PENERAPAN METODE INTERVAL TRAINNING UNTUK MENINGKATKAN KONDISI FISIK WASIT SEPAK BOLA DI KABUPATEN BELITUNG.

(1)

PENERAPAN METODE INTERVAL TRAINNING UNTUK MENINGKATKAN KONDISI FISIK WASIT SEPAK BOLA

DI KABUPATEN BELITUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh : Surya Ditya Gunawan

0900502

JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

PENERAPAN METODE INTERVAL TRAINNING UNTUK MENINGKATKANKONDISI FISIK WASIT SEPAK BOLA

DI KABUPATEN BELITUNG

Oleh:

SURYA DITYA GUNAWAN

Sebuah Skripsi yang Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

© Surya Ditya Gunawan 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

November 2013

Hak Cipta dilindungi Undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

SURYA DITYA GUNAWAN 0900502

PENERAPAN METODE INTERVAL TRAINNING UNTUK

MENINGKATKAN KONDISI FISIK WASIT SEPAK BOLA DI BELITUNG

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Dr. Nuryadi, M.Pd NIP. 197101171998021001

Pembimbing II

Arif Wahyudi, S.Pd NIP. 197405202001121001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

Drs. Mudjihartono, M.Pd. NIP. 1965081719990011001


(4)

ABSTRAK

Surya Ditya Gunawan. Judul : Penerapan Metode Interval Trainning Untuk Meningkatkan Kondisi Fisik Wasit Sepak Bola di Kabupaten Belitung. Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi. FPOK UPI. Pembimbing I : Dr. Nuryadi, M.Pd. Pembimbing II : Arif Wahyudi, S. Pd.

Seorang wasit sepak bola harus memiliki kondisi fisik yang baik untuk memimpin jalannya pertandingan sepak bola. Penulis beranggapan bahwa kondisi fisik wasit sepak bola di Kabupaten Belitung masih kurang dan perlu adanya peningkatan. Karena kondisi fisik yang kurang baik akan mempengaruhi kualitas dan penampilan wasit pada saat di lapangan. Untuk itu penulis melakukan penelitian dengan tujuan mengetahui dampak metode interval trainning terhadap kondisi fisik wasit sepak bola di Kabupaten Belitung. Interval trainning yang diberikan berupa Speed Endurance Exercise dari yang merupakan program latihan FIFA khusus wasit sepak bola sebanyak 16 kali pertemuan. Metode penelitian yang dipakai penulis adalah menggunakan metode eksperimen dengan jumlah sampel wasit sepak bola di Kabupaten Belitung sebanyak 12 orang. Penulis melakukan tes awal dan tes akhir berupa Physical Fitness Test Referee dari FIFA yang bertujuan untuk melihat kondisi fisik seorang wasit sepak bola khususnya daya tahan dan kecepatan. Penulis mengunakan program komputer Statistical Product Solutions Service (SPSS) untuk mengolah data dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Setelah pengujian hipotesis didapatkan bahwa untuk daya tahan skor P-value 0,185 sedangkan untuk kecepatan skor P-value 0,329. Dari hasil ini P-value ≥ 0,05 ; maka tidak terdapat dampak yang signifikan. Tetapi jika dilihat dari hasil rata-rata perbandingan tes awal dan tes akhir, untuk daya tahan mengalami peningkatan sebesar 28,32% sedangkan kecepatan mengalami peningkatan sebesar 2,27%. Jadi kesimpulan penelitian ini adalah “tidak terdapat dampak peningkatan yang signifikan kondisi fisik wasit sepak bola di Kabupaten Belitung melalui metode Interval Trainning”.


(5)

ABSTRACT

Surya Ditya Gunawan. Tittle : Application of interval training method to improve the physical conditions in the district referee Belitung. Courses of Physical Education Health and Recreation. FPOK UPI. Mine Supervision : Dr. Nuryadi, M.Pd. Co Supervision : Arif Wahyudi, S. Pd.

A football referee must have a good physical condition to lead the football game . The author assumes that the physical condition of a football referee in Belitung province is still lacking and need for improvement . Due to the poor physical condition will affect the quality and appearance of the referee at the time in the field . To the authors conducted a study in order to know the impact of the interval trainning methods of the physical condition of football referees in Belitung province . Interval trainning given in the form of Speed Endurance Exercise of which is a special exercise program FIFA football referee as much as 16 sessions . The research method used is a writer using the experimental method with a sample of a football referee in Belitung Regency 12 people . The author conducted the initial test and a final test of the Referee Physical Fitness Test FIFA aimed to look at the physical condition of a football referee in particular endurance and speed . The author uses the computer program Statistical Product Service Solutions ( SPSS ) to process the data from the research that has been done . After hypothesis testing showed that endurance scores for P-value score of 0.185 , while for speed P-value 0.329 . From these results the P - value ≥ 0.05, then there is no significant impact . But when seen from the comparison of the average initial test and final test , for durability increased by 28.32 % while the rate increased by 2.27% . So the conclusion of this study is " there is no significant increase in the impact of the physical condition of a football referee in Belitung province through Trainning Interval method " .


(6)

DAFTAR ISI KATA

PENGANTAR………Error!

Bookmark not defined. UCAPAN TERIMA

KASIH……….Error! Bookmark not

defined.

ABSTRAK………iv

DAFTAR ISI………..i

DAFTAR TABEL………iv

DAFTAR GAMBAR………..viii

BAB I PENDAHULUAN……….1

A. Latar Belakang………1

B. Rumusan Masalah………...6

C. Tujuan Penelitian………6

D. Manfaat Penelitian………..6

E. Batasan Masalah………..7

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS………8

A. Sepak Bola………...8

B. Kondisi Fisik………..20

C. Metode Latihan Interval……….25

D. Hakikat Wasit Sepak Bola……….27

E. Hipotesis………39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN……….40

A. Metode Penelitian………..40

B. Teknik Pengolahan Data………40

C. Populasi dan Sampel……….44

D. Design Penelitian...45

E. Instrumen Penelitian ... 45

F. Langkah-langkah Penelitian ... 49

G. Agenda Penelitian ... 50

H. Program Latihan ... 51

BAB IV HASIL PENGOLAHAN DATA ... 61

A. Hasil Pengolahan dan Analisis Data ... 61


(7)

