HUBUNGAN ANTARA VO2MAX DAN DAYA JELAJAH WASIT SEPAK BOLA LISENSI C3 DALAM SUATU KOMPETISI DI KABUPATEN BANDUNG BARAT: Penelitian Deskriftif pada Wasit Sepak Bola Lisensi C3 Kabupaten Bandung Barat.

(1)

Ridwan Arif Qori Subekti, 2015

HUBUNGAN ANTARA VO2MAX DAN DAYA JELAJAH WASIT SEPAK BOLA LISENSI C3 DALAM SUATU KOMPETISI DI

KABUPATEN BANDUNG BARAT

(Penelitian Deskriftif pada Wasit Sepak Bola Lisensi C3 Kabupaten Bandung Barat)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga

oleh

Ridwan Arif Qori Subekti NIM 1005757

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015


(2)

HUBUNGAN ANTARA VO2MAX DAN DAYA JELAJAH WASIT SEPAK BOLA LISENSI C3 DALAM SUATU KOMPETISI DI

KABUPATEN BANDUNG BARAT

(Penelitian Deskriftif pada Wasit Sepak Bola Lisensi C3 Kabupaten Bandung Barat)

Oleh Ridwan Arif Qori Subekti

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga

© Ridwan Arif Qori Subekti 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2015

Hak cipta dilindungi undang-undang. Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan


(3)

Ridwan Arif Qori Subekti, 2015

RIDWAN ARIF QORI SUBEKTI

HUBUNGAN ANTARA VO2MAX DAN DAYA JELAJAH WASIT SEPAK BOLA LISENSI C3 DALAM SUATU KOMPETISI DI

KABUPATEN BANDUNG BARAT

(Penelitian Deskriftif pada Wasit Sepak Bola Lisensi C3 Kabupaten Bandung Barat)

disetujui dan disahkan oleh pembimbing :

Pembimbing I

Drs. Dudung Hasanudin Ch. NIP 196003151987031002

Pembimbing II

Moch Yamin Saputra, M.Pd NIP 198207242014041001

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Kepelatihan

Dr. H. R. Boyke Mulyana NIP 196210231989031001


(4)

HUBUNGAN ANTARA VO2MAX DAN DAYA JELAJAH WASIT SEPAK BOLA LISENSI C3 DALAM SUATU KOMPETISI DI

KABUPATEN BANDUNG BARAT

(Penelitian Deskriftif pada Wasit Sepak Bola Lisensi C3 Kabupaten Bandung Barat)

Ridwan Arif Qori Subekti Nim 1005757

Abstrak

Dalam sepak bola, wasit menjadi sosok sentral di lapangan pada saat memimpin suatu pertandigan dengan durasi waktu 2 x 45 menit bahkan sampai 120 menit. Wasit harus memiliki kondisi fisik yang baik selama pertandingan berlangsung.

Pemasalahan dalam penelitian ini adalah mengenai hubungan antara VO2max dan Daya jelajah wasit sepak bola lisensi C3 dalam suatu kempetisi di Kabupaten Bandung Barat. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik pengambilan sampel, puposive sampling. Populasi dalam penelitian ini adalah wasit sepak bola lisensi C3 Kabupaten Bandung Barat sebanyak 10 wasit yang terdiri dari 6 wasit utama dan 4 asisten wasit, Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes kemampuan VO2 Max menggunakan Bleep tes dan tes kemampuan Daya jelajah menggunakan POLAR RC3-GPS With Heart Rate Sensor.

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data tersebut berdistribusi normal (dengan menggunakan pendekatan liliefors). Dan hasil perhitungan VO2max memiliki skor rata – rata 43,28 sedangkan untuk Daya jelajah memiliki skor 3785. Jadi VO2max memberikan sumbangan terhadap Daya jelajah wasit sebesar77,2% dan 22,7% dipengaruhi faktor lain. Setelah melalui proses koefisien korelasi untuk mengetahui besar hubungan antar variabel yang satu dengan variabel lainnya diperoleh nilai probilitas (p) > 0,025 maka Ho ditolak. Artinya bahwa korelasi tersebut signifikan.

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan antara VO2max dengan daya jelajah wasit sepak bola lisensi C3.

Oleh karena itu, penulis menyarankan kepada ketua dan pengurus pencab Kabupaten Bandung Barat agar memberikan program latihan kondisi fisik untuk meningkatkan kualitas kodisi fisik wasit pada saat memimpin suatu pertandingan.

*) Mahasiswa Prodi PKO FPOK Universitas Pendidikan Indonesia Angkatan 2010


(5)

Ridwan Arif Qori Subekti, 2015

RELATIONSHIP BETWEEN VO2MAX AND CRUISING LICENSE C3 SOCCER REFEREE IN A COMPETITION IN BANDUNG WEST

DISTRICT (Descriptive Research on Soccer Referee License C3 West Bandung regency)

Ridwan Arif Qori Subekti Nim 1005757

Abstrak

In football, the referee became the central figure in the field at the time led a pertandigan with duration of 2 x 45 minutes or up to 120 minutes. Referee must have a good physical condition during a match.

the problem in this study is about the relationship between VO2max and cruising football referee in a kempetisi C3 license in West Bandung regency. The method used in this research is descriptive method with the technique of sampling, purposive sampling. The population in this study is a football referee license C3 West Bandung regency as many as 10 referees consisting of 6 main referee and four assistant referees, research instrument used is the VO2 Max test capabilities using Bleep test and cruising ability tests using POLAR RC3 GPS With Heart Rate Sensor.

Based on the results of data processing and analysis is normally distributed (by using the approach Liliefors). And the result of calculation average VO2max scores - average 43.28 while cruising scored 3785. So VO2max contribute towards the referee cruising sebesar77,2% and 22.7% influenced by other factors. After going through the process of correlation coefficient to determine the relationship between variables that big one with another variable values obtained probilitas (p)> 0,025 then Ho is rejected. It means that the correlation is significant.

The conclusion of this study is a significant relationship between VO2max with a cruising range C3 licensed football referee.

Therefore, the authors suggest to the chairman and board of West Bandung regency in order to provide training programs to improve the quality of the physical condition of the physical kodisi referee during a match lead.


