PERILAKU KEAGAMAAN ANAK JALANAN KOTA SALATIGA TAHUN 2006

  PERILAKU KEAGAMAAN ANAK JALANAN KOTA SALATIGA TAHUN 2006

  7 SKRIPSI

  Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan islam Dalam Ilmu Turbiyali

  FARIDA NUR LAYLY NIM : 114 04 011 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2007

  DEPARTEMEN A G A M A RI SEKOLAH TINGGI A G A M A ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA JL Stadion 03 Telp. (0298) 323706 323433 Salatiga 50721

  , Website :

  

DEKLARASI

  N

  I Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak beiisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

  Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggung jawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang munaqosah skripsi.

  Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.

  Salatiga, 5 Maret 2007 Penulis,

  FARIDA NUR LAYLY NIM: 114 04 011 DEPARTEMEN A G A M A RI SEKOLAH T I N G G ' A G A M A ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIG A

  Jl. Stadion 03 relp. (0298) 323706 323433 Salatiga 50721 ,

  Website :

  BENNY RIDWAN, M.Hum DOSEN STAIN SALA TIGA NOTA PEMBIMBING

  Lamp : 3 eksemplar Hal : Naskah skripsi

  Saudari FARIDA NUR LAYLY Kepada Yth. Ketua STAIN Salatiga di Salatiga

  Assalamu 'a laik u m, Wr. Wb .

  Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudari: Nama : FARIDA NUR LAYLY NIM : 114 04 011 Jurusan / Progdi : Tarbiyah / Pendidikan Agama Islam

  : PERILAKU KEAGAMAAN ANAK JALANAN KOTA

  Judul

SALATIGA TAHUN 2006

  Dengan ini kami mohon skripsi Saudari tersebut di atas supaya segera dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian.

  Wassalamu'alaikum, Wr, Wb

  Salatiga, 05 Maret 2007 NIP. 1

  I DEPARTEMEN A G A M A RI

  SEKOLAH T IN G G I A G A M A ISLAM NEGERI (STA IN ) SA LA TIG A J l Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721

  Website :

  P E N G E S A H A N

  Skripsi Saudari : FARIDA NUR LAYLY dengan Nomor Induk Mahasiswa : 114 04 011 yang berjudul : “PERILAKU KEAGAMAAN ANAK

  JALANAN KOTA SALATIGA TAHUN 2006”. Telah dimunaqasahkan dalam

  sidang panitia ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga pada hari: Selasa, 13 Maret 2007 M yang bertepatan dengan tanggal

23 Shafar 1428 H dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Tarbiyah.

  13 Maret 2007 M Salatiga, ------------------------------

  23 Shafar 1428 H Panitia Ujian

  Sekretaris Sidang

  . Saerozi. M.Ag

  NIP. 150 240 106 Penguji I

  Penguji II

  Suwardi, S.Pd Dra. Siti Asdiaoh

  NIP. 150 295 657 NIP. 150 267 136 Pembimbing

  MOTTO Puteramu bukanlah puteramu.

  

Mereka adalah putera-puteri kehidupan

yang mendambakan hidup mereka sendiri.

  

Mereka datang melalui kamu tapi tidak dari

kamu. Dan sungguhpun bersamamu

mereka bukanlah milikmu. Engkau bisa

memberikan kasih sayangmu tapi bukan

pendirianmu. Sebab mereka memiliki

pendirian sendiri Engkau dapat

memberikan tempat pijak bagi raganya, tapi

bukan bagi jiwanya. Lantaran jiwa mereka

ada di masa datang. Yang tak bisa engkau

capai sekalipun dalam mimpi Engkau

boleh berusaha mengikuti alam mereka.

  

Tapi jangan mengharap mereka mengikuti

alammu. Sebab hidup tidak surut

kebelakang. Tidak pula tertambat di masa

lalu. Engkau adalah busur dari mana bagai

anak panah kehidupan putera-puterimu

melesat ke masa depan. Kahlil Gibran

  

PERSEMBAHAN

  Skripsi ini penulis persembahkan untuk :

  1. Ibunda tercinta yang telah menyayangiku semenjak kecil hingga dewasa, mendoakanku siang malam dan mendidik kami dengan penuh kesabaran.

  Ayah Tercinta yang telah berjuang dalam mengukir masa depan putera- puterimu.

  2. Kakakku tercinta (Nisa) yang selama ini telah bersamaku dalam menggapai asa, cita dan cinta. Adik-adikku tercinta (Dian dan Opik), jangan pernah lelah berproses untuk jadi yang terbaik.

  3. Seseorang yang tidak bosan berproses bersamaku, menemani dalam sukaku, menghibur dalam dukaku, dan menghapus air mata dalam tangisku, SIGIT, bersamamu hari-hariku terasa menyenangkan.

  4. Bapak Beny Ridwan yang telah memberikan bimbingan serta pengarahan dengan sabar.

  5. Sahabatku Bibi, jangan pernah berhenti menebarkan cinta.

  6. Anak-anak jalanan yang telah memberi inspirasi, hingga terciptanya karya ini.

  7. Teman-temanku Diah (terimakasih atas semangatnya), Rini, Bu Robikah, Istilakah, dan teman-teman lainnya yang tak dapat kusebutkan satu persatu.

  8. Teman-teman wisma kasuari (Atun, Mahmi, Panjang, Dian, mbak Dewi, Mbak Piza dan Tiqoh), Terimakasih untuk semuanya.

  9. Anak-anak PMII

  10. Kelua.ga Besar Dot. Com (Lilik, Mas Ali, Pak Dhe, Pak Heru) yang telah membantu hingga terselesaikannya karya ini.

  KATA PENGANTAR

  Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWY yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan taullq-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta Salam kami haturkan kepada

  Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya ke jalan kebenaran dan keadilan.

