau penanggalan Jawa tidak muncul baru-baru ini,namun kalender Jawa telah ada sejak zaman nenek moyang orang Jawa dulu. Kalender Jawa telah digunakan sejak pada zaman kerajaan-kerajan Hindhu-budha khususnya dipulau Jawa untuk berbagai keperluan, baik untuk menentukan waktu bercocok tanam maupun untuk menentukan waktu-waktu peringatan keluarga kerajaan atau warga masyarakat itu sendiri.
Di daerah Tengger, tanah Badui dan kelompok orang Samin mengikuti kalender kuno, yaitu kalender saka. Kalender saka ini merupakan warisan zaman Hindu-Budha yang kemudian diganti dengan kalender Jawa atau kalender Sultan Agung yang berlaku sampai sekarang. Banyak orang dan banyak kalender yang beredar membuat kesalahan, dengan keterangannya bahwa kalender Jawa sama dengan kalender saka, padahal amat berbeda. Oleh karena itu perlu diberikan penjelasan sebagai berikut:
Pertama, kalender saka dimulai pada tahun 78 Masehi. Permulaan kalender itu konon pada saat mendaratnya Ajisaka di pulau Jawa. Adapula yang mengabarkan, bahwa permulaan adalah saat Raja Sariwahana Ajisaka naik tahta di India. Ajisaka adalah tokoh mitologi yang konon menciptakan abjad huruf Jawa: ha na ca ra ka. Kalender yang tahunnya disebut saka, dimulai pada tanggal 15 Maret tahun Masehi
78. Tahun Masehi dan tahun saka, dua-duanya berdasarkan hitungan
solair yaitu mengikuti perjalanan bumi mengitari matahari, dalam bahasa
Arab disebut Syamsiyah.Kedua, sebelum bangsa Hindu datang, orang Jawa sudah memiliki kalender sendiri yang kita kenal sekarang sebagaiPetungan Jawa, yaitu perhitungan Pranata Mangsa dengan rangkaiannya berupa bermacam-macam petungan seperti wuku, peringkelan, padewan, dan lain-lainnya. Sistem pranata mangsa itu adalah solair
padangan
(Syamsiyah) seperti halnya kalender Saka dan Masehi (Purwadi dan Maziyah, 2010:1).
Ketiga, kalender saka dan pranata mangsamerupakan kalender yang sudah ada pembagiannya setiap satu tahun, yaitu kalender saka membagi satu tahun dalam bulan dan pranata mangsa membagi satu tahun dalam 12 mangsa.
a. Kalender Saka Nama-nama bulan dan umurnya: 1) Srawana (12 Juli-12 Agustus) 32 hari 2) Badhra (13 Agustus-10 September) 29 hari 3) Asuji (11 September-11 Oktober) 31 hari
4) Kartika (12 Oktober-10 November) 30 hari 5) Posya (1 November-12 Desember) 32 hari 6) Margasira (13 Desember-10 Januari) 29 hari 7) Magha (11 Januari-11 Februari) 32 hari 8) Phalguna (12 Februari-11 Maret) 29 hari 9) Cetra (12 Maret-11 April) 31 hari 10) (12 April-11 Mei) 30 hari Wasekha 11) (12 Mei-12 Juni) 32 hari Jyesta 12) (13 Juni-11 Juli) 29 hari Asadha b. Pranata Mangsa Nama-nama mangsa dan umurnya: 1) Kasa (Kartika) (22 Juni-1 Agustus) 41 hari 2) Karo (Pusa) (2 Agustus-24 Agustus) 23 hari 3) Katelu (25 Agustus-17 September) 24 hari 4) (18 September-12 Oktober) 25 hari
Kapat (Sitra)
5) Kalima (Manggala) (13Oktober-8November) 27 hari 6) Kanem (Naya) (9 November-21 Desember) 43 hari 7) Kapitu (Palguna) (22 Desember-22 Februari) 43 hari 8) Kawolu (Wasika) (3 Februari-28 Februari) 27 hari 9) Kasanga (Jita) (1 Maret-25 Maret) 25 hari 10) (26 Maret-18 April) 24 hari Kasapuluh (Srawana) 11) (19 April-11 Mei) 23 hari Dhesta (Padrawana) 12) (12 Mei-21 Juni) 41 hari Sadha (Asuji)
Kalender Pranata Mangsa sudah dimiliki orang Jawa sebelum bangsa Hindu datang di Pulau Jawa. Kalender atau perhitungan Pranata Mangsa itu dapat dikatakan kalendernya kaum tani yang memanfaatkannya sebagai pedoman bekerja.
Pada mulanya Pranata Mangsa hanya memiliki
10 mangsasesudah mangsa kesepuluh tanggal 18 April, orang menunggu saat dimulainya mangsa pertama (Kasa atau Kartika), yaitu pada tanggal
22 Juni. Masa menunggu itu cukup lama sehingga akhirnya ditetapkan mangsa kesebelas (Destha atau Padrawana) dan mangsakedua belas (Sadha atau Asuji). Maka genaplah satu tahun menjadi 12 mangsa dan dimulainya hari pertama mangsa kesatu pada 22 Juni. Kalender Saka berjalan bersama Pranata Mangsa (Purwadi dan Maziyah,2010:3).
Jadi sejarah perhitungan kalender Jawa yang termasuk didalamnya yaitu hitunganweton yang masih digunakan oleh sebagian masyarakat khususnya di Jawa ini telah digunakan terlebih dahulu oleh para nenek moyang di zaman kerajaan Hindu-Budha. Begitu juga pada saat pemerintahan kerajaan Surakarta yang dipimpin oleh Sri Paku Buwana ke- VII.