Gambaran Pengucapan Huruf Konsonan Pada Pasien Pasca Palatoplasti Di Yayasan Pembina Penderita Celah Bibir dan Langit-Langit (YPPCBL) Bandung Tahun 2008-2012.

(1)

ABSTRAK

Celah langit-langitmerupakankelainankongenitalyang dapat terjadi pada alveolusdan atau palatum. Penderita celah langit-langit memiliki berbagai masalah di daerah maksilofasial terutama gangguan fungsi bicara yaitu khususnya gangguan artikulasi dalam pengucapan huruf konsonan.

Untuk memperbaiki gangguan fungsi pembentukan suara dan kelainan bentuk organ dapat dilakukan bedah palatoplasti dengan waktu pembedahan yang tepat. Salah satu hasil yang diharapkan pasca bedah palatoplasti yaitu pasien dapat berbicara dengan normal.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaranpengucapan huruf konsonan pada pasien pasca palatoplasti terhadap artikulasi bicara. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif retrospektif dengan mencatat lembar terapi bicara pasien celah langit-langit yang datang ke YPPCBL Bandung tahun 2008 sampai 2012.

Hasil penelitian adalah pada rentang usia pasien 18 s.d. 24 bulan sebanyak 60% pasien dapat mengucapkan huruf/b/. Rentang usia 25 s.d. 30 bulan sebanyak 100% pasien dapat mengucapkan huruf /b/ dan /k/.Rentang usia 31 s.d. 36 bulan sebanyak 50% pasien dapat mengucapkanhuruf /p/. Rentang usia 37s.d. 42 bulan sebanyak50% pasien dapat mengucapkan huruf /p/, /b/, /t/ dan /d/. Rentang usia 43 s.d 48 bulan sebanyak 60% pasien dapat mengucapkan huruf /b/ dan /t/. Rentang usia 49 s.d 54 bulan sebanyak 50% pasien dapat mengucapkan huruf /p/ dan /b/. Rentang usia 55 s.d 60 bulan sebanyak 100% pasien dapat mengucapkan huruf /b/. Pada rentang usia 8 s.d. 27 tahun sebanyak 79% pasien dapat mengucapkan huruf /p/ dan /b/.

Kesimpulan dari penelitian ini adalahtindakan koreksi celah langit-langit melalui bedah palatoplasti dapat membantu pengucapan huruf konsonan /p/, /b/, /t/, /d/, /k/ dan /g/.


(2)

ABSTRACT

Cleft palate is congenital abnormal in alveolus and or palate. Patients with cleft palate have many problems in their maxillofacial regio, such as speech difficulties especially consonant articulation problem.

To repair malfunction sound formation and organ deformities can be treated by palatoplasty with right timing surgery. One of the goal of palatoplasty is to achieve normal speech in patients.

The aim of this research is to get an overview the consonant sounds in patients post-palatoplasty to articulation function in speaking. This method use retrospective descriptive study by collect and record sheet of speech therapy patients who came to YPPCBL Bandung start from year 2008 until 2012.

The result of this research are between 18-24 month of age 60% patients can produce /b/. Between 25-30 month of age 100% patients can produce /b/ and /k/. Between 31-36 month of age 50% patients can produce /p/. Between 37-42 month of age 50% patients can produce /p/, /b/, /t/ and /d/.Between 43-48 month of age 60% patients can produce /b/ and /t/. Between 49-54 month of age 50% patients can produce /p/ and /b/. Between 55-60 month of age 100% patients can produce /b/. Between 8-27 year of age 79% patients can produce /p/ and /b/.

The conclusion of the research are reconstruction cleft palate with palatoplasty surgery can increase speaking in consonant sounds /p/, /b/, /t/, /d/, /k/, /g/.