(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ……….. i

ABSTRAK ……….…. ii

KATA PENGANTAR ………... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ………..…….. iv

DAFTAR ISI ………...…… v

DAFTAR TABEL ………..…...…….…. viii

DAFTAR GRAFIK ………..….……… ix

DAFTAR LAMPIRAN ………..…....…..….. x

BAB I PENDAHULUAN ………..… 1

A. Latar Belakang Masalah ………..……….. 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian ………... 3

C. Rumusan Masalah ………... 4

D. Tujuan Penelitian ………..… 4

E. Manfaat Penelitian ……… 4

F. Struktur Organisasi Skripsi ….………...………...……. 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA ……….……….... 6

A. Sepak Bola ...…...………..…. 6

1. Pengertian sepak bola ………..…..……. 6

2. Peraturan permainan ……….…...…..…….…..… 7

B. Wasit ………...………..……….….……. 10

1. Pengertian Wasit …….……….…………...………....……. 10

2. Tugas dan wewenang Wasit ... 11

C. Kondisi fisik ... 12

1. Pengertian Kondisi Fisik ………..…..… 12

2. Kondisi Fisik Wasit ………...………….………... 14


(7)

Ridwan Arif Qori Subekti, 2015

4. VO2max ………...……….. 17

D. Asumsi ………...………...…... 18

E. Hipotesis ………... 19

BAB III METODE PENELITIAN ………...……….. 20

A. Metode dan Desain Penelitian ………...…. 20

1. Metode Penelitan ……….….... 20

2. Desain Penelitian ……….…… 21

B. Populasi dan Sampel ... 23

1. Lokasi Penelitian ………..…...… 23 2. Populasi Penelitian ………....…...… 23 3. Sampel Penelitian dan Teknik Penarikan Sampel Penelitian …...…… 24 C. Definisi Operasional ………...……… 24 D. Instrumen Penelitian ………..……. 25 1. Tes Kemampuan VO2max …...……… 25 2. Tes Kemampuan Daya Jelajah... 26

3. PenilaianTes ………....…… 28 E. Prosedur Penelitian ………...………….. 29

F. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data ………...………….. 29

BAB IV HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA ……….…..... 33

A. Gambaran VO2max wasit ………..………...…....…. 33 B. Gambaran Daya Jelajah wasit ...………...…. 34 C. Deskripsi Data Hasil Penelitian ...…….. 37

D. Hasil Pengolahan ………...… 38 1. Normalitas ... 38

2. Koefisien Korelasi... 39


(8)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………..………....…… 42

A. Kesimpulan ………....………...………….… 42

B. Saran ……….. 42

DAFTAR PUSTAKA ……….………. 43


(9)

Ridwan Arif Qori Subekti, 2015

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Norma Standarisasi VO2max …………...……….……… 28 Tabel 4.1 Keterangan Grafik VO2max …………...……….. 33 Tabel 4.2 Keterangan Grafik Daya Jelajah ……….…... 35 Tabel 4.3 Keterangan Daya Jelajah ... 36 Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Nilai Rata-rata (X) dan simpangan baku (s) ...….. 37 Tabel 4.5 Statistik deskriftif VO2max dan Daya jelajah ... 37 Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Uji Normalitas…...………...…...…… 38 Tabel 4.7 Besar Hubungan antara Variabel …... 39


(10)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Grafik VO2max ... 33 Grafik 4.2 Grafik Daya jelajah ... 35 Grafik 4.3 Grafik Daya jelajah ... 36


(11)

Ridwan Arif Qori Subekti, 2015

DAFTAR LAMPIRAN

Data Perangkat Pertandingan PSSI Askab Kabupaten Bandung Barat 2015 Data Hasil Penelitian


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Permainan sepak bola merupakan salah satu cabang olahraga yang terkenal dan sangat digemari oleh hampir seluruh masyarakat di dunia.Baik dewasa, remaja, dan anak – anak, bahkan putera maupun puteri. Sepak bola merupakan olahraga yang praktis dan memerlukan teknik dan taktik yang khusus, karena sepak bola merupakan olahraga berkelompok. Kondisi fisik yang prima sangatlah menunjang penampilan bagi pemain sepak bola. Penampilan fisik yang buruk tentunya akan berdampak buruk juga bagi teknik dan taktik

Sepak bola merupakan salah satu cabang olahraga permainan yang terdiri dari dua regu dan setiap regu minimal 7 orang pemain, maksimal 11 orang pemain yang berada di lapangan. Bola dimainkan oleh seluruh anggota gerak tubuh, kecuali tangan, dan dibatasi oleh aturan-aturan tertentu yang bertujuan untuk memasukan bola sebanyak mungkin kegawang lawan dan menjaga gawang sendiri dari serangan (Kosasih, 1991, hlm. 103). Jenis permainan tersebut sangat popular di masyarakat. Terbukti dengan banyaknya orang yang menggemari permainan tersebut mulai dari usia anak-anak, remaja, dewasa, sampai lanjut usia sekalipun.

Rusli Lutan (2003, hlm. 45) menjelaskan dalam dunia olahraga sepak bola, resiko pertanggung jawaban terhadap keberhasilan atau kegagalan suatu pertandingan bukan saja menjadi tanggung jawab pemain, tim manager, atau pelatih akan tetapi yang sangat dominan ditentukan oleh kepemimpinan wasit.

Berangkat dari hasil pengalaman tersebut, penulis berpikir bahwa berjalan lancar dan tidaknya sebuah pertandingan sepak bola tergantung kepada kinerja wasit dalam memimpin pertandingan tersebut. Wasit memiliki hak penuh selama pertandingan kepada pemain, pelatih, dan official sebuah tim. Wasit juga memiliki perlindungan penuh dari Federasi Internasional Sepak Bola (FIFA) sebagai lembaga tertinggi sepak bola dunia atau dari lembaga sepak bola di suatu negara.


(13)

2

Ridwan Arif Qori Subekti, 2015

Wasit sepak bola terdiri dari berbagai tingkatan, diantaranya wasit berlisensi Fifa, C1, C2, dan C3 dengan jadwal dan penugasan yang berbeda. Wasit yang berlisensi Fifa mempunyai wewenang memimpin tingkat internasional, C1 mempunyai wewenang memimpin tingkat nasional, sedangkan wasit berlisensi C2 mempunyai wewenang memimpin tingkat daerah, dan wasit berlisensi C3 mempunyai wewenang memimpin pertandingan tingkat cabang.

