Profil Kondisi Fisik Atlet Pelatda Jawa Barat Tahun 2015 Pada Cabang Olahraga Judo.

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan prestasi setiap cabang olahraga di Indonesia menjadi perhatian bagi KONI pusat maupun KONI daerah. KONI pusat dan KONI daerah juga sudah melakukan Pembinaan prestasi dengan berbagai cara sejak dulu hingga sekarang. Pembinaan itu tidak hanya terpaku pada satu cabang olahraga saja, akan tetapi pembinaan yang dilakukan adalah mencapai semua cabang olahraga yang dipertandingkan ataupun diperlombakan.

Judo adalah salah satu cabang beladiri yang berasal dari Jepang dan telah menjadi olahraga populer di dunia saat ini, judo diciptakan oleh Professor Jigoro Kano atau Maha Guru Kano pada tahun 1882. Jujitsu juga disebut Yawara atau Taijutsu. Jujitsu adalah sebagai induk dari judo, sebenarnya salah satu dari Bujutsu atau seni bela diri tradisional Jepang yaitu perkelahian tangan kosong.

Judo mulai dikenal di Indonesia sejak tahun 1942 ketika tentara Jepang mulai menjajah Indonesia. Pada hari–hari tertentu tentara Jepang berlatih Judo dilingkungan asramanya. Lama kelamaan mereka bergaul dan bersahabat dengan orang–orang Indonesia dan mengajak berlatih judo. Karena tempat latihan adanya hanya dilingkungan asrama tentara Jepang, teman yang diajak belajar judo betul-betul selektif, jangan sampai membahayakan mereka.

Tahun 1955 tepatnya pada tanggal 25 Desember 1955, dibentuk organisasi judo Indonesia yang diberi nama Persatuan Judo Seluruh Indonesia (PJSI), sebagai organisasi Judo tertinggi di Indonesia yang mengatur atau mengelola kegiatan Judo secara Nasional dan Internasional. Pada tahun itu juga PJSI telah diakui oleh Komite Olympiade Indonesia sebagai Top Organisasi Judo Indonesia. Di samping itu, salah satu upaya pemerintah Indonesia dalam meningkatkan prestasi olahraga dibidang olahraga judo ini adalah dengan mengadakan seleksi bibit-bibit atlet terbaik melalui kejuaraan maupun seleksi tingkat daerah seperti: KEJURDA (kejuaran antar daerah ) dan SELEKDA (seleksi daerah).


(2)

Prestasi judo Jawa Barat pada PON XVIII Riau mendapatkan hasil yang memuaskan dengan perolehan medali 6 emas, 6 perak dan 3 perunggu sedangkan DKI Jakarta mendapatkan 4 emas, 3 perak dan 5 perunggu. Berdasarkan hasil wawancara pada minggu (16/11/2014) di dojo Pelatda judo Jawa Barat Pelatih Judo Jabar, Maulana mengatakan: “Untuk mempertahankan prestasi pada PON Riau kami lebih menekankan pada kekuatan fisik untuk para atlet karena kunci keberhasilan tim Judo Jawa Barat yaitu tim pelatih selalu memberikan perhatian pada segi fisik para atlet, selain itu saya selalu melihat video di youtube kejuaraan dunia dan jika ada gerakan baru saya terapkan di tim judo Jawa Barat.

Kualitas atlet yang baik adalah dengan tingkat kondisi fisik atau tingkat kesegaran jasmani yang tinggi pula, dengan kualitas kondisi yang baik maka seseorang akan mampu melaksanakan tugas atau berbagai aktifitas dengan baik tanpa mengalami kelelahan yang berarti. Harsono (1988, hlm. 153) menyatakan bahwa kalau kondisi fisik baik maka :

1. Akan ada peningkatan dalam kemampuan sistem sirkulasi dan kerja jantung.

2. Akan ada peningkatan dalam kekuatan, kelentukan, stamina, kecepatan, dan lain-lain komponen kondisi fisik.

3. Akan ada ekonomi gerak yang lebih baik pada waktu latihan. 4. Akan ada respons yang cepat dari organisme tubuh kita apabila sewaktu-waktu respons demikian diperlukan.

Kondisi fisik atlet memegang peranan yang sangat penting dalam melakukan program yang akan di berikan pelatih. Kesiapan kondisi fisik atlet yang baik akan memudahkan pelatih dalam melaksanakan programnya. Kondisi fisik yang baik tentunya didapat dengan melakukan kegiatan fisik atau berolahraga secara teratur dan berkesinambungan. Berbicara tentang kondisi fisik maka tentu akan membahas tentang kekuatan, daya tahan, kecepatan dan sebagainya. Untuk mengetahui kondisi fisik atau kesegaran jasmani tentu dengan melalui tes dan pengukuran, karena dengan adanya tes dan pengukuran maka dapat diketahui adanya kekurangan-kekurangan atau kemajuan–kemajuan kondisi fisik. Di dalam sebuah pencapaian prestasi yang maksimal sedikitnya. Harsono


(3)

(1988, hlm.100) menyatakan bahwa, untuk meningkatkan keterampilan dan prestasi semaksimal mungkin ada empat aspek latihan yang perlu diperhatikan dan dilatih secara seksama oleh atlet yaitu : latihan fisik, latihan teknik, latihan taktik, dan latihan mental. Mengenai Prestasi tersebut Harsono (1988, hlm.100) menjelaskan bahwa :

1). Latihan teknik adalah latihan untuk mempermahir keterampilan teknik gerakan seperti melompat.

