PROFIL KUALITAS INTERAKSI SOSIAL ATLET CABANG OLAHRAGA BELADIRI : Studi Deskriptif pada Atlet Cabang Olahraga Karate, Gulat, Tinju di Lingkungan UKM UPI.

(1)

PROFIL KUALITAS INTERAKSI SOSIAL ATLET CABANG

OLAHRAGA BELADIRI

(Studi Deskriptif pada Atlet Cabang Olahraga Karate, Gulat, Tinju di Lingkungan UKM UPI)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga

Oleh:

Pandu Fauzi Fahmi 1006541

JURUSAN PENDIDIKAN KEPELATIHAN

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

PROFIL KUALITAS INTERAKSI SOSIAL

ATLET CABANG OLAHRAGA

BELADIRI

(Studi Deskriptif pada Atlet Cabang

Olahraga Karate, Gulat, Tinju di

Lingkungan UKM UPI)

Oleh

Pandu Fauzi Fahmi

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

© Pandu Fauzi Fahmi 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Februari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SIDANG

PANDU FAUZI FAHMI 1006541

PROFIL KUALITAS INTERAKSI SOSIAL ATLET CABANG OLAHRAGA BELADIRI

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: PEMBIMBING:

Pembimbing I

Dr. Nina Sutresna NIP. 196412151989012001

Pembimbing II

Dr. Komarudin, M.Pd 197204031999031003

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Kepelatihan Prodi Pendidikan Kepelatihan Olahraga

Dr. Rd. Boyke Mulyana 196210231989031001


(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “PROFIL

KUALITAS INTERAKSI SOSIAL ATLET CABANG OLAHRAGA BELADIRI”

ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Februari 2014 Yang membuat pernyataan,


(5)

PROFIL KUALITAS INTERAKSI SOSIAL ATLET CABANG

OLAHRAGA BELADIRI

(Studi Deskriptif pada Atlet Cabang Olahraga Karate, Gulat, Tinju di

Lingkungan UKM UPI)

Pandu Fauzi Fahmi1; Nina Sutresna2; Komarudin3

Pendidikan Kepelatihan Olahraga Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

Universitas Pendidikan Indonesia Pandu.fauzi@rocketmail.com

Abstrak

Penelitian ini menguraikan perihal profil kualitas interaksi sosial atlet cabang olahraga karate, gulat, dan tinju di lingkungan UKM UPI. Adapun masalah penelitian adalah 1) Bagaimana profil kualitas interaksi sosial atlet cabang olahraga karate; 2) Bagaimana profil kualitas interaksi sosial atlet cabang olahraga gulat; 3) Bagaimana profil kualitas interaksi sosial atlet cabang olahraga tinju; 4) Apakah terdapat perbedaan profil kualitas interaksi sosial diantara ketiga cabang olahraga beladiri tersebut.

Sampel dalam penelitian ini adalah atlet dari UKM UPI yang berjumlah 45 orang yang terdiri dari 15 orang dari UKM karate, 15 orang dari UKM gulat, dan 15 orang dari UKM tinju. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik survey

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa (1) Kualitas interaksi sosial atlet cabang olahraga karate sebesar 77.96% memiliki kategori baik; (2) Kualitas interaksi sosial atlet cabang olahraga gulat sebesar 77.56% memiliki kategori baik; (3) Kualitas interaksi sosial atlet cabang olahraga tinju sebesar 77.07% memiliki kategori baik; (4) Tidak ada perbedaan profil kualitas interaksi sosial diantara ketiga cabang olahraga tersebut. Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka disarankan perlu ditingkatkan dan dipertahankan tentang interaksi sosial melalui pola komunikasi yang baik dengan teman atau rekan tim yang akan dapat meningkatkan kemampuan berinteraksi sosial yang berkualitas dan perbanyak kegiatan-kegiatan dengan tim atau rekan latihan dalam menjalin hubungan timbal balik.


(6)

THE PROFILE OF SOCIAL INTERACTION QUALITY

SPORT MARTIAL ATHLETES

(The Study of descriptive karate, wrestle, boxing athletes in UKM

UPI)

Pandu Fauzi Fahmi1; Nina Sutresna2; Komarudin3

Coach Faculity Of Sport Indonesia University Of Education

This study outlines the profile regarding the quality of social interaction athletes sport karate, wrestling, and boxing in the UKM UPI. The research problem is 1) What is the profile of social interaction quality sport karate athletes; 2) What is the profile of social interaction quality athletes sport of wrestling; 3) What is the profile of social interaction quality athletes sport of boxing; 4) Are there any differences between the profile of the quality of social interaction the third branch of the martial arts.

The sample in this study is the athlete of the UKM UPI totaling 45 people consisting of 15 people from UKM karate, 15 people from UKM wrestling, and 15 people from UKM boxing. The method used in this research is descriptive method with survey.

Based on the survey results revealed that (1) quality of social interaction sport karate athletes of 77.96% have either category, (2) quality of social interactions wrestling sport athlete at 77.56% have either category, (3) quality of social interaction boxing sport athlete at 77.07% have either category; (4) there is no difference in the quality of social interaction profiles among the three branches of the sport. Based on the above results, it is suggested needs to be improved and maintained on patterns of social interaction through good communication with your friends or teammates will be able to increase the ability to interact socially and multiply quality activities with teams or colleagues practice in a reciprocal relationship.

Keywords: profile, social interaction quality, karate, wrestling, boxing, UKM UPI.


(7)

DAFTAR ISI

Hal

JUDUL... i

LEMBAR PENGESAHAN... ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... iii

KATA PENGANTAR... iv

UCAPAN TERIMA KASIH... v

ABSTRAK... vii

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GRAFIK... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Penelitian... B. Perumusan Masalah... C. Tujuan Penelitian ... D. Metode Penelitian ... E. Manfaat Penelitian ... a. Manfaat Teoritis ... b. Manfaat Praktis ... F. Batasan Masalah ... G. Batasan Istilah ... H. Struktur Organisasi Penelitian ...

BAB II KAJIAN PUSTAKA ...

A

A.. HHaakkeekkaattIInntteerraakkssiiSSoossiiaall... D

DeeffiinniissiiIInntteerraakkssiiSSoossiiaall... 1

1.. FFaakkttoorr--ffaakkttoorrIInntteerraakkssiiSSoossiiaall... a

a.. FFaakkttoorriimmiittaassii... b

b.. FFaakkttoorrSSuuggeessttii... c

c.. FFaakkttoorrIIddeennttiiffiikkaassii... d

d.. FFaakkttoorrSSiimmppaattii...

1 4 4 5 6 6 6 6 7 7 9 9 9 11 12 13 13 14


(8)

ix

2

2.. SSiittuuaassiiSSoossiiaall... a

a.. SSiittuuaassiiKKeebbeerrssaammaaaann...

b

b.. SSiittuuaassiiKKeelloommppookk...

B. Hakekat Beladiri ... 1. Olahraga Karate ... 2. Olahraga Gulat ... 3. Olahraga Tinju ... C. Anggapan Dasar ... D. Hipotesis ...

BAB III METODE PENELITIAN ... A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian... B. Desain Penelitian ... C. Metode Penelitian ... D. Definisi Operasional ... 1. Interaksi Sosial ... E. Instrumen Penelitian... 1. Penyusunan Kisi-kisi Angket... 2. Penyusunan Angket... 3. Uji Coba Angket... a. Uji Validitas ... b. Uji Reliabilitas ... F. Proses Pengembangan Instrument ... G. Teknik Pengumpulan Data ... H. Analisis Data ...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... A. Pengolahan atau Analisis Data ...

