SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PERANAN RADIO SIARAN RRI STASIUN MEDAN (1945-1970).

(1)

SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PERANAN RADIO SIARAN

RRI STASIUN MEDAN (1945-1970)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

OLEH:

HARUN

308121071

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

ii

KATA PENGANTAR

Dengan kerendahan hati penulis menghaturkan segala hormat dan syukur kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayahnya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini, sebab tanpa ridho-Nya semua ini tidaklah terlaksana. Adalah menjadi salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh setiap mahasiswa untuk menyusun skripsi guna menyelesaikan perkuliahan dan mendapatkan gelar sarjana. Untuk memenuhi syarat tersebut diatas penulis mengangkat sebuah permasalahan yang ditulis menjadi sebuah skripsi, yang berjudul “Sejarah Perkembangan dan Peranan Radio Siaran RRI Stasiun Medan (1945-1970)”.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis mengumpulkan berbagai sumber yang relevan dengan penelitian. Disamping itu penulis melakukan wawancara dengan orang–orang yang mengetahui penelitian yang sedang dilakukan oleh penulis. Kendala yang dihadapi selama penulisan ini adalah sulitnya mencari literatur sebagai bahan rujukan dalam penyelesaian skripsi ini.

Di dalam penulisan ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan baik dari tata bahasa, penyajian, maupun dari segi isi. Hal tersebut disebabkan karena penulis masih dalam tahap belajar. Maka dengan ini penulis dengan hati terbuka menerima kritik yang bersifat konstruktif terhadap penyempurnaan skripsi ini. Penulis juga menyadari betapa besar bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, sehingga masalah yang dihadapi penulis sejak awal penelitian dapat teratasi. Tanpa dorongan berbagai pihak, kiranya penulis tidak akan dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:


(3)

iii

1. Almarhum dan Almarhumah Orangtua saya, Mama’ dan Ayah yang sangat

saya cintai dan kagumi. Semoga Allah SWT memberikan tempat yang paling indah di sisinya. Amiin ya rabbal ‘alamin. Tiada anugerah terindah selain menjadi buah hati kalian. Ananda selalu mendoakan kalian.

2. Kepada abang saya Fuad, Denin, Arifin, SP, MHD. Yusuf. SS dan kakak saya

Tri wahyuni. S.Pd, dan Almarhumah Siti Lestari. SH. Semoga kita kelak menjadi orang sukses dan bahagia dunia akhirat. Amiin ya rabbal alamin Adinda sayang kalian.

3. Kepada Dekan Fakultas Ilmu Sosial, Bapak Drs. Restu MS, beserta seluruh

staf nya.

4. Kepada Ibu Lukitaningsih, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah yang banyak membantu dalam menempuh pendidikan di Jurusan Pendidikan Sejarah. Semoga ibu selalu dilindungi oleh Allah SWT

5. Kepada Ibu Flores Tanjung, selaku Dosen Pembimbing Akademik saya, yang

telah memberikan banyak bimbingan kepada saya agar menjadi lebih baik. Semoga Ibu selalu dianugerahi kesehatan dari Allah SWT.

6. Kepada Ibu Hafnita Sari Dewi Lubis, selaku Dosen Pembimbing Skripsi saya,

yang telah rela meluangkan waktunya untuk membimbing saya sebagai Mahasiswa dan tiada henti-hentinya memberikan dorongan dan semangat kepada saya. Semoga Allah membalas segala kebaikan Ibu.

7. Kepada Ibu Syamsidar Tanjung, Bapak Yushar Tanjung, Bapak Pristi

Suhendro dan dosen-dosen inspiratif lainnya di Jurusan Pendidikan Sejarah. Terima kasih atas segala bimbingannya, semoga Allah memberikan nikmat dunia dan akhirat kepada kalian.

8. Kepada seluruh Dosen di Jurusan Pendidikan Sejarah. Terima kasih atas


(4)

iv

9. Kepada Kekasihku, adinda Manda Cinnamon, A.Md yang selalu memberikan

doa dan semangat di setiap hari saya. Kamu adalah anugerah terindah dari Allah SWT.

10.Kepada para guru SD, SMP dan SMA yang telah banyak memberikan ilmu

dan pengetahuan yang banyak kepada saya.

11.Kepada para guru MDA dan MDW saya yang telah banyak mengajarkan saya

tentang pengertahuan agama dan akhlakul karimah.

12.Kepada teman – teman saya Haris, , Tarmizi, Rio, Surahman, Duo Maya

(Afriyani/Wowo, Siti Khadijah/Icha), Trio Macan (Isma, Hera, Yani), anggota Cherrybelle (Betha, Desy, Yulida, Nova) serta semua rekan – rekan kelas B-Reguler stambuk 2008 yang tidak mungkin disebutkan satu persatu. Terima kasih atas segala pengalaman yang kalian bagi dengan saya. Sukses untuk kita semua.

13.Kepada teman – teman satu angkatan Sofyan, Alfin, Airul Azwan, Sutan,

Dini, Mulyani. Dan semua rekan-rekan baik Reguler maupun Ekstensi, . Terima kasih karena kalian telah menjadi bagian hidup saya.

Tidak ada kata yang lebih baik selain ucapan terima kasih banyak kepada yang tersebut namanya di atas, Semoga Allah SWT memberikan balasan atas kebaikan yang lebih bagi mereka. Harapan penulis semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Penulis


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ardianto,Elviro. 2007. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung. Penerrbit Simbiosa Rekatama Media

Berry, David. 2003. Pokok-Pokok Pikiran dalam Sosiologi. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada (disunting oleh Dr.Paulus Wirutomo)

Cangara,Hafied. 2007. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada

DeVito, Josep.,(1997), Komunikasi Antar Manusia, Professional Books, Jakarta

Fakultas Ilmu Sosial,. (2011). Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal penelitian

Mahasiswa Program Studi Penndidikan Sejarah. Medan.

Haris, Abdul., 2012. Perkembangan Program Acara Televisi Republik Indonesia (TVRI) SUMUT (1970-2005). Medan. FIS Unimed. Skripsi

Iriantara, Yosal., 2006. Literasi Media. Jakarta. Penerbit Gramedia

Kuswandi, Wawan,. 1993. Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi. Jakarta.

Penerbit Rineka Cipta

Morrisan,. 2007. Media penyiaran. Jakarta. Alumni

Mufid, Muhamad., 2007. Komunikasi dan Regulasi Penyiaran. Jakarta. Prenada Media Group.

