PERANAN SUPENI DALAM BIDANG POLITIK TAHUN 1945-1970.

(1)

PERANAN SUPENI DALAM BIDANG POLITIK TAHUN 1945-1970

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Sejarah

Oleh : KHUSNA

0807003

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

PERANAN SUPENI DALAM BIDANG

POLITIK TAHUN 1945-1970

Oleh KHUSNA

Sebuah Skripsi Yang Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Khusna 2013

Universitas Pendidikan Indonesia Januari 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Peranan Supeni Dalam Bidang Politik Tahun 1945-1970”. Permasalahannya ialah “Mengapa tulisan tentang peran Supeni dalam bidang organisasi politik di Indonesia masih minim”. Permasalahan tersebut kemudian dituangkan menjadi tiga rumusan pertanyaan penelitian yaitu: 1) Apakah yang melatarbelakangi Supeni terlibat dalam kegiatan politik di Indonesia, 2) Bagaimana keterlibatan Supeni dalam organisasi politik, 3) Bagaimana dampak keterlibatan Supeni dalam politik terhadap perkembangan politik di Indonesia. Tujuan dilakukannya penelitian yaitu untuk mengembangkan tulisan sejarah perempuan di Indonesia. Adapun metode penelitian yang digunakan ialah metode sejarah, dengan menggunakan pendekatan interdisipliner, sedangkan studi literatur, studi dokumentasi dan wawancara sebagai teknik penelitiannya. Penulisan sejarah perempuan di Indonesia belum menunjukkan progres secara signifikan, baik secara kuantitas, kualitas maupun sudut keterlibatan perempuan dalam menulis sejarah perempuan itu sendiri. Perempuan dan laki-laki telah berjuang bersama-sama dalam perjalanan sejarah Indonesia, sehingga mereka pantas untuk ditempatkan dalam posisi yang sama dan berimbang, terutama ketika disajikan dalam literatur sejarah nasional. Tokoh Supeni hadir dalam perjalanan sejarah Indonesia dan telah memberikan kontribusi cukup penting bagi organisasi perempuan, partai politik hingga politik luar negeri. Peran Supeni dapat ditelusuri ketika Indonesia baru terlepas dari masa pendudukan Jepang pada tahun 1945, yaitu dimana hari-hari negara Indonesia diliputi kegembiraan akan kebebasan, berbagai kalangan mulai menata dan mengisi kemerdekaan dengan pembangunan, begitu juga Supeni dengan organisasi Kowani (Kongres Wanita Indonesia) dan Perwari (Persatuan Wanita Republik Indonesia) yang memperjuangkan hak-hak kaum perempuan baik diranah publik maupun ranah domestik. Selanjutnya ketika pada masa perang revolusi bergejolak, Supeni dan organisasi wanita yang menaunginya juga turut serta memperjuangkan Indonesia baik sebagai penyedia logistik, kesehatan bahkan hingga tampil di garis depan untuk mempertahankan keutuhan negara. Setelah perang revolusi berakhir, Supeni masuk menjadi anggota Partai Nasional Indonesia, baginya dengan berpolitik praktis maka perjuangan untuk membela kaumnya dapat lebih. Pada masa ini juga Supeni menunjukkan puncak karirnya dalam berpolitik berbagai posisi penting pernah disandangnya dan itu semua merupakan sebuah bukti bahwa kaum wanita juga dapat sukses berkarir di dunia publik yang waktu itu masih didominasi oleh laki-laki. Namun, kehidupan Supeni dalam bidang politik berubah drastis ketika memasuki periode tahun 1966-1970, eksistensinya mulai terpinggirkan akibat perbedaan pandangan dengan pemerintahan yang baru, garis politik serta perpecahan dalam partai. Supeni tidak lagi menduduki jabatan penting dalam tubuh pemerintahan, karena dianggap sebagai orang Sukarno. Memunculkan peran politik yang dilakukan Supeni dalam perjalanan sejarah nasional, semoga dapat menjadi sumbangsih bagi para pendidik untuk mengembangkan materi pembelajaran sejarah di sekolah serta sebagai masukan bagi Jurusan Pendidikan Sejarah untuk mengkaji lebih dalam mengenai sejarah perempuan.


(5)

ABSTRACT

This skripsi is titled "The Role of Political Supeni the Year 1945-1970". The problem is "Why is writing about Supeni role in the field of political organization in Indonesia is still low". This problem formulation is then poured into three research questions: 1) Is the underlying Supeni engage in political activity in Indonesia, 2) How Supeni involvement in a political organization, 3) What is the impact Supeni involvement in politics to political developments in Indonesia. The purpose of the research is to develop writing the history of women in Indonesia. The research method used is the historical method, using an interdisciplinary approach, while the study of literature, documentation studies and interviews as a research technique. Writing the history of women in Indonesia has not shown significant progress, both in terms of quantity, quality and point of women's involvement in writing the history of the women themselves. Women and men had fought together in the history of Indonesia, so they deserve to be placed in the same position and balanced, especially when presented in the literature of national history. Supeni attendance figures in the history of Indonesia and has contributed quite important for women's organizations, political parties to foreign policy. Supeni role Indonesia can be traced as new apart from the Japanese occupation in 1945, which is where the day-to-day excitement of Indonesia covered for freedom, various groups began to organize the independence and development, as well as the organization Supeni Kowani (Indonesian Women's Congress) and Perwari (Association of Women of the Republic of Indonesia) who fight for the rights of women, both public and domestic domain. Furthermore, when the revolutionary wartime turmoil, Supeni and organizations that shelter women fight for Indonesia also participated as both a provider of logistics, health and even to appear on the front lines to defend the integrity of the state. After the Revolutionary War ended, Supeni become a member of the Indonesian National Party, her political practice with the struggle for the defense of his nation can be better. At this time also Supeni shows peak of his career in politics had assumed important positions and it all is a proof that women can also be a successful career in public which was still dominated by men. However, Supeni life in politics changed drastically when entering the period of 1966-1970, began its existence marginalized due to differences with the new government, the political line and the split in the party. Supeni no longer occupy key positions in the government, because it is considered as Sukarno. Bring up the political role that made Supeni in the course of national history, may be a contribution for educators to develop learning materials in school history as well as an input for the Department of Education to explore the history of the history of women.


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ………. i

KATA PENGANTAR ………. ii

UCAPAN TERIMA KASIH ……….. iii

DAFTAR ISI ……… iv

DAFTAR GAMBAR……….………... vi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ………...….……...…1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian ..……….. 6

1.3 Tujuan Penelitian…..……… 7

1.4 Manfaat Penelitian.……… 7

1.5 Metode dan Teknik Penelitian………...……… 8

1.5.1 Metode Penelitian………...………... 8

1.5.2 Teknik Penelitian……….…..………. 10 1.6 Sistematika Penulisan ………. 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Peran Wanita dalam Panggung Sejarah Indonesia ………..… 15

2.2 Pergerakan Perempuan Pada Masa Revolusi Kemerdekaan ……... 21

2.3 Historiografi Tentang Wanita di Indonesia……….. 26

BAB III METODOLOGI DAN TEKNIK PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian……..………...………... 31

3.2 Teknik Penelitian………..………..…………. 33

3.3 Persiapan Penelitian ……… 35

3.3.1 Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian……… 35

3.3.2 Penyusunan Rancangan Penelitian………. 36

3.3.3 Mengurus Perizinan ………... 37

3.3.4 Menyiapkan Perlengkapan Penelitian ……… 37


(7)

3.4 Pelaksanaan Penelitian………..………... 38

3.4.1 Pengumpulan Sumber (Heuristik)………... 38

3.4.2 Kritik Sumber……….…..40

3.4.3 Interpretasi (Penafsiran Sumber ………. 43

3.4.4 Historiografi ...………...………. 44

BAB IV SUPENI DALAM PERJALANAN SEJARAH NASIONAL TAHUN 1945-1970 4.1 Latar Belakang Keterlibatan Supeni dalam Organisasi Politik di Indonesia ………. 47

4.2 Keterlibatan Supeni dalam Organisasi Politik …………... 51

4.2.1 Peran Supeni dalam Organisasi Perempuan ... 51

4.2.2 Peran Supeni dalam Partai Politik ... 59

4.2.3 Peran Supeni dalam Politik Luar Negeri ... 66

4.3 Dampak Keterlibatan Supeni dalam Politik Terhadap Perkembangan Politik di Indonesia ………... 77

4.3.1 Perkembangan Politik Tahun 1945-1965 ... 77

4.3.2 Perkembangan Politik Tahun 1966-1970 ... 82

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………..………….. 87

DAFTAR PUSTAKA ……….. 90

LAMPIRAN-LAMPIRAN TENTANG PENULIS


(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Supeni dan Perwari dalam Sebuah Demontrasi Menentang UU No. 19 Tentang Pensiun Untuk Para Janda ……… 55 Gambar 4.2 Supeni Berkampanye Bersama PNI Untuk Pemilu Tahun 1955... 63 Gambar 4.3 Supeni dalam Sidang Majelis Umum PBB di New York Perihal

Irian Barat ………. 70


(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH PENELITIAN

Sejarah panjang Indonesia tentunya tidak dapat dipisahkan dari keberadaan perempuan dan laki-laki, mereka bersama-sama berjuang untuk membangun Indonesia menuju titik kemajuan. Namun, ketika peran kaum perempuan dituliskan dalam sejarah hal itu ternyata berbeda, baik dari segi kuantitas maupun perhatian sejarawan untuk membahas mengenai sejarah perempuan. Hal inilah yang membuat penulisan sejarah perempuan di Indonesia masih tertinggal dari ilmu-ilmu sosial – terutama kajian tentang women studies (Kuntowijoyo, 2003: 113). Perbedaan tersebut bisa jadi dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik itu dari sejarawan maupun paradigma yang berkembang mengenai perempuan dan laki-laki.

Lebih jauh Siti Fatimah mengungkapkan beberapa alasan mengapa penulisan sejarah perempuan di Indonesia tergolong lambat apabila dibandingkan dengan ilmu sosial lainnya, seperti sosiologi. Pertama, adanya paradigma yang keliru tentang sejarah perempuan, banyak pendapat yang menganggap masalah perempuan itu ranah domestik. Sementara urusan keilmuan merupakan ranah publik yang identik dengan dunia pria. Kedua, dari segi metodologi yaitu adanya perspektif yang keliru tentang dunia perempuan berpengaruh kepada faktor lainnya yakni persoalan metodologi dan sumber. Oleh karena urusan perempuan dianggap prifat, sedangkan sebagian besar dokumen berurusan dengan ranah publik, maka tidak tertutup kemungkinan, perempuan luput dan terabaikan dari catatan sejarah (Fatimah, 2008: 385-386).

Posisi sejarah yang mengkaji perempuan khususnya di Indonesia, belum mendapatkan keberimbangan secara kuantitas maupun kualitas dibandingkan dengan penulisan sejarah Indonesia yang lebih fokus kepada laki-laki. Minimnya perhatian untuk memunculkan peran tokoh perempuan dalam sejarah Indonesia bukan karena keterbatasan, kemampuan atau perhatian, tetapi karena memang ada upaya sengaja untuk mengucilkan kaum perempuan (Ritzer dan Goodman, 2010:


(10)

404). Hal tersebut terlihat dari masih minimnya tulisan sejarah yang mengangkat tokoh-tokoh perempuan serta masih sedikitnya tulisan yang menggambarkan peran politik dari seorang tokoh perempuan.