1. Uji Normalitas ... 65

2. Uji Homogenitas ... 66

C. Uji Hipotesis...67

D. Diskusi Penemuan ... 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 74

A. Kesimpulan ... 74

B. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 76

LAMPIRAN ... LAMPIRAN 1 : DESKRIPSI DATA...78

LAMPIRAN 2 : UJI NORMALITAS...79

LAMPIRAN 3 : UJI HOMOGENITAS DAN HIPOTESIS...80

LAMPIRAN 4 : AGENDA PENELITIAN...82

LAMPIRAN 5 : PROGRAM LATIHAN INTERVAL...84

LAMPIRAN 6 : DATA HASIL PHYSICAL FITNESS TEST REFEREE KABUPATEN BELITUNG...93

LAMPIRAN 7 : DATA HASIL PHYSICAL FITNESS TEST REFEREE KOTA BANDUNG...97

LAMPIRAN 8 : DATA HASIL PHYSICAL FITNESS TEST REFEREE NASIONAL...99

LAMPIRAN 9 : DAFTAR HADIR PENELITIAN... 101

LAMPIRAN 10 : SURAT KETERANGAN PENGESAHAN JUDUL SKRIPSI...103

LAMPIRAN 11 : SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN...107

LAMPIRAN 12 : SURAT KETERANGAN TELAH MELAKSANAKAN PENELITIAN...108

LAMPIRAN 13 : PHYSICAL FITNESS TEST REFEREE...109


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Agenda penelitian...50

Tabel 3.2 Program latihan...52

Tabel 4.1 Data mentah hasil tes awal...62

Tabel 4.2 Data mentah hasil tes akhir...63

Tabel 4.3 Hasil perbandingan daya tahan dan kecepatan pada tes awal dan tes akhir...64

Tabel 4.4 Data hasil uji normalitas...65

Tabel 4.5 Hasil pengujian homogenitas...66

Tabel 4.6 Hasil pengujian hipotesis...67

Tabel 4.7 Persentase peningkatan tes awal dan tes akhir...68

Tabel 4.8 Data usia wasit sepak bola di Kabupaten Belitung...70

Tabel 4.9 Perbandingan rata-rata hasil Physical Fitness Test Referee Kabupaten Belitung, Kota Bandung dan Nasional...71


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Ukuran Lapangan Sepak Bola...10

Gambar 2.2 Bola di dalam dan di luar Permainan...13

Gambar 2.3 Cara Mencetak Gol...13

Gambar 2.4 Posisi ofsaid...14

Gambar 2.5 Posisi ofsaid...15

Gambar 2.6 Posisi onsaid...15

Gambar 2.7 Tendangan pinalti...18

Gambar 2.8 Lemparan ke dalam...19

Gambar 2.9 Pergerakan wasit...30

Gambar 2.10 Signal asisten wasit bola keluar...30

Gambar 2.11 Signal asisten ofsaid, ofsaid dekat, ofsaid tengah, ofsaid jauh...31

Gambar 2.12 Signal asisten wasit tendangan sudut...32

Gambar 2.13 Signal asisten wasit pergantian pemain...32

Gambar 2.14 Signal asisten wasit tendangan gawang...33

Gambar 3.1 Physical Fitness Test Referee yang pertama...47


(10)

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap orang pasti pernah mendengar kata olahraga. Tidak sedikit orang menjadikan olahraga sebagai hobi atau kesenanganya. Beberapa cabang olahraga yang sangat diminati seperti sepak bola, bola voli, bola basket, dan bulutangkis. Salah satu yang paling sering kita dengar adalah sepak bola. Sepak bola adalah olahraga yang sangat populer dan sangat diminati oleh semua kalangan masyarakat dari anak-anak sampai orang dewasa. Sepak bola merupakan salah satu olahraga invasi atau saling menyerang masing-masing tim menjadikan permainan ini sangat menarik untuk ditonton. Sucipto, dkk (1999:7)menjelaskan pengertian sepak bola adalah sebagai berikut :

Sepak bola merupakan permainan beregu, masing-masing regu terdiri dari 11 pemain dengan seorang penjaga gawang, yang dimainkan dengan mengunakan kaki, kecuali penjaga gawang yang boleh yang boleh menggunakan lengannya di daerah tendangan hukuman.

Lebih lanjut lagi, Kosasih (1991 : 103) menjelaskan adalah sebagai berikut: Sepak bola merupakan salah satu cabang olahraga permainan yang terdiri dari dua regu dengan setiap regu minimal 7 orang pemain, maksimal 11 orang pemain yang berada di lapangan. Bola dimainkan oleh seluruh tubuh kecuali dengan tangan (kecuali penjaga gawang) dengan dibatasi oleh aturan-aturan tertentu, yang bertujuan untuk memasukan bola sebanyak mungkin ke gawang lawan dan menjaga gawang sendiri dari serangan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa olahraga sepak bola adalah salah satu olahraga menyerang yang bertujuan mencetak gol ke gawang lawan yang dimainkan oleh sebelas lawan sebelas orang dengan menggunakan teknik permainan sepak bola seperti passing, shooting, dan dribbling.Dari beberapa pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa permainan ini sangat membutuhkan konsentrasi dan kemampuan fisik yang baik. Karena setiap pemain harus mampu berlari dan membuka ruang serta memutuskan setiap kesempatan yang ada pada


(12)

2

dirinya untuk menghasilkan suatu peluang yang dapat menguntungkan untuk timnya.

Pada sebuah pertandingan biasanya terdapat pengadil, juri, atau yang dikenal dengan wasit. Dalam pertandingan sepak bola terdapat wasit yang berfungsi untuk menjadi pengadil dan memimpin jalannya suatu pertandingan sepak bola. Wasit adalah “seorang yang memiliki wewenang untuk mengatur jalannya suatu pertandingan olahraga”.(id.wikipedia.org)

Pada olahraga sepak bola terdapat seorang wasit yang memimpin pertandingan dan beberapa pembantu wasit yang berfungsi memudahkan kinerja wasit. Di dalam buku Law of the Game FIFA (2010) dijelaskan dalam peraturan permainan pasal 5 tentang wasit adalah “Wasit yang memimpim pertandingan sejumlah satu orang dibantu dua orang sebagai hakim garis. Kemudian dibantu wasit cadangan yang membantu apabila terjadi pergantian pemain dan mengumumkan tambahan waktu”.

Di Dunia pada umumnya dan Indonesia pada khususnya banyak sekali kontroversi mengenai wasit yang menjadi pengadil di lapangan hijau ini. Beberapa keputusan wasit sering kali tidak diterima oleh pihak yang merasa dirugikan, baik para pemain, pelatih, maupun pendukung tim. Sehingga menimbulkan protes yang berlebihan terhadap wasit. Salah satu tindakan yang sangat berlebihan adalah perbuatan Pieter Rumaropen, pemain dari klub Persiwa Wamena asal Papua yang memukul wasit pada pertandingan Pelita Bandung Raya melawan Persiwa Wamena. Perbuatan tercela tersebut membuat dirinya dihukum tidak boleh bertanding sepak bola seumur hidup. Tindakan yang dilakukan oleh Pieter Rumaropen ini adalah salah satu bentuk ketidakpuasan terhadap kinerja wasit yang memimpin jalannya pertandingan. (http://bola.viva.co.id : 2013)

Setiap kejadian-kejadian pelanggaran yang dilakukan oleh pemain harus mendapat pengawasan yang ketat oleh wasit agar tidak salah dalam mengambil keputusan. Wasit sebaiknya berada didekat terjadinya pelanggaran minimal 10 meter terhadap kejadian. Jadi sudah seharusnya wasit harus selalu aktif bergerak dan berlari mengikuti bola dan agar memudahkan wasit untuk melihat dan


(13)

3

memutuskan suatu kejadian. Hal ini tentunya akan memudahkan wasit dalam menentukan apakah terjadi pelanggaran atau tidak.