1. Karate ... 2. Gulat ... 3. Tinju ... 4. Pengolahan Data Perbedaan Kualitas Interaksi Sosial ... a. Statistik Deskriptif ...

14 15 15 16 16 17 18 19 20 21 21 22 23 25 25 26 26 27 29 29 32 34 34 35 38 38 38 45 51 58 58


(9)

b. Uji-Chi Kuadrat ... B. Pembahasan ...

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... A. Kesimpulan ... B. Saran ...

DAFTAR PUSTAKA ...

LAMPIRAN-LAMPIRAN ...

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...

59 60 63 63 63 65 67 106


(10)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Pembinaan olahraga di Indonesia dewasa ini semakin maju, hal ini tidak lepas dari peran serta masyarakat yang semakin sadar dan mengerti akan arti pentingnya olahraga itu sendiri, di samping adanya dukungan dan perhatian dari pemerintah dalam menunjang perkembangan olahraga. Tujuan dari pembinaan olahraga yang utama adalah untuk meningkatkan prestasi atlet lebih jauh juga bertujuan untuk mengidentifikasikan calon atlet berpotensi, memilih jenis olahraga yang sesuai dengan potensi dan minatnya yang memperkirakan peluang untuk berhasil dalam program pembinaan sehingga dapat mencapai prestasi yang diharapkan.

Pengelompokkan jenis olahraga dalam konteks prestasi dikenal dengan beberapa macam antara lain ada istilah olahraga individu, perorangan dan beregu. Terkait dengan pembagian cabang olahraga beberapa ahli mengelompokkan sebagai cabang olahraga beladiri, akuatik, permainan, dll. Dari sisi sistem penilaian ada olahraga terukur dan tidak terukur. Sedangkan dari dimensi tugas gerak dikenal olahraga siklis dan asiklis. Terkait dengan pengelompokan-pengelompokan tersebut maka diikuti pula dengan karakteristik dalam hal kondisi fisik yang disyaratkan. Dan untuk saat ini bukan hanya kondisi fisik saja yang berpengaruh terhadap raihan prestasi tetapi juga adalah faktor – faktor psikologi sosial yang akan sangat mempengaruhi keberhasilan seorang atlet baik dalam proses latihan maupun pertandingan.

Olahraga beladiri adalah olahraga yang menggunakan kontak fisik baik itu memukul, menendang, membanting. Olahraga ini sangat populer tidak saja di kalangan anak muda tapi juga orang tua. Olahraga ini banyak digemari, karena dapat menyalurkan luapan emosi yang bisa memuaskan peserta. Cabang olahraga beladiri identik dengan kekerasan. orang yang menggeluti cabang olahraga ini pada umumnya mempunyai keberanian yang


(11)

2

tinggi sehingga mereka dalam kesehariannya menjadi orang yang cukup ditakuti. Terkait dengan wacana yang beredar di masyarakat dalam konteks olahraga prestasi olahraga beladiri umumnya banyak diminati oleh kalangan masyarakat menengah ke bawah. Cabang olahraga tersebut pada dasarnya mempunyai agresivitas yang tinggi. Selain mengajarkan kuat fisik dan pandai bertarung, beladiri juga mengajarkan sikap mental. Sikap mental tersebut antara lain pengendalian diri, berani, disiplin, dan cenderung memiliki sifat agresif yang tinggi.

Karakteristik yang melekat pada cabang olahraga beladiri sebagaimana paparan diatas, antara lain sangat kuat unsur agresivitas. Dengan demikian diyakini bahwa seseorang yang menggeluti cabor ini umumnya memiliki tingkat keberanian di atas rata-rata. Salah satu cabang olahraga beladiri yang populer dan memiliki peminat yang cukup tinggi adalah karate. Cabang olahraga ini berasal dari jepang, dan di Indonesia dikenal sejak tahun 1963 dan didemonstrasikan oleh mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang baru pulang dari Jepang. Peminat cabang beladiri ini berasal dari semua kalangan, baik dari usia muda sampai usia tua. Bahkan ada dibeberapa sekolah yang menerapkan cabor karate pada ekstrakurikuler.

Cabang olahraga beladiri lainnya juga yang populer adalah gulat. Gulat adalah kontak fisik antara dua orang, di mana salah seorang pegulat harus menjatuhkan atau dapat mengontrol musuh mereka. Teknik dalam gulat ini dapat menyebabkan luka yang serius. Cabang olahraga beladiri lain yang juga mempunyai peminat yang cukup tinggi adalah tinju. Tinju adalah olahraga dan seni beladiri dimana dua orang partisipan dengan berat yang serupa bertanding satu sama lain dengan menggunakan tinju mereka dalam

rangkaian pertandingan berinterval satu atau tiga menit yang disebut “ronde”.

Baik dalam olimpiade ataupun olahraga profesional, kedua petarung menghindari pukulan lawan mereka sambil berupaya mendaratkan pukulan mereka sendiri ke lawannya.


(12)

Dari tilikan analisis gerak cabang olahraga beladiri memiliki resiko yang cukup tinggi, baik itu cedera, kematian, dll. Disini atlet ditantang untuk menghadapi kemungkinan yang ada. Faktor lain yang turut mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam olahraga adalah dimensi interaksi sosial. Secara harfiah interaksi sosial adalah hubungan secara langsung seorang individu dengan individu yang lain, menurut Bonner dalam Ahmadi (2007: 49),

“interaksi sosial adalah suatu hubungan antara individu atau lebih, di mana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya.” Maka dari itu perlu diperhatikan dari segi interaksi atau interaksi sosial yang nantinya akan berpengaruh terhadap psikis seseorang. Hal ini merupakan keuntungan bagi manusia, sebab akan timbul kemajuan-kemajuan dalam hidup bermasyarakat. Interaksi sosial mempengaruhi prestasi atlet karena mereka harus bisa berinteraksi dengan yang lainnya baik itu berinteraksi dengan sesama tim, interaksi dengan pelatih dan pembina olahraga, maupun interaksi dengan lingkungannya.

Dalam kegiatan olahraga interaksi antar atlet, atlet dengan pelatihnya, dan antara anggota tim yang satu dengan anggota tim yang lain akan menimbulkan dampak-dampak psikologis tertentu. Semua hal tersebut tidak boleh diabaikan dalam mempelajari gejala-gejala psikologis dalam olahraga. Lingkungan akan sangat mempengaruhi perkembangan pribadi manusia karena mereka terjun langsung ke dalam lingkungan. Dipaparkan oleh Stern dalam Ahmadi (2007: 51) “Perkembangan pribadi manusia itu dipengaruhi

oleh 2 faktor yaitu faktor pembawaan dan faktor lingkungan.”

Disini sangat berpengaruh kepada kegiatan-kegiatan individu dengan lingkungannya maupun sosial. Bagaimana bisa seorang individu dapat menyesuaikan diri tanpa adanya lingkungan dan sosial. Adanya faktor lingkungan disini seorang individu bisa dapat menyesuaikan apa saja yang diberikan oleh lingkungan, lingkungan yang buruk akan berdampak buruk terhadap individu tersebut dan lingkungan yang baik akan berdampak baik juga terhadap individu itu.