  Skripsi ini penulis susun dalam dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi sarat-sarat guru memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga, Program Studi Pendidikan Agama Islam. Adapun judul skripsi ini adalah PERILAKU ANAK JALANAN KOTA SALATIGA TAHUN 2006.

  Penulisan skripsi ini dapat selesai tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materiil. Dengan penuh kerendahan hati penilis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Drs. Imam Sutomo, M.Ag selaku Ketua STAIN Salatiga.

  2. Benny Ridwan, M.Hum selaku pembimbing yang telah mengarahkan dan memberi petunjuk dalam penulisan skripsi ini.

  3. Bapak serta ibuku tercinta yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun spirituil.

  4. Kakak dan adik-adikku yang selalu mendukungku dalam pembuatan skripsi ini.

  5. Seseorang yang selalu mendampingiku dalam suka dan duka.

  6. Keluarga Besar DotComp Jangkugan.

  7. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan.

  Atas bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis, maka tiada kata yang pantas diucapkan kecuali kata terima kasih dan doa semoga amal dan jasa baiknya dapat menjadi amal sholeh yang dapat diterima Allah SWT. 1

  Akhirnya, hanya kepada Allah SWT mohon pertolongan dan perlindungan serta petunjuk, semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

  Salatiga, Maret 2007 Penulis

  FARIDA NUR LAYLY

  

DAFTAR ISI

  

  

  

  2. Pembentukan Pemahaman dan Perilaku Keagamaan pada

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  BAB I PENDAHULUAN

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN

  

  

  

  

  B. Perilaku Keagamaan Anak Jalanan Kota

  BAB IV ANALISA DATA DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAPIRAN

  

DAFTAR TABEL

  TABEL I : JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN

  TABEL II : DATA PEMELUK AGAMA PENDUDUK KOTA

  TABEL III : DATA KETENAGAKERJAAN PENDUDUK KOTA

  TABEL IV : REKAPITULASI HASIL ANGKET TENTANG

  TABEL V : DATA FREKUENSI JAWABAN ANAK JALANAN TENTANG PERILAKU KEAGAMAAN DI KOTA

  TABEL VI : FREKUENSI PERILAKU KEAGAMAAN ANAK

  

  

  

BABI

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

  Allah SWT, Sang Maha Pencipta, dengan segala rencana dan kehendakNya, telah menciptakan manusia untuk terus bereproduksi guna meneruskan tugas manusia sebagai khalifah di bumi sekaligus juga sebagai hambaNya {Abdullah). Melalui seorang anak, manusia dibeii amanah oleh Allah SWT untuk mengasihi, merawat dan mendidik serta mengkader anak tersebut agar menjadi calon penerus peradaban manusia. Tetapi terkadang dikarenakan oleh banyak faktor, entah masalah keluarga, sosial dan yang paling banyak adalah ekonomi, banyak orang tua yang tidak dapat menjalankan amanah sesuai dengan mestinya. Banyak anak yang tidak dapat kesempatan merasakan kasih sayang, perlindungan dan pendidikan sebagaimana layaknya sebuah permata penerus bangsa.

  Fenomena yang sering terjadi di negara ini, dengan banyaknya kemiskinan yang tak teratasi, bencana alam, kehancuran keluarga dan lainnya, ditengarai sebagai salah satu sebab makin maraknya anak-anak di negeri ini yang tidak terurus. Anak-anak yang tidak terurus ini kemudian mencoba bertahan hidup sendiri dengan melakukan berbagai pekerjaan yang tidak seharusnya dilakukan oleh anak seumurnya. Mengamen, mengemis, pedagang asongan, penyemir sepatu, hanyalah beberapa contoh pekerjaan yang sering

  2

  tempat lampu lalu lintas) dan tempat-tempat strategis lainnya seperti pasar kemudian menjadi salah satu tempat pilihan untuk mengadu nasib, bahkan bagi sebagian anak menjadi tempat tinggal. Karena tempat dan pekerjaan inilah kita sering menyebut anak-anak itu dengan sebutan anak jalanan.

  Pekerjaan sehari-hari yang dijalani oleh anak-anak jalanan ini, seringkah menjadi salah satu penyebab mereka tidak mendapatkan pendidikan yang memadai bagi anak seumurnya. Fase umur dimana anak harus mendapat pendidikan yang memadai tentang berbagai ilmu pengetahuan pun harus dilewati tanpa pendidikan apapun. Bahkan pendidikan agama, yang telah disepakati sebagai salah satu pendidikan pokok bagi semua anak untuk membekali nilai-nilai dalam menjalani hidup ketika besar nanti, juga tidak pernah tersentuh sama sekali dikarenakan aktivitas mereka atau ketidakhadiran orang tua sebagai guru dan pendidik yang baik. Apalagi jika ditambah dengan lingkungan keras yang sangat tidak cocok bagi seorang anak, seringkah menyebabkan anak jalanan dekat dengan kekerasan. Premanisme, perkelahian, pelecehan seksual, perjudian, obat-obat terlarang, seakan menjadi hal yang sangai akrab dengan anak jalanan.

  Kurangnya pendidikan dan bimbingan dalam bidang keagamaan justru memperparah keadaan dan situasi yang harus dihadapi anak jalanan. Nilai- nilai moral yang sudah selayaknya dimiliki seorang anak untuk membentengi mereka dari hal-hal negatif menjadi sebuah utopia.

  3 Seorang anak, dimana sedang mengalami fase labil dalam psikologi dan kematangan berfikir, akan sangat mudah terbawa arus lingkungan yang melingkupinya. Keteguhan akan nilai yang dimiliki sangat mungkin akan goyah ketika dihadapkan kepada kenyataan keras yang dihadapi tiap harinya.