Munaawar., 2005. Psikologi Perkembangan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. Nurudin. 2004. Sistem Komunikasi Indonesia. Jakarta. PT Raja Grafindo persada Nurudin., 2003. Komunikasi Massa. Malang. Penerbit Cespur

Poerwadarminta, W.J.S., 1993. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta. Pusat Pembinaaan Dan Pengembangan Bahasa Depdikbud.

Puspito, Hendro., (1985). Sosiologi Sistematik. Bandung. Penerbit Remaja Rosdakarya.

Rakhmat,Jalaludin. 2003. Sosiologi Sistematik. Bandung. Penerbit Remaja Rosdakarya

Sjamsudin,Helius. 2007. Metodologi Sejarah. Jakarta. Penerbit Ombak. Soekanto, Soerdjono.1983. Kamus Sosiologi. Jakarta. Penerbit Rajawali Soekanto, Soerdjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta. Penerbit Raja


(6)

Grafindo Persada. .

Suyana.,(2002), Peranan Radio Pada Masa Perang Mempertahankan Kemerdekaan Di

Keresidenan Sumatera Timur Dan Aceh 1945-1949. Medan. FIS Unimed. Skripsi

TWH, Muhammad,.(2000). Peranan Radio Pada Masa Perang Kemerdekaan Di Sumatera

Utara. Medan. Pelestarian Fakta Perjuangan Kemerdekaan RI.

Widjaja, H.A.W. Drs. Prof. 2008. Komunikasi Dan Hubungan Masyarakat. Jakarta.Bumi Aksara

Sumber Lain ( Internet )

09:35. Wib)

Google Maps (di akses tanggal 21-06-2012. Pukul 10.35. Wib)

Daftar Narasumber


(7)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Kerangka Konseptual ... 8

B. Kerangka Berfikir ... 21

BAB III. METODE PENELITIAN ... 23

A. Metode Penelitian ... 23

B. Lokasi Penelitian ... 24

C. Sumber Data ... 24

D. Teknik Pengumpulan Data ... 24

E. Teknik Analilsa Data ... 24

BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 26

A. Sejarah berdirinya Radio Siaran RRI Stasiun Medan ... 26


(8)

vi

C. Peranan Radio Siaran RRI Stasiun Medan... 62

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 73

A. Kesimpulan ... 73

B. Saran ... 82

Daftar Pustaka ... 85 Lampiran


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Radio adalah media massa elektronik tertua dan sangat luwes. Selama hampir satu abad lebih keberadaanya, radio siaran telah berhasil mengatasi persaingan keras dengan bioskop, rekaman kaset, televise, electronic games. Radio telah beradaptasi dengan perubahan dunia, dengan mengembangkan hubungan saling menguntungkan dan melengkapi dengan media

lainnya Dominick dalam Ardianto (2007:123). Keunggulan radio siaran adalah berada

dimana saja ditempat tidur (ketika orang akan tidur atau bangun tidur), didapur, didalam mobil, dikantor, dan berbagai tempat lainnya.

Perkembangan radio siaran di Indonesia dimulai dari massa penjajahan Belanda, penjajahan Jepang, zaman kemerdekaan dan Zaman Orde baru. Pada zaman penjajahan

Belanda radio siaran pertama di Indonesia ialah Bataviase Radio Vereniging ( BRV ) di

Batavia ( sekarang Jakarta )

Ketika Belanda menyerah kepada Jepang pada tahun 1942 secara otomatis Hindia Belanda atau yang sekarang disebut Indonesia dikuasai oleh Jepang, sebagai konskuensinnya, Jepang menerapkan salah satu kebijakannya berupa, radio siaran yang tadinya berstatus

perkumpulan swasta dinonaktifkan dan diurus oleh jawatan khusus bernama Hoso Kyoku di

bandung, Purwakarta, Yogyakarta, Semarang, Surabaya dan Malang. Pada masa ini rakyat

Indonesia hanya boleh mendengarkan siaran dari Hoso Kyoku saja. Namun demikian

dikalangan pemuda terdapat beberapa orang dengan resiko kehilangan jiwa, secara sembunyi-sembunyi mendengarkan siaran luar negeri, sehingga mereka dapat mengetahui bahwa pada tanggal 14 Agustus 1945 pasukan Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu seiring dengan di bom atom nya dua kota mereka yaitu Hiroshima dan Nagasaki.


(10)

Jepang yang kalah perang dan telah menyerah kepada sekutu berusaha mematuhi segala perintah sekutu untuk menyerahkan pemancar dan studio kepada sekutu. Kemudian pihak

Jepang mendaftarkan segala alat-alat penting yang berada dibawah penguasaan Medan Hoso

Kyoku seperti, pemancar, pesawat radio, perkakas-perkakas, untuk diserahkan kepada pikah

sekutu, Suyana (2002:35-36 ).

Akan tetapi para pegawai radio di Medan yang berkebangsaan Indonesia menolak menyerahkan perangkat-perangkat radio tersebut kepada Jepang. Mereka mengetahui akan penting nya radio selain sebagai sarana komunikasi dan informasi juga sebagai alat untuk menghadapi propaganda musuh. Dalam usahanya, ternyata pegawai-pegawai radio tersebut berhasil menyelamatkan pemancar kecil, walaupun kecil mereka tetap berusaha untuk bisa mengudarakannya. Dalam masa percobaan ini pasukan sekutu berhasil mengepung tempat yang digunakan oleh pegawai radio sebagai studio pemancar, gedung tersebut dihancurkan oleh sekutu sehingga semua peralatan menjadi hancur lebur dan gedung mengalami kerusakan berat.

Diakhir tahun 1945 para pejuang berusaha untuk membangun pemancar untuk kedua kalinya, selanjutnya dijalan Asia Medan dibangun kembali antena, pemancar, studio, kantor dan lainnya. Mereka bekerja siang dan malam untuk membuat sebuah pemancar darurat. Namun belum sempat RRI stasiun Medan ini mengumandangkan suaranya, suasana politik di Medan sangat genting sehingga seluruh aparat pemerintah propinsi Sumatera diperintahkan untuk mengungsi ke Pematang Siantar. Dengan suasana seperti ini maka RRI stasiun Medan memindahkan pemancar dan alat-alat lainnya ke Pematang Siantar sebagai Ibukota propinsi baru, Suyana (2002:39)

Atas bantuan dari berbagai instansi pemerintah diperoleh lah sebuah gedung dan alat-alat untuk keperluan siaran, tiang-tiang antena segera didirikan maka pada pertengahan tahun 1946 RRI stasiun Medan dapat mengumandangkan suaranya di Pematang Siantar kemudian


(11)

radio ini diresmikan oleh Gubernur sumatera T. Muhammad Hasan yang dihadiri pejabat terkait. RRI stasiun Medan yang didirikan di Pematang Siantar berperan untuk memupuk semangat bangsa menentang maksud penjajah Belanda untuk kembali berkuasa di Indonesia.