Selain adanya upaya-upaya untuk mengesampingkan kaum perempuan, perlu diperhatikan juga dari berbagai judul karangan, judul seminar dan makalah, ketika membahas mengenai perempuan selalu memakai kata “peranan” sebagai tema pokoknya, seakan-akan perempuan hanya penyumbang terhadap jalannya sektor-sektor sosial dan ekonomi (Kuntowijoyo, 2003: 114). Padahal, tidak hanya dalam urusan dapur (domestik) saja perempuan mempunyai peran, perempuan pun mengambil bagian untuk berperang dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia serta mengisi ruang-ruang publik yang didominasi laki-laki. Keadaan tersebut dapat terjadi karena dari masing-masing individu perempuan maupun laki-laki.

Problematika perempuan untuk dihadirkan dalam tulisan sejarah tidak sepenuhnya luput dari perhatian para sejarawan. Karena sebenarnya sudah banyak tulisan sejarah dari perempuan yang dihadirkan, seperti tulisan tentang tokoh Ken Dedes, Tribhuwanatunggadewi, Sultanah Seri Ratu Alam Safiatun, R.A. Kartini, Dewi Sartika, Maria Walanda, Cut Nyak Din, Cut Mutia, Matha Christina Tiahahu, S.K. Trimurti, B.M. Diah, dan tokoh perempuan lainnya (Kuntowijoyo, 2003: 121; Winarti, 2007: 257). Walaupun begitu, terkadang masyarakat masih terpaku pada tokoh-tokoh yang sering diperbincangkan, diluar itu kita mengalami kesulitan untuk mengakses sumber-sumbernya.

Apa yang dialami kaum perempuan dalam tulisan sejarah di Indonesia ternyata sulit untuk dihindari dan harus disikapi secara kritis dengan analisis yang tajam, meskipun terkadang perempuan ditampilkan dalam sejarah namun tidak lebih sebagai “pelengkap” yang “dikonstruksikan” dalam budaya patriakhis yang selalu memihak laki-laki dan untuk kepentingan laki-laki. Kalau kita telaah perjalanan perempuan ketika Indonesia mengalami perang kemerdekaan, menempatkan sosok perempuan terlibat perannya hanya di dalam dapur umum saja (Fatimah, 2008: 384). Rupanya diskusi antara laki-laki dan perempuan, baik untuk menuntut persamaan hak maupun urusan lainnya sudah terlihat jauh


(11)

sebelumnya, seperti yang diungkapkan Ir. Sukarno dalam buku “Di Bawah Bendera Revolusi” bahwa :

“Kaum perempuan tidak tjukup dengan mengedjar dan mendapat persamaan hak dengan laki-laki sahadja. Kaum laki-laki boleh djadi pegawai paberik, berpolitik, mendjadi advocaat, mendjadi guru, mendjadi anggauta parlemen, kenapa kaum perempuan tidak” (1965: 246).

Keadaan yang dialami kaum perempuan dalam literatur sejarah rupanya juga terjadi dalam sosok Supeni. Hal ini terlihat dari masih sedikitnya tulisan sejarah untuk menampilkan peran Supeni dalam bidang politik, sedikitnya tulisan yang mengangkat peran Supeni dalam bidang politik bukan tanpa dasar dan alasan. “Sejak tahun 1997, lebih dari 1.700 buku sejarah Indonesia diterbitkan, dari sekian banyak itu hanya 2 persen saja yang membahas dan menyinggung masalah perempuan” (Fatimah, 2008: 387). Itu artinya, hanya sekitar 34 judul buku sejarah yang secara spesifik membahas perempuan, dan tidak lebih dari lima judul buku yang mengulas peran-peran Supeni, itupun dengan kadar pembahasan yang bervariasi.

Perhatian untuk menuliskan peranan Supeni rupanya tidaklah mudah, karena masih timbul perdebatan mengenai siapa yang berhak menuliskan sejarah perempuan. Akan tetapi, siapapun orangnya mempunyai hak untuk menulis sejarah perempuan dengan menitikberatkan akan keberadaan perempuan yang selanjutnya ditempatkan pada porsi yang wajar dalam perjalanan umat manusia (Winarti, 2007: 258). Maka dari itu, untuk mencapai keberimbangan dalam penulisan sejarah serta memunculkan peran-peran Supeni, dibutuhkan perhatian khusus baik oleh sejarawan laki-laki maupun sejarawan perempuan itu sendiri serta diperlukan upaya nyata untuk memunculkan kembali tokoh perempuan baik dari kalangan elite maupun dari kalangan biasa.

Sebagai catatan ketika Indonesia memasuki periode awal kemerdekaan tahun 1945, sosok Supeni berperan aktif disetiap perjalanan pergerakan organisasi perempuan Indonesia, dimana beliau menjadi Ketua Kongres Wanita Indonesia ke-IV yang diselenggarakan di Solo dari 26-28 Agustus 1948. Hasil dari kongres tersebut ialah dibentuknya badan untuk memeriksa pergantian undang-undang


(12)

perkawinan, mengatasi masalah yang berhubungan dengan permintaan atas perempuan pekerja, dan penelitian tentang kesehatan masyarakat. Selain itu, peserta kongres menyetujui dasar aktivitas organisasi mereka pada lima prinsip dasar Pancasila (Stuers, 2008: 177-178).

Perjuangan dan peran Supeni tidak berhenti sampai disitu, beliau kemudian menyelenggarakan kongres berikutnya pada 26 Agustus sampai 2 September 1949 di Yogyakarta, padahal beberapa bulan sebelumnya Yogyakarta mendapat serangan dari pasukan Belanda. Namun, Supeni dan organisasi perempuan yang menaunginya mampu melewati masa sulit, berlangsungnya konferensi tersebut terbilang sukses dengan dihadiri oleh berbagai delegasi organisasi perempuan dari dua wilayah yang bebas atau wilayah yang masih diduduki Belanda. Walaupun Supeni memberikan peran yang cukup besar dalam organisasi Kowani, namun ada hal yang menjadi pertanyaan besar dimana namanya tidak tercantum pada halaman “sejarah singkat” (brief history) dalam situs web milik Kowani (www.kowani.or.id), situs web tersebut pun tidak merinci kehidupan pergerakan kaum perempuan pada periode 1946-1950 (Tn. [online], 2004).

Selain perannya dalam Kowani, Supeni juga aktif dalam partai politik serta terlibat dalam persiapan untuk menyelenggarakan pemilihan umum pertama kalinya pada tanggal 29-30 September 1955. Supeni bersama Partai Nasional Indonesia aktif menyusun Rancangan Undang-Undang Pemilihan Umum dan setelah undang-undang disahkan, Supeni ditunjuk menjadi ketua Panitia Pemilihan Daerah Jakarta Raya dan sebagai ketua Badan Pekerja Panitia Aksi Pemilihan Umum PNI (Tista, 1989: 53). Pemilu pertama kali ini dianggap sebagai pemilihan umum yang paling jujur dan adil dalam sejarah pemilihan umum di Indonesia. Setelah pemilihan umum untuk DPR, disusul memilih anggota-anggota konstituante, dalam pemilihan ini Supeni terpilih sebagai anggota DPR dan Konstituante dari PNI (Richmanto [online], 2011). Tugas dari konstituante ialah menyusun konstitusi untuk Negara Republik Indonesia, UUD 1945 dan UUD Peralihan yang berlaku, Supeni sebagai anggota bersama-sama dengan dr. A.K.


(13)

Gani, Ki Mangunsarkoro, Subagio Reksodipuro dan Lukman Hakim (Tista, 1989: 55).

Antara tahun 1949 sampai tahun 1966, karir dan peran Supeni dalam bidang politik mengalami masa puncaknya. Sebagai catatan tahun 1960 Supeni diangkat menjadi Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk Pemerintahan Amerika Serikat walaupun pada akhirnya jabatan tersebut dibatalkan. Selanjutnya di tahun 1961, Supeni menjadi Duta Besar Keliling Republik Indonesia sekaligus Pembantu Menteri Luar Negeri Urusan PBB dan organisasi-organisasi internasional, Supeni ditugaskan Presiden Sukarno untuk menemui pimpinan negara-negara Non Blok guna mensukseskan jalannya Konferensi Tingkat Tinggi Non Blok di Beograd (Museum KAA [Brosur], 2011). Supeni juga memperjuangkan kembalinya Irian Barat ke pangkuan Indonesia melalui Konferensi Asia-Afrika tahun 1955 dan Sidang Umum DK PBB, berkat kegigihannya ia dijuluki “The Irian Lady” (Tn. [online], 2004; Tista, 1989: 138).

Memasuki tahun 1962, Presiden Sukarno menugaskan Menteri Luar Negeri Subandrio untuk mempersiapkan Konferensi Asia-Afrika yang ke II. Subandrio menyarankan Supeni yang mempersiapkannya karena pada saat itu Supeni berposisi sebagai Pembantu Menteri Luar Negeri urusan PBB dan organisasi-organisasi internasional. Akan tetapi, kenyataan lain harus ia terima, Subandrio mengatakan bahwa untuk mempersiapkan konferensi tersebut bukan tugas Supeni, melainkan wewenang Pembantu Menteri Luar Negeri urusan politik, Suwito Kusumo Widagdo (Tista, 1989: 213). Dan karena ada sesuatu hal pelaksanaan Konferensi Asia-Afrika ke-II yang sedianya dilaksanakan tahun 1965 di Aljazair mengalami penundaan.

Pada masa pemerintahan Presiden Sukarno pula banyak bermunculan organisasi perempuan dengan corak gerakannya yang masih khas. Akan tetapi, ketika memasuki penghujung pemerintahan Orde Lama, gerakan perempuan mengalami penghancuran secara ideologi dan politiknya sejak pecahnya Peristiwa 30 September 1965 melalui propaganda militer terhadap Gerwani yang dituduh membunuh enam jenderal dan seorang perwira menengah (Stuers, 2008: x).


(14)

Dalam hal ini Supeni juga mengalami perlakuan yang tidak menyenangkan melalui berbagai teror, karena beliau dianggap terlibat dalam peristiwa tersebut.

Memasuki masa transisi dari pemerintahan Orde Lama ke Orde Baru, gerakan perempuan mengalami titik lemah, begitu juga dengan Supeni. Perannya dalam politik dalam negeri mulai terpinggirkan ketika penghabisan pemerintahan Presiden Sukarno dan ketika memasuki awal tahun 1970, ditandai dengan konflik yang terjadi dalam tubuh partai serta karena Supeni dianggap sebagai orang yang dekat dengan pemerintahan sebelumnya. Walaupun begitu, karir politik Supeni sebenarnya belumlah selesai, namun memang semenjak berkuasanya Orde Baru dan perpecahan yang terjadi dalam tubuh Partai Nasional Indonesia membuatnya tidak lagi diperhitungkan dalam percaturan politik Indonesia. Supeni dipinggirkan oleh kekuatan mainstream PNI yang pro Orde Baru karena dianggap dekat dengan PNI Ali-Surahman yang Sukarnois dan kiri (Darmayana [online], 28 Februari 2012). Dinamika perjuangan dan peran Supeni dalam sejarah Indonesia, mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul “Peranan Supeni Dalam Bidang Politik Tahun 1945-1970”.

1.2 RUMUSAN MASALAH PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang disampaikan di atas, peneliti melihat ternyata masih sedikit tulisan sejarah yang menampilkan peran Supeni dalam organisasi politik di dalam perjalanan sejarah nasional pada kurun waktu tahun 1945-1970. Pembahasan dibagi ke dalam tiga rumusan pertanyaan penelitian yang saling berkaitan, penyusunan pertanyaan penelitian dimaksudkan untuk mengarahkan pembahasan dan proses penelitian yang dilakukan. Ketiga pertanyaan penelitian tersebut ialah:

1. Apakah yang Melatarbelakangi Supeni Terlibat dalam Kegiatan Politik Di Indonesia?

2. Bagaimana Keterlibatan Supeni dalam Kegiatan Organisasi Politik?

3. Bagaimana Dampak Keterlibatan Supeni dalam Politik Terhadap Perkembangan Politik di Indonesia?


(15)

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian merupakan gambaran hasil yang ingin dicapai peneliti setelah semua proses penelitian dilakukan, rumusan tujuan penelitian didasarkan atas pokok pikiran rumusan masalah yang dituangkan dalam bentuk pertanyaan penelitian, semua itu digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang sudah dirumuskan merupakan tujuan utama yang hendak dicapai oleh peneliti. Selain itu, ada beberapa tujuan umum dari penelitian yang telah peneliti tetapkan, yaitu :

1. Menganalisis perjalanan hidup dan awal keterlibatan Supeni dalam organisasi yang berbasis politik, baik itu organisasi perempuan maupun partai politik di Indonesia.