  Kota Salatiga sebagai salah satu kota yang mempunyai tingkat perekomian yang baik. Menurut penulis, justru banyak menjadi salah satu rujukan bagi anak-anak yang mencari nalkah di jalanan, baik anak-anak asli Salatiga ataupun daerah sekitarnya (Kab. Semarang dan Kab. Boyolali).

  Ditambah bahwa letak geografi Salatiga yang menjadi salah satu kota penghubung kota besar lainnya dengan dilaluinya transportasi darat, menjadi salah satu “ladang basah” bagi anak jalanan yang berprofesi sebagai pengamen, pengemis atau pedagang asongan.

  Banyaknya anak jalanan di Salatiga ini, baik yang berprofesi sebagai pengemis, pengamen, pedagang asongan, penyemir sepatu dan lainnya, mengilhami penulis untuk meneliti lebih jauh bagaimana perilaku keagamaan mereka, atau setidaknya nilai-nilai yang baik itu diimplementasikan dalam hidup kesehariannya. Ditambah juga bahwa Salatiga merupakan kota pelajar dan kota yang terkenal dengan kota agama, karena masyarakat beragamanya.

  Dengan latar belakang inilah, penulis mencoba untuk meneliti fenomena ini lebih jauh dengan judul penelitian “PERILAKU KEAGAMAAN ANAK JALANAN KOTA SALATIGA TAHUN 2006”.

  4 B. Penegasan Istilah

  Untuk menghindari teijadinya penafsiran yang berbeda dengan maksud penulis dalam menggunakan kata pada judul penelitian ini, maka penulis akan menjelaskan istilah-istilah tersebut sebagai berikut:

  1. Perilaku ; berasal dari kata laku, yang mendapat tambahan peri, yang artinya perbuatan, kelakuan, cara menjalankan atau berbuat.1 Yang dimaksud perilaku disini adalah cara anak jalanan melakukan sesuatu.

  2. Keagamaan, berasal dari kata agama; berarti suatu sikap atau perbuatan yang dilandasi dengan nilai-nilai untuk mencapai kesejahteraan hidup di dunia atau di akhirat.1 2 Yang dimaksud keagamaan disini adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan ajaran agama Islam.

  Berdasarkan pengertian di atas, maka yang dimaksud perilaku keagamaan dalam penelitian ini adalah perbuatan, kelakukan dan cara anak jalanan dalam menjalankan tuntunan agama untuk mencapai kesejahteraan baik di dunia maupun di akhirat.

  Variable yang dipakai penulis untuk menilai perilaku keagamaan anak jalanan, penulis bagi dengan beberapa indikator sebagai berikut: a. Hubungan dengan sang pencipta (Allah SWT) ^

  1. Kontinuitas shalat fardhu

  2. Kontinuitas shalat Jum’at

  3. Kontinuitas shalat sunnah

  Kamus Besar Bahasa Indonesia,

1 W.J.S. Purwadarminta, Balai Pusiaka, Jakarta, 1982

  5

  4. Puasa Ramadhan

  5. Puasa Sunnah

  6. Keaktifan membaca al Qur’an

  7. Keaktifan mengikuti pengajian

  b. Hubungan dengan sesama manusia

  1. Menghormati orang tua atau orang yang lebih tua

  2. Bersikap baik terhadap sesama teman

  3. Menolong teman yang sedang dalam kesusahan

  3. Anak berarti keturunan yang kedua, manusia yang masih kecil.3 Sedang jalanan berasal dari kata jalan, yang berarti tempat untuk berlalu lintas.4 Secara umum anak jalanan dapat dipahami sebagai anak yang mempunyai suatu aktifitas di jalanan, seperti pengemis, pengamen, pedagang asongan, penyemir sepatu dan lainnya.

C. Rumusan Masalah

  Untuk mempertajam dan memberikan batasan penelitian yang jelas, maka penulis membuat beberapa pertanyaan sebagai rumusan masalah sebagai berikut:

  • Bagaimana perilaku keagamaan anak jalanan di Kota Salatiga ?

  6 D. Tujuan Penelitian

  Sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

  • Untuk mengetahui perilaku keagamaan anak jalanan di Kota Salatiga

  E. Hipotesis Penelitian Menurut Prof. Drs. Sutrisno Hadi, MA., hipotesa adalah dugaan yang mungkin benar atau mungkin salah.5 Sedangkan menurut Suharsini Arikunto, hipotesis diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.6

  Berdasarkan referensi dari Drs. Kaelany HD, MA; perilaku keagamaan yang baik adalah perilaku yang sesuai dengan sumber ajaran agama Islam yaitu al Qur’an dan sunnah7. Sehingga, dalam penelitian ini penulis akan mengajukan hipotesa alternatif (Ha) yaitu : “Perilaku Keagamaan Anak

  Jalanan Kota Salatiga Tidak Sesuai Dengan Perilaku Keagamaan Anak Yang Baik Menurut Islam”.

F. Metodologi Penelitian

  Metode penelitian sering disebut sebagai metodologi research yang berarti sebagai usaha untuk menentukan, mengembangkan dan menuju suatu

  5 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta, him. 63.

  Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,

  6 Suharsini Arikunto, Rineka Cipta,

  7

  kebenaran pengetahuan. Usaha itu dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah.

  Berdasarkan uraian diatas, jelas bahwa untuk menentukan kebenaran ilmiah, harus memahami metode ilmiah. Adapun metode ilmiah yang penulis gunakan adalah sebagai berikut:

  1. Metode Penentuan Subyek

  a. Populasi Populasi adalah jumlah dari keseluruhan objek (satuan-satuan / o individu-individu) yang karakteristiknya hendak diduga. Sedangkan yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah anak-anak jalanan di Kota Salatiga, yang beragama Islam. Jalanan Kota Salatiga yang dimaksud penulis adalah jalanan diseluruh Kota Salatiga.