Tahun 1947 Belanda melancarkan Agresi Militer nya yang ke I dan berhasil menduduki kota Pematang Siantar yang menjadi Ibukota propinsi Sumatera. Akan tetapi sehari sebelum kota Pematang Siantar dikuasai oleh Belanda, Wakil Presiden RI, Moh. Hatta mengucapkan pidato melalui corong radio RRI stasiun Medan yang yang ada di Pematang Siantar, dalam pidatonya Bung Hatta memperingatkan Belanda bahwa rakyat Indonesia yang telah memerdekakan diri dari penjajahan,tidak mudah dijajah lagi. Akhirnya Bung Hatta menyerukan “ Marilah kita berjuang sebagai rakyat yang bersatu sampai kemerdekaan kita diakui nyata-nyata dan sampai kita mencapai kemenangan” , Suyana (2002:42).

Kondisi yang sama terulang kembali RRI stasiun Medan yang ada di Pematang Siantar kembali dihancurkan Belanda, seluruh peralatan yang ada distudio dihancurkan Belanda, pegawai-pegawai radio berusaha menyelamatkan diri untuk menghindari kekejaman Belanda. Sebahagian pegawai RRI melanjutkan perjuangan dan melakukan perjalanan ke pusat pemerintahan RI di Bukit Tinggi. Dengan demikian tanggal 29 Juli 1947 adalah tanggal berakhirnya riwayat RRI stasiun Medan dibawah pimpinan Loetan Soetan Toenaro di Pematang siantar, Suyana (2002:42)

Kemudian pada bulan September 1947 Belanda mendatangkan sebuah pemancar untuk mendirikan stasiun Radio. Radio milik Belanda ini dinamakan ROIO. Radio ini semata-mata didirikan Belanda sebagai alat propaganda untuk membantu usahanya memecah belah persatuan rakyat dalam usahanya melemahkan Republik Indonesia, namun usaha ini tidak berhasil karena pada tahun 1949 adanya pengakuan kedaulatan dari pihak Belanda kepada Republik Indonesia Serikat.


(12)

Dengan adanya pengakuan kedaulatan tersebut mengakibatkan siaran-siaran radio, baik RRI maupun ROIO difungsikan menjadi Radio Republik Indonesia Serikat, dengan penggabungan ini seluruh siaran-siaran diselenggarakan oleh radio RIS. Adapun bekas pegawai RRI yang belum bekerja, pimpinan jawatan segera mengeluarkan pengumuman untuk kembali masuk kerja kepada Jawatan RRI stasiun Medan, maka susunan kepegawaian RRI di Medan segera disempurnakan, maka tahun 1950 RRI Medan berdiri kembali, Suyana (2000:45).

Kemudian pada tahun 1970 pemerintah Indonesia mendirikan televisi pertama diluar pulau jawa, dengan nama TVRI Sumut yang diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia Bapak Soeharto, selanjutnya ada dua media elektronik yang beroperasi di Sumut yang keduanya merupakan milik pemerintah. Dengan adanya stasiun televisi TVRI di Sumut, hal ini mengakibatkan radio siaran RRI stasiun Medan mengalami kemunduran.

Dengan demikian penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang radio di kota Medan dari persepktif sejarah. Mengingat sangat minim sekali literatur yang memuat ataupun membahas masalah tersebut sehingga penulis merasa tertantang untuk mengadakan penelitian dengan judul “Sejarah Perkembangan Dan Peranan Radio Siaran RRI Stasiun Medan 1945-1970”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis dapat mengidentifikasi masalah yaitu :

1. Sejarah berdirinya RRI stasiun Medan 1945-1970.

2. Perkembangan positif dan negatif RRI stasiun Medan 1945-1970.


(13)

C. Pembatasan Masalah

Karena luasnya cakupan masalah yang akan di teliti, maka penulis membatasi permasalahan yang akan di teliti agar dapat lebih terarah dan fokus, untuk itu peneliti difokuskan dan di batasi pada Sejarah Perkembangan Dan Peranan Radio RRI Stasiun Medan 1945-1970.

D. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana sejarah berdirinya radio siaran RRI stasiun Medan 1945-1970.

2. Bagaimana perkembangan positif dan negatif radio siaran RRI stasiun Medan

1945-1970.

3. Bagaimana peranan radio siaran RRI stasiun Medan 1945-1970.

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan menjelaskan sejarah berdirinya radio siaran RRI stasiun Medan 1945-1970.

2. Untuk mengetahui perkembangan positif dan negatif radio siaran RRI stasiun

Medan 1945-1970.

3. Untuk mengetahui apa saja peranan radio siaran RRI stasiun Medan 1945-1970. F. Manfaat Penelitian


(14)

1. Untuk memberikan informasi kepada para pembaca mengenai sejarah perkembangan dan peranan radio RRI stasiun Medan 1945-1970 khususnya masyarakat kota Medan.

2. Sebagai bahan bacaan untuk penelitian lanjutan bagi peneliti yang ingin meneliti pada permasalahan yang sama atau berhubungan dengan masalah dalam penelitian ini.

3. Sebagai bahan pembelajaran bagi penulis dalam menuangkan pikiran kedalam

bentuk tulisan karya ilmiah.

4. Sebagai penambah perbendaharaan perpustakaan Universitas Negeri Medan


(15)

i

ABSTRAK

HARUN.NIM 308121071.SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PERANAN RADIO SIARAN RRI STASIUN MEDAN (1945-1970).SKRIPSI JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH, FAKULTAS ILMU SOSIAL, UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2012.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang berdirinya Radio Siaran RRI Stasiun Medan, perkembangan radio siaran RRI stasiun Medan dari tahun 1945 sampai dengan tahun 1970, kemudian mengetahui peranan radio siaran RRI stasiun Medan pada tahun 1945 sampai tahun 1970.