(13)

4

Dari dimensi sosial individu akan sangat mudah menerima stimulus dari kehidupan sosial disekitarnya. Jika kehidupan sosial disekitarnya buruk akan berdampak buruk dan sebaliknya. Hal tersebut sangat penting untuk diperhatikan, karena stimulus yang diberikan oleh lingkungan akan berdampak terhadap kehidupan seseorang.

Mengacu pada karakterisitik cabang olahraga beladiri sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya serta mengingat peranan interaksi sosial dalam mencapai keberhasilan, maka penulis tertarik untuk mengkaji profil kualitas interaksi sosial atlet yang menggeluti cabang olahraga beladiri yaitu karate, gulat dan tinju.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, yang menjelaskan bagaimana karakter atlet beladiri dan tentang interaksi sosial, maka yang menjadi pokok masalah yang akan diteliti adalah :

1. Bagaimana profil kualitas interaksi sosial atlet cabang olahraga karate ? 2. Bagaimana profil kualitas interaksi sosial atlet cabang olahraga gulat? 3. Bagaimana profil kualitas interaksi sosial atlet cabang olahraga tinju? 4. Apakah terdapat perbedaan profil kualitas interaksi sosial diantara ketiga

cabang olahraga beladiri tersebut ?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah yang penulis tetapkan dan rumuskan, maka dalam penelitian ini tujuan yang akan dicapai adalah:

1. Untuk mengetahui lebih jelas profil kualitas interaksi sosial atlet cabang olahraga karate.

2. Untuk mengetahui lebih jelas profil kualitas interaksi sosial atlet cabang olahraga gulat.

3. Untuk mengetahui lebih jelas profil kualitas interaksi sosial atlet cabang olahraga tinju.

4. Untuk mengetahui lebih jelas perbedaan profil kualitas interkasi sosial diantara ketiga cabang olahraga beladiri tersebut.


(14)

D. Metode Penelitian

Metode penelitian mempunyai peranan yang penting untuk mengumpulkan data yang sesuai dengan pertanyaan penelitian. Artinya ketika data termaksud diolah dan dianalisis hasilnya dapat memberi jawaban atau kesimpulan yang sesuai dengan pertanyaan penelitian yang diajukan. Metode penelitian berguna untuk mencari jawaban atau menggambarkan terhadap permasalahan yang akan dibahas. Pemilihan suatu metode penelitian harus sesuai dengan permasalan dan tujuan penelitian.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik survey. Peneliti mencoba untuk menggambarkan fenomena apa yang terjadi. Kemudian peneliti akan mengumpulkan data dari setiap cabang olahraga dan akan menentukan perlakuan atau tes apa yang akan diberikan.

Menurut lutan (2007: 31) menjelaskan bahwa yang termasuk kedalam jenis penelitian deskriptif adalah survey. Karakteristik dari penelitian survey adalah:

1. Informasi yang dikumpulkan dari sekelompok orang-orang untuk menjelaskan beberapa aspek atau karakteristik populasi dari mana orang-orang itu berasal.

2. Cara mengumpulkan informasi tersebut adalah dengan memberikan pertanyaan, jawaban pertanyaan ini dari anggota-anggota kelompok menyatakan data penelitian.

3. Informasi dikumpulkan dari sampel dan bukannya dari setiap anggota populasi.

Berdasarkan karakteristik penelitian survey sebagaimana penjelasan diatas, maka penulis berasumsi bahwa metode ini tepat digunakan untuk mengungkap data dan informasi tentang profil kualitas interaksi sosial atlet cabang olahraga beladiri sebagaimana rumusan masalah diatas.


(15)

6

E. Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian, maka yang diharapkan penulis melalui penelitian ini adalah manfaat secara teoritis dan secara praktis, yang dipaparkan sebagai berikut:

a. Secara Teoritis

1. Hasil penelitian ini dapat berguna untuk informasi ilmiah dalam bidang olahraga khususnya olahraga cabang beladiri mengenai interaksi sosial atlet.

2. penelitian ini juga dapat bermanfaat untuk pelatih tentang tingkah laku atlet khususnya kualitas interaksi sosial pada cabang beladiri.

b. Secara Praktis

1. Hasil penelitian ini dapat direkomendasikan kepada pelatih terutama pada cabang olahraga beladiri terutama tentang kualitas interaksi sosial atlet. 2. Hasil penelitian ini dapat diketahui berbagai perbedaan kualitas interaksi

sosial antara atlet karate, gulat, dan tinju.

F. Batasan Masalah

Agar penelitian ini tidak menyimpang dari permasalahan dan untuk mendapatkan data yang akurat, peneliti akan membatasi agar dapat diperoleh hasil yang diinginkan. Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup agar tidak terlalu meluas. Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Aspek yang diteliti dalam penelitian ini adalah profil kualitas interaksi sosial atlet cabang olahraga beladiri karate, gulat, dan tinju.

2. Profil kualitas interaksi sosial secara spesifik diarahkan kepada hubungan interaksi sosial yang dimiliki oleh atlet cabang olahraga karate, gulat dan tinju.

3. Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah UKM mahasiswa UPI yang menggeluti cabang olahraga karate, gulat, dan tinju.

4. Instrumen penelitian menggunakan angket yang disusun oleh peneliti dengan mengadaptasi teori interaksi sosial Abu Ahmadi.


(16)

G. Batasan Istilah

Agar menghindari kesalahan atau perbedaan persepsi dalam hal ini definisi dan istilah-istilah yang dipakai dalam penelitian ini, maka penulis menganggap perlu menjelaskan makna istilah-istilah berikut:

1. Profil. Menurut Hennri (1994: 76) profil adalah “orang yang menjalankan peranan tertentu dalam suatu peristiwa. Jadi pemeran juga bisa disebut tokoh yang menjalankan peranan tertentu.”

2. Interaksi sosial. Menurut Gerungan (2004: 62) interaksi sosial merupakan hubungan sosial antara individu yang satu dengan yang lain, yang saling memengaruhi satu dengan yang lainnya.

3. Atlet. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001) pengertian atlet (at.let) adalah olahragawan, terutama yang mengikuti perlombaan atau pertandingan (kekuatan, ketangkasan, dan kecepatan).

4. Beladiri. Menurut Wikipedia (2013) beladiri adalah satu kesenian yang timbul sebagai satu cara seseorang mempertahankan / membela diri.

H. Struktur Organisasi Penelitian

Struktur organisasi berisi rincian tentang urutan penulisan dari setiap bab dan bagian bab dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini sturktur organisasi penelitian dirinci sebagai berikut:

BAB I memuat tentang pendahuluan yang berisi latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, batasan istilah, populasi dan sampel penelitian, dan struktur organisasi penelitian.

BAB II menerangkan tentang konsep, teori dan pendapat para ahli terkait dengan masalah yang diteliti.

BAB III berisi penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian termasuk komponen yang lainnya seperti populasi dan sampel, variabel dan desain penelitian instrument penelitian, prosedur pelaksanaan tes, dan analisis data.


(17)

8

BAB IV membahas mengenai hasil penelitian dan pembahasan yang meliputi pengolahan data untuk menghasilkan temuan yang berkaitan dengan masalah penelitian.

BAB V menjelaskan tentang kesimpulan dan saran yang memaparkan hasil analisis temuan penelitian.