(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN ...ii

LEMBAR PERNYATAAN MAHASISWA ...iii

ABSTRAK ...v

ABSTRACT ...vi

PRAKATA ...vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR GRAFIK ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ...xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 ManfaatPenelitian ... 3

1.4.1 Manfaat Ilmiah ... 3

1.4.2 Manfaat Praktis ... 4


(4)

1.6 Metode Penelitian... 6

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Palatum ... 7

2.1.1 Palatum Durum ... 7

2.1.2 Palatum Molle ... 8

2.1.2.1 Otot pada Palatum Molle ... 8

2.2 Fisiologi Bicara ... 12

2.2.1 Velum ... 13

2.2.2 Pembentukan Fonem Konsonan ... 14

2.2.3 Fisiologis Katup Velofaringeal ... 15

2.3 Celah Langit-Langit ... 17

2.3.1 Definisi Celah Langit-Langit ... 17

2.3.2 Etiologi Celah Langit-Langit ... 18

2.3.3 Klasifikasi Celah Langit-Langit ... 19

2.3.4 Epidemiologi Celah Langit-Langit ... 20

2.3.5 Kegagalan Perkembangan Embrio yang Menghasilkan Celah Langit-Langit ... 21

2.3.6 Prinsip Penatalaksanaan Celah Langit-Langit ... 22

2.3.7 Teknik Palatoplasti ... 24

2.3.8 Penatalaksanaan Multidisiplin dalam Perawatan Celah Bibir dan Langit-Langit ... 27


(5)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ... 30

3.2 Kriteria Sampel ... 30

3.3 Bahan Penelitian... 30

3.4 Waktu dan Tempat Penelitian ... 30

3.5 Definisi Operasional... 31

3.6 Cara Penelitian ... 31

3.7 Pengolahan Data... 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 32

4.2 Pembahasan ... 35

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 39

5.2 Saran ... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 40

LAMPIRAN ... 43


(6)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

Tabel 4.1 Jumlah Pasien yang Dapat Mengucapkan Huruf Konsonan ... 32 Tabel 4.2 Jumlah Pasien yang Dapat Mengucapkan Huruf Konsonan

Berdasarkan Usia ... 33 Tabel 4.2 Jumlah Pasien yang Dapat Mengucapkan Huruf Konsonan


(7)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

Gambar 2.1 Anatomi Palatum Normal... 8

Gambar 2.2 Otot pada Palatum Molle... 11

Gambar 2.3 Velum dan Dinding Faringeal Posterior... 16

Gambar 2.4 Klasifikasi Celah Langit-Langit menurut Veau ... 19

Gambar 2.5 Diagram Teknik von Langenbeck’s Bipedicle Flap ... 25

Gambar 2.6 Diagram Teknik Veau-Wardill-Kilner Pushback ... 25

Gambar 2.7 Diagram Teknik Bardach Two-flap ... 26


(8)

DAFTAR GRAFIK

No Judul Halaman

Grafik 4.1 Jumlah Pasien yang Dapat Mengucapkan Huruf Konsonan. ... 33 Grafik4.2 Jumlah Pasien yang Dapat Mengucapkan Huruf Konsonan

Berdasarkan Usia ... 34 Grafik4.3 Jumlah Pasien yang Dapat Mengucapkan Huruf Konsonan


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

Lampiran 1 Surat Permohonan Izin Penelitian ... 43 Lampiran 2Tabel Pengucapan Huruf Konsonan pada Pasien Pasca


(10)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Cleft adalah celah atau ruang abnormal terjadi karena kelainan kongenital pada bibir atas, alveolus atau langit-langit.1Sedangkan cleft palate atau celah

langit-langit terjadi karena kurangnya fusi sepanjang garis perkembangan normal dari palatum.2Celah langit-langit dapat diklasifikasikan menjadi celah langit-langit

komplit atau tidak komplit dan unilateralatau bilateral.3

Kelainan kongenital ini dapat menyebabkan gangguan fungsi bicara, gangguan pada telinga, masalah pada gigi, maloklusi, kelainan bentuk hidung, dan sulit dalam pemberian makanan.1Pengaruh kejelasan bicara seringkali tergantung

dari keparahan deviasi dan adanya faktor kombinasi diantaranya masalah penutupan velofaringeal.4