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode penelitian kualitatif deskriptif. Dengan teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan penelitian lapangan di RRI stasiun Medan yang merupakan objek penelitian dan studi literatur yang berhubungan dengan sejarah berdirinya, perkembangan dan peranan radio siaran RRI stasiun Medan. Kemudian dilakukan wawancara dengan pihak yang mengerti tentang latar belakang berdirinya, perkembangan dan peranan radio siaran RRI Medan.

Dari hasil penelitian yang dilakukan maka diperoleh hasil bahwa pada tahun 1930 berdiri lah stasiun radio di Medan yang dipelopori oleh seorang Belanda bernama Meyer yaitu radio MOVA dan AVROM. Kemudian disusul dengan berdirinya radio NIROM yang merupakan radio terbesar di zamannya, karena mendapat dukungan dana dari pemerintah Hindia Belanda. Setelah Belanda menyerah kepada Jepang maka pengawasan radio dibawah kendali pihak Jepang. Di Medan pengawasan radio dibawah jawatan radio milik Jepang yaitu Medan Hoso kyoku. Seluruh berita-berita yang disiarkan harus disensor terlebih dahulu oleh badan sensor yang ada dikantor Propaganda Jepang (BUNKAKA), kecuali siaran warta berita yang bersumber dari kantor berita Jepang. Tahun 1945 Jepang menyerah kepada sekutu, para pejuang RI berusaha mendirikan sebuah radio dengan peralatan seadanya di Kampung Baru namun dihancurkan Sekutu, kemudian dilakukan lagi usaha untuk mendirikan radio di Jalan Asia belum sempat siaran radio RRI stasiun Medan berkumandang, Sekutu kembali menghancurkannya. Radio siaran RRI stasiun Medan pada awal siarannya tidak pernah berkumandang di Medan, radio siaran RRI Stasiun Medan baru bisa berkumandang untuk pertama kalinya di kota Pematang Siantar berkat kerjasama yang baik antara para pejuang dengan Bupati Simalungun.


(16)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Latar Belakang Berdirinya Radio Siaran RRI Stasiun Medan

Radio siaran sebagai salah satu unsur komunikasi massa yang berfungsi mengoper lambang-lambang kata yang dapat dimengerti oleh orang lain. Masuknya radio ke Indonesia dimulai sejak zaman penjajahan Belanda. Pemerintah Hindia Belanda pertama kali mendirikan radio siaran di Batavia atau sekarang lebih dikenal dengan sebutan Jakarta pada tahun 1925 dengan nama Radio Vereniging (BRV). Sejak adanya radio BRV di Indonesia secara perlahan-lahan muncul radio-radio siaran lainnya seperti Nederlandsch Indishe Radio

Omroep Mij (NIROM) di Jakarta, Bandung, dan Medan, Solossche Radio Vereniging (SRV)

di Surakarta, Mataramse Vereniging Voor Radio Omroep (MAVRO), Eerste Madiunse Radio

Omroep (EMRO) di Madiun, dan lain sebagainya. Sedangkan di Medan selain NIROM

terdapat juga radio swasta lainnya yaitu Meyers Omroep Voor Allen (MOVA) yang

diusahakan oleh tuan Meyers dan Algeemene Vereniging Radio Omroep Medan (AVROM).

Akan tetapi diantara sekian banyak radio yang ada di Medan, NIROM adalah radio yang terbesar dan terlengkap, karena radio tersebut mendapat bantuan penuh dari pemerintah Hindia Belanda.

Sejak lahirnya Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 pergerakan kebangsaan semakin meningkat, pemerintah Hindia Belanda menyadari bahwa pergerakan kebangsaan sangat membahayakan kekuasaan kolonial oleh karena itu harus dihancurkan. Pemerintah Hindia Belanda berusaha mengalihkan perhatian masyarakat dari masalah-masalah politik melalui program-program siaran yang menarik yang disiarkan lewat radio NIROM. Semangat kebangsaan yang tumbuh dalam diri bangsa Indonesia memunculkan niat untuk segera


(17)

mendirikan radio-radio siaran yang dijadikan sebagai alat perjuangan menuju cita-cita kemerdekaan.

Pada tanggal 1 April 1933 berdirilah radio siaran milik bangsa Indonesia dengan nama Soloshe Radio Vereniging (SRV). Akan tetapi radio NIROM yang merupakan radio milik pemerintah Hindia Belanda berusaha menjepit ruang gerak radio siaran milik pribumi bahkan berusaha mematikannya. Melihat kenyataan yang demikian bangsa Indonesia tidak tinggal diam, maka pada tanggal 29 Maret 1937 dilangsungkan wakil-wakil dari radio Ketimuran di Bandung, yang melahirkan Perserikatan Perkumpulan Radio Ketimuran (PPRK) yang bertujuan memajukan kesenian dan kebudayaan nasional guna kemajuan masyarakat Indonesia rohani dan jasmani.

Kemudian ketika Belanda menyerah kepada Jepang pada tanggal 8 Maret 1942. Maka sejak saat itu terjadi perpindahan kekuasaan dari pihak Belanda kepada Pihak Jepang, hal ini juga diikuti dengan perubahan dalam sistem penyiaran radio siaran. Pihak Jepang segera mengadakan pengawasan yang ketat terhadap siaran dan daya tangkap. Siaran radio hanya dapat menerima siaran dari stasiun radio Jepang. Radio siaran yang tadinya berstatus

perkumpulan swasta dimatikan dan diurus oleh jawatan khusus bernama Hoso Kanry Kyoku

merupakan pusat radio yang berkedudukan di Jakarta, sedangkan cabang-cabangnya

dinamakan Hoso Kyoku yang terdapat di Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surabaya,

Malang, dan Medan. Selain itu setiap Hoso Kyoku mempunyai cabang kantor bernama

Shodanso yang terdapat dikabupaten.

Pada tanggal 13 Maret 1942 Jepang masuk ke kota Medan. Sebelum Jepang mendarat di Sumatera Timur dan memduduki kota Medan, pihak Belanda telah lebih dahulu menghancurkan sarana vital di kota Medan seperti alat pemancar radio NIROM beserta seluruh peralatan siaran, yang terlihat hanya serpihan-serihan dan puing-puing yang berserakan disekitar studio NIROM yang terletak dijalan Serdang 28 Medan. Di penghujung


(18)

tahun 1942 Jepang membangun sebuah pemancar di sebuah gedung milik Deli Maskapai. Penyiaran berkumandang dari gedung Deli Maskapai melalui gelombang 214 meter dengan kekuatan 50 watt. Politik siaran Jepang pada waktu itu adalah menanamkan kedalam jiwa

bangsa Indonesia yang dikenal sebagai Nippon Seisin yaitu mempropaganda agar rakyat

Indonesia menyumbangkan tenaga dan pikiran untuk kemenangan Jepang dalam Perang Pasifik.

