Prevalensi Celah Bibir dan Langit-Langit Di Yayasan Pembina Penderita Celah Bibir dan Langit-Langit (YPPCBL) Bandung Tahun 2008-2012.

(1)

v ABSTRAK

Celah bibir dan langit-langitmerupakan kelainan kongenital yang paling umum terjadi pada wajah.Persentase yang paling sering adalah celah bibir unilateral dengan celah langit-langit (kombinasi) dan sering terjadi pada bayi laki-laki dibanding bayi perempuan.

Prevalensi nasional celah bibir adalah 0,2%, sebanyak 7 provinsi mempunyai prevalensi celah bibir diatas prevalensi nasional seperti Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, dan Nusa Tenggara Barat.

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh data penderita celah bibir dan langit-langit selama kurun waktu 5 tahun. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif retrospektif dengan mengumpulkan data dari buku pendaftaran pasien yang datang ke YPPCBL(Yayasan Pembina Penderita Celah Bibir dan Langit-langit) Bandung sesuai dengan pengelompokan berdasarkan klasifikasi dan dioperasi di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS)padatahun 2008-2012.

Hasil penelitian adalahterdapat 863 pasien di YPPCBLBandung.Paling sering ditemukan pada laki-laki yang berjumlah 557 penderita dengan persentase 64,54%. Terdapat 464 penderita dengan persentase 77,3% celah bibir unilateral komplit kiri dan 163 penderita dengan persentase 36,96% celah langit-langit unilateral komplit kiri.

Kesimpulan dari penelitian ini adalahprevalensi penderita celah bibir dan langit-langit di YPPCBL Bandung lebih banyak ditemukan pada laki-laki. Klasifikasi paling sering ditemukan adalah celah bibir unilateral komplit kiri dan celah langit-langit unilateral komplit kiri.


(2)

vi

ABSTRACT

Cleft lip and palate are the most common congenital abnormality that occurs on the face. The most common presentation is left-sided unilateral cleft lip with cleft palate (combination). Male infants are affected more often than female infants. National prevalence of cleft lip was 0,2%, about seven provinces have prevalence of cleft lip above the national prevalence as Nanggroe Aceh Darussalam, North Sumatera, South Sumatera, Bangka Belitung, Riau Islands, DKI Jakarta, and West Nusa Tenggara.

The aim of this research is to get data on patients with cleft lip and palate during the period of five years. Method of this research usedretrospective descriptive by collectingdata in patient registration book that come to YPPCBL (Yayasan Pembina Penderita Celah Bibir dan Langit-langit)Bandung that has been classified and performed surgery at RumahSakitHasanSadikin (RSHS) in 2008-2012.

The result of this research are contained 863 patients in YPPCBLBandung. The most common in males,amount to 557 patients with presentation of 64,54%. There were 464 patients left-sided complete unilateral cleft lip with presentation of 77,3% and 163 patient left-sided complete unilateral cleft palate with presentation of 36,96%.

The conclusionof the research are prevalence of cleft lip and palate in YPPCBLBandung more common in males. The most common classification is left-sided complete unilateral cleft lip and left-left-sided complete unilateral cleft palate. Keywords : prevalence, cleft lip, cleft palate


(3)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PERNYATAAN MAHASISWA ... iii

LEMBAR PERSETUJUAN PERBAIKAN ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT………... vi

PRAKATA ………vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTARTABEL ……… xiii

DAFTAR DIAGRAM ………. xiv

DAFTAR GAMBAR ………...xv

DAFTAR LAMPIRAN ...xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang ... 1