2). Latihan taktik adalah latihan untuk menumbuhkan perkembangan daya tafsir pada atlet.

3). Latihan fisik adalah latihan untuk mempersiapkan fisik untuk menghadapi pertandingan. Mencakup komponen –komponen fisik antara lain. Kekuatan (Strength), Daya Tahan Otot (Muscular

Endurence), Daya Ledak (Power), Kecepatan (Speed), Kelentukan

(Flexibility), dan Daya Tahan (Endurence).

4). Latihan mental adalah latihan yang menekankan pada perkembangan kedewasaan atlet dan perkembangan emosional seperti semangat bertanding, sportifitas, percaya diri, dan lain – lain.

Dari Uraian di atas maka penulis merasa perlu melakukan penelitian terhadap sejauh mana kondisi fisik pada atlet judo Jawa Barat.Sebab kondisi fisik merupakan hal yang sangat penting dan berpengaruh dalam peningkatan prestasi. Dimana unsur yang perlu ditingkatkan bagi atlet judo adalah Kekuatan (Srength), Daya Tahan Otot (Muscular Endurance), Daya Ledak (Power), Kelincahan

(agility),kecepatan (speed), Kelentukan (Flexibility), dan Daya Tahan (cardio vascular).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah di atas maka dapatlah dibuat suatu gambaran tentang permasalahan yang dihadapi. Untuk menghindari penyimpangan masalah yang terlalu jauh, maka masalah yang diteliti dapat diidentifikasi sebagai berikut : 1. Bagaimana profil kondisi fisik atlet judo Jawa Barat tahun 2015 ?

2. Komponen kondisi fisik manakah yang dominan pada atlet judo Jawa Barat?


(4)

C. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya masalah dan untuk menghindari interpretasi yang salah, maka ditentukan pembatasan masalah hanya pada hal–hal pokok saja untuk mempertegas sasaran yang akan dicapai, yaitu Profil Kondisi Fisik Atlet Judo Jawa Barat Tahun 2015 yang meliputi : Kekuatan (Strength), Daya Tahan Otot

(Muscular Endurence), Daya Ledak (Muscular Power), Kelincahan (agility),

Kecepatan (speed), Kelentukan (Flexibility), Daya Tahan (cardio vascular).

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui Profil Kondisi Fisik Atlet Judo Jawa Barat Tahun 2015. 2. Untuk mengetahui komponen fisik yang dominan bagi atlet judo Jawa Barat.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang diantaranya adalah :

1. Sebagai informasi kepada para pelatih tentang kondisi fisik atlet Judo Jawa Barat pada saat ini.

2. Sebagai bahan masukan kepada pelatih dalam penyusunan program latihan dalam pencapaian sebuah prestasi yang diharapkan.

3. Sebagai bahan evaluasi dan menjadi tolak ukur kemajuan hasil pembinaan atlet Judo Jawa Barat.

4. Sebagai bahan masukan dan sumbangan pikiran bagi peneliti, dan lembaga-lembaga olahraga khususnya bagi atlet dan cabang olahraga judo.


(5)

F. Batasan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup permasalahan yang terfokus pada profil tingkat kondisi fisik atlet Judo Pelatda Jawa Barat tahun 2015. Adapun batasan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Kajian kondisi fisik hanya dilihat pada kemampuan atlet pada komponen daya tahan, fleksibilitas, kekuatan, kelentukan, dan power.

2. Subjek penelitian ini adalah atlet Judo Pelatda Jawa Barat.

G. Sturktur Organisasi Skripsi

Struktur Organisasi dalam penulisan skripsi yang peneliti ambil adalah sebagai berikut:

1. BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab 1 peneliti menyampaikan informasi mengenai penelitian yang akan dilakukan dengan urutan penulisannya sebagai berikut: Latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian.

2. BAB II : KAJIAN PUSTAKA / LANDASAN TEORITIS

Pada bab 2 peneliti menulis mengenai teori-teori yang berhubungan dengan variabel penelitian. Dalam bab 2 ini juga dijelaskan mengenai kerangka pemikiran dan hipotesis pemikiran. Adapun cara penulisannya sebagai berikut: Sejarah perkembangan judo, latihan dasar dalam olahraga judo, pembagian teknik dalam olahraga judo, peraturan dalam olahraga judo, kondisi dan peranannya dalam olahraga judo, karakteristik kondisi fisik cabang olahraga judo.