Wasit harus mempunyai kodisi fisik yang prima saat memimpin suatu pertandingan, Jonath dan Krempel dalam Farmolodi (2008) menjelaskan bahwa Pengertian kondisi fisik dalam olahraga dapat dilihat dalam arti sempit dan luas, dalam arti sempit merupakan keadaan yang meliputi kekuatan, kecepatan dan daya tahan. Sedangkan dalam arti luas meliputi kekuatan, daya tahan, kelenturan (fleksibility) dan koordinasi.

Beban fisik seorang wasit tidak kalah berat dibanding para pemain. Sebagai perbandingan, selama pertandingan normal 2 x 45 menit, seorang striker bisa berlari secara total sejauh 9 kilometer, jarak yang kurang lebih sama ditempuh pemain belakang. Sedangkan dalam satu pertandingan, seorang gelandang atau pemain tengah bisa berlari total sejauh 10,5 kilometer, pada kasus-kasus tertentu bahkan bisa sampai lebih dari 12 kilometer. Jadi jarak yang di tempuh seorang wasit dalam satu pertandingan yaitu lebih jauh dari striker atau pemain bertahan, namun mendekati seorang gelandang. Rata-rata jarak yang di tempuh wasit dalam satu pertandingan adalah 10,3 kilometer, untuk itu wasit juga memerlukan kemampuan fisik yang baik agar bisa terhindar dari kelelahan saat bertugas.Hal itu dibuktikan dengan rata-rata VO2max Wasit FIFAsebesar 52.8 ± 6.23 ml (kg.min)-1 dibawah rata-rata pemain bola level internasional yang mencapai 60 ± 7.45ml (kg.min)-1(Abdul Aziz, 2012, hal. 24). Sedangkan pertandingan Liga Pendidikan Indonesia (LPI) antar SMA berkisar selama 2 x 35 menit yang akan dijadikan penelitian oleh penulis.

Wasit memiliki daya jelajah yang tinggi saat memimpin suatu pertandingan karena kondisi fisik yang diperlukan wasit sepakbola hampir sama dengan kondisi fisik yang diperlukan pemain sepak bola dengan jarak kurang lebih 100 meter di lapangan dengan ukuran lebar 75m dan panjang 110m selama


(14)

3

pertandingan yang berlangsung dengan durasi waktu 2 x 45 menit atau lebih (PSSI, 2010, hlm 4).

Dari uraian di atas jelasl bahwa wasit sepak bola harus bisa memenuhi syarat yang sudah ditentukan oleh FIFA, salah satunya adalah kondisi fisik yang berkaitan dengandaya tahan VO2max yang memenuhi syarat serta daya jelajah yang tinggi saat memimpin suatu pertandingan. Maka, bertolak dari latar belakang tersebut ditunjang oleh keberadaan penulis sebagai salah satu wasit sepak bola, maka penulis tertarik untuk meneliti “Hubungan antara VO2max dan Daya jelajah Wasit Sepak Bola Lisensi C3 dalam suatu kompetisi di Kabupaten Bandung Barat”.

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Wasit sepak bola lisensi C3 adalah awal berkarir untuk menjadi wasit profesional, masih ada tingkatan selanjutnya setelah lisensi C3 yaitu lisensi C2 untuk tingkat daerah, lisensi C1 untuk tingkat nasional, dan lisensi Fifa untuk tinggkat internasional.

Saat mememimpin suatu pertandingan sepak bola wasit dituntut untuk bergerak mengikuti aliran bola serta memiliki daya jelajah yang baik. Oleh karena itu wasit harus memiliki kondisi fisik yang baik pada saat memimpin suatu pertandingan.

Aspek fisik menjadi sasaran utama untuk menunjang penampilan yang baik, hal ini tidak hanya berlaku bagi pemain sepak bola itu sendiri tetapi juga berlaku bagi wasit sepa kbola karena kondisi fisik yang diperlukan wasit sepak bola hampir sama dengan kondisi fisik yang diperlukan pemain sepak bola. Untuk memenuhi daya tahan tersebut seorang wasit harus mempunyai VO2max yang tinggi, tingginya VO2max wasit akan mempengaruhi kondisi fisik atau kesegaran jasmani wasit tersebut. Sehingga dalam memimpin suatu pertandingandapat fokus dan tidak mudah mengalami kelelahan. Berdasarkan hal tersebut, penulis meidentifikasi masalah penelitian ini agar penulis dan pembaca mengetahui apakah terdapat hubungan yang signifikan atara VO2max dan daya jelajah wasit sepak bola lisensi C3 dalam suatu kompetisi di Kabupaten Bandung Barat.


(15)

4

Ridwan Arif Qori Subekti, 2015

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut. “Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara VO2max dan Daya jelajah pada saat wasit lisensi C3 memimpin pertandingan sepak bola di Kabupaten Bandung Barat ?”

D. Tujuan Penelitian

Terkait dengan rumusan penelitian di atas, penulis tetapkan bahwa tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. “Mengetahui hubungan antara VO2max dan Daya jelajah saat wasit lisensi C3 memimpin pertandingan sepak bola di Kabupaten Bandung Barat.”

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.

1. Sebagai sumbangsih keilmuan yang bermanfaat tentang daya tahan VO2max dan Daya jelajah wasit saat memimpin suatu pertandingan.

2. Sebagai bahan informasi data untuk perwasitan di Indonesia pada umumnya dan bagi Pengurus Cabang (Pengcab) PSSI Kab.Bandung Barat pada khususnya.

3. Sebagai referensi bagi yang akan melakukan penelitian mengenai materi yang berhubungan dengan wasit dikemudian hari.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Dalam penulisan skripsi ini, penuli smemaparkan urutan dalam penyusunannya. Adapun urutan dari masing-masing babakan penulis jelaskan sebagai berikut:

1. Pada BAB I, berisi uraian tentang pendahuluan yang akan dipaparkan mengenai: latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi.


(16)

5

2. Pada BAB II, berisi uraian tentang kajian pustaka yang akan dipaparkan mengenai: sepak bola, wasit, dan kondisi fisik, terdapat didalamnya penjelasan tentang sepak bola, wasit, dan kondisi fisik. Selanjutnya komponen-komponen yang berperan dalam kondisi fisik wasit, terdapat didalamnya penjelasan VO2max dan daya jelajah. Selanjutnya anggapan dasar atau asumsi dan rumusan hipotesis.