Diketahui 20 % sampai 30% gangguan fungsi bicara pada penderita celah langit-langit dapat disebabkan karena disfungsi velofaringeal. Disfungsi velofaringeal juga dapat menyebabkan gangguan resonansi dan regurgitasi cairan dari hidung.5

Kegagalan pengucapan konsonan (p, b, t, d, k, g) merupakan hal yang paling sering ditemukan dalam gangguan fungsi bicara. Pengucapan konsonan merupakan awal yang penting untuk pengembangan kosakata.Kegagalan pengucapan konsonan bahkan akan diikuti hilangnya aktivitas bicara.1


(11)

2

Faktorterjadinyacelahlangit-langitdapattergantungdarisukubangsadanletakgeografis, jeniskelaminbayi, dan

status sosio-ekonomi orang tua.Menurut WHO,

insidensikelahiranbayidengankelainancelahlangit-langitmerupakankejadiankeduatersering di duniasetelahDown

Syndrome,6yaitumengenaisekitar 1 bayidari 700 sampai 1000

kelahiran.Secaraumum, celahlangit-langitlebihseringmengenaibangsa Asia danIndia-Amerika (1 dari 500 kelahiran),1keduaterbanyak mengenai

bangsaKaukasian (1 dari2.000 kelahiran),dan terakhir bangsa Afrika (1 dari 2.500 kelahiran).7

Diketahui insidensi kelahiran bayi dengan celah langit-langit pada negara Filipina yaitu 1,52 dari 1.000 kelahiran. Ditemukan juga bahwa bayi Filipina yang terlahir di Hawai memiliki angka kejadian yang tinggi yaitu 2,45 bayi dari 1.000 kelahiran.8

Di Indonesia,

insidensikelahiranbayidengankelainancelahlangit-langitdiperkirakansebesar 1,7 bayidari 1.000 kelahiran. Data yang didapatkan

dariRumahSakitHasanSadikin (RSHS) Bandung tahun 2009

berdasarkanpenelitian yang telahdilakukanberkisarsekitar 1,47bayi per 1.000 kelahiran.9

Celah langit-langit lebih banyak mengenai perempuan dibanding laki-laki dengan perbandingan 4 : 1, dan dari 50% kasus penyebab celah langit-langit merupakan non-sindrom.7


(12)

3

Tindakanbedahpalatoplastidapatdilakukanuntukmemperbaiki gangguan pada

organ, fungsi pembentukan suara, proses bicara dangangguanpendengaran. Untuk

menghindarigangguan bicara, sangatlah penting untuk menentukan

waktupembedahan.Hasilakhir yang ingindicapaidaritindakan

bedahpalatoplastiadalahtercapainyapertumbuhanmaksilofasial yang normal, dapatberbicaradenganbaik, danmencegahterjadinyakelainan pendengaran.10

Berdasarkanhaltersebut di atas,

makapenulismerasatertarikmelakukanpenelitianuntukmengetahuigambaran pengucapan huruf konsonan pada pasien pasca bedah palatoplasti.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut :

Bagaimana gambaran pengucapan huruf konsonan pada pasien celah langit-langit pasca tindakan bedah palatoplasti?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahuigambaranpengucapan huruf konsonan pada pasien pasca bedah palatoplasti.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara praktis maupun ilmiah :


(13)

4

1.4.1 Manfaat Ilmiah

1. Dari hasil penelitian ini diharapkan informasi dan dasar ilmiah untuk pengelolaan penderita celah langit-langit yang khususnya bertujuan untuk mendapatkan fungsi velofaringeal dan fungsi bicara yang baik.

2. Menunjang perkembangan ilmu bedah mulut khususnya mengenai

hubungan celah langit-langit setelah dilakukan tindakan bedah terhadap proses bicara.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Memberikan informasi bagi orang tua penderita celah langit-langit mengenai kebutuhan perawatan operasi celah langit-langit agar tidak mengganggu proses bicara.

2. Memberikan data mengenai huruf apa saja yang tidak dapat diucapkan penderita celah langit-langit sebelum dilakukan pembedahan palatoplasti. 3. Memberikan data mengenai huruf konsonan apa saja yang dapat diucapkan

pascabedah palatoplasti.