Wasit sepak bola pada khususnya lebih mengandalkan konsentrasi penuh dan juga ketahanan fisik yang baik dalam melaksanakan tugasnya memimpin pertandingan selama 2x45 menit. Jadi sudah seharusnya seorang wasit mempersiapkan kondisi fisiknya secara baik sebelum memimpin pertandingan agar dapat memberikan dampak yang positif bagi penampilannya nanti. Dengan kondisi fisik yang baik wasit bisa menjadi tenang, berkonsentrasi penuh pada pertandingan, tidak ragu-ragu, sehingga tidak mengalami bentuk-bentuk kesalahan dalam pengambilan keputusan.

Kardjono (2008 : 4) menjelaskan “Keadaan kondisi fisik yang baik akan mempengaruhi pula terhadap aspek-aspek kejiwaan seperti peningkatan motivasi kerja, semangat kerja, rasa percaya diri, ketelitian dan sebagainya”.Mengenai pengertian dari kondisi fisik, Sidik, dkk (2007:51) menjelaskan “Kondisi fisik adalah salah satu persyaratan yang sangat diperlukan dalam usaha peningkatan prestasi seorang atlet bahkan dapat dikatakan sebagai keperluan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi”.Selain itu Harsono (1988) menjelaskan :

Kondisi fisik yang baik akan berpengaruh terhadap fungsi dan sistem organisme tubuh antara lain : (1) Akan ada peningkatan dalam kemampuan sistem sirkulasi dan kerja jantung ; (2) Akan ada peningkatan dalam kekuatan, kelentukan, stamina dan komponen kondisi fisik lainnya ; (3) Akan ada ekonomi gerak pada waktu latihan ; (4) Akan ada pemulihan yang lebih cepat dalam organ-organ tubuh setelah latihan ; (5) Akan ada respon yang lebih cepat dari organisme tubuh kita apabila sewaktu-waktu respon demikian diperlukan.

Jadi kondisi fisik adalah merupakan suatu keadaan fisik seseorang yang menyatakan bahwa seseorang tersebut dikatakan siap dan bugar untuk melakukan aktivitas-aktivitas atau tugas diberikan. Apabila kondisi fisik seseorang baik maka ia dapat melakukan berbagai aktivitas dengan mudah. Wasit sepak bola juga harus memiliki kondisi fisik yang baik untuk mendapatkan penampilan yang baik pula pada saat memimpin jalannya pertandingan. Tidak hanya bagi atlet melainkan wasit sepak bola pun harus memiliki kondisi fisik yang baik. Namun bagi wasit


(14)

4

sepak bola kondisi fisik perlukan untuk memimpin jalnnya pertandingan sepak bola agar memudahkan kinerja wasit. Berbeda dengan atlet yang membutuhkan kondisi fisik yang baik untuk mencapai prestasi tertinggi.

Sidik (2007:61-77) menjelaskan beberapa komponen dari kondisi fisik diantaranya adalah :

1. Kekuatan (Strenght) adalah kemampuan otot untuk melakukan kontraksi guna membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan...

2. Kelentukan (Flexibility) adalah kemampuan gerak dalam ruang sendi yang seluas-luasnya...

3. Kecepatan (Speed) adalah „kapasitas dari anggota tubuh atau bagian dari sistem pengungkit tubuh atau kecepatan dari seluruh tubuh yang dilaksanakan dalam waktu yang singkat...

4. Daya tahan (Endurence) adalah kemampuan fisik seseorang untuk melakukan kerja dalam waktu yang relatuf lama...

Beberapa komponen fisik diatas biasanya disesuaikan dengan cabang olahraga tertentu. Karena setiap cabang olahraga biasanya lebih membutuhkan beberapa komponen kondisi fisik yang dominan diantara yang lainnya. Khusus untuk wasit sepak bola yang bukan termasuk atlet dalam cabang olahraga biasanya hanya mengutamakan kondisi fisik yang baik bukan digunakan untuk bertanding dan meraih prestasi tertinggi, melainkan untuk memimpin jalannya sebuah pertandingan sepak bola. Komponen yang lebih dominan digunakan untuk mendapatkan fisik yang baik adalah daya tahan dan kecepatan. “Karena wasit sepak bola harus meminpin pertandingan selama waktu 2 x 45 menit yang relatif lama”. (Law of the Game : 2010).

Salah satu metode yang cocok untuk melatik kondisi fisikwasit sepak bola adalah dengan interval trainning. Metode latihan interval adalah suatu metode latihan yang jarak, waktu, dan istirahatnya telah ditentukan. Dengan menggunakan latihan semacam ini dapat meningkatkan daya tahan seseorang. Pernyataan ini sejalan dengan yang telah dijelaskan dalam buku IAAFyang ditulis oleh Ballesteros (diterjemahkan oleh SDS (1993:17) bahwa „Latihan untuk daya tahan kecepatan dengan metode Interval Trainning diperlukan ketentuan jarak, waktu (dalam presentase), pengulangan, pemulihannya secara jelas‟.


(15)

5

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Harsono (1988:156) yang mengatakan : “Interval trainningadalah suatu sistem latihan yang diselingi oleh interval-interval yang berupa masa-masa istirahat”.Sedangkan Sukadiyanto (2010: 41) menjelaskan :

Latihan interval adalah suatu metode latihan yang diselingi oleh interval yang berupa istirahat. Interval trainning untuk daya tahan biasanya intensitas larinya rendah sampai medium sekitar 50% -70% dari kemampuan maksimal.” Ada beberapa faktor yang harus dipenuhidalam menyusun interval training yaitu : (1) Lamanya latihan ; (2) Intensitas latihan ; (3) Ulangan ; (4) Masa istirahat setiap repetisi latihan.

Latihan ini dianggap cocok untuk para wasit yang lebih membutuhkan daya tahan dan kondisi fisik yang prima. Di mana pada saat memimpin suatu pertandingan sepak bola, pergerakan wasit ada kalanya harus berlari, jogging, ataupun berjalan. Hal ini dilakukan terus-menerus selama pertandingan berlangsung 2x45 menit. Sepanjang memimpin jalannya suatu pertandingan seorang wasit biasanya memerlukan lari cepat, jogging, atau berjalan.Ini dilakukan agar dapat memantau dan melihat setiap kejadian atau pelangggaran yang dilakukan oleh pemain. Dapat ditarik kesimpulan bahwa wasit sepak bola yang ideal adalah harus memiliki kondisi fisik daya tahan yang baik. Dan salah satu bentuk latihannya adalah interval trainning yang dilakukakan dengan proses latihan yang diselingi masa istirahat.