1.2 IdentifikasiMasalah ... 2

1.3 TujuanPenelitian ... 3

1.4 ManfaatPenelitian ... 3

1.4.1 ManfaatPraktis ... 3

1.4.2 ManfaatAkademis ... 3


(4)

xi

1.6 MetodePenelitian... 5

1.7 LokasidanWaktuPenelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 AnatomiBibir... 6

2.1.1 OtotSpringterpadabibir ... 6

2.1.2 Otot Dilator padabibir ... 7

2.2AnatomiLangit-langit ………... 8

2.3KlasifikasiCelah BibirdanLangit-langit ……….. 9

2.4 DefinisiCelahBibirdanLangit-langit ... 13

2.5 EtiologiCelah BibirdanLangit-Langit ... 15

2.6 Epidemiologi Celah BibirdanLangit-Langit ... 16

2.7 KomplikasiCelah BibirdanLangit-Langit... 18

2.7.1 Masalahpada Gigi ... 18

2.7.2Maloklusi ... 18

2.7.3KelainanbentukHidung ... 19

2.7.4Pemberianmakan ... 19

2.7.5 MasalahpadaTelinga ... 19

2.7.6Kesulitanbicara... 20

2.7.7 MasalahPsikologis ... 21

2.8 PenatalaksanaanCelah BibirdanLangit-Langit ... 22

2.8.1 Koreksi Primer ... 23


(5)

xii

2.8.1.2 PerbaikanLangit-langit ... 26

2.8.2KoreksiSekunder ... 28

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 31

3.2Bahan Penelitian... 31

3.3Waktu dan Tempat Penelitian ... 31

3.4Definisi Operasional... 32

3.5 Data yang diteliti ... 32

3.6Cara Penelitian ... 32

3.7Pengolahan Data... 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 HasilPenelitian ... 33

4.2 Pembahasan ... 36

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 39

5.2 Saran ... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 40

LAMPIRAN ... 43


(6)

xiii

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

Tabel4.1 Jumlah PenderitaCelahBibirdanLangit-langit ... 33 Tabel4.2

JumlahPenderitaCelahBibirdanLangit-langitberdasarkanjeniskelamin ... 34 Tabel4.3Jumlah PenderitaCelahBibirberdasarkanKlasifikasi ... 35 Tabel4.4 Jumlah PenderitaCelahLangit-langitberdasarkanKlasifikasi ... 35


(7)

xiv

DAFTAR DIAGRAM

No Judul Halaman

Diagram 4.1JumlahPenderitaCelahBibirdanLangit-langit ... 33 Diagram 4.2JumlahPenderitaCelahBibirdanLangit-langitberdasarkanJenis Kelamin ... 34 Diagram 4.3JumlahPenderitaCelahBibirberdasarkanKlasifikasi ... 35 Diagram 4.4JumlahPenderitaCelahLangit-langitberdasarkanKlasifikasi ... 36


(8)

xv

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

Gambar 2.1 OtotBibirterlihatdari lateral ... 7

Gambar 2.2AnatomiMulutterlihatdari anterior ... 9

Gambar 2.3 KlasifikasiCelahBibir ... 10

Gambar2.4 Klasifikasi CelahLangit-langit ... 10

Gambar2.5 KlasifikasiCelahmenurutVeau ... 11

Gambar 2.6 KlasifikasiCelahmenurutKernahan and Stark symbolic ... 12

Gambar 2.7 ProsedurLip Adhesion ... 24

Gambar 2.8ProsedurRose-Thompson operationatauStraight line repair ... 24

Gambar 2.9 ProsedurTennisontriangular flaprepair ... 25

Gambar2.10 Prosedur Millard rotation advancement repair ... 25

Gambar2.11 ProsedurStraight line closure ... 26

Gambar2.12Prosedur Von Langenbeck ... 27

Gambar2.13ProsedurWardil-Kilner-Veau ... 27

Gambar2.14 ProsedurFurlowdouble opposing Z-plasty ... 28


(9)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

Lampiran1SuratPermohonanIzinPenelitian ... 43 Lampiran2RiwayatHidup ... 44


(10)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pertumbuhan dan perkembangan dari wajah dan rongga mulut merupakan suatu proses yang sangat kompleks. Kelainan yang sering terjadi pada wajah adalah celah bibir dan langit-langit.1 Celah bibir dan langit-langit adalah kelainan kraniofasial kongenital yang paling umum terjadi dengan penyebab multifaktorial.2