  Dalam penelitian ini, penulis mengambil data dari lembaga RPSA (Rumah Perlindungan Sosial Anak) TUNAS MELATI8 9 (Jl.

  Diponegoro 132 B Salatiga), yang mempunyai data lebih lengkap dari Dinas Sosial Pemerintah Kota Salatiga.

  b. Sampel Menurut Djarwanto P.S., sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diselidiki yang dianggap dapat mewakili dari keseluruhan populasi.10

  Daiam pengambilan sampel, digunakan teknik ramdom

  sampling, yaitu dengan cara acak tapi tentu tidak menyimpang dari

  8

  responden yang telah ditentukan. Dalam penelitian ini, penulis mengambil sampel sebanyak 30 dari 75 anak jalanan di Kota Salatiga.

  Pemakaian sampel dalam penelitian ini dikarenakan sulitnya menghubungi anak-anak yang telah dibina oleh RPSA dan hanya sejumlah 30 anak saja yang dapat dijadikan responden. Adapun sampel yang akan dipakai adalah anak jalanan yang mangkal di tempat sebagai berikut:

  1) Perempatan Jetis 2) Perempatan Pasar Sapi 3) Daerah Kauman (lampu bangjo, depan AMA dll) 4) Terimal Pos Tingkir 5) Jl. Jend. Sudirman (Tugu pancuran, pasaraya dan ABC)

  2. Metode Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data yang berhubungan dengan penelitian ini penulis mempergunakan metode : a. Metode Observasi

  Observasi yaitu cara untuk menggali data dengan menggunakan pencatatan secara sistematis tentang fenomena- fenomena yang diselidiki (diteliti).11 Observasi ini dilakukan dengan cara untuk mengetahui secara langsung keadaan dan perilaku keagamaan anak jalanan di Kota Salatiga. 1

  1

  9

  b. Metode Angket Yaitu suatu susunan daftar pertanyaan yang akan diajukan peneliti untuk dijawab responden. Penggunaan angket ini dimaksudkan untuk mendapatkan data tentang latar belakang kehidupan keagamaan, dengan cara membagikan daftar pertanyaan kepada responden atau anak-anak jalanan.

  Angket yang penulis gunakan adalah angket langsung yaitu jumlah daftar pertanyaan dikirim langsung kepada responden atau orang yang diminta untuk menceritakan keadaan dirinya.12

  c. Metode Interviu Metode interviu adalah metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab sepihak yang dijalankan dengan cara sistematis dan berlandaskan pada tujuan penelitian.13

  Metode interviu dilakukan untuk memperoleh keterangan yang lebih mendalam tentang berbagai aktivitas keagamaan yang dilakukan oleh anak jalanan. Dalam pelaksanaannya, penulis menggunakan metode interviu bebas, dimana penulis bebas menanyakan apa saja, tanpa membawa pedoman apa yang ditanyakan.

  d. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal atau variable yang berupa catatan, transkrip, buku, suiat kabar, majalah, notulen dan lainnya yang berhubungan dengan obyek penelitian.14

  10 Adapun dalam pemakain metode ini, penulis menggunakan data

  tentang anak jalanan yang ada di RPSA yang mengurusi secara concern terhadap masalah anak jalanan di Kota Salatiga. Dalam metode ini, penulis menggunakan transkip tentang data anak jalanan yang terdaftar di lembaga tersebut.

  Daftar anak jalanan yang menerima pendampingan pemberdayaan (Terlampir)

  Daftar anak jalanan yang menerima beasiswa (Terlampir)

  3. Teknik Analisa Data Setelah data yang diperlukan terkumpul, maka kesimpulan akhir dari penelitian ini dapat diperoleh dengan memperhatikan hipotesa yang penulis ajukan.

  Untuk menjawab rumusan masalah yang pertama dan kedua, penulis akan menganalisa dengan teknik statistik prosentase, yaitu :

  P =— x 100% N

  Keterangan : P = Populasi individu dengan golongan F = Frekuensi yang di observasi N = Jumlah sampel penelitian

  Kemudian untuk menjawab rumusan masalah yang ketiga, dan untuk menguji hipotesa yang penulis ajukan, maka penulis menggunakan analisa dengan mendiskripsikan hasil dari teknik

  11 G. Sistematika Pembahasan

  Sistematika pembahasan adalah penanganan sistematika berfikir dari penulisan dalam mengembangkan ide pokok yang terkandung dalam judul skripsi. Sistematika dalam penulisan skripsi ini dibagi dalam lima bab, yaitu sebagai berikut:

  BABI : PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, metodologi penelitian dan sistematika pembahasan

  BAB II : LANDASAN TEORI Pada bab ini dipaparkan tentang teori tentang perilaku keagamaan menurut Islam dan berbagai perspektif lain yang berhubungan dengan perilaku anak jalanan. Adapun rincian masalah yang penulis kembangkan adalah masalah perilaku keagamaan anak jalanan yang meliputi pengertian, perilaku keagamaan yang baik menurut Islam, pengelompokan anak jalanan dan lain-lain.

  BAB III : LAPORAN PENELITIAN Bab ini berisi tentang penjelasan mengenai data hasil penelitian, yang meliputi masalah gambaran umum medan penelitian, yang memuat tentang tempat-tempat yang dijadikan penulis untuk melakukan penelitian, serta obyek yang penulis jadikan sebagai

  12

  yang memuat data tentang perilaku keagamaan anak jalanan Kota Salatiga.