3. Pada BAB III, berisi uraian tentang metode penelitian yang akan dipaparkan mengenai: metode penelitian, populasi dan sampel penelitian, langkah-langkah penelitian, agenda penelitian, instrument penelitian, pelaksanaan penelitian, teknik pengumpulan dan analisis data.

4. Pada BAB IV, berisi uraian tentang hasil pengolahan dan analisis data yang akan dipaparkan mengenai: deskripsi data hasil penelitian, selanjutnya hasil pengolahan, yang mana terdapat penjelasan konfersi Z-Skor dan T-Z-Skor, normalitas data, koefisien korelasi. Selanjutnya adalah pembahasan dan analisis temuan.


(17)

Ridwan Arif Qori Subekti, 2015

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu cara yang ditempuh untuk memperoleh data, menganalisis dan menyimpulkan hasil penelitian. Penggunaan metode dalam pelaksanaan penelitian adalah hal yang sangat penting, sebab dengan menggunakan metode penelitian yang tepat diharapkan dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Disamping itu penggunaan metode tergantung kepada permasalahan yang akan dibahas, dengan kata lain penggunaan suatu metode dilihat dari efektivitasnya, efisienya dan relevansinya metode tersebut. Suatu metode dikatakan efektif apabila selama pelaksanaan dapat terlihat adanya perubahan positif menuju tujuan yang diharapkan. Sedangkan suatu metode dikatakan efisien apabila penggunaan waktu, fasilitas, biaya, dan tenaga dapat dilaksanakan sehemat mungkin namun dengan hasil yang maksimal. Metode dikatakan relevan apabila waktu penggunaan hasil pengolahan dengan tujuan yang hendak dicapai tidak terjadi penyimpangan.

Arikunto (2010, hlm. 160) menjelaskan bahwa metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Dalam suatu penelitian, untuk dapat mencari jawaban terhadap masalah penelitian diperlukan suatu metode penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian. Terdapat beberapa bentuk metode penelitian yang biasa digunakan dalam penelitian suatu masalah, seperti metode historis, deskriptif dan eksperimen. Metode penelitian harus disesuaikan dengan masalah dan tujuan penelitian, hal ini dilakukan untuk kepentingan pemerolehan dan analisis data.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Sudjana dan Ibrahim (2001, hlm. 64) Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa kejadian yang terjadi pada saat sekarang. Dengan kata lain, penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan kepada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya.


(18)

21

pada saat penelitian dilaksanakan. Hal serupa yang dikemukakan oleh Hasan (2002, hlm.22) bahwa metode deskriptif merupakan metode penelitian yang dimaksudkan untuk pengumpulan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada, yaitu gejala yang apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, maka dapat digambarkan sifat dari metode deskriptif selain untuk mengumpulkan informasi atau data, metode deskriptif juga memusatkan pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang dan pada masalah yang aktual.

Serupa dengan pembahasan diatas, peneliti menggunakan metode deskriptif dengan teknik korelasional dengan tujuan untuk mencari dan menetapkan hubungan antara variabel satu dengan variabel lain. Mengenai langkah pelaksanaan metode deskriptif, Surakhmad (1985, hlm. 139) mengatakan: “… tidak terbatas hanya sampai pengumpulan dan pengolahan data, tetapi meliputi analisa dan interpretasi tentang arti data itu”. Data yang diperoleh dari hasil tes masih merupakan data mentah yang harus diolah sehingga data tersebut mempunyai arti.

Selanjutnya Surakhmad (1985, hlm. 140) mengemukakan ciri-ciri metode penelitian deskriptif sebagai berikut :

a. Memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang dan masalah-masalah aktual.

b. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kembali dianalisis.

Berdasarkan ciri-ciri metode deskriptif tersebut dapat peneliti kemukakan bahwa dalam penelitian ini data yang diperoleh dikumpulkan, disusun, dijelaskan dan dianalisis. Hal ini untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai Hubungan antara Vo2max dan Daya jelajah Wasit Sepak Bola Lisensi C3 Kab.Bandung Barat.

2. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini dimaksukan agar proses penelitian terarah dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.


(19)

22

Ridwan Arif Qori Subekti, 2015

Sudjana dan Ibrahim (2001, hlm. 196) menjelaskan bahwa rencana penelitian atau usulan penelitian atau research proposal adalah rancangan yang menggambarkan atau menjelaskan apa yang hendak diteliti dan sebagaimana penelitian dilaksanakan.

Bagan 3.1

ProsedurPenelitianHubungan antara VO2max dan Mobilitas Wasit C3 dalam Pertandingan Sepak Bola di Kabupaten Bandung Barat

Pada penelitian ini langkah-langkah yang disusun adalah sebagai berikut. a. Menetapkan populasi dan sampel penelitian

b. Mengumpulkan data dan pelaksanaan tes c. Mengolah data

d. Menganalisis data

Populasi Sampel

Tes Vo2max Tes Daya Jelajah

Data

Pengolahan Data dan Analisis Data


(20)

23

e. Menetapkan kesimpulan

Sedangkan desain penelitian yang digunakan peneliti dalah sebagai berikut: a) Variabel bebas : VO2max

b) Variabel terikat : Daya jelajah

Adapun rancangan atau desain dalam penelitian ini dapat kita lihat pada bagan berikut ini:

Gambar 3.1 DesainPenelitian

Keterangan : X1 : VO2 Max Y1 : Daya jelajah

B. Populasi dan Sampel

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai lokasi penelitian, populasi, dan sampel penelitian. Ketiga bagian tersebut akan dipaparkan sebagai berikut.

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat yang dijadikan sampel penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti mengadakan penelitian di Kabupaten Bandung Barat.

2. Populasi Penelitian

Dalam penelitian ini, populasi atau target populasi adalah wasit sepak bola lisensi C3 Kabupaten Bandung Barat yang berjumlah 29 orang.