3. BAB III : METODE PENELITIAN

Untuk itu dalam bab metode penelitian ini penulis menjelaskan bagaimana cara-cara penelitian yang akan dilakukannya melalui tahapan-tahapan berikut: Desain penelitian, populasi dan sampel, langkah-langkah penelitian, instrument penelitian, lokasi dan waktu penelitian, prosedur pengolahan data.


(6)

4. BAB IV : TEMUAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menyampaikan dua hal utama, yakni (1) temuan penelitian berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dengan berbagai kemungkinan bentuknya sesuai dengan urutan rumusan permasalahan penelitian, dan (2) pembahasan temuan penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya.

4. BAB V : SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

Bab ini berisi simpulan, implikasi, dan rekomendasi, yang menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian sekaligus mengajukan hal-hal penting yang dapat dimanfaatkan dari hasil penelitian tersebut. Jadi dalam bab ini penulis menyimpulkan penelitiannya dari awal permasalah sampai dilakukanya penelitian berikut cara melakukan penelitian.

Daftar Pustaka Lampiran-Lampiran


(7)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian merupakan suatu pencarian fakta, menghimpun data, mengadakan pengukuran, analisis, membandingkan, mencari hubungan, dan menafsirkan hal-hal yang dianggap sebagai masalah oleh peneliti. Agar penelitian dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien maka dibutuhkannya metode penelitian. Arikunto (2010, hlm. 192) menjelaskan bahwa “Metode penelitian adalah cara

yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya.” Sama

halnya dengan Sugiyono (2014, hlm. 3) yang menjelaskan “Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan

kegunaan tertentu.” Metode penelitian harus disesuaikan dengan masalah dan

tujuan penelitian, hal ini dilakukan untuk memperoleh, menganalisis data, dan menyimpulkan hasil penelitian.

Penggunaan metode penelitian tergantung pada permasalahan yang akan dibahas. Metode penelitian dapat dikatakan efektif apabila selama proses penelitian dapat terlihat kemajuan positif dan mengarah kepada pencapaian hasil. Metode penelitian dikatakan efisien apabila waktu, biaya, fasilitas, dan tenaga dapat dilaksanakan sehemat mungkin, namun dengan hasil yang maksimal. Metode dikatakan relevan apabila waktu penggunaan hasil pengolahan dengan tujuan yang hendak dicapai tidak terjadi penyimpangan.

Metode penelitian dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu : metode kuantitatif dan metode kualitatif. Metode kuantitatif adalah metode ilmiah yang memenuhi kaidah-kaidah ilmiah, yaitu konkrit, obyektif, terukur, rasional, dan sistematis. Sedangkan metode kualitatif adalah metode yang penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah. Dalam penelitian kuantitatif metode penelitian yang dapat digunakan adalah metode survey, ex post facto, eksperimen, evaluasi, action research, policy research, deskriptif, dll.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif deskriptif, seperti yang dikemukakan oleh Arikunto (2010, hlm. 3) sebagai


(8)

berikut: “Penelitian deskriptif ini merupakan penelitian yang benar-benar hanya memaparkan apa yang terdapat atau terjadi dalam sebuah kancah, lapangan, atau

wilayah tertentu.”

Metode deskriptif dapat memecahkan serta menyelidiki masalah yang diteliti dan dapat menggambarkan keadaan yang terjadi dengan maksud untuk mendapatkan gambaran umum secara jelas, sistematis, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan fenomena yang diteliti. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel mandiri, sesuai dengan jenis penelitian dan rumusan masalah yang deskriptif.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi merupakan sekumpulan objek yang akan diteliti dan dalam penelitian, ditentukan sesuai dengan pertimbangan peneliti atas kualitas dan karakteristik penelitiannya. Menurut Arikunto (2010, hlm. 173) Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Sedangkan menurut Sugiyono (2014, hlm. 117) adalah : “wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”

Populasi dalam penelitian ini adalah atlet Pelatda Judo Jawa Barat yang berjumlah 14 orang atlet, Pada pertandingan PON tahun 2012 khususnya Cabang Olahraga Judo Jawa Barat untuk menjadi tolak ukur dan meningkatkan kemampuan fisik di PON 2016. Oleh karena itu peneliti berniat untuk meneliti mengenai salah satu faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunnya prestasi atlet diantaranya : Kondisi fisik atlet Judo Pelatda Jabar tahun 2015.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari jumlah populasi yang diambil oleh peneliti dengan menggunakan metode pemilihan sampel. Sebagian dari populasi adalah sampel penelitian. Menurut Sugiyono (2014, hlm.118) “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.” Sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul ditentukan secara representatif (mewakili).


(9)

Dikarenakan jumlah popuasi kurang dari 30 orang, maka peneliti menentukan untuk mengambil salah satu cara pengambilan sampel yaitu sampling jenuh. Sugiyono (2014, hlm. 124) mengatakan bahwa :

“Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi

digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakuka bila jumlah populasi realtif kecil, kurang dari 30 orang atau penelitian yang ingin membuat generalissasi dengan kesalahan yang sangat kecil.