2. Menggambarkan peran-peran Supeni dalam organisasi perempuan baik Kowani maupun Perwari, digambarkan juga dinamika kehidupan organisasi perempuan yang terjadi pada saat itu.

3. Mendeskripsikan peran Supeni dalam tubuh partai politik, terutama pada Partai Nasional Indonesia serta peran lainnya seperti dalam politik internasional.

4. Mendeskripsikan dampak atau pengaruh politik bagi Indonesia yang terjadi akibat keterlibatan Supeni dalam bidang politik, terutama pada kurun waktu 1945-1965 dan tahun 1966-1970.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Penelitian mengenai tulisan sejarah yang mengangkat peran-peran Supeni dalam organisasi perempuan maupun partai politik yang tidak dapat dipisahkan dari perjalanan sejarah nasional terutama dalam kurun tahun 1945-1970, diharapkan bermanfaat dan dapat dikembangkan, antara lain:

1. Bagi peneliti, dapat menghasilkan karya ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan sebagai bentuk aplikasi pengalaman dan teori yang telah didapatkan selama mengikuti proses pendidikan di Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI.


(16)

2. Memberikan edukasi kepada masyarakat baik yang peduli dengan sejarah maupun masyarakat yang berminat pada ilmu dan peristiwa sejarah, bahwa masih banyak tokoh perempuan yang perlu digali dan dikembangkan kembali sehingga memiliki posisi yang sama dalam penulisan sejarah di Indonesia.

3. Menanamkan nilai-nilai sejarah kepada peserta didik dalam konteks membangun kesadaran sejarah yaitu dengan memunculkan kembali tokoh-tokoh perempuan di Indonesia yang masih atau belum diungkapkan secara utuh.

4. Memperluas kajian mengenai tokoh perempuan dalam sejarah di Indonesia, sehingga diharapkan diskusi mengenai perempuan di Indonesia semakin beragam.

5. Sebagai bahan pengembangan materi dan diskusi khususnya mengenai sejarah perempuan di Indonesia pada lingkungan Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI.

1.5 METODE DAN TEKNIK PENELITIAN 1.5.1 Metode Penelitian

Untuk menuju penelitian dan penulisan yang dapat dipertanggungjawabkan diperlukan suatu metode penelitian yang telah disepakati dan disesuaikan dengan jalur yang dipilih oleh peneliti, dalam hal ini metode penelitian yang digunakan peneliti ialah metode sejarah melalui pendekatan interdisipliner, hal ini dilakukan agar permasalahan terlihat secara menyeluruh dan utuh. Menurut Edson (Supardan, 2007: 306) metode historis ialah metode penelitian yang digunakan untuk “…menggambarkan permasalahan atau pertanyaan untuk diselidiki; mencari sumber tentang fakta historis; meringkas dan mengevaluasi sumber-sumber historis; dan menyajikan fakta-fakta yang bersangkutan dalam kerangka interpretatif”.

Lebih jauh Louis Gottschalk (1969: 32) mengungkapkan bahwa metode historis adalah proses pengujian dan analisis secara kritis terhadap rekaman serta


(17)

peninggalan masa lampau dan menuliskan hasilnya berdasarkan fakta yang telah diperoleh yang terdapat dalam historiografi.

Di sisi lain pendekatan interdisipliner merupakan pendekatan yang menggunakan disiplin ilmu sosial secara berimbang, tanpa ada yang dominan. Oleh karena itu, penelitian ini memerlukan alat bantu atau auxiliary sciences atau sister disciplines (Sjamsuddin, 2007: 240), yaitu sosiologi dan ilmu politik. Peranan ilmu bantu dalam penelitian ini, yaitu :

a. Sosiologi, konsep sosiologi digunakan untuk menjelaskan mengenai dinamika sosial. Penelitian ini menyoroti bagaimana pandangan kelompok gender terhadap kondisi Supeni yang teraleniasikan dalam penulisan sejarah di Indonesia dan organisasi perempuan yang dipimpinnya menghadapi masa perang kemerdekaan.

b. Politik, bahasan utama penelitian ini adalah mengenai perjuangan Supeni dalam kehidupan politik di Indonesia. Maka pendekatan politik harus digunakan untuk melihat kedudukan Supeni dalam politik di Indonesia, bagaimana peran Supeni terhadap perubahan politik Indonesia. Selain itu, partisipasi wanita dalam bidang politik merupakan konsep yang harus dianalisis sebagai pengembangan melihat kehidupan Supeni dalam bidang politik.

Sejarawan Kuntowijoyo (2005: 90) memperjelas mengenai penelitian sejarah yang mempunyai lima tahap, yaitu: pemilihan topik, pengumpulan sumber, verifikasi (kritik sejarah dan keabsahan sumber), interpretasi: analisis dan sintesis, dan yang terakhir ialah historiografi. Adapun langkah-langkah penelitian ini mengacu pada proses metodologi penelitian sejarah, yang mengandung empat langkah penting.

a. Heuristik, merupakan sebuah kegiatan mencari sumber-sumber untuk mendapatkan data-data, atau mencari materi sejarah atau evidensi sejarah (Sjamsuddin, 2007: 86). Dalam proses mencari sumber-sumber ini, peneliti mengunjungi beberapa perpustakaan, seperti Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia Jln. Dr. Setiabudhi No. 229, Perpustakaan Fakultas Sastra Universitas Padjajaran Jln. Raya


(18)

Bandung-Sumedang Km. 21. Selain itu, peneliti juga mencari di toko buku, browsing internet serta berusaha mencari tulisan-tulisan yang sejaman dalam surat kabar dan berkaitan dengan inti bahasan penelitian.

b. Kritik, sumber-sumber sejarah yang ditemukan diteliti lebih lanjut baik itu konten tulisan maupun bentuknya yaitu dilakukannya kritik internal dan eksternal. Kritik internal dilakukan peneliti untuk melihat kelayakan konten dari sumber-sumber yang telah didapatkan untuk selanjutnya dijadikan bahan untuk penelitian dan penulisan skripsi.

c. Interpretasi, peneliti memberikan penafsiran terhadap sumber-sumber yang telah dikumpulkan selama penelitian berlangsung. Dalam tahap ini, peneliti membuat deskripsi, analisis kritis serta pemilihan fakta-fakta. Kegiatan penafsiran dilakukan dengan jalan menafsirkan fakta dan data dengan konsep dan teori yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Peneliti juga memberikan makna terhadap fakta dan data kemudian disusun, ditafsirkan dan dikorelasikan satu dengan lainnya.

Fakta dan data yang telah diseleksi dan ditafsirkan menjadi ide pokok sebagai kerangka dasar penelitian, dalam kegiatan ini peneliti memberikan penekanan penafsiran terhadap fakta dan data yang diperoleh dari sumber-sumber primer dan sekunder yang berkaitan dengan penulisan sejarah wanita tentang tokoh Supeni setelah kemerdekaan hingga pada awal Orde Baru.

d. Historiografi, merupakan langkah terakhir dalam penelitian. Dalam kegiatan ini peneliti menyajikan hasil temuan pada tahapan heuristik, kritik, dan interpretasi yang dilakukan sebelumnya dengan cara menyusunnya menjadi sebuah tulisan yang jelas dalam bahasa yang mudah dimengerti dan menggunakan kaidah-kaidah ilmiah serta kaidah penulisan yang baik dan benar dalam bentuk skripsi.

1.5.2 Teknik Penelitian

Teknik penelitian yang digunakan penulis selama proses penelitian yaitu studi literatur, studi dokumentasi dan wawancara. Teknik tersebut digunakan


(19)

dalam upaya mengumpulkan informasi berkaitan dengan masalah penelitian yang dikaji, teknik tersebut ialah :

a. Studi literatur, teknik ini dilakukan dengan mengumpulkan sumber-sumber berupa buku yang relevan dengan permasalahan. Berkaitan dengan ini penulis melakukan kunjungan pada berbagai perpustakaan. Termasuk mengumpulkan buku-buku sosiologi dan politik berkaitan dengan tema yang dikaji.

b. Studi dokumentasi, teknik ini dilakukan dengan mengumpulkan artikel dan arsip-arsip. Peneliti berkunjung pula pada instansi-instansi pemerintah yang memiliki arsip dengan masalah penelitian yang dikaji, seperti Arsip Nasional, Sekretariat PNI Marhaenisme, dan Sekretariat KOWANI.

c. Wawancara, penggunaan wawancara dilakukan untuk mengumpulkan berbagai informasi perihal perjalanan kehidupan seorang Supeni dan peranannya dalam dunia politik di Indonesia, sedikitnya tulisan sejarah tentang peranan Supeni serta informasi mengenai kehidupan organisasi wanita yang dipimpin oleh Supeni.

1.6 SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan merupakan sebuah gambaran secara menyeluruh mengenai penelitian yang dilakukan dari tahap awal sampai pada proses penulisannya. Data atau hasil yang didapatkan melalui proses observasi, telaah pustaka, studi dokumentasi, dan wawancara selanjutnya dikumpulkan kemudian diolah menjadi sebuah laporan dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Merupakan bagian awal penulisan mengenai Supeni, didalamnya diuraikan latar belakang masalah penelitian yang diangkat oleh peneliti dilihat dari kesenjangan yang nampak dari sebuah realita yang ada dengan kondisi yang ideal dari masalah tersebut sehingga dengan begitu terlihat alasan mengapa persoalan penting untuk diangkat. Selain dari latar belakang masalah penelitian, pada bagian ini juga terdapat rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian yang hendak dicapai oleh peneliti, manfaat penelitian yang diharapkan oleh peneliti


(20)

dengan dilakukannya penelitian ini, metode penelitian dan teknik pengumpulan data serta sistematika dari penulisan juga dimuat pada bab pendahuluan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Kajian Pustaka berisi mengenai penggunaan konsep atau teori serta referensi yang digunakan peneliti untuk menjelaskan berbagai permasalahan yang diangkat. Pertama mengenai peran-peran wanita dalam panggung sejarah Indonesia sebagai gambaran bahwa wanita sejak dahulu sudah ikut berperan aktif dalam berbagai bidang. Kedua mengenai pergerakan perempuan pada masa revolusi kemerdekaan Indonesia, pembahasan ini sebagai gambaran kegiatan perempuan pada masa-masa sulit pasca kemerdekaan terutama kurun waktu 1945-1950. Ketiga berisi kajian wanita dalam historiografi Indonesia, kajian ini melihat bagaimana posisi wanita dalam literatur sejarah yang diterbitkan serta bagaimana perempuan ditampilkan dalam sejarah.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini dipaparkan metode penelitian yang digunakan peneliti dalam menelusuri berbagai data, mengumpulkan data atau heuristik yang kemudian verifikasi dimana dilakukan sebuah kritik baik kritik internal maupun kritik eksternal sesuai dengan kebutuhan dan disesuaikan dengan berbagai pertimbangan. Selanjutnya dilakukan sebuah analisis kritik atau diinterpretasikan yang kemudian diolah menjadi sebuah laporan penelitian atau penulisan sejarah yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah yang berlaku.