  BAB IV : ANALISA DATA Pada bab ini membahas tentang pengolahan data yang penulis peroleh dari hasil penelitian. Dimana hasil akhir dari analisa data tersebut digunakan untuk menjawab rumusan masalah sekaligus mencapai tujuan penelitian dan menguji hipotesa didalam penelitian ini.

  BAB V : KESIMPULAN DAN PENUTUP Bab ini sebagai penutup dari penelitian ini yang berisi kesimpulan, saran, kritik dan penutup.

BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Perilaku Keagamaan

  1. Pengertian Perilaku Keagamaan Istilah keagamaan atau religiusty adalah perilaku yang bersumber langsung atau tidak langsung kepada nash, dalam pengertian agama Islam adalah al Qur’an dan Hadist. Adapun perilaku sendiri menurut Hasan Langgulung adalah gerak aktifitas yang diamati.1 Dalam konteks ini istilah keagamaan ditekankan pada aspek eksperimental, yakni bagian keagamaan yang bersifat efektif, artinya keterlibatan emosional dan sentimental pada pelaksanaan ajaran agama.

  Jadi dengan demikian, pengertian sikap keagamaan dalam hal ini adalah sebagai kesediaan bereaksi individu terhadap perilaku yang berdimensi eksperimental.

  Dapat juga dipahami bahwa seorang individu, telah berperilaku keagamaan dengan baik apabila, dalam relasi interaksi, baik dengan sesama manusia ataupun dengan Tuhan, telah menggunakan aturan-aturan atau nilai-nilai yang diajarkan oleh agama itu sendiri. Sering kali, norma, aturan atau nilai-nilai yang ada dalam masyarakat, adalah inti sari dari ajaran agama yang mengajarkan tentang nilai-nilai relasi manusia yang

  14

  beradab atau dapat juga dipahami, bahwa setiap nilai atau norma yang ada dalam masyarakat, hampir semuanya berjalan seiring dengan nilai atau ajaran agama.

  Seseorang dalam kehidupan sehari-hari, mempunyai banyak motivasi yang berbeda dalam memahami dan melaksanakan perilaku keagamaannya, tergantung kepada kedalaman pemahaman seseorang mengenai agama itu sendiri. Penghayatan dalam pelaksanaan perilaku keagamaan seseorang, juga kadang menjadi tolak ukur tingkat pemahaman keagamaan. Bagi seseorang yang memahami keagamaan secara mendalam, baik dari segi pengetahuan dan hakikat agama, mungkin akan memahami dan memaknai perilaku keagamaan, harus integral dan menjadi sebuah keharusan dalam setiap laku sehari-hari. Sehingga proses kehidupannya, baik dalam pola relasi dengan manusia dan Tuhan, akan menjadi selaras dalam laku alamiah dan tidak ada tendensi pribadi yang ber ebihan dalarn melaksanakan ajaran agama selain hanya sebagai peng- hamba-an kepada Allah SWT.

  Seperti telah ditegaskan dalam al Qur'an dalam surat az- Zariyyat :

  56 Artinya : "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya

  mereka menyembah-Ku "2

  15 Cerita akan menjadi lain, ketika seseorang memahami ajaran

  agama hanya dalam tingkat artificial, yaitu memahami agama hanya dari kulitnya. Memahami agama hanya sebatas formalitas ritual yang harus dilakukan oleh orang yang mengaku dirinya muslim. Orang dalam pemahaman keagamaan seperti ini, hanya akan memahami dan mamaknai pei ilaku keagamaan sehari-hari hanya sebatas ritual yang harus ditunjukkan kepada sesama manusia, dan tendensi atau pengharapan bahwa apa yang dilakukannya akan mendapat imbalan bernama pahala yang dibayangkan menjadi tiket masuk surga dan menghindari neraka

  Sikap yang akan diteliti dalam hal ini adalah keterlibatan seorang anak pada fungsi kognitif, afektif dan motorik. Aspek kognitif akan nampak dalam keimanan atau kepercayaan seorang anak dalam memahami ketuhanan (tauhid), sedangkan aspek motorik akan nampak dalam perilaku dan perbuatan yang berirama dengan laku keagamaan.3 Dalam kehidupan sehari-hari, kedua aspek tersebut tidak dapat dipisahkan karena merupakan suatu system kesadaran beragama yang integral atau utuh dalam kepribadian seseorang.

  2. Pembentukan Pemahaman dan Perilaku Keagamaan Pada Anak Sesuai dengan fitrah, bahwa manusia ditakdirkan untuk melakukan proses regenerasi keturunan sebagai salah satu sunnatullah untuk memanfaatkan bumi yang telah diciptakan untuk manusia. Juga sebagai fungsi untuk meneruskan tugas sebagai wakil Allah di bumi

  16

  (Khalifatullah) dengan jalan menjaga keselarasan alam sesuai kehendakNya.

  Dalam proses regenerasi manusia, anak menjadi salah satu faktor dominan dalam eksistensinya. Anak, yang dilahirkan dengan suci, baik dari segi biologis maupun pribadi (hakikat) menjadi harapan untuk meneruskan peradaban manusia dengan baik melalui nilai-nilai atau ajaran agama yang telah diwahyukan.