Pada masa pemerintahan Jepang di Indonesia, seluruh pesawat radio milik penduduk Indonesia di sita oleh Jepang dan tidak dikembalikan. Penduduk kota Medan pada waktu itu hanya disediakan 25 buah pesawat radio umum yang diletakkan ditempat-tempat strategis untuk didengar secara bersama-sama, antara lain ditempatkan diatas REX Bioskop, di Kampung Keling, di kedai-kedai kopi yang terletak didekat Jembatan Sei Kera, Jalan Serdang, persimpangan Jalan Sisingamangaraja, di Jalan Cemara, Kota Matsum, dan lain-lain. Meskipun terbatas tetapi masyarakat cukup banyak yang mengikuti dan menikmatinya, bukan karena keterbatasan media informasi yang tersedia tetapi juga karena kurangnya masyarakat akan hiburan-hiburan.

Kemudian setelah Jepang menyerah kalah kepada Sekutu tahum 1945 dan Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, atas perintah Sekutu, Jepang segera menyerahkan pemancar radio dan mendaftarkan segala alat penting yang berada dibawah pengawasan

Medan Hoso Kyoku, namun para pegawai yang berkebangsaan Indonesia menolak

menyerahkannya. Para pegawai akan menggunakan radio sebagai alat perjuangan membela dan mempertahankan kemerdekaan.

Setelah berhasil mengamankan pemancar kecil maka mereka segera melakukan pembangunan radio siaran di Kampung baru lebih kurang 5 km dari pusat kota Medan. Namun belum sempat mengudara, tentara Sekutu telah lebih dahulu mengetahuinya dan segera menghancurkannya, kemudian di rencanakan lagi usaha untuk mendirikan Radio


(19)

siaran RRI di Jalan Asia, lagi-lagi usaha tersebut gagal karena situasi dan kondisi kota Medan yang sangat mencekam dan mengharuskan untuk mengungsi ke Pematang Siantar. Pada tahun 1946 di kota Pematang siantar radio siaran RRI stasiun Medan untuk pertama kalinya dapat berkumandang, bahkan Wakil Presiden Republik Indonesia Moh. Hatta sempat berpidato mengajak rakyat untuk terus berjuang mengusir penjajah Belanda dari Indonesia. Pada tahun 1947 Belanda melakukan Agresi Militer I dan berhasil menduduki kota Pematang siantar, sasaran utama penghancuran oleh pihak Belanda adalah Gedung radio RRI stasiun Medan. Dengan dihancurkannya gedung studio RRI dan seluruh peralatan pendukung penyiaran lainnya, maka berakhirlah peran radio siaran RRI stasiun Medan sebagai alat perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan RI.

Pada saat genting seperti itu, maka muncullah Radio Rimba Raya di Aceh menggantikan peran dari Radio siaran RRI stasiun Medan yang telah dihancurkan Belanda. Sebagai radio perjuangan Radio Rimba Raya berperan dalam melakukan propaganda terhadap musuh dan menangkis serangan dari pihak musuh terhadap berita-berita bohong yang disiarkan oleh radio milik Belanda. Peran Radio Rimba Raya sangat ital sekali pada saat itu, berkali-kali Belanda berusaha melakukan propaganda tetapi berhasil dipatahkan oleh Radio Rimba Raya.

Setelah RI kembali ke Negara Kesatuan pada tahun 1950, maka radio siaran RRI stasiun Medan dapat kembali mengudara dengan peran dan tugas yang berbeda pula dan hingga saat ini masih tetap eksis mengudara, walaupun pada tahun 1970 telah berdiri TVRI Sumut, televisi pertama diluar pulau Jawa, namun tidak menggoyahkan eksistensinya untuk terus mengudara, meskipun secara perlahan-lahan msyarakat mulai beralih ke media televisi, tetapi radio siaran RRI stasiun Medan memiliki penggemar setia sehingga tetap berdiri dan mengudara sampai saat ini.


(20)

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penulis dapat menyimpulkan, beberapa faktor yang melatar belakangi berdirinya siaran radio RRI stasiun Medan yaitu:

Menurut penulis faktor pertama yaitu tumbuhnya kesadaran masyarakan atau para pejuang akan pentingnya media komunikasi elektronik berupa radio dalam upaya mempertahankan kemerdekaan RI dari usaha Belanda untuk menduduki Indonesia kembali, mengingat vitalnya fungsi radio pada saat itu maka tumbuh kesadaran dalam diri masing-masing para pejuang untuk menolak menyerahkan alat-alat dan pemancar radio tersebut kepada Jepang untuk diserahkan kepada pihak Sekutu sebagai negara pemenang PD II, bahkan mereka berusa menyelamatkan alat-alat maupun pemancar tersebut dan membangun radio siaran sendiri untuk digunakan sebagai alat perjuangan dan propaganda kepada musuh.

Faktor kedua menurut penulis yang menjadi latar belakang berdirinya radio siaran RRI stasiun Medan yaitu semangat yang luar biasa yang tidak pernah putus asa dalam diri para pejuang, dimana dalam setiap usahanya membangun pemancar radio selalu saja mendapat halangan, gangguan, dan penghancuran alat-alat maupun gedung studio radio, bahkan nyawa mereka menjadi taruhan dalam setiap upayanya membangun siaran radio. Berkali-kali mereka harus pindah tempat dari daerah yang satu ke daerah yang lainnya, berkali-kali juga mereka hampir kehilangan nyawa akibat serangan dari pihak Sekutu untuk menghancurkan studio radio yang mereka bangun. Tapi semua itu tidak pernah menyurutkan semangat ataupun menyiutkan nyali para pejuang radio. Mereka tetap berusaha membangunnya apapun resikonya, dalam benak mereka yang terpenting adalah radio siaran yang mereka bangun dapat mengudara dan berkumandang tanpa memikirkan resiko apa yang bakal mereka terima setelah itu.