Seluruh populasi dijadikan sampel didalam penelitian ini, hal ini disebabkan jumlah populasi tidak terlalu besar.

C. Langkah-langkah Penelitian

Langkah-langkah ini disusun agar mempermudah kegiatan yang harus dilakukan dalam suatu penelitian, diperlukan suatu alur yang dijadikan pegangan agar penelitian tidak keluar dari ketentuan yang sudah ditetapkan sehingga hasil yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan.

Adapun langkah-langkah penelitian yang penulis lakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.1 di halaman 44.

Gambar 3.1.

Langkah-Langkah Penelitian Menentukan Sampel

Menentukan Pendata/Tester

Mengumpulkan Data

Mengolah Data

Menarik Kesimpulan Menentukan Populasi


(10)

D. Instrument Penelitian

Kualitas hasil penelitian dipengaruhi oleh kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data. Instrumen penelitian digunakan sebagai alat untuk memperoleh data. Dalam suatu penelitian diperlukan suatu alat untuk mengumpulkan data. Seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2014, hlm.147) :

“Instrumen penelitian adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial maupun alam”.

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini digunakan prosedur pelaksanaan

tes yang sudah baku, yaitu “Instrumen ini terdiri dari tes 10 (sepuluh) item”. Menurut Nurhasan dan Cholil (2013, hlm 184-192) sebagai berikut:

a. Tata cara pelaksanaan tes kemampuan fisik . 1. Leg dynamometer (leg strength)

Gambar 3.2

(Sumber:https://www.google.co.id/search?q=Leg+dynamometer&source=lnms&tbm=is ch&sa=X&ei=P9vKVI3KDYvl8AWd0YA4&ved=0CAgQ_AUoA

Q&biw=1285&bih=53)

Tujuan : Mengukur komponen kekuatan otot (tungkai) Alat/fasilitas : Leg dynamometer

Pelaksanaan : Orang coba memakai pengikat pinggang, kemudian berdiri dengan


(11)

membengkokan kedua lututnya sebesar 45 derajat, lalu alat tersebut dikaitkan pada leg dynamometer. Setelah itu orang coba berusaha sekuat-kuatnya meluruskan kedua tungkainya. Setelah orang itu telah maximum meluruskan kedua tungkainya, lalu kita lihat jarum alat tersebut menunjukan angka berapa. Angka ini menyatakan besarnya kekuatan otot tungkai orang tersebut.

Skor : Besarnya kekuatan otot tungkai yang dapat dilihat pada alat tersebut. angka yang ditunjukan oelh jarum alat tersebut menyatakan besarnya kekuatan otot tungkai tersebut yang diukur dalam kg.

2. Flexion of Trunk

Gambar 3.3

(Sumber:https://www.google.co.id/search?biw=1285&bih=539&tbm=isch&sa=1&q=fl exometer&oq=flexometer&gs_l=img.3..0j0i24l3.146108.15033 9.0.151257.24.15.0.1.1.0.473.2034.0j2j2j2j1.7.0.msedr01c. 1.61.img).

Tujuan : Mengukur komponen flekibilitas Alat : - Pita ukuran

- Matras

- Alat pengukuran flesi (flexometer)

Pelaksanaan : Orang coba berdiri tegak diatas alat ukur dengan kedua kaki rapat dan kedua ujung ibu jari kaki rata dengan pinggir alat ukur. Badan dibungkukab kebawah, tangan lurus. Renggutkan badan kebawah perlahan-lahan sejauh


(12)

mungkin, kedua tangan menelusuri alat ukur dan berhenti pada jangkauan yang terjauh.

Skor : Jarak jangkauan yang terjauh dapat dicapai oleh orang coba dari dua kali percobaan, yang diukur dalam cm.

3. Push-up

Gambar 3.4

(Sumber:https://www.google.co.id/search?biw=1285&bih=539&tbm=isch&sa=1&q=P ush+up&oq=Push+up&gs_l=img.3..0l10.173624.177418.0.17

8691.16.10.0.0.0.0.532.911.0j1j1j5-1.3.0.msedr...0...1c.1.61.img)

Tujuan : Mengukur komponen daya tahan tahan lokal lengan (ekstenser)

Alat/fasilitas : Bidang yang datar

Pelaksanaan : Orang coba berbaring dengan sikap telungkup, kedua tangan dilipat disamping badan. Kedua tangan menekan lantai dan diluruskan, sehingga badan terangkat, sedangkan sikap adan dan tungkai merupakan garis lurus. Setelah itu turunkan badan dengan cara membengkokan lengan pada siku, sehingga dada menyentuh lantai. Lakukan gerak tersebut secara berulang-ulang da kontinyu sampai orang coba tak dapat mengangkat adannya lagi.

Skor : Jarak jangkauan yang terjauh yang dapat dicapai oleh orang coba dari dua kali percobaan, yang diukur dalam cm.