  Sesuai dengan kodrat yang ada pada anak, bahwa anak dilahirkan tanpa nilai apapun dalam dirinya, maka menjadi kewajiban bagi orang tua untuk mengajarkan nilai-nilai ajaran agama sebagai bekal anak untuk hidup dewasa nanti, sehingga anak menjadi manusia yang utuh dengan tetap berpegang pada petunjuk agama. Hal ini sangat senada dengan hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari, yaitu : ' ' > ' S S S S } /

  I / / \ «

  Artinya : Dari Abu Hirairah ra, berkata : Bersabda Nabi SAW : Setiap

  anak dilahirkan dalam keadaan suci, maka kedua orang tuanyalah yang pada akhirnya menjadikan dia yahudi, Nasrani, atau Majusi...,A 4

  17 Dengan memahami hadits tersebut, peran orang tua dalam

  mendidik anak sangatlah dominan. Apabila anak tidak mendapatkan suri tauladan (uswatun hasanah) yang baik, maka kapasitas nilai-nilai yang dipahami seorang anak menjadi sangat lemah. Oleh karena itu, tanggung jawab orang tua terhadap anak menjadi sangat besar, baik dalah mengasuh, merawat dan mendidik agar menjadi insan yang benar-benar dapat diandalkan sebagai generasi penerus bangsa dan agama.

  Dalam fase perkembangan keagamaan anak, ada beberapa faktor yang ikut andil, baik positif maupun negatif, dalam membentuk sikap atau pola laku keagamaan anak. Adapun faktor-faktor tersebut diantaranya adalah : (1) faktor rumah tangga dan keluarga, (2) faktor lingkungan dan masyarakat, (3) faktor individu, (4) faktor sarana dan prasarana.5 Faktor- faktor tersebut tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya, karena merupakan sebuah satu kesatuan yang sangat berpengaruh kepada pembentukan keagamaan anak, a) Faktor rumah tangga dan keluarga

  Keluarga, sebagai salah satu entitas sosial yang terkecil dalam masyarakat, mempunyai fungsi penting dan startegis dalam mengajarkan dan menanamkan nilai-nilai agama kepada anak. Dengan kedekatan psikologis dalam keluarga, anak dapat mencontoh langsung perilaku-perilaku keagamaan orang tuanya sehingga apa yang dilihat

  18

  dan dilakukan, akan menjadi kebiasaan dan pengetahuan bagi anak ketika dewasa nanti.

  Keluarga yang mempunyai pergaulan alami, adalah komunitas pertama yang dihadapi seorang anak untuk menggali dan belajar tentang nilai-nilai atau norma sebagai dasar pendidikan. Dalam komunitas ini, anak belajar melalui kasih sayang, kebersamaan, kesetaraan dan nilai-nilai kepatuhan. Karena pergaulan yang dialami sehari-hari bersifat alami dan pribadi, maka penghayatan terhadapnya mempunyai arti yang amat penting.6 Masih menurut Zakiyah, anak juga mulai mengenal agama lewat pengalamannya melihat orang tua melaksanakan ibadah, mendengarkan kata Allah dan kata agamis yang mereka ucapkan dalam berbagai kesempatan.7 b) Faktor lingkungan dan masyarakat

  Masyarakat adalah kesatuan dari individu-individu yang berkumpul membentuk satu komunitas yang didalamnya dibuat aturan-aturan atau nilai yang disepakati bersama. Antara masyarakat dan individu tidak dapat dipisahkan, karena keduanya adalah sebuah satu kesatuan dan entitas yang sama. Individu tidak dapat melepaskan diri dari sebuah entitas masyarakat, mengingat manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan bantuan manusia lainnya untuk bertahan hidup, bersosialisasi, bahkan mendidik anaknya..

  19 Yang dimaksud lingkungan disini adalah ruang lingkup luar

  yang beriteraksi dengan insan (individu) yang dapat berujud benda- benda, seperti air, udara, bumi, langit, dan sebagainya. Dan berbentuk bukan benda-benda seperti insane pribadi, kelompok, institusi, system perundang-undangan, adat (kebiasaan) dan sebagainya.8

  Lingkungan masyarakat dimana orang tua sedang dalam upaya mendidik anak, terbukti mempunyai kontribusi yang signifikan, baik positif maupun negatif. Anak mengambil nilai-nilai yang ada dan dilakukan dalam masyarakat tempat ia berada. Ketika norma atau nilai-nilai yang ada dalam masyarakat tidak sesuai dengan ajaran agama, maka anak juga akan mudah terseret dalam pergaulan yang ada di masyarakat itu. Dengan memahami ini, dapat disimpulkan bahwa masyarakat dapat menjadi faktor pendorong pematangan pemahaman keagamaan anak atau justru sebagai penghambat,

  c) Faktor individu Individu adalah pemegang kendali untuk menentukan dirinya sendiri. Individu dapat berkembang sesuai dengan karakteristik yang dimilikinya untuk menentukan sikap terhadap suatu masalah yang dihadapinya atau memaknai sebuah masalah.

  Manusia dibekali dengan rasa dan kemauan untuk mencari pengetahuan dalam menghadapi hidup ini. Kodrat manusia adalah 8

  20

  untuk mengerti fenomena alam ini dan mengerti apa maksud dari semua yang ada di bumi dengan mencari jati diri, d) Faktor sarana dan prasarana

  Sarana dan prasarana akan sangat mempengaruhi sikap keagamaan anak. Anak yang tersedia cukup sarana dalam bidang agama, jauh memiliki banyak pengalaman daripada anak yang kekurangan sarana. Anak yang dilengkapi sarana dan prasarana yang cukup, akan lebih baik atau lebih mudah mengalami internalisasi ajaran agama, daripada anak yang kekurangan. Sarana dan prasarana yang dimaksud dapat berupa kitab-kitab atau buku ajaran agama (al

  Qur’an, kitab-kitab dan lainnya), perangkat peralatan beribadah (alat shalat, masjid, TPQ dan lainnya).

B. Bentuk-Bentuk Perilaku Keagamaan

  Berdasarkan pengertian di atas, maka yang dimaksud perilaku keagamaan dalam penelitian ini adalah perbuatan, kelakukan dan cara anak jalanan dalam menjalankan tuntunan agama sebagai salah satu tolak ukur dalam memahami keagamaan.