(18)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi/sampel Penelitian

Salah satu unsur yang memiliki arti cukup penting dalam suatu penelitian adalah terkait dengan sumber data, hal tersebut dijelaskan oleh

Arikunto (2006: 129) sebagai berikut, “sumber data dalam penelitian adalah

subjek darimana data dapat diperoleh.” Pada umumnya sumber data dalam

suatu penelitian ini disebut juga populasi atau sampel. Menurut Arikunto

(2006: 130) menjelaskan “populasi adalah keseluruhan subjek penelitian

sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.”

Berdasarkan penjelasan diatas maka penulis menentukan populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah anggota UKM karate UPI, UKM gulat UPI, UKM tinju UPI. Sampel pada penelitian ini berpedoman pada pendapat Arikunto (2006: 134) bahwa:

Untuk sekedar ancer-ancer apabila subjeknya kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika jumlah subjeknya lebih besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari: 1. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga, dan dana.

2. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data.

3. Besar kecilnya resiko yang ditanggung peneliti. Untuk penelitian yang resikonya besar, tentu saja jika sampel besar, hasilnya akan lebih baik.

Berdasarkan pada penjelasan diatas maka jumlah sampel pada penelitian ini ditetapkan 45 orang, dan untuk sistem pembagian 15 orang diambil dari ukm karate, 15 orang dari ukm gulat, dan 15 orang diambil dari ukm tinju. Dari pembagian tersebut maka penulis mengambil sampel secara random.


(19)

22

B. Desain Penelitian

Gambar 3.1 Desain Penelitian

(Arikunto.Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik, 2006: 186)

POPULASI

SAMPEL

Uji Coba angket

Kesimpulan data Analisis dan pengumpulan data


(20)

C. Metode Penelitian

Metode penelitian mempunyai peranan yang penting untuk mengumpulkan data yang sesuai dengan pertanyaan penelitian. Definisi metode dalam penelitian dikemukakan oleh Arikunto (2006: 160) dijelaskan

bahwa “Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data penelitinya.” Dinyatakan demikian karena metode

merupakan cara utama yang digunakan untuk mencapai tujuan. Metode penelitian berguna untuk mencari jawaban atau menggambarkan terhadap permasalahan yang akan dibahas. Pemilihan suatu metode penelitian harus sesuai dengan permasalan dan tujuan penelitian, ada beberapa metode yang bisa dipergunakan dalam suatu penelitian, diantaranya metode historis, deskriptif, dan eksperimen.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif dengan teknik survey, yang bertujuan menggambarkan suatu kondisi yang sedang terjadi melalui data-data yang dikumpulkan. Arikunto (2006: 208)

menjelaskan “penelitian deskriptif merupakan penelitian yang diwujudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai suatu gejala yang ada, yaitu

keadaan gejala apa adanya pada suatu penelitian yang dilakukan.” Lebih jelas tentang metode deskriptif dijelaskan oleh Furchan (2004: 27) terutama mengenai karakteristiknya sebagai berikut:

1) Penelitian deskriptif cenderung menggambarkan suatu fenomena apa adanya dengan cara menelaah secara teratur-ketat, menggunakan obyektivitas dan dilakukan secara cermat, 2) Tidak adanya perlakuan yang diberikan atau dikendalikan, 3)Tidak adanya uji hipotesis.

Berdasarkan penjelasan di atas maka penulis mengambil kesimpulan bahwa dalam penelitian ini data yang didapat pertama-tama dikumpulkan, disusun, dijelaskan, dan dianalisis. Penelitian ini tidak ada perlakuan yang diberikan dan tidak adanya uji hipotesis karena bertujuan supaya dalam penelitian ini bisa mendapatkan hasil yang tepat dan juga penelitian yang akan dilakukan bisa berhasil.

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik survey. Basirun (2009) mengatakan:


(21)

24

Penelitian survey adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan mengadakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok. Pada survey tidak ada intervensi, survey mengumpulkan informasi dari tindakan seseorang, pengetahuan, kemauan, pendapat perilaku dan nilai.

Kemudian Lutan (2007: 131) menjelaskan bahwa yang termasuk ke dalam jenis penelitian deskriptif adalah penelitian survey. Karakteristiknya sebagai berikut:

1. Informasi yang dikumpulkan dari sekelompok orang-orang untuk menjelaskan beberapa aspek atau karakteristik populasi dari mana orang-orang itu berasal.

2. Cara mengumpulkan informasi tersebut adalah dengan memberikan pertanyaan, jawaban pertanyaan ini dari anggota-anggota kelompok menyatakan data penelitian.

3. Informasi dikumpulkan dari sampel dan bukannya dari ssetiap anggota populasi.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan angket atau kuesioner. Mengenai kuesioner oleh Narbuko dan Achmadi (2004: 76) menjelaskan

“metode kuesioner adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan

mengenai sesuatu masalah atau bidang yang akan diteliti.” Lebih jelas

menurut Narbuko dan Achmadi (2004: 76) “untuk memperoleh data, angket

disebarkan kepada responden (orang-orang yang menjawab jadi yang

diselidiki), terutama pada penelitian survey.”

Adapun tujuan menggunakan teknik angket atau kuesioner menurut Narbuko dan Achmadi (2004: 76) ialah: 1). Memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian, 2). Memperoleh informasi mengenai suatu masalah secara serentak.

Kemudian Arikunto (2006: 151) menjelaskan bahwa “kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal

yang ia ketahui.”

Dari penjelasan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa teknik angket atau kuesioner dapat digunakan untuk memperoleh informasi terkait


(22)

dengan profil kualitas interaksi sosial atlet cabang olahraga beladiri karate, gulat, dan tinju.

D. Definisi Operasional 1. Interaksi Sosial

Interaksi sosial didefinisikan sebagai perilaku yang secara sadar dilakukan untuk melakukan hubungan timbal balik kepada orang lain dalam satu situasi sosial dengan tujuan tertentu. Ahmadi (2007: 49) “interaksi sosial adalah suatu hubungan antara individu atau lebih, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu

yang lain atau sebaliknya.” Interaksi sosial memiliki faktor-faktor seperti imitasi, sugesti, identifikasi, simpati, situasi kebersamaan, dan situasi kelompok (Abu Ahmadi, 2007).

a.Imitasi merupakan orang yang satu mengikuti sesuatu di luar dirinya. Imitasi (peniruan) merupakan upaya seseorang untuk melakukan penyamaan terhadap orang lain mulai dari sikap, perilaku, gaya, cara berfikir, penampilan, keterampilan,kemampuan, dan lain-lain.

b.Sugesti merupakan pengaruh psikis, baik yang datang dari dirinya sendiri (auto-sugesti) maupun dari orang lain (hetero-sugesti), yang pada umumnya diterima tanpa adanya daya kritik.

c.Identifikasi merupakan dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan orang lain, baik secara lahiriah maupun secara batiniah. Faktor identifikasi ini memegang peranan penting dalam interaksi sosial.

d.Simpati perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang yang lain. simpati hanya akan berlangsung dan berkembang dalam relasi kerja sama antara dua orang atau lebih, bila terdapat saling pengertian.

e.Situasi kebersamaan ialah situasi dimana berkumpul sejumlah orang yang sebelumnya saling tidak mengenal, dan interaksi sosial yang lalu terdapat diantara mereka itu tidak seberapa mendalam.

f. Situasi kelompok merupakan sebagai suatu situasi ketika terdapat dua individu atau lebih mengadakan interaksi sosial yang mendalam satu sama


(23)

26

lain. Karena terdapat situasi ini maka terbentuklah kelompok sosial, artinya suatu kesatuan sosial yang terdiri dari dua orang atau lebih individu yang telah mengadakan interaksi sosial yang cukup intensif dan teratur.