(13)

4. Sit –up

Gambar 3.5

(Sumber:https://www.google.co.id/search?biw=1285&bih=539&tbm=isch&sa=1&q=sit

+up&oq=sit+up&gs_l=img.3..0l10.52984.55937.0.56759.12.1 0.0.0.0.0.253.1013.0j2j3.5.0.msedr...0...1c.1.61.img)

Tujuan : Mengukur daya tahan otot lokal perut Alat/fasilitas : Matras

Pelaksanaan : Orang coba tidur terlentang, kedua tangan saling berkaitan dibelakang, kedua kaki dilipat sehingga sehingga lutut membentuk sudut 90 derajat. Seorang pembantu memegang erat-erat kedua pergelangan kaki orang coba dan menekannya pada saat orang coba bangun. Orang coba berusaha bangun sehingga duduk dan kedua siku dikenakan pada kedua utut dan kemudian dia kembali ke sikap semula. Lakukan gerakan ini secara berulang-ulang sampai orang coba tak mampu mengangkat badannya lagi. Perhatikan

agar sikap tungkai selalu membentuk sudut 90 derajat, pada waktu melakukan sit up.

Skor : Jumlah gerakan sit-ups yang betul, yang dapat dilakukan oleh orang coba.


(14)

5. Back Lift

Gambar 3.6

(Sumber:https://www.google.co.id/search?biw=1285&bih=539&tbm=isch&sa=1

&q=Back+lift&oq=Back+lift&gs_l=img.3..0l2j0i24l8.65270.69561.0 .70612.14.12.0.0.0.0.280.1737.0j6j3.9.0.msedr...0...1c.1.61.img).

Tujuan : Untuk mengukur otot bagian belakang (punggung) Alat/fasilitas : Kertas, bolpoin, stopwatch.

Pelaksanaan : Orang coba tidur dengan posisi tengkurep dengan kedua tangan berada di belakang kepala sambil berkaitan. Lalu orang coba mengangkat tubuh nya ke belakang dengan bantuan pinggang. Lakukan gerakan ini sampai orang coba tidak dapat mengangkat tubuhnya lagi.

6. Squat – jump

Gambar 3.7

(Sumber:https://www.google.co.id/search?biw=1285&bih=539&tbm=isch&sa=1

&q=squat+jump&oq=Squat&gs_l=img.1.1.0l10.70455.73441.0.75679.13.8.0.1.1 .0.240.962.0j3j2.5.0.msedr...0...1c.1.61.img)


(15)

Tujuan : Mengukur komponen daya tahan lokal otot tungkai Alat/fasilitas : Sebidang datar/ruangan

Pelaksanaan : Orang coba berada pada sikap jongkok dengan salah satu tumit menyentuh pantatnya, dan kaki yang lainnya berada didepan, sedangkan kedua tangan saling berkait diletakan dibelakang kepala, pandangan ke depan. Orang coba melompat keatas sehingga kedua tungkai lurus, lalu mendarat dengan kedua kaki menyilang kedepan dan belakang, sehingga pantat menyentuh tumit kaki yang belakang. Lakukan gerakan ini berulang-ulang dengan sikap kaki bergantian, samai orang coba tak dapamelompat lahi secara sempurna, seperti ketentuan tersebut diatas. Skor : Jumlah gerakan squat jump yang betul, yang dapat

dilakukan oleh orang coba. 7. Vertical jump

Gambar 3.8

Sumber:https://www.google.co.id/search?biw=1285&bih=539&tbm=isch&sa=1

&q=Vertical+jump&oq=Vertical+jump&gs_l=img.3..0l 2j0i24l8.137221.142457.0.143372.22.14.0.4.4.0.213.161 5.0j8j1.9.0.msedr...0...1c.1.61.img..9.13.1642.5PMP_sqt

VWM

Tujuan : Mengukur komponen power tungkai

Pelaksanaan : Orang coba berdiri menghadap dinding dengan salah satu lengan diluruskan keatas, lali dicatat inggi jangkauan tersebut. kemudian orang coba berdiri dengan bagian


(16)

samping tubuhnya kearah tembok, lalu dia mengambil sikap jongkok sehingga lututnya membentuk sudut kurang lebih 45 derajat. Setelah itu orang coba melomapt keatas setinggi mungkin.pada saat titik tertinggi dari lompatan itu ia segera menyentuh ujung jari dari salah satu tanggannya pada papan ukuran, kemudian mendarat dengan kedua kaki. orang coba diberi kesempatan sebanyak 3 (tiga) kali percobaan.

Skor : Selisih yang terbesar antara tinggi jangkauan sesudah melompat dengan tinggi jangkauan sebelum melompat, dari tiga kali percobaan. Tinggi jangkauan diukur dalam satuan cm.

8. Two Hand Medicine ball put

Gambar 3.9

(Sumber:https://www.google.co.id/search?biw=1285&bih=539&tbm=isch&sa=1

&q=two+hand+medicine+ball&oq=two+hand+medicin e+ball&gs_l=img.3...56234.66692.0.67424.34.28.0.0.0. 0.520.3668.0j14j2j1j0j1.18.0.msedr...0...1c.1.61.img..26.