(21)

24

Ridwan Arif Qori Subekti, 2015

3. Sampel Penelitian dan Teknik Penarikan Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian dari populasi yang diteliti. Pemilihan sampel dilakukan secara purposive sampling atau dengan penentuan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu. Hal ini peneliti pilih karena sebelum melakukan tes VO2max dan Daya jelajah pada wasit, peneliti harus mempertimbangkan kelayakan wasit terlebih dahulu yang memenuhi syarat sebagai berikut.

a. Wasit aktif

b. Minimal satu tahun berkarir c. Minimal usia 20 tahun

d. Yang ditugaskan pada kompetisi Liga pendidikan Indonesia (LPI) Dari kriteria tersebut di dapatkan 6 orang wasit yang akan menjadi sampel.

C. Definisi Operasional

Ada beberapa kata kunci yang menjadi variable penelitian ini, maka penulis memaparkan variabel-variabel sebagai berikut.

1. Sepak bola merupakan permainan beregu, masing-masing regu terdiri dari sebelas pemain dan salah satunya penjaga gawang. Dalam setiap permainannya, sepak bola didukung oleh pelatih yang kompeten serta pemain dan wasit yang berkualitas secara fisik maupun psikis.

2. Wasit adalah pengadil di lapangan. Wasit memiliki hak penuh selama pertandingan kepada seluruh pemain dan pelatih dan official sebuah tim. Peran wasit sangat penting demi terselenggaranya sebuah pertandingan sepak bola dengan teratur.

3. VO2max adalah tingginya daya tahan seorang yang dipengaruhi tingginya kemampuan tubuh mengkonsumsi oksigen secara maksimal. 4. Daya jelajah wasit saat memimpin suatu kompetisi atau pertandingan


(22)

25

D. Instrumen Penelitian

Guna tercapainya keberhasilan penelitian yang akan diselenggarakan penulis, makai instrumen penelitian yang di perlukan untuk menjawab masalah penelitian dan menguji hipotesis, penulis menggunakan alat ukur sebagai media atau alat pengumpulan data. Kualitas data ditentukan oleh kualitas alat pengambilan atau pengukurannya. Sebagaimana yang dikatakan Arikunto (2010, hlm. 150) bahwa tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.

Adapun alat ukur yang penulis gunakan terdiri dari 2 tes, yaitu sebagai berikut. 1. Tes kemampuan VO2 Max menggunakan Bleep tes.

1) ProsedurBleep tes

Pelaksanaan tes dapat dilaksanakan dengan beberapa orang sekaligus, asalkan yang mengetes dapat mencatat dengan tepat dan cermat setiap tahapan tes seta dapat menghentikan dengan tepat sesuai dengan ketentuan. Tes ini mengukur koordinasi jantung, paru-paru dan pembuluh darah atau dengan kata lain cardiovascular. Ketika seseorang memiliki cardiovascular yang baik dan kuat maka kebugaranya dapat dikatakan kuat pula.

2) Mekanisme Bleep tes

Peserta tes akan berlari sejauh 20M secara bolak balik. Peserta yang tidak kuat akan diberhentikan. Dalam tes ini terdapat 21 tingkatan dengan 16 balikan semakin tinggi tingkatanya maka semakin baik cardiovascular orang tersebut.

a. Perlengkapan tes

- Lintasan datar yang tidak licin sepanjang minimal 20 meter - Sebuah Cassette-player dengan volume suara cukup keras - Cassette bleep test


(23)

26

Ridwan Arif Qori Subekti, 2015

- Buat dua garis dengan jarak yang ditentukan oleh kecepatan kaset. Kecepatan standar adalah satu menit (untuk jarak 20 meter). - Meteran

- Alat tulis b. Pelaksanaan tes

- Ikuti petunjuk dari kaset. Setelah 5 hitungan bleep, peserta tes mulai berlari/jogging, dari garis pertama ke garis kedua. Kecepatan berlari harus diatur konstan dan tepat tiba di garis, lalu berbali karah (pivot) kegaris asal. Jika peserta tes sudah sampai di garis sebelum terdengar bunyi bleep, peserta tes harus menunggu di belakang garis, dan baru berlari lagi saatbunyi bleep. Begitu seterusnya, peserta tes berlari bolak-balik sesuai dengan irama bleep.

- Lari bolak-balik ini terdiri dari beberapa tingkatan (level). Setiap tingkatan terdiri dari beberapa balikan (shuttle). Setiap level ditandai dengan 3 kali bleep (seperti tanda turalit), sedangkan setiap shuttle ditandai dengan satu kali bleep.

- Peserta tes berlari sesuai irama bleep sampai ia tidak mampu mengikuti kecepatan irama tersebut (pada saat bleep terdengar, peserta tes belum sampai di garis). Jika dalam 2 kali berturut-turut peserta tes tidak berhasil mengejar irama bleep, maka peserta tes tersebut dianggap sudah tidak mampu mengikuti tes, dan ia harus berhenti.

- Lakukan pendinginan dengan cara berjalan, jangan langsung

berhenti/duduk.

2. Tes kemampuan daya jelajah menggunakan POLAR RC3-GPS With

Heart Rate Sensor.

1) Prosedur tes kemampuan mobilitas menggunakan POLAR RC3-GPS


(24)

27

Pelaksanaan tes dapat dilaksanakan dengan 1 orang wasit setiap pertandingannya. Tujuanya untuk mengetahui Daya jelajah wasit saat memimpin suatu pertandingan selama 2 x 35 menit yang mencakup :

a. Durasi waktu saat memimpin suatu pertandingan. b. Jarak lari wasit.

2) Mekanisme Tes kemampuan Daya jelajah menggunakan POLAR RC3-GPS With Heart Rate Sensor

Peserta tes akan memimpin suatu pertandingan dengan

menggunakan POLAR RC3-GPS With Heart Rate Sensor, secara

otomatis alat tersebut akan mendeteksi detak jantung dan jarak lari peserta dengan durasi waktu 2 x 35 menit.

Gambar 3.2

POLAR RC3-GPS With Heart Rate Sensor

a. Perlengkapan tes

- Alat POLAR RC3-GPS With Heart Rate Sensor - Laptop dan kabel data


(25)

28

Ridwan Arif Qori Subekti, 2015

b. Pelaksanaan tes

- Hidupkan alat POLAR RC3-GPS With Heart Rate Sensor

- Selanjutnya set alat tersebut pada saat memulai pertandingan sepak bola 2 x 35 menit. Secara otomatis, alat tersebut akan menghitung pergerakan wasit (avj heart ratet,maximal heart rate, minimal heart rate) selama pertandingan berlangsung.