1.5 Landasan Teori

Celah langit-langit terjadi karena kurangnya fusi sepanjang garis perkembangan normal dari palatum.2Selain beberapa sindrom penyebab celah

langit-langit seperti van der Woude, Treacher Collins dan Stickler, terdapat juga penyebab non-sindrom yang belum banyak diketahui, seperti genetik dan


(14)

5

pengaruh lingkungan saat pembentukan wajah pada waktu tertentu selama proses embriogenesis.7

Celah langit-langit dapat diklasifikasikan menjadi celah langit-langit komplit atau tidak komplit dan unilateralatau bilateral. Celah langit-langit komplit mengenai baik palatum primer maupun sekunder, sedangkan celah langit-langit tidak komplit hanya mengenai palatum sekunder. Dikatakan komplit unilateral ketika proses palatum masih menyatu dengan septum nasal dalam satu sisi, dan komplit bilateral bila tidak terdapat perlekatan palatum dengan septum nasal pada sisi lainnya.3

Anak penderita celah langit-langit memiliki perbedaan nilai yang signifikan dalam hal kemampuan berbicara dibandingkan dengan anak normal.3Untuk

mengatasi gangguan bicara pada penderita celah langit-langit perlu dilakukan tindakan penutupan celah dengan tindakan bedah palatoplasti. Tujuan dari bedah palatoplasti adalah meningkatkan mekanisme velofaringeal untuk menghasilkan suara yang normal dan mengurangi pertumbuhan hipoplasia maksila dengan meminimalisasi area defek tulang pada sisi lateral palatal setelah proses bedah.10

Pada umumnya,bila membandingkan antara anak penderita celah langit-langit dengan anak tanpa celah langit-langit-langit-langit, maka pada anak penderita celah langit-langit akan ditemukan beberapa keterlambatan berbahasa, yang terlihat dari pengucapan kata pertama dan dua kata pada kalimat yang rata-ratamemiliki respon lebih pendek dan skor kompleksitas struktural yang menunjukkan kemampuan pengucapan yang kurang jelas, pengucapan kata lebih sedikit, dan penguasaan kosakata yang kurang baik, dan penggunaan ekspresi vokal, bahasa


(15)

6

tubuh, dan daya memori visual. Bzoch (1979) mengatakan ekspresi yang terlambat, pengucapan reseptif dan perkembangan bahasa, terjadi bersamaan dengan gangguan pendengaran atau faktor keterbelakangan mental.4

Setelah tindakan bedah palatoplasti, diperlukan terapi bicara untuk meningkatkan aktifitas berbicara dan berbahasa.7Ketika anak sudah mencapai usia

14 sampai 15 tahun, diperlukan perawatan ortodontik dan pembedahan ortognatik. Perawatan ortodontik dalam beberapa kasus memerlukan waktu hingga 2 tahun, sehingga waktu perawatan ini harus benar-benar diperhitungkan dan diharapkan selesai saat pertumbuhan skeletal wajah yaitu sekitar umur 17 sampai 18 tahun.6

1.6 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalahdeskriptif retrospektif dengan mengumpulkan dan mencatat dataterapibicarayang ada di Yayasan Pembina Penderita Celah Bibir dan Langit-Langit (YPPCBL) Bandung mulai 1 Januari 2008sampai 31 Desember2012.

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Data diperoleh dari catatan terapi bicara penderita celah langit-langit di Yayasan Pembina Penderita Celah Bibir dan Langit-Langit (YPPCBL) Bandung pada bulan Februari sampai April 2013.


(16)

39 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Tindakan koreksi celah langit-langit melalui bedah palatoplasti dapat membantu pengucapan huruf konsonan /p/,/b/,/t/,/d/,/k/ dan/g/.

5.2 Saran

- Perlu dilakukan suatu penelitian lebih lanjut mengenai penilaian fungsi velofaringeal penderita celah langit-langit.

- Perlu dilakukan suatu penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh terapi bicara pasca bedah palatoplasti terhadap pengucapan huruf konsonan.