Dari beberapa uraian di atas, penulis yang telah mengamati keadaan perwasitan di Kabupaten Belitung Provinsi Kepulauan Bangka Belitung hanya terdapat 12 orang wasit yang aktif. Jumlah ini dinilai sangat sedikit dan kurang diminati oleh masyarakatnya. Dari penampilannyadi lapangan dinilai sangat kurang karena tidak pernah mendapatkan pelatihan khusus atau tes penyegaran kondisi fisik khusus wasit. Data juga menunjukan bahwa untuk wasit sepak bola di Kabupaten Belitung berbeda dengan keadaan wasit di Kota lain, misalnya Kota Bandung dari segi persyaratan sertifikasi wasit yang menggunakan finess test. Di Kabupaten Belitung khusus untuk wasit sepak bola yang bersertifikasi C-III (tingkat Kabupaten) dan C-II (tingkat Provinsi) hanya diberikan pengarahan seputar peraturan pertandingan saja, tidak dilengkapi dengan tes fisik yang


(16)

6

merupakan salah satu persyaratan wasit bersertifikasi. Permasalahan di atas mengakibatkan kondisi fisik wasit sepak bola di Kabupaten Belitung sulit ditingkatkan. Maka dari itu penulis mengambil sebuah judul penelitian yaitu : “Penerapan Metode Interval Trainning Untuk Meningkatkan Kondisi Fisik Wasit Sepak Bola Di Kabupaten Belitung.

B.Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut didapatkan bahwa wasit sepak bola di Kabupaten Belitung memiliki kondisi fisik yang kurang karena tidak pernah mendapatkan pelatihan khusus wasit sepak bola. Jadi berdasarkan masalah tersebut maka penulis mengambil rumusan masalah sebagai berikut : “Bagaimanakah dampak metode interval trainning terhadap kondisi fisik wasit sepak bola di Kabupaten Belitung?”

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak dari metode interval trainning terhadap kondisi fisik wasit sepak bola di Kabupaten Belitung.

D.Manfaat Penelitian

Dari judul yang diambil dari peneliti maka penelitian ini dapat bermanfaat antara lain :

1. Manfaat teoritis :

a. Sebagai sumbangsih keilmuan yang bermanfaat tentang peningkatan kondisi fisik melaluiinterval trainning.

b. Sebagai bahan informasi data mengenai wasit di daerah Pengcab PSSI Kabupaten Belitung.

c. Sebagai data untuk perwasitan di Indonesia pada umumnya dan bagi Pengurus Cabang (Pengcab) PSSI Kabupaten Belitung pada khususnya.


(17)

7

2. Manfaat praktis

a. Sebagai pedoman dan acuan bagi para wasit di daerah lainnya untuk meningkatkan kondisi fisik melalui interval trainning.

b. Sebagai sumbangsih terhadap Pengcab PSSI Kabupaten Belitung dalam upaya memeningkatkan kualitas wasit sepak bola di Kabupaten Belitung.

c. Sebagai acuan untuk berprestasi dan menciptakan wasit Nasional yang berasal dari Kabupaten Belitung.

E.Batasan Penelitian

Untuk mendapatkan data yang jelas dan penelitian yang lebih efektif, penulis memberikan beberapa batasan masalah seperti yang diuraikan, diantaranya adalah :

1. Variabel bebas dari penelitian ini adalah metode interval trainning.

2. Variabel terikatnya adalah dari penelitian ini adalah kondisi fisik wasit sepak bola di Kabupaten Belitung.

3. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh wasit sepak bola di Kabupaten Belitung yang bersertifikasi C-III (tingkat Kabupaten), C-II (tingkat Provinsi), dan C-I (tingkat Nasional) yaitu berjumlah 12 orang. Sedangkan sampel yang digunakan adalah seluruh dari jumlah populasi yaitu sebanyak 12 orang.

4. Komponen kondisi fisik yang lebih diutamakan dari penelitian ini adalah daya tahan dan kecepatan.


(18)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam sebuah penelitian ilmiah dalam mencapai tujuannya selalau menggunakan metode. Metode yang tepat akan akan membantu dalam keberhasilan suatu penelitian. Bentuk dan jenis metode penelitian yang digunakan biasanya disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dari sebuah penelitian. Metode dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki atau cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.

Dalam menyelesaikan suatu penelitian biasanya terdapat berbagai jenis metode penelitian yang digunakan. Sugiyono (2009) menjelaskan “Bila dilihat dari tingkat kealamiahan (setting) tempat penelitian terdapat tiga metode penelitian, yaitu penelitian eksperimen, survey dan naturalistik (kualitatif)”. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian eksperimen. Mengenai metode penelitian eksperimen Sugiyono (2009) menjelaskan :

Metode penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Dalam penelitian eksperimen ada perlakuan (treatment), sedangkan dalam penelitian naturalistik/kualitatif tidak ada perlakukan.

Jadi penulis menggunakan metode penelitan eksperimen karena di dalam penelitian ini terdapat treatmen atau perlakuan. Dalam penelitian ini tidak terdapat kelompok kontrol.

B. Teknik Pengolahan Data

Setelah data diperoleh, maka akan dilakukan pengolahan dan analisis data, supaya memperoleh informasi yang jelas untuk menguji hipotesis dan


(19)

41

menyimpulkan hasil penelitian. Pengolahan data dilakukan dengan metode statistka agar diperoleh hasil yang tepat. Teknik pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan penghitungan komputerisasi program SPSS (Statistical Product Service Solutions) dengan alasan bahwa program ini memiliki kemampuan analisis statistik cukup tinggi serta sistem manajemen data pada lingkungan grafis menggunakan menu-menu dekriptif dan kotak-kotak dialog sederhana, sehingga mudah dipahami cara pengoperasiannya (Sugianto, 2007: 1).

Pengolahan data menurut Hasan (2006:24) meliputi kegiatan:

1. Editing, yaitu memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan.

2. Coding (Pengkodean), yaitu memberikan kode numeric (angka) terhadap data yang terdiri dari beberapa kategori.

3. Pemberian skor atau nilai

4. Tabulasi, yaitu membuat tabel-tabel yang berisi data dan diberi kode sesuai dengan kebutuhan analisis.

Sudjana (1989) menjelaskan rumus-rumus statistika yang digunakan dalam pengolahan data adalah sebagi berikut :

1. Menguji Normalitas

Pengujian normalitas yaitu untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Selain itu juga sebagai upaya untuk dapat menentukan jenis uji statistik berikutnya. Karena jumlah sampel termasuk ke dalam kelompok kecil, maka uji normalitas menggunakan kolmogorov-smirnov. Format pengujiannya dengan membandingkan nilai probabilitas (p-value) atau signifikansi (Sig.) dengan derajat kebebasan (dk) α = 0,05. Uji kebermaknaannya adalah sebagai berikut:

a. Jika nilai Sig. Atau P-value > 0,05 maka data dinyatakan normal b. Jika nilai Sig. Atau P-value < 0,05 maka data dinyatakan tidak normal.