8.2014.oJQrgGDc-Ag)

Tujuan : Mengukur komponen power (otot lengan dan bahu) Alat/fasilitas : - Bola medicine seberat 6 pound

- Pita ukuran - Kursi - Tali


(17)

Pelaksanaan : Orang coba duduk tegak dikursi, sambil kedua tangan memegang bola medicine. Sehingga bola tersebut menyentuh dada. Kemudia kedua tangan mendorong bola tersebut ke depan sejauh mungkin, sebelum orang coba mendorong bola medicine, seutas tali dilingkarkan pada dada orang coba dan tarik kebelakang, sehingga badan besandar pada kursi. Hal ini untuk mencegah agar orang coba pada waktu mendorong tidak dibantu oleh gerakan badan ke depan. Orang coba diberi kesempatan sebanyak 3 (tiga) kali percobaan.

Skor : Jarak tolakan yang terjauh dari 3 (tiga) kali percobaan yang diukur mulai dari tepi luar kursi sampai batas /tanda dimana bola medicine tersebut jatuh. Jarak diukur dengan cm.

9. Astrand (VO2max)

Gambar 3.10

(Sumber:https://www.google.co.id/search?biw=1285&bih=539&tbm=isch&sa=1

&q=astrand+treadmill+test&oq=astrand&gs_l=img.1.8. 0i19l10.67487.68819.0.73920.7.7.0.0.0.0.240.923.0j4j1.5.

0.msedr...0...1c.1.61.img..2.5.920.EODEI-ceJdg)

Tujuan : Mengukur kemampuan kerja jantung dan paru-paru Alat/Fasilitas : - Sepeda statis/tredmill.

- Polar dan transmiter - Metronom


(18)

- Stopwatch - Kertas pencatat

Pelaksanaan : Periksa sepeda yang akan digunakan dengan baik,atur metronom dengan frekuensi 100x/menit, siapkan transmiter telemetri dan polar suhu ruangan tertutup ber-AC dengan tempertaur 20-25 derajat celcius dan kelembaban kurang lebih 55%.kenakan pencatat denyut nadi polar. Catat denyut awal dan tekanan darah awal.apabila pencatat polar lebih dari 100x/menit maka testee harus istirahat/menunggu sejenak agar denyut nadi turun sampai kurang dari 95x/menit. Aturlah beban pada sepeda sesuai dengan nadi awal. Putra yang tidak terlatih =300 atau 600 kgm/ml (50-100 watts ), putra yang terlatih = 60 atau 900kgm/ml (100 atau 150 watts), putri yang tidak terlatih = 300 atau 450 kgm/min (50 atau 75 watts), putri yang terlatih = 450-600 kgm/min (75-100 watts). Bila nadi kurang dari 70x/menit maka beban ditambah. Pengukuran ini dilakukan 6 menit, setiap menit denyut nadi dihitung dan direkam oleh telemetri. Cara mengambil denyut nadi setiap menit yaitu 15 detik terakhir pada menit tersebut. yan dimaksud dengan nadi kerja adalah nilai rata-rata nadi menit ke 5 dan menit ke 6, bila nadi pada menit ke 6 belum mencapai 120 maka tes dihentikan testee istirahat kurang lebih 1 jam kemudian tes diulang dengan beban yang lebih tinggi.selama tes berlangsung diukur juga tekanan darah pada menit 1,3,5,7 dan 9 untuk mengetahui bila terjadi hal-hal yang menandakan ada kelainan lalu tes di stop(berhenti).


(19)

10. Nelson Reaction Test

Gambar 3.11 Nelson Reaction Test

(Sumber:https://www.google.co.id/search?biw=1285&bih=539&tbm=isch&sa=1

&q=raection+test&oq=raection+test&gs_l=img.3...5382 3.62932.0.63521.42.25.3.0.0.1.459.3635.0j11j1j3j1.16.0.m

sedr...0...1c.1.61.img..31.11.2258.-J3iTIPnazk)

Tujuan : Untuk mengukur kecepatan reaksi terhadap suatu rangsangan yang dilihat oleh mata.

Alat/fasilitas : Tongkat reaksi nelson, meja dan kursi, penggaris.

Pelaksanaan : teste duduk didepan stimulator dengan jarak 2 meter, testte memegang reaction Switch dan diinstruksikan untuk menekan tombol secepat mungkin setelah warna muncul di stimulator sesuai dengan tombol warna yang ada pada reaction Switch. Jika testee salah menekan tombol warna, maka waktu tidak akan berhenti sampai testee menekan tombol yang benar. Lakukan pengkuran sebanyak 5 kali dan ambil hasil rata-rata dalam menit/detik.