BAB IV SUPENI DALAM PERJALANAN SEJARAH NASIONAL TAHUN 1945-1970

Diuraikan mengenai hasil temuan peneliti tentang permasalahan yang diangkat, data-data yang ditemukan tersebut harus melewati proses berpikir yang cermat dengan dilakukannya proses kritik internal, kemudian temuan tersebut dianalisis oleh peneliti. Penjelasan yang disampaikan pada bab ini merupakan jawaban dari permasalahan penelitian yang diangkat.


(21)

BAB V KESIMPULAN

Bab terakhir ini berisikan intisari pemikiran yang diberikan peneliti terhadap keseluruhan deskripsi isi tulisan, saran-saran peneliti yang ditemukan selama proses penelitian maupun proses historiografi. Memuat juga saran dan rekomendasi dari peneliti kepada berbagai pihak yang terkait dan memiliki kepentingan terhadap hasil penelitian ini.


(22)

BAB III

METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

3.1 METODE PENELITIAN

Pada bab ini diuraikan mengenai metode serta teknik penelitian yang digunakan peneliti untuk mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan skripsi berjudul Peranan Supeni Dalam Bidang Politik Tahun 1945-1970. Metode yang digunakan untuk mengkaji penelitian yaitu dengan menggunakan metode historis dibantu dengan studi dokumentasi, studi literatur dan wawancara sebagai teknik penelitiannya. Metode sejarah digunakan untuk menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau (Gottschlak, 1986: 32). Pendapat lainnya mengenai metode sejarah ialah dari Sjamsuddin (1996: 63) bahwa metode sejarah ialah proses pengkajian, penjelasan, penganalisaan secara kritis terhadap rekaman serta peninggalan masa lampau.

Lebih lanjut mengenai penggunaan metode historis dalam suatu penelitian dikemukakan oleh Edson (Supardan, 2007: 306), bahwa :

“Metode historis menggambarkan permasalahan atau pertanyaan untuk diselidiki; mencari sumber tentang fakta historis; meringkas dan mengevaluasi sumber-sumber historis; dan menyajikan fakta-fakta yang bersangkutan dalam suatu kerangka interpretatif”.

Metode historis merupakan cara untuk mengkaji suatu peristiwa, tokoh atau permasalahan yang dianggap layak dan penting yang terjadi pada masa lampau secara deskriptif, kritis dan analitis. Penulisan sejarah tidak hanya mengungkapkan peristiwa secara kronologis, lebih dari itu perlu adanya kajian dan analisis tajam yang didukung dengan teori yang relevan. Menurut Kuntowijoyo (2005: 90) penelitian sejarah mempunyai lima tahap, yaitu: pemilihan topik, pengumpulan sumber, verifikasi (kritik sejarah dan keabsahan sumber), interpretasi: analisis dan sintesis, dan yang terakhir ialah historiografi. Adapun langkah-langkah penelitian ini mengacu pada proses metodologi penelitian sejarah yang mengandung empat langkah penting, yaitu :


(23)

a. Heuristik, merupakan sebuah kegiatan mencari sumber-sumber untuk mendapatkan data-data, atau mencari materi sejarah atau evidensi sejarah (Sjamsuddin, 2007: 86). Tentunya sumber sejarah yang relevan dengan permasalahan penelitian, dimana nantinya sumber yang ditemukan dapat menceritakan kepada kita baik secara langsung maupun tidak langsung terkait aktivitas manusia pada periode yang telah lalu. Dalam proses mencari sumber-sumber ini, peneliti mengunjungi berbagai perpustakaan, berbagai toko buku, browsing internet serta berusaha mencari tulisan-tulisan yang sejaman dalam surat kabar dan berkaitan dengan inti bahasan penelitian.

b. Kritik, sumber-sumber sejarah yang ditemukan diteliti lebih lanjut baik itu konten tulisan maupun bentuknya yaitu dilakukannya kritik internal dan eksternal. Kritik internal dilakukan peneliti untuk melihat kelayakan konten dari sumber-sumber yang telah didapatkan untuk selanjutnya dijadikan bahan untuk penelitian dan penulisan skripsi. Sedangkan kritik eksternal digunakan untuk melihat sumber-sumber yang ditemukan bukan dari kontennya. Akan tetapi, apakah sumber tersebut merupakan sumber yang sejaman atau sumber primer, dilihat dari tahun pembuatannya. c. Interpretasi, peneliti memberikan penafsiran terhadap sumber-sumber

yang telah dikumpulkan selama penelitian berlangsung. Dalam tahap ini, peneliti membuat deskripsi, analisis kritis serta pemilihan fakta-fakta. Kegiatan penafsiran dilakukan dengan jalan menafsirkan fakta dan data dengan konsep dan teori yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Peneliti juga memberikan makna terhadap fakta dan data kemudian disusun, ditafsirkan, dan dikorelasikan satu dengan lainnya.

Fakta dan data yang telah diseleksi dan ditafsirkan menjadi ide pokok sebagai kerangka dasar penelitian, dalam kegiatan ini peneliti memberikan penekanan penafsiran terhadap fakta dan data yang diperoleh dari sumber-sumber primer dan sekunder yang berkaitan dengan penulisan sejarah wanita tentang tokoh Supeni setelah kemerdekaan hingga awal Orde Baru.


(24)

d. Historiografi, merupakan langkah terakhir dalam penelitian. Dalam kegiatan ini peneliti menyajikan hasil temuan pada tahapan heuristik, kritik, dan interpretasi yang dilakukan sebelumnya dengan cara menyusunnya menjadi sebuah tulisan yang jelas dalam bahasa yang mudah dimengerti dan menggunakan kaidah-kaidah ilmiah serta kaidah penulisan yang baik dan benar.

Penggunaan metode historis dalam penelitian didukung juga dengan penggunaan pendekatan interdisipliner, hal ini sebagai alat bantu dalam menganalisis suatu permasalahan. Pendekatan interdisipliner adalah pendekatan yang menggunakan disiplin ilmu sosial secara berimbang, tanpa ada yang dominan. Oleh karena itu, penelitian ini memerlukan alat bantu atau auxiliary sciences atau sister disciplines (Sjamsuddin, 2007: 240), yaitu sosiologi dan ilmu politik. Peranan ilmu bantu dalam penelitian ini, yaitu :

a. Sosiologi, konsep sosiologi digunakan untuk menjelaskan mengenai dinamika sosial. Penelitian ini menyoroti bagaimana pandangan gender terhadap kondisi Supeni yang teraleniasikan dalam penulisan sejarah di Indonesia dan organisasi perempuan yang dipimpinnya menghadapi masa perang kemerdekaan.

b. Politik, bahasan utama penelitian ini adalah mengenai perjuangan Supeni dalam kehidupan politik di Indonesia. Maka kacamata politik harus digunakan untuk melihat kedudukan Supeni dalam politik di Indonesia, bagaimana peran Supeni terhadap perubahan politik Indonesia. Selain itu, partisipasi wanita dalam bidang politik merupakan konsep yang harus dianalisis sebagai pengembangan melihat kehidupan Supeni dalam bidang politik.

3.2 TEKNIK PENELITIAN

Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia definisi teknik penelitian yaitu

“cara untuk melakukan suatu pemeriksaan yang teliti, penyelidikan, kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan objektif untuk memecahkan persoalan atau menguji suatu hipotesis


(25)

untuk mengembangkan prinsip-prinsip umum” (Kamisa, 1997: 532 dan 536). Sedangkan teknik penelitian yang digunakan peneliti selama proses penelitian yaitu studi literatur, studi dokumentasi dan wawancara. Teknik tersebut digunakan dalam upaya mengumpulkan informasi berkaitan dengan masalah penelitian yang dikaji, teknik tersebut ialah :

a. Studi literatur, teknik ini dilakukan dengan mengumpulkan sumber-sumber berupa buku yang relevan dengan permasalahan. Berkaitan dengan ini penulis melakukan kunjungan pada berbagai perpustakaan. Termasuk mengumpulkan buku-buku sejarah (sejarah wanita, historiografi, tokoh Supeni), sosiologi (gender), politik (partisipasi wanita dalam bidang politik), jurnal serta berbagai artikel baik pada media cetak maupun online. Semuanya itu harus berkaitan dengan tema yang dikaji.

b. Studi dokumentasi, teknik ini dilakukan dengan mengumpulkan artikel dan arsip-arsip. Peneliti berkunjung pula pada instansi-instansi pemerintah yang memiliki arsip dengan masalah penelitian yang dikaji, seperti Sekretariat Partai Nasional Indonesia-Supeni, Sekretariat Kowani, dan Arsip Nasional.

c. Wawancara, penggunaan wawancara dilakukan untuk mengumpulkan berbagai informasi perihal perjalanan kehidupan seorang Supeni dan peranannya dalam bidang politik di Indonesia, penulisan sejarah perempuan yang masih tertinggal seperti yang dialami Supeni serta informasi mengenai kehidupan organisasi wanita yang dipimpin oleh Supeni.

Untuk melakukan sebuah proses penelitian yang nantinya dapat dipertanggungjawabkan, peneliti menggunakan beberapa langkah penting yang harus ditempuh dalam penelitian sejarah, yaitu :

a. Memilih sebuah topik yang sesuai;

b. Mengusut semua evidensi yang relevan dengan topik penelitian yang diangkat;

c. Membuat catatan tentang apa saja yang dianggap penting dan relevan dengan topik yang ditemukan ketika proses penelitian berlangsung;


(26)

d. Mengevaluasi secara kritis semua evidensi yang telah dikumpulkan dalam hal ini dilakukan sebuah kritik terhadap sumber;

e. Menyusun hasil-hasil penelitian menjadi sebuah pola yang benar sejalan dengan sistematika yang berlaku dan telah dipersiapkan sebelumnya; f. Menyajikan hasil penelitian menjadi sebuah gambaran yang dapat menarik

dan mengkomunikasikannya kepada para pembaca sehingga dapat dimengerti sejelas mungkin (Sjamsuddin, 1996: 69).

Dalam penelitian skripsi ini, peneliti berusaha menjabarkan langkah-langkah penelitian dengan menggunakan metode historis tersebut menjadi tiga bagian, yaitu persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian, dan penulisan laporan penelitian.

3.3 PERSIAPAN PENELITIAN

Pada tahap ini ada beberapa hal yang dilakukan dalam penyusunan penulisan penelitian. Pertama ialah setelah peneliti membaca berbagai literatur, peneliti memilih dan menentukan topik penelitian yang akan dikaji. Peneliti mencari berbagai sumber tertulis yang relevan dan mempunyai korelasi dengan permasalahan yang dikaji, baik dari buku, artikel, makalah, jurnal dan hasil karya ilmiah lainnya. Selanjutnya topik tersebut diajukan kepada Tim Pertimbangan Penulisan Skripsi Jurusan Pendidikan Sejarah (TPPS). Adapun berbagai persiapan penelitian terdiri dari beberapa langkah-langkah yang harus dilakukan, yaitu :

3.3.1 Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian

Tahap pertama yang dilakukan peneliti dalam menentukan dan memilih tema penelitian yaitu dengan membaca beberapa buku yang terdapat pada perpustakaan serta brosur tentang ulang tahun Museum Konperensi Asia Afrika yang didalamnya sedikit memuat catatan mengenai Duta Besar Keliling Supeni, lalu disusunlah menjadi sebuah judul penelitian yaitu Supeni Dari Pemerintahan Sukarno hingga Era Pemerintahan Soeharto Tahun 1945-1970. Selanjutnya pada bulan Juni 2012 topik penelitian yang telah dipilih kemudian diajukan kepada Tim Pertimbangan Penulisan Skripsi (TPPS) Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI Bandung. Langkah selanjutnya ialah melakukan pra penelitian dan menyusun


(27)

suatu rancangan penelitian berupa proposal skripsi untuk selanjutnya di seminarkan.