E. Instrumen Penelitian

Untuk mengumpulkan data dari sampel penelitian diperlukan alat yang disebut instrumen. Dalam penelitian ini penulis menggunakan angket sebagai alat pengumpul data. Sehubungan dengan angket atau kuesioner

dijelaskan oleh Arikunto (2006: 151) “kuesioner adalah sejumlah pertanyaan

tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui.” Angket dalam penelitian ini terdiri dari variabel yang dijabarkan melalui indikator, sub indikator, dan pertanyaan. Butir-butir pertanyaan ini merupakan gambaran tentang kualitas interaksi sosial atlet beladiri.

Dalam penyusunan kisi-kisi angket penulis akan merumuskan dari variabel menjadi indikator interaksi sosial, semua dapat dilihat dari susunan yang sudah tersedia agar pokok bahasan dari pembahasan dapat diketahui hasilnya dari soal-soal yang akan dibuat nantinya.

Untuk memudahkan menyusun butir-butir pertanyaan atau pertanyaan angket, maka responden hanya diperkenankan untuk menjawab salah satu jawaban. Jawaban yang dipilih didasarkan pada pendapatnya sendiri atau suatu yang dialami.

1. Penyusunan kisi-kisi angket

Tujuan penyusunan kisi-kisi angket adalah untuk memudahkan penulis dalam penyusunan data penelitian. Maka dari itu penulis membuat kisi-kisi angket yang tertera pada Tabel 3.1.


(24)

Tabel 3.1 Kisi-kisi Angket

variabel indikator Sub indikator Item

+ -

Kualitas interaksi sosial (Abu Ahmadi, 2007)

imitasi a. Mengikuti sesuatu

diluar dirinya

1, 2 3

b. Penyamaan perilaku dengan orang lain

4, 5 6

Sugesti a. Memberi pengaruh

kepada orang lain

7, 8, 9 10 b. Terpengaruh oleh orang

lain

11, 12, 13

14, 15

identifikasi Melakukan apa yang orang lain lakukan

16, 17 18 simpati Tertariknya kepada individu

lain 19, 20, 21, 22 23, 24 Situasi kebersamaan

a. Berkumpul ditempat lain

25, 26, 27

28, 29

b. berkomunikasi dengan orang yang tidak dikenal ditempat yang sama 30, 31, 32 33 Situasi kelompok

interaksi sosial yang mendalam satu sama lain

34, 35, 36, 37

38, 39, 40

2. Penyusunan angket

Setelah indikator-indikator disusun dalam kisi-kisi diatas, selanjutnya kisi-kisi tersebut dijadikan acuan untuk menyusun suatu pernyataan yang akan disebarkan dalam satu kuesioner. Mengenai jawaban dalam angket, penulis menggunakan skala likert. Menurut Abduljabar (2010: 98)

menjelaskan “skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok tentang kejadian atau gejala sosial.”

Kemudian menurut Nazir (2005: 338) mengatakan bahwa:

Sebuah skala untuk mengukur sikap masyarakat dengan menggunakan skala likert. Skala likert menggunakan hanya item yang secara pasti baik


(25)

28

dan secara pasti buruk, tidak dimasukan yang agak baik, yang agak kurang, yang netral, dan rangking lain diantaranya dua sikap yang pasti diatas.

Setiap pertanyaan itu mempunyai lima alternatif jawaban sebagai berikut:

1. Sangat Setuju (SS) 2. Setuju (S)

3. Ragu-ragu (R) 4. Tidak Setuju (TS)

5. Sangat Tidak Setuju (STS)

Untuk setiap pernyataan memiliki nilai/skor skala sikap masing-masing yang dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2

Pola Skor Opsi Alternatif Respons Skala Likert

Arah dari pernyataan

(SS) (S) (R) (TS) (STS)

Positif 5 4 3 2 1

Negatif 1 2 3 4 5

Penyusunan pernyataan-pernyataan tidak boleh sembarang, penjelasan Likert dalam Abduljabar (2010: 101) sebagai berikut :

1. Pernyataan itu harus merupakan gambaran dari prilaku yang diinginkan dan bukan menyatakan suatu fakta.

2. Setiap pernyataan harus jelas, singkat, terarah, dan tidak mempunyai tafsiran ganda (ambiguity).

3. Hendaknya diusahakan supaya model jawaban tidak terhimpun di satu ujung kontinium, tetapi sebagian berada di ujung lain terletak di tengah kontinium arah sikap itu.

4. Keseluruhan perangkat skala itu hendaknya mencakup dua kelompok pernyataan, ialah terarah positif dan yang berarah negatif. Hal ini diperlukan untuk menghindarkan jawaban yang steriotipis dari responden.

5. Tiap pernyataan harus mengandung satu variabel sikap dan boleh lebih.


(26)

Dari penjelasan diatas penulis dapat menyimpulkan dalam penyusunan angket harus bersifat jelas, singkat, dan terarah serta memiliki tafsiran ganda agar terhindar dari jawaban steriotipis dari responden.

3. Uji Coba Angket

Dalam sebuah penelitian terlebih dahulu harus dilakukan pengujian terhadap alat ukur yang digunakan yaitu berupa angket/kuesioner. Metode yang digunakan adalah uji validitas dan reliabilitas agar data yang diperoleh dapat dipercaya atau diakui kebenarannya. Menurut sugiyono (2011: 98)

bahwa: “Instrumen yang reliabel belum tentu valid, reliabilitas instrumen

merupakan syarat untuk pengujian validitas instrument.”

Uji angket ini diberikan kepada mahasiswa yang aktif mengikuti UKM Taekwondo UPI bukan diberikan kepada sampel sebenarnya. Uji angket ini dilaksanakan pada tanggal 2-4 Desember 2013. Angket ini diujikan kepada 20 sampel.

a. Uji Validitas

Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukan tingkat keandalan atau ketepatan suatu alat ukur. Arikunto dalam Riduwan (2004:

97) menjelaskan bahwa “Validitas adalah suatu alat ukur yang menunjukkan

tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur.” Kemudian Sugiyono dalam Riduwan (2004: 97) menjelaskan “instrumen dikatakan valid berarti

menunjukan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid sehingga valid berarti instrumen instrumen tersebut dapat digunakan untuk

mengukur apa yang seharusnya diukur.”

Uji validitas dilakukan untuk menunjukkan sejauh mana alat pengukuran yang digunakan mengukur apa yang ingin diukur, atau sejauh mana alat pengukuran yang digunakan tersebut mengenai sasaran pengukuran. Validitas alat ukur merupakan taraf kesesuaian dan ketepatan dalam melakukan suatu penilaian, atau dengan kata lain apakah alat ukur (kuesioner) tersebut sudah benar.