(20)

b. Penentuan kategori

Penentuan kategori yang penulis gunakan dalam penelitian ini, penulis menggunakan norma penilaian komponen fisik secara umum berdasarkan pengolahan pada data komponen fisik dari setiap tes yang dilakukan. Adapun kriteria penilaian atau norma untuk putra maupun putri dilakukan secara terpisah, seperti berikut ini:

kategorisasi tes kemampuan komponen fisik dasar cabang olahraga judo yang dikemukakan oleh Purba (2014, hlm. 88)

KATEGORI KEMAMPUAN KOMPONEN FISIK PREDOMINAN (KOMPONEN FISIK DASAR) UNTUK CABANG OLAHRAGA JUDO

PUTERA

NO KOMPONEN TEKNIK PENGUKURAN

KATEGORI

KURANG CUKUP BAIK

BAIK

SEKALI SEMPURNA

1 Kekuatan

Otot tungkai

Leg

Dynamometer 77 - 85 86 - 214 215 - 282 >283

2

Daya Tahan Otot

Otot lengan dan

bahu Push ups 4 - 14 15 - 19 20 - 28 29 - 37 >90 Otot perut Sit ups 10 - 29 30 - 49 50 - 69 70 - 89 >54 Otot punggung Back lift 10 - 20 21 - 31 32 - 42 43 - 53 >88 Otot tungkai Squat - Jump 4-24 25 - 45 46 - 66 67 - 87

3 Power

Otot lengan

Medicine Ball

pil 2,63 - 3,67 3,68 - 4,52 4,53 - 5,32 5,38 -6,22 >6,23 4 Kelentukan Sit and Reach 1 - 5 6 - 11 12 - 17 18 - 23 >24

5 Daya Tahan Umum (cardiovascular) Astrand (Vo2max)

mL/kg/mnt <36 37 - 45 46 - 54 55 - 67 >68


(21)

NO KOMPONEN TEKNIK PENGUKURAN

KATEGORI

KURANG CUKUP BAIK

BAIK

SEKALI SEMPURNA

1 Kekuatan

Otot tungkai

Leg

Dynamometer 6 – 64 65 - 123

124 -

182 183 - 241 >242

2

Daya Tahan Otot

Otot lengan dan

bahu Push ups 1 – 4 5 - 9 10 - 15 16 - 20 >21

Otot perut Sit ups 10 – 29 29 - 47 48 - 68 69 - 87 >88 Otot punggung Back lift 12 – 22 23 - 33 33 - 44 45 - 55 >56

Otot tungkai Squat - Jump 4 – 16 17 - 29 30 - 42 43 - 55 >56

3 Power

Otot lengan

Medicine Ball

pil 1,81 - 2,37

2,38 - 2,94

2,95 -

3,51 3,52 - 4,03 >4,04

Otot tungkai Vertical Jump 38 – 45 46 - 52 53 - 61 62 - 69 >70

4 Kelentukan Sit and Reach 2 – 6 7 - 11 12 - 18 19 - 23 >24

5 Daya Tahan Umum (cardiovascular) Astrand (Vo2max)

Ml/kg/mnt <29 30 - 38 39 - 47 48 - 52 >53

Tabel 3.2


(22)

E. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Observasi

Hari dan Tanggal : Senin – Rabu, 26 – 28 januari 2015

Waktu : 07.00 – 09.00

Tempat : Dojo Judo Pelatda Jawa Barat, KONI Jawa Barat.

F. Prosedur pengolahan data

Data masing-masing variabel yang diperoleh melalui proses pengukuran, merupakan nilai yang masih mentah. Maka harus melalui proses penghitungan secara statistik. Adapun rumus-rumus yang digunakan, dikutip dari Nurhasan dan Cholil (2008, hlm. 24). Penulis menggunakan rumus statistik untuk menghitung atau mengolah hasil tes. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengolahan data hasil peneltian tersebut sebagai berikut:

1. Mengitung rata-rata nilai dengan menggunakan rumus:

=

nilai rata-rata yang dicari

X = skor mentah n = jumlah sampel

∑= jumlah cari

2. Menghitung Simpangan Baku

Untuk menghitung simpangan bakunya penulis menggunakan rumus yang dikutip dari Nurhasan & Cholil (2008, hlm.39) sebagai berikut:

s =

Arti tanda-tanda rumus diatas adalah: S = simpangan baku yang dicari

∑= jumlah dari = nilai data mentah

X= nilai rata-rata yang dicari n = jumlah sampel


(23)

3. Penentuan nilai kondisi fisik atlet Rumus : skor

4. Penentuan kategori kondisi fisik secara umum (Untuk mengetahui status kondisi fisik individual atlet).

Penentuan kategori kondisi fisik secara umum adalah sebagai berikut:

Rentang skor Kategori Kemampuan

9,6 – 10 8,0 – 9,5 6,0 – 7,9 4,0 – 5,9 2,0 – 3,9

Sempurna (SM) Baik Sekali (BS)

Baik (B) Cukup (C) Kurang (K)

Tabel 3.3

Tabel Kategori Status Kondisi Fisik

Sumber: Modul Tes dan Pengukuran Keolahragaam

5. Penentuan Presentase

Pengolahan data menghasilkan hasil data, dari data yang diolah kemudian disederhanakan kedalam presentase menggunakan analisis deskriptif presentatif dengan rumus yang tertera berikut ini:

DF =

x 100%

Keterangan :

DF = Klasifikasi nilai

F = Jumlah skor yang masuk dalam klasifikasi nilai dalam setiap tes

N = Jumlah keseluruhan skor Presentase dari hasil pengolahan data disederhanakan dalam bentuk diagram batang dan diagram lingkaran, seperti Gambar 3.12.