Celah bibir terbentuk saat jaringan bibir yang sedang berkembang tidak menyatu secara sempurna. Bibir terbagi menjadi dua bagian dan menghasilkan susunan otot bibir orbicularis oris yang tidak normal.3

Persentase celah bibir dan langit-langit bervariasi. Celah tersebut terbagi menjadi celah bibir unilateral atau bilateral dengan keadaan langit-langit yang normal, celah langit-langit (palatum lunak saja atau lunak dan keras) dengan keadaan bibir yang normal, atau celah bibir unilateral atau bilateral dengan celah langit-langit. Persentase yang paling sering adalah celah bibir unilateral dengan celah langit-langit (kombinasi) dan lebih banyak terjadi pada laki-laki dibanding perempuan.3

Kasus celah bibir dan langit-langit pada populasi Kauskasia adalah 1-1,5/1000 kelahiran; populasi di Afrika dan Afrika-Amerika < 0,5/1000 kelahiran, dan populasi di Asia dan Hispanik 2-3/ 1000 kelahiran.3


(11)

2

Stevenson dkk (1966) melaporkan hasil penelitian WHO pada kelahiran Filipina di Manila insiden celah bibir, celah langit-langit dan celah bibir dan langit-langit adalah 1,52/1000 kelahiran, Mexico 0,93/1000 kelahiran. Ching and Chung (1974) melaporkan dari 20.320 kelahiran Filipina di Hawaii, insidensi celah bibir, celah langit-langit dan celah bibir dan langit-langit adalah 2,45/1000 kelahiran. Armendares and Lisker (1974) melaporkan pada studi Mexico, insidensi celah bibir, celah langit-langit dan celah bibir dan langit-langit berubah menjadi 1,03/1000 kelahiran.4

Prevalensi nasional celah bibir adalah 0,2%, sebanyak 7 provinsi mempunyai prevalensi celah bibir diatas prevalensi nasional seperti Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, dan Nusa Tenggara Barat.5

Karena masih banyaknya jumlah penderita celah bibir dan langit-langit khususnya di Indonesia, penulis merasa tertarik untuk mengetahui banyaknya penderita celah bibir dan langit-langit di Yayasan Pembina Penderita Celah Bibir dan Langit-Langit (YPPCBL) Bandung.

1.2.Identifikasi Masalah

Berapakah jumlah penderita celah bibir dan langit-langit yang datang ke Yayasan Pembina Penderita Celah Bibir dan Langit-Langit (YPPCBL) Bandung dalam kurun waktu 5 tahun (2008-2012)?


(12)

3

1.3.Maksud dan Tujuan

Penelitian ini dilaksanakan untuk memperoleh data mengenai jumlah penderita celah bibir dan langit-langit selama kurun waktu 5 tahun yang datang ke Yayasan Pembina Penderita Celah Bibir dan Langit-Langit (YPPCBL) Bandung.

1.4.Manfaat Karya Tulis Ilmiah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara praktis maupun akademis.

1.4.1. Manfaat Praktis

Memperoleh informasi jumlah penderita celah bibir dan langit-langit yang datang ke Yayasan Pembina Penderita Celah Bibir dan Langit-Langit (YPPCBL) Bandung berdasarkan jumlah penderita, jenis kelamin, dan klasifikasi atau diagnosis sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan kasus celah bibir dan langit-langit.

1.4.2. Manfaat Akademis

Menambah informasi mengenai jumlah kasus celah bibir dan langit-langit sehingga dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi penelitian selanjutnya.