- Pada saat istirahat babak pertama, alat tersebut diberhentikan sejenak (pause). Dan nyalakan kembali pada babak selanjutnya. - Setelah pertandingan selesai alat tersebut di stop/diberhentikan. - Selanjutnya alat tersebut disambungkan ke laptop melalui kabel

data guna mengalihkan data dari alat tersebut. - Tes dilakukan sebanyak 3 kali.

3. Penilaian tes

Setelah pelaksanaan tes, hasil tes tersebut akan dinilai dengan memperhatikan instrumen atau paduan kriteria penilaian yang sudah ditetapkan, kemudian ditabulasikan.Berikut criteria penilaian tes kemampuan VO2 Max menggunakan Bleep tes.

Tabel 3.1

Norma standarisasi untuk daya tahan aerobik (VO2max)

Sumber :Ismaryati (2008 : 87). Tes dan pengukuran olahraga Persentase / kategori (VO2max)

Baiksekali >51,6 Baik 42,6 – 51,5 Sedang 33,8 – 42,5 Kurang 25,0 – 33,7 Kurangsekali <25,0


(26)

29

E. Prosedur Penelitian

Mengenai langkah-langkah penelitian, Sutresna (2002, hlm. 125) yang diadaptasi dari Gay (1996, hlm. 91-98) menjelaskan bahwa umumnya langkah penelitian di awali dengan proses penelusuran masalah, penelusuran data danteori, perumusan hipotesis, penentuan metode penelitian, analisis dan interprestasi data, penarikan kesimpulan, implikasidan saran.

Pada penelitian ini, langkah-langkah yang telah disusun adalah sebagai berikut. 1. Menetapkan populasi dan sampel penelitian

2. Pengambilan dan pengumpulan data melalui tes dan pengukuran 3. Analisis data

4. Menetapkan kesimpulan

F. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu teknik pengumpulan data dan analisis data.

1. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi pengumpulan data dalam bentuk tes.Tes dalam penelitian ini terdiri dari tes kemampuan VO2Max menggunakan Bleep tes atau MFT dan tes

kemampuan Daya jelajah menggunakan alat POLAR RC3-GPS With

Heart Rate Sensor. 2. Analisis data

Setelah data diperoleh dari tes dan pengukuran, maka langkah selanjutnya adalah mengolahnya dengan menggunakan rumus-rumus statistika. Rumus-rumus statistika yang digunakan dalam penelitian ini dikutip dari buku ”Hand OutStatistika” Nurhasan (2008) dan buku

”MetodeStatistika”. Adapun langkah-langkah pengolahan data dalam


(27)

30

Ridwan Arif Qori Subekti, 2015

1. Menghitung nilai rata-rata dari hasil data mentah setiap variabel.

Menurut Nurhasan (2008, hlm. 23) “rata-rata adalah suatu nilai yang mencerminkan keadaan suatu kelompok secara keseluruhan”.

Rumus untuk menghitung rata-rata adalah:

n X X  i Keterangan :

X = Rata-rata yang dicari/mean Σ = Jumlah dari Xi

Xi = Skor mentah n = Jumlah sampel

2. Menghitung simpangan baku dari semua variabel.

Menurut Nurhasan (2008, hlm. 39) “simpangan baku adalah rentang penyebaran skor-skor dan besarnya penyimpangan suatus kordari nilai rata-rata yang distandarnisir”.

Rumus yang digunakan adalah:

Keterangan:

S = Simpangan baku yang dicari Xi = Skor mentah

X = Rata-rata dari skor mentah n = Jumlah sampel

3. Menghitung T-skor

Menurut Nurhasan (2008, hlm. 50) “T-skor adalah menyetarakan dari beberapa jenis skor yang berbeda satuan ukurannya atau berbeda bobot

skornya, menjadi skor baku atau standar”. T-skor berfungsi untuk

menyetarakan skor-skor yang berbeda satuan ukurannya, membandingkan skor yang diperoleh dan mempunyai bobot yang berbeda dan menggabungkan skortes yang berbeda satuan ukurannya.

1 ) ( 2    n X X S i


(28)

31

T-skor = 50 + 10        S x x (Untuk Jarak)

= 50 + 10        S x x (Untuk Waktu) Keterangan :

T- skor = Skor standar yang dicari X = Skor yang diperoleh seseorang

x = Nilai rata-rata S = Simpangan baku

4. Selanjutnya, menguji normalitas data dari setiap data untuk mengetahui apakah data tersebut berdistribusi normal atau tidak. Rumus yang digunakan adalah dengan uji statistika non parametrik yang disebut "Uji

Lilliefors.” Untuk menguji hipotesis nol ditempuh dengan prosedur

sebagai berikut:

Pengamatan Xi, X2, ... Xn dijadikan bilangan baku.

Z1, Z2, , ... Zn dengan menggunakan Rumus :

S X X ZI  (X dan Z masing-masing merupakan rata-rata dan simpangan baku)  Untuk setiap bilangan baku ini digunakan daftar distribusi normal baku,

kemudian dihitung peluang F(Zi)=P(Z<Zi)

 Menghitung Proporsi Z1, Z2,Zn yang lebih kecil atau sama dengan Z1. Jika proporsi ini dinyatakan dengan S(S)= banyaknya...

n Z Z Z

Z12... n1

 Hitung selisih F(Z1) - S(Zi)

 Ambil harga yang paling besar antara harga-harga mutlak selisih tersebut, sebutlah harga terbesar itu α untuk menerima dan menolak hipotesis nol maka Lo dibandingkan dengan nilai kritis L yang diambil dari uji Liliefors dengan taraf nyata 0.05 kriterianya adalah ditolak hipotesis nol bila populasi berdistribusi normal jika Lo yang diperoleh


(29)

32

Ridwan Arif Qori Subekti, 2015

dari perhitungan lebih besar dari Ltabel, dalam hal lain hipotesis diterima.