3.3.2 Penyusunan Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian merupakan kerangka dasar yang dijadikan acuan dalam penyusunan laporan penelitian, terlebih dahulu peneliti membaca beberapa buku yang berkaitan dengan permasalahan yang hendak dikaji. Setelah sumber buku telah diperoleh untuk selanjutnya digunakan dalam membuat rancangan penelitian berupa proposal skripsi, proposal skripsi yang disusun mengikuti kaidah-kaidah yang telah ditetapkan oleh bagian akademik Jurusan Pendidikan Sejarah maupun Universitas Pendidikan Indonesia, terdiri dari :

a. Judul penelitian,

b. Latar belakang masalah penelitian (kesenjangan antara idealita dan realita dalam bentuk deskriptif),

c. Rumusan masalah penelitian serta batasan masalah, d. Tujuan penelitian,

e. Manfaat penelitian,

f. Kajian pustaka, merupakan penggunaan teori serta kajian terhadap buku yang digunakan dalam penelitian,

g. Metode dan teknik penelitian, h. Sistematika penulisan,

i. Daftar pustaka.

Proposal penelitian yang telah disusun kemudian diajukan kepada Tim Pertimbangan Penulisan Skripsi Jurusan Pendidikan Sejarah. Setelah dikonsultasikan dan ada beberapa perbaikan baik judul maupun isinya, judul awal yang diajukan ialah Supeni dari Pemerintahan Sukarno hingga Era Pemerintahan Soeharto Tahun 1945-1970. Selanjutnya judul tersebut diseminarkan pada tanggal 22 Juni 2012 yang dihadiri oleh TPPS dan calon pembimbing skripsi untuk didiskusikan apakah rancangan tersebut dapat dilanjutkan atau tidak dan apakah calon pembimbing yang diajukan bersedia atau tidak untuk menjadi pembimbing.

Ketika judul tersebut diseminarkan, peneliti mendapatkan banyak masukan yang sangat berharga baik dari TPPS maupun calon dosen pembimbing skripsi,


(28)

yaitu dalam judul, latar belakang masalah, serta rumusan masalah harus dikaji ulang dan harus dilakukan revisi proposal. Setelah judul proposal penelitian disetujui, pada tanggal 29 Juni 2012 dikeluarkanlah Surat Keputusan untuk judul Supeni: Dari Awal Kemerdekaan Hingga Awal Orde Baru dengan nomor 032/TPPS/JPS/PEM/2012 yang diketahui oleh Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS Bandung yang sekaligus menunjuk Dosen Pembimbing I dan Dosen Pembimbing II.

3.3.3 Mengurus Perizinan

Untuk kelancaran penelitian seperti pencarian sumber-sumber sejarah yang relevan dengan topik penelitian, peneliti membutuhkan kelengkapan administrasi berupa surat pengantar keterangan penelitian. Surat tersebut ditujukan kepada pihak-pihak yang bersangkutan dengan penelitian, surat keterangan tersebut ditandatangani oleh Pembantu Dekan I FPIPS UPI.

3.3.4 Menyiapkan Perlengkapan Penelitian

Perlengkapan penelitian merupakan salah satu aspek yang penting untuk kelancaran proses penelitian. Agar mendapatkan hasil penelitian yang diharapkan, perlengkapan penelitian ini harus dipersiapkan dengan baik. Adapun perlengkapan yang dibutuhkan selama penelitian, diantaranya :

1. Surat perijinan,

2. Instrumen wawancara, 3. Alat perekam,

4. dan kamera,

3.3.5 Proses Bimbingan

Dalam penelitian skripsi memuat berbagai aturan, salah satunya yaitu mengatur mengenai langkah-langkah ketika melakukan proses penelitian. Adapun terkait teknik dan waktu bimbingan antara peneliti dengan Dosen Pembimbing I Drs. Andi Suwirta, M.Hum. dan Dosen Pembimbing II Farida Sarimaya, S.Pd.,M.Si. diatur berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak yaitu antara peneliti dan dosen pembimbing.

Untuk proses bimbingan dalam penelitian ini dimulai pada awal bulan Juli 2012, untuk pembimbing I memasuki bab 1 dengan berbagai perbaikan baik judul,


(29)

latar belakang, rumusan masalah serta bagian lainnya. Sedangkan dengan pembimbing II merupakan revisi dari proposal penelitian yang telah diseminarkan sebelumnya. Setiap hasil penelitian dan penulisan diajukan kepada dosen pembimbing untuk diberikan masukan terkait hasil temuan-temuan dalam penelitian, dalam setiap bimbingan semuanya tercatat dalam lembar frekuensi bimbingan skripsi. Fungsi lain dari adanya bimbingan ialah untuk memberikan pengarahan dalam proses penyusunan skripsi, saran dan kritik kepada peneliti. Seperti pada tanggal 1 Oktober 2012 terjadi sedikit perubahan judul menjadi Supeni Dari Awal Kemerdekaan Hingga Awal Orde Baru Tahun 1945-1970.

Proses bimbingan dilakukan secara bertahap, berkelanjutan serta sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan, pada setiap pertemuan bimbingan membahas satu atau dua bab yang diajukan. Bimbingan dilakukan berkelanjutan mulai dari BAB I, BAB II, BAB, III, BAB IV dan BAB V, dengan demikian akan terlihat kesinambungan dalam penulisan skripsi yang baik berdasarkan komunikasi dan diskusi antara peneliti dengan dosen pembimbing berkaitan dengan penelitian serta penulisan skripsi, tentunya setelah dilakukan berbagai perbaikan setelah diadakannya bimbingan.

3.4 PELAKSANAAN PENELITIAN

Pelaksanaan penelitian merupakan salah satu tahapan penting dari sebuah proses penelitian. Dalam tahapan ini, terdapat serangkaian langkah-langkah yang harus dilakukan berdasarkan metode historis, yaitu heuristik, kritik (internal dan eksternal) dan interpretasi. Adapun uraian dari ketiga tahap tersebut ialah sebagai berikut :

3.4.1 Pengumpulan Sumber (Heuristik)

Pengumpulan sumber atau heuristik merupakan langkah awal yang dilakukan peneliti, dalam upaya mencari, menemukan dan mengumpulkan bahan-bahan dari berbagai sumber informasi yang diperlukan dari sumber-sumber sejarah. Kegiatan peneliti untuk mencari, menemukan, dan mengumpulkan sumber-sumber sejarah dalam penelitian ini dengan menggunakan literatur (sumber tertulis). Pada tahap ini, peneliti mencari dan mengumpulkan sumber


(30)

tertulis berupa surat kabar, majalah, artikel, makalah, jurnal, dokumen serta buku-buku yang berkaitan dengan penelitian skripsi yang berjudul Supeni: Dari Awal Kemerdekaan Hingga Awal Orde Baru Tahun 1945-1970.

Peneliti menggunakan teknik studi kepustakaan, studi dokumentasi dan wawancara. Studi kepustakaan merupakan kegiatan untuk meneliti dan mempelajari buku-buku serta berbagai tulisan penelitian yang berhubungan dan relevan dengan permasalahan penelitian. Studi dokumentasi merupakan kegiatan untuk mempelajari dokumen-dokumen atau sumber tertulis lainnya yang berhubungan dengan topik yang dikaji. Sedangkan, wawancara merupakan sebuah kegiatan penelitian untuk mencari informasi dari berbagai tokoh yang terkait dengan topik melalui instrumen wawancara yang sudah dipersiapkan.

Dalam teknik studi kepustakaan peneliti menggunakan buku-buku yang berhubungan dan relevan dengan permasalahan penelitian, seperti Mansour Fakih (1996), Sarah Gamble (2010), Sri S. Sasongko (2009), Esplen dan Jolly (2006), George Ritzer dan Douglas J. Goodman (2010), Dadang Supardan (2007), Helius Sjamsuddin (1996; 2007), Kuntowijoyo (2005), Djoko Marihandono (2008), Paul Tista (1989), Tineke Hellwig (2007), Henk S. Nordholt, Bambang Purwanto dan Ratna Saptari (2008), A.K. Pringgodigdo (1960), Anthony Reid (2011), Cora Vreede-De Stuers (2008), Maria Ulfa Subadio dan T.O. Ihromi (1983), Agus Mulyana dan Restu Gunawan (2007).

Proses pencarian sumber-sumber tersebut dilakukan dengan cara mengunjungi beberapa perpustakaan yang terdapat di Bandung dan Jakarta, seperti Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia Jln. Dr. Setiabudhi No. 229 sejak bulan Juni 2012, Perpustakaan Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI, Perpustakaan Fakultas Sastra Universitas Padjajaran Jln. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 pada bulan Juli 2012, Perpustakaan Batu Api di Bandung-Sumedang pada bulan Juli dan Desember 2012, Perpustakaan Museum Konperensi Asia-Afrika pada bulan Juli-Agustus 2012, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Jln. Salemba Raya No. 28 A, Arsip Nasional, Sekretariat KOWANI dan Sekretariat DPP PNI Marhaenisme. Peneliti juga mencari dan membeli beberapa buku baik secara online maupun yang terdapat di beberapa toko buku seperti toko


(31)

buku Toga Mas, toko buku Gramedia, toko buku Palasari. Selain dari pencarian buku, peneliti juga berusaha untuk mencari dan mempelajari surat kabar yang sejaman dengan inti permasalahan penelitian, artikel yang terdapat dalam berbagai situs internet serta berbagai terbitan jurnal.

Teknik wawancara merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menggali berbagai informasi yang lengkap, akurat dan adil. Wawancara adalah kegiatan tanya jawab dengan seseorang untuk mendapatkan keterangan atau pendapatnya tentang suatu masalah. Adapun langkah-langkah dalam melakukan kegiatan wawancara, diantaranya ialah :

a. Menentukan narasumber atau tokoh yang hendak diwawancara,

b. Mempersiapkan daftar pertanyaan yang hendak ditanyakan kepada narasumber,

c. Memperhitungkan aksesbilitas atau kemudahan untuk dapat mewawancara orang,

d. Orang yang hendak diwawancara harus benar-benar mengetahui permasalahan yang sedang dikaji,

e. Mengatur waktu dan tempat wawancara, f. Pelaksanaan wawancara.

3.4.2 Kritik Sumber

Setelah berbagai sumber berhasil dikumpulkan, peneliti tidak langsung menerima dengan begitu mudahnya apa yang tercantum dan tertulis pada sumber-sumber tersebut. Tahapan ini lebih dikenal sebagai proses kritik sumber-sumber, yang merupakan proses analisis terhadap sumber-sumber yang telah diperoleh apakah relevan dengan masalah, baik sumber tulisan maupun lisan. Tujuan dilakukannya kritik sumber lebih kepada upaya memilah sumber-sumber yang diperoleh sehingga didapatkan evidensi yang sesuai dengan masalah. Proses kegiatan kritik sumber yang dilakukan penelitik sesuai dalam proses penelitian sejarah yaitu kritik internal dan kritik eksternal, yaitu :

Kritik internal merupakan kegiatan untuk meneliti aspek konten dengan mengadakan evaluasi terhadap kesaksian atau isi tulisan dan membuat keputusan apakah kesaksian dan isi tulisan tersebut dapat digunakan. Kritik internal terhadap


(32)

sumber literatur, yaitu penulis membaca isi sumber kemudian membandingkan dengan sumber lain yang mempunyai tema sama, dari kegiatan ini peneliti menemukan fakta terkait minimnya tulisan sejarah perempuan di Indonesia, sedikitnya kuantitas tulisan yang mengangkat peran politik Supeni dan pandangan kelompok gender terhadap penulisan sejarah perempuan.