Selain itu, jika menggunakan rumus manual dengan menggunakan uji lilifors dapat ditempuh dengan langkah-langkah sebagai berikut :


(20)

42

a. Membuat tabel penolong untuk mengurutkan data terkecil sampai terbesar, kemudian mencari rata-rata dan simpangan baku.

b. Mencari nilai Z1, Z2,...,Zn yaitu dengan rumus Z =

1−

c. Menghitung peluang F(Zi) = P(Z-Zi)

d. Menghitung proporsi Z1, Z2, ... Zn yang lebih kecil atau sama dengan Z1. Proporsi ini dinyatakan dengan rumus :

�( ) = � � �� 1, 2,… � �

e. Menghitung selisih F(Z1) – S(Zi)

f. Ambil harga terbesar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut, sebutlah harga tersebar itu α untuk menerima dan menolak hipotesis nol maka Lo dibandingkan dengan nilai kritis L yang diambil dari uji Lilliefors dengan taraf nyata 0,05 kriterianya adalah ditolak hipotesis nol, bila populasi berdistribusi normal jika Lo yang diperoleh dari perhitungan lebih besar dibandingkan L tabel, dalam hal lain hipotesis diterima.

2. Uji Homogenitas

Langkah selanjutnya setelah uji normalitas adalah uji homogenitas data. Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah data memiliki varians yang sama atau tidak, dengan kata lain apakah data berasal dari satu populasi yang homogen atau tidak. Selain untuk menguji homogen tidaknya data, uji homogenitas juga untuk menentukan langkah pengolahan selanjutnya, yaitu jenis statistik apa yang akan digunakan. Jika data homogen, maka pengolahan dilanjutkan dengan statistik parametrik, sedangkan jika data tidak homogen maka dilanjutkan dengan pengolahan statistik non-parametrik.

Pengujian homogenitas data dalam hal ini yang penulis gunakan adalah lavene tes statistik. Uji kebermaknaannya adalah sebagai berikut:

a. Jika nilai Sig. Atau P-value > 0,05 maka data dinyatakan homogen b. Jika nilai Sig. Atau P-value < 0,05 maka data dinyatakan tidak homogen.


(21)

43

Apabila pengujian menggunakan pengolahan data manual dapat ditempuh dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Sebelum menentukan nilai pendekatan statistik untuk uji homogenitas, maka penulis menentukan pasangan hipotesis yang akan diuji dengan ketentuan sebagai berikut:

Ho = 12 22 H1 =12 22

b. Menentukan pendekatan statistik dengan rumus sebagai berikut:

terkecil Variansi

terbesar Variansi

F

c. Menentukan kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis adalah sebagai berikut :

Tolak hipotesis (Ho) jika F > Fα Terima hipotesis (Ho) jika F < Fα

d. Menentukan batas kritis penolakan dan penerimaan hipotesis dengan menentukan dk pembilang dan dk penyebut dengan masing-masing dk dikurangi 1 dan ketentuan α = 0,05.

e. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil dari penghitungan uji homogenitas.

3. Menguji hipotesis :

Untuk menentukan diterima atau ditolaknya hipotesis dengan menggunakan pendekatan statistik uji t, dalam uji ini penulis juga menggunakan program komputer SPSS. Uji kebermaknaan hipotesis adalah sebagai berikut : a. Jika P-value ≤ 0,05: maka tidak terdapat dampak yang signifikan

b. Jika P-value > 0,05 : maka terdapat dampak yang signifikan

Jika pengujian hipotesis menggunakan secara manual dapat ditempuh dengan langkah-langkah sebagai berikut:


(22)

44

t =

Keterangan :

t = derajat peningkatan yang dicari � = rata-rata beda

� = simpangan baku beda � = jumlah sampel

Langkah-langkah dalam menghitung untuk uji t adalah sebagai berikut : a. Menghitung rata-rata beda

b. Menghitung simpangan baku beda c. Mencari nilai t hitung

d. Mencari batas penerimaan hipotesis pada t tabel e. Membandingkan t hitung dengan t tabel

Adapun t hitung berada di luar daerah penerimaan hipotesis, maka hipotesis ditolak. Begitu juga sebaliknya, apabila t hitung berada di dalam daerah penerimaan, maka hipotesis diterima.

C. Populasi dan Sampel

Sugiyono (2009) mengatakan “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.” Populasi dari penelitian ini adalah seluruh wasit sepak bola di Kabupaten Belitung yang bersertifikasi C-III (tingkat Kabupaten, C-II (tingkat Provinsi), dan C-I (tingkat Nasional). Total dari jumlah populasi dari penelitian ini adalah berjumlah 12 orang.

Dalam sebuah penelitian biasanya terdapat sampel yang diambil dari populasi. Pengambilan sampel dimaksudkan agar subjek yang akan diteliti dapat terwakili dari jumlah seluruh populasi. Mengenai pengertian sampel, Sugiyono (2009) menjelaskan “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Sedangkan sampel yang digunakan adalah wasit


(23)

45

sepak bola di Kabupaten Belitung. Pada penelitian ini peneliti mengambil sampel dari seluruh jumlah populasi yaitu sebanyak 12 orang. Hal ini bertujuan agar hasil yang didapat mewakili dari seluruh jumlah populasi.

D.Design Penelitian

Pada penelitian ini, penulis menggunakan design penelitian pretest-posttest design. Di mana nantinya akan dilakukan tes sebanyak dua kali, yaitu tes awal dan tes akhir. Diantara tes tersebut akan diberi perlakuan berupa Interval trainning. Pada design ini tidak terdapat kelompok kontrol.

Ket :

O1 = Tes awal

O2 = Tes akhir

X = Treatment (perlakuan, diberikan interval trainning)

E. Instrumen Penelitian

Pada prinsipnya sebuah penelitian adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrument penelitian. Mengenai instrumen penelitian Sugiyono (2009) menjelaskan “instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati”. Di dalam penelitian ini penulis menggunakan suatu instrumen atau alat ukur yang digunakan khusus untuk wasit sepak bola, yaitu fitness interval test.


(24)

46

Mengenai salah satu tes fisik yang dilakukan para wasit sepak bola, Physical Fitness Test Referee of FIFA (2010) menjelaskan ada dua macam tes untuk kebugaran wasit sepak bola yaitu : (1) Tes sprint 40 meter sebanyak 3 kali dengan waktu istirahat maksimal 1 menit 30 detik. (2) Interval Test. Tes ini merupakan tes lari sejauh 150 meter, berjalan 50 meter, lari 150 meter dan berjalan 50 meter. Tes ini juga diberikan kepada calon wasit yang yang akan mengikuti sertifikasi untuk tingkat C-III (tingkat Kabupaten, C-II (tingkat Provinsi), C-I (tingkat Nasional), dan juga penyegaran wasit sepak bola. Bentuk tes ini merupakan bentuk tes yang telah baku yang ditetapkan sendiri oleh badan sepak bola tertinggi di Dunia, Federation International Football Association (FIFA). Physical Fitness Test Referee merupakan tes yang dilakukan oleh para calon wasit untuk melihat daya tahan dan kecepatan yang dimilikinya. Dimana untuk lari 150 meter, jalan 50 meter untuk melihat daya tahan (endurance) sedangkan sprint 40 meter untuk melihat kecepatan yang dimiliki seorang wasit dalam sepak bola.