(24)

Gambar 3.12

Diagram Batang 6. Penentuan konversi

Penentuan konversi nilai dari setiap komponen tes kondisi fisik adalah seperti berikut ini:

Kategori Konversi Nilai

Sempurna Baik Sekali

Baik Cukup Kurang

10 8 6 4 2

Tabel 3.4 Tabel Konversi Nilai


(25)

7. Kategori Kemampuan Kecepatan Reaksi

MATA&TANGAN (CAHAYA)

KATEGORI LAKI-LAKI PEREMPUAN

Baik <0.485 <0.480

Sedang 0.486-1.185 0.481-1.180

Kurang >1.186 >1.181

Tabel 3.5

Kategori Kecepatan Reaksi

Sumber: Prosedur Tes Pelaksanaan Tes Kondisi Fisik/Fisiologi Atlet

MATA&TANGAN (SUARA)

KATEGORI LAKI-LAKI PEREMPUAN

Baik <0.350 <0.808

Sedang 0.351-1.051 0.809-1.508

Kurang >1.051 >1.509

Tabel 3.6

Kategori Kecepatan Reaksi


(26)

(27)

(1)

Hari dan Tanggal : Senin – Rabu, 26 – 28 januari 2015 Waktu : 07.00 – 09.00

Tempat : Dojo Judo Pelatda Jawa Barat, KONI Jawa Barat.

F. Prosedur pengolahan data

Data masing-masing variabel yang diperoleh melalui proses pengukuran, merupakan nilai yang masih mentah. Maka harus melalui proses penghitungan secara statistik. Adapun rumus-rumus yang digunakan, dikutip dari Nurhasan dan Cholil (2008, hlm. 24). Penulis menggunakan rumus statistik untuk menghitung atau mengolah hasil tes. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengolahan data hasil peneltian tersebut sebagai berikut:

1. Mengitung rata-rata nilai dengan menggunakan rumus:

=

nilai rata-rata yang dicari X = skor mentah

n = jumlah sampel

∑= jumlah cari

2. Menghitung Simpangan Baku

Untuk menghitung simpangan bakunya penulis menggunakan rumus yang dikutip dari Nurhasan & Cholil (2008, hlm.39) sebagai berikut:

s =

Arti tanda-tanda rumus diatas adalah: S = simpangan baku yang dicari


(2)

57

3. Penentuan nilai kondisi fisik atlet

Rumus : skor

4. Penentuan kategori kondisi fisik secara umum (Untuk mengetahui status kondisi fisik individual atlet).

Penentuan kategori kondisi fisik secara umum adalah sebagai berikut:

Rentang skor Kategori Kemampuan

9,6 – 10 8,0 – 9,5 6,0 – 7,9 4,0 – 5,9 2,0 – 3,9

Sempurna (SM) Baik Sekali (BS)

Baik (B) Cukup (C) Kurang (K) Tabel 3.3

Tabel Kategori Status Kondisi Fisik

Sumber: Modul Tes dan Pengukuran Keolahragaam

5. Penentuan Presentase

Pengolahan data menghasilkan hasil data, dari data yang diolah kemudian disederhanakan kedalam presentase menggunakan analisis deskriptif presentatif dengan rumus yang tertera berikut ini:

DF =

x 100%

Keterangan :

DF = Klasifikasi nilai

F = Jumlah skor yang masuk dalam klasifikasi nilai dalam setiap tes


(3)

Gambar 3.12

Diagram Batang

6. Penentuan konversi

Penentuan konversi nilai dari setiap komponen tes kondisi fisik adalah seperti berikut ini:

Kategori Konversi Nilai

Sempurna Baik Sekali

Baik Cukup Kurang

10 8 6 4 2 Tabel 3.4

Tabel Konversi Nilai


(4)

59

7. Kategori Kemampuan Kecepatan Reaksi

MATA&TANGAN (CAHAYA)

KATEGORI LAKI-LAKI PEREMPUAN

Baik <0.485 <0.480

Sedang 0.486-1.185 0.481-1.180

Kurang >1.186 >1.181

Tabel 3.5

Kategori Kecepatan Reaksi

Sumber: Prosedur Tes Pelaksanaan Tes Kondisi Fisik/Fisiologi Atlet MATA&TANGAN (SUARA)

KATEGORI LAKI-LAKI PEREMPUAN

Baik <0.350 <0.808

Sedang 0.351-1.051 0.809-1.508

Kurang >1.051 >1.509

Tabel 3.6

Kategori Kecepatan Reaksi


(5)

(6)