  1. Perilaku Keagamaan Yang Baik Menurut Islam Perilaku keagamaan yang baik menurut Islam adalah perilaku yang sesuai dengan sumber ajaran Islam, yaitu al Qur'an dan hadits. Inti dari ajaran Islam adalah tauhid, yaitu suatu kepercayaan kepada Tuhan Yang

  21 Maha Esa (faith in the unity o f God).9 1

   1

  1 Seperti telah ditegaskan dalam al

  Qur'an surat 21 ayat 25 yang berbunyi: z ' ^ w z ' / ■

  . w u} sii u to 41

  \sj aAj &

   ^ j*

  Artinya : "Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu,

  melainkan Kami wahyukan kepadanya, "Bahwasannya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah Aku oleh kamu sekalian

  . " 1 Disamping ajaran tauhid yang merupakan fenomena hidup, adapula syari'ah yang merupakan jalan hidup.11 Dalam syari'ah ada aturan-aturan mengenai bagaimana melakukan hubungan secara vertikal kepada Allah Pencipta (hablun mina Allah) yang sering juga diistilahkan sebagai ibadah, masalah ibadah yang dimaksud di sini adalah pokok-pokok ibadah yang dirumuskan dalam "arkan al-Islam" (rukun-rukun Islam), seperti salat, zakat, puasa dan haji, termasuk thaharah. Dan bagian lain dari syari'ah ini berupa aturan-aturan umum mengenai hubungan manusia dengan sesamanya (hablun mina al-nas). Contoh kongkrit dari hubungan manusia dengan sesamanya yaitu: berbuat baik kepada orang lain, menghormati orang tua, menolong orang yang dalam kesusahan, dan lain-lain. Aturan yang terakhir, yaitu hubungan manusia dengan lingkungannya (mu'amalah).

  Aturan ini bentuk dan sifatnya global dan umum, sehingga aplikasinya bisa bersifat luwes dan fleksibel.

  22 Pokok ajaran yang ketiga adalah akhlak. Akhlak bersumber pada

  nilai Ilahi yang berupa wahyu al Qur'an dan sunnah rasul-Nya. Akhlak yang dibangun di atas dasar tata nilai al Qur'an dan as sunnah sering disebut Al- Akhlak al-karimah. Akhlak Islam mencerminkan akidah dan syari'ah. Bila aturan dan hukum-hukum mengenai akidah dan syari'ah yang bersumber pada wahyu (al Qur'an) dan sunnah rasul-Nya, sudah dijalankan dalam sikap maupun perilaku sehari-hari maka seorang muslim telah menjalankan sekaligus: akidah, syari'ah dan akhlak, dalam arti lain, seseorang tersebut telah berperilaku keagamaan yang baik menurut Islam.

  2. Perilaku Keagamaan Yang Tidak Baik Menurut Islam Dari uraian di atas mengenai perilaku yang baik menurut Islam yaitu dapat ditarik kesimpulan mengenai perilaku yang tidak baik menurut

  Islam, yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan sumber-sumber ajaran Islam yaitu al Qur'an dan as sunnah.

  C. Pengertian Anak Jalanan dan Macamnya

  1. Pengertian Anak Jalanan Anak; berarti keturunan yang kedua, manusia yang masih kecil.

  Sedang jalanan berasal dari kata jalan, yang berarti tempat untuk berlalu lintas.1

  2 tidak mempunyai rumah atau anak yang bekerja di jalanan.

  13 Secara umum anak jalanan dapat dipahami sebagai anak yang

  23 Anak adalah amanah yang diberikan Allah kepada orang tua. Dan

  setiap orang tua harus mendidik anak sesuai dengan apa yang tertera dalam al Qur’an karena pendidikan agama anak pada dasarnya adalah tanggung jawab orang tua.

  Anak jalanan pada umumnya adalah anak yang mencari penghidupan di jalanan, dengan cara berprofesi sebagai pengamen, penjual koran, pedagang asongan, penyemir sepatu, dll.

  2. Macam-Macam Anak Jalanan Menurut data yang ada di RPSA (Rumah Perlindungan Sosial

  Anak) TUNAS MELATI, anak jalan dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) macam14, yaitu :

  a. Anak yang tinggal di jalanan \ Anak dalam kategori ini, sering disebut sebagai gelandangan.

  Hal itu dikarenakan anak tersebut tidak memiliki tempat tinggal yang tetap. Mereka melakukan aktifitas sehari-hari di jalan. Bagi mereka, jalanan adalah tempat tinggal mereka, karena mereka tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap (rumah). Mereka tinggal di tempat yang jarang, bahkan tidak pernah di diami manusia selain mereka, yaitu di kolong jembatan, di emperan toko, bahkan tidak menutup kemungkinan mereka tinggal di pinggir kota, tepatnya di lokasi TPA (tempat pembuangan akhir). Biasanya anak yang tinggal di jalan, selain mereka tinggal di jalan, mereka juga berusaha bekerja

  24

  untuk menghidupi dirinya, bahkan mungkin keluarganya. Tempat mereka bekerja pun tidak jauh dari tempat mereka tinggal, yaitu jalanan. Ada berbagai pekerjaan yang mereka lakukan, antara lain, mengamen, mengemis, menjadi pengasong, penyemir sepatu, penjual koran, dll.

  b. Anak yang mencari penghidupan di jalan Anak jalanan dalam kategori ini, biasanya berasal dari wilayah tempat dia beroprasi itu sendiri. Karena mereka kebanyakan masih memiliki keluarga dan tempat tinggal dan juga masih bersekolah. Bagi mereka, jalanan hanyalah tempat mencari nafkah, bukan sebagai tempat tinggal. Biasanya anak-anak bekerja karena tuntutan ekonomi karena pepghasilan orang tua tidak dapat mencukupi kebutuhan mereka, semisal sekolah, atau bahkan kebutuhan seluruh keluarganya.