(13)

4

1.5.Landasan Teori

Kelainan kongenital yang paling umum terjadi di daerah orofasial adalah celah bibir dan langit-langit.6 Beberapa faktor etiologi yang terlibat, termasuk obat teratogenik, lingkungan (paparan bahan kimia, radiasi), infeksi virus selama kehamilan, merokok dan konsumsi alkohol selama kehamilan, dan faktor yang sangat berpengaruh adalah faktor genetik.2,6

Setiap penderita celah bibir dan langit-langit memiliki beberapa masalah antara lain, kelainan pada gigi seperti celah pada alveolus yang sering mempengaruhi perkembangan gigi sulung dan gigi permanen dan tulang rahang itu sendiri, adanya maloklusi terutama pada penderita celah langit-langit. Terlihat adanya perbedaan antara bentuk, ukuran dan posisi tulang skeletal. Kelainan bentuk hidung sering terjadi pada penderita celah bibir. Kesulitan makan sering terjadi pada bayi dengan celah langit-langit sehingga dapat kesulitan menelan. Masalah pendengaran terjadi pada penderita celah langit-langit lunak yang cenderung mengalami infeksi telinga tengah sehingga pendengarannya terganggu dan adanya kesulitan berbicara biasa terjadi pada penderita celah bibir dan langit-langit.7 Pendekatan tim untuk penderita celah bibir dan langit-langit itu adalah penting, termasuk bedah mulut dan maksilofasial, ortodontis, pedodontis, speech therapy, audiologist, otolaryngologist, dan perawat. Urutan perawatan celah bibir dan langit-langit untuk usia 0 bulan dilakukan penilaian awal. Usia 3 bulan dilakukan perbaikan awal dengan labioplasti, Millard dan Delaire adalah dua teknik bedah yang umum dilakukan. Usia 9-18 bulan dilakukan bedah perbaikan langit-langit, baik untuk perkembangan bicara namun pertumbuhan rahang atas akan terhambat,


(14)

5

Von Langenbeck dan Delaire adalah dua teknik yang umum dilakukan. Pada usia 2 tahun dilakukan penilaian cara bicara, 3-5 tahun dilakukan perbaikan bibir dengan labioplasti, usia 8-9 tahun dilakukan perawatan ortodontik disertai pre-bone graft, speech therapy. Pada usia 10 tahun dilakukan penambahan tulang alveolar dengan tulang cancellous dari krista iliaka, yang memungkinkan gigi kaninus maksila untuk erupsi dan menyediakan support untuk alar base. Usia 12-14 tahun dapat dilakukan perawatan ortodontik, usia 16 tahun dilakukan perbaikan nasoplasti, dan usia 17-20 tahun dilakukan perawatan lanjutan seperti bedah ortognatik untuk memperbaiki rahang hipoplasia.8

1.6.Metode Penelitian

Penelitian dilakukan secara deskriptif retrospektif dengan mengumpulkan dan mencatat data sekunder pasien yang datang ke Yayasan Pembina Penderita Celah Bibir dan Langit-Langit (YPPCBL) Bandung dalam tahun 2008-2012.

1.7.Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Yayasan Pembina Penderita Celah Bibir dan Langit-Langit (YPPCBL), Gedung CLEFT CENTER Jalan Sekeloa Selatan No. 1 Bandung- Jawa Barat 40132 pada bulan Maret 2013.


(15)

39 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. SIMPULAN

Padapenelitianinidisimpulkanbahwaprevalensipenderitacelahbibirdanlangit-langit di Yayasan Pembina PenderitaCelahBibirdanLangit-langitadalah 863 pasiendanlebihbanyakditemukanpadalaki-lakisebanyak 557 pasien (64,54%). Klasifikasi paling seringditemukanadalahcelahbibir unilateral komplitkiridancelahlangit-langit unilateral komplitkiri.

5.2. SARAN

 Perludilakukanpemberianedukasilebihlanjutkepadamasyarakatmengenaipe

ncegahanresikoterjadinyacelahbibirdancelahlangit-langit.