(17)

40

DAFTAR PUSTAKA

1. Peterson LJ. Contemporary oral and maxillofacial surgery. 4th ed. St. Louis: Mosby; 2003.

2. Harty FJ. Kamus kedokteran gigi.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1993.

3. Supit L, Prasetyono OH. Epidemiology, risk factor, quality of life, and importance of classifications. Cleft lip and palate review; 2008 Oct:17(4):226-39.

4. Kuehn DP, Moller TK.Speech and language issues in the cleft palate population.The state of art; 2000 July:37(4):348-82.

5. Kummer AW. Cleft palate and craniofacial anomalies: Effects on speech and resonance. 2nd ed. USA: Thomson Delmar; 2008.

6. Pedlar J, Frame J.Oral and maxillofacial surgery. 2nd ed. Philadelphia: Elsevier; 2007.

7. Cobourne MT.Handbook of orthodontics. 1sted. Philadelphia: Elsevier; 2010.

8. Vanderas AP. Incidence of cleft lip, cleft palate and cleft lip and cleft palate among races; 1987 July:24(3):216-25.

9. Ameta P. Peran gen pada kelainan celah bibir dengan atau tanpa langit-langit nonsindromik; 2009 Mar:24(1):6-11.

10. Simamora H, Lamtiur E, Nur A, Handayani S, Bangun K. Maxillo growth evaluation after cleft palate repair using goslon criteria.Preliminary study; 2012;1(3):310-14.


(18)

41

11. Berkovitz BKB, Holland GR, Bernard JM.Oral anatomy, embriology and histology.3rd ed.Philadelphia: Elsevier; 2005.

12. Tortora GJ. Principles of anatomy and physiology.12nd ed.Hoboken: John Wiley & Sons; 2009.

13. Snell RS. Clinical anatomy by regions. 9th ed. Philadelphia: Wolters Kluwer; 2012.

14. Seikel JA. Douglas WK. David GD. Anatomy andphysiology for speech, language, and hearing. 4th ed.USA: Delmar; 2010.

15. Guyton AC, Hall JE. Textbook of medical physiology. 11th ed. Philadelphia: Elsevier; 2006.

16. Reference, https://site/tatabahasaindonesia/fonem-bahasa-indonesia.

17. Kummer AW. Cleft palate and craniofacial anomalies. 2nd ed. USA: Delmar; 2008.

18. Riden K. Key topics in oraland maxillofacial surgery. UK: BIOS Scientific; 1998.

19. Mark PM, Michael IS. Understanding craniofacialanomalies. USA: Wiley-Liss; 2002.

20. Triin J, Marianne S, Mare S.Epidemiologic factors causing cleft lip and palate and their regularities of occurrence. Baltic dental and maxillofacial journal; 2010: 4 (12):105-8.

21. Jane CB et al. Descriptive epidemiology of cleft lip and cleft palate in western australia. Birth defects research; 2013 Feb: 2 (97): 101-8.

22. Peterson LJ. Principle oral and maxillofacial surgery. 2nd ed. London: BC Decker; 2004.


(19)

42

23. Philip JS, Lewis RE, George PW. Contemporary oral and maxillofacial pathology. 2nd ed. St. Louis: Mosby; 2004.

24. Karoon A. Cleft palate repair and variations. Journal of plastic surgery; 2009 Oct: 42: 102-9.

25. Michael SC. Multidisciplinary treatment of cleft lip or palate including secondary bone grafting; 1989 Mar: 3 (11): 126-34.

26. American Cleft Palate-Craniofacial Association.Parameters for the evaluation and treatment of patients with cleft lip/palate or other craniofacial anomalies.Cleft palate-craniofacial journal;2009 Nov.

27. Cameron A, Widmer R. Handbook of paediatric dentistry. 3rd ed. St. Louis: Mosby; 2008.

28. Debra M.A, John WMD. Early cleft palate repair and speech outcome. Plastic and reconstructive surgery; 1982 July: 1 (70): 74-79.