1. Kritik terhadap sumber literatur

Maka dari keseluruhan sumber yang dipakai dilihat dari ruang lingkup dan pokok bahasan, oleh karenanya peneliti membedakannya dalam empat bagian, yaitu :

a. Tulisan yang membahas mengenai teori gender seperti buku yang ditulis oleh Sue Thornham (2010), Esplen dan Jolly (2006), Mansour Fakih (1996), Sarah Gamble (2010), Sri S. Sasongko (2009), George Ritzer dan Douglas J. Goodman (2010).

b. Tulisan yang mengkaji peran perempuan dalam panggung sejarah Indonesia seperti buku karya Tineke Hellwig (2007), A.K. Pringgodigdo (1960), Anthony Reid (2011), Cora Vreede-De Stuers (2008), Maria Ulfa Subadio dan T.O. Ihromi (1983).

c. Tulisan yang membahas historiografi tentang wanita di Indonesia, oleh Djoko Marihandono (2008), Kuntowijoyo (2005), Siti Fatimah (2008), Susanto Zuhdi (2008), Henk S. Nordholt, Bambang Purwanto dan Ratna Saptari (2008).

d. Tulisan lainnya yang relevan dengan permasalahan penelitian seperti buku yang ditulis oleh Dadang Supardan (2007), Asvi Warman Adam (2010), Helius Sjamsuddin (1996; 2007).

Sedangkan kalau ditinjau dari pihak yang menerbitkan dan asal-usul penulis, maka peneliti membagi menjadi beberapa bagian, yaitu : a. Penulis yang berasal dari kalangan sejarawan ataupun ahli politik,

antara lain A.K. Pringgodigdo, Asvi Warman Adam, Kuntowijoyo, Helius Sjamsuddin, Anthony Reid, Siti Fatimah, Henk S. Nordholt, Bambang Purwanto, Ratna Saptari, Cora Vreede-De Stuers, Susanto Zuhdi dan Tineke Hellwig.


(33)

b. Penulis yang berasal dari kalangan sosiolog Sue Thornham, E. Esplen, S. Jolly, Fakih Mansour, Sarah Gamble, George Ritzer, Douglas J. Goodman,

c. Para penulis umum seperti Sri S. Sasongko, Maria Ulfa Subadio, T.O. Ihromi serta Dadang Supardan.

Pengklasifikasian tersebut dilakukan agar diperoleh sumber-sumber literatur yang dapat diandalkan dan dipertanggungjawabkan. Dengan demikian, sumber yang diperoleh akan memiliki tingkat kredibilitas yang tinggi untuk digunakan dalam penelitian.

2. Kritik terhadap sumber lisan (oral history)

Kritik internal terhadap sumber lisan, peneliti lakukan kegiatan komparasi antara hasil wawancara narasumber pertama, narasumber kedua, dan narasumber ketiga. Tindakan ini bertujuan untuk memperoleh kesamaan atau kecocokan dari fakta yang ada untuk meminimalisir subjektivitas dari orang yang dijadikan narasumber, dilakukan juga proses perbandingan antara sumber lisan dengan sumber literatur guna memilah data dan fakta yang berasal dari sumber sekunder.

Menurut Lucey (Sjamsuddin, 2007: 133) sebelum sumber-sumber sejarah dari proses wawancara dapat digunakan dengan aman, paling tidak ada lima bentuk pertanyaan dasar yang harus dijawab secara memuaskan, yaitu :

a. Siapa yang mengatakan itu?

b. Apakah dengan satu atau cara lain kesaksian itu telah diubah?

c. Apa sebenarnya yang dimaksud oleh orang itu dengan kesaksiannya itu?

d. Apakah yang memberikan kesaksiannya itu seorang saksi mata (witness) yang kompeten, apakah ia mengetahui fakta itu?

e. Apakah saksi itu mengatakan yang sebenarnya (truth) dan memberikan kepada kita fakta-fakta yang diketahui itu?

Berbeda dengan penggunaan kritik internal, untuk kritik eksternal peneliti melakukan uji kelayakan terhadap sumber lisan maupun literatur. Baik itu tahun


(34)

penerbitan sumber tertulis, bentuk fisik sumber tertulis, usia narasumber, latar dan belakang narasumber. Dalam melakukan kritik eksternal terhadap sumber tertulis, peneliti tidak melakukan kritik secara ketat dengan pertimbangan banyak sumber tertulis merupakan sumber sekunder, dan hanya melihat dari aspek nama penulis, tahun penerbitan, dimana sumber tersebut diterbitkan, dan siapa penerbitnya. Dengan criteria tersebut dapat dianggap sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban atas penggunaan sumber tertulis.

3.4.3 Interpretasi (Penafsiran Sumber)

Setelah dilakukannya kegiatan kritik terhadap sumber yang dikumpulkan, peneliti menempuh langkah selanjutnya yaitu interpretasi atau penafsiran sumber. Tahap ini merupakan tahap pemberian makna terhadap data-data yang telah melalui tahap kritik menjadi fakta-fakta, yang diperoleh dalam penelitian. Upaya penyusunan fakta-fakta disesuaikan dengan pokok permasalahan yang dibahas dalam penelitian. Setelah fakta-fakta tersebut dirumuskan dan disimpulkan berdasarkan data yang berhasil diperoleh, maka kemudian fakta tersebut kemudian disusun dan ditafsirkan. Suatu fakta dihubungkan dengan fakta lainnya, sehingga menjadi sebuah rekonstruksi yang memuat penjelasan dari berbagai pokok-pokok permasalahan.

Menurut Helius Sjamsuddin ada dua macam penafsiran yang berkaitan dengan faktor-faktor pendorong sejarah. Pertama, determinisme (determinisme rasial, penafsiran geografis, interpretasi ekonomi, penafsiran orang besar, penafsiran spiritual atau idealistik, penafsiran ilmu dan teknologi, penafsiran sosiologis, dan penafsiran sintesis). Kedua, kemauan bebas manusia serta kebebasan manusia mengambil keputusan (Sjamsuddin, 2007: 164-171).

Untuk mengkaji dan memahami berbagai peristiwa yang terjadi di masa lampau, penggunaan pendekatan merupakan suatu hal yang penting dalam kegiatan penelitian. Pendekatan yang digunakan peneliti dalam penelitian ini ialah menggunakan pendekatan interdisipliner, yaitu : dengan menggunakan disiplin ilmu-ilmu sosial sebagai alat analisisnya. Hal ini bertujuan agar dapat mengungkap peristiwa atau tokoh sejarah secara utuh dan menyeluruh, dengan menggunakan berbagai konsep yang terdapat dalam disiplin ilmu sosial maka


(35)

permasalahan akan dilihat dari berbagai sudut pandang tentang permasalahan tersebut baik keluasan maupun kedalamannya akan terlihat.

3.4.4 Historiografi

Tahapan penulisan dan interpretasi sejarah merupakan dua kegiatan yang tidak terpisah melainkan bersamaan. Pada bagian ini peneliti menyajikan hasil temuan dari berbagai sumber yang telah dikumpulkan, diseleksi, dianalisis serta melalui proses imajinasi berdasarkan fakta-fakta yang telah ditemukan. Hasil rekonstruksi tersebut peneliti tuangkan menjadi sebuah penulisan sejarah atau historiografi. Historiografi merupakan puncak dalam prosedur penelitian sejarah dan merupakan bagian terakhir dari metode sejarah.

Kegiatan terakhir dalam penelitian skripsi ialah melaporkan seluruh hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Dalam tahap ini seluruh kemampuan peneliti dikerahkan, bukan hanya kemampuan teknis penggunaan kutipan-kutipan dan catatan-catatan, tetapi yang terutama ialah penggunaan pikiran-pikiran kritis dan analisis sehingga menghasilkan sintesis dari seluruh hasil penelitian atau dalam suatu penemuan utuh yang disebut historiografi.

Sistematika penulisan dibagi ke dalam lima bagian yang memuat pendahuluan, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, pembahasan, dan terakhir adalah kesimpulan. Adapun sistematika penulisan skripsi sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Merupakan bagian awal penulisan mengenai Supeni, didalamnya diuraikan latar belakang masalah penelitian yang diangkat oleh peneliti dilihat dari kesenjangan yang nampak dari sebuah realita yang ada dengan suatu kondisi yang ideal dari permasalahan tersebut sehingga dengan begitu terlihat alasan mengapa persoalan penting untuk diangkat. Selain dari latar belakang masalah penelitian, pada bagian ini juga terdapat rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian yang hendak dicapai oleh peneliti, manfaat penelitian yang diharapkan oleh peneliti dengan dilakukannya penelitian ini, metode penelitian dan teknik pengumpulan data serta sistematika dari penulisan juga dimuat pada bab pendahuluan.


(36)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Merupakan hasil tinjauan kepustakaan serta telaah dari berbagai sumber literatur yang berhubungan dengan teori gender, peran perempuan dalam panggung sejarah dan historiografi perempuan di Indonesia pada periode yang telah ditentukan. Tinjauan pustaka dilakukan dengan cara mengkaji dan menganalisis sumber-sumber yang relevan dengan tema yang dibahas. Pada bab ini juga peneliti melakukan kritik terhadap sumber tersebut.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini dipaparkan metode penelitian yang digunakan peneliti dalam menelusuri setiap data yang berkaitan dengan tokoh Supeni, pengumpulan data yang kemudian verifikasi sesuai dengan kebutuhan dan disesuaikan dengan berbagai pertimbangan, selanjutnya data-data yang telah dikumpulkan dan diverifikasi setelah diberikan kritik untuk selanjutnya diolah sehingga terlihat alur penelitian sejarah yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan.

BAB IV SUPENI DALAM PERJALANAN SEJARAH NASIONAL TAHUN 1945-1970

Diuraikan mengenai hasil temuan peneliti tentang permasalahan yang diangkat, data-data yang ditemukan tersebut harus melewati proses berpikir yang cermat, dan diberikan kritik (internal dan eksternal) kemudian temuan tersebut dianalisis oleh peneliti. Penjelasan yang disampaikan pada bab ini merupakan jawaban dari permasalahan penelitian yang diangkat. Dalam bab ini terdiri dari tiga sub bab yang dipaparkan dan dianalisis serta melalui proses sintesa mengenai aspek-aspek yang berkaitan dengan masalah penelitian berdasarkan sumber-sumber yang ditemukan.

Sub bab pertama mengenai latar belakang kehidupan seperti pendidikan hingga awal keterlibatannya dalam aktivitas politik di Indonesia, sub bab kedua tentang keterlibatan Supeni dalam organisasi politik, didalamnya juga mengangkat mengenai peran Supeni dalam organisasi perempuan, peran dalam partai politik serta perannya ketika menjabat sebagai duta besar keliling, sub bab ketiga membahas mengenai dampak dari keterlibatan Supeni dalam bidang politik terhadap perkembangan politik terutama dalam dua kurun waktu yaitu tahun


(37)

1945-1965 dan tahun 1966-1970, yang menggambarkan dinamika kehidupan politik yang terjadi dan berimbas kepada karir politik Supeni.

BAB V KESIMPULAN

Dalam bab terakhir ini berisikan intisari pemikiran yang diberikan peneliti terhadap keseluruhan deskripsi isi tulisan, saran-saran yang diberikan peneliti yang ditemukan selama proses penelitian maupun proses historiografi bagi pihak yang terkait dengan tulisan ini dan mempunyai kepentingan. Bab inipun memuat rekomendasi dari peneliti kepada berbagai pihak yang terkait dan memiliki kepentingan terhadap hasil penelitian ini

DAFTAR PUSTAKA

Merupakan kegiatan yang mencantumkan semua sumber yang digunakan selama melakukan kegiatan penelitian, baik sumber buku, jurnal, artikel, surat kabar, arsip dan sumber yang wawancara. Cara penulisan daftar pustaka disesuaikan dengan aturan yang berlaku di universitas tempat peneliti menjalani kegiatan akademik serta sesuai dengan kaidah ilmiah yang berlaku. Disusun secara alfabetis tanpa nomor urut, sumber tertulis atau tercetak yang lebih dari satu baris ditulis dengan jarak antar antar baris satu spasi, sedangkan jarak antara sumber-sumber tertulis yang saling berurutan adalah satu setengah spasi.