 Perludilakukanpenelitianlebihlanjutmengenaihubungan diagnosisdanterapi


(16)

44

RIWAYAT HIDUP

Nama : Ratih Sri NovianiLesmana NRP : 0812007

Tempat / Tanggal Lahir : Bandung, 26 Januari1990

Alamat : PuriCipageran Indah 1 Blok.E no 198- Cimahi Riwayat Pendidikan :

 TK BungaAlami I

 SDN Budimulya3 Cimahi  SMPN 6 Cimahi

 SMAN 5 Cimahi

 Program StudiPendidikanDokter Gigi Universitas Kristen Maranatha

(1995 – 1996) (1996 – 2002) (2002 – 2005) (2005 – 2008) (2008 – sekarang)


(17)

40

DAFTAR PUSTAKA

1. Agus SG, Prihartiningsih. Rekonstruksicelahbibir bilateral padapasienpascaoperasilabioplasti.Maj Ked Gi; 2008 Desember: 15(2):121-24 2. Ghali GE,Peter EL, Peter DW. Principles of oral and maxillofacial

surgery.2nd ed. London: BC Decker; 2004.

3. Nadine B, Semar MD. Practical plastic surgery for nonsurgeons.Michigan: Hanley and Belfus; 2001.

4. Vanderas AP. Incidence of cleft lip, cleft palate, and cleft lip and palate among races. Cleft Palate J;1987 July: 24(3):216-25.

5. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). 2007

6. Harriet SG, Michael ZM. Physicians’ guide to diseases of the oral

cavity.Michigan: Medical Economics Compani; 1982.

7. Peterson LJ. Contemporary oral and maxillofacial surgery.4th ed. St. Louis: Mosby. 2003.

8. Paul C, Keith H, Philip S, Elizabeth T. Oral and maxillofacial surgery, radiology, pathology and oral medicine.2th ed.Philadelphia: Elsevier. 2008. 9. Tortora GJ. Principles of anatomy and physiology.12nd ed.Hoboken: John

Wiley & Sons; 2009.

10.Snell RS. Clinical anatomy by regions. 9th ed. Philadelphia: Wolters Kluwer; 2012.

11.Berkovits BKB, Holland GR, Bernard JM. Oral anatomy, embriology and histology.3th ed. Michigan: Mosby; 2002.

12.Neil SN. Netter’s Head and Neck Anatomy for Dentistry. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2007.


(18)

41

13.Lauren S, Theddeus OH. Epidemiology, risk factor, quality of life, and importance of classifications.Cleft lip and palate review; Med J Indonesia 2008; 17: 226-39.

14.Rajendran R. Shafer’s textbook of oral pathology. 6th ed. India: Elsevier; 2009. 15.Cameron A, Widmer R. Handbook of paediatric dentistry. 3rd ed. St. Louis:

Mosby; 2008.

16.Shahrokh CB, Chris J. Clinical Review of Oral and Maxillofacial Surgery. St. Louis: Mosby; 2008.

17.Ball B. Cleft Palate, Alveolar Cleft, and Velopharyngeal Dysfunction; Plastic Surgery Half-Day Seminars: 2011 Oct: 3 : 8-10.

18.Cobourne MT.Handbook of orthodontics. 1sted. Philadelphia: Elsevier; 2010.

19.Larheim TA, Westesson PL. Maxillofacial imaging.Heidelberg: Springer;2006.

20.Seth RT, William WM. Guide to dental problems for physicians and surgeons.Michigan: Wiliams& Wilkins; 1988.

21.Seth T, James PB, Joe IG. Craniofacial surgery. New York: Informa Healthcare; 2008.

22.Nurul P, Retno HS. Perawatancelahbibirdanlangit-langitpadaanak 4 tahun. Indonesian Journal of Dentistry; 2009; 15 (3): 232-8

23.Balaji SM. Textbook of oral and maxillofacial surgery. New Delhi: Elsevier; 2007.