Faktor ketiga menurut penulis yang menjadi latar belakang berdirinya radio siaran RRI stasiun Medan adalah, adanya kerjasama yang baik antara para pejuang dan pemerintah daerah. Dimana pemerintah daerah pada saat itu selalu memberikan dukungan kepada para


(21)

pejuang untuk mendirikan radio siaran RRI. Izin yang mereka ajukan pada saat akan mendirikan radio siaran RRI stasiun Medan seperti di jalan Asia mendapat persetujuan dari pemerintah daerah, sama hal nya yang terjadi di Pematang Siantar, Kepala Daerah Kabupaten Simalungun khususnya Bupati Simalungun sangat mendukung usaha para pejuang untuk mendirikan radio siaran di Pematang Siantar, bahkan Bupati Simalungun pada saat itu memberikan bantuan dan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan para pejuang seperti, gedung studio, alat-alat untuk keperluan siaran, tempat pemancar, piano, piring hitam, dan lain-lain. Kerjasama yang baik antara pemerintah dengan masyarakat dalam hal ini para pejuang melahirkan sebuah karya yang luar biasa seperti radio siaran RRI stasiun Medan yang sangat berguna dalam upaya perjuangan mempertahankan kemerdekaan RI dari penjajah Belanda.

2. Perkembangan Radio Siaran RRI Stasiun Medan 1945-1970

Dalam perkembangannya radio siaran RRI stasiun Medan diawal kemerdekaan tidak pernah mengudara di kota Medan, radio RRI stasiun Medan pertama kali berkumandang menyiarkan siarannya di kota Pematang Siantar. Di kota Pematang Siantar radio siaran RRI lebih memfokuskan siarannya dalam berita yang berkaitan dengan pergerakan kemerdekaan selain itu digunakan sebagai alat propaganda dalam menghadapi penjajah Belanda. Radio siaran RRI stasiun Medan dapat mengudara di kota Pematang Siantar kurang lebih satu tahun sebelum akhirnya di hancurkan oleh pasukan Belanda.

Kemudian radio siaran RRI stasiun Medan dapat mengudara kembali pada tahun 1950 setelah Indonesia kembali ke Negara Kesatuan, radio RRI stasiun medan mulai memperbaiki siaran-siarannya, di era kepemimpinan Loetan Soetan Toenaro (1950-1954) radio siaran RRI pernah meliput acara PON III. Kemudian ketika terjadi pemberontakan, radio RRI stasiun Medan pernah diuasai oleh pemberontak PRRI 1958 namun berhasil dikuasai kembali berkat


(22)

bantuan dari ABRI. Selanjutnya selain warta berita radio siaran RRI stasiun Medan juga menyiarkan acara-acara hiburan seperti acara musik, pembacaan puisi, dan sandiwara radio.

3. Peranan Radio Siaran RRI Stasiun Medan 1945-1970

Diawal kemerdekaan Indonesia radio siaran RRI stasiun Medan selain digunakan untuk menyiarkan berita, juga digunakan oleh para pejuang sebagai alat perjuangan sekaligus alat propaganda terhadap musuh. Radio siaran RRI stasiun Medan yang berada di Pematang Siantar pernah digunakan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX untuk mengadakan hubungan radio telefoni dengan pusat pemerintahan di Yogyakarta ketika beliau berkunjung ke Sumatera. Selain itu sehari sebelum penghancuran studio radio RRI stasiun Medan di Pematang Siantar Wakil Presiden Republik Indonesia, Moh. Hatta pernah berpidato melalui corong radio RRI stasiun Medan untuk membangkitkan semangat para pejuang RI dalam mempertahankan kemerdekaan sekaligus mengusir panjajah Belanda.

Sejak penghancuran studio radio RRI stasiun Medan di Pematang Siantar oleh Belanda maka untuk sementara radio siaran RRI stasiun Medan tidak dapat beroperasi, peran radio RRI stasiun Medan di isi oleh Radio Rimba Raya yang berada di Aceh. Radio Rimba Raya sangat berperan dalam menghalau setiap manuver propaganda Belanda, setiap kali Belanda melakukan Propaganda, Radio Rimba Raya selalu mematahkan berita-berita bohong yang disiarkan Belanda sehingga para pejuang baik di dalam negeri maupun yang berada di luar negeri yang berjuang lewat jalur diplomasi mencari dukungan negara-negara lain demi mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia dapat lebih tenang dan lebih berkonsentrasi. Radio Rimba raya di masa kemerdekaan juga berperan dalam melakukan hubungan dengan perwakilan Indonesia yang berada di luar negeri, lewat Radio Rimba Raya yang memiliki jangkauan yang sangat luas hingga ke Eropa, perwakilan Indonesia yang berada diluar dapat dengan mudah memantau perkembangan yang terjadi di tanah air, bahkan Radio Rimba Raya selalu mrngirim pesan lewat radio kepada perwakilan RI yang berada di


(23)

India yang ditangkap oleh siaran radio All India Radio yang kemudian disampaikan ke perwakilan Indonesia yang berada di New Delhi, India.

Kemudian tahun 1950 ketika RI telah kembali ke Negara Kesatuan dan Belanda dapat di usir dari Indonesia, maka sejak saat itu radio siaran RRI stasiun Medan dapat kembali beroperasi. Setelah RI kembali ke NKRI maka peran RRI berubah, tidak lagi sebagai alat perjuangan atau alat propaganda terhadap musuh. Radio siaran RRI stasiun Medan mulai memperbaiki program-program yang baku, terencana dan terarah. Siaran-siarannnya sangat mendidik dan dalam setiap siarannya mengangkat dan mengembangkan kebudayaan-kebudayan daerah, selain menyiarkan warta berita radio RRI stasiun Medan juga menyiarkan acara-acara hiburan seperti musik, puisi, sandiwara radio, dan lain-lain. Tetapi ketika di Sumatera terjadi pergolakan tahun 1956, dimana para pemimpin militer saat itu melakukan pemberontakan terhadap pemerintah pusat, karena rasa tidak puas mereka terhadap kebijakan-kebijakan yang dijalankan, mereka merasa di anak tirikan dan dilupakan. Radio siaran RRI stasiun Medan ikut membantu pemerintah pusat dalam menumpas pemberontakan tersebut. Sejak munculnya televisi di Sumatera Utara yaitu TVRI Sumut pada tahun 1970 peran radio siaran RRI stasiun Medan perlahan-lahan mulai diambil alih oleh TVRI. Orang-rang mulai beralih ke televisi sebagai sarana informasi juga sebagai media hiburan mereka.