Instrumen atau alat ukur pada penelitian ini diberikan pada tes awal dan tes akhir untuk mengukur bagaimana tingkat kondisi fisik dari wasit sepak bola. Physical Fitness Test Referee ini terdiri dari dua macam yang kedua-duanya tidak dapat dipisahkan dalam pelaksanaannya. Tes yang pertama adalah tes lari cepat 40 meter sebannyak enam kali. Di mana waktu istirahat yang diberikan setiap kali lari adalah 90 detik. Tes ini merupakan salah satu tes kecepatan yang harus dimiliki wasit dan juga asisten wasit. Untuk waktu yang harus diperhatikan adalah tes 40 meter ini tidak boleh melebihi waktu 6,6 detik. (Physical Fitness Test Referee)


(25)

47

Gambar 3.1 : Physical fitness test referee yang pertama

Setelah itu tes kedua yang dilakukan adalah Interval test yaitu berlari pada lintasan atletik sejauh 150 meter, kemudian istirahat (berjalan 50 meter), dan kemudian kembali berlari 150 meter dan istirahat (berjalan kembali 50 meter). Tes ini bertujuan untuk melihat daya tahan yang harus dimiliki oleh wasit sepak bola. Untuk waktu yang ditentukan, FIFA memberikan klasifikasi untuk waktu dari tes ini. Klasifikasi tersebut adalah :

1. Wasit laki-laki internasional :

Lari 150 meter ≤ 30 detik, jalan 50 meter ≤ 35 detik. 2. Wasit laki-laki nasional :

Lari 150 meter ≤ 30 detik, jalan 50 meter ≤ 40 detik. 3. Wasit wanita internasional :

Lari 150 meter ≤ 35 detik, jalan 50 meter ≤ 40 detik. 4. Wasit wanita nasional :

Lari 150 meter ≤ 35 detik, jalan 50 meter ≤ 45 detik.

Dari beberapa klasifikasi waktu tersebut, peneliti mengambil waktu untuk wasit wanita nasional yaitu berlari 150 meter ≤ 35 detik dan berjalan 50 meter ≤ 40 detik. Hal ini dikarenakan bahwa waktu yang digunakan adalah waktu yang sesuai dan biasa dilakukan dalam penyegaran kondisi fisik wasit sepak bola di Indonesia dan juga sertifikasi wasit C-III (tingkat Kabupaten).


(26)

48

Gambar 3.2 : Physical fitness test referee yang kedua

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa seorang wasit atau calon wasit yang melaksanakan fitness interval test ini harus melakukan lari 150 meter, berjalan 50 meter, kenudian berlari lagi 150 meter dan berjalan 50 meter. Jadi dalam satu putaran lintasan atletik ia harus berlari sejauh 300 meter (yang dihitung hanya lari saja). Hal ini terus dilakukan selama 10 putaran atau sejauh 3000 meter. Seseorang dinyatakan tidak berhasil dan tidak boleh melanjutkan tes ini apabila ia telah dua kali gagal atau terlambat sesuai dengan perhitungan waktu yang telah ditentukan. Biasanya untuk tes ini menggunakan audio atau sumber suara yang bisa didengar oleh seluruh peserta tes.


(27)

49

F. Langkah-Langkah Penelitian

WASIT SEPAK BOLA DI KABUPATEN BELITUNG YANG

BERJUMLAH 12 ORANG

TES AWAL

TES AKHIR

PENGOLAHAN DATA UJI

NORMALITAS

UJI HIPOTESIS (t)

HASIL

TREATMENT (PERLAKUAN) : METODE INTERVAL TRAINNING Diberikan metode interval trainning dengan speed endurance exercise selama

16 kali pertemuan / latihan

UJI HOMOGENITAS


(28)

50

G.Agenda Penelitian

Dalam penelitian ini penulis membuat agenda penelitian yang akan diberikan kepada wasit sepak bola di Kabupaten Belitung. Tempat penelitian adalah di Stadion Pangkallang, Kecamatan Tanjungpandan, yang bertempat di Jalan Jendral Ahmad Yani, Tanjungpandan Belitung. Penelitian dilakukan pada Bulan September 2013 sampai dengan 6 Oktober 2013. Pada tes awal dimulai pada tanggal 1 September 2013 dari pukul 08.00 pagi sampai dengan selesai. Sedangkan tes akhir dilaksanakan pada tanggal 13 Oktober 2013. Jadi penelitian ini dilakasanakan selama satu setengah bulan dengan 18 kali pertemuan.

Tabel 3.1

Agenda penelitian wasit sepak bola di Kabupaten Belitung

No Hari/Tanggal Waktu Tempat Materi Alat Bantu Ket

1 Minggu/1 September 2013 08.00 s.d selesai Std. Pangkallalang Fitness interval test Peluit, Cones, Stopwatch Pretest

2 Selasa/3 September 2013 16.00 s.d selesai Std. Pangkallalang Speed endurence 1 Cones, Peluit, Stopwatch Treatment

3 Kamis/5 September 2013 16.00 s.d selesai Std. Pangkallalang Speed endurence 2 Cones, Peluit, Stopwatch Treatment

4 Sabtu/7 September 2013 16.00 s.d selesai Std. Pangkallalang Speed endurence 3 Cones, Peluit, Stopwatch Treatment

5 Senin/9 September 2013 16.00 s.d selesai Std. Pangkallalang Speed endurence 4 Cones, Peluit, Stopwatch Treatment

6 Rabu/11 September 2013 16.00 s.d selesai Std. Pangkallalang Speed endurence 5 Cones, Peluit, Stopwatch Treatment

7 Jumat/13 September 2013 16.00 s.d selesai Std. Pangkallalang Speed endurence 6 Cones, Peluit, Stopwatch Treatment

8 Senin/16 September 2013 16.00 s.d selesai Std. Pangkallalang Speed endurence 7 Cones, Peluit, Stopwatch Treatment


(29)

51

9 Rabu/18 September 2013 16.00 s.d selesai Std. Pangkallalang Speed endurence 8 Cones, Peluit, Stopwatch Treatment

10 Jumat/20 September 2013 16.00 s.d selesai Std. Pangkallalang Speed endurence 9 Cones, Peluit, Stopwatch Treatment

11 Senin/23 September 2013 16.00 s.d selesai Std. Pangkallalang Speed endurence 10 Cones, Peluit, Stopwatch Treatment

12 Rabu/25 September 2013 16.00 s.d selesai Std. Pangkallalang Speed endurence 11 Cones, Peluit, Stopwatch Treatment

13 Jumat/27 September 2013 16.00 s.d selesai Std. Pangkallalang Speed endurence 12 Cones, Peluit, Stopwatch Treatment

14 Senin/30 September 2013 16.00 s.d selesai Std. Pangkallalang Speed endurence 13 Cones, Peluit, Stopwatch Treatment

15 Rabu/2 Oktober 2013 16.00 s.d selesai Std. Pangkallalang Speed endurence 14 Cones, Peluit, Stopwatch Treatment

16 Jumat/4 Oktober 2013 16.00 s.d selesai Std. Pangkallalang Speed endurence 15 Cones, Peluit, Stopwatch Treatment

17 Senin/7 Oktober 2013 16.00 s.d selesai Std. Pangkallalang Speed endurence 16 Cones, Peluit, Stopwatch Treatment

18 Minggu/13 Oktober 2013 08.00 s.d selesai Std. Pangkallalang Fitness interval test Peluit, Cones, stopwatch Posttest

H. Program Latihan (Treatment)

Pada penelitian ini seperti yang telah dijelaskan dalam langkah-langkah penelitian, diantara tes awal dan tes akhir akan diberikan latihan interval yang merupakan treatment dari penelitian ini. Pada interval trainning ini penulis memberikan materi speed endurance exercise yang merupakan salah satu bentuk dari interval trainnning yang dikhususkan bagi wasit sepak bola. Latihan ini akan dilakukan di Stadion Pangkallalang Jalan Jendral Ahmad Yani, Kecamatan Tanjungpandan Beltung. Latihan dimulai pada 3 September sampai 4 Oktober 2013.