24.Robert JT, Angela B, James DS. Operative Techniques in Otolaryngology-Head and Neck Surgery. Vol 20. Elsevier; 2009.

25.Ahmed HR. Complete Cleft Palate: A New Scheme Of Treatment. Plastic Surgery J; 2007: vol4: no1.


(19)

42

27.Kamus Kedokteran Gigi.Harty FJ; alih bahasa, Narlan Sumawinata. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran Gigi EGC; 1993.

28.Moore UJ. Principles of oral and maxillofacial surgery. 6th ed. USA: Blackwell Science; 2001.

29.Neville BW. Oral and maxillofacial pathology. 3th ed. St. Louis: Elsevier; 2009.

30.Diego F. Cleft lip& palate. New York: Oxford University; 2002.

31.Cobourne MT. Cleft lip and palate epidemiology aetiology and treatment.London: Karger; 2012.


(1)

5

Von Langenbeck dan Delaire adalah dua teknik yang umum dilakukan. Pada usia 2 tahun dilakukan penilaian cara bicara, 3-5 tahun dilakukan perbaikan bibir dengan labioplasti, usia 8-9 tahun dilakukan perawatan ortodontik disertai pre-bone graft, speech therapy. Pada usia 10 tahun dilakukan penambahan tulang alveolar dengan tulang cancellous dari krista iliaka, yang memungkinkan gigi kaninus maksila untuk erupsi dan menyediakan support untuk alar base. Usia 12-14 tahun dapat dilakukan perawatan ortodontik, usia 16 tahun dilakukan perbaikan nasoplasti, dan usia 17-20 tahun dilakukan perawatan lanjutan seperti bedah ortognatik untuk memperbaiki rahang hipoplasia.8

1.6.Metode Penelitian

Penelitian dilakukan secara deskriptif retrospektif dengan mengumpulkan dan mencatat data sekunder pasien yang datang ke Yayasan Pembina Penderita Celah Bibir dan Langit-Langit (YPPCBL) Bandung dalam tahun 2008-2012.

1.7.Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Yayasan Pembina Penderita Celah Bibir dan Langit-Langit (YPPCBL), Gedung CLEFT CENTER Jalan Sekeloa Selatan No. 1 Bandung- Jawa Barat 40132 pada bulan Maret 2013.


(2)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. SIMPULAN

Padapenelitianinidisimpulkanbahwaprevalensipenderitacelahbibirdanlangit-langit di Yayasan Pembina PenderitaCelahBibirdanLangit-langitadalah 863 pasiendanlebihbanyakditemukanpadalaki-lakisebanyak 557 pasien (64,54%). Klasifikasi paling seringditemukanadalahcelahbibir unilateral komplitkiridancelahlangit-langit unilateral komplitkiri.

5.2. SARAN

 Perludilakukanpemberianedukasilebihlanjutkepadamasyarakatmengenaipe ncegahanresikoterjadinyacelahbibirdancelahlangit-langit.

 Perludilakukanpenelitianlebihlanjutmengenaihubungan diagnosisdanterapi yang tepat.


(3)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Ratih Sri NovianiLesmana

NRP : 0812007

Tempat / Tanggal Lahir : Bandung, 26 Januari1990

Alamat : PuriCipageran Indah 1 Blok.E no 198- Cimahi Riwayat Pendidikan :

 TK BungaAlami I

 SDN Budimulya3 Cimahi  SMPN 6 Cimahi

 SMAN 5 Cimahi

 Program StudiPendidikanDokter Gigi Universitas Kristen Maranatha

(1995 – 1996) (1996 – 2002) (2002 – 2005) (2005 – 2008) (2008 – sekarang)


(4)

DAFTAR PUSTAKA

1. Agus SG, Prihartiningsih. Rekonstruksicelahbibir bilateral padapasienpascaoperasilabioplasti.Maj Ked Gi; 2008 Desember: 15(2):121-24 2. Ghali GE,Peter EL, Peter DW. Principles of oral and maxillofacial

surgery.2nd ed. London: BC Decker; 2004.