B. Saran

Di era yang serba modern dan semakin canggihnya teknologi di abad ini, sarana-sarana hiburan maupun media-media elektronik begitu banyak bermunculan seperti jamur di musim penghujan, lahir nya terobosan-terobasan baru di dunia elektronik seperti Internet yang mempermudah orang untuk mencari informasi-informasi yang dibutuhkan ditambah lagi dengan layanan game online yang sangat di minati para kawula muda, Handphone yang sekarang tidak hanya di gunakan sebagai alat komunukasi (telpon dan sms) tetapi dengan


(24)

berbagai macam fitur-fitur yang sangat canggih didalamnya seperti kamera, video, bahkan dapat mengakses jaringan internet yang sangat memanjakan penggunanya, kemudian Televisi, dengan berbagai macam tayangan acara yang sangat menarik, apalagi sudah banyak bermunculan televisi swasta, yang membuat orang terkadang dapat meninggalkan pekerjaannya karena tidak mau melewatkan tayangan acara televisi favoritnya.

Melihat kenyataan yang ada sekarang ini, radio kalah bersaing dengan kehadiran internet, televisi, dan handphone. Orang-orang lebih suka melihat televisi atau memainkan internet dan hanphone dari pada mendengarkan radio, padahal keberadaan radio sangat vital pada masa awal kemerdekaan. Kita tidak menutup diri dengan semua perkembangan tekhnologi yang semakin hari semakin membuat kita terpukau, bahkan dapat mempermudah kinerja kita sehari-hari, akan tetapi janganlah kita sampai mengesampingkan radio atau bahkan melupakannya. Karena radio sangat besar peranannya dalam membantu perjuangan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Di Sumatera Timur atau sekarang lebih dikenal dengan Sumatera Utara, radio siaran RRI stasiun Medan memiliki peran dan jasa yang sangat besar, para pejuang RI pada waktu itu menggunakan radio siaran RRI stasiun Medan sebagai alat perjuangan untuk membantu mereka melawan penjajah Belanda.

Selain itu kita juga harus menghargai dan mengenang jasa-jasa dari para pejuang radio yang dengan begitu semangat berusaha mendirikan radio padahal mereka mengetahui resiko yang akan mereka terima jika apa yang mereka lakukan itu diketahui pihak Sekutu, nyawa mereka lah yang menjadi taruhan nya, dalam 3 kali usahanya untuk mendirikan radio, 3 kali pula mereka harus menghadapi maut, hampir saja nyawa mereka melayang satu persatu, jika saja mereka terlambat menyelamatkan diri dari serangan pihak Sekutu yang membabi buta. Marilah sama-sama mulai sekarang hendaknya kita mulai lebih menghargai keberadaan radio di tengah-tengah kita dan jagan lupakan pula jasa dari pejuang radio yang tidak kalah besarnya bagi bangsa dan negara Indonesia ini.


(25)

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal penelitian ini diajukan oleh Harun, NIM 308121071 Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Medan

Telah Diperiksa dan Disetujui Untuk Mempertahankan Skripsi

Medan, September 2012 Mengetahui

Ketua Jurusan Dosen Pembimbing

Pendidikan Sejarah

Dra. Lukitaningsih,M.Hum Dra. Hafnita SD Lubis, M.Si


(26)

(1)

pejuang untuk mendirikan radio siaran RRI. Izin yang mereka ajukan pada saat akan mendirikan radio siaran RRI stasiun Medan seperti di jalan Asia mendapat persetujuan dari pemerintah daerah, sama hal nya yang terjadi di Pematang Siantar, Kepala Daerah Kabupaten Simalungun khususnya Bupati Simalungun sangat mendukung usaha para pejuang untuk mendirikan radio siaran di Pematang Siantar, bahkan Bupati Simalungun pada saat itu memberikan bantuan dan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan para pejuang seperti, gedung studio, alat-alat untuk keperluan siaran, tempat pemancar, piano, piring hitam, dan lain-lain. Kerjasama yang baik antara pemerintah dengan masyarakat dalam hal ini para pejuang melahirkan sebuah karya yang luar biasa seperti radio siaran RRI stasiun Medan yang sangat berguna dalam upaya perjuangan mempertahankan kemerdekaan RI dari penjajah Belanda.

2. Perkembangan Radio Siaran RRI Stasiun Medan 1945-1970

Dalam perkembangannya radio siaran RRI stasiun Medan diawal kemerdekaan tidak pernah mengudara di kota Medan, radio RRI stasiun Medan pertama kali berkumandang menyiarkan siarannya di kota Pematang Siantar. Di kota Pematang Siantar radio siaran RRI lebih memfokuskan siarannya dalam berita yang berkaitan dengan pergerakan kemerdekaan selain itu digunakan sebagai alat propaganda dalam menghadapi penjajah Belanda. Radio siaran RRI stasiun Medan dapat mengudara di kota Pematang Siantar kurang lebih satu tahun sebelum akhirnya di hancurkan oleh pasukan Belanda.

Kemudian radio siaran RRI stasiun Medan dapat mengudara kembali pada tahun 1950 setelah Indonesia kembali ke Negara Kesatuan, radio RRI stasiun medan mulai memperbaiki siaran-siarannya, di era kepemimpinan Loetan Soetan Toenaro (1950-1954) radio siaran RRI pernah meliput acara PON III. Kemudian ketika terjadi pemberontakan, radio RRI stasiun Medan pernah diuasai oleh pemberontak PRRI 1958 namun berhasil dikuasai kembali berkat


(2)

bantuan dari ABRI. Selanjutnya selain warta berita radio siaran RRI stasiun Medan juga menyiarkan acara-acara hiburan seperti acara musik, pembacaan puisi, dan sandiwara radio.

3. Peranan Radio Siaran RRI Stasiun Medan 1945-1970

Diawal kemerdekaan Indonesia radio siaran RRI stasiun Medan selain digunakan untuk menyiarkan berita, juga digunakan oleh para pejuang sebagai alat perjuangan sekaligus alat propaganda terhadap musuh. Radio siaran RRI stasiun Medan yang berada di Pematang Siantar pernah digunakan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX untuk mengadakan hubungan radio telefoni dengan pusat pemerintahan di Yogyakarta ketika beliau berkunjung ke Sumatera. Selain itu sehari sebelum penghancuran studio radio RRI stasiun Medan di Pematang Siantar Wakil Presiden Republik Indonesia, Moh. Hatta pernah berpidato melalui corong radio RRI stasiun Medan untuk membangkitkan semangat para pejuang RI dalam mempertahankan kemerdekaan sekaligus mengusir panjajah Belanda.