(30)

52

Tabel 3.2

Program latihan (Speed endurance exercise of FIFA 2010 : 2-17)

No Hari/Tanggal Materi

1 Selasa/3 September 2013

Pemanasan : Senam statis, jogging, senam dinamis. (10 menit). Inti : Speed endurence exercise 1 (30 menit)

Ket : Lari intesitas tinggi Berjalan

Dimulai dari tepi daerah penalti, berlari dengan intensitas tinggi menuju daerah tepi daerah kotak penalti yang lain waktu yang harus ditempuh adalah 15 detik. Kemudian berjalan dengan waktu 45 detik. Dilakukan sebanyak 8 kali pengulangan, selama 2 set. Waktu istirahat 4 menit setiap setnya.

Pendinginan : Cooling down (10 menit)

2 Kamis/5 September 2013

Pemanasan : senam statis, jogging, senam dinamis (10 menit) Inti : Speed endurance exercise 2 (30 menit)


(31)

53

Pendinginan : Cooling down (10 menit) 3 Sabtu/ 7

September 2013

Pemanasan : senam statis, jogging, senam dinamis (10 menit) Inti : Speed endurance exercise 3 (30 menit)

Pendinginan : Colling down (10 menit)


(32)

54

September 2013

Inti : Speed endurance exercise 4 (30 menit)

Pendinginan : (10 menit) 5 Rabu/11

September 2013

Pemanasan : senam statis, jogging, senam dinamis (10 menit) Inti : Speed endurance exercise 5 (30 menit)


(33)

55

6 13 September 2013

Pemanasan : senam statis, jogging, senam dinamis (10 menit) Inti : Speed endurance exercise 6 (30 menit)

Pendinginan : Colling down (10 menit) 7 Senin /16

September 2013

Pemanasan : senam statis, jogging, senam dinamis (10 menit) Inti : Speed endurance exercise 7 (30 menit)

Pendinginan : Colling down (10 menit)


(34)

56

8 Rabu/18 September 2013

Pemanasan : senam statis, jogging, senam dinamis (10 menit) Inti : Speed endurance exercise 8 (30 menit)

Pendinginan : Cooling down (10 menit) 9 Jumat/20

September 2013

Pemanasan : senam statis, jogging, senam dinamis (10 menit) Inti : Speed endurance exercise 9 (30 menit)


(35)

57

10 Senin/23 September 2013

Pemanasan : senam statis, jogging, senam dinamis (10 menit) Inti : Speed endurance exercise 10 (30 menit)

Pendinginan : Cooling down (10 menit) 11 Rabu/25

September 2013

Pemanasan : senam statis, jogging, senam dinamis (10 menit) Inti : Speed endurance exercise 11 (30 menit)


(36)

58

12 Jumat/27 September 2013

Pemanasan : senam statis, jogging, senam dinamis (10 menit) Inti : Speed endurance exercise 12 (30 menit)

Pendinginan : Cooling down (10 menit) 13 Senin/30

September 2013

Pemanasan : senam statis, jogging, senam dinamis (10 menit) Inti : Speed endurance exercise 13 (30 menit)


(37)

59

14 Rabu/2 Oktober 2013

Pemanasan : senam statis, jogging, senam dinamis (10 menit) Inti : Speed endurance exercise 14 (30 menit)

Pendinginan : Cooling down (10 menit) 15 Jumat/4

Oktober 2013

Pemanasan : senam statis, jogging, senam dinamis (10 menit) Inti : Speed endurance exercise 14 (30 menit)


(38)

60

16 Jumat/4 Oktober 2013

Pemanasan : senam statis, jogging, senam dinamis (10 menit) Inti : Speed endurance exercise 14 (30 menit)


(39)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, maka hasil kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : “Tidak terdapat dampak peningkatan yang signifikan kondisi fisik wasit sepak bola di Kabupaten Belitung melalui metode interval trainning.”

B.Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan di atas, penulis dapat menyampaikan beberapa saran sebagai berikut :

1. Secara Khusus :

a. Bagi wasit sepak bola di Kabupaten Belitung hendaknya selalu menjaga kondisi fisiknya dengan cara berlatih secara rutin agar memperoleh kebugaran jasmani yang baik pada saat penampilan di lapangan.

b. Bagi ketua komisi wasit sepak bola di Kabupaten Belitung supaya dapat melihat kondisi persediaan wasit yang ada dan menempatkan atau menugaskan kepada yang lebih memiliki kondisi fisik yang prima untuk memimpin pertandingan-pertandingan sepak bola yang keras dan cepat sesuai dengan kebudayaan masyarakat Belitung. Karena dengan demikian akan mempengaruhi kualitas penampilan wasit di lapangan yang memerlukan kondisi fisik yang bugar dan juga konsentrasi yang penuh.

c. Bagi Ketua Pengurus Kabupaten (Pengkab) Belitung hendaknya melakukan regenerasi bagi para wasit sepak bola dengan cara melaksanakan pencarian bibit-bibit muda wasit berbakat melalui pengadaaan kursus wasit C-III tingkat Daerah Kabupaten dengan bekerjasama dengan pengurus cabang Provinsi Bangka Belitung.


(40)

75

d. Penelitian ini merupakan gambaran kondisi perwasitan di Kabupaten Belitung yang merupakan daerah yang sangat mencintai olahraga sepak bola dan selalu menjadikan setiap pertandingan sepak bola menjadi hal yang menarik untuk ditonton sehingga masyarakat Belitung dapat menilai penampilan wasit di lapangan terutama kondisi fisik yang harus diperhatikan.

2. Secara Umum :

a. Bagi Federation International Football Association (FIFA) agar dapat memberikan program latihan khusus untuk wasit sepak bola yang memiliki usia di atas 45 tahun yang lebih mudah dan praktis bagi usia lanjut tersebut. b. Bagi seluruh Pengkab di Provinsi supaya menjadi bahan pertimbangan untuk

mengkoreksi kondisi fisik perwasitannya agar menciptakan wasit-wasit sepak bola yang berkualitas baik di tingkat Provinsi maupun di tingkat Nasional. c. Perlunya dibuat aturan secara tertulis tentang perlunya menjaga kondisi fisik


(41)

DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar, Kusumah. 2010. Modul Aplikasi Statistika dalam Penjas. Bandung. FPOK UPI

Arfina, Yani. 1994. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya : Tiga Dua.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Giriwijoyo, Santosa. 2010. Ilmu Faal Olahraga. Bandung. FPOK UPI

Giriwijoyo, dkk. 2005. Manusia dan Olahraga. Bandung : ITB Bandung

Habibudin, Tjetjep. 2009. Ilmu Faal I. Bandung. FPOK UPI

Harsono, Prof. Drs, Sc. (1988). Coaching dan Aspek-aspek Psikologis dalam Coaching. Bandung : Tambak Kusuma CV.