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Berisi semua dokumen yang digunakan dalam penelitian dan penulisan, hasil-hasilnya menjadi satu karya tulis ilmiah untuk memudahkan pembaca. Setiap lampiran diberi nomor urut sesuai dengan urutan penggunaannya, dan diberi judul. Riwayat hidup memuat informasi nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, jalur pendidikan yang ditempuh, serta berbagai prestasi yang pernah dicapai oleh peneliti dalam bentuk uraian singkat.


(38)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Sejarah panjang Indonesia diwarnai dengan berbagai catatan peristiwa penting yang dibuat oleh perempuan maupun laki-laki. Mereka bersama-sama berjuang baik untuk kalangannya sendiri maupun untuk negara. Perjuangan yang dilakukan kaum perempuan meliputi berbagai bidang dan semua itu bermuara pada sebuah proses emansipasi. Dilihat dari sudut pandang historiografi perempuan di Indonesia, Supeni merupakan salah satu tokoh yang sedikit sekali mendapatkan perhatian untuk dihadirkan dalam berbagai literatur sejarah. Keadaan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor :

Pertama, kuatnya dominasi laki-laki, sehingga perempuan mengalami

“peminggiran” dalam berbagai tulisan sejarah, terlihat dari banyaknya tulisan sejarah yang mengangkat perjalanan dan peran tokoh laki-laki. Sedangkan secara kuantitas dan kualitas tulisan sejarah perempuan masih tertinggal. Hal ini terlihat dari sedikitnya tulisan sejarah yang mengangkat peran politik Supeni dalam perjalanan sejarah nasional.

Kedua, terbatasnya sumber yang berkaitan dengan Supeni maupun tokoh perempuan lainnya, terjadi karena paradigma yang berkembang dalam masyarakat dan menempatkan kaum perempuan dalam wilayah prifat, sedangkan kaum laki-laki ditempatkan dalam ranah publik, sehingga sedikit sekali catatan mengenai kaum wanita. Sumber-sumber yang berkaitan langsung dengan Supeni pun terbilang sangatlah sedikit, entah karena paradigma yang ada atau memang masih sedikit orang yang berminat mengulas peran dan kehidupan politik Supeni.

Ketiga, terjadi perebutan hegemoni kekuasaan, kaum perempuan dianggap individu lemah dan masuk dalam ruang sebagai makhluk yang harus dilindungi, sedangkan kaum laki-laki digambarkan sebagai pribadi yang mempunyai banyak power. Hadirnya Supeni sebagai tokoh yang mengalami “pengaleniasian” dalam historiografi perempuan di Indonesia bukanlah sebagai serangan bagi dominasi tulisan sejarah kaum laki-laki. Akan tetapi, kajian mengenai Supeni mengingatkan kembali bahwasannya tulisan sejarah di Indonesia itu harus berimbang bagi kaum


(39)

perempuan dan laki-laki. Untuk itu dibutuhkan tulisan sejarah androgynous – tulisan yang tidak memihak kepada dominasi maskulin dan tidak juga condong ke feminim. Sebuah tulisan sejarah yang dapat mengakomodir ruang dari kedua makhluk tersebut, sehingga tidak muncul anggapan adanya kelompok yang diabaikan dalam tulisan sejarah di Indonesia. Penggunaan pendekatan gender juga dimungkinkan untuk mengungkap secara nyata siapa melakukan apa, kapan, untuk berapa lama baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat dan negara.

Keempat, minimnya minat baik sejarawan akademik maupun non akademik untuk menuliskan tokoh seperti Supeni maupun tokoh perempuan lainnya. Dimana terdapat juga perdebatan antara kaum perempuan dan laki-laki mengenai siapa yang pantas menulis sejarah perempuan. Walaupun pada hakikatnya siapapun orangnya berhak untuk menuliskan sejarah perempuan, asalkan dengan dengan sudut pandang yang sewajarnya.

Kelima, minimnya minat dari perempuan itu sendiri untuk mengungkap sejarah kaumnya. Terlihat dari berbagai tulisan sejarah perempuan yang ada lebih banyak ditulis oleh kaum laki-laki dan dengan sudut pandang kaum laki-laki, sedangkan kaum perempuan sendiri belum menunjukkan progres yang signifikan.

Apa yang terjadi dengan Supeni memberikan gambaran yang sudah seharusnya didapatkan oleh kaum perempuan untuk memiliki derajat yang sama baik dalam bidang politik, sosial dan ekonomi. Kaum perempuan sudah tidak lagi harus merasa menjadi second sex yang harus mundur ketika terjadi proses pemilihan, hak mereka kini sama seperti hak yang diperoleh kaum laki-laki. Kesemuanya merupakan upaya kaum perempuan dalam proses emansipasi, dan untuk menghilangkan pandangan negatif bahwa perempuan hanya kelas sosial setelah kaum laki-laki, lebih dari itu perempuan mempunyai hak yang sama seperti laki-laki dalam tulisan sejarah di Indonesia.

Kajian Supeni dalam historiografi perempuan di Indonesia semoga dapat bermanfaat bagi pengembangan materi di Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Pendidikan Indonesia, dan sebagai masukan bagi sejarawan akademik, non akademik maupun orang-orang yang hendak menulis sejarah Indonesia sudah selayaknya menghadirkan tulisan sejarah Indonesia yang berimbang bagi


(40)

perempuan dan laki-laki. Selain itu, diharapkan tulisan ini menjadi masukan bagi para pendidik sejarah di tingkat sekolah khususnya, untuk terus mengembangkan materi pembelajaran sejarah di sekolah. Materi mengenai tokoh-tokoh perempuan dapat digali lebih dalam dan mengangkat tokoh-tokoh lain diluar tokoh-tokoh perempuan yang sudah sering disampaikan.

Bagi mahasiswa di Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia, yang hendak melakukan penelitian tentang sejarah perempuan sebaiknya memperhatikan betul sudut pandang yang digunakan, sehingga diharapkan dapat meminimalisir mengungkap sudut pandang perempuan melalui bahasa kaum laki-laki.


(41)

DAFTAR PUSTAKA

Adam, Asvi Warman. (2010). Menguak Misteri Sejarah. Jakarta: Kompas.

Arivia, Gadis. (2000). Soekarno dan Gerakan Perempuan: Kepentingan Bangsa Versus Kepentingan Perempuan. Artikel. Jakarta: Kompas.

Darmayana, H. (28 Februari 2012). Supeni, Figur Wanita Marhaenis. [Online]. Tersedia di : http://www.berdikarionline.com. [Diakses di Bandung, 25 Juni 2012].

Epsten, B. (2004). “Gerakan Perempuan dan Kesadarannya”. Dalam Jurnal

Perempuan.

Esje, G. (1997). Ketidakadilan Gender Dalam Diskursus Kekuasaan. Jurnal Wacana No. 7/ Maret-April 1997.

Fatimah, S. (2004). Negara dan Perempuan: Fujinkai (1943-1945) dan Dharma Wanita (1974-1999). Disertasi Dokter FIB UI.

Fatimah, S. (2008). “Perspektif Gender dalam Historiografi Indonesia: Pentingnya

Penulisan Sejarah Androginous”. Makalah dalam Titik Balik Historiografi

di Indonesia. Penyunting : Djoko Marihandono. Jakarta: Wedatama Widya Sastra dan Departemen Sejarah FIB UI.

Gamble, Sarah (ed.). (2010). Pengantar Memahami Feminisme dan Postfeminisme. Yogyakarta: Jalasutra.

Gandadiputra, M. (1985). “Peran Wanita dari Abad ke Abad”. Makalah dalam

Emansipasi dan Peran Ganda Wanita Indonesia Suatu Tinjauan Psikologis. Editor : S.C. Utami Munandar. Jakarta: UI PRESS.

Goffar, dkk. (1999). Potret Perempuan (Tinjauan Politik, Ekonomi, Hukum di Zaman Orde Baru). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Gottschalk, L. (1969). Mengerti Sejarah. Penerjemah: Nugroho Notosusanto. Jakarta: UI-Press.

___________. (1986). Mengerti Sejarah. Penerjemah: Nugroho Notosusanto. Jakarta: UI-Press.

Hadiz, Liza. (2004). Perempuan dalam Wacana Politik Orde Baru. Jakarta: Awan Dewangga.


(42)

Hellwig, Tineke. (2007). Citra Kaum Perempuan di Hindia Belanda. Penerjemah: Mien Joebhaar. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Humaeroh, Ima. (2011). Peranan KOWANI Pada Masa Orde Lama dan Orde Baru (Studi Pengembangan Pola Gerakan Perempuan di Indonesia). Skripsi Sarjana pada Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Isbodroini, S. (1995). “Peranan Sosialisasi Politik Terhadap Partisipasi Politik

Perempuan”. Dalam Kajian Wanita dalam Pembangunan. Penyunting:

T.O. Ihromi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Kamisa. (1997). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Dilengkapi: Ejaan yang disempurnakan dan kosakata baru. Surabaya: Kartika.

KOWANI. (1978). Sejarah Setengah Abad Pergerakan Wanita Indonesia. Cetakan Pertama. Jakarta: PN Balai Pustaka.

Kuntowijoyo. (2003). Metodologi Sejarah. Edisi kedua. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya.

___________. (2005). Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: PT. Bentang Pustaka.

Lapian, dkk. (1996). Terminologi Sejarah 1945-1950 dan 1950-1959. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.

Moendjijah, S. (2007). “Derajat Perempuan”. Dalam Kongres Perempuan

Pertama Tinjauan Ulang. Oleh Susan Blackburn. Penyunting : Monique Soesman. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia dan KITLV-Jakarta.

Mulia, SM. dan Farida, A. (2005). Perempuan dan Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Musem Konferensi Asia Afrika. (2011). Perjalanan 50 Tahun Gerakan Non Blok. [Brosur]. Bandung: Departemen Luar Negeri RI dan Museum Konferensi Asia Afrika.

Nordholt, HS., Purwanto, B., Saptari, R. (ed.). (2008). Perspektif Baru Penulisan Sejarah Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia KITLV-Jakarta dan Pustaka Larasan.

Onghokham. (1991). Kekuasaan dan Seksualitas: Lintasan Sejarah Pra dan Masa Kolonial. Jakarta: Prisma.


(43)

Pringgodigdo, A.K. (1960). Sedjarah Pergerakan Rakjat Indonesia. Cetakan Keempat. Jakarta: P.T. Pustaka Rakjat.

Priyono, dkk. (2003). Gerakan Pro Demokrasi di Indonesia Pasca Soeharto. Jakarta: DEMOS.

Reid, Anthony. (2011). Asia Tenggara Dalam Kurun Niaga 1450-1680 Tanah di Bawah Angin (Terj.). Jilid Pertama. Kata Pengantar : Onghokham. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Richmanto, A.D. (17 Agustus 2011). PNI dan Mengenal Kiprah Ibu Hj. Supeni. [Online].Tersedia di: http://www.nasionalisrakyatmerdeka.wordpress.com. [Diakses di Bandung, 25 Juni 2012].

Ricklefs, M.C. (2010). Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta.

Ritzer, G., Goodman, D.J. (2010). Teori Sosiologi Modern. Edisi keenam. Jakarta: Kencana.

Rumadi dan Fathurahman, W.K. (2010). Perempuan dalam Relasi Agama dan Negara. Jakarta: Komnas Perempuan.