29. Olivia A. Pengaruh z-plasty pada teknik pushback terhadap fungsi velofaringeal dan fungsi artikulasi bicara dari penderita pascarekonstruksi celah langit-langit di RSAB Harapan Kita Jakarta. Bandung: Universitas Padjadjaran; 2005.


(1)

5

pengaruh lingkungan saat pembentukan wajah pada waktu tertentu selama proses embriogenesis.7

Celah langit-langit dapat diklasifikasikan menjadi celah langit-langit komplit atau tidak komplit dan unilateralatau bilateral. Celah langit-langit komplit mengenai baik palatum primer maupun sekunder, sedangkan celah langit-langit tidak komplit hanya mengenai palatum sekunder. Dikatakan komplit unilateral ketika proses palatum masih menyatu dengan septum nasal dalam satu sisi, dan komplit bilateral bila tidak terdapat perlekatan palatum dengan septum nasal pada sisi lainnya.3

Anak penderita celah langit-langit memiliki perbedaan nilai yang signifikan dalam hal kemampuan berbicara dibandingkan dengan anak normal.3Untuk mengatasi gangguan bicara pada penderita celah langit-langit perlu dilakukan tindakan penutupan celah dengan tindakan bedah palatoplasti. Tujuan dari bedah palatoplasti adalah meningkatkan mekanisme velofaringeal untuk menghasilkan suara yang normal dan mengurangi pertumbuhan hipoplasia maksila dengan meminimalisasi area defek tulang pada sisi lateral palatal setelah proses bedah.10

Pada umumnya,bila membandingkan antara anak penderita celah langit-langit dengan anak tanpa celah langit-langit-langit-langit, maka pada anak penderita celah langit-langit akan ditemukan beberapa keterlambatan berbahasa, yang terlihat dari pengucapan kata pertama dan dua kata pada kalimat yang rata-ratamemiliki respon lebih pendek dan skor kompleksitas struktural yang menunjukkan kemampuan pengucapan yang kurang jelas, pengucapan kata lebih sedikit, dan penguasaan kosakata yang kurang baik, dan penggunaan ekspresi vokal, bahasa


(2)

tubuh, dan daya memori visual. Bzoch (1979) mengatakan ekspresi yang terlambat, pengucapan reseptif dan perkembangan bahasa, terjadi bersamaan dengan gangguan pendengaran atau faktor keterbelakangan mental.4

Setelah tindakan bedah palatoplasti, diperlukan terapi bicara untuk meningkatkan aktifitas berbicara dan berbahasa.7Ketika anak sudah mencapai usia 14 sampai 15 tahun, diperlukan perawatan ortodontik dan pembedahan ortognatik. Perawatan ortodontik dalam beberapa kasus memerlukan waktu hingga 2 tahun, sehingga waktu perawatan ini harus benar-benar diperhitungkan dan diharapkan selesai saat pertumbuhan skeletal wajah yaitu sekitar umur 17 sampai 18 tahun.6

1.6 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalahdeskriptif retrospektif dengan mengumpulkan dan mencatat dataterapibicarayang ada di Yayasan Pembina Penderita Celah Bibir dan Langit-Langit (YPPCBL) Bandung mulai 1 Januari 2008sampai 31 Desember2012.

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Data diperoleh dari catatan terapi bicara penderita celah langit-langit di Yayasan Pembina Penderita Celah Bibir dan Langit-Langit (YPPCBL) Bandung pada bulan Februari sampai April 2013.


(3)

39

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Tindakan koreksi celah langit-langit melalui bedah palatoplasti dapat membantu pengucapan huruf konsonan /p/,/b/,/t/,/d/,/k/ dan/g/.

5.2 Saran

- Perlu dilakukan suatu penelitian lebih lanjut mengenai penilaian fungsi velofaringeal penderita celah langit-langit.

- Perlu dilakukan suatu penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh terapi bicara pasca bedah palatoplasti terhadap pengucapan huruf konsonan.