Untuk menetukan kevalidan dari item suatu kuesioner digunakan metod koefisien korelasi Pearson Product Moment dari Karl Pearson yaitu


(27)

30

dengan mengkorelasikan skor total yang dihasilkan oleh responden (y) dengan skor masing-masing butir soal (x) dengan rumus sebagai berikut:

r hitung = n Σ xy –( Σx )(Σy)

{n Σ x2 –(Σ x)2 } {n Σ y2 –(Σ y)2

Keterangan :

r hitung = Koefisien Korelasi Σ xi = Jumlah skor item

Σ yi = Jumlah skor total (seluruh item) n = Jumlah responden

(Riduwan, 2004: 98)

Uji validitas soal dilakukan kepada 20 orang dengan 40 butir soal. Hasil uji validitas dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3

Tabel Hasil Uji Validitas Soal Uji Coba

No Koefisien Korelasi Kriteria t hitung Kriteria

1 0,652 Tinggi 3,647 valid

2 0,472 Cukup 2,272 valid

3 0,639 Tinggi 3,525 valid

4 0,508 Cukup 2,499 valid

5 0,489 Cukup 2,379 valid

6 0,045 Sangat Rendah 0,193 -

7 0,469 Cukup 2,251 valid

8 0,668 Tinggi 3,808 valid

9 0,549 Cukup 2,784 valid

10 0,289 Rendah 1,282 -

11 0,065 Sangat Rendah 0,277 -

12 -0,283 Sangat Rendah -1,254 -

13 0,486 Cukup 2,362 valid

14 0,070 Sangat Rendah 0,296 -

15 0,395 Rendah 1,824 -

16 0,217 Rendah 0,943 -


(28)

18 0,725 Tinggi 4,464 valid

19 0,482 Cukup 2,335 valid

20 0,006 Sangat Rendah 0,025 -

21 0,478 Cukup 2,307 valid

22 0,615 Tinggi 3,306 valid

23 0,071 Sangat Rendah 0,300 -

24 0,449 Cukup 2,445 valid

25 0,589 Cukup 3,096 valid

26 0,702 Tinggi 4,187 valid

27 0,704 Tinggi 4,205 valid

28 0,600 Cukup 3,180 valid

29 0,763 Tinggi 5,014 valid

30 0,511 Cukup 2,523 valid

31 0,558 Cukup 2,850 valid

32 0,790 Tinggi 5,460 valid

33 0,815 Sangat Tinggi 5,967 valid

34 0,851 Sangat Tinggi 6,877 valid

35 0,152 Sangat Rendah 0,653 -

36 0,459 Cukup 2,194 valid

37 0,449 Cukup 2,133 valid

38 0,793 Tinggi 5,515 valid

39 0,700 Tinggi 4,162 valid

40 0,670 Tinggi 3,834 valid

Kriteria pengujian validitas diklasifikasi berdasarkan Tabel 3.3

Klasifikasi Validitas butir Soal yang telah dibahas pada subbab sebelumnya. Berdasarkan uji validitas diatas dapat dilihat kriteria klasifikasi masing-masing soal. Dengan taraf signifikansi 5% dan banyak data responden 20

orang maka dapat diperoleh bahwa . Dapat

dilihat bahwa terdapat butir soal yang memiliki yaitu butir soal nomor 6,10,11,12,14,15,16,20,23 dan 35. Maka kesepuluh butir soal tersebut tidak valid. Sedangkan untuk 30 butir soal lainnya memiliki


(29)

32

Setelah dilakukannya uji validitas dan mengetahui item soal yang telah valid, maka item soal tersebut dijadikan kisi-kisi angket. Berikut adalah kisi-kisi angket yang sudah diuji coba dan uji validitas pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4

Kisi-kisi angket setelah uji coba

variabel indikator Sub indikator Item

+ -

Kualitas interaksi sosial (Abu Ahmadi, 2007)

imitasi a. Mengikuti sesuatu

diluar dirinya

1, 2 3

b. Penyamaan perilaku dengan orang lain

4, 5 -

Sugesti a. Memberi pengaruh

kepada orang lain

6, 7, 8 - b. Terpengaruh oleh

orang lain

9 -

identifikasi Melakukan apa yang orang lain lakukan

10 11

simpati Tertariknya kepada individu lain 12, 13, 14 15 Situasi kebersamaan

a. Berkumpul ditempat lain

16, 17, 18

19, 20

b. berkomunikasi dengan orang yang tidak dikenal ditempat yang sama 21, 22, 23 24 Situasi kelompok

interaksi sosial yang mendalam satu sama lain

25, 26, 27

28, 29, 30

c. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas soal digunakan untuk menentukan suatu instrumen apakah sudah dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Uji reliabilitas menggunakan teknik perhitungan koefisien reliabilitas dengan menggunakan rumus Cronbach Alpha (Riduwan, 2004: 115). Rumusnya adalah sebagai berikut:


(30)

r11 = 1 –

Keterangkan :

r11 = Nilai Reliabilitas

Σ Si = Jumlah varian skor tiap-tiap item St = Varians total

K = Jumlah item

(Riduwan, 2004: 115)

Hasil perhitungan reliabilitas dengan jumlah item k = 40 dapat dilihat pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5

Uji Reliabilitas Soal Uji Coba

k r11 r tabel Kriteria

40 0,903 0,444 Sangat tinggi

Dengan taraf signifikansi 5% dan banyak responden 20 maka

diperoleh . Dapat dilihat pada tabel di atas, nilai

reliabilitas (metode Cronbach Alpha) untuk 30 butir soal yang telah valid adalah 0,903. Maka yang artinya bahwa semua butir soal telah reliabel atau dapat dipercaya. Interpretasi koefisien korelasi dijelaskan pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6

Interpretasi koefisien korelasi

Antara 0, 800 – 1, 000 Sangat Tinggi

Antara 0, 600 – 0, 799 Tinggi


(31)

34

Antara 0, 200 – 0, 399 Rendah

Antara 0, 000 – 0, 199 Sangat Rendah

(Riduwan, 2004)

F. Proses Pengembangan Instrument

Proses pengembangan instrument yang digunakan untuk menghimpun informasi terkait dengan profil kualitas interaksi sosial atlet cabang olahraga beladiri karate, gulat, dan tinju dilakukan melalui beberapa langkah antara lain:

1. Penelusuran berbagai pendapat dan teori yang terkait dengan variabel penelitian.

2. Teori/pendapat yang dijadikan acuan untuk menyusun pertanyaan adalah sesuai dengan pendapat Abu Ahmadi. Menurut Abu Ahmadi interaksi sosial terdiri dari hubungan timbal balik, komunikasi, penyesuaian diri, imitasi, sugesti, identifikasi, simpati, situasi kebersamaan, dan situasi kelompok. Dari indikator tersebut diturunkan menjadi sub indikator, kisi-kisi, dan item pertanyaan.

3. Setelah item pertanyaan tersusun, maka untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrument dilakukan uji coba terhadap sampel diluar penelitian yang memiliki karakteristik sama dengan sumber data.

4. Setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas selanjutnya angket tersebut digunakan pada atlet cabang olahraga karate, gulat, dan tinju. Untuk mengetahui profil kualitas interaksi sosial.