Husyadi. 2008. Makalah Penataran Wasit. Bandung

Kardjono. 2008. Pembinaan Kondisi Fisik. Bandung. FPOK UPI.

Kosasih, Engkos. 1991. Olahraga : Teknik dan Program Latihan. Jakarta : CV. Akademika Pressindo

Nurhasan. (2007). ModulTes Dan Pengukuran Pendidikan Olahraga. FPOK UPI Bandung.

Sajoto.1988. Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Jakarta : Direktorat Jendral Perguruan Tinggi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan


(42)

77

Satriya, Sidik, D. Z, dan Imanudin, I. (2007). Modul Metodelogi Kepelatihan Olahraga. Bandung, FPOK UPI Bandung.

Sidik, Dikdik Zafar. 2011. Pembinaan Kondisi Fisik. Bandung. FPOK UPI

Soekintaka. 1973. Dasar-dasar Umum Perwasitan. Jakarta : Direktorat Jendral Olahraga dan Pemuda. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Subarjah, Herman. 2005. Latihan Kondisi Fisik. Bandung. FPOK UPI

Sucipto.et al (1999). Sepak Bola. Jakarta: Depdikbud. Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah. Bagian Proyek Penataran Guru SLTP setara, D-III Tahun 1999-2000

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta

Sukintaka (1983). Permainan. Jakarta: Depdikbud

Universitas Pendidikan Indonesia (2009). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. UPI

FIFA. 2010. Speed Endurance Exercise. FIFA

FIFA. (2010). Law of the game FIFA.2010

Fitness interval test of FIFA. 2010.FIFA

http://en.wikipedia.org/wiki/FIFA


(43)

77


(1)

60

16 Jumat/4 Oktober 2013

Pemanasan : senam statis, jogging, senam dinamis (10 menit) Inti : Speed endurance exercise 14 (30 menit)


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, maka hasil kesimpulan

dari penelitian ini adalah sebagai berikut : “Tidak terdapat dampak peningkatan

yang signifikan kondisi fisik wasit sepak bola di Kabupaten Belitung melalui metode interval trainning.”

B.Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan di atas, penulis dapat menyampaikan beberapa saran sebagai berikut :

1. Secara Khusus :

a. Bagi wasit sepak bola di Kabupaten Belitung hendaknya selalu menjaga kondisi fisiknya dengan cara berlatih secara rutin agar memperoleh kebugaran jasmani yang baik pada saat penampilan di lapangan.

b. Bagi ketua komisi wasit sepak bola di Kabupaten Belitung supaya dapat melihat kondisi persediaan wasit yang ada dan menempatkan atau menugaskan kepada yang lebih memiliki kondisi fisik yang prima untuk memimpin pertandingan-pertandingan sepak bola yang keras dan cepat sesuai dengan kebudayaan masyarakat Belitung. Karena dengan demikian akan mempengaruhi kualitas penampilan wasit di lapangan yang memerlukan kondisi fisik yang bugar dan juga konsentrasi yang penuh.

c. Bagi Ketua Pengurus Kabupaten (Pengkab) Belitung hendaknya melakukan regenerasi bagi para wasit sepak bola dengan cara melaksanakan pencarian bibit-bibit muda wasit berbakat melalui pengadaaan kursus wasit C-III tingkat Daerah Kabupaten dengan bekerjasama dengan pengurus cabang Provinsi Bangka Belitung.


(3)

75

d. Penelitian ini merupakan gambaran kondisi perwasitan di Kabupaten Belitung yang merupakan daerah yang sangat mencintai olahraga sepak bola dan selalu menjadikan setiap pertandingan sepak bola menjadi hal yang menarik untuk ditonton sehingga masyarakat Belitung dapat menilai penampilan wasit di lapangan terutama kondisi fisik yang harus diperhatikan.

2. Secara Umum :

a. Bagi Federation International Football Association (FIFA) agar dapat memberikan program latihan khusus untuk wasit sepak bola yang memiliki usia di atas 45 tahun yang lebih mudah dan praktis bagi usia lanjut tersebut. b. Bagi seluruh Pengkab di Provinsi supaya menjadi bahan pertimbangan untuk

mengkoreksi kondisi fisik perwasitannya agar menciptakan wasit-wasit sepak bola yang berkualitas baik di tingkat Provinsi maupun di tingkat Nasional. c. Perlunya dibuat aturan secara tertulis tentang perlunya menjaga kondisi fisik


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar, Kusumah. 2010. Modul Aplikasi Statistika dalam Penjas. Bandung. FPOK UPI

Arfina, Yani. 1994. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya : Tiga Dua.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Giriwijoyo, Santosa. 2010. Ilmu Faal Olahraga. Bandung. FPOK UPI

Giriwijoyo, dkk. 2005. Manusia dan Olahraga. Bandung : ITB Bandung

Habibudin, Tjetjep. 2009. Ilmu Faal I. Bandung. FPOK UPI

Harsono, Prof. Drs, Sc. (1988). Coaching dan Aspek-aspek Psikologis dalam Coaching. Bandung : Tambak Kusuma CV.

Husyadi. 2008. Makalah Penataran Wasit. Bandung

Kardjono. 2008. Pembinaan Kondisi Fisik. Bandung. FPOK UPI.

Kosasih, Engkos. 1991. Olahraga : Teknik dan Program Latihan. Jakarta : CV. Akademika Pressindo

Nurhasan. (2007). ModulTes Dan Pengukuran Pendidikan Olahraga. FPOK UPI Bandung.

Sajoto.1988. Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Jakarta : Direktorat Jendral Perguruan Tinggi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan


(5)

77

Satriya, Sidik, D. Z, dan Imanudin, I. (2007). Modul Metodelogi Kepelatihan Olahraga. Bandung, FPOK UPI Bandung.

Sidik, Dikdik Zafar. 2011. Pembinaan Kondisi Fisik. Bandung. FPOK UPI

Soekintaka. 1973. Dasar-dasar Umum Perwasitan. Jakarta : Direktorat Jendral Olahraga dan Pemuda. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Subarjah, Herman. 2005. Latihan Kondisi Fisik. Bandung. FPOK UPI

Sucipto.et al (1999). Sepak Bola. Jakarta: Depdikbud. Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah. Bagian Proyek Penataran Guru SLTP setara, D-III Tahun 1999-2000

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta

Sukintaka (1983). Permainan. Jakarta: Depdikbud

Universitas Pendidikan Indonesia (2009). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. UPI

FIFA. 2010. Speed Endurance Exercise. FIFA

FIFA. (2010). Law of the game FIFA.2010

Fitness interval test of FIFA. 2010.FIFA

http://en.wikipedia.org/wiki/FIFA


(6)