(4)

40

1. Peterson LJ. Contemporary oral and maxillofacial surgery. 4th ed. St. Louis: Mosby; 2003.

2. Harty FJ. Kamus kedokteran gigi.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1993.

3. Supit L, Prasetyono OH. Epidemiology, risk factor, quality of life, and importance of classifications. Cleft lip and palate review; 2008 Oct:17(4):226-39.

4. Kuehn DP, Moller TK.Speech and language issues in the cleft palate population.The state of art; 2000 July:37(4):348-82.

5. Kummer AW. Cleft palate and craniofacial anomalies: Effects on speech and resonance. 2nd ed. USA: Thomson Delmar; 2008.

6. Pedlar J, Frame J.Oral and maxillofacial surgery. 2nd ed. Philadelphia: Elsevier; 2007.

7. Cobourne MT.Handbook of orthodontics. 1sted. Philadelphia: Elsevier; 2010. 8. Vanderas AP. Incidence of cleft lip, cleft palate and cleft lip and cleft palate

among races; 1987 July:24(3):216-25.

9. Ameta P. Peran gen pada kelainan celah bibir dengan atau tanpa langit-langit nonsindromik; 2009 Mar:24(1):6-11.

10. Simamora H, Lamtiur E, Nur A, Handayani S, Bangun K. Maxillo growth evaluation after cleft palate repair using goslon criteria.Preliminary study; 2012;1(3):310-14.


(5)

41

11. Berkovitz BKB, Holland GR, Bernard JM.Oral anatomy, embriology and histology.3rd ed.Philadelphia: Elsevier; 2005.

12. Tortora GJ. Principles of anatomy and physiology.12nd ed.Hoboken: John Wiley & Sons; 2009.

13. Snell RS. Clinical anatomy by regions. 9th ed. Philadelphia: Wolters Kluwer; 2012.

14. Seikel JA. Douglas WK. David GD. Anatomy andphysiology for speech, language, and hearing. 4th ed.USA: Delmar; 2010.

15. Guyton AC, Hall JE. Textbook of medical physiology. 11th ed. Philadelphia: Elsevier; 2006.

16. Reference, https://site/tatabahasaindonesia/fonem-bahasa-indonesia.

17. Kummer AW. Cleft palate and craniofacial anomalies. 2nd ed. USA: Delmar; 2008.

18. Riden K. Key topics in oraland maxillofacial surgery. UK: BIOS Scientific; 1998.

19. Mark PM, Michael IS. Understanding craniofacialanomalies. USA: Wiley-Liss; 2002.

20. Triin J, Marianne S, Mare S.Epidemiologic factors causing cleft lip and palate and their regularities of occurrence. Baltic dental and maxillofacial journal; 2010: 4 (12):105-8.

21. Jane CB et al. Descriptive epidemiology of cleft lip and cleft palate in western australia. Birth defects research; 2013 Feb: 2 (97): 101-8.

22. Peterson LJ. Principle oral and maxillofacial surgery. 2nd ed. London: BC Decker; 2004.


(6)

23. Philip JS, Lewis RE, George PW. Contemporary oral and maxillofacial pathology. 2nd ed. St. Louis: Mosby; 2004.

24. Karoon A. Cleft palate repair and variations. Journal of plastic surgery; 2009 Oct: 42: 102-9.

25. Michael SC. Multidisciplinary treatment of cleft lip or palate including secondary bone grafting; 1989 Mar: 3 (11): 126-34.

26. American Cleft Palate-Craniofacial Association.Parameters for the evaluation and treatment of patients with cleft lip/palate or other craniofacial anomalies.Cleft palate-craniofacial journal;2009 Nov.

27. Cameron A, Widmer R. Handbook of paediatric dentistry. 3rd ed. St. Louis: Mosby; 2008.

28. Debra M.A, John WMD. Early cleft palate repair and speech outcome. Plastic and reconstructive surgery; 1982 July: 1 (70): 74-79.

29. Olivia A. Pengaruh z-plasty pada teknik pushback terhadap fungsi velofaringeal dan fungsi artikulasi bicara dari penderita pascarekonstruksi celah langit-langit di RSAB Harapan Kita Jakarta. Bandung: Universitas Padjadjaran; 2005.