5. Menghitung uji signifikan korelasi dengan rumus :

t =

2

1 2 r n r

 

Kriteria :−�1− � < � < �1− � Keterangan:

t = Nilai thitung yang dicari r = Koefisien korelasi variabel n = Jumlah sampel

6. Menghitung signifikan koefisien korelasi. Perhitungan ini dilakukan untukmengetahui sejauh mana korelasi variabel-variabel dengan hasil tes VO2max dan mobilitas adalah sebagai berikut :

Keterangan :

F = Nilai signifikan ganda k = Jumlah variable bebas R = Korelasi ganda n = Jumlah sampel


(30)

Ridwan Arif Qori Subekti, 2015

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada uraian yang telah dikemukakan dan hasil analisis data mengenai hubungan antara VO2max dan mobilitas wasit sepak bola lisensi C3 dalam suatu kempetisi di Kabupaten Bandung Barat, Maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara VO2max dengan daya jelajah wasit sepak bola lisensi C3.

B. Saran

Berdasarkan pada hasil penelitian, penulis mempunyai beberapa saran yang dapat dipertimbangkan sebagai berikut:

1. Bagi ketua dan pengurus pengcab Kabupaten Bandung Barat diharapkan lebih memperhatikan dan mengarahkan para wasit dalam latihan fisik sehingga setiap wasit memiliki kodisi fisik yang baik saat memimpin suatu pertandingan.

2. Bagi para wasit, lebih serius dalam latihan kondisi fisik karena kondisi fisik itu sendiri sangat dominan saat memimpin suatu pertandingan ,wasit dituntut bergerak selama pertandingan.

3. Bagi rekan – rekan yang akan melakukan penelitian lebih lanjut agar mencoba melakukan penelitian dengan populasi dan sampel yang lebih banyak dan lebih umum cakupannya, serta memiliki kriteria yang lebih baik agar diperoleh hasil penelitian yang lebih berguna untuk meningkatkan prestasi wasit sepak bola.


(31)

Ridwan Arif Qori Subekti, 2015

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. (2010). Manajemen penelitian, Jakarta : Rineka cipta

Azis, Abdul.(2012). Jarak Tempuh Lari Wasit dalam Satu Pertandingan Kalahkan Stiker, sebanding Gelandang. Jawa pos

Bompa. (2000). Total Training For Young Champions, York Univercity. Canada Prihanarko, Budi (2014). Penataran Wasit Sepak Bola Lisensi C3

FIFA. (2014) Laws Of The Game

Ginanjar, Muhammad, Eric. (2013). Hubungan Kesiapan Psikis Wasit C2 dan Pemahaman Peraturan Permainan dengan pengambilan Keputusan dalam permainan sepak bola.

Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-aspek Psikologis dalam Coaching. Tambak Kusuma CV

Hasan, Iqbal, Muhammad. (2005).Pokok-pokok materi statistik 1

Januar, Muhammad.(2014). Analisis Perbedaan Kemampuan Aerobik (VO2max) dan Kelincahan (Agility) Pada Berbagai Posisi Dalam Cabang Olahraga Bola Basket

Kosasih, Engkos. (1991) Olahraga: Teknik dan Program Latihan. Jakarta. CV. Akademika Presindo

Lutan, Rusli, (2003).Penanggulangan Cidera Olahraga Moeloek. (1984). Kesehatan dan Olahraga

Nufrianto, Fajar. (2012). Surfei tentang Tingkat Kapasitas Oksigen Maksimal (VO2max) Wasit

Nurhasan (2008). Modul Tes dan Pengukuran Keolahragaan

Reilly , Thomas, dkk. (2007)Special populations : The Referee and Assistant Referee. Journal Of Sports

Sudjana, dkk. (2001). Metoda Statistika

Sukadianto (2011). Pengantar Teori dan Metodelogi Melatih Fisik Surakhmad (1985) Metode Penelitian Deskriptif


(32)

44

Zafar Sidik, dik dik. (2007). Pembinaan Kondisi Fisik

Brian Mackenzie. 101 Performance Evaluation Test. London: Elektric World Plc.

http://www.brianmac.co.uk/vo2max.

htmhttp://www.brianmac.co.uk/beep.htm[Diakses 3 Desember 2014]

Prasetyo, Wasis Eram. April (2011). Perwasitan dalam Sepakbola. Artikel Jurnal Sepakbola,(Online),(

http://ws-or.blogspot.com/2011/04/perwasitan-dalam-sepakbola.html) [Diakses 3 Desember 2014]

Referee Fitnes Testing Protocols, (online), (http:/ebookbrowse.com/fil-referee-fitnes-testing-protocol-pdf-d353638379) [Diakses 12 november 2014]


(1)

30

Ridwan Arif Qori Subekti, 2015

HUBUNGAN ANTARA VO2MAX DAN DAYA JELAJAH WASIT SEPAK BOLA LISENSI C3 DALAM

SUATU KOMPETISI DI KABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Menghitung nilai rata-rata dari hasil data mentah setiap variabel.

Menurut Nurhasan (2008, hlm. 23) “rata-rata adalah suatu nilai yang mencerminkan keadaan suatu kelompok secara keseluruhan”.

Rumus untuk menghitung rata-rata adalah:

n X X  i

Keterangan :

X = Rata-rata yang dicari/mean Σ = Jumlah dari Xi

Xi = Skor mentah n = Jumlah sampel

2. Menghitung simpangan baku dari semua variabel.

Menurut Nurhasan (2008, hlm. 39) “simpangan baku adalah rentang penyebaran skor-skor dan besarnya penyimpangan suatus kordari nilai rata-rata yang distandarnisir”.

Rumus yang digunakan adalah:

Keterangan:

S = Simpangan baku yang dicari Xi = Skor mentah

X = Rata-rata dari skor mentah n = Jumlah sampel

3. Menghitung T-skor

Menurut Nurhasan (2008, hlm. 50) “T-skor adalah menyetarakan dari beberapa jenis skor yang berbeda satuan ukurannya atau berbeda bobot skornya, menjadi skor baku atau standar”. T-skor berfungsi untuk menyetarakan skor-skor yang berbeda satuan ukurannya, membandingkan skor yang diperoleh dan mempunyai bobot yang berbeda dan menggabungkan skortes yang berbeda satuan ukurannya.

1 )

( 2

  

n X X


(2)

31

T-skor = 50 + 10 

      S x x (Untuk Jarak)

= 50 + 10 

      S x x (Untuk Waktu) Keterangan :

T- skor = Skor standar yang dicari X = Skor yang diperoleh seseorang

x = Nilai rata-rata S = Simpangan baku

4. Selanjutnya, menguji normalitas data dari setiap data untuk mengetahui apakah data tersebut berdistribusi normal atau tidak. Rumus yang digunakan adalah dengan uji statistika non parametrik yang disebut "Uji Lilliefors.” Untuk menguji hipotesis nol ditempuh dengan prosedur sebagai berikut:

Pengamatan Xi, X2, ... Xn dijadikan bilangan baku.