3. Nadine B, Semar MD. Practical plastic surgery for nonsurgeons.Michigan: Hanley and Belfus; 2001.

4. Vanderas AP. Incidence of cleft lip, cleft palate, and cleft lip and palate among races. Cleft Palate J;1987 July: 24(3):216-25.

5. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). 2007

6. Harriet SG, Michael ZM. Physicians’ guide to diseases of the oral cavity.Michigan: Medical Economics Compani; 1982.

7. Peterson LJ. Contemporary oral and maxillofacial surgery.4th ed. St. Louis: Mosby. 2003.

8. Paul C, Keith H, Philip S, Elizabeth T. Oral and maxillofacial surgery, radiology, pathology and oral medicine.2th ed.Philadelphia: Elsevier. 2008. 9. Tortora GJ. Principles of anatomy and physiology.12nd ed.Hoboken: John

Wiley & Sons; 2009.

10.Snell RS. Clinical anatomy by regions. 9th ed. Philadelphia: Wolters Kluwer; 2012.

11.Berkovits BKB, Holland GR, Bernard JM. Oral anatomy, embriology and histology.3th ed. Michigan: Mosby; 2002.

12.Neil SN. Netter’s Head and Neck Anatomy for Dentistry. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2007.


(5)

13.Lauren S, Theddeus OH. Epidemiology, risk factor, quality of life, and importance of classifications.Cleft lip and palate review; Med J Indonesia 2008; 17: 226-39.

14.Rajendran R. Shafer’s textbook of oral pathology. 6th ed. India: Elsevier; 2009. 15.Cameron A, Widmer R. Handbook of paediatric dentistry. 3rd ed. St. Louis:

Mosby; 2008.

16.Shahrokh CB, Chris J. Clinical Review of Oral and Maxillofacial Surgery. St. Louis: Mosby; 2008.

17.Ball B. Cleft Palate, Alveolar Cleft, and Velopharyngeal Dysfunction; Plastic Surgery Half-Day Seminars: 2011 Oct: 3 : 8-10.

18.Cobourne MT.Handbook of orthodontics. 1sted. Philadelphia: Elsevier; 2010. 19.Larheim TA, Westesson PL. Maxillofacial imaging.Heidelberg:

Springer;2006.

20.Seth RT, William WM. Guide to dental problems for physicians and surgeons.Michigan: Wiliams& Wilkins; 1988.

21.Seth T, James PB, Joe IG. Craniofacial surgery. New York: Informa Healthcare; 2008.

22.Nurul P, Retno HS. Perawatancelahbibirdanlangit-langitpadaanak 4 tahun. Indonesian Journal of Dentistry; 2009; 15 (3): 232-8

23.Balaji SM. Textbook of oral and maxillofacial surgery. New Delhi: Elsevier; 2007.

24.Robert JT, Angela B, James DS. Operative Techniques in Otolaryngology-Head and Neck Surgery. Vol 20. Elsevier; 2009.

25.Ahmed HR. Complete Cleft Palate: A New Scheme Of Treatment. Plastic Surgery J; 2007: vol4: no1.


(6)

27.Kamus Kedokteran Gigi.Harty FJ; alih bahasa, Narlan Sumawinata. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran Gigi EGC; 1993.

28.Moore UJ. Principles of oral and maxillofacial surgery. 6th ed. USA: Blackwell Science; 2001.

29.Neville BW. Oral and maxillofacial pathology. 3th ed. St. Louis: Elsevier; 2009.

30.Diego F. Cleft lip& palate. New York: Oxford University; 2002.

31.Cobourne MT. Cleft lip and palate epidemiology aetiology and treatment.London: Karger; 2012.