Rosiyati. (2006). Sepintas Gerakan Wanita Indonesia Dalam Perkembangan Sejarah. [Online]. Tersedia di

http://www.opensubcriber.com/message/zamanku@yahoogroups.com/495 8856.html. [Di akses di Bandung, 22 Oktober 2012].

Sinaga, D. (25 Juni 2004). Tokoh KOWANI, Supeni Meninggal Dunia. TEMPO [Online]. Tersedia di http://www.tempo.co/read/news/2004/06/25/Tokoh-Kowani-Supeni-Meninggal-Dunia. [Diakses di Bandung, 25 Juni 2012]. Sjamsuddin, H. (1996). Metodologi Sejarah. Jakarta: Depdikbud Direktorat

Pendidikan Tinggi Proyek Tenaga Akademik.

_____________. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Stuers, Cora Vreede-De. (2008). Sejarah Perempuan Indonesia. Gerakan dan Pencapaian. Pengantar : Ruth Indiah Rahayu. Diterjemahkan oleh : Elvira Rosa, dkk. Jakarta: Komunitas Bambu.

Subadio, M. Ulfa dan Ihromi, T.O. (1983). Peranan dan Kedudukan Wanita Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.


(1)

89

Khusna, 2013

perempuan dan laki-laki. Selain itu, diharapkan tulisan ini menjadi masukan bagi para pendidik sejarah di tingkat sekolah khususnya, untuk terus mengembangkan materi pembelajaran sejarah di sekolah. Materi mengenai tokoh-tokoh perempuan dapat digali lebih dalam dan mengangkat tokoh-tokoh lain diluar tokoh-tokoh perempuan yang sudah sering disampaikan.

Bagi mahasiswa di Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia, yang hendak melakukan penelitian tentang sejarah perempuan sebaiknya memperhatikan betul sudut pandang yang digunakan, sehingga diharapkan dapat meminimalisir mengungkap sudut pandang perempuan melalui bahasa kaum laki-laki.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Adam, Asvi Warman. (2010). Menguak Misteri Sejarah. Jakarta: Kompas.

Arivia, Gadis. (2000). Soekarno dan Gerakan Perempuan: Kepentingan Bangsa

Versus Kepentingan Perempuan. Artikel. Jakarta: Kompas.

Darmayana, H. (28 Februari 2012). Supeni, Figur Wanita Marhaenis. [Online]. Tersedia di : http://www.berdikarionline.com. [Diakses di Bandung, 25 Juni 2012].

Epsten, B. (2004). “Gerakan Perempuan dan Kesadarannya”. Dalam Jurnal

Perempuan.

Esje, G. (1997). Ketidakadilan Gender Dalam Diskursus Kekuasaan. Jurnal

Wacana No. 7/ Maret-April 1997.

Fatimah, S. (2004). Negara dan Perempuan: Fujinkai (1943-1945) dan Dharma

Wanita (1974-1999). Disertasi Dokter FIB UI.

Fatimah, S. (2008). “Perspektif Gender dalam Historiografi Indonesia: Pentingnya

Penulisan Sejarah Androginous”. Makalah dalam Titik Balik Historiografi

di Indonesia. Penyunting : Djoko Marihandono. Jakarta: Wedatama Widya

Sastra dan Departemen Sejarah FIB UI.

Gamble, Sarah (ed.). (2010). Pengantar Memahami Feminisme dan

Postfeminisme. Yogyakarta: Jalasutra.

Gandadiputra, M. (1985). “Peran Wanita dari Abad ke Abad”. Makalah dalam Emansipasi dan Peran Ganda Wanita Indonesia Suatu Tinjauan

Psikologis. Editor : S.C. Utami Munandar. Jakarta: UI PRESS.

Goffar, dkk. (1999). Potret Perempuan (Tinjauan Politik, Ekonomi, Hukum di

Zaman Orde Baru). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Gottschalk, L. (1969). Mengerti Sejarah. Penerjemah: Nugroho Notosusanto. Jakarta: UI-Press.

___________. (1986). Mengerti Sejarah. Penerjemah: Nugroho Notosusanto. Jakarta: UI-Press.

Hadiz, Liza. (2004). Perempuan dalam Wacana Politik Orde Baru. Jakarta: Awan Dewangga.


(3)

91

Khusna, 2013

Hellwig, Tineke. (2007). Citra Kaum Perempuan di Hindia Belanda. Penerjemah: Mien Joebhaar. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Humaeroh, Ima. (2011). Peranan KOWANI Pada Masa Orde Lama dan Orde Baru (Studi Pengembangan Pola Gerakan Perempuan di Indonesia). Skripsi Sarjana pada Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Isbodroini, S. (1995). “Peranan Sosialisasi Politik Terhadap Partisipasi Politik

Perempuan”. Dalam Kajian Wanita dalam Pembangunan. Penyunting: T.O. Ihromi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Kamisa. (1997). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Dilengkapi: Ejaan yang

disempurnakan dan kosakata baru. Surabaya: Kartika.

KOWANI. (1978). Sejarah Setengah Abad Pergerakan Wanita Indonesia. Cetakan Pertama. Jakarta: PN Balai Pustaka.

Kuntowijoyo. (2003). Metodologi Sejarah. Edisi kedua. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya.

___________. (2005). Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: PT. Bentang Pustaka.

Lapian, dkk. (1996). Terminologi Sejarah 1945-1950 dan 1950-1959. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.

Moendjijah, S. (2007). “Derajat Perempuan”. Dalam Kongres Perempuan

Pertama Tinjauan Ulang. Oleh Susan Blackburn. Penyunting : Monique

Soesman. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia dan KITLV-Jakarta.

Mulia, SM. dan Farida, A. (2005). Perempuan dan Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Musem Konferensi Asia Afrika. (2011). Perjalanan 50 Tahun Gerakan Non Blok. [Brosur]. Bandung: Departemen Luar Negeri RI dan Museum Konferensi Asia Afrika.

Nordholt, HS., Purwanto, B., Saptari, R. (ed.). (2008). Perspektif Baru Penulisan

Sejarah Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia KITLV-Jakarta dan

Pustaka Larasan.

Onghokham. (1991). Kekuasaan dan Seksualitas: Lintasan Sejarah Pra dan Masa


(4)

Pringgodigdo, A.K. (1960). Sedjarah Pergerakan Rakjat Indonesia. Cetakan Keempat. Jakarta: P.T. Pustaka Rakjat.

Priyono, dkk. (2003). Gerakan Pro Demokrasi di Indonesia Pasca Soeharto. Jakarta: DEMOS.

Reid, Anthony. (2011). Asia Tenggara Dalam Kurun Niaga 1450-1680 Tanah di

Bawah Angin (Terj.). Jilid Pertama. Kata Pengantar : Onghokham. Jakarta:

Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Richmanto, A.D. (17 Agustus 2011). PNI dan Mengenal Kiprah Ibu Hj. Supeni. [Online].Tersedia di: http://www.nasionalisrakyatmerdeka.wordpress.com. [Diakses di Bandung, 25 Juni 2012].

Ricklefs, M.C. (2010). Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta.

Ritzer, G., Goodman, D.J. (2010). Teori Sosiologi Modern. Edisi keenam. Jakarta: Kencana.

Rumadi dan Fathurahman, W.K. (2010). Perempuan dalam Relasi Agama dan

Negara. Jakarta: Komnas Perempuan.

Rosiyati. (2006). Sepintas Gerakan Wanita Indonesia Dalam Perkembangan

Sejarah. [Online]. Tersedia di

http://www.opensubcriber.com/message/zamanku@yahoogroups.com/495 8856.html. [Di akses di Bandung, 22 Oktober 2012].

Sinaga, D. (25 Juni 2004). Tokoh KOWANI, Supeni Meninggal Dunia. TEMPO [Online]. Tersedia di http://www.tempo.co/read/news/2004/06/25/Tokoh-Kowani-Supeni-Meninggal-Dunia. [Diakses di Bandung, 25 Juni 2012].

Sjamsuddin, H. (1996). Metodologi Sejarah. Jakarta: Depdikbud Direktorat Pendidikan Tinggi Proyek Tenaga Akademik.

_____________. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Stuers, Cora Vreede-De. (2008). Sejarah Perempuan Indonesia. Gerakan dan

Pencapaian. Pengantar : Ruth Indiah Rahayu. Diterjemahkan oleh : Elvira

Rosa, dkk. Jakarta: Komunitas Bambu.

Subadio, M. Ulfa dan Ihromi, T.O. (1983). Peranan dan Kedudukan Wanita


(5)

93

Khusna, 2013

Sukarno, Ir. (1965). Dibawah Bendera Revolusi. Jilid pertama, Cetakan keempat. Jakarta: Panitia Penerbit Dibawah Bendera Revolusi.

Sukarnoputri, R. (1985). “Peranan Wanita Dalam Kehidupan Politik di

Indonesia”. Makalah dalam Perempuan Indonesia Pemimpin Masa Depan. Penyunting : Mely G. Tan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Supardan, D. (2007). Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian Pendekatan

Struktural. Kata pengantar : Prof. Dr. H. S. Hamid Hasan, M.A. Jakarta:

Bumi Aksara.

Suryochondro, S. (1984). Potret Pergerakan Wanita di Indonesia. Cetakan pertama. Jakarta: CV. Rajawali.

Syarqy, Ahmad. (2004). “Peranan Wanita dalam Politik”. Kompas. (1 November 2004).

Tholkhah, I. (2004). Anatomi Konflik Politik di Indonesia: Belajar dari

Ketegangan Politik Varian di Madukuro. Edisi Pertama, Cetakan Ketiga.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Thornham, Sue. (2010). “Gerakan Feminisme Gelombang Kedua”, dalam

Pengantar Memahami Feminisme dan Postfeminisme. Editor: Sarah

Gamble. Yogyakarta: Jalasutra.

Tista, P. (1989). Supeni Wanita Utusan Negara. Jakarta: PT Pembimbing Masa.

Tn. (26 Juni 2004). Hj. Supeni (1917-2004) Potret Perempuan Pejuang. [Online]. Tersedia di : http://ensiklopeditokohindonesia.com. [Diakses di Bandung, 25 Juni 2012].

Universitas Pendidikan Indonesia. (2008). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.

Vickers, A. (2008). “Mengapa tahun 1950-an penting bagi kajian Indonesia”. Dalam Perspektif Baru Penulisan Sejarah Indonesia. Editor: Henk Schulte Nodholt, Bambang Purwanto, Ratna Saptari. Edisi Pertama. Jakarta: Pustaka Larasan dan Yayasan Obor Indonesia – KITLV.

Wieringa, Saskia E. (1999). Penghancuran Gerakan Perempuan di Indonesia. Jakarta: Garba Budaya.

Winarti, M. (2007). “Sejarah Wanita di Tingkat Lokal”, dalam Sejarah Lokal :

Penulisan dan Pembelajaran. Editor: Agus Mulyana dan Restu Gunawan.


(6)

Zuhdi, Susanto. (2008). “Metodologi Strukturistik Dalam Historiografi Indonesia: Sebuah Alternatif”. Makalah dalam Titik Balik Historiografi di Indonesia. Penyunting Djoko Marihandono. Jakarta : Penerbit Wedatama Widya Sastra bekerja sama dengan Departemen Sejarah FIB UI.

Wawancara :

Wawancara dengan Agus Supartono. S.Ak., anak keempat Ibu Supeni (57 tahun), tanggal 09 Januari 2013 di Jalan Sriwijaya Nomor 19 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Wawanacara dengan Ir. Endang W. Rama Boedi, M.Sc., Sekretaris Jenderal KOWANI (55 tahun), tanggal 10 Januari 2013 di Gedung KOWANI, Jalan Imam Bonjol Jakarta Pusat.

Wawancara dengan Nyonya. Kartini Sujendro, SH., salah satu penyusun buku

“Supeni Wanita Utusan Negara” (65 tahun), tanggal 9 Januari 2013 di