Z1, Z2, , ... Zn dengan menggunakan Rumus :

S X X ZI  (X dan Z masing-masing merupakan rata-rata dan simpangan baku)  Untuk setiap bilangan baku ini digunakan daftar distribusi normal baku,

kemudian dihitung peluang F(Zi)=P(Z<Zi)

 Menghitung Proporsi Z1, Z2,Zn yang lebih kecil atau sama dengan Z1.

Jika proporsi ini dinyatakan dengan S(S)= banyaknya...

n Z Z Z

Z12... n1

 Hitung selisih F(Z1) - S(Zi)

 Ambil harga yang paling besar antara harga-harga mutlak selisih tersebut, sebutlah harga terbesar itu α untuk menerima dan menolak hipotesis nol maka Lo dibandingkan dengan nilai kritis L yang diambil dari uji Liliefors dengan taraf nyata 0.05 kriterianya adalah ditolak hipotesis nol bila populasi berdistribusi normal jika Lo yang diperoleh


(3)

32

Ridwan Arif Qori Subekti, 2015

HUBUNGAN ANTARA VO2MAX DAN DAYA JELAJAH WASIT SEPAK BOLA LISENSI C3 DALAM

SUATU KOMPETISI DI KABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dari perhitungan lebih besar dari Ltabel, dalam hal lain hipotesis diterima.

5. Menghitung uji signifikan korelasi dengan rumus :

t =

2

1 2

r n r

 

Kriteria :−�1− � < � < �1− � Keterangan:

t = Nilai thitung yang dicari r = Koefisien korelasi variabel n = Jumlah sampel

6. Menghitung signifikan koefisien korelasi. Perhitungan ini dilakukan untukmengetahui sejauh mana korelasi variabel-variabel dengan hasil tes VO2max dan mobilitas adalah sebagai berikut :

Keterangan :

F = Nilai signifikan ganda k = Jumlah variable bebas R = Korelasi ganda n = Jumlah sampel


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan pada uraian yang telah dikemukakan dan hasil analisis data

mengenai hubungan antara VO2max dan mobilitas wasit sepak bola lisensi C3 dalam suatu kempetisi di Kabupaten Bandung Barat, Maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara VO2max dengan daya jelajah wasit sepak bola lisensi C3.

B. Saran

Berdasarkan pada hasil penelitian, penulis mempunyai beberapa saran yang dapat dipertimbangkan sebagai berikut:

1. Bagi ketua dan pengurus pengcab Kabupaten Bandung Barat diharapkan lebih memperhatikan dan mengarahkan para wasit dalam latihan fisik sehingga setiap wasit memiliki kodisi fisik yang baik saat memimpin suatu pertandingan.

2. Bagi para wasit, lebih serius dalam latihan kondisi fisik karena kondisi fisik itu sendiri sangat dominan saat memimpin suatu pertandingan ,wasit dituntut bergerak selama pertandingan.

3. Bagi rekan – rekan yang akan melakukan penelitian lebih lanjut agar mencoba melakukan penelitian dengan populasi dan sampel yang lebih banyak dan lebih umum cakupannya, serta memiliki kriteria yang lebih baik agar diperoleh hasil penelitian yang lebih berguna untuk meningkatkan prestasi wasit sepak bola.


(5)

Ridwan Arif Qori Subekti, 2015

HUBUNGAN ANTARA VO2MAX DAN DAYA JELAJAH WASIT SEPAK BOLA LISENSI C3 DALAM

SUATU KOMPETISI DI KABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. (2010). Manajemen penelitian, Jakarta : Rineka cipta

Azis, Abdul.(2012). Jarak Tempuh Lari Wasit dalam Satu Pertandingan

Kalahkan Stiker, sebanding Gelandang. Jawa pos

Bompa. (2000). Total Training For Young Champions, York Univercity. Canada Prihanarko, Budi (2014). Penataran Wasit Sepak Bola Lisensi C3

FIFA. (2014) Laws Of The Game

Ginanjar, Muhammad, Eric. (2013). Hubungan Kesiapan Psikis Wasit C2 dan

Pemahaman Peraturan Permainan dengan pengambilan Keputusan dalam permainan sepak bola.

Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-aspek Psikologis dalam Coaching. Tambak Kusuma CV

Hasan, Iqbal, Muhammad. (2005).Pokok-pokok materi statistik 1

Januar, Muhammad.(2014). Analisis Perbedaan Kemampuan Aerobik (VO2max)

dan Kelincahan (Agility) Pada Berbagai Posisi Dalam Cabang Olahraga Bola Basket

Kosasih, Engkos. (1991) Olahraga: Teknik dan Program Latihan. Jakarta. CV. Akademika Presindo

Lutan, Rusli, (2003).Penanggulangan Cidera Olahraga Moeloek. (1984). Kesehatan dan Olahraga

Nufrianto, Fajar. (2012). Surfei tentang Tingkat Kapasitas Oksigen Maksimal

(VO2max) Wasit

Nurhasan (2008). Modul Tes dan Pengukuran Keolahragaan

Reilly , Thomas, dkk. (2007)Special populations : The Referee and Assistant

Referee. Journal Of Sports

Sudjana, dkk. (2001). Metoda Statistika

Sukadianto (2011). Pengantar Teori dan Metodelogi Melatih Fisik Surakhmad (1985) Metode Penelitian Deskriptif


(6)

44

Zafar Sidik, dik dik. (2007). Pembinaan Kondisi Fisik

Brian Mackenzie. 101 Performance Evaluation Test. London: Elektric World Plc.

http://www.brianmac.co.uk/vo2max.

htmhttp://www.brianmac.co.uk/beep.htm[Diakses 3 Desember 2014]

Prasetyo, Wasis Eram. April (2011). Perwasitan dalam Sepakbola. Artikel Jurnal

Sepakbola,(Online),( http://ws-or.blogspot.com/2011/04/perwasitan-dalam-sepakbola.html) [Diakses 3 Desember 2014]

Referee Fitnes Testing Protocols, (online),