  Waktu bekerja anak jalanan model ini, biasanya siang, sore atau malam, setelah mereka melakukan aktifitas belajarnya.

  

BAB III

LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Kota Salatiga

  Ada beberapa sumber sejarah Kota Salatiga, yaitu sebagaai berikut:

  a. Cerita Rakyat Sumber cerita rakyat biasanya disampaikan secara lisan (oral

  reorees), dari mulut ke mulut. Karena sifatnya yang dimiliki, maka ada kemungkinan adanya pengurangan dan penambahan disana sini.

  Sehingga sering muncul beberapa versi yang merepotkan dalam menganalisa.' Dalam hal cerita rakyat yang berkaitan dengan Hari Jadi Kota -Salatiga, diambil cerita mengenai perjalanan Ki Ageng Pandanaran bersama istrinya menuju Gunung Jabalkat, yang dalam perjalanan Nyi Ageng dirampok oleh dua orang. Namun ada beberapa hal lemah bila dihubungkan dengan hari jadi Kota Salatiga.

  • Ada anggapan bahwa cerita rakyat dapat direkayasa berdasarkan kenyataan yang benar-benar ada. Namun, karena penyampaiannya dilakukan secara lisan, maka si pengisah lebih mementingkan faktor sastra ketimbang nilai keilmiahan. Akibatnya cerita rakyat cenderung bersifat fiksi. 1

1 Tim Peneliti-Penyusun Hari Jadi Kota Salatiga, Hari Jadi Kota Salatiga, Pemkot Salatiga, 1995,him. 64.

  26

  • Cerita rakyat biasanya tidak mencantumkan angka tahun secara jelas. Sekalipun menunjukkan kelemahan, tapi sedikit banyak dapat memberikan gambaran masa lampau. Sepanjang belum ada sumber lain, tentu sumber tersebut dapat dimanfaatkan.
  • Jika kisah KI Ageng Pandanaran benar-benar terjadi, yakni terdapat tiga orang bersalah (dua penyamun dan Nyi Ageng Pandanaran), yang kemudian berubah menjadi Salatiga, mengapa data tertulis tidak jelas mengenai tempat terjadinya.

  Dari uraian tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa menentukn Hari Jadi Kota Salatiga dengan berpangkal dari cerita rakyat adalah kurang ilmiah, apalagi sama sekali tidak menyebutkan angka tahun.2 b. Babad

  Seperti halnya cerita rakyat, babad tidak ubahnya sajian cerita yang sangat tidak jelas mengenai waktu dan tempat. Disamping itu kisah petualangan Ki Ageng Pandanaran tidak menyebutkan nama Salatiga. Nama Salatiga direkayasa dari keterlibatan tiga orang penyamun. Oleh karena itu, sangat sulit untuk dapat dijadikan patokan sebagai penentu Hari Jadi Kota Salatiga.3

c. Staads Gemeente

  Sumber tertulis seperti arsip dan surat keputusan Staads

  Gemeente Solotigo merupakan sumber yang dapat dipercaya. Apalagi 2

  3 2 Ibid. himl. 65.

  3 ibu', hlml.65.

  28 Berdasarkan pemahaman tersebut, dapat disimpulkan, bila hari

  penetapan Staads Gemeente Solotigo dijadikan penetapan Hari Jadi Kota Salatiga sudah barang tentu mengandung banyak kelemahan, karena sumber sejarah itu masih terlalu muda. Padahal pertimbangan yang paling kuat untuk menentukan Hari Jadi suatu kota hendaknya dicari sumber sejarah yang setua mungkin.

  Dipihak lain, Staads Gemeente Solotigo merupakan kota yang dibangun oleh Pemerintahan Hindia Belanda atau penjajah. Dengan demikian, kalau diterima Staads Gemeente Solotigo sebagai dasar lahirnya atau hari jadinya Salatiga, itu sependapat dengan konsepsi penjajah. Hal itu berarti pula bahwa legitimasi penjajah kita warisi sebagai yang benar. Tentu saja pandangan yang demikian sangat tidak nasionalis, dan ini dapat menyebabkan degradasi wawasan kebangsaan. Lebih-lebih hal itu tidak sesuai dangan apa yang diamanatkan oleh UUD 1945.4

d. Prasasti Plumpungan

  Prasasti merupakan salah satu sumber sejarah yang terpenting karena merupakan dokumen tertulis yang orisinil. Disamping itu, prasasti adalah sumber tertulis tertua yang paling otentik. Prasasti adalah tulisan dalam bentuk puisi yang berupa pujian. Prasasti juga berarti anugerah, karena umumnya selaku prasasti dalam ani pujian 4 Ib id , him. 65.

  29

  itu, didasarkan atas anugerah yang diberikan oleh seorang raja kepada rakyatnya.

  Pada prasasti Plumpungan tidak menyebutkan nama Salatiga sebagai pusat pemerintahan, tetapi Trigamyana. Namun salah satu hal yang pasti bahwa nama desa atau tempat di wila>ah Kota Salatiga, apabila ditinjau dari sudut etimologis atau toponimis, jelas terkait dengan isi prasasti ini. Ada enam desa bernama Pramelan di sekitar wilayah Salatiga, dimana nama Pramelan ini merupakan perubahan dari kata HampraHampranPramelan. Pramelan ini tentu merupakan desa yang sangat penting karena disebut dalam suatu prasasti. Sebagian penduduk pada jaman dulu, berpindah tempat

  

{local immigration). Dan di tempat baru itu, ada kecenderungan dari