Sejak penghancuran studio radio RRI stasiun Medan di Pematang Siantar oleh Belanda maka untuk sementara radio siaran RRI stasiun Medan tidak dapat beroperasi, peran radio RRI stasiun Medan di isi oleh Radio Rimba Raya yang berada di Aceh. Radio Rimba Raya sangat berperan dalam menghalau setiap manuver propaganda Belanda, setiap kali Belanda melakukan Propaganda, Radio Rimba Raya selalu mematahkan berita-berita bohong yang disiarkan Belanda sehingga para pejuang baik di dalam negeri maupun yang berada di luar negeri yang berjuang lewat jalur diplomasi mencari dukungan negara-negara lain demi mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia dapat lebih tenang dan lebih berkonsentrasi. Radio Rimba raya di masa kemerdekaan juga berperan dalam melakukan hubungan dengan perwakilan Indonesia yang berada di luar negeri, lewat Radio Rimba Raya yang memiliki jangkauan yang sangat luas hingga ke Eropa, perwakilan Indonesia yang berada diluar dapat dengan mudah memantau perkembangan yang terjadi di tanah air, bahkan Radio Rimba Raya selalu mrngirim pesan lewat radio kepada perwakilan RI yang berada di


(3)

India yang ditangkap oleh siaran radio All India Radio yang kemudian disampaikan ke perwakilan Indonesia yang berada di New Delhi, India.

Kemudian tahun 1950 ketika RI telah kembali ke Negara Kesatuan dan Belanda dapat di usir dari Indonesia, maka sejak saat itu radio siaran RRI stasiun Medan dapat kembali beroperasi. Setelah RI kembali ke NKRI maka peran RRI berubah, tidak lagi sebagai alat perjuangan atau alat propaganda terhadap musuh. Radio siaran RRI stasiun Medan mulai memperbaiki program-program yang baku, terencana dan terarah. Siaran-siarannnya sangat mendidik dan dalam setiap siarannya mengangkat dan mengembangkan kebudayaan-kebudayan daerah, selain menyiarkan warta berita radio RRI stasiun Medan juga menyiarkan acara-acara hiburan seperti musik, puisi, sandiwara radio, dan lain-lain. Tetapi ketika di Sumatera terjadi pergolakan tahun 1956, dimana para pemimpin militer saat itu melakukan pemberontakan terhadap pemerintah pusat, karena rasa tidak puas mereka terhadap kebijakan-kebijakan yang dijalankan, mereka merasa di anak tirikan dan dilupakan. Radio siaran RRI stasiun Medan ikut membantu pemerintah pusat dalam menumpas pemberontakan tersebut. Sejak munculnya televisi di Sumatera Utara yaitu TVRI Sumut pada tahun 1970 peran radio siaran RRI stasiun Medan perlahan-lahan mulai diambil alih oleh TVRI. Orang-rang mulai beralih ke televisi sebagai sarana informasi juga sebagai media hiburan mereka.

B. Saran

Di era yang serba modern dan semakin canggihnya teknologi di abad ini, sarana-sarana hiburan maupun media-media elektronik begitu banyak bermunculan seperti jamur di musim penghujan, lahir nya terobosan-terobasan baru di dunia elektronik seperti Internet yang mempermudah orang untuk mencari informasi-informasi yang dibutuhkan ditambah lagi dengan layanan game online yang sangat di minati para kawula muda, Handphone yang sekarang tidak hanya di gunakan sebagai alat komunukasi (telpon dan sms) tetapi dengan


(4)

berbagai macam fitur-fitur yang sangat canggih didalamnya seperti kamera, video, bahkan dapat mengakses jaringan internet yang sangat memanjakan penggunanya, kemudian Televisi, dengan berbagai macam tayangan acara yang sangat menarik, apalagi sudah banyak bermunculan televisi swasta, yang membuat orang terkadang dapat meninggalkan pekerjaannya karena tidak mau melewatkan tayangan acara televisi favoritnya.

Melihat kenyataan yang ada sekarang ini, radio kalah bersaing dengan kehadiran internet, televisi, dan handphone. Orang-orang lebih suka melihat televisi atau memainkan internet dan hanphone dari pada mendengarkan radio, padahal keberadaan radio sangat vital pada masa awal kemerdekaan. Kita tidak menutup diri dengan semua perkembangan tekhnologi yang semakin hari semakin membuat kita terpukau, bahkan dapat mempermudah kinerja kita sehari-hari, akan tetapi janganlah kita sampai mengesampingkan radio atau bahkan melupakannya. Karena radio sangat besar peranannya dalam membantu perjuangan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Di Sumatera Timur atau sekarang lebih dikenal dengan Sumatera Utara, radio siaran RRI stasiun Medan memiliki peran dan jasa yang sangat besar, para pejuang RI pada waktu itu menggunakan radio siaran RRI stasiun Medan sebagai alat perjuangan untuk membantu mereka melawan penjajah Belanda.

Selain itu kita juga harus menghargai dan mengenang jasa-jasa dari para pejuang radio yang dengan begitu semangat berusaha mendirikan radio padahal mereka mengetahui resiko yang akan mereka terima jika apa yang mereka lakukan itu diketahui pihak Sekutu, nyawa mereka lah yang menjadi taruhan nya, dalam 3 kali usahanya untuk mendirikan radio, 3 kali pula mereka harus menghadapi maut, hampir saja nyawa mereka melayang satu persatu, jika saja mereka terlambat menyelamatkan diri dari serangan pihak Sekutu yang membabi buta. Marilah sama-sama mulai sekarang hendaknya kita mulai lebih menghargai keberadaan radio di tengah-tengah kita dan jagan lupakan pula jasa dari pejuang radio yang tidak kalah besarnya bagi bangsa dan negara Indonesia ini.


(5)

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal penelitian ini diajukan oleh Harun, NIM 308121071 Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Medan

Telah Diperiksa dan Disetujui Untuk Mempertahankan Skripsi

Medan, September 2012 Mengetahui

Ketua Jurusan Dosen Pembimbing

Pendidikan Sejarah

Dra. Lukitaningsih,M.Hum Dra. Hafnita SD Lubis, M.Si NIP.196404061990032003 NIP.196106011986012001


(6)