G. Teknik Pengumpulan Data

Angket adalah pengumpulan data melalui pertanyaan yang diajukan dengan cara tertulis, dan disebarkan pada objek tertentu secara serentak dalam waktu bersamaan guna mendapatkan keterangan atau pendapat yang

diperlukan, sebagaimana penjelasan Riduwan (2004: 71) “angket adalah


(32)

respon (responden) sesuai dengan permintaan pengguna.” Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup, sebagaimana penjelasan Sudjana (1990 :5) bahwa:

Angket tertutup yaitu cara pengumpulan data dengan menggunakan daftar isian atau daftar pertanyaan yang telah disiapkan dan disusun sedemikian rupa sehingga responden hanya tinggal mengisi atau menandainya secara mudah dan tepat.

Daftar pertanyaan yang dsusun harus sedemikian rupa dan banyak pilihan untuk dijawab oleh responden. Kemudian Riduwan (2004: 72) menjelaskan bahwa:

Angket tertutup adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan cara memberikan tanda silang (x) atau tanda checklist (√).

Menurut Sugiyono (2011: 142) menjelaskan bahwa “kuesioner

merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk

dijawab.” Dipandang dari bentuknya yaitu menggunakan kuesioner check list, sebuah daftar dimana responden tinggal membubuhkan check list (√) pada

kolom yang sesuai. Dan tujuan dilakukan angket atau kuesioner ialah: 1) memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian, 2) memperoleh informasi mengenai suatu masalah secara serentak.

Angket atau kuesioner yang penulis gunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel, indikator, dan sub indikator. sejumlah pertanyaan yang ditawarkan adalah merupakan gambaran tentang profil kualitas interaksi sosial cabang olahraga karate, gulat, dan tinju.

H. Analisis Data

Agar analisis data dalam penelitian ini berjalan dengan lancar, maka penulis menempuh langkah-langkah sebagai berikut:

1. Melihat dan memutuskan hasil sah atau tidak. Setelah angket dibagikan kepada sumber, penulis mengumpulkan kembali yang kemudian diperiksa untuk melihat dan memutuskan keabshan pengisian angket tersebut.


(33)

36

Mungkin saja dalam pengisian angket responden tidak mengisi salah satu butir pernyataan atau berisi lebih dari satu jawaban.

2. Memberikan nilai pada tiap butir pernyataan dalam angket yang telah dijawab dengan kriteria penilaian sebagai berikut:

a. Pernyataan positif : SS = 5, S = 4, R = 3, TS = 2, STS = 1 b. Pernyataan negatif : SS = 1, S = 2, R = 3, TS = 4, STS = 5 3. Mengelompokkan setiap butir pernyataan.

4. Menjumlahkan nilai seluruh pernyataan untuk setiap responden. 5. Menganalisa data untuk memperoleh kesimpulan penelitian.

Untuk memperoleh hasil akhir yaitu berupa gambaran dan presentasi tentang profil kualitas interaksi sosial cabang olahraga beladiri, penulis menggunakan perhitungan sebagai berikut:

P = x 100%

Keterangan :

P = Jumlah atau besarnya persentase yang dicari

Σx1 = Jumlah skor berdasarkan alternative jawaban

Σxn = Jumlah skor total

Setelah data didapat kemudian menyimpulkan untuk mempermudah dalam penafsiran dan penyimpulan. Dalam hal ini memilih parimeter yang dikemukakan oleh Arikunto dalam Sarwanto (2010: 54), dengan menafsirkan kriteria penilaian presentasi. Kriteria Frekuensi Presentasi dijabarkan pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7

Kriteria Frekuensi Presentasi

Rentang Nilai Kriteria

76 – 100% Baik


(34)

B K B K

(Oij - Eij)² Eij

i=j j=1 =

∑ ∑

40 – 55% Kurang baik

<40% Tidak baik

Uji perbedaan dilakukan dengan menggunakan uji-chi kuadrat, yaitu untuk menguji apakah terdapat perbedaan diantara cabang olahraga karate, gulat dan tinju terhadap kualitas interaksi sosial. Hipotesis dari kedua uji tersebut adalah sebagai berikut.

:

:

Statistik hitung : Rumus X²

hitung untuk uji-Chi Kuadrat: X²hitung


(35)

63

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian yang berjudul “Profil Kualitas Interaksi Sosial Atlet Cabang Olahraga Beladiri”, berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa (1) Gambaran kualitas interaksi sosial atlet cabang olahraga karate ada pada kategori baik dengan presentase sebesar 77.96%, dan memiliki atlet kualitas interaksi sosial yang baik sejumlah 9 orang dan yang cukup sejumlah 6 orang; (2) Gambaran kualitas interaksi sosial atlet cabang olahraga gulat ada pada kategori baik dengan presentase sebesar 77.56%, dan memiliki atlet kualitas interaksi sosial yang baik sejumlah 10 orang dan yang cukup sejumlah 5 orang; (3) Gambaran kualitas interaksi sosial atlet cabang olahraga tinju ada pada kategori baik dengan presentase sebesar 77.07%, dan memiliki atlet kualitas interaksi sosial yang baik sejumlah 12 orang dan yang cukup sejumlah 3 orang; (4) Dari ketiga cabang olahraga tersebut tidak memiliki perbedaan kualitas interaksi sosial. Walaupun rata-rata interaksi sosial cabang olahraga karate lebih tinggi daripada kualitas interaksi sosial cabang olahraga gulat dan tinju, akan tetapi tidak dapat disimpulkan bahwa kualitas interaksi sosial cabang olahraga karate lebih baik dari pada kualitas interaksi sosial cabang olahraga gulat dan tinju.

B. Saran

Memperhatikan kesimpulan diatas untuk mengantisipasi hal-hal yang berhubungan dengan kualitas interaksi sosial untuk atlet cabang olahraga beladiri, maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi atlet perbanyak komunikasi yang baik dengan sesama tim atau rekan latihan, sehingga dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan baik; belajar memahami dan menerima perbedaan orang lain merupakan salah satu bentuk penyesuaian diri; pola komunikasi yang baik dengan teman dan rekan akan dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi yang berkualitas.


(36)

2. Bagi pelatih perbanyak kegiatan-kegiatan dengan tim atau rekan latihan dalam menjalin hubungan timbal balik.

3. Diharapkan diadakan penelitian lanjutan tentang kualitas interaksi sosial agar segala kekurangan dari penelitian ini bisa lebih disempurnakan.


(37)

65

DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar. (2010). Modul Aplikasi Statistika Dalam Penjas. Bandung: Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. Universitas Pendidikan Indonesia. Ahmadi, A. (2007). Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Basirun. (2009). Penelitian Survey. Tersedia di: http://basirunjenispel.blogspot.com.

Cholid Narbuko dan Abu Achmadi. (2004). Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara

Erawan, B. (2008). Gulat. Bandung: Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. Universitas Pendidikan Indonesia.

Furchan. (2004). Penelitian Deskriptif. Tersedia di:

http://ardhanal12.wordpress.com/2008/02/27/penelitian-deskriptif/. Gerungan. (2004). Psikologi Sosial. Bandung: PT Refika Aditama.

Johana, K. dan Mulyana. (2010). Olahraga Tinju. Bandung: Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. Universitas Pendidikan Indonesia.

Lutan Rusli, Berliana, Yadi Sunaryadi. (2007). Penelitian Pendidikan Dalam Pelatihan Olahraga. Bandung.

Nazir. (2005). Metode Penelitian Deskriptif. Tersedia di:

http://azizovic26.blogspot.com/2011/01/metode-deskriptif-metode-deskriptif.html.

Nurhasan, Hasanudin, Dan Hidayah, N. (2008). Statistika. Bandung: Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. Universitas Pendidikan Indonesia. Reading, Hugo. (1986). Kamus Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: CV Rajawali.

Riduwan. (2004). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru – Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung.

Sagitarius. (2008). Pelatihan Cabor Karate. Bandung: Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. Universitas Pendidikan Indonesia.

Scheinkman, Jose A. (2002). Social Interaction. Tersedia di:

www.princeton.edu/joses/wp/socialinteractions.pdf.pada.2008. Sudjana. (1990). Teknik Analisis Data Kualitatif. Bandung: Tarsito. Sugiyono. (2011). Metode Penelitian. Bandung: Penerbit Alfabeta


(38)

Universitas Pendidikan Indonesia (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.


(1)

Pandu Fauzi Fahmi, 2014

Profil Kualitas Interaksi Sosial Atlet Cabang Olahraga Beladiri

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Mungkin saja dalam pengisian angket responden tidak mengisi salah satu butir pernyataan atau berisi lebih dari satu jawaban.

2. Memberikan nilai pada tiap butir pernyataan dalam angket yang telah dijawab dengan kriteria penilaian sebagai berikut:

a. Pernyataan positif : SS = 5, S = 4, R = 3, TS = 2, STS = 1 b. Pernyataan negatif : SS = 1, S = 2, R = 3, TS = 4, STS = 5 3. Mengelompokkan setiap butir pernyataan.

4. Menjumlahkan nilai seluruh pernyataan untuk setiap responden. 5. Menganalisa data untuk memperoleh kesimpulan penelitian.

Untuk memperoleh hasil akhir yaitu berupa gambaran dan presentasi tentang profil kualitas interaksi sosial cabang olahraga beladiri, penulis menggunakan perhitungan sebagai berikut:

P = x 100%

Keterangan :

P = Jumlah atau besarnya persentase yang dicari Σx1 = Jumlah skor berdasarkan alternative jawaban Σxn = Jumlah skor total

Setelah data didapat kemudian menyimpulkan untuk mempermudah dalam penafsiran dan penyimpulan. Dalam hal ini memilih parimeter yang dikemukakan oleh Arikunto dalam Sarwanto (2010: 54), dengan menafsirkan kriteria penilaian presentasi. Kriteria Frekuensi Presentasi dijabarkan pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7

Kriteria Frekuensi Presentasi

Rentang Nilai Kriteria

76 – 100% Baik


(2)

B K B K

(Oij - Eij)²

Eij

i=j j=1 =

∑ ∑

40 – 55% Kurang baik

<40% Tidak baik

Uji perbedaan dilakukan dengan menggunakan uji-chi kuadrat, yaitu untuk menguji apakah terdapat perbedaan diantara cabang olahraga karate, gulat dan tinju terhadap kualitas interaksi sosial. Hipotesis dari kedua uji tersebut adalah sebagai berikut.

:

:

Statistik hitung : Rumus X²

hitung untuk uji-Chi Kuadrat: X²hitung


(3)

Pandu Fauzi Fahmi, 2014

Profil Kualitas Interaksi Sosial Atlet Cabang Olahraga Beladiri

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian yang berjudul “Profil Kualitas Interaksi Sosial Atlet Cabang Olahraga Beladiri”, berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa (1) Gambaran kualitas interaksi sosial atlet cabang olahraga karate ada pada kategori baik dengan presentase sebesar 77.96%, dan memiliki atlet kualitas interaksi sosial yang baik sejumlah 9 orang dan yang cukup sejumlah 6 orang; (2) Gambaran kualitas interaksi sosial atlet cabang olahraga gulat ada pada kategori baik dengan presentase sebesar 77.56%, dan memiliki atlet kualitas interaksi sosial yang baik sejumlah 10 orang dan yang cukup sejumlah 5 orang; (3) Gambaran kualitas interaksi sosial atlet cabang olahraga tinju ada pada kategori baik dengan presentase sebesar 77.07%, dan memiliki atlet kualitas interaksi sosial yang baik sejumlah 12 orang dan yang cukup sejumlah 3 orang; (4) Dari ketiga cabang olahraga tersebut tidak memiliki perbedaan kualitas interaksi sosial. Walaupun rata-rata interaksi sosial cabang olahraga karate lebih tinggi daripada kualitas interaksi sosial cabang olahraga gulat dan tinju, akan tetapi tidak dapat disimpulkan bahwa kualitas interaksi sosial cabang olahraga karate lebih baik dari pada kualitas interaksi sosial cabang olahraga gulat dan tinju.

B. Saran

Memperhatikan kesimpulan diatas untuk mengantisipasi hal-hal yang berhubungan dengan kualitas interaksi sosial untuk atlet cabang olahraga beladiri, maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi atlet perbanyak komunikasi yang baik dengan sesama tim atau rekan latihan, sehingga dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan baik; belajar memahami dan menerima perbedaan orang lain merupakan salah satu bentuk penyesuaian diri; pola komunikasi yang baik dengan teman dan rekan akan dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi yang berkualitas.


(4)

2. Bagi pelatih perbanyak kegiatan-kegiatan dengan tim atau rekan latihan dalam menjalin hubungan timbal balik.

3. Diharapkan diadakan penelitian lanjutan tentang kualitas interaksi sosial agar segala kekurangan dari penelitian ini bisa lebih disempurnakan.


(5)

Pandu Fauzi Fahmi, 2014

Profil Kualitas Interaksi Sosial Atlet Cabang Olahraga Beladiri

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar. (2010). Modul Aplikasi Statistika Dalam Penjas. Bandung: Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. Universitas Pendidikan Indonesia. Ahmadi, A. (2007). Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Basirun. (2009). Penelitian Survey. Tersedia di: http://basirunjenispel.blogspot.com.

Cholid Narbuko dan Abu Achmadi. (2004). Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara

Erawan, B. (2008). Gulat. Bandung: Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. Universitas Pendidikan Indonesia.

Furchan. (2004). Penelitian Deskriptif. Tersedia di:

http://ardhanal12.wordpress.com/2008/02/27/penelitian-deskriptif/. Gerungan. (2004). Psikologi Sosial. Bandung: PT Refika Aditama.

Johana, K. dan Mulyana. (2010). Olahraga Tinju. Bandung: Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. Universitas Pendidikan Indonesia.

Lutan Rusli, Berliana, Yadi Sunaryadi. (2007). Penelitian Pendidikan Dalam Pelatihan Olahraga. Bandung.

Nazir. (2005). Metode Penelitian Deskriptif. Tersedia di:

http://azizovic26.blogspot.com/2011/01/metode-deskriptif-metode-deskriptif.html.

Nurhasan, Hasanudin, Dan Hidayah, N. (2008). Statistika. Bandung: Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. Universitas Pendidikan Indonesia. Reading, Hugo. (1986). Kamus Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: CV Rajawali.

Riduwan. (2004). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru – Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung.

Sagitarius. (2008). Pelatihan Cabor Karate. Bandung: Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. Universitas Pendidikan Indonesia.

Scheinkman, Jose A. (2002). Social Interaction. Tersedia di:

www.princeton.edu/joses/wp/socialinteractions.pdf.pada.2008. Sudjana. (1990). Teknik Analisis Data Kualitatif. Bandung: Tarsito. Sugiyono. (2011). Metode Penelitian. Bandung: Penerbit Alfabeta


(6)

Universitas Pendidikan